Anda di halaman 1dari 4

Hak Ingkar Dalam Arbitrase

Jiddan Maulana Daud


1800024181

1. Dalam jurnal, Keterlibatan Pengadilan dalam Proses Penyelesaian


Sengketa Perdata Melalui Arbitrase.
Untuk analisis terhadap hasil penelitian, dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode pendekaran undang-undang (statutory approach)
yaitu melakukan kajian terhadap ketentuan perundangan yang relevan
dengan isu yang dibahas. Hak ingkar atau tuntutan ingkar adalah hak yang
diberikan kepada para pihak untuk mengajukan suatu keberatan atas
penunjukan diri arbiter dalam jangka waktu 14 hari berdasarkan alasan
bahwa ada kemungkinan arbiter yang bersangkutan tidak dapat bertindak
secara bebas dan obyektif dalam menyelesaikan tugas yang diberikan
kepadanya.13 Pasal 23 ayat (1) UUAAPS menyatakan bahwa “Hak Ingkar
terhadap arbiter yang diangkat oleh Ketua Pengadilan Negeri diajukan
kepada Pengadilan Negeri yang bersangkutan.” Selanjutnya Pasal 25 ayat
(1) mengatur bahwa apabila salah satu pihak mengajukan tuntutan ingkar
dan kemudian tidak disetujui oleh pihak lain dan juga arbiter yang
bersangkutan maka dapat mengajukan tuntutan ingkar tersebut pada Ketua
Pengadilan Negeri yang mana putusannya bersifat final, mengikat kedua
belah pihak dan tidak dapat diajukan upaya perlawanan. Kemudian dalam
Pasal 25 ayat (3) diatur apabila ternyata Ketua Pengadilan Negeri menolak
tuntutan ingkar tersebut maka arbiter melanjutkan tugasnya kembali.
Bentuk campur tangan Pengadilan di Indonesia dalam proses penyelesaian
sengketa melalui Arbitrase dapat diklasifikasikan menjadi campur tangan
sebelum adanya putusan arbitrase yaitu dalam hal pengecualian terhadap
kompetensi absolut arbitrase, pengangkatan dan pengunduran diri arbiter
serta mengenai hak ingkar atau tuntutan ingkar. Sedangkan setelah adanya
putusan arbitrase maka bentuk intervensi pengadilan dalam hal
permohonan penetapan eksekusi dan permohonan pembatalan putusan
arbitrase.

2. Dalam jurnal yang berjudul Asas Nemo Iudex In Causa Sua Dalam
Prosedur Hak Ingkar Terhadap Arbiter oleh Evan Dewangga Cenggana
yang menjelaskan tentang Dewangga Cenggana menjelaskan tentang
kewenangan mengadili atau menyelesaikan tuntutan hak ingkar yang
diajukan terhadap arbiter khususnya berdasarkan Undang-Undang No 30
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan apakah prosedur hak ingkar
UU Arbitrase sesuai atau tidak dengan Asas Nemo Iudex in Casua sua dan
mengetahui prosedur hak ingkar yang diputus oleh Majelis Arbiter dengan
ikut sertanya arbiter yang bersangkutan merupakan pelanggaran terhadap
Asas Nemu Iudex In Causa Sua. Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah yuridis normatif yang berarti penelitian terhadap asas-
asas hukum, norma dan kaidah. Penelitian ini dilakukan dengan cara
meneliti bahan-bahan pustaka atau penelitian berdasarkan sumber-sumber
primer, sekunder dan tersier. Dalam penelitian ini Asas Nemo Iudex in
Casua sua mengandung makna bahwa tidak seorangpun dapat mengadili
dirinya sendiri atau dimana ia memiliki kepentingan. Dengan demikian,
maka dapat disimpulkan bahwa prosedur hak ingkar yang diatur dalam
Pasal 23 ayat (2) dan (3) Undang-Undang No. 30 Tahun 1999
bertentangan dengan Asas Nemo Iudex in Casua sua.

3. Dalam jurnal, URGENSI PENUNJUKAN ARBITER OLEH KETUA


PENGADILAN NEGERI DALAM PROSES ARBITRASE
Salah satu yang mungkin dikesankan sebagai intervensi pengadilan atas
proses arbitrase adalah hak ingkar dari arbiter yang ditunjuk. Hak ingkar
atas arbiter adalah hak yang diberikan kepada pihak yang beperkara untuk
diajukan keberatan atas arbiter yang menyelesaikan perkara. Dalam Pasal
22 ayat (1) Undang-Undang Arbitrase disebutkan, Terhadap arbiter dapat
diajukan tuntutan ingkar apabila terdapat cukup alasan dan cukup bukti
otentik yang menimbulkan keraguan bahwa arbiter akan melakukan
tugasnya tidak secara bebas dan akan berpihak dalam mengambil
putusan.” Intinya arbiter yang diajukan hak ingkar dapat dicoret dan
diminta tidak menjadi arbiter dalam suatu perkara. Memang dalam Pasal
25 ayat (1) UU Arbitrase pengadilan diberi peran. Pasal tersebut
menyebutkan, ”Dalam hal tuntutan ingkar yang diajukan oleh salah satu
pihak tidak disetujui oleh pihak lain dan arbiter yang bersangkutan tidak
bersedia mengundurkan diri, pihak yang berkepentingan dapat
mengajukan tuntutan kepada ketua pengadilan negeri yang putusannya
mengikat kedua pihak, dan tidak dapat diajukan perlawanan.
hak ingkar yang dapat diajukan oleh para pihak yang merasa dirinya
dirugikan atas pemilihan arbiter yang dianggap tidak independen dan
memiliki konflik kepentingan. "Hak ingkar adalah hak yang diberikan para
pihak untuk menyatakan saya tidak setuju dengan penunjukan arbiter
karena dia tidak memberikan rasa keadilan

4. Dalam jurnal yang berjudul Penyelesaian Sengketa Para Pihak Di Bidang


Bisnis Melalui Arbitrase oleh Nurdin Siregar dan Radisman Saragih yang
membahas tentang Apakah Lembaga Arbitrase dapat mengakhiri sengketa
para pihak di bidang bisnis dan Bagaimanakah peranan pengadilan negeri
untuk melaksanakan putusan arbitrase. Kemajuan perdagangan di sebuah
negara dapat memberikan manfaat bagi setiap warga negara, baik sebagai
individu maupun korporasi. Dalam perjalannannya, tidak sedikit pula yang
menimbulkan kerugian bagi pihak-pihak tertentu, yang diakibatkan
perbedaan pendapat atau perbedaan penanfsiran tentang apa yang di
setujui bersama dalam suatu perjanjian. Hal itu, berakibat muncul nya
sengketa. Sengketa itu sendiri akibat dari salah satu pihak melakukan
ingkar janji(wanprestasi) terhadap perjanjian yang disepakati para pihak.
Jurnal ini bertujuan untuk mengetahui apakah Lembaga Arbitrase dapat
mengakhiri sengketa para pihak dibidang bisnis dan Untuk mengetahui
peranan peradilan umum/pen- gadilan negeri untuk pelaksanaan putusan
Lem- baga Arbitrase. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis
normatif yaitu mengkaji terhadap berbagai peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

5. Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian SengketaArbitrator

yang diangkat tidak dengan penetapan pengadilan, hanya dapat diingkar


berdasarkan alasan yang baru diketahui pihak yang mempergunakan hak
ingkarnya setelah pengangkatan arbitrator yang bersangkutan (pasal 24
ayat 1);Arbitrator yang diangkat dengan penetapan Pengadilan, hanya
dapat diingkari berdasarkan alasan yang diketahuinya setelah adanya
penerimaan penetapan Pengadilan tersebut (pasal 24 ayat 2).
Pihak yang berkeberatan terhadap penunjukkan seorang arbitrator yang
dilakukan oleh pihak lain, harus mengajukan tuntutan ingkar dalam waktu
paling lama 14 hari sejak pengangkatan (pasal 24 ayat 3).|
Arbitrator yang diangkat tidak dengan penetapan pengadilan, hanya dapat
diingkar berdasarkan alasan yang baru diketahui pihak yang
mempergunakan hak ingkarnya setelah pengangkatan arbitrator yang
bersangkutan (pasal 24 ayat 1);
Arbitrator yang diangkat dengan penetapan Pengadilan, hanya dapat
diingkari berdasarkan alasan yang diketahuinya setelah adanya penerimaan
penetapan Pengadilan tersebut (pasal 24 ayat 2).
Pihak yang berkeberatan terhadap penunjukkan seorang arbitrator yang
dilakukan oleh pihak lain, harus mengajukan tuntutan ingkar dalam waktu
paling lama 14 hari sejak pengangkatan (pasal 24 ayat 3).
Dalam hal selama pemeriksaan sengketa berlangsung, arbitrator meninggal
dunia, tidak mampu, atau mengundurkan diri, sehingga tidak dapat
melaksanakan kewajibannya, seorang arbitrator pengganti akan diangkat
dengan cara sebagaimana yang berlaku bagi pengangkatan arbitrator yang
bersangkutan (Pasal 26 ayat 3).
Dalam hal seorang arbitrator tunggal atau ketua majelis arbitrase diganti,
semua pemeriksaan yang telah diadakan harus diulang kembali; (pasal 26
ayat 4);
Dalam hal anggota majelis yang diganti, pemeriksaan sengketa hanya
diulang kembali secara tertib antar arbitrator (pasal 26 ayat 5).

Daftar Pustaka :

URGENSI PENUNJUKAN ARBITER OLEH KETUA PENGADILAN NEGERI


DALAM PROSES ARBITRASE,Zuhairi Bharata Ashbahi,Pengadilan Agama
Kuala Kapuas.

Siregar, Nurdin, and Radisman Saragih. "Penyelesaian Sengketa Para Pihak di


Bidang Bisnis melalui Arbitrase." to-ra 2.1 (2016): 305-314.

Cenggana, E. D. (2018). Asas Nemo Iudex in Causa Sua dalam prosedur hak
ingkar terhadap arbiter.

Luhur Prakoso, A. (2016). Keterlibatan Pengadilan dalam Proses

ABSHORIL FITHRY, SH. FH Unair, Arbitrase

Anda mungkin juga menyukai