STAFFING
Dosen Pengajar :
Ns. Hermansyah. M.Kep
Disusun Oleh :
Kelompok 5 Tk.2B
1. Aiba Hajja Nuraini (P05120220047)
2. Ana Reta Saebah (P05120220049)
3. Dina Permata Sari (P05120220055)
4. Eli Irna Erviana (P05120220056)
5. Rahayu Anindia (P05120220072)
6. Resti Adidana Anugrah (P05120220075)
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
dengan waktunya. kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada bapak
dosen selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dalam menyelesaikan
makalah ini. Serta kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini, penulis menyadari masih banyak ada
kekurangan baik dari isi materi maupun penyusunan kalimat. Namun demikian,
perbaikan merupakan hal yang berlanjut sehingga kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis
menyampaikan terimakasih kepada pembaca dan teman-teman sekalia yang telah
membaca dan mempelajari makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian intregral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada
ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual
yang komprehensif serta ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat
baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia.
Dalam keperawatan perlu diarahkan dalam suatu manajemen yang mengatur
seluruh lingkup pelayanan keperawatan.
Manajemen di definisikan sebagai proses menyelesaikan pekerjaan
melalui oranglain untuk mencapai tujuan organisasi dalam suatu lingkungan
yang berubah. Manajemen keperawatan sangat erat kaitannya dengan
pelayanan keperawatan. Manajemen keperawatan yang baik, akan
meningkatkan pelayanan keperawatan dan menambah kepuasan pelanggan,
yang dalam hal ini adalah pasien.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep manajemen keperawatan
2. Mengetahui fungsi staffing dalam manajemen keperawatan
3. Mengetahui fungsi staffing dalam ruamg lingkup praktik keperawatan
BAB II
PEMBAHASAN
C. Staffing
Menurut R. Duane dan J. Clifton (1989;p. 239) staffing merupakan
proses formal dari memastikan bahwa organisasi mempunyai sumber daya
berijazah atau memenuhi syarat untuk mendekati tujuan, dan mewakili
sumber hidup dari setiap perusahaan. Menurut Jhon (1984) staffing dapat
diartikan sebagai suatu proses untuk mengisi pekerjaan dengan orang yang
tepat. Hal ini merupakan bagian dari tugas manajer organisasi. Dan ini
merupakan seni dari penempatan orang-orang yang berijazah atau
memenuhi syarat dan antusias ke dalam posisi jabatanpekerjaan yang
ditawarkan.
Menurut T. Hani Handoko (2003 ; 233) penyusunan personalia
(staffing) adalah fungsi manajemen yang berkenaan dengan penarikan,
penempatan, pemberian latihan, dan pengembangan anggota-anggota
organisasi.
D. Proses Staffing
1. Perencanaan sumber daya
Perencanaan sumber daya manusia adalah mencakup semua kegiatan
yang dibutuhkan untuk menyediakan tipe dan jumlah karyawan secara
tepat dalam pencapaian tujuan organisasi. Ada tiga bagian perencanaan
personalia yang dibutuhkan :
a. Penentuan Kebutuhan Jabatan
Penyusunan personalia organisasi dimulai dengan :
1. Penentuan tujuan dan rencana organisasi.
2. Penentuan spesifikasi jabatan ( job specification ) jenis-jenis jabatan dan
keterampilan yang dibutuhkan.
3. Meramalkan jumlah karyawan yang dibutuhkan dimasa mendatang.
4. Persediaan karyawan untuk melaksanakan berbagai kegiatan
5. Penentuan spesifikasi jabatan yaitu hasil dari proses analisa jabatan (job
analisys) yang terdiri dari penentuan keahlian dan keterampilan yang
dipunyai, tanggung jawab, pengetahuan mengenai pekerjaannya,
wewenang yang dimiliki serta hubungan yang ada dalam setiap jabatan
dalam suatu organisasi. Proses analisa jabatan juga menghasilkan deskripsi
jabatan.
Penghitungan ketenagaan berdasarkan beban kerja
1) menentukan unit kerja dan kategori sdm
Berdasarkan Struktur Organisasai pada Unit Kerja/ instalasi
2) menetapkan waktu kerja tersedia
Hari kerja dikurangi Libur ( CT, Diklat, Libur Nas, dll)
3) menyusun standar beban kerja
SBK = Waktu Kerja tersedia
rata-rata waktu per kegiatan pokok
4) menyusun standar kelonggaran
SK = Jml Rata-rata Waktu Per faktor Kelonggaran
Waktu Kerja tersedia
5) Penentuan kuantitas kegiatan selama setahun
6) Perhitungan kebutuhan sdm per unit kerja
Keb SDM = Kwantitas Kegiatan Pokok + Standar Kelonggaran
Standar Beban Kerja
3. Seleksi
Seleksi yaitu pemilihan tenaga kerja potensial untuk menduduki suatu
jabatan tertentu dari lamaran yang masuk. Adapun langkah-langkah
dalam prosedur seleksi yang dapat digunakan yaitu :
a. Wawancara pendahuluan
b. Pengumpulan data-data pribadi ( biografis )
c. Pengujian ( testing )
d. Wawancara yang lebih mendalam
e. Pemeriksanaan referensi-referensi prestasi
f. Pemeriksaan kesehatan
g. Keputusan pribadi
h. Orientasi jabatan
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori di atas adalah sebagai
berikut:
1. Kategori I : Perawatan mandiri/self care
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara
umum baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi
waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan
dan sederhana.
2. Kategori II : Perawatan sedang/partial/intermediate care
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu
makan, memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri
juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi. Penampilan
pasien sakit sedang. Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-
tanda vital, periksa urin reduksi, fungsi fisiologis, status emosional,
kelancaran drainase atau infus. Pasien memerlukan bantuan pendidikan
kesehatan untuk mendukung emosi 5 – 10 menit/shift. Tindakan dan
pengobatan 20 – 30 menit/shift atau 30 – 60 menit/shift dengan
mengobservasi efek samping obat atau reaksi alergi.
3. Kategori III : Perawatan total/intensive care
Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan sendiri, semua dibantu oleh
perawat, penampilan sakit berat. Pasien memerlukan observasi terus
menerus.
Tingkat ketergantungan pasien di ruangan bedan Rumah Sakit XYZ
1.Metode Swansburg
Menurut Warstler dalam Swansburg dan Swansburg (1999), merekomendasikan
untuk pembagian proporsi dinas dalam satu hari pagi : siang : malam = 47 % : 36
% : 17 %
Sesuai dengan kasus
Sehingga jika jumlah total staf keperawatan /hari = 15 orang
Pagi : 47% x 15 = 7,05= 7 orang
Sore : 36% x 15 = 5,4 = 5 orang
Malam : 17% x 15 = 2,55 = 3 orang
2.Metode Douglas
Douglas (1984, dalam Swansburg & Swansburg, 1999) menetapkan jumlah
perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi
klien, dimana masingmasing kategori mempunyai nilai standar per shift nya, yaitu
sebagai berikut :
Jumlah
Pasien Klasifikasi Klien
Minimal Parsial Total
Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam Pagi Sore Malam
1. 0,17 0,14 0,07 0,27 0,15 0,10 0,36 0,30 0,20
2. 0,34 0,28 0,14 0,54 0,30 0,20 0,72 0,60 0,40
3. 0,51 0,42 0,21 0,81 0,45 0,30 1,08 0,90 0,60
Dst
Kasus :
Diketahui :
a) Ruang bedah dengan tempat tidur 24 buah dengan BOR 70% = rata-rata
17 orang pasien setiap hari
b) 17,6% = 2,992 = ( 3 orang ) dengan ketergantungan minimal
c) 47,1 = 8,007 = ( 8 orang ) dengan ketergantungan partial
d) 35,3% = 6,001 = ( 6 orang ) dengan ketergantungan total.
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan :
pagi sore malam
maksimal 0,17x3= 0.51 0,14x3= 0,42 0.07x3= 0,21
parsial 0,27x8= 2,16 0.15x8= 1,2 0.10x8= 0.8
total 0,36x6= 2,16 0,3x6= 1,8 0.2x6= 1.2
jumlah 4,84 (5 orang) 3.42 (3 orang) 2,21 (2 orang)
Jumlah 10 orang/hari
Keseluruhan
3.Metode Gillies
Gillies (1994) menjelaskan rumus kebutuhan tenaga keperawatan di suatu unit
perawatan adalah sebagai berikut :
Contoh
1.Rata rata jam perawatan klien per hari = 5 jam/hari
2. Rata rata = 17 klien / hari (3 orang dengan ketergantungan minimal, 8 orang
dengan ketergantungan partial dan 6 orang dengan ketergantungan total)
3. Jumlah jam kerja tiap perawat = 40 jam/minggu ( 6 hari/minggu ) jadi jumlah
jam kerja perhari 40 jam dibagi 6 = 7 jam /hari
4. Jumlah hari libur : 73 hari ( 52 +8 (cuti) + 13 (libur nasional)
a. Jumlah jam keperawatan langsung
Ketergantungan minimal = 3 orang x 1 jam = 3 jam
Ketergantungan partial = 8 orang x 3 jam = 24 jam
Ketergantungan total = 6 orang x 6 jam = 36 jam
Jumlah jam = 63 jam
b. Jumlah keperawatan tidak langsung
17 orang klien x 1 jam = 17 jam
c. Pendidikan Kesehatan = 17 orang klien x 0,25 = 4,25 jam
Sehingga Jumlah total jam keperawatan /klien/hari :
63 jam + 17 jam + 4.25 jam = 4,96 Jam/klien/hari
17 orang
Jadi :
1. Jumlah tenaga yang dibutuhkan :
4,96 x 17 x 365 = 25.345,6 = 12,4 orang ( 12 orang )
(365 – 73) x 7 2044
2. Untuk cadangan 20% menjadi 12 x 20% = 2,4 (2 orang)
3. Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan secara keseluruhan 12 + 2 = 14
orang /hari
Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional = 55% : 45 % = 8 : 6
orang
C. Apakah tenaga yang ada di ruangan baik secara kualitas dan kuantitas
sudah mencukupi kebutuhan ketenagaan setelah di lakukan analisis !
Jelaskan alasan kelompok !
Jawab :
Menurut kelompok kami , setelah di lakukan analisis secara Menurut kami, jika
dilihat dari segi jumlah/kuantitas sudah mencukupi, pernyataan ini kami dapatkan
setelah melihat hasil dari teori Douglas : 10 orang/hari dan teori Gillies 14
orang/hari dimana dari kasus, perawat yang melakukan tugasnya sebanyak 15
orang/hari. Dari segi kualitas, menurut kami masih kurang karena di klasifikasi
ketenagaan perawat di ruangan bedah tersebut hanya memiliki 1 orang yang
memiliki pendidikan S1 Keperawatan sedangkan latar belakang pendidikan D III
Keperawatan sebanyak 14 orang, ini diperkuat dari teori Gillies, yang
menyebutkan bahwa Perbandingan profesional berbanding dengan vocasional =
55% : 45 % Dan hasilnya 8 : 6 orang, dimana kekurangan 7 orang pendidikan S1
Keperawatan.
4.Pendayagunaan
The right person in the right place merupakan salah satu prinsip
pendayagunaan.Bagaimana kita menempatkan SDM yang ada pada tempat atau
tugas yang sebaik-baiknya sehingga SDM tersebut bisa bekerja secara
optimal.Ada SDM yang mudah bergaul, luwes, sabar tetapi tidak telaten dalam hal
keadministrasian. Mungkin SDM ini cocok di bagian yang melayani publik
daripada bekerja di kantor sebagai administrator. Lingkup pendayagunaan ini
adalah mutasi, promosi, rotasi, perluasan tugas dan tanggung jawab.
Menurut Salimah (2009), Penerapan model 7P di rumah sakit meliputi :
1. Perencanaan.
Perencanaan merupakan aktivitas proses penetapan apa yang ingin dicapai
dan pengorganisasian sumberdaya untuk mencapainya. Perencanaan sumber daya
manusia meliputi jenis tenaga yang dibutuhkan dan berapa jumlahnya yang
disesuaikan dengan lingkup pelayanan yang akan dilaksanakan. Lingkup
pelayanan ini biasanya ditentukan berdasarkan tipe rumah sakitnya. Lingkup
pelayanan rumah rumah sakit (tipe A/B/C/D) mempunyai standar minimal.
Misalnya untuk rumah sakit tipe C minimal pelayanan medisnya adalah 4 besar
spesialistik yaitu spesialis obsgyn, anak, bedah dan dalam. Dengan adanya
ketentuan tersebut maka tentu saja perencanaan SDM di rumah sakit tipe C akan
berbeda dengan tipe yang lain.
2. Penerimaan.
Penerimaan karyawan merupakan tahap yang sangat kritis dalam manajemen
SDM. Bukan saja karena biaya proses penerimaan karyawan sangat mahal tetapi
merekrut orang yang tidak tepat ibarat menanam benih yang buruk. Ia akan
menghasilkan buah yang dapat merusak tatanan sebuah organisasi secara
keseluruhan. Rumah sakit merupakan sebuah organisasi pelayanan jasa yang sifat
produknya intangible (tidak bisa dilihat) tetapi bisa dirasakan. Dan pelayanan ini
hampir mutlak langsung diberikan oleh karyawan (bukan oleh mesin/atau alat).
Sehingga sikap, perilaku dan karakter karyawan sangat mempengaruhi kualitas
jasa yang diberikan. Oleh karena itu, proses penerimaan SDM rumah sakit harus
memperhatikan sikap, perilaku dan karakter calon karyawan.
3. Pengembangan.
Kompetensi SDM tidak terbentuk dengan otomatis. Kompetensi harus
dikembangkan secara terencana sesuai dengan pengembangan usaha agar menjadi
kekuatan untuk mendukung pencapaian tujuan organisasi. Di rumah sakit
diperlukan karyawan yang selalu meningkat kompetensinya karena tehnologi,
ilmu pengetahuan tentang pelayanan kesehatan berkembang sangat pesat dari
waktu kewaktu. Adanya peralatan baru, metode perawatan yang berubah
merupakan contoh betapa perlunya pengembangan kompetensi. Kegiatan
pengembangan kompetensi ini antara lain pendidikan dan pelatihan, pemagangan
di rumah sakit lain, rotasi, mutasi.
4. Pembudayaan.
Budaya perusahaan merupakan pondasi bagi organisasi dan pijakan bagi
pelaku yang ada didalamnya. Budaya organisasi adalah norma-norma dan nilai-
nilai positif yang telah dipilih menjadi pedoman dan ukuran kepatutan perilaku
para anggota organisai. Anggota organisasi boleh pintar secara rasional, tetapi
kalau tidak diimbangi dengan kecerdasan emosional dan kebiasaan positif maka
intelektual semata akan dapat menimbulkan masalah bagi organisasi.
Pembentukan budaya organisasi merupakan salah satu lingkup dalam manajemen
SDM.
5. Pendayagunaan.
The right person in the right place merupakan salah satu prinsip
pendayagunaan. Bagaimana kita menempatkan SDM yang ada pada tempat atau
tugas yang sebaik-baiknya sehingga SDM tersebut bisa bekerja secara optimal.
Ada SDM yang mudah bergaul, luwes, sabar tetapi tidak telaten dalam hal
keadministrasian. Mungkin SDM ini cocok di bagian yang melayani publik
daripada bekerja di kantor sebagai administrator. Lingkup pendayagunaan ini
adalah mutasi, promosi, rotasi, perluasan tugas dan tanggung jawab.
6. Pemeliharaan.
SDM merupakan manusia yang memiliki hak asasi yang dilindungi dengan
hukum. Sehingga SDM tidak bisa diperlakukan semaunya oleh perusahaan karena
bisa mengancam organisasi bila tidak dikelola dengan baik. SDM perlu dipelihara
dengan cara misalnya pemberian gaji sesuai standar, jaminan kesehatan, kepastian
masa depan, membangun iklim kerja yang kondusif, memberikan penghargaan
atas prestasi dsb.
7. Pensiun.
Dengan berjalannya waktu SDM akan memasuki masa pensiun. Rumah sakit
harus menghindari kesan ” habis manis sepah dibuang”, dimana ketika
karyawannya sudah masa pensiun kemudian di keluarkan begitu saja. Karena itu
sepatutnya rumah sakit mempersiapkan karyawannya agar siap memasuki dunia
purna waktu dengan keyakinan. Ada banyak hal yang bisa disiapkan yaitu
pemberikan tunjangan hari tua yang akan diberikan pada saat karyawan pensiun,
pemberikan pelatihan-pelatihan khusus untuk membekali calon purnakarya.
Langkah – langkah tersebutlah yang harus di lakukan oleh kepala ruangan dalam
memenuhi kebutuhan tenaga perawat yang dinginkan dan di butuhkan di ruangan
bedah Rumah Sakit XYZ
Metode Swansburg
Menurut Warstler dalam Swansburg dan Swansburg (1999), merekomendasikan
untuk pembagian proporsi dinas dalam satu hari pagi : siang : malam = 47 % : 36
% : 17 %
Sehingga jika jumlah total staf keperawatan /hari = 15 orang
Pagi : 47% x 15 = 7,05= 7 orang
Sore : 36% x 15 = 5,4 = 5 orang
Malam : 17% x 15 = 2,55 = 3 orang
Pertama hitung berapa kali jumlah seluruh perawat masuk selama 1 minggu
dengan 6 hari kerja.
15 orang x 6 hari = 90 x
Kedua, bagi jumlah perawat yang masuk pagi, siang dan malam seluruhnya
Pagi : 47% x 90 = 42,3 = 42 x
Sore : 36% x 90 = 32,4 = 32 x
Malam : 17% x 90 = 15,3 = 15 x
Lalu setiap perawat akan mendapat jatah dinas dan libur selama seminggu :
Pagi = 3 kali
Siang = 2 kali
Malam = 1 kali
Libur = 1 kali
A. Kesimpulan
staffing dapat diartikan sebagai suatu proses untuk mengisi
pekerjaan dengan orang yang tepat. Hal ini merupakan bagian dari tugas
manajer organisasi. Dan ini merupakan seni dari penempatan orang-orang
yang berijazah atau memenuhi syarat dan antusias ke dalam posisi
jabatanpekerjaan yang ditawarkan.
Proses staffing terdiri dari perencanaan sumber daya, rekruitmen,
seleksi, pengenalan dan orientasi, pelatihan dan pengembangan, penilaian
pelaksanaan kerja, pemberian jasa dan penghargaan, perencanaan dan
pengembangan karie
B. Saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah kami ini masih jauh
dari kata sempurna untuk kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca.
DAFTAR PUSTAKA