Anda di halaman 1dari 61

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN “E” DENGAN DIAGNOSA

NON HEMORAGIC STROKE DI RUANG BERNADETH 2 RUMAH


SAKIT STELLA MARIS MAKASSAR

Disusun Oleh :
Kelompok 14

WINDA KURNIA YULIUS KRISTOFORUS S.


WIWIN ASMIRANDA
YULIUS MALO
WIWIN WINDA SARI
YUNIK MELYANI STENI
YASNI DAIMAN HASIMAN SAIK
YENI DOYALILDA YUNITA FIRGINIA K.K
YOHANA MARIA APRILIANTI EKA PUTRI R.
YUSTINA CICI FAUDIN
YOHANES LEONARDO MAHON AMURDI
YUSTINA RANDA BALUDUNG
YOHANIS TENDE BORO
YOSEPH ARSONO ZULAIHA NITASARI
YUDHA FRANSTINO RA’BA

PROGRAM PROFESI NERS SEKOLAH


TINGGI ILMU KESEHATAN STELLA
MARIS MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menolong
hamba-Nya dalam menyelesaikan asuhan keperawatan ini dengan penuh kemudahan.
Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan asuhan
keperawatan ini dengan baik.

Asuhan keperawatan ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
“Asuhan Keperawatan pada Pasien NHS”, yang kami sajikan berdasarkan hasil pencarian
kami dari berbagai sumber. Asuhan keperawatan ini kami susun dengan berbagai rintangan,
baik itu yang datang dari diri kami sendiri maupun yang datang dari luar. Namun, dengan
penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan akhirnya asuhan keperawatan ini
dapat terselesaikan tepat waktu.

Semoga asuhan keperawatan ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada
pembaca. Walaupun asuhan keperawatan ini tidak luput dari kelebihan dan kekurangan.
Kami mohon saran dan kritiknya untuk kedepan yang lebih baik. Terima kasih.

Makassar, 03 Agustus 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ i


DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii-iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................... 1-3
B. Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3
C. Tujuan ......................................................................................................................... 3
1. Tujuan Umum ....................................................................................................... 3
2. Tujuan Khusus ....................................................................................................... 3
D. Manfaat....................................................................................................................... 4
1. Bagi Pasien dan Keluarga ...................................................................................... 4
2. Bagi Mahasiswa...................................................................................................... 4
3. Bagi Rumah Sakit.................................................................................................... 4
4. Bagi Institusi/Akademik ......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi ........................................................................................................................ 5
B. Etiologi ..................................................................................................................... 5-9
C. Klasifikasi ................................................................................................................ 9-10
D. Manifestasi Klinis ................................................................................................. 10-12
E. Patofisiologis ........................................................................................................ 12-13
F. Pemeriksaan Diagnostik ....................................................................................... 13-15
G. Penatalaksanaan .................................................................................................. 15-16
H. Komplikasi ................................................................................................................. 16
I. Rehabiliatsi Pasca Stroke ..................................................................................... 16-18
J. Pathway................................................................................................................ 19-21
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan ..................................................................................... 19-33
B. Analisa Data ......................................................................................................... 34-35
C. Diagnosis Keperawatan............................................................................................. 36
D. Intervensi keperawatan ....................................................................................... 37-39
E. Implementasi Keperawatan ................................................................................. 40-49

ii
F. Evaluasi Keperawatan .......................................................................................... 50-56
BAB IV PENUTUP
A. Simpulan .................................................................................................................... 57
B. Saran .................................................................................................................... 57-58
1. Bagi Pasien dan Keluarga...................................................................................... 57
2. Bagi Mahasiswa ..................................................................................................... 58
3. Bagi Rumah Sakit ................................................................................................... 58
a. Bagi Institusi/Akademik........................................................................................ 58
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan peradaban manusia sudah semakin berkembang pesat di segala bidang
kehidupan. Ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari masyarakat moderen. Kesibukan yang luar biasa terutama di kota besar
membuat manusia terkadang lalai terhadap kesehatan tubuhnya. Pola makan tidak
teratur, kurang olahraga, jam kerja berlebihan serta konsumsi makanan cepat saji sudah
menjadi kebiasaan lazim yang berpotensi menimbulkan berbagai macam penyakit
pembuluh darah dan penyakit non infeksi salah satunya adalah penyakit yang menyerang
pembuluh darah otak yaitu stroke (Basri,2015). World Health Organization
(WHO) mendefinisikan stroke sebagai gangguan fungsional otak vokal maupun global
akibat terganggunya aliran peredaran darah otak yang berlangsung lebih dari 24 jam atau
dapat menyebabkan kematian (Pinzon, 2015). Stroke merupakan penyebab kematian
ketiga terbesar di dunia dengan Angka kejadian lebih dari 5,1 Juta. Pada tahun 2020
Diperkirakan 7,6 juta orang akan meninggal karena stroke (Junaidi 2015)
Penyebab terjadinya stroke pun beragam, ada yang dikarenakan pembuluh darah
pecah, pembuluh darah yang tersumbat dan masih banyak lagi penyebab stroke. Tekanan
darah yang terlalu tinggi atau sering disebut hipertensi juga merupakan salah satu
penyebabnya, pentingnya menjaga tekanan darah dalam keadaan normal tidak terlalu
tinggi maupun terlalu rendah. Pola makan dan gaya hidup sehat juga harus diperhatikan,
orang yang menderita stroke pasti mengalami perubahan dalam hidupnya walaupun
telah mendapatkan perawatan secara lengkap, stroke tidak hanya mempengaruhi fisik
penderitaannya tetapi hubungannya dengan teman keluarga dan karir. Pada umumnya
orang awam kurang mengenali gejala-gejala stroke yang terjadi hal ini dikarenakan
kurangnya informasi mengenai penyakit stroke, 3 jam setelah diketahui gejala-gejala
stroke harus segera mendapat penanganan secara cepat dan tepat. Hal ini bertujuan agar
kerusakan otak dapat ditangani dengan cepat. Lebih dari 3 jam tidak segera
mendapatkan penanganan, maka dapat menyebabkan kerusakan yang parah hingga
menyebabkan kematian. (Sheria Puspita Arum 2015).

1
Berdasarkan hasil riskesdas tahun 2015, prevalensi penyakit stroke di indonesia
meningkat seiring bertambahnya umur. Kasus stroke tertinggi yang terdiagnosis tenaga
kesehatan adalah usia >75 tahun yaitu sebesar (43,1%) pada kelompok usia 15-24 tahun
yaitu sebesar 0,2%. Prevalensi stroke berdasarkan jenis kelamin laki-laki lebih tinggi yaitu
sebesar (7,1%) Dibandingkan dengan perempuan yaitu sebesar (6,8%). Berdasarkan
tempat tinggal, prevalensi stroke di perkotaan lebih tinggi yaitu sekitar (5,7%). Struktur
masuk dalam 10 besar penyakit terbanyak di Indonesia pada tahun 2014, prevalensi
kasus stroke di indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7,0 mill dan
yang terdiagnosis memiliki gejala stroke sebesar 12,1 per mill. Prevalensi kasus stroke
tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi Selatan (17,9%).
Fase akut memiliki gejala yang lebih buruk dibandingkan efek setelah pemulihan.
Misalnya jika gejala stroke pada awal meliputi mati rasa pada tangan dan
ketidakmampuan untuk menggerakkan lengan, cacat selama dan setelah pemulihan
mungkin termasuk mati rasa, kadang-kadang kesemutan sesekali, dan kelemahan pada
jemari. Seringkali pada tahap darurat serangan stroke, pasien membutuhkan istirahat,
dukungan perawatan jarak dekat serta bantuan lainnya, selamanya dirawat di rumah
sakit lingkungan rumah sakit memang diatur sedemikian rupa untuk menggabungkan
jadwal pengobatan, waktu makan, serta rutinitas untuk menjaga kebersihan pribadi.
Pasien yang berada di rumah sakit untuk perawatan stroke umumnya tidak
diperbolehkan membaca, berfikir tentang masalah rumit, membuat keputusan, atau
membawa benda-benda berat. Selama fase rehabilitasi dan setelah pulang ke rumah
keterampilan integratif kompleks umumnya diuji dalam lingkungan di mana penurunan
fungsi tubuh nyata dirasakan oleh pasien. Ketidakmampuan secara mandiri mengelola
beberapa tugas tidak tampak menjadi masalah hingga pasien diharuskan menjalankan
rutinitasnya. (Smeltzer, 2015).
Semakin meningkatnya angka penyakit stroke dipengaruhi oleh faktor resiko yang
bersifat genetik dan bahkan tidak mungkin untuk diubah (misalnya: um ur, jenis kelamin).
Faktor risiko lainnya dipengaruhi oleh lingkungan dan mudah dicegah (misalnya perokok)
dan ada pula faktor risiko yang merupakan kombinasi antara lingkungan dan familial
(misalnya: hipertensi). Berdasarkan data-data yang didapat, Angka kejadian penyakit
stroke cukup tinggi dan pemulihannya membutuhkan waktu itu yang lama, sehingga
perawat juga harus memiliki kemampuan dalam bidang pengetahuan dan keterampilan

2
dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pemberi asuhan keperawatan
Sesuai dengan standar profesi dan salah satunya adalah pada pasien stroke dari uraian
tersebut maka penulis tertarik untuk mengambil masalah non hemoragik stroke sebagai
Asuhan Keperawatan yang dilakukan di ruang perawatan walet Rumah Sakit Bhayangkara
Makassar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Non Hemoragic Stroke?
2. Apa etiologi Non Hemoragic Stroke?
3. Apa klasifikasi Non Hemoragic Stroke?
4. Apa manifestasi klinis Non Hemoragic Stroke?
5. Apa patofisiologi Non Hemoragic Stroke?
6. Apa pemeriksaan diagnostic Non Hemoragic Stroke?
7. Apa saja penatalaksanaan Non Hemoragic Stroke?
8. Apa saja komplikasi Non Hemoragic Stroke?
9. Apa saja rehabilitas pasca stroke pada Non Hemoragic Stroke?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada Non Hemoragic Stroke?

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran nyata dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien
dengan Non Hemoragic Stroke
2. Tujuan Khusus
a. Melaksanakan pengkajian dan merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien
dengan Non Hemoragic Stroke.
b. Menetapkan perencanaan asuhan keperawatan pada pasien dengan Non
Hemoragic Stroke.
c. Melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan Non Hemoragic Stroke. d.
Melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien dengan Non Hemoragic Stroke. e.
Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada pasien dengan Non Hemoragic
Stroke.

3
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dapat Dijadikan sebagai pedoman dalam mengajarkan cara rawat pasien
dengan non hemoragik stroke dan keluarga mengetahui dan mampu menerapkan
cara merawat pasien Non Hemoragic Stroke
2. Bagi Mahasiswa
Dapat menjadi bahan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan
keterampilan serta menambahkan pengalaman telah melakukan asuhan keperawatan
pada pasien dengan Non Hemoragic Stroke.
3. Bagi Rumah Sakit
Karya tulis ini dapat menjadi bahan masukan demi meningkatkan ilmu
pengetahuan dan keterampilan bagi petugas kesehatan khususnya perawat, agar
dapat menjalankan tugas khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Non Hemoragic Stroke.
4. Bagi Institusi/Akademik
Sebagai bahan acuan dalam menunjang pengetahuan bagi peserta didik dalam
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Non Hemoragic Stroke.

4
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA

A. Definisi
Stroke atau cerebral vaskuler accident (CVA) adalah gangguan dalam sirkulasi
Intraserebral yang berkaitan vascular insuffisiency, trombosis, emboli, atau perdarahan
(Muliati, 2018).
Stroke non hemoragik adalah stroke yang di sebabkan karena penyumbatan
pembuluh darah di otak oleh thrombosis maupun emboli sehingga suplai glukosa dan
oksigen ke otak berkurang dan terjadi kematian sel atau jaringan otak yang disuplai
(Nggebu, 2019).
Stroke non hemoragik atau infark dalah cidera otak yang berkaitan dengan
obstruksi aliran darah otak terjadi akibat pembentukan trombus di arteri cerebrum atau
embolis yang mengalir ke otak dan tempat lain tubuh (Ratnasari, 2020).

B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a) Jenis Kelamin
Stroke menyerang laki-laki 19% lebih banyak dibandingkan perempuan. Hal
ini dikarenakan perempuan memiliki hormon esterogen yang berperan dalam
mempertahankan kekebalan tubuh sampai menopause dan sebagai proteksi atau
pelindung pada proses ateroskerosis. Namun setelah perempuan tersebut
mengalami menopouse , besar risiko terkena stroke antara laki-laki dan
perempuan menjadi sama (Ummaroh, 2019).
b) Usia
Stroke dapat menyerang siapa saja, semakin tua usia seseorang maka
semakin besar kemungkinan orang tersebut terkena stroke. Penderita stroke lebih
banyak terjadi pada usia diatas 50 tahun dibandingkan dengan yang berusia
dibawah 50 tahun. Dimana pada usia tersebut semua organ tubuh termasuk
pembuluh darah otak menjadi rapuh (Ratnasari, 2020).

5
c) Riwayat Stroke dalam Keluarga
Dari sekian banyak kasus stroke yang terjadi, sebagian besar penderita
stroke memiliki faktor riwayat stroke dalam keluarganya. Keturunan dari
penderita stroke diketahui menyebabkan perubahan penanda aterosklerosis
awal, yaitu proses terjadinya timbunan zat lemak dibawah lapisan dinding
pembuluh darah yang dapat memicu terjadinya stroke. Beberapa penelitian lain
yang telah dilakukan mengesankan bahwa riwayat stroke dalam keluarga
mencerminkan suatu hubungan antara faktor genetis dengan tidak berfungsinya
lapisan dinding pembuluh darah dalam arteri koronaria (Ummaroh, 2019).
2. Faktor Presipitasi
a) Hipertensi
Hipertensi, merupakan faktor risiko tunggal yang paling penting untuk
stroke iskemik maupun stroke perdarahan. Pada keadaan hipertensi, pembuluh
darah mendapat tekanan yang cukup besar. Jika proses tekanan berlangsung
lama, dapat menyebabkan kelemahan pada dinding pembilih darah sehingga
menjadi rapuh dan mudah pecah. Hipertensi juga dapat menyebabkan
arterosklerosis dan penyempitan diameter pembuluh darah sehingga
mengganggu aliran darah ke jaringan otak (Nasution, 2013).
b) Penyakit Jantung
Faktor risiko berikutnya adalah penyakit jantung, terutama penyakit yang
disebut atrial fibrilation, yakni penyakit jantung dengan denyut jantung yang tidak
teratur di bilik kiri atas. Denyut jantung di atrium kiri ini mencapai empat kali lebih
cepat dibandingkan di bagian-bagian lain jantung. Ini menyebabkan aliran darah
menjadi tidak teratur dan secara insidentil terjadi pembentukan gumpalan darah.
Gumpalan-gumpalan inilah yang kemudian dapat mencapai otak dan
menyebabkan stroke. Pada orang-orang berusia di atas 80 tahun, atrial fibrilation
merupakan penyebab utama kematian pada satu di antara empat kasus stroke.
Faktor lain dapat terjadi pada pelaksanaan operasi jantung yang berupaya
memperbaiki cacat bentuk jantung atau penyakit jantung. Tanpa diduga, plak
dapat terlepas dari dinding aorta (batang nadi jantung), lalu hanyut mengikuti
aliran darah ke leher dan ke otak yang kemudian menyebabkan stroke (Juwani,
2013).

6
c) Diabetes Mellitus
Penyakit diabetes mellitus dapat mempercepat timbulnya plak pada
pembuluh darah yang dapat mengakibatkan resiko terjadinya stroke iskemik.
Seseorang dikatakan menderita diabetes mellitus jika pemeriksaan gula darah
puasa > 140 mg/dL, atau pemeriksaan 2 jam post prandial > 200 mg/dL Penderita
diabetes cenderung menderita obesitas, obesitas dapat mengakibatkan hipertensi
dan tingginya kadar kolesterol, dimana keduanya merupakan faktor resiko stroke
(Ratnasari, 2020).
d) Obesitas
Stroke terkait dengan tingginya kadar lemak dan kolestrol dalam darah.
Pada orang dengan obesitas, biasanya kadar LDL yang (Low-Density Lipoprotein)
lebih tinggi dibandingkan kadar HDL (High-Density Lipoprotein).
e) Merokok
Merokok dapat mengakibatkan rusaknya pembuluh darah dan peningkatan
plak pada dinding pembuluh darah yang dapat menghambat sirkulasi darah.
Merokok meningkatkan resiko terkena stroke dua sampai empat kali ini berlaku
untuk semua jenis rokok dan untuk semua tipe stroke, terutama perdarahan
subaraknoid karena terbentuknya aneurisma dan stroke iskemik. Asap rokok
mengandung beberapa zat yang bahaya yang disebut dengan zat oksidator.
Dimana zat tersebut menimbulkan kerusakan dinding arteri dan menjadi tempat
penimbunan lemak, sel trombosit, kolesterol, penyempitan dan pergeseran arteri
diseluruh tubuh termasuk otak, jantung dan tungkai. Sehingga merokok dapat
menyebabkan terjadinya arteriosklerosis, mengurangi aliran darah, dan
menyebabkan darah menggumpal sehingga resiko terkena stroke (Ratnasari,
2020).
f) Dislipidemia
Kadar kolesterol LDL (kolesterol jahat) dan kolesterol total yang tinggi
mengakibatkan resiko stroke sampai dua kali lipat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa angka kejadian stroke 23 meningkat pada pasien dengan kadar kolesterol
diatas 240 mg%. Setiap kenaikan kolesterol 38,7 mg% menaikkan angka stroke
25% sedangkan kenaikan HDL (High Density Lipoprotein) 1 mmol (38,7 mg%)
menurunkan angka stroke setinggi 47% (Ratnasari, 2020).

7
g) Life Style
Life style atau gaya hidup seringkali dikaitkan sebagai pemicu berbagai
penyakit yang menyerang, baik pada usia produktif maupun usia lanjut. Salah satu
contoh life style yaitu berkaitan dengan pola makan.Generasi muda biasanya
sering menerapkan pola makan yang tidak sehat dengan seringnya mengkonsumsi
makanan siap saji yang serat lemak dan kolesterol namun rendah sehat.
Kemudian, seringnya mengonsumsi makanan yang digoreng atau makanan
dengan kadar gula tinggi dan berbagai jenis makanan yang ditambah zat
pewarna/penyedap/pemanis dan lain-lain. Faktor gaya hidup lain yang dapat
beresiko terkena stroke yaitu sedentary life style atau kebiasaan hidup santai dan
malas berolah raga. Hal ini dapat mengakibatkan kurangnya kemampuan
metabolisme tubuh dalam pembakaran zat-zat makanan yang dikonsumsi.
Sehingga, beresiko membentuk terjadinya tumpukan kadar lemak dan kolestrol
dalam darah yang beresiko membentuk ateroskelorosis (plak) yang dapat
menyumbat pembuluh darah yang dapat berakibat pada munculnya serangan
jantung dan stroke (Ummaroh, 2019).
h) Stress
Stres yang bersifat konstan dan terus menerus memengaruhi kerja kelenjar
adrenal dan tiroid dalam memproduksi hormon adrenalin, tiroksin, dan kortisol
sebagai hormon utama stres akan naik jumlahnya dan berpengaruh secara signifi
kan pada sistem homeostasis. Adrenalin yang bekerja secara sinergis dengan
sistem saraf simpatis berpengaruh terhadap kenaikan denyut jantung dan
tekanan darah. Tiroksin selain meningkatkan Basal Metabolism Rate (BMR) juga
menaikkan denyut jantung dan frekuensi nafas. Peningkatan denyut jantung inilah
yang akan memperberat aterosklerosis. Stress dapat merangsang pelepasan
hormon adrenalin dan memacu jantung untuk berdetak lebih cepat dan lebih
kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat (Ramadhani & Adrian, 2015).
i) Cedera Kepala dan Leher
Cedera pada kepala atau cedera otak traumatik dapat menyebabkan
pendarahan di dalam otak dan menyebabkan kerusakan yang sama seperti pada
stroke hemoragik. Cedera pada leher, bila terkait dengan robeknya tulang
punggung atau pembuluh karotid akibat peregangan atau pemutaran leher secara

8
berlebihan atau adanya tekanan pada pembuluh merupakan penyebab stroke
yang cukup berperan, terutama pada orang dewasa usia muda (Juwani, 2013).
j) Konsumsi Kopi
Konsumsi kopi dapat meningkatkan resiko terjadinya stroke iskemik, di
sebabkan oleh denyut jantung yang meningkat beberapa saat setelah
mengkonsumsi segelas kopi, yang dapat terjadinya aliran darah ke otak tidak
stabil akibatnya kerja jantung yang meningkat sehingga kapasitas pembuluh darah
bertambah dan akan beresiko terjadinya penyumbatan didalam Arteri (Juwani,
2013).
k) Konsumsi Alkohol
Makin banyak konsumsi alkohol maka kemungkinan stroke. Makin tinggi
karena alkohol dapat menaikan tekanan darah, memperlemah jantung,
mengentalkan darah dan menyebabkan kejang arteri. konsumsi alkohol secara
berlebihan dapat mempengaruhi jumlah platelet sehingga mempengaruhi
kekentalan dan penggumpalan darah, yang menjurus ke perdarahan di otak serta
memperbesar risiko stroke iskemik (Udani, 2013).

C. Klasifikasi
Menurut Lusiana (2019) klasifikasi stroke dibagi menjadi dua, yaitu :
1. Stroke Iskemik
Stroke iskemik yang terjadi akibat obstruksi atau bekuan di satu atau lebih
arteri besar pada sirkulasi serebrum. Obstruksi dapat disebabkan oleh bekuan
(trombus) yang terbentuk didalam pembuluh darah otak atau pembukuh darah organ
distal. Terdapat beragam penyebab stroke trombotik dan embolik primer termasuk
ateroslerosis, arteritis, keadaan hiperkoagulasi dan penyakit jantung strukural.
Penyebab lain stroke iskemik adalah vasospasme yang sering merupakan respons
vaskuler reaktif terhadap perdarahan ke dalam ruang antara araknoid dan piameter
meningen. Sebagian stroke iskemik tidak menimbulkan nyeri, karena jaringan otak
tidak peka terhadap nyeri. Namun, pembuluh darah besar dileher dan batang otak
memiliki banyak reseptor nyeri sehingga cedera pada pembuluh -pembuluh darah ini
saat serangan iskemik dapat menimbulkan nyeri kepala.

9
Menurut Prakasita (2015) berdasarkan perjalanan klinis, stroke iskemik
dikelompokkan menjadi :
a) TIA (Transient Ischemic Attack)
Pada TIA gejala neurologis timbul dan menghilang kurang dari 24 jam. Disebabkan
oleh gangguan akut fungsi fokal serebral, emboli maupun trombosis.
b) RIND (Reversible Ischemic Neurologic Deficit)
Gejala neurologis pada RIND menghilang lebih dari 24 jam namun kurang dari 21
hari.
c) Stroke in Evolution
Stroke yang sedang berjalan dan semakin parah dari waktu ke waktu.
d) Completed Stroke
Kelainan neurologisnya bersifat menetap dan tidak berkembang lagi.
2. Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi sekitar 20 % dari seluruh kasus stroke. Pada stroke ini,
lesi vaskuler intraserebrum mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan di
subaraknoid atau langsung ke dalam jaringan otak. Perdarahan dapat secara cepat
menimbulkan gejala neurogenik karena tekanan pada struktur-struktur saraf di 12
dalam tengkorak. Biasanya stroke hemoragik secara cepat menyebabkan kerusakan
fungsi otak dan kehilangan kesadaran.

D. Manifestasi Klinis
Menurut Ginting (2017) gejala umum yang sering terjadi dan mudah dilihat adalah
penderita merasakan lemah dan mati rasa atau bebal pada bagian wajah, tangan, atau
kaki terutama salah satu bagian tubuh. Gejala stroke dapat disingkat FAST untuk
memudahkan masyarakat dalam mengenali gejala tersebut:
1. F (face/wajah)
Minta orang tersebut untuk tersenyum. Wajah akan terlihat tidak simetris (asim etris),
sebelah sudut mulut tertarik ke bawah dan lekukan antara hidung ke sudut mulut
tampak mendatar.
2. A (arms drive/gerakan lengan)
Minta orang tersebut untuk mengangkat kedua lengan. Lengan diangkat lurus sejajar
kedepan dengan sudut 900 dan telapak tangan keatas selama 30 detik. Jika

10
kelumpuhan lengan ringan dan tanpa disadari penderita, maka lengan lumpuh akan
turun (menjadi tidak sejajar lagi) sedangkan kelumpuhan yang berat, lengan tersebut
tidak bisa diangkat lagi dan tidak dapat digerakkan.
3. S (speech/bicara)
Minta orang tersebut mengulangi kalimat sederhana. Maka akan terlihat gangguan
berbicara (artikulasi terganggu) atau sulit berbicara (gagu) atau bisa bicara tetapi
mengalami gangguan pemahaman atau sulit mengerti.
4. T (time/waktu )
Segera memanggil ambulans atau ke rumah sakit jika menemukan tiga gejala diatas
seperti perubahan wajah, kelumpuhan dan bicara atau disertai gejala seperti :
a. Kehilangan kesadaran (pingsan)
b. Pusing berputar (vertigo)
c. Kesemutan separuh badan
d. Penglihatan tiba-tiba kabur pada kedua atau salah satu mata.

Menurut Katrisnani (2019) Stroke menyebabkan berbagai defisit neurologik,


bergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang
perfusinya tidak adekuat, dan jumlah aliran darah kolateral (sekunder atau aksesori).
Fungsi otak yang rusak tidak dapat membaik sepenuhnya.
1. Kehilangan motorik
Disfungsi motorik paling umum adalah paralisis pada salah satu sisi atau
hemiplegia karena lesi pada sisi otak yang berlawanan. Diawal ta hapan stroke,
gambaran klinis yang muncul adalah paralisis dan hilang atau menurunnya refleks
tendon dalam atau penurunan 30 kekuatan otot untuk melakukan pergerakkan,
apabila refleks tendon dalam ini muncul kembali biasanya dalam waktu 48 jam,
peningkatan tonus disertai dengan spastisitas atau peningkatan tonus otot abnormal
pada ekstremitas yang terkena dapat dilihat (Afandy, 2018).
2. Kehilangan Komunikasi
Menurut Katrisnani (2019) fungsi otak lain yang dipengaruhi oleh stroke adalah
bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum. Disfungsi
bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut:

11
a) Disartria (kesulitan berbicara), ditunjukkan dengan bicara yang sulit dimengerti
yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab untuk menghasilkan
bicara.
b) Disfasia atau afasia (bicara defektif atau kehilangan bicara), yang terutama
ekspresif atau reseptif.
c) Apraksia (ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya), seperti terlihat ketika pasien mengambil sisir dan berusaha untuk
menyisir rambutnya.
3. Gangguan Persepsi
Ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Stroke dapat
mengakibatkan disfungsi persepsi visual, gangguan dalam hubungan visual-spasial
dan kehilangan sensori (Katrisnani, 2019).
4. Kerusakan Fungsi Kognitif dan Efek Psikologik
Menurut Afandy (2018) gangguan persepsi sensori merupakan
ketidakmampuan untuk menginterpretasikan sensasi. Gangguan persepsi sensori
pada stroke meliputi:
a) Disfungsi persepsi visual, karena gangguan jaras sensori primer diantara mata dan
korteks visual. Kehilangan setengah lapang pandang terjadi sementara atau
permanen (homonimus hemianopsia). Sisi visual yang terkena berkaitan dengan
sisi tubuh yang paralisis. Kepala penderita berpaling dari sisi tubuh yang sakit dan
cendrung mengabaikan bahwa tempat dan ruang pada sisi tersebut yang disebut
dengan amorfosintesis. Pada keadaan ini penderita hanya mampu melihat
makanan pada setengah nampan, dan hanya setengah ruangan yang terlihat.
b) Gangguan hubungan visual-spasial yaitu mendapatkan hubungan dua atau lebih
objek dalam area spasial sering terlihat pada penderita dengan hemiplegia kiri.
Penderita tidak dapat memakai pakaian tanpa bantuan karena ketidakmampuan
untuk mencocokkan pakaian ke bagian tubuh.
c) Kehilangan sensori, karena stroke dapat berupa kerusakan sentuhan ringan atau
berat dengan kehilangan propriosepsi yaitu kemampuan untuk merasakan posisi
dan gerakan bagian tubuh serta kesulitan dalam menginterpretasikan stimuli
visual, taktil, dan auditorius.

12
5. Disfungsi kandung kemih
Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius sementara
karena konfusi, ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, dan
ketidakmampuan untuk menggunakan urinal/bedpan (Katrisnani, 2019).

E. Patofisiologi
Infark serebral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya
infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan
adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang
tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada
gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena
gangguan umum (hipoksia karena gangguan pant dan jantung). Aterosklerosis sering
sebagai faktor penyebab infark pada otak. Trombus dapat berasal dari plak
arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis, tempat aliran darah
mengalami pelambatan atau terjadi turbulensi (Nggebu 2019).
Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah, terbawa sebagai emboli dalam
aliran darah. Trombus mengakibatkan iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh
darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti di sekitar area. Area edema ini
menyebabkan disfungsi yang lebih besar dari pada area infark itu sendiri. Edema dapat
berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan
berkurangnya edema klien mulai menunjukkan perbaikan. Oleh karena trombosis
biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah
serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti trombosis. Jika terjadi
septik infeksi akan meluas pada dinding pembuluh darah maka akan terjadi abses atau
ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat,
menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan menyebabkan
perdarahan serebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak
disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik clan hipertensi pembuluh darah. Perdarahan
intraserebral yang sangat luas akan lebih sering menyebabkan kematian di bandingkan
keseluruhan penyakit serebro vaskulai; karena perdarahan yang luas terjadi destruksi
massa otak, peningkatan tekanan intrakranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan
herniasi otak pada falk serebri atau lewat foramen magnum. Kematian dapat disebabkan

13
oleh kompresi batang otak, hernisfer otak, dan perdarahan batang otak sekunder atau
ekstensi perdarahan ke batang otak. Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada
sepertiga kasus perdarahan otak di nukleus kaudatus, talamus, dan pons. Jika sirkulasi
serebral terhambat, dapat berkembang anoksia serebral: Perubahan yan g disebabkan
oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk waktu 4-6 menit. Perubahan ireversibel jika
anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang
bervariasi salah satunya henti jantung (Nggebu, 2019).

F. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Murtiningsih (2019) pemeriksaan diagnostik pada pasien stroke, yaitu :
1. Radiologi
a) Elektroensefalogram (EEG)
Mengidentifikasi penyakit yang didasarkan pada pemeriksaan pada
gelombang otak dan memungkinkan memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
Pada pasien stroke biasanya dapat menunjukkan apakah terdapat kejang yang
menyerupai dengan gejala stroke dan perubahan karakteristik EEG yang menyertai
stroke yang sering mengalami perubahan (Hello sehat, 2018).
b) Sinar X
Menggambarkan pada perubahan kelenjar lempeng pineal pada daerah yang
berlawanan dari masa yang meluas, klasifikasi karotis internal yang terdapat pada
trombosis serebral.
c) Angiografi Serebral
Pemeriksaan ini membantu untuk menentukan penyebab stroke secara
spesifik antara lain perdarahan, obstruksi arteri, olkusi/rupture.
d) CT-Scan
Pemindaian yang memperlihatkan secara spesifik adanya edema, adanya
hematoma, iskemia dan adanya infark pada stroke. Hasil pemeriksaan tersebut
biasanya terdapat pemadatan di vertikel kiri dan hiperdens lokal.
e) Fungsi Lumbal
Tekanan normal dan biasanya ada trombosis, emboli dan TIA (Transient
Ischaemia Attack). Sedangkan tekanan yang meningkat dan cairan yang
mengandung darah menunjukkan adanya perdarahan subarachnoid atau

14
intrakranial. Kadar protein total meningkat pada kasus trombosis berhubungan
dengan proses inflamasi.
f) Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnetik dengan menentukan
besar atau luas perdarahan yang terjadi pada otak. Hasil dari pemeriksaan ini
digunakan untuk menunjukan adanya daerah yang mengalami infark, hemoragik,
dan malinformasi arteriovena.
g) Ultrasonografi Doppler
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis/ aliran
darah/ muncul plaque/aterosklerosis).
h) Pemeriksaan Thorax
Memperlihatkan keadaan jantung dan menggambarkan perubahan kelenjar
lempeng pineal daerah berlawanan dari masa yang meluas.
2. Laboratorium
a) Pemeriksaan Darah Lengkap
Seperti Hemoglobin, Leukosit, Trombosit, Eritrosit. Semua itu berguna untuk
mengetahui apakah pasien menderita anemia, sedangkan leukosit untuk melihat
sistem imun pasien. Jika kadar leukosit pada pasien diatas normal, berarti ada
penyakit infeksi yang sedang menyerang.
b) Test Darah Koagulasi
Tes ini terdiri dari 4 pemeriksaan yaitu pothromin time, partial
thromboplastin (PTT), Internasional Normalized Ratio (INR) dan agregasi trombosit.
Keempat tes ini berguna untuk mengukur seberapa cepat darah mengumpal. Pada
pasien stroke biasanya ditemukan PT/PTT dalam keadaan normal.
c) Tes Kimia Darah
Tes ini digunakan untuk melihat kandungan gula darah, kolesterol, asam urat
dll. Seseorang yang terindikasi penyakit stroke biasanya memiliki yang gula darah
yang tinggi. Apablia seseorang memiliki riwayat penyakit diabetes yang tidak
diobati maka hal tersebut dapat menjadi faktor pemicu resiko stroke.

G. Penatalaksanaan Medis
Adapun penatalaksanaan medis menurut (Nofitri) yaitu:

15
1. Penatalaksanaan Medis
a) Menurunkan kerusakan iskemik serebral Tindakan awal difokuskan untuk
menyelamatkan sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan oksigen,
glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan mengontrol atau memperbaiki
disritmia serta tekanan darah.
b) Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK Dengan meninggikan kepala 15-30

derajat menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian


dexamethason.
c) Pengobatan

1) Anti Koagulan : Heparin untuk menurunkan kecenderungan perdarahan pada


fase akut
2) Obat Anti Trombotik : Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik

atau embolik
3) Diuretika : Untuk menurunkan edema serebral
d) Pembedahan Endarterektomi karotis dilakukan untuk memperbaiki peredaran

darah otak.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
a) Posisi kepala dan badan 15-30 derajat. Posisi miring apabila muntah dan boleh

mulai mobilisasi bertahap jika hemodinamika stabil.


b) Bebaskan jalan nafas dan pertahankan ventilasi yang adekuat.

c) Tanda-tanda vital usahakan stabil

d) Bedrest

e) Pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit


f) Hindari kenaikan suhu, batuk, konstipasi, atau cairan suction yang berlebih

H. Komplikasi
Menurut Pratama (2019) komplikasi pada penderita stroke, yaitu :
1. Bekuan Darah (trombosis)
Mudah terbentuk pada kaku yang lumpuh menyebabkan penimbunan cairan,
pembengkakan (odema) selain itu juga dapat menyebabkan embolismen paru yaitu
sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan darah ke paru.

16
2. Dekubitus
Bagian tubuh yang sering mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki dan
tumit. Bila memar ini tidak dirawat dengan baik maka akan terjadi ulkus dekubitus dan
infeksi.
3. Pneumonia
Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini menyebabkan
cairan terkumpul di paru-paru dan selanjutnya menimbulkan pneumoni.
4. Atrofi dan Kontraktur (Kekakuan Sendi)
Hal ini disebabkan karena kurang gerak dan immobilisasi.

I. Rehabilitasi Pasca Stroke


Menurut Kurniawan (2017) mengklasifikasikan fase dalam rehabilitasi stroke, sebagai
berikut :
1. Fase Akut
Pasien stroke mendapatkan perawatan di ruang perawatan biasa maupun unit
stroke, dikarenakan kondisi hemodinamik pasien belum stabil. Rehabilitasi fase akut
dilakukan pada 2 minggu pertama pasca serangan stroke. Tujuan rehabilitasi fase akut
ini adalah untuk mempertahankan integritas kulit, mencegah pola postur, mencegah
otot mengalami pemendekan dan kaku sendi, mengatasi gangguan fungsi menelan
dan gangguan komunikasi. Manajemen rehabilitasi fase akut meliputi manajemen
menelan, manajemen berkomunikasi, pencegahan pressure ulcer, pencegahan jatuh,
pencegahan nyeri serta DVT.
2. Fase Sub-akut
Pasien stroke fase sub-akut pada umumnya kondisi hemodinamiknya mulai
stabil dan dibolehkan untuk pulang ke rumah. Apabila pasien masih memerlukan
penanganan rehabilitasi yang intensif maka belum boleh untuk dipulangkan. Fase
rehabilitasi ini dilakukan antara 2 minggu hingga 6 bulan setelah stroke. Tujuan
pemberian rehabilitasi yaitu untuk mengoptimalkan pemulihan neurologis dan
reorganisasi saraf, meningkatkan kualitas hidup dan konsep diri. Latihan pada fase
sub-akut ini yaitu meliputi latihan berdiri dan berjalan, latihan ketahanan, terapi
kognitif, terapi berbicara, dan terapi dengan modalitas, dan juga terapi yang telah
dilakukan pada fase akut dapat dilanjutkan

17
3. Fase Kronis
Program latihan atau rehabilitasi untuk fase kronis berlangsung diatas 6 bulan
setelah terjadi stroke. Pada fase ini latihan endurasi dan penguatan otot dilakukan
secara bertahap dan terus ditingkatkan hingga pasien dapat mencapai aktivitas aktif
yang optimal. Tujuan dari program latihan fase kronis adalah mengoptimalkan dan
mempertahankan kemampuan fungsional yang telah dicapai, mengoptimalkan
kualitas hidup pasien, dan mencegah terjadinya komplikasi. Latihan fase kronis
meliputi latihan berjalan, latihan kekuatan dan latihan keseimbangan.
Menurut Hariandja (2013), peningkatan kualitas hidup penderita stroke melalui
rehabilitasi. Rehabilitasi dilakukan segera mungkin dan secara rutin, hal ini
menyebabkan kembalinya kemampuan motorik penderita stroke secara bertahap.
Rehabilitas pada ekstremitas atas sangatlah penting bagi penderita stroke. Ekstremitas
atas sangat berperan penting dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari seperti makan,
minum, mandi, berpakaian, dan lain sebagainya.
Menurut Sari (2020), penatalaksanaan rehabilitasi yang dapat dilakukan pada
pasien stroke dengan gangguan mobilitas fisik yaitu melakukan mobilisasi sesegera
mungkin saat kondisi neurologis dan hemodinamik penderita stroke telah membaik
atau stabil. Mobilisasi harus dilakukan secara berskala.

18
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Unit : Ruang Bernadeth 2 Autoanamnese :


Kamar : 506 Alloanamnese :
Tanggal masuk RS : 29 Juli 2022
Tanggal Pengkajian : 03 Agustus 2022

I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama Initial : Tn. E
Umur : 53 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah
Jumlah Anak :-
Agama/Suku :Katolik/Toraja
Warga Negara : Indonesia
Bahasa yang Digunakan : Bahasa Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Kary.Swasta
Alamat Rumah : Jl. Tidung

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. S
Umur : 49 tahun
Alamat : Jl. Tidung
Hubungan dengan Pasien: Istri

II. DATA MEDIK


Diagnosa Medik
Saat Masuk : Hemiparese Dextra
Saat Pengkajian : Non Hemoragic Stroke

III. KEADAAN UMUM


A. KEADAAN SAKIT
Pasien tampak sakit ringan
Alasan : Pasien tampak terbaring lemah di tempat tidur, pasien tampak sadar penuh
namun tidak nyambung ketika diajak berbicara (cadel), pasien terpasang cairan RL
500 cc dengan pemberian tetesan dengan jumlah 20 tpm. Tampak terpasang kateter
kurang lebih 100 cc.

19
B. TANDA-TANDA VITAL
1. Kesadaran (kualitatif) : Compos mentis
Skala koma Glasgow (kuatitatif)
a) Respon motorik :6
b) Respon bicara :3
c) Respon membuka mata : 4
Jumlah : 13
Kesimpulan : kesadaran pasien penuh
2. Tekanan darah : 140/80 mmHg
MAP : 100 mmHg
Kesimpulan : Perfusi ginjal memadai
3. Suhu : 36,8oC di Oral Axila Rectal
4. Pernapasan : 22 x/i
5. Irama : Teratur Bradipnea Takipnea Kusmaul
Cheyness-stokes
Jenis : Dada Perut
6. Nadi : 82 x/i
Irama : Teratur Bradikardi Takikardi
Kuat Lemah

C. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas :-
2. Tinggi badan : 170 cm
3. Berat badan : 70 kg
4. IMT (Indeks Massa Tubuh) : 24,2 kg/m2
kesimpulan : Berat badan normal

20
D. GENOGRAM

Keterangan:

: Laki-Laki

: Perempuan

: Pasien

: Meninggal

: Garis perkawinan

: Garis keturunan

: Garis serumah

21
Penjelasan :
Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara dan istrinya adalah anak kedua
dari tiga bersaudara. Pasien dan istrinya tidak memiliki anak. Istrinya mengatakan
bahwa ibu mertuanya memiliki riwayat hipertensi dan meninggal karena serangan
jantung sedangkan ayah mertuanya tidak memiliki riwayat apapun dan meninggal
karena faktor umur. Begitupun dengan orang tua istri pasien tidak memiliki riwayat
penyakit apapun namun sudah meninggal karena faktor umur. Istrinya mengatakan
hanya suaminya yang mengalami stroke.

IV.PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN
KESEHATAN
1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga mengatakan bila pasien sakit kepala akan pergi membeli obat di
apotek atau berobat ke puskesmas. Keluarga juga mengatakan pasien memiliki
kebiasaan jarang berolahraga dan sangat suka minum kopi, tiada hari tanpa
meminum segelas besar kopi, pasien juga menyukai makan coto dan ikan
bakar, makanan yang sering dihidangkan dirumah lauk pauk yang digoreng
seperti ikan goreng atau tempe/tahu goreng. Keluarga juga mengatakan
bahwa pasien memiliki riwayat penyakit Hipertensi kurang lebih sudah 23
tahun dan stroke kurang 5 tahun.
2. Riwayat penyakit saat ini :
a) Keluhan utama : Lemah pada sisi bagian tubuh sebelah
kanan.
b) Riwayat keluhan utama :
Keluarga mengatakan pasien merasa lemah pada sisi tubuh sebelah
kanan kurang lebih 30 menit sebelum masuk rumah sakit. Keluarga juga
mengatakan kaki pasien terasa berat dan sulit untuk digerakkan,
kakinya terasa kram bahkan pasien sulit berjalan, sehingga pasien dibawa
ke rumah sakit dalam keadaan lemah. Pada saat dikaji, keluarga
mengatakan kakinya terasa berat dan sulit untuk digerakkan maupun
berjalan.
c) Riwayat penyakit yang pernah
dialami :
Keluarga mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit Hipertensi kurang
lebih sudah 23 tahun dan stroke kurang lebih 5 tahun, keluarga
mengatakan pasien rutin minum obat anti Hipertensi (amlodipine 5 mg)
yang di dapatkan dari pelayanan kesehatan. Stroke pertamanya sekitar
tahun 2017 dan saat ini merupakan stroke kedua (berulang) yang dialami
oleh pasien.

22
d) Riwayat kesehatan keluarga :
Keluarga mengatakan pasien memiliki riwayat penyakit keturunan yakni
ibu pasien memiliki riwayat hipertensi.
3. Pemeriksaan fisik :
a) Kebersihan rambut : Tampak rambut pasien bersih, beruban dan lembab.
b) Kulit kepala : Tampak kulit kepala pasien tidak ada ketombe
maupun lesi
c) Kebersihan kulit : Tampak kulit pasien bersih dan lembab
d) Hygiene rongga mulut : Tidak berbau, tidak ada sisa makanan yang
tersangkut di gigi, tidak ada sariawan, tidak ada karang gigi, tidak ada gigi yang
tanggal.
e) Kebersihan genetalia : Tidak dikaji
f) Keberihanan anus : Tidak dikaji

B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK


1. Keadaan sebelum sakit
Keluarga mengatakan sebelum sakit pasien memiliki pola makan yang teratur
yakni 3 k ali sehari dengan menu yang biasa dimasak oleh istri yakni nasi putih,
sayur bening, ikan atau tempe/tahu yang digoreng. Keluarga juga mengatakan
makanan kesukaan pasien yakni coto dan ikan bakar. Keluarga juga
mengatakan p a s i e n sangat suka meminum kopi bahkan setiap hari meminum
kopi. Biasanya pasien meminum air putih hanya 5 -6 gelas sehari dengan gelas
royalex (220 cc x 6 gelas = 1.320 cc)
2. Keadaan sejak sakit
Keluarga mengatakan sejak sakit dan dirawat dirumah sakit pasien dianjurkan
untuk diet rendah garam, diet rendah kolesterol dan lemak, nafsu makan
pasien sedikit menurun karena makanan yang disediakan rumah sakit sedikit
terasa hambar. Keluarga mengatakan menu yang dihidangkan oleh rumah sakit
yakni bubur, sayur bening dan ayam yang dimasak kuah kuning serta buah pisang
atau semangka yang menjadi snacknya.
3. Observasi
Tampak pasien menghabiskan setengah porsi dari makanan yang telah disediakan
oleh rumah sakit dan tampak pasien sedang minum dengan dibantu oleh istrinya,
serta tampak botol aqua besar sebanyak 1 botol di meja samping tempat tidur
pasien yang masih berisi sekitar 500 cc air.
4. Pemeriksaan fisik
a) Kebersihan rambut : Tampak rambut pasien bersih, beruban, lembab, tidak
berketombe dan tidak ada lesi
b) Hidrasi kulit : elastis

23
c) Palpebra/Conjungtiva : Tampak palpebra pasien tidak edema dan tampak
congjungtiva tidak anemis
d) Sclera : Tampak sclera pasien tidak ikterik
e) Hidung : Tampak septum berada di tengah, tampak tidak ada
secret atau lesi maupun pendarahan pada hidung, tampak bulu hidung
f) Rongga mulut : Tidak berbau, tidak ada sisa makanan yang tersangkut
di gigi, tidak ada sariawan, tampak tidak ada pendarahan atau peradangan
pada gusi
g) Gigi : Tampak gigi pasien sedikit berwarna kuning, tampak
tidak ada karang gigi, tampak tidak ada gigi palsu yang digunakan oleh pasien,
tampak tidak ada gigi yang tanggal
h) Kemampuan mengunyah keras : Kemampuan mengunyah pasien masih kuat
i) Lidah : Lidah tampak tidak kotor
j) Pharing : Tampak tidak ada peradangan
k) Kelenjar getah bening : Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar getah
bening
l) Kelenjar tyroid : Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid
m) Abdome
 Inspeksi : Tampak perut pasien datar, tidak tampak adanya bayangan
vena dan acites.
 Auskultasi : Terdengar peristaltik usus 21 x/i
 Palpasi : Tidak teraba adanya nyeri tekan lepas
 Perkusi : Terdengar bunyi tympani
n) Kulit
Edema : Positif Negatif
Ikterik : Positif Negatif
Tanda-tanda radang : Tidak tampak adanya tanda peradangan
o) Lesi : Tampak tidak ada lesi

C. POLA ELIMINASI
1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga mengatakan sebelum sakit pasien BAB sebanyak 1-2 kali sehari
dengan konsistensi feses lunak dan berwarna kecoklatan. Keluarga juga
mengatakan BAK kurang lebih 5-6 kali sehari berwarna kuning dan pengeluaran
urine kurang lebih 50 cc tiap BAK.
2. Keadaan sejak sakit :
Keluarga mengatakan pasien menggunakan pampers saat BAB dengan kosistensi
feses lunak dan bewarna kecoklatan. BAK melalui selang kateter sekitar 300cc,
warna urin kuning.

24
3. Observasi :
Tampak pasien dibantu oleh istrinya untuk BAB.
4. Pemeriksaan fisik :
a) Peristaltik usus : 21 x/i
b) Palpasi kandung kemih Penuh Kosong
c) Nyeri ketuk ginjal : Positif Negatif
d) Mulut uretra : Tidak dikaji
e) Anus
Peradangan : Tidak dikaji
Hemeroid : Tidak dikaji
Fistula : Tidak dikaji

D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga mengatakan sebelum sakit pasien sehari-hari melakukan aktivitasnya
dengan mandiri dan sering berjalan-jalan pagi disekitar rumahnya dan duduk di
teras.
2. Keadaan sejak sakit :
keluarga mengatakan sejak sakit pasien merasa lemah dan sulit untuk berjalan
apalagi bergerak sehingga tidak dapat melakukan aktivitas seperti biasanya dan
aktivitasnya sekarang dibantu oleh istrinya karena terbatasnya aktivitas yang
dapat dilakukan oleh pasien.
3. Observasi :
Tampak pasien dibantu oleh istrinya dalam memenuhi kebutuhannya, tampak
pasien berhati-hati dalam mengatur posisinya.
a) Aktivitas harian
Makan :2
Mandi :2
Pakaian :2 Keterangan:
0 : Mandiri
Kerapihan :2 1 : Bantuan dengan alat
Buang air besar :3 2 : Bantuan orang
3 : Bantuan alat dan orang
Buang air kecil :1 4 : Bantuan penuh
Mobilisasi di tempat tidur : 2
b) Postur tubuh : Tidak dikaji (pasien dalam keadaan berbaring di tempat tidur)
c) Gaya jalan : Tidak dikaji (pasien dalam keadaan berbaring di
tempat tidur)
d) Anggota gerak yang cacat : Tidak ada

25
e) Fiksasi : Tidak tampak adanya fiksasi
f) Trachestomi : Tampak tidak terpasang trachestomi
4. Pemeriksaan fisik :
a) Tekanan darah
Berbaring : 140/80 mmHg
Duduk : 145/80 mmHg
Berdiri : Pasien tidak dapat berdiri
Kesimpulan : Tidak dapat disimpulkan karena pasien tidak dapat berdiri
b) HR : 57 x/i
c) Kulit
Keringat dingin : Tidak teraba keringat dingin
Basah : Tampak kulit pasien lembab
d) JVP : 5 -2 cmH2O
Kesimpulan : Perfusi jantung memadai
e) Perfusi pembuluh kapiler : CRT kembali dalam 3 detik
f) Thorax dan pernapasan
Inspeksi
Bentuk thorax : Tampak simetris kiri dan kanan, pernapasan pasien
22 x/i dengan irama teratur pernapasan dada.
Retraksi intercostal : Tidak ada retraksi interkostal
Sianosis : Tidak tampak sianosis
Stridor : Tidak tampak stridor
Palpasi
Vocal premitus : Teraba kedua lapang paru sama getarannya
Krepitasi : Tidak teraba adanya krepitasi
Perkusi
Sonor Redup Pekak
Lokasi : Dikedua lapang paru
Auskultasi
Suara napas : Terdengar vesicular
Suara ucapan : Terdengar normal
Suara tambahan : Tidak terdengar suara tambahan
g) Jantung
Inspeksi
Ictus cordis : Tampak ictus cordis
Palpasi
Ictus cordis : Teraba 57 x/i
Perkusi
Batas atas jantung : ICS 3 linea parasternalis dextra dan ICS 4 linea
parasternalis sinistra

26
Batas bawah jantung : ICS 3 linea parasternalis dextra dan ICS 5 linea
axilaris anterior sisnitra
Batas kanan jantung: ICS 3 – ICS 5 linea parasternalis dextra
Batas kiri jantung : ICS 4 linea parasternalis sinistra – ICS 5 linea
axilaris anterior sinistra
Auskultasi
Bunyi jantung II A : Terdengar bunyi tunggal di ICS 3 linea sternalis
dextra
Bunyi jantung II P : Terdengar bunyi tunggal di ICS 3 linea sternalis
sinistra
Bunyi jantung I T : Terdengar bunyi tunggal di ICS 4 linea sternalis
sinistra
Bunyi jantung I M : Terdengar bunyi tunggal di ICS 5 linea mid-
clavikularis sinistra
Bunyi jantung III suara gallop : Tidak terdengar bunyi gallop
Murmur : Tidak terdengar murmur
Bruit : Aorta : Tidak ada
A . Renalis : Tidak ada
A . Femoralis : Tidak ada

h) Lengan dan tungkai


Atropi otot : Positif Negatif
Rentang gerak
Kaku sendi : Terdapat spastik pada area ekstremitas kanan
Nyeri sendi : Tidak ada nyeri sendi
Fraktur : Pasien tampak tidak mengalami fraktur
Parese : Pasien tampak mengalami parese
Paralisis : Pasien tampak mengalami paralisis
Uji kekuatan otot
Kanan Kiri
Atas 1 5
Bawah 1 5
Refleks fisiologis
Biceps, Kiri : Positif
Kanan : Negatif
Triceps,Kiri : Positif
Kanan : Negatif
Patella,Kiri : Positif
Kanan : Negatif
Achilles, Kiri : Positif
Kanan : Negatif

27
Reflex patologis
Babinski, Kiri : Negatif
Kanan : Positif
Clubbing fingers: Tidak tampak clubbing fingers
Varises tungkai : Tidak tampak varises tungkai
i) Columna vertebralis
Inspeksi : Lordosis Kiposis Skoliosis
Palpasi : Tidak dikaji
Kaku kuduk : Tidak terdapat kaku kuduk

E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT


1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga mengatakan jika pasien tidak mengalami gangguan tidur, pasien tidak
mengkonsumsi obat untuk mempercepat tidur di malam hari, pasien mempunyai
kebiasaan tidur dengan kondisi pencahayaan kurang dan pasien sering tidur cepat
apabila berada dirumah, frekuensi tidur pasien sekitar 5-7 jam perhari.
2. Keadaan sejak sakit :
Keluarga mengatakan pasien sejak sakit pasien merasa susah tidur dan sering
terbangun ketika tidur karena pencahayaan dan pemeriksaan/tindakan
keperawatan yang dilakukan oleh perawat, namun pasien mengatakan masih
tidur sekitar 4 jam lebih dalam sehari.
3. Observasi :
Ekspresi wajah mengantuk : Positif Negatif
Banyak menguap : Positif Negatif
Palpebral inferior berwarna gelap : Positif Negatif

F. POLA PERSEPSI KOGNITIF


1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga mengatakan pasien menggunakan alat bantu penglihatan seperti
kacamata. Keluarga mengatakan bahwa pasien tidak ada masalah pada indera
penciuman dan pengecapannya. Keluarga mengatakan pasien tidak memiliki
kesulitan dalam memahami sesuatu.
2. Keadaan sejak sakit :
Keluarga mengatakan sejak sakit pasien mengikuti pengobatan yang dianjurkan
oleh dokter, pasien menggunakan alat bantu penglihatan, keluarga mengatakan
pasien perlu berulang-ulang diberitahu sesuatu baru paham.
3. Observasi :
Tampak pasien menggunakan alat bantu penglihatan (kacamata), tampak pasien
ketika diajak berkomunikasi sering tidak nyambung, hasil pemeriksaan MMSE
dengan skor 28.
4. Pemeriksaan fisik :

28
a) Penglihatan
Kornea : Tampak kornea jernih
Pupil : Tampak pupil isokor
Lensa mata : Tampak lensa mata jernih
Tekanan intra okuler (TIO) : Tidak teraba adanya peningkatan TIO
b) Pendengaran
Pina : Tampak simetris
Kanalis : Tampak bersih
Membran tympani : Tampak memantulkan cahaya politzer
c) Pengenalan rasa pada gerakan lengan dan tungkai : Pasien dapat merasakan
rangsangan yang diberikan seperti cubitan atau sentuhan bila disentuh pada
bagian tubuh sebelah kiri.

G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI


1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga mengatakan p a s i e n adalah seorang karyawan swasta.
2. Keadaan sejak sakit :
Keluarga mengatakan pasien tidak bisa berbuat apa-apa dengan kondisinya.
3. Observasi :
a) Kontak mata : Tampak kontak mata penuh
b) Rentang perhatian : Tampak perhatian pasien sedikit kurang saat diajak
bicara
c) Suara dan cara bicara : Terdengar suara pasien jelas namun tidak nyambung
(acuh tak acuh), kadang menggunakan bahasa isyarat (tubuh).
d) Postur tubuh : Tidak dapat dikaji karena pasien berbaring.
4. Pemeriksaan fisik :
a) Kelainan bawaan yang nyata : Tampak tidak ada kelainan bawaan
b) Bentuk/postur tubuh : Tidak dapat dikaji karena pasien berbaring
c) Kulit : Teraba kulit lembab dan tidak ada lesi

H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA


1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga mengatakan pasien merupakan seorang karyawan swasta dan kepala
rumah tangga yang bertanggung jawab bagi keluarga. Keluarga juga mengatakan
sering bersosialisasi dengan tetangga bahkan hampir tiap hari pasien sering
bercerita dengan tetangganya.
2. Keadaan sejak sakit :

29
Keluarga pasien mengatkan tidka ada masalah dalam keluarga begitupun dengan
tetangga sekitarnya.
3. Observasi :
Tampak beberapa rekan kerja datang menjenguk pasien, tampak pasien
kurang berinteraksi karena sering tidak jelas ketika diajak berbicara.

I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS


1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga mengatakan pasien adalah seorang laki-laki sekaligus suami yang baik.
Pasien tidak memiliki anak. Lama pernikahan pasien kurang lebih 25 tahun.
Keluarga mengatakan tidak memiliki masalah pada bagian reproduksi atau
seksualitasnya.
2. Keadaan sejak sakit :
Keluarga mengatakan tidak ada penyimpangan seksualitas, dan tidak ada
masalah yang berhubungan dengan sistem reproduksinya dari dulu.
3. Observasi :
Tampak tidak ada perilaku menyimpang pada pasien, tampak apsien berperilaku
layaknya seorang laki-laki, tampak pasien terbaring lemah di tempat tidur.

J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES


1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga mengatakan jika ada masalah dalam keluarga mereka akan duduk
bersam- sama untuk membicarakannya.
2. Keadaan sejak sakit :
Keluarga mengatakan bahwa pasien bisa beradaptasi dengan lingkungannya,
namun pasien saat ini hanya dapat berbaring karena aktivitas yang sangat
terbatas.
3. Observasi :
Tampak ekspresi wajah pasien biasa saja.

K. POLA NILAI DAN KEPERCAYAAN


1. Keadaan sebelum sakit :
Keluarga mengatakan pasien beragama katolik. Tiap minggu pasien dan
kelaurga rutin beribadah ke gereja. Serta mengikuti beberapa kegiatan
kerohanian.
2. Keadaan sejak sakit :
Keluarga pasien mengatakan sejak sakit pasien sulit untuk melaksanakan
kegiatan kerohanian dan ibadah.
3. Observasi :
Tampak ada Rosario di tempat tidur pasien.

30
V. UJI SARAF KRANIAL
A. N.I : Pasien mampu menghidu bau-bauan seperti minyak kayu putih
B. N. II : Pasien mampu membaca tulisan name tag perawat dengan font 14 dari
jarak 30 cm
C. N. III, IV, VI : pasien mampu menggerakkan bola matanya ke segala arah, diameter
pupil isokor, dan reflex cahaya positif
D. N. V
Sensorik : Pasien mampu melokalisasi daerah yang digoreskan kapas pada
wajahnya
Motorik : Pasien mampu menggigit dengan kuat
E. N. VII
Sensorik : Pasien mampu menebak rasa asin dan manis yang diberikan dengan
menebaknya
Motorik : Pasien mampu mengangkat alis, tersenyum dan mengerutkan dahi
(pasien mampu melakukan sesuai arahan namun tampak tidak simetris, area wajah
sebelah kanan pasien sedikit lemah/jatuh)
F. N. VIII
Vestibularis : Pasien tidak mampu berdiri tegak dan seimbang
Akustikus : Pasien mampu menebak lokasi gesekan jari pada telinga kiri dan kanan
G. N. IX : Uvula pasien tampak berada di tengah dan tidak ada peradangan
H. N. X : Pasien mampu menelan dengan baik
I. N. XI : Pasien mampu mengangkat bahu kiri tetapi tidak di sebelah kanan
ketika diberi arahan serta pasien mampu menggerakkan kepalanya
J. N. XII : Pasien mampu menjulurkan lidahnya dan mampu mendorong pipi kiri
dan kanan dari arah dalam

VI. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Pemeriksaan EKG : Sinus bradicardi
B. Pemeriksaan CT-Scan Kepala : Infark kecil multiple, lama dan baru cerebri kiri
Infark vermis cerebellum kanan
Atrofi cerebri

31
C. Pemeriksaan Kimia Darah :
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
KIMIA DARAH
Gula Darah Puasa 115 mg/dL 80 – 110
Ureum 23 mg/dL 10 – 50
Creatinin 0,8 mg/dL L.0,6-2,0 / P.0,5-1,2
Asam Urat 2,9 mg/dL L.3,4-7,0 / P.2,4-6,0
Cholesterol total 173 mg/dL < 200
Trigliserida 113 mg/dL < 150
Cholesterol HDL 52 mg/dL L.>35 / P.>45
Cholesterol LDL 98 mg/dL < 100
SGOT 16 u/L L.5-40 / P.4-40
SGPT 10 u/L L.5-41 / P.5-41
ELEKTROLIT
Natrium 136.00 Mmol/L 136 – 145
Kalium 3.80 Mmol/L 3,5 -5,1
Chlorida 99.00* Mmol/L 98 – 106
KOAGULASI/HEMOSTATIS
PT 11 Detik 11 -15
aPTT 42 Detik 25 – 35
INR 1,08 0 – 1,10

32
VII. TERAPI
A. Terapi Farmakologis
1. Citicolin IV / 500mg / 8 jam
a) Definisi : Citicoline adalah obat golongan vitamin saraf yang bekerja
dengan cara meningkatkan senyawa kimia di otak berna,a phospholipid
phosphatidycholine. Senyawa ini memiliki efek untuk melindungi otak,
mempertahankan fungsi otak secara normal, serta mengurangi jaringan otak
yang rusak akibat cidera
b) Tujuan : Mencegah kerusakan otak (neuroproteksi) dan membantu
pembentukan membrane sel di otak (neurorepair)
c) Indikasi : Penyakit Alzheimer, dimensia, luka di kepala, dan penyakit
serebrovaskuler seperti stroke
d) Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap citicoline, jika masih terjadi
pendarahann intracranial hindari pemberian obat ini dengan dosis tinggi
e) Efek samping : Insomnia, sakit kepala, pusing, mual/muntah, diplopia
2. Candesartan oral/8mg/1-0-0
a) Definisi : Candesartan adalah obat golongan angiotensin II receptor
blockers (ARB) yang berfungsi untuk mengatasi tekanan darah tinggi
(hipertensi)
b) Tujuan : Mengurangi atau mengatasi nyeri yang dirasakan
c) Indikasi : Sakit kepala, sakit gigi, tumor, nyeri pasca operasi, nyeri
pasca cedera
d) Kontraindikasi : Pasien yang mengalami kekurangan porfiria, pasien memiliki
hipotensi, wanita hamil dan menyusui
e) Efek samping : Reaksi alergi parah (anafilaksis), sesak napas, gatal,
ruam, angioedema berat atau bronkospasme, aritmia kordis, hipotensi
3. Amlodipin Oral/10mg/0-0-1
a) Definisi : Amlodipin adalah obat untuk menurunkan tekanan
darah pada kondisi hipertensi. Selain itu, obat ini juga bisa digunakan dalam
pengobatan nyeri dada akibat penyakit jantung coroner (angina pectoris).
Amlodipine termasuk dalam golongan calcium-channel blockers (CCBs) atau
antagonis kalsium
b) Tujuan : Menurunkan tekanan darah pada hipertensi
c) Indikasi : Pengobatan Hipertensi
d) Kontraindikasi : Pada pasien syok himoragik, stenosis aorta berat,
angina tidak stabil, hipotensi berat, gagal jantung dan gangguan hepar
e) Efek samping :Pusing, munculnya rasa melayang, kantuk, atau sakit
kepala, bengkak pada kaki, sakit perut atau mual, lelah yang tidak biasa
4. Neurosanbe IV/1 amp/24 jam
a) Definisi : neurosanbe merupakan kombinasi dari vitamin B1, B6, dan
B12. Vitamin ini digunakan untuk pengobatan defisiensi vitamin B1, B6, dan B12

33
yang berkaitan dengan saraf, seperti pegal=pegal otot dan kesemutan, serta
anemia.
b) Tujuan : membantu mengatasi gangguan sistem saraf perifer
c) Indikasi : Gangguan sistem syaraf perifer, defisiensi vitamin B
d) Kontra indikasi : Penderita yang hipersensitif dengan kompenen obat ini
e) Efek samping : Sindrom neuropati akibat penggunaan vitamin B6. Reaksi
alergi

B. Terapi Cairan : Cairan RL 500 cc


Ringer laktat adalah cairan infus yang biasa digunakan pada pasien dewasa dan
anak-anak sebagai sumber elektrolit dan air. Cairan ini umumnya diberikan untuk
mengganti cairran tubuh yang hilang saat mengalami luka, cedera, atau menjalani
operasi yang mneyebabkan kehilangan darah dengan cepat dalam jumlah yang
banyak.

34
VIII. PENGKAJIAN TAMBAHAN
PENGKAJIAN MINI MENTAL STATE EXAM (MMSE)
ITEM PENILAIAN BENAR (1) SALAH (0)
ORIENTASI
1. Tahun berapa sekarang? 1
2. Musim apa sekarang? 1
3. Tanggal berapa sekarang? 1
4. Hari apa sekarang? 1
5. Bulan apa sekarang? 1
6. Di negara mana anda tinggal? 1
7. Di provinsi mana anda tinggal? 1
8. Di kabupaten mana anda tinggal? 1
9. Di kecamatan mana anda tinggal? 1
10. Di desa mana anda tinggal? 1
REGISTRASI
Minta klien menyebutkan tiga objek
11. Gelas 1
12. Pulpen 1
13. Mawar 1
PERHATIAN DAN KALKULASI
Minta klien mengeja 5 kata dari belakang, misal
“BAPAK” 1
14. K 1
15. A 1
16. P 1
17. A 1
18. B
MENGINGAT
Minta klien untuk mengulang 3 objek diatas
19. Gelas 1
20. Mawar 1
21. ………….. 0
BAHASA
a. Penamaan
Tunjukkan 2 benda minta klien menyebutkan:
22. Jam tangan 1

35
23. Pensil 1
b. Pengulangan
Minta klien mengulangi tiga kalimat berikut
24. “Tak ada jika, dan, atau tetapi” 0
c. Perintah tiga langkah
25. Ambil kertas! 1
26. Lipat dua! 1
27. Taruh dilantai! 1
d. Turuti hal berikut
28. Tutup mata 1
29. Tulis satu kalimat 1
30. Salin gambar 1
Jumlah 28

33
ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. Data Subjektif : Hipertensi Resiko Perfusi
h. Keluarga mengatakan pasien Cerebral Tidak
memiliki Riwayat Hipertensi ≤ 23 Efektif
tahun dan stroke ≤ 5 tahun

Data Objektif :
a. Keadaan umum pasien lemah
b. Tampak pasien tidak bisa
menggerakkan tangan dan tungkai
sebelah kanan
c. Observasi TTV
TD = 140/80 mmHg
N = 57 x/i
P = 22 x/i
S = 36,8oC
d. GCS pasien compos mentis
(M6V3E4)
e. Hasil pemeriksaan nervus VII =
tampak wajah pasien tidak
simetris
f. Hasil CT-Scan kepala =
-Infark kecil multiple, lama dan baru
cerebri kiri
-Infark vermis cerebellum kanan
-Atrofi cerebri
g. Pemeriksaan kimia darah
GDP = 115mg/L
i. Pemeriksaan koagulasi
aPTT = 42 detik
j. Reflex Fisiologis Bisep, Trisep,
Patella, Achilles sebelah kanan
negative
2. Data Subjektif : Gangguan Gangguan Mobilitas
a. Keluarga mengatakan kaki pasien Neuromuskular Fisik
terasa berat dan sulit untuk
digerakkan

Data Objektif :
a. Kekuatan otot menurun

1 5

1 5
b. Tampak pasien dibantu dalam
memenuhi aktivitas harian
c. Tampak pasien berhati-hati dalam
mengatut posisinya.
d. Reflex Fisiologis Bisep, Trisep,
Patella, Achilles sebelah kanan
negative
e. Hasil pemeriksaan nervus VIII =
tampak pasien tidak dapat
berdiri tegak dan seimbang
f. Hasil pemeriksaan Nervus VII =
Pasien mampu mengangkat alis,
tersenyum dan mengerutkan
dahi (pasien mampu melakukan
sesuai arahan namun tampak
tidak simetris, area wajah sebelah
kanan pasien sedikit lemah/jatuh)
3 Data Subjektif : Konflik Manajemen
a. Keluarga Pasien mengatakan Pengambil Kesehatan Tidak
sering makan yang disukai yakni an Efektif
coto dan ikanbakar Keputusan
b. Keluarga mengatakan
mengatakan sangatsuka meminum
kopi
c. Keluarga pasien mengatakan
sering menghidangkan lauk pauk
yang digoreng tiap harinya

Data Objektif :
a. Tampak pasien menganggguk
ketika ditanya mengenai
ketidakpatuhan dalam
menghindari faktor resiko
penyebab penyakit
b. Tampak pasien tidak
mendengarkan nasihat istrinya
DIAGNOSIS KEPERAWATAN

NO DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Resiko perfusi jaringan serebral tidak efektif dengan faktor resiko hipertensi
(D.0017)
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan neuromusular ditandai
dengan mengeluh sulit menggerakkan ekstremitas, kekuatan otot menurun,
dan kelemahan fisik (D.0054)
3. Manajemen kesehatan tidak efektif berhubungan dengan konflik pengambilan
keputusan ditandai dengan gagal melakukan tindakan untuk mengurangi faktor,
gagal menerapkan program perawatan / pengobatan, dan aktifitas hidup sehari-
hari tidak efektif untuk memenuhi tujuan kesehatan (D.0116)

36
INTERVENSI KEPERAWATAN

SDKI SLKI SIKI


Resiko perfusi cerebral Setelah dilakukan intervensi Pemantauan Neurologis
tidak efektif dengan keperawatan selama 3 x 7 a. Observasi
faktor resiko jam maka hasil yang 1. Monitor tanda tanda vital
embolisme diharapkan Perfusi serebral 2. Monitor kesimetrisan wajah
Data Subjektif : meingkat dengan kriteria 3. Monitor karakteristik bicara,
a. Keluarga
hasil (L.02014): kelancaran, kehadiran afasia,
mengatakan pasien
a. Nilai rata-rata tekanan atau kesulitan mencari kata
memiliki Riwayat
darah membaik (70-105 4. Monitor tingkat kesadaran
Hipertensi 23 tahun
mmHg) b. Terapeutik
dan stroke kurang
b. Tekanan darah sistolik 1. Tingkatkan frekuensi
lebih 5 tahun
Data Objektif : membaik (80-120 mmHg pemantauan neurologis, jika
a. Keadaan umum c. Tekanan diastolik perlu
pasien lemah membaik (60-80 mmHg) 2. Hindari aktivitas yang dapat
b. Tampak pasien d. Refleks saraf membaik. meningkatkan tekanan
tidak bisa intrakranial
menggerakkan c. Edukasi
tangan dan tungkai 1. Jelaskann tujuan dan dan
sebelah kanan prosedur pemantauan
c. Observasi TTV neurologis
TD = 140/80
mmHg Pemberian Obat
N = 57 x/i a. Observasi
P = 22 x/i 1. Identifikasi kemungkinan
S = 36,8oC
alergi, interaksi,dan
d. GCS pasien
kontraindikasi obat.
compos mentis
b. Terapeutik
e. Hasil pemeriksaan
nervus VII = 1. Lakukan prinsip enam benar
tampak wajah (pasien, obat, dosis, rute,
pasien tidak waktu, dokumentasi)
simetris c. Edukasi
f. Hasil CT-Scan 1. Jelaskan obat, alasan
kepala pemberian, tindakan yan
-Infark kecil diharapkan dan efek samping
multiple, lama dan sebelum pemberian
baru cerebri kiri (Citicoline dan amlodipin)
-Infark vermis
cerebellum kanan
-Atrofi cerebri
g.Pemeriksaan kimia
darahGDP =115mg/L
k. Pemeriksaan
koagulasi
aPTT = 42 detik
a. Reflex Fisiologis
Bisep, Trisep,
Patella, Achilles
sebelah kanan
negative
negatif

Gangguan mobilitas Setelah dilakukan intervensi Dukungan Mobilisasi


fisik berhubungan keperawatan selama 3 x 7 a. Observasi
dengan gangguan jam maka hasil yang 1. Identifikasi toleransi fisik
neuromuscular diharapkan mobilitas fisik melakukan pergerakan
meningkat dengan kriteria 2. Monitor frekuensi jantung dan
Data Subjektif : hasil (L.05042): tekanan darah sebelum
a. Keluarga a. Pergerakan ekstremitas memulai mobilisasi
mengatakan kaki meningkat 3. Monitor kondisi umum selama
pasien terasa b. Kekuatan otot cukup melakukan mobilisasi
berat dan sulit meningkat
untuk digerakkan b. Terapeutik
1. Fasilitasi aktivitas mobilisasi
dengan alat bantu
Data Objektif : 2. Fasilitasi melakukan
b. Kekuatan otot pergerakan
menurun 3. Libatkan keluarga untuk
membantu pasien dalam
1 5 meningkatkan pergerakan
1 5
c. Edukasi
c. Tampak pasien 1. Jelaskan tujuan dan prosedur
dibantu dalam mobilisasi
memenuhi 2. Anjurkan mobilisasi dini
aktivitas harian 3. Ajarkan mobilisasi sederhana
d. Tampak pasien yang harus dilakukan
berhati-hati (misalnya duduk ditempat
dalam mengatut tidur, duduk disisi tempat
posisinya. tidur, pindah dari tempat
e. Reflex Fisiologis tidur ke kursi)
Bisep, Trisep,
Patella, Achilles
sebelah kanan
negative
f. Hasil
pemeriksaan
nervus VIII =
tampak pasien
tidak dapat
berdiri tegak dan
seimbang
g. Hasil
pemeriksaan
Nervus VII =
Pasien mampu
mengangkat
alis, tersenyum
dan
mengerutkan
dahi (pasien
mampu
melakukan
Mengikuti sesuai
arahan namun
tampak tidak
simetris, area
wajah sebelah
kanan pasien
sedikit
lemah/jatuh)

Manajemen Setelah dilakukan intervensi Edukasi Kesehatan


kesehatan tidak keperawatan selama 3 x 7 a. Observasi
efektif berhubungan jam maka hasil yang 1. Identifikasi kesiapan dan
dengan konflik diharapkan manajemen kemampuan menerima
pengambilan kesehatan meningkat informasi
keputusan dengankriteria hasil: b. Edukasi
a. Melakukan tindakan 1. Jelaskan faktor resiko yang
Data Subjektif : untuk mengurangi faktor dapat mempengaruhi
d. Keluarga Pasien resiko meningkat kesehatan
mengatakan b. Menerapkan program 2. Ajarkan perilaku hidup berih
sering makan perawatan menin gkat dan sehat.
yang disukai c. Aktivitas hidup sehari-hari
yakni coto dan efektif memenuhi tujuan Bimbingan Sistem Kesehatan
ikanbakar kesehatan meningkat a. Observasi
e. Keluarga 1. Identifikasi masalah
mengatakan kesehatan individu
mengatakan b. Terapeutik
sangat suka 1. Fasilitasi pemenuhan
meminum kopi kesehatan mandiri
f. Keluarga pasien 2. Libatkan kolega/teman untuk
mengatakan membimbing pemenuhan
sering kebutuhan kesehatan
menghidangkan 3. Siapkan pasien untuk mampu
lauk pauk yang berkolaborasi dan
digoreng tiap bekerjasama dalam
harinya pemenuhan kebutuhankesehatan.

Data Objektif :
c. Tampak pasien
menganggguk
ketika ditanya
mengenai
ketidakpatuhan dalammenghindari faktor resikopenyebab penyakit
d. Tampak
pasien
tidak
mendengarkan nasihat
istrinya

37
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosis Nama
Tanggal Waktu Implementasi Keperawatan
Keperawatan Perawat
03/08/22 I 09.00 Observasi TTV
TD = 140/80 mmHg
N = 57 x/i
P = 22x/i
S = 36,8oC

I 09.15 - Memonitor bentuk kesimetrisan dan


reatifitas pupil
H/ tampak pupil isokor atau sama
besar, diameter pupil kira-kira 3 cm.
- Memonitor tingkat kesadaran
H/ GCS 14 (Compos Mentis)
Respon motorik : 6 (mampu
mengikuti perintah sederhana
seperti mengangkat tangan)
Respon bicara : 3 (pasien tidak
orientasi penuh)
Respon membuka mata : 4 (mata
membuka spontan)

- Menjelaskan tujuan dan prosedur


I 10.00
pemantauan neurologis
H/ pasien mengatakan mengerti dan
memahami tujuan dan prosedur
pemantauan neurologis yang
dijelaskan oleh perawat

II 11.00 - Memfasilitasi aktivitas mobilisasi


dengan alat bantu
H/ tampak pasien diberikan alat
bantu (tongkat dan kursi roda) untuk
membantu aktivitas mobilisasi
- Memfasilitasi melakukan pergerakan
12.30 H/ tampak pasien diberikan alat
bantu tongkat dan kursi roda untuk
membantu pergerakannya

40
- Mengidentifikasi kemungkinan
I & II 13.30 alergi, interaksi, dan kontraindikasi
obat.
H/ pasien mengatakan tidak ada
alergi obat apapun dan pasien
mengerti dengan kontraindikasi obat
yang dijelaskan perawat
- Melakukan prinsip 6 benar (pasien,
obat, dosis, rute, waktu,
dokumentasi)
- Menjelaskan obat, alasan
pemberian, tindakan yang
diharapkan dan efek samping
sebelum pemberian obat
H/
 pasien mengatakan mengerti
dan memahami dengan
penjelasan yang diberikan
perawat
 pemberian obat injeksi
citicolin IV / 500 mg / 8 jam
Candesartan oral/8mg/1-0-
0
 Neurosanbe IV / 1 ampl / 24
jam

III 14.00 - mengidentifikasi kesiapan dan


kemampuan menerima informasi
H/ tampak pasien hanya diam
- Menjelaskan faktor resiko yang
dapat mempengaruhi kesehatan
pasien
H/ tampak pasien mendengarkan
dan pasien mengangguk
- Mengajarkan perilaku hidup bersih
dan sehat
H/ tampak pasien mampu mengikuti
langkah-langkah mencuci tangan
walaupun tidak sesuai dengan
urutannya
04/08/22 I 08.00 - Mengobservasi TTV
TD = 130/80 mmHg
N = 60 x/i
P = 20x/i
S = 36,9oC

09.00 - Menghindari aktivitas yang


I &II dapatmeningkatkan tekanan
intrakranial
H/ memberikan pasien posisi Head Up
30°
- Mengidentifikasi toleransi fisik
melakukan pergerakan
H/ tampak pasien tidak bisa
mengerakan bagian tubuh sebeleh
kanan.
I
11.00 - Melakukan prinsip 6 benar (pasien, obat,
dosis, rute, waktu, dokumentasi)
- Menjelaskan obat, alasan
pemberian, tindakan yang
I diharapkan dan efek samping sebelum
pemberian obat
H/ pasien mengatakan mengertidan
memahami denganpenjelasan yang
diberikanperawat
- pemberian obat injeksi
- Citicolin IV / 500mg/8 jam

II 12.00 - Mengajarkan mobilisasi sederhana


yang harus dilakukan
H/ Tampak pasien dibantu duduk oleh
istrinya ditempat tidur

II 14.00 - Melibatkan keluarga untuk


membantu dalam meningkatkan
pergerakan
H/ Keluarga pasien membantu mobilisasi
dini
05/08/22 I 08.00 - Mengobservasi TTV
TD = 130/80 mmHg
N = 60 x/i
P = 20x/i
S = 36,9oC

09.00 - Memonitor bentuk kesimetrisan dan


I reatifitas pupil
H/ tampak pupil isokor atau sama besar,
diameter pupil kira-kira 3 cm.
- Memonitor tingkat kesadaranH/
GCS 14 (Compos Mentis)
Respon motorik : 6 (mampu mengikuti
perintah sederhana seperti mengangkat
tangan)
Respon bicara : 4 (pasien tidak orientasi
penuh)
Respon membuka mata : 4 (mata
membuka spontan)

I - Menjelaskan tujuan dan prosedur


11.00 pemantauan neurologis
H/ pasien mengatakan mengerti dan
memahami tujuan dan prosedur
pemantauan neurologis yang dijelaskan
oleh perawat

12.00 - Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan


II
alat bantu
H/ tampak pasien diberikan alat bantu
(tongkat dan kursi roda) untuk
membantu aktivitas mobilisasi
13.00 - Memfasilitasi melakukan pergerakan H/
II tampak pasien diberikan alat bantu
tongkat dan kursi roda untuk membantu
pergerakannya

14.00 - Mengidentifikasi kemungkinan


I alergi, interaksi, dan kontraindikasi obat.
H/ pasien mengatakan tidak ada alergi
obat apapun dan pasien mengerti
dengan kontraindikasi obat yang
dijelaskan perawat
- Melakukan prinsip 6 benar (pasien,
obat, dosis, rute, waktu, dokumentasi)
- Menjelaskan obat, alasan
pemberian, tindakan yang
diharapkan dan efek samping sebelum
pemberian obat

- Mengajarkan mobilisasi sederhana yang


harus dilakukan
H/
 pasien mengatakan mengerti dan
memahami dengan penjelasan yang
diberikanperawat
 pemberian obat injeksi dan
oral
citicolin IV/500mg/8 jam
amlodipin oral/10mg
EVALUASI KEPERAWATAN

Tanggal Diagnosa Evaluasi SOAP Nama


Perawat
03/08/2022 I Diagnosa 1 (resiko perfusi serebral tidak efektif
dengan factor resiko hipertensi)
S:
 Pasien mengatakan memahami dan mengerti
tujuan dan prosedur pemantauan neurologis
yang dijelaskan oleh perawat,
 Pasien mengatakan mengerti dan memahami
dengan penjelasan yang diberikan perawat
tentang pemberian obat
 Pasien mengatakan tidak ada alergi obat
apapun dan pasien mengerti dengan
kontraindikasi obat yang dijelaskan perawat
Melakukan prinsip 6 benar (pasien, obat,
dosis, rute, waktu, dokumentasi)
O:
 GCS 14 (Compos Mentis) Respon motorik : 6
(mampu mengikuti perintah sederhana seperti
mengangkat tangan),Respon bicara : 4 (pasien
tidak orientasi penuh), Respon membuka
mata : (mata membuka spontan)
 Tampak neurologis pasien membaik
 Prinsip 6 benar yang diterapkan pada pasien
dengan hasil
Prinsip 6 benar
Benar Pasien : Tn.E
Benar Obat : Citicolin
Benar Dosis : 500 mg, Benar Rute:
IV
Benar Waktu : Per 8 jam
Benar Dokumentasi : Mendokumentasikan
tindakan yang dilakukan
 Observasi TTV
TD = 130/90 mmHg
N = 57 x/i
P = 22 x/i
S = 36,8oC
A : Masalah perfusi serebral tidak efektif belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Pemantauan Neurologis
- Pemberian Obat
II Diagnosa 2 (Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan gangguan neuromuscular ditandai dengan
mengeluh sulit menggerakan ekstremitas,
kekuatan otot menurun, dan kelemahan fisik)
S:
- Keluarga mengatakan pasien tidak bisa
menggerakan bagian tubuh sebelah kanan

O:
- Tampak pasien tidak bisa menggerakan
bagian tubuh sebelah kanan
- Tampak pasien diberikan alat bantu
(tongkat dan kursi roda) untuk membantu
aktivitas mobilisasi
- Tampak perawat melibatkan keluarga dalam
mebantu pasien melakukan mobilisasi
A : Masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Dukungan mobilisasi

III
Diagnosa 3 ( Manajemen kesehatan tidak efektif
berhubungan dengan konflik pengambilan
keputusan ditandai dengan gagal melakukan
tindakan untuk mengurangi faktor, gagal
menerapkan program perawatan / pengobatan,
dan aktifitas hidup sehari-hari tidak efektif untuk
memenuhi tujuan kesehatan)
S:
 Keluarga Pasien mengatakan Pasien sering
makan yang disukai yakni coto dan ikan bakar.
 Keluarga Pasien juga mengatakan sangat suka
meminum kopi
O:
 Tampak pasien lemah, tampak pasien
berbaring ditempat tidur
 Tampak pasien mendengar apa yang
disampaikan perawat dan mengangguk
 tampak pasien mengangguk dan mengatakan
ia saat perawat kontrak waktu dengan pasien
untuk bertanya menganai pola hidup pasien
sebelum sakit
A : Masalah Manajemen Kesehatan tidak
efektiftidak terjadi dan teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
 Edukasi Kesehatan
04/08/22 I Diagnosa 1 (resiko perfusi serebral tidak efektif
dengan factor resiko hipertensi)
S:
 Pasien mengatakan memahami dan mengerti
tujuan dan prosedur pemantauan neurologis
yang dijelaskan oleh perawat,
 Pasien mengatakan mengerti dan memahami
dengan penjelasan yang diberikan perawat
tentang pemberian obat
 Pasien mengatakan tidak ada alergi obat
apapun dan pasien mengerti dengan
kontraindikasi obat yang dijelaskan perawat
Melakukan prinsip 6 benar (pasien, obat,
dosis, rute, waktu, dokumentasi)
O:
 GCS 14 (Compos Mentis) Respon motorik : 6
(mampu mengikuti perintah sederhana seperti
mengangkat tangan),Respon bicara : 4 (pasien
tidak orientasi penuh), Respon membuka
mata : (mata membuka spontan)
 Tampak neurologis pasien membaik
 Prinsip 6 benar yang diterapkan pada pasien
dengan hasil
Prinsip 6 benar
Pasien : Tn.E (53th)
Obat : Citicolin
Benar Dosis : 500 mg, Benar Rute : IV
Benar Waktu : 8 jam
Benar Dokumentasi : Mendokumentasikan
tindakan yang dilakukan
Observasi TTV
TD = 130/90 mmHg
N = 57 x/i
P = 22 x/i
S = 36,8oC
A : Masalah perfusi serebral tidak efektif belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
 Pemantauan Neurologis
Pemberian Obat
Observasi TTV
TD = 140/80 mmHg
N = 70 x/i
P = 21 x/i
S = 37oC
II Diagnosa 2 (Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan gangguan neuromuscular ditandai dengan
mengeluh sulit menggerakan ekstremitas,
kekuatan otot menurun, dan kelemahan fisik)
S:
Keluarga mengatakan pasien tidak bisa
menggerakan bagian tubuh sebelah kanan

O:
Tampak pasien tidak bisa menggerakan bagian
tubuh sebelah kanan
Tampak pasien diberikan alat bantu (tongkat
dan kursi roda) untuk membantu aktivitas
mobilisasi
Tampak perawat melibatkan keluarga dalam
mebantu pasien melakukan mobilisasi
A : Masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Dukungan mobilisasi

III Diagnosa 3 ( Manajemen kesehatan tidak efektif


berhubungan dengan konflik pengambilan
keputusan ditandai dengan gagal melakukan
tindakan untuk mengurangi faktor, gagal
menerapkan program perawatan / pengobatan,
dan aktifitas hidup sehari-hari tidak efektif untuk
memenuhi tujuan kesehatan)
S:
 Keluarga Pasien mengatakan Pasien sering
makan yang disukai yakni coto dan ikan bakar.
 Keluarga Pasien juga mengatakan sangat suka
meminum kopi
O:
 Tampak pasien lemah, tampak pasien
berbaring ditempat tidur
 Tampak pasien mendengar apa yang
disampaikan perawat dan mengangguk
 tampak pasien mengangguk dan mengatakan
ia saat perawat kontrak waktu dengan pasien
untuk bertanya menganai pola hidup pasien
sebelum sakit
A : Masalah Manajemen Kesehatan tidak
efektiftidak terjadi dan teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
 Edukasi Kesehatan
05/08/22 I Diagnosa 1 (resiko perfusi serebral tidak efektif
dengan factor resiko hipertensi
S:
- Pasien mengatakan memahami dan mengerti
tujuan dan prosedur pemantauan neurologis
yang dijelaskan oleh perawat,
O:
- Tampak pupil isokor atau sama besar,
diameter pupil kira-kira 3 cm
- GCS 14 (Compos Mentis) Respon motorik : 6
(mampu mengikuti perintah sederhana
seperti mengangkat tangan),Respon bicara :
4 (pasien tidak orientasi penuh), Respon
membuka mata : (mata membuka spontan)
- Tampak neurologis pasien membaik
- Prinsip 6 benar obat
Benar pasien : Tn.E
Benar Obat : Neurosanbe
Benar Dosis: 1 ampul
Benar Waktu: 24 jam
Benar Rute: IV
Benar Dokumentasi: Mendokumentasikan
tindakan yang dilakukan

A : Masalah perfusi serebral tidak efektif teratasi


P : Intervensi dihentikan, pasien pulang

Diagnosa 2 (Gangguan mobilitas fisik berhubungan


dengan gangguan neuromuscular ditandai dengan
mengeluh sulit menggerakan ekstremitas,
kekuatan otot menurun, dan kelemahan fisik)
S:
- Keluarga mengatakan pasien tidak bisa
menggerakan bagian tubuh sebelah kanan

O:
- Tampak pasien tidak bisa menggerakan
bagian tubuh sebelah kanan
- Tampak pasien diberikan alat bantu
(tongkat dan kursi roda) untuk membantu
aktivitas mobilisasi
- Tampak perawat melibatkan keluarga dalam
membantu pasien melakukan ROM
A : Masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
dirumah
II Diagnosa 2 (Gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan gangguan neuromuscular ditandai dengan
mengeluh sulit menggerakan ekstremitas,
kekuatan otot menurun, dan kelemahan fisik)
S:
Keluarga mengatakan pasien tidak bisa
menggerakan bagian tubuh sebelah kanan

O:
Tampak pasien tidak bisa menggerakan bagian
tubuh sebelah kanan
Tampak pasien diberikan alat bantu (tongkat
dan kursi roda) untuk membantu aktivitas
mobilisasi
Tampak perawat melibatkan keluarga dalam
mebantu pasien melakukan mobilisasi
A : Masalah gangguan mobilitas fisik belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Dukungan mobilisasi

III Diagnosa 3 ( Manajemen kesehatan tidak efektif


berhubungan dengan konflik pengambilan
keputusan ditandai dengan gagal melakukan
tindakan untuk mengurangi faktor, gagal
menerapkan program perawatan / pengobatan,
dan aktifitas hidup sehari-hari tidak efektif untuk
memenuhi tujuan kesehatan)
S:
 Keluarga Pasien mengatakan Pasien sering
makan yang disukai yakni coto dan ikan bakar.
 Keluarga Pasien juga mengatakan sangat suka
meminum kopi
O:
 Tampak pasien lemah, tampak pasien
berbaring ditempat tidur
 Tampak pasien mendengar apa yang
disampaikan perawat dan mengangguk
 tampak pasien mengangguk dan mengatakan
ia saat perawat kontrak waktu dengan pasien
untuk bertanya menganai pola hidup pasien
sebelum sakit
A : Masalah Manajemen Kesehatan tidak
efektiftidak terjadi dan teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi
 Edukasi Kesehatan
DAFTAR PUSTAKA

Afandy, I. (2018). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Tn.B dengan Diagnosa Stroke Non
Hemoragik (SNH) dengan Inovasi Pemberian Pelatihan Pemasangan Puzzle Jigsaw
Terhadap Peningkatan Kekuatan Otot Ekstremitas Atas Di Ruang Stroke Center RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

Ginting, M. W. (2017). Hubungan Faktor Risiko dengan Tipe Stroke di RSUP H. Adam Malik
Medan. Universitas Sumatera Utara Medan..

Hariandja, J. R. O. (2013). Identifikasi Kebutuhan Akan Sistem Rehabilitasi Berbasis Teknologi


Terjangkau Untuk Penderita Stroke Di Indonesia. Universitas Katolik Parahyangan

juwani. (2013). Hubungan Kebiasaan Minum Kopi dengan Kejadian Stroke Pada Pasien yang
Di Rawat Di Rumah Sakit Umum Daerah Cut NByak Dhien Meulaboh. Universitas Teuku
Umar Aceh Barat. http://repository.utu.ac.id/431/1/BAB I_V.pdf

Katrisnani, R. (2019). Asuhan Keperawatan Keluaraga Tn. NG dengan Salah Satu Anggota
Keluarga Ny. T Mengalami Post Stroke Haemorhagic Di Wilayah Kerja Puskesmas
Mantrijeron Kota Yogyakarta. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia POoliteknik
Kesehatan Yogyakarta Jurusan Keperawatan.

Kurniawan, W. S. (2017). Asuhan Keperawatan Klien Stroke Non Hemoragic Dengan Masalah
Program Studi Diploma Iii Keperawatan Asuhan Keperawatan Klien Stroke. Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.

Lusiana, N. (2019). Asuhan Keperawatan Pasien Stroke Iskemik Pada Ny. D Dan Tn. K Dengan
Masalah Keperawatan Hambatan Mobilitas Fisik Di Ruang Melati RSUD dr. Haryoto
Lumajang Tahun2019. Universitas Jember.

Murtiningsih, D. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke dengan Masalah


Keperawatan Defisit Perawatan diri, Mandi Di RSUD Dr Hardjono Ponorogo. Universitas
Muhammadiyah Ponorogo.

Nasution, L. F. (2013). Stroke Non Hemoragik Pada Laki-laki Usia 65 Tahun. Universitas
Lampung.
Nggebu. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Non Hemoragik. In Journal of
Chemical Information and Modeling. Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang.

Nofitri. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Ny. S dengan Stroke Non Hemoragik Dalam
Penerapan Inovasi Intervensi Terapi Vokal "AIUEO" dengan Masalah Gangguan
Komunikasi Verbal Di Ruangan Neurologi RSUD Dr. Achmad Mochtar BukitTinggi. Stikes
Perintis Padang.

Prakasita, M. (2015). Hubungan Antara Lama Pembacaan CT Scan Terhadap Outcome


Penderita Stroke Non Hemoragik. Universitas Diponegoro.

Pratama, W. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke dengan Masalah


Keperawatan Kerusakan Membran Muklosa Oral Di Ruang Aster RSUD Dr. Harjono
Ponorogo [Universitas Muhammadiyah Ponorogo.].
http://eprints.umpo.ac.id/id/eprint/5392

Ramadhani, P. A., & Adrian, M. (2015). Hubungan Tingkat Stres, Asupan Natrium, dan
Riwayat Makan dengan Kejadian Stroke. Media Gizi Indonesia, 10(2), 104–110.
https://e-journal.unair.ac.id/MGI/article/download/3313/2357

Ratnasari, S. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Non Hemoragik dengan
Masalah Keperawatan Gangguan Mobilitas Fisik. Universitas Muhammadiyah
Ponorogo.

Sandina, D. (2011). 9 Penyakit Mematikan Mengenali Tanda & Pengobatannya (L. Roselina
(ed.)). Smart Pustaka.

Sari, N. M. M. S. (2020). Gambaran Asuhan Keperawatan Pada Pasien Stroke Non


Hemoragik Dengan Gangguan Mobilitas Fisik Di Ruang Sahadewa RSUD Sanjiwani
Gianyar Tahun 2020. Politeknik Kesehatan Kemenkes Denpasar.

Udani, G. (2013). Faktor Resiko Kejadian Stroke. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai, VI(1).
https://doi.org/10.26630/jkep.v14i1.1006

Ummaroh, E. N. (2019). Pasien CVA (Cerebro Vaskuler Accident) dengan gangguan


komunikasi verbal Di Ruang Aster RSUD Dr. Harjono [Universitas Muhammadiyah
Ponogoro]. http://eprints.umpo.ac.id/id/eprint/5088

Anda mungkin juga menyukai