Anda di halaman 1dari 3

Terdapat beberapa faktor yang menentukan sejauh mana sikap mempengaruhi perilaku.

- Aspek situasi, Faktor situasi dimana adanya situasi tertentu yang mencegah individu
mengekspresikan sikap. Situasi dimana tingkah laku tidak merefleksikan sikap
individu yang sesungguhnya. Hambatan situasi ini (situational constrant) menjadi
penengah antara hubungan sikap dan tingkah laku.

Faktor situasional dapat memengaruhi hubungan antara sikap dan tingkah laku. Secara
umum, individu cenderung lebih menyukai situasi yang memungkinkan untuk
mengekspresikan sikap sejalan dengan tingkah laku atau apa yang ingin dilakukan.
Dengan kata lain, individu cenderung memilih tempat di mana apa yang ingin dikatakan
dan lakukan dapat sejalan. Sikap itu sendiri dapat diperkuat oleh ekspresi yang tampak
dan menjadi prediktor tingkah laku yang akan dilakukan.

Secara ringkas, hubungan antara sikap dan situasi adalah seperti jalan dua arah. Adanya
tekanan pada situasi tertentu memungkinkan individu membentuk sikap yang
diekspresikan dalam tingkah laku secara tampak.

- Aspek dari sikap itu sendiri : Adanya sikap yang kuat dapat memengaruhi tingkah
laku individu terhadap sesuatu.

Pada kenyataannya hubungan antara sikap dan tingkah laku sangat dipengaruhi oleh
beberap aspek dari sikap itu sendiri. Aspek dari sikap itu sendiri yaitu :

Sumber suatu sikap (Attitude Origins)

Faktor inilah yang mempengaruhi bagaimana pertama kali sikap terbentuk. Bukti yang
ada mengindikasikan bahwa sikap yang terbentuk berdasarkan pengalaman langsung
sering kali memberikan pengaruh yang lebih kuat daripada sikap yang terbentuk
berdasarkan pengalaman tidak langsung atau pengalaman orang lain. Tampaknya, sikap
yang terbentuk berdasarkan pengalaman langsung lebih mudah diingat, dan lebih
memengaruhi individu untuk menentukan tingkah laku.

Kekuatan sikap (Attitude Strength).

Faktor lain dan salah satu faktor yang paling penting disebut sebagai kekuatan sikap yang.
Semakin kuat sikap tersebut, semakin kuat pula dampaknya pada tingkah laku (Petkova,
Ajzen & Driver, 1995).
Kata kekuatan melibatkan faktor keekstreman atau intensitas dari sebuah sikap (seberapa
kuat reaksi emosional yang berhasil dibangkitkan oleh objek sikap tertentu), kepentingan
(sejauh mana individu peduli dan secara pribadi dipengaruhi oleh sikap tersebut),
pengetahuan (seberapa banyak individu mengetahui tentang objek sikap tersebut) dan
kemudahan diakses (semudah apa sikap tersebut diterima oleh akal sehat dalam berbagai
situasi

Hasil penelitian mengindikasikan bahwa semua komponen dari kekuatan sikap


memainkan peran dalam menentukan sejauh mana sikap berhubungan dengan tingkah
laku yang tampak sehingga kekuatan sikap perlu diteliti lebih jauh hingga pada
komponen-komponen yang mempengaruhinya (Kraus, 1995).

Adapun aspek lain dari sikap yaitu seberapa penting individu peduli dan menganggap
sikap tersebut.

Satu penentu kunci dari kepentingan individu terhadap sikap adalah istilah yang disebut
oleh psikolog sosial sebagai kepentingan pribadi (vested interest) – sejauh mana sikap
tersebut relevan dengan individu terhadap objek/kejadian yang memiliki konsekuensi
pada orang tersebut. Hasil dari banyak penelitian menunjukkan bahwa semakin besar
vested interest atau kepentingan pribadi seseorang, maka akan semakin kuat dampak
sikap tersebut pada tingkah laku (Crano, 1995; Crano & Prislin, 1995).

Penelitian Crano (1997) yang terbaru memberikan bukti relevan bahwa kepentingan
pribadi memang menjadi perantara kuat dalam hubungan sikap dan tingkah laku. Semakin
kuat kepentingan pribadi yang dibawa oleh individu maka semakin kuat pula sikap yang
akan diambil oleh seseorang begitupun sebaliknya.

Kekhususan sikap (attitude specificity). Aspek sikap yang ketiga yang mempengaruhi
hubungan sikap dengan tingkah laku adalah kekhususan sikap-yaitu sejauh mana sikap
tersebut terfokus pada objek atau situasi tertentu dibandingkan hal-hal yang umum. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara sikap dan tingkah laku lebih kuat ketika
sikap dan tingkah laku diukur pada tingkat kekhususan yang sama. Kekhususan sikap
juga merupakan faktor penting dalam hubungan antara sikap dan tingkah laku.

Kesimpulannya, seperti yang telah kami sebutkan di atas, bukti yang ada
menunjukkan bahwa sikap memang mempengaruhi tingkah laku (Petty & Krosnick,
1995). Namun, kekuatan hubungan ini sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang
berbeda, hambatan situasionalyang mengizinkan atau tidak tidak mengizinkan kita
menampilkan ekspresi lahiriah dari sikap kita, begitu pula aspek dari sikap itu sendiri
(misalnya, sifat, kekuatan, dan kekhususannya dibandingkan yang lain).

Anda mungkin juga menyukai