Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PRAKTEK TRADISIONAL YANG BERAKIBAT BURUK TERHADAP


KESEHATAN REPRODUKSI

Dosen Pengampu : Ibu Sumarah, S.Si.T.,MPH.

Disusun Oleh :
1. Desya Amelia O P07124221019
2. Najwa Nursyabillah P07124221023
3. Sri Wahyu P07124221042
4. Nadya Syahfitri P07124221049

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Allah SWT atau Tuhan Yang Maha
Esa karena
berkat rahmat-Nya dan perlindungan-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Sumarah, S.Si.T.,MPH. selaku
dosen pengampu mata kuliah Asuhan Kebidanan KB dan Kesehatan Reproduksi.
Kami sangat menyadari bahwa makalah ini masih banyak terdapat kekurangan,
kekeliruan dan masih jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu saran dan kritik
kami harapkan demi kesempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga makalah
ini bermanfaat terutama kami sebagai penulis khususnya dan bagi para pembaca
pada umumnya.

Kelompok 9

i
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1


A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan ....................................................................................................... 2
BAB II KAJIAN TEORI ............................................................................................ 3
A. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi .......................................................... 3
1. Pengertian Pengetahuan Kesehatan Reproduksi ..................................... 3
2.Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Kesehatan Reproduksi ................. 5
3. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi .................................................. 9
B. Praktek Tradisional yang Merugikan ....................................................... 10
1. FGM (Female Genetalia Mutilation) .................................................... 11
2. Pernikahan Dini ................................................................................... 14
BAB III PENUTUP.................................................................................................... 18
A. KESIMPULAN ....................................................................................... 18
B. SARAN ................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Definisi Kesehatan Reproduksi secara sederhana reproduksi


berasal dari kata Re yang berarti membuat atau menghasilkan, jadi
reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia dalam
menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup. Kesehatan reproduksi
adalah sebagai keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial secara utuh
(tidak semata-mata bebas penyakit atau kecacatan).
Pengetahuan kesehatan reproduksi dapat dipengaruhi dari beberapa
faktor yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang
dapat mempengaruhi pengetahuan kesehatan reproduksi yaitu pendidikan,
ekonomi, informasi dan lingkungan. Pendidikan dapat dilakukan dengan
memberikan psikoedukasi, karena manfaat dari psikoedukasi adalah
peningkatan pengetahuan anggotan dan kelompok tentang topic tertentu
termasuk diskusi tentang pendapat dan penyampaian ide-ide.
Tradisi dalam masyarakat merupakan pola tindakan atau perilaku
yang yang telah lama ada dan sering kali diwariskan dalam suatu
komunitas selama beberapa generasi. Adat istiadat tersebut didasarkan
pada kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut oleh anggota masyarakat.
Tradisi tidak mudah diubah, karena orang menganut pola perilaku percaya
bahwa hal yang dilakukan benar. Praktek-praktek tradisional atau
kebiasaan-kebiasaan masyarakat inilah yang berdampak buruk bagi
kesehatan masyarakat.
Sunat perempuan dianggap sebagai sebuah tradisi untuk
membersihkan seorang permpuan dengan cara menghilangkan bagian
tubuh yang dianggap tidak bersih. Sunat perempuan merupakan praktek
budaya turun temurun dari nenek moyang dan budaya tersebut sangat
melekat berkaitan erat dengan adgama islam dengan dikatakan bahwa
belum islam jika belum disunat. Sunat pada perempuan juga memiliki
dampak jangka pendek maupun jangka panjang.
Pernikahan dini dapat didefinisikan sebagai ikatan lahir dan batin
antara seorang pria dan wanita sebagai suami dan istri pada usia yang
masih muda atau remaja. Pernikahan dini dapat disebabkan karena factor
pendidikan yang rendah atau tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang
yang lebih lanjut. Factor ekonomi juga memiliki pengaruh besar dalam
mendorong terjadinya pernikahan dini, budaya di masyarakat dengan
menjodohkan anaknya ketika anak masih muda juga masih banyak terjadi
di Indonesia.

1
Pergaulan bebas dapat menjadi salah satu factor anak melakukan
pernikahan dini, akibat terlalu bebasnya pergaulan remaja terutama dalam
hubungan pacaran sampai melakukan seks pranikah dan kehamilan diluar
pernikahan. Pernikahan dini juga memiliki dampak terhadap kesehatan
reproduksi seperti belum matangnya organ reproduksi dan kematangan
fisik remaja permpuan berpengaruh terhadap resiko jika seorang remaja
perempuan tersebut mengandung anaknya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dan definisi pengetahuan kesehatan reproduksi?


2. Apa faktor yang mempengaruhi pengetahuan ksesehatan reproduksi?
3. Apa saja ruang lingkup kesehatan reproduksi ?
4. Apa alasan masyarakat melakukan FGM (Female Genetalia
Mutilation)?
5. Bagaimana dampak yang terjadi jika dilakukan FGM (Female
Genetalia Mutilation) terhadap kesehatan reproduksi?
6. Apa faktor yang mempengaruhi pernikahan dini?
7. Bagaimana dampak yang terjadi pada pernikahan dini terhadap
kesehatan reproduksi ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Asuhan Kebidanan KB dan
Kesehatan Reproduksi
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian dan definisi Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi.
b. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi pengetahuan
kesehatan reproduksi.
c. Untuk mengetahui bagian dari ruang lingkup kesehatan reproduksi.
d. Untuk mengetahui alasan masyarakat melakukan FGM (Female
Genetalia Mutilation).
e. Untuk mengetahui dampak dilakukan FGM (Female Genetalia
Mutilation) terhadap kesehatan reproduksi
f. Untuk mengetahui faktor .yang mempengaruhi pernikahan dini.
g. Untuk mengetahui bagaimana dampak yang terjadi pada
pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengetahuan Kesehatan Reproduksi

1. Pengertian Pengetahuan Kesehatan Reproduksi

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu


seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga, dsb), yang dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan
persepsi terhadapobjek. Sebagian besar pengetahuan di dapat melalui
indera penglihatan dan indera pendengaran (Notoatmodjo,2005).
Secara sederhana reproduksi berasal dari dari kata re yang
berarti kembali dan produksi yang berarti membuat atau menghasilkan,
jadi reproduksi mempunyai arti suatu proses kehidupan manusia
dalam menghasilkan keturunan demi kelestarian hidup. Kesehatan
reproduksi adalah keadaan sejahtera fisik, mental, dan sosial yang utuh
dalam segala hal yang berkaitan dengan fungsi, perandan sistem
reproduksi (Lubis,2013).
Menurut BKKBN (2008) kesehatan reproduksi adalah
kesehatan secara fisik, mental, dan kesejahteraan sosial secara utuh
pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta
proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit
dan kecacatan. Menurut ICPD (1994) kesehatan reproduksi mengacu
pada definisi sehat menurut WHO adalah keadaan sehat yang
menyeluruh, meliputi aspek fisik, mental dan sosial dan bukan hanya
sekedar tidak adanya penyakit atau gangguan di segala hal yang
berkaitan dengan sistem reproduksi, fungsinya maupun proses
reproduksi itu sendiri.

Kesehatan reproduksi menurut Undang-Undang No. 36/ 2009


adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial yang utuh

3
bukan semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan
dengan sistem, fungsi dan proses reproduksi pada laki-laki dan
perempuan.
Azwar (dalam Lubis, 2013) juga mendefinisikan kesehatan
reproduksi yaitu suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati
kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses
reproduksi secara sehat dan aman, juga setiap orang berhak mengatur
jumlah keluarganya termasuk memperoleh penjelesan yang lengkap
tentang cara yang tepat dan disukai. Selain itu, hak untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan reproduksi lainnya seperti pelayanan antenatal,
persalinan, nifas dan pelayanan bagi bayi barulahir, kesehatan remaja,
dan lain-lain perlu di jamin.
Menurut Spielberg (2007) definisi Kesehatan reproduksi
meliputi:
1. Kemampuan untuk mereproduksi
2. Kebebasan untuk mengontrol reproduksi
3. Kemampuan untuk mengalami kehamilan dan persalinan dengan
aman, dengan ibu yang sukses dan kelangsungan hidup bayi dan
hasil.
4. Kemampuan untuk mendapatkan informasi tentang dan cara yang
aman, efektif dan terjangkau tentang keluarga berencana.
5. Kemampuan untuk memiliki kehidupan yang memuaskan,
seksaman, bebas dari rasa takut kehamilan dan penyakit.
6. Kemampuan untuk meminimalkan penyakit ginekologi dan risiko
disemua tahapan kehidupan
Jadi pengetahuan kesehatan reproduksi adalah hasil tahu yang
terbentuk dari penginderaan manusia mengenai keadaan sehat yang
sempurna baik secara fisik, maupun psikologis dan sosial yang
berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta proses. Dalam
penelitian ini tingkat pengetahuan difokuskan dalam tahap tahu.

4
2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Kesehatan Reproduksi

Berikut adalah factor yang mempengaruhi pengetahuan kesehatan


reproduksi:
a. Faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), faktor yang mempengaruhi
pengetahuan seseorang ada dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
1) Faktor eksternal:
a) Pendidikan.
Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh perlindungan,
dan bantuan yang diberikan kepada anak yang tertuju pada
kedewasaan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan
seseorang pada orang lain terhadap sesuatu hal agar mereka
dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi
pendidikan seseorang semakin mudah pula mereka menerima
informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan
yang dialami. Kebudayaan lingkungan sekitar, kebudayaan
dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita (Mubarak,dkk.,2007).
Pendidikan dapat dilakukan dengan psikoedukasi, karena
manfaat dari psikoedukasi adalah peningkatan pengetahuan
anggota tentang topik tertentu atau subjek dan kelompok
termasuk diskusi tentang pendapat dan ide-ide. Contohnya
kelompok diskusi, kelompok belajar dan gugus tugas.

b) Ekonomi
Memenuhi kebutuhan primer dan sekunder, keluarga
dengan status ekonomi yang lebih baik mudah tercukupi
dibanding dengan keluarga yang berstatus ekonomi rendah, hal

5
ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi termasuk
kebutuhan sekunder.

c) Informasi
Adanya informasi baru mengenai suatu hal memberikan
landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
baru tersebut. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang
rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang cukup baik
dari berbagai media maka hal itu dapat meningkatkan
pengetahuan seseorang. Informasi, kemudahan untuk
memperoleh suatu informasi dapat membantu mempercepat
seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru
(Mubarak, dkk., 2007).

d) Lingkungan
Lingkungan memberi pengaruh besar terhadap
pengetahuan kita karena lingkungan memberi pengaruh
pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelajari
hal positif dan negatif tergantung dari lingkungannya. Menurut
Mubarak,dkk., (2007

6
2) Faktor internal yaitu:
a) Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang
tinggi terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi
didukung minat yang cukup bagi seseorang sangatlah mungkin
seseorang tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang
diinginkan. Menurut Mubarak,dkk., (2007), minat sebagai suatu
kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat
menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal dan
pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

b) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan atau sebagai suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman
pribadi dapat dijadikan sebagai salah satu cara untuk memperoleh
pengetahuan. Menurut Mubarak,dkk., (2007), pengalaman adalah suatu
kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan
lingkungan.

c) Usia
Seiring dengan bertambahnya usia seseorang berpengaruh dengan
pertambahan pengetahuan yang telah diperolehnya, tetapi pada usia
tertentu atau menjelang usia lanjut kemampuan untuk menerima atau
mengingat suatu pengetahuan akan berkurang. Bertambahnya usia
seseorang akan terjadi perubahan aspek fisik maupun dan psikologis
(mental) (Mubarak, dkk., 2007).

b. Faktor yang mempengaruhi Kesehatan reproduksi

Terdapat Beberapa factor yang berpengaruh pada kesehatan


reproduksi, diantaranya:
a) Faktor sosial ekonomi dan demografi
Menurut Notoatmodjo (2007) faktor sosial ekonomi dan demografi
yaitu terutama kemiskinan, lokasi tempat tinggal yang terpencil,
tingkat pendidikan yang rendah, ketidaktahuan tentang perkembangan
7
seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat tinggal yang
terpencil. Menurut Pinem (2009) faktor demografis dapat dinilai dari
data:
Usia pertama melakukan hubungan seksual, usia pertama menikah,
usia pertama hamil sedangkan faktor sosial ekonomi dapat dinilai dari
tingkat pendidikan, pendidikan yang rendah menyebabkan remaja
kurang mampu memenuhi kebutuhan fisik dasar setelah berkeluarga
akibatnya akan berpengaruh buruk terhadap Kesehatan dirinya sendiri
dan berkeluarganya, akses terhadap pelayanan kesehatan, status
pekerjaan, tingkat kemiskinan rasio melek huruf, rasio remaja tidak
sekolah dan atau melek huruf. Buta huruf, menyebabkan remaja tidak
mempunyai akses terhadap informasi yang dibutuhkannya dan
kemungkinan tidak / kurang mampu mengambil keputusan yang
terbaik untuk kesehatan dirinya.

b) Faktor budaya dan lingkungan.


Yaitu praktek tradisional yang berdampak buruk pada Kesehatan
reproduksi, kepercayaan banyak anak banyak rejeki, informasi tentang
reproduksi yang membingungkan anak dan remaja karena saling
berlawanan satu dengan yang lainnya, dsb (Notoatmodjo,2007).
Contoh lain adalah gaya hidup suku jawa khususnya kaum wanita yang
suka meminum jamu untuk kesehatan organ reproduksi. Faktor budaya
dan lingkungan mencakup pandangan agama, status perempuan,
ketidak setaraan gender, lingkungan tempat tinggal dan bersosialisasi,
lingkungan sosial yang kurang / tidak sehat dapat menghambat, bahkan
mengganggu kesehatan fisik, mental dan emosional remaja. Kemudian
persepsi masyarakat tentang fungsi, hak dan tanggung jawab
reproduksi individu, sertadukungan atau komitmen politik
(Pinem,2009).

8
c) Faktor psikologis
Menurut Notoatmodjo (2007) dampak pada keretakan orang
tuapada remaja, depresi karena ketidak seimbangan hormonal, rasa
tidak berharga perempuan pada laki-laki yang membeli kebebasannya
secara materi. Faktor psikologis lainnya menurut Pinem (2009) yaitu
rasa rendah diri, tekanan teman sebaya, tindak kekerasan
dirumah/lingkungan, dan ketidak harmonisan keluarga.

d) Faktor biologis
Menurut Notoatmdjo (2007) faktor biologis yaitu cacat sejak lahir,
cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit menular seksual. Faktor
biologis juga meliputi: gizi buruk kronis, kondisi anemia dan energi
kronis, kelainan bawaan organ reproduksi, kelainan akibat radang
panggul, infeksi lain atau keganasan dan pertumbuhan yang terhambat
pada remaja perempuan yang dapat mengakibatkan panggul sempit dan
resiko untuk melahirkan bayi berat lahir rendah di kemudian hari
(Pinem, 2009).

Berdasarkan pendapat dari Notoatmdjo (2007) dan Pinem (2009) tentang


factor yang mempengaruhi pengetahuan dan Kesehatan reproduksi ini dapat
disimpulkan bahwa yang mempengaruhi pengetahuan kesahatan reproduksi
adalah pendidikan, ekonomi, informasi, lingkungan, minat, pengalaman, usia,
social ekonomi dan demogradi, budaya dan lingkungan, psikologis dan biologis.
Dalam penelitian ini faktor yang mempengaruhi pengetahuan kesehatan
reproduksi lebih difokuskan pada informasi psikologis dan biologis kesehatan
reproduksi.

3. Ruang Lingkup Kesehatan Reproduksi

Ruang lingkup Kesehatan reproduksi menurut International


Conference Population and Development (ICPD) tahun 1994 di Kairo terdiri
dari:

a. Kesehatan ibu dan anak


b. Keluarga berencana

9
c. Pencegahan dan penanganan infeksi menular seksual termasuk Human
Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno Deficiency
Syndrome (AIDS)
d. Kesehatan reproduksi remaja
Kesehatan reproduksi remaja berhubungan dengan hak reproduksi.
Hak reproduksi didasarkan pada pengakuan akan hak-hak asasi manusia yang
diakui di dunia internasional. Hak reproduksi perorangan dapat diartikan
bahwa: setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan (tanpa memandang
perbedaan kelas sosial, suku, umur, agama, dll) mempunyai hak yang sama
untuk memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab (kepada diri, keluarga
dan masyarakat) mengenai jumlah anak, jarak antar anak, untuk menentukan
waktu kelahiran anak dan dimana akan melahirkan (Pinem,2009).

Hak reproduksi menurut Undang-undang No.36/2009 meliputi:


1) Menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan seksual yang sehat,
aman, serta bebas dari paksaan dan/atau kekerasan dengan pasangan
yang sah.
2) Menentukan kehidupan reproduksinya dan bebas dari diskriminasi,
paksaan, dan/atau kekerasan yang menghormati nilai-nilai luhur
yang tidak merendahkan martabat manusia sesuai dengan norma
agama.
3) Menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin bereproduksi
sehat secara medis serta tidak bertentangan dengan norma agama.

4) Memperoleh informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan


reproduksi yang benar dan dapat dipertanggung jawabkan.

B. Praktek Tradisional yang Merugikan

Tradisi adalah pola tindakan atau perilaku yang telah lama ada, sering kali
diwariskan dalam suatu komunitas selama beberapa generasi. Adat-istiadat
tersebut didasarkan pada kepercayaan dan nilai-nilai yang dianut oleh anggota
masyarakat. Tradisi seringkali dilindungi oleh tabu , yang merupakan larangan
(atau larangan) sosial yang kuat terkait dengan aktivitas manusia atau kebiasaan
sosial berdasarkan penilaian moral dan keyakinan agama. Ini berarti bahwa

10
tradisi tidak mudah diubah, karena orang menganut pola perilaku ini, percaya
bahwa itu adalah hal yang benar untuk dilakukan.

Praktek-praktek tradisional yang merugikan adalah kebiasaan-kebiasaan


yang diketahui berdampak buruk bagi kesehatan masyarakat dan menghalangi
tujuan kesetaraan, hak-hak politik dan sosial serta proses pembangunan
ekonomi.

1. FGM (Female Genetalia Mutilation)

Sunat perempuan dianggap sebagai sebuah tradisi untuk membersihkan


seorang perempuan dengan cara menghilangkan bagian tubuh yang dianggap
tidak bersih. Sunat perempuan merupakan praktek budaya turun temurun dari
nenek moyang dan budaya tersebut sangat melekat berkaitan erat dengan agama
Islam. Bahkan dikatakan bahwa belum Islam jika belum disunat.Praktik sunat
perempuan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, ada beberapa cara yaitu dengan
membersihkan kelamin perempuan, pemotongan ujung klitoris atau menggores
bagian labia minora dengan menggunakan mess atau guntung medis. Setelah itu,
diberikan bethadin pada daerah bekas sunat.

FGM telah menjadi isu hak asasi manusia dan kesehatan di seluruh dunia.
FGM diakui sebagai pelanggaran hak asasi anak perempuan dan perempuan. Ini
mencerminkan adanya ketidaksetaraan gender, dan merupakan bentuk ekstrem
diskriminasi terhadap perempuan. Data survei tahun 2015 menunjukkan bahwa 1
dari 3 anak perempuan berusia antara 15 dan 19 tahun telah menjalani prosedur
FGM (UNDP, 2017).

Indonesia adalah negara ketiga terbesar setelah Mesir dan Ethiopia yang
melakukanpraktik FGM terhadap 200 juta anak perempuan (Voaindonesia, 2016).
FGM dilakukan dengan beragam cara. Diantaranya, dengan memotong sedikit
atau melukai sebagian kecil alat kelamin bagian luar atau ujung klitoris. Hasil
riset kesehatan dasar menunjukkan bahwa proporsi anak perempuan usia 0-11
tahun yang disunat sebanyak 51,2 %, sebanyak 72,4% berusia 1-5 tahun.

Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah salah satu propinsi yang masih
melekat dengan budaya FGM. NTB termasuk dalam 10 besar praktik FGM di
Indonesia. Prevalensi FGM di NTB mencapai lebih dari 60% (Riskesdas, 2013).

11
Hal ini menunjukkan bahwa praktik FGM masih tinggi. FGM merupakan bagian
dari budaya di negara-negara di mana sunat tersebut dipraktikkan.

FGM tidak memiliki manfaat kesehatan dan dapat menyebabkan masalah


kesehatan jangka panjang. FGM terdiri dari semua prosedur yang melibatkan
pengangkatan sebagian atau keseluruhan alat kelamin wanita eksternal, atau
cedera lain pada organ kelamin perempuan untuk alasan non-medis. Praktek ini
sebagian besar dilakukan oleh penyunat tradisional yang sangat berperan di
masyarakat. Bahkan, penyedia layanan kesehatan juga melakukan FGM karena
keyakinan bahwa prosedur ini lebih aman bila dilakukan oleh tenaga kesehatan
(WHO, 2018).

Kecenderungan yang mengkhawatirkan adalah FGM sering dilakukan oleh


profesional kesehatan. Profesional kesehatan yang melakukan FGM atau
reinfibulasi memiliki konflik kepentingan. Ketika prosedur dilakukan oleh
penyedia layanan kesehatan, insidensi komplikasi berkurang secara signifikan
tetapi tidak dihilangkan. Mereka mengklaim bahwa mereka memenuhi tuntutan
budaya masyarakat, peningkatan nilai wanita dalam masyarakat, dan
menghormati hak budaya pasien. Namun, alasan sebenarnya adalah bahwa ini
adalah sumber penghasilan bagi mereka yang melakukan FGM (Serour, 2013).

Melihat fenomena tersebut, WHO sangat mendesak para profesional


kesehatan untuk tidak melakukan prosedur FGM (WHO, 2018). Hal ini
dibuktikan dengan adanya Permenkes RI Nomor 6 tahun 2014 tentang pencabutan
Permenkes RI nomor 1636/Menkes/Per/XI/2010 tentang sunat perempuan karena
dipandang bahwa sunat perempuan bukan merupakan tindakan kedokteran dan
pelaksanaannya tidak berdasarkan indikasi medis dan belum terbukti bermanfaat
bagi kesehatan. Hal ini menunjukkan bahwa FGM dilakukan hanya karena aspek
budaya dan keyakinanmasyarakat Indonesia (Permenkes RI Nomor 6, 2014).

 Alasan Masyarakat melakukan FGM

1. Alasan sosiokultural : di beberapa komunitas, FGM dipercaya untuk


menjamin keperawanan seorang gadis dan dengan demikian kehormatan
keluarganya, karena keperawanan sering menjadi prasyarat untuk menikah.
2. Alasan psikoseksual : di beberapa komunitas, gadis yang tidak disunat
diyakini memiliki dorongan seks yang terlalu aktif dan tidak terkendali yang
membuatnya cenderung kehilangan keperawanannya sebelum waktunya,

12
mempermalukan keluarganya dan merusak kesempatannya untuk menikah.
3. Alasan spiritual dan agama : bagi sebagian masyarakat, menghilangkan aurat
diperlukan untuk membuat seorang gadis bersih secara spiritual dan oleh
karena itu diwajibkan oleh agama. Muslim yang mempraktekkan FGM
cenderung percaya bahwa itu diwajibkan oleh Alquran. Namun, FGM tidak
disebutkan dalam Alquran.
4. Alasan higienis dan estetika : dalam beberapa budaya, alat kelamin luar
wanita dianggap jelek dan kotor dan membuang bagian alat kelamin luar ini
diyakini membuat anak perempuan bersih secara higienis.

 Dampak Jangka Pendek FGM

1) Perdarahan yang mengakibatkan shock atau kematian,

2) Infeksi pada seluruh organ panggul yang mengarah pada sepsis,

3) Tetanus yang menyebabkan kematian,

4) Gangrene yang dapat menyebabkan kematian,

5) Sakit kepala yang luar biasa mengakibatkan shock,

6) Retensi urin karena pembengkakan dan sumbatan pada uretra

 Dampak Jangka Panjang FGM

1) Rasa sakit berkepanjangan pada saat berhubunganseks,

2)Penis tidak dapat masuk dalam vagina sehingga memerlukan tindakan operasi,

3) Disfungsi seksual (tidak dapat mencapai orgasme pada saat berhubunganseks),

4) Disfungsi haid yang mengakibatkan hematocolpos (akumulasi darah haid


dalam vagina), hematometra (akumulasi darah haid dalam rahim),dan
hematosalpin ( akumulasi darah haid dalam saluran tuba),

5) Infeksi saluran kemih kronis,

13
6)Inkontinensi urine (tidak dapat menahan kencing),

7) Bisa terjadi abses, kista dermoid, dan keloid (jaringan parut mengeras)

2. Pernikahan Dini

Pernikahan dini dapat didefinisikan sebagai ikatan lahir dan batin

antara seorang pria dengan wanita sebagai suami dan istri pada usia yang masih

muda atau remaja. Dalam pasal 1 Undang-Undang No 1 Tahun 1974 tentang

pernikahan, mendefinisikan bahwa pernikahan ialah ikatan lahir batin antara

seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan

membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dankekal berdasarkan

Ketuhanan Yang Maha Esa (Kartono, 1922).

Dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974, pasal 7 ayat (1) juga

menyatakan bahwa perkawinan hanya disahkan jika pihak pria sudah mencapai

umur 19 dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun, usulan perubahan

pada pasal 7 tahun 1974 ayat (1) perkawinan dapat dan dilakukan jika pihak

lakilaki dan perempuan berusia minimal 19 tahun, ayat untuk melangsungkan

perkawinan masing-masing calon mempelai yang belum mencapai umur 21

tahun, harus mendapat izin kedua orangtua, sesuai dengan kesepakatan pihak

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang telah

melakukan kerjasama dengan MOU yang menyatakan bahwa Usia Perkawinan

Pertama diizinkan apabila pihak pria mencapai umur 25 tahun dan wanita

mencapai umur 20 tahun (Rokhim & Sirait, 2016).

 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pernikahan Dini

a. Faktor Pendidikan

Tingkatan pendidikan yang rendah atau tidak melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih lanjut dalam hal ini dapat mendorong

14
seseorang untuk melakukan pernikahan dini. Selain itu tingkat pendidikan

keluarga juga dapat memengaruhi terjadinya pernikahan usia muda. Pernikahan

usia muda juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan masyarakat, secara

keseluruhan. Beberapa masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah akan

cenderung untuk menikahkan anaknya dalam usia masih muda.

b. Faktor Ekonomi

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh UNICEF & UNFPA

(2018) menyatakan bahwa kemiskinan menjadi salah satu faktor yang memiliki

pengaruh besar dalam mendorong terjadinya pernikahan dini dikarenakan

beberapa wilayah, seperti di Indonesia, perempuan masih sering di berikan label

sebagai beban ekonomi keluarga. Orang tua yang menjadikan alasan

kesejahteraan ekonomi untuk melakakukan pernikahan dini terhadap anaknya,

memiliki anggapan bahwa dengan merelakan anak perempuannya untuk

dinikahkan dapat meringankan kebutuhan hidup untuk orang tuanua. Kemudian,

pengeluaran dalam rumah tangga dan pendapatan juga menjadi salah satu

indikator bagaimana tingkat kesejahteraan hidup bagi sebuah keluarga (Astuty,

n.d.).

c. Faktor Budaya

Pernikahan dini terjadi karena orang tua dari anak memiliki

kekhawatiran anaknya tidak kunjung menikah dan menjadi perawan tua. Faktor

adat dan budaya, di beberapa daerah diIndonesia, masih memiliki beberapa

pemahaman yang berbeda-beda tentang perjodohan. Pemahaman ini berupa saat

anak perempuan telah mengalami menstruasi maka, akan harus segera

dijodohkan. Padahal umumnya umumnya anak-anak perempuan mulai

menstruasi di usia 12 tahun. Sehingga, dapat dipastikan anak tersebut akan

dinikahkan pada usia 12 tahun, jauh di bawah usia minimum sebuah pernikahan

yang diamanatkan Undang-Undang (Ahmad, 2009).


15
d, Faktor MBA (Marriaged By Accident)

Di Indonesia kasus pernikahan dini sering kali disebabkan karena

hamil sebelum menikah atau Marriaged By Accident (MBA). Menurut Sarwono

(2003) pernikahan usia dini sering sekali terjadi pada anak- anak yang sedang

mengalami masa pubertas, hal ini disebabkan remaja sangat rentan kaitannya

untuk melakukan perilaku seksual yang mereka lakukan sebelum menikah. Maka

dapat dismpulkan bahwa pergaulan bebas dapat menjadi salah satu faktornya.

Akibat terlalu bebasnya pergaulan remaja, terutama dalam hubungan berpacaran,

remaja bisa sampai melakukan seks pranikah dan kehamilan diluar pernikahan.

 Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Reproduksi

Pernikahan yang dilakukan oleh para remaja juga bisa memiliki

pengaruh yang tidak baik terhadap berbagai hal bagi seseorang yang

menjalaninya. Belum matangnya organ reproduksi dan juga kematangan fisik

dari seorang remaja perempuan juga akan berpengaruh terhadap resiko jika

seorang remaja perempuan tersebut mengandung anaknya. Kemungkinan

kecacatan pada anak, ibu mati saat melahirkan dan resiko lainnya juga sangat

besar ketika perkawinan usia dini terjadi. Selain itu, leher rahim seorang remaja

perempuan juga masih sensitif. Oleh karena itu, jika dipaksakan untuk hamil,

berisiko mengalami kanker leher rahim di kemudian hari, bahkan lebih parahnya

ialah peluang resiko kematian saat melahirkan juga menjadi besar pada usia

muda.

 Dampak Sosial Pernikahan Dini

1. Mengganggu kehidupan korban.


2. Terbatasnya kesempatan untuk pendidikan dan pekerjaan.
3. Kemungkinan pernikahan yang rusak lebih tinggi.

16
4. Migrasi pedesaan-perkotaan (yang dapat mempengaruhi mereka terhadap
prostitusi, IMS, HIV dan AIDS).
5. Stigma, dan harga diri rendah.

17
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pengetahuan menjadi salah satu faktor yang sangat penting bagi seseorang dalam

menjaga kesehatan reproduksi. Pengetahuan kesehatan reproduksi dipengaruhi

beberapa faktor salah satunya pendidikan, kurangnya pengetahuan masyarakat

terhadap kesehatan reproduksi dapat berdampak buruk bagi kesehatan

masyarakat, seperti tradisi dalam masyarakat yang masih dipercaya memiliki

nilai-nilai yang dianut oleh anggota masyarakat yang telah diwariskan secara

turun temurun ke beberapa generasi. Perlu diberikan penyuluhan pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi dan hal-hal yang dapat mempengaruhi kesehatan

reproduksi, agar dapat mengurangi dampak buruk yang akan terjadi terhadap

kesehatan masyarakat terutama dalam kesehatan reproduksi.

B. SARAN

Diharapkan mahasiswa jurusan kesehatan, khususnya mahasiswa kebidanan

memahami dan menguasai mengenai kesehatan reproduksi dan dampak yang

akan terjadi dalam masyarakat jika kesehatan reproduksi tidak dijaga dengan

baik. Dengan demikian pelayanan penyuluhan kesehatan reproduksi dapat

diberikan secara optimal kepada masyarakat sehingga dampak buruk yang terjadi

dalam masyarakat yang diakibatkan oleh praktek tradisional dapat terminimalisir

dengan tepat.

18
DAFTAR PUSTAKA

Evie Sulahyuningsih, Y. A. (2021). SUNAT PEREMPUAN SEBAGAI INDIKATOR


KESETARAAN GENDER DALAM PERSPEKTIF AGAMA, TRANSKULTURAL,
DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI KABUPATEN SUMBAWA. ANALISIS
PRAKTIK TRADISIONAL BERBAHAYA, Vol.12 No.1 (2021) 134-148.
Shafa Yuandina Sekarayu, N. N. (2021). DAMPAK PERNIKAHAN USIA DINI
TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI. Jurnal Pengabdian dan Penelitian
Kepada Masyarakat , Vol. 2 No.1 Hal: 37 - 45.

19
SOAL TENTANG

PRAKTIK TRADISIONAL YANG BERAKIBAT BURUK TERHADAP


KESEHATAN REPRODUKSI

KELOMPOK 9

1. Keadaan sehat secara fisik, mental dan sosial yang utuh bukan semata- mata bebas
dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi dan proses
reproduksi pada laki-laki dan perempuan merupakan definisi kesehatan reproduksi
menurut …
a. BKKBN (2008)
b. ICPD (1994)
c. UU No. 36 Tahun 2009
d. Azwar (2013)
e. Spielberg (2007)
2. Yang bukan merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan kesehatan
reproduksi adalah …
a. Pengalaman
b. Informasi
c. Ekonomi
d. Lingkungan
e. Pendidikan
3. Pendidikan yang rendah menyebabkan remaja kurang mampu memenuhi kebutuhan
fisik dasar setelah berkeluarga akibatnya akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan
dirinya sendiri dan berkeluarganya, akses terhadap pelayanan kesehatan, status
pekerjaan, tingkat kemiskinan rasio melek huruf, rasio remaja tidak sekolah dan atau
melek huruf. Hal tersebut merupakan salah satu contoh faktor yang mempengaruhi
kesehatan reproduksi, yaitu …
a. Faktor demografi
b. Faktor budaya
c. Faktor sosial ekonomi
d. Faktor lingkungan
e. Faktor psikologis
4. Perhatikan pernyataan dibawah ini!

20
1) Keluarga berencana
2) Menentukan kehidupan reproduksi dan bebas diskriminasi
3) Menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan seksual yang sehat
4) Pencegahan dan penanganan infeksi menular seksual termasuk HIV dan AIDs

Yang merupakan ruang lingkup kesehatan reproduksi menurut International


Conference Population and Development (ICPD) tahun 1994 adalah …

a. 1) dan 2)
b. 3) dan 4)
c. 2) dan 3)
d. 1) dan 4)
e. 1) dan 3)
5. Setiap orang, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai hak yang sama untuk
memutuskan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak, jarak antar
anak, untuk menentukan waktu kelahiran anak dan dimana akan melahirkan
merupakan maksud dari …
a. Hak hidup
b. Hak remaja
c. Hak kesehatan keluarga
d. Hak kesehatan reproduksi
e. Hak reproduksi
6. FGM merupakan singkatan dari …
a. Female Gen Mutilation
b. Feminime Genetalia Mutilation
c. Female Genetalia Mutilation
d. Feminime Gen Mutilation
e. Feminime Genetalia Male

7. Peringkat berapakah Indonesia dalam melakukan praktek FGM …


a. 1
b. 2
c. 3

21
d. 4
e. 5
8. Yang merupakan dampak jangka Panjang FGM adalah …
a. Sakit kepala yang luar biasa mengakibatkan shock
b. Retensi urin karena pembengkakan dan sumbatan pada uretra
c. Tetanus menjebabkan kematian
d. Disfungsi seksual
e. Gangrene yang dapat menyebabkan kematian
9. Yang merupakan dampak jangka pendek FGM adalah …
a. Infeksi pada seluruh organ panggul yang mengarah pada sepsis
b. Infeksi saluran kemih kronis
c. Terjadi abses, kista dermoid, dan keloid
d. Disfungsi haid yang mengakibatkan hematocolpos
10. Pada undang-undang apakah yang berisi tentang aturan usia pernikahan …
a. Undang - Undang No. 36 Tahun 2009
b. Undang – Undang No. 36 Tahun 2014
c. Pasal 71 Undang – Undang No. 36 Tahun 2009
d. Undang – Undang No. 1 Tahun 1974
e. Undang – Undang No. 4 Tahun 2019
11. Yang bukan merupakan faktor – faktor yang mempengaruhi pernikahan dini …
a. Faktor pendidikan
b. Faktor ekonomi
c. Faktor budaya
d. Faktor MBA
e. Faktor sosial

12. Dampak pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi adalah …


a. Kanker rahim
b. Stigma dan harga diri rendah
c. Kemungkinan pernikahan yang rusak lebih tinggi
d. Mengganggu kehidupan korban
e. Migrasi pedesaan dan perkotaan
13. Yang merupakan dampak sosial pernikahan dini …

22
a. Kecacatan pada anak
b. Kanker rahim
c. Migrasi pedesaan-perkotaan yang dapat mempengaruhi prostitusi, IMS, HIV,
AIDs
d. Leher rahim sensitive
e. Kematian pada ibu
14. Yang bukan menjadi alasan masyarakat melakukan female genetalia mutilation
adalah …
a. Alasan sosioseksual
b. Alasan sosiokultural
c. Alasan psikoseksual
d. Alasan spiritual
e. Alasan higienis
15. Faktor bilogis merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi.
Yang bukan merupakan kelompok faktor biologis adalah …
a. Cacat sejak lahir
b. Tindak kekerasan
c. Kelainan bawaan organ reproduksi
d. Kelainan akibat radang panggul
e. Pertumbuhan terhambat

23

Anda mungkin juga menyukai