Anda di halaman 1dari 65

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Penelitian


Hiperglikemia adalah peningkatan glukosa secara abnormal di dalam darah, seperti
pada diabetes mellitus. Hiperglikemia secara umum memiliki prevalensi yang cukup
besar di dunia. Menurut International Diabetes Federation (IDF), lebih dari 371 juta
orang di dunia yang berumur 20-79 tahun memiliki hiperglikemia. Sedangkan Indonesia
merupakan negara urutan ke 7 dengan prevalensi hiperglikemia tertinggi yang dapat
merujuk pada diabetes, di bawah China, India, USA, Brazil, Rusia dan Mexico. Menurut
Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2001 mendapatkan prevalensi hiperglikemia
pada penduduk usia 25-64 tahun di Jawa dan Bali sebesar 7,5%. Sedangkan menurut
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 didapatkan prevalensi hiperglikemia
tertinggi pada Sulawesi 3,7% dan Nusa Tenggara Timur 3,3% yang meningkat hampir 2
kali lipat dibandingkan dengan penelitian Riskesdas tahun 2007.1-3
Hiperglikemia dalam kehamilan merupakan tingginya kadar gula darah yang
diketahui selama kehamilan. Menurut American Diabetes Association(ADA) tahun 2003,
sekitar 7% total kehamilan mengalami hiperglikemia, kira-kira >200.000 kasus
ditemukan. Data ADA tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi hiperglikemia dalam
kehamilan meningkat 16 – 127% pada beberapa etnis selama 20 tahun terakhir.4,5
National Institute for Health and Care Excellence (NICE) di Inggris menunjukkan
bahwa prevalensi hiperglikemia dalam kehamilan di Inggris dan Wales sekitar 3,5% total
kehamilan. Data rumah sakit Amerika Serikat sejak tahun 1994-2004 menunjukkan
bahwa 4,3 per 100 kelahiran pada ibu dengan diabetes, lebih dari 80% (3,7 per 100
kelahiran) terdiagnosa hiperglikemia dalam kehamilan yang merujuk pada DMG
(Diabetes Mellitus Gestasional). Pada studi lainnya di Amerika Serikat, prevalensi
hiperglikemia dalam kehamilan pada populasi California bervariasi dari sekitar 5% pada
wanita kulit putih non-Hispanic hingga 8,5% pada wanita Asia, sedangkan wanita kulit
hitam dan Hispanic memiliki risiko sedang. Studi serupa mendokumentasikan adanya
peningkatan sebesar 68% sejak 1991 hingga 1997. Secara global, prevalensi tertinggi dan
paling meningkat terjadi pada wanita Asia-Amerika, Asia yang berdomisili di Australia,
dan suku Aborigin Australia.6
Prevalensi prediabetes di Indonesia pada tahun 2007 sebesar 10% sedangkan
prevalensi hiperglikemia dalam kehamilan di Indonesia sebesar 1,9-3,6% pada
1
kehamilan umumnya. Pada ibu hamil dengan riwayat keluarga diabetes melitus,
prevalensi diabetes gestasional sebesar 5,1%. Angka ini lebih rendah dari pada
prevalensi di Negara Inggris dan Amerika Serikat.7

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Banyaknya faktor yang berhubungan dengan rata-rata kadar gula darah
sewaktu ibu hamil.
1.2.2 Belum ada data mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan rata-rata
gula darah sewaktu pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah

1.3 Hipotesis
Faktor usia, riwayat diabetes dalam keluarga, jumlah gravida, obesitas, asupan
karbohidrat, dan aktivitas fisik berhubungan dengan kadar gula darah sewaktu ibu hamil.

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan rata-rata kadar gula darah
sewaktu ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah dengan periode Agustus 2016.
1.4.2 Tujuan Khusus
a) Diketahuinya rata-rata kadar gula darah sewaktu pada ibu hamil dan risiko
hiperglikemia dalam kehamilan di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode
Agustus 2016.
b) Diketahuinya hubungan antara usia, riwayat diabetes dalam keluarga, jumlah
gravida, obesitas, asupan karbohidrat, dan aktivitas fisik dengan rata-rata kadar
gula darah sewaktu ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode
Agustus 2016.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Untuk peneliti
a) Penelitian ini memberikan pengalaman yang berguna untuk peneliti agar dapat
melakukan penelitian lebih lanjut.
b) Penelitian ini menambah pengetahuan mengenai rata-rata kadar gula darah
sewaktu pada ibu hamil dan faktor-faktor yang berhubungan dengannya, serta
risiko terjadinya hiperglikemia dalam kehamilan.
2
1.5.2 Untuk institusi pendidikan
Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan wawasan bagi mahasiswa fakultas
kedokteran tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan rata-rata kadar gula darah
sewaktu ibu hamil.
1.5.3 Untuk masyarakat
Penelitian ini dapat digunakan untuk mencegah dan menurunkan risiko dari kejadian
hiperglikemia pada ibu hamil berdasarkan faktor-faktor yang dapat dimodifikasi.

3
Bab II
Tinjauan Pustaka

2.1.1 Definisi Kadar Gula Darah


Kadar gula darah adalah kadar glukosa yang merupakan produk akhir metabolisme
karbohidrat dan sumber energy utama makhluk hidup yang penggunaannya dikontrol oleh
insulin. Kelebihan glukosa akan diubah menjadi glikogen dan akan disimpan dalam hati dan
otot yang akan dipergunakan bila diperlukan dan akhirnya akan diubah menjadi lemak dan
disimpan sebagai jaringan lemak. Hiperglikemia adalah peningkatan glukosa secara abnormal
di dalam darah, seperti pada diabetes melitus.1
Hipoglikemia adalah konsentrasi glukosa dalam darah berkurang secara abnormal,
yang dapat menimbulkan gemetar, keringat dingin, piloereksi, hipotermia, dan sakit kepala.
Terdapat beberapa jenis hipoglikemia yaitu hipoglikemia alimentary suatu jenis hipoglikemia
reaktif terdapat pada pasien yang mengalami modifikasi bedah pada saluran pencernaan
sehingga pencernaan makanan bergerak terlalu cepat melewati lambung ke dalam duodenum.
Hipoglikemia autoimun yaitu hipoglikemia disebabkan oleh antibodi terhadap insulin, atau
kadang oleh autoantibodi terhadap reseptor insulin.Factitial hypoglycemia/insulin-induced
hypoglycemiayaitu hipoglikemia yang terjadi spontan, tetapi sebenarnya tidak, seperti pada
diabetes atau non- diabetes setelah disuntikan insulin secara diam-diam.
Fastinghypoglycemia yaitu hipoglikemia terjadi pada keadaan puasa, contohnya setelah
kandungan glukosa pada usus diserap; ini terjadi dalam keadaan seperti pada insulinoma,
penyakit penimbunan glikogen, gagal hepar yang berat, kelaparan, malabsorpsi,
hipopituitarisme, dan insufisiensi adrenokortikal. Ketotic hypoglycemia merupakan
hipoglikemia episodik, ketonuria, kejang, dan muntah yang terjadi pada anak kecil pada pagi
hari setelah kekurangan karbohidrat. Hipoglikemia yang diinduksi oleh leucine merupakan
suatu jenis hipoglikemia neonatal familial yang diturunkan sebagai ciri resesif autosomal;
hipoglikemia diinduksi oleh ingesti protein yang mengandung leusin, yang menyebabkan
pelepasan insulin berlebihan pada orang yang peka. Hipoglikemia campuran yaitu
hipoglikemia terjadi selama keadaan puasa dan setelah ingesti karbohidrat; ini terjadi pada
hipoglikemia pada bayi, insufisiensi adrenokortikal dan hipofisis anterior, dan tumor sel
pulau-pulau Langerhans pankreas yang mensekresi insulin. Hipoglikemia neonatal
merupakan hipoglikemia puasa pada neonatus; risiko terbesar pada ibu diabetes, prematur
atau kecil untuk masa kehamilan. Hipoglikemia postprandial / hipoglikemia reaktif

4
merupakan hipoglikemia yang terjadi setelah ingesti karbohidrat, dengan akibat pelepasan
insulin yang berlebihan.1
Diabetes melitus merupakan penyakit metabolik dengan penyebab beragam, ditandai
adanya hiperglikemi kronis serta perubahan metabolisme karbohidrat lemak dan protein
akibat defek sekresi atau kerja insulin atau keduanya. 8
Diabetes melitus gestasional (GDM) adalah intoleransi glukosa yang dimulai atau
baru ditemukan pada waktu hamil. Tidak dapat dikesampingkan kemungkinan adanya
intoleransi glukosa yang tidak diketahui yang muncul seiring kehamilan. Setelah ibu
melahirkan, keadaan DMG sering akan kembali ke regulasi glukosa normal. 8

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus


Pada ibu hamil dengan diabetes melitus dapat dikemukakan beberapa bentuk
klasifikasi sesuai dengan pengamatan ahli. Menurut ADA,terdapat 4 macam klasifikasi
diabetes yaitu:8
1. Diabetes tipe 1 (disebabkan oleh destruksi sel yang akan menyebabkan defisiensi
absolut insulin)
2. Diabetes tipe 2 (disebabkan oleh defek sekresi insulin yang progresif karena
adanya insulin yang resisten)
3. Tipe spesifik diabetes lainnya (disebabkan oleh gangguan genetik pada fungsi sel
β, gangguan genetik pada kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas seperti
fibrosis kistik, dan yang dipicu oleh obat atau bahan kimia seperti dalam
pengobatan HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ)
4. Diabetes melitus gestasional

Diabetes merupakan komplikasi medik yang sering terjadi pada kehamilan. Ada dua
macam perempuan hamil dengan diabetes:8
 Perempuan hamil dengan diabetes yang sudah diketahui sejak sebelum
perempuan tersebut hamil (pregestasional)
 Perempuan hamil dengan diabetes yang baru diketahui setelah perempuan
tersebut hamil
White membagi diabetes berdasarkan kemungkinan komplikasi ibu hamil dengan
diabetes melitus. Pembagian berdasarkan fungsional diabetes melitus gestasional adalah:8,9

5
1. DM Gestasional
a. Kelas A1: Diabetes kimiawi, disebut juga diabetes laten, subklinis atau
diabetes kehamilan, tes toleransi glukosa tidak normal. Penderita tidak
memerlukan insulin, cukup diobati dengan diet saja. Prognosis bagi ibu dan
anak baik.
b. Kelas A2: Hiperglikemia pada saat puasa dan post prandial. Terapi memerlukan
insulin.
c. Kelas B: Diabetes dewasa, diketahui secara klinis setelah umur 19 tahun dan
berlangsung kurang dari 20 tahun, dan tidak disertai kelainan pembuluh
darah.
d. Kelas C: Diabetes yang diderita antara 10-19 tahun, dan tanpa kelainan
pembuluh darah.
e. Kelas D: Diabetes telah diderita selama 20 tahun atau lebih, atau diderita
sebelum umur 10 tahun atau disertai kelainan pembuluh darah, termasuk
arteriosklerosis pada retina dan tungkai, dan retinitis.
f. Kelas E: Diabetes yang disertai perkapuran pada pembuluh pembuluh darah
panggul, termasuk arteria uterina.
g. Kelas F. Diabetes dengan nefropati, termasuk glomerulonefritis dan
pielonefritis.
h. Kemudian dibuat modifikasi tambahan, yaitu kelas R untuk penderita
dengan komplikasi retinitis proliferans atau dengan perdarahan dalam
korpus vitreum, kelas H untuk penyakit koroner, kelas T untuk transplantasi
ginjal.
2. Prekonsepsi dan DM
a. Tanpa komplikasi
 Tipe I: Dependen insulin, kasus yang memerlukan insulin dalam
mengendalikan kadar gula darah.
 Tipe II: Non dependen insulin, kasus yang tidak memerlukan insulin
dalam pengendalian kadar gula darah.
b. Disertai komplikasi dalam bentuk
 Retinopati lanjut
 Nefropati
 Neuropati autonomik

6
 Penyakit jantung koroner

Tabel 2.1 Klasifikasi Diabetes Melitus pada Kehamilan menurut White (1965)9
Kelas Onset Glukosa Puasa dalam 2 jam Posprandial
Plasma dalam Plasma

A1 Gestasi <105 mg/dl >120 mg/dl

A2 Gestasi >105 mg/dl >120 mg/dl

Tabel 2.2 Klasifikasi Diabetes Melitus menurut White (1965)9


Kelas Umur Onset Lamanya Gangguan Vaskular

B Lebih dari 20 tahun Kurang 20 tahun Belum terjadi

C 10-19 tahun 10-19 tahun Belum ada

D Sebelum umur 10 Lebih dari 20 tahun Retinopati ringan


tahun
F Sembarang waktu Sembarang waktu Nefropati

R Sembarang waktu Sembarang waktu Proliferatif, retinopati

H Sembarang waktu Sembarang waktu Jantung koroner

2.1.3 Metabolisme Karbohidrat pada Kehamilan


Pengaturan fisiologis kadar glukosa darah sebagian besar tergantung dari :8
1. Ekstrasi glukosa
2. Sintesis glikogen
3. Glikogenoksis dalam hati
Sedangkan pengendalian kadar gula terutama dipengaruhi oleh insulin,
disampingbeberapa hormon lain : estrogen, steroid dan plasenta laktogen.
Hormon yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah antara lain :10
1. Glukagon yang disekresi oleh sel-sel alfa pulau langerhans

7
2. Epinefrin yang disekresi oleh medula adrenal dan jaringan kromatin.
3. Glukokortikoid yang disekresi oleh korteks adrenal.
4. Growth Hormone yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior.
Kehamilan memiliki potensi terhadap keadaan diabetogenik. Secara fisiologis selama
kehamilan terjadi hipoglikemia ringan selama puasa, hiperglikemia postprandial, dan
hiperinsulinemia. Kadar estrogen, progesteron, dan laktogen plasenta/human placental
lactogen (hPL) ibu yang tinggi menyebabkan hipertrofi, hiperplasia, dan hipersekresi insulin
oleh sel beta pankreas. Sebagian besar wanita hamil juga menunjukkan keadaan: (i)pelepasan
insulin yang berlebihan akibat pemasukan glukosa (disebut hiperinsulinemia relatif),
(ii)penurunan ambilan glukosa perifer, dan (iii)penekanan sekresi glukagon. Secara
bersamaan, keadaan-keadaan tersebut menunjukkan resistensi insulin. Sehingga setelah
konsumsi glukosa, ibu hamil menunjukkan hiperglikemia yang memanjang dan
hiperinsulinemia relatif seiring dengan semakin besarnya supresi glukagon. Keadaan ini
bertujuan untuk menjamin suplai glukosa pada fetus pada masa postprandial. Sensitivitas
insulin pada kehamilan lanjut yaitu 45-79% lebih rendah dibandingkan wanita yang tidak
hamil.11

8
Mekanisme yang bagaimana terjadi resistensi insulin belum sepenuhnya dipahami.
Progesteron dan estrogen dapat berperan, secara langsung atau tidak langsung, terhadap hal
tersebut. Besarnya kadar laktogen plasenta (hPL) yang meningkat selama kehamilan ditandai
oleh cara kerja yang menyerupai hormon pertumbuhan, yaitu pada kadar yang tinggi dapat
menyebabkan peningkatan lipolisis dan pelepasan asam lemak bebas. Sementara
meningkatnya konsentrasi asam lemak bebas yang bersirkulasi dapat memfasilitasi resistensi
jaringan terhadap insulin. Perubahan metabolik ini memastikan adanya suplai glukosa yang
terus-menerus untuk ditransfer ke janin, namun menyebabkan keadaan 'kelaparan yang
dipercepat' pada wanita hamil yang berpuasa. Wanita hamil yang berpuasa mengalami
hipoglikemia relatif dan memiliki kadar asam lemak bebas, trigliserida, dan kolesterol yang
lebih tinggi. Sehingga keadaan puasa yang lama pada wanita hamil dapat dengan
cepatmenyebabkan ketonemia.11

Grafik 2.1 Perubahan Diurnal Glukosa Plasma dan Insulin pada Kehamilan Normal
Akhir11
2.1.4 Etiopatogenesis
Dalam kehamilan terjadi perubahan metabolisme endokrin dan karbohidrat yang
menunjang pemasokan makanan bagi janin serta persiapan untuk menyusui. Glukosa
dapat berdifusi secara tetap melalui plasenta kepada janin sehingga kadarnya dalam
darah janin hampir menyerupai kadar darah ibu. Insulin ibu tak dapat mencapai
janin, sehingga kadar gula ibu yang mempengaruhi kadar pada janin.11
Pada kehamilan terjadi resistensi insulin fisiologis akibat peningkatan hormon-
hormon kehamilan yang mencapai puncaknya pada trimester ketiga kehamilan.
Hormon-hormon kehamilan tersebut antara lain human placenta lactogen,

9
progesterone, kortisol, dan prolaktin. Tidak berbeda pada patofisiologi diabetes melitus
tipe 2, pada diabetes melitus gestasional juga terjadi gangguan sekresi sel beta
pankreas. Kegagalan sel beta ini dapat terjadi karena autoimun, kelainan genetik, dan
resistensi insulin kronik.11
Resistensi insulin selama kehamilan merupakan mekanisme adaptif tubuh untuk
menjaga asupan nutrisi ke janin. Resistensi insulin kronik sudah terjadi sebelum
kehamilan pada ibu-ibu dengan obesitas. Kebanyakan wanita dengan diabetes melitus
gestasional memiliki kedua jenis resistensi insulin ini yaitu kronik dan fisiologis
sehingga resistensi insulin biasanya lebih berat dibandingkan kehamilan normal.
Kondisi ini akan membaik segera setelah partus dan akan kembali ke kondisi awal
setelah selesai masa nifas, dimana konsentrasi human placenta lactogen sudah kembali
normal.11

Bagan 2.1Patofisiologi Diabetes Gestasional11

2.1.5 Faktor Risiko Diabetes Melitus Gestasional


Beberapa faktor risiko dihubungkan dengan terjadinya diabetes gestasional. Faktor
risiko yang paling umum meliputi kelompok etnis dengan prevalensi tinggi diabetes tipe II
(di Amerika Serikat, prevalensi diabetes gestasional pada wanita etnis Afrika-Amerika,
Hispanic, Amerika-India, dan Asia lebih tinggi daripada wanita kulit putih), polycystic
ovarian syndrome, hipertensi esensial atau hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan
(≥140/90 mmHg atau dalam terapi antihipertensi), dislipidemia (HDL <35 mg/dl (0.90

10
mmol/l) dan/atau trigliserid >250 mg/dl (2.82 mmol/l)), riwayat diabetes dalam keluarga
(khususnya pada relatif keturunan pertama), obesitas (berat badan ibu saat hamil >110%,
IMT >30), usia >25 tahun, penggunaan obat glukokortikoid jangka panjang. Faktor risiko
yang tidak diketahui teridentifikasi pada 50% pasien dengan diabetes gestasional.12,13
Diabetes gestasional secara signifikan juga meningkat pada wanita hamil dengan berat
badan overweight sebelum hamil dan berperawakan pendek. Kolesterol tinggi dan intake telur
sebelum dan selama kehamilan meningkatkan risiko diabetes gestasional.14,15
Empat faktor pola hidup pregestasional yang memiliki risiko rendah terhadap diabetes
gestasional antara lain berat badan ideal, asupan karbohidrat rendah, olahraga teratur dan
aktivitas tinggi, serta tidak merokok. Berat badan ideal diklasifikasikan sebagai BMI <25.
Bukti dari sebuah studi epidemiologi dan klinis mendukung tesis bahwa diet mempengaruhi
homeostasis glukosa, terutama diet serat dan karbohidrat yang memiliki efek pada glukosa
postprandial dan respon insulin. Konsumsi total serat 10 gram/hari menurunkan risiko
diabetes gestasional sebanyak 26%; konsumsi sereal atau serat buat sebanyak 5 gram/hari
mengurangi 23% dan 26% risiko. Diet glikemik berelasi positif dengan risiko diabetes
gestasional. Kombinasi diet tinggi glikemik dan rendah serat berhubungan dengan
peningkatan risiko 2,15 kali lipat.16
Aktivitas fisik atau olahraga teratur yang dapat menurunkan risiko diabetes
gestasional adalah aktivitas fisik tinggi kurang lebih 1,5 jam/hari atau aktivitas sedang selama
5 hari/minggu (150 menit/minggu), termasuk jalan cepat. Wanita yang bukan perokok
memiliki risiko rendah terhadap diabetes gestasional.17
Menurut ADA “Standards of Medical Care in Diabetes—2010”, kriteria risiko tinggi
diabetes gestasional, antara lain severe obesity, riwayat diabetes melitus gestasional pada
kehamilan sebelumnya atau riwayat melahirkan bayi makrosomia, glikosuria, menderita
polycystic ovarian syndrome, dan memiliki riwayat diabetes melitus tipe II dalam keluarga.
Wanita hamil yang memiliki risiko tinggi diabetes gestasional perlu segera melakukan
pemeriksaan. Semua wanita hamil perlu dilakukan screening untuk diabetes gestasional pada
usia gestasi 24-28 minggu, termasuk mereka yang memiliki hasil tes negatif pada trimester
pertama.
Kriteria risiko rendah antara lain usia < 25 tahun, berat badan sebelum hamil ideal,
berasal dari etnis yang memiliki prevalensi diabetes rendah, tidak memiliki riwayat diabetes
pada keluarga, tidak memiliki riwayat toleransi glukosa abnormal, dan tidak memiliki riwayat
melahirkan anak dengan komplikasi.18
1. Usia Ibu
11
Berbagai macam faktor risiko berhubungan dengan DMG yang ditemukan, prevalensi
faktor-faktor tersebut pada kasus DMG ditekankan pada banyak studi. Usia >25 tahun
merupakan prevalen faktor risiko yang paling banyak ditemui, berkisar dari 44- 90%. Pada
sebuah studi yang dilakukan oleh Dixon DRD di Rochestar, Minnesota, faktor risiko usia >25
tahun berkontribusi dalam hampir 90,4% koresponden. Studi yang dilakukan oleh
Bhattacharya dan Jindal, koresponden menunjukkan persentase sebesar 66% dan 44,4%. Pada
sebuah studi yang dilakukan oleh Ramalingam, menunjukkan pula usia >25 tahun merupakan
risiko umum yang berhubungan dengan GMD setelah riwayat abortus spontan. Penelitian
yang dilakukan oleh Kaliki Hymavathi juga menunjukkan bahwa usia menjadi faktor risiko
yang dominan (88,3%).19
2. Riwayat Diabetes Melitus dalam Keluarga
Riwayat diabetes melitus dalam keluarga diketahui sebagai risiko GMD. Keberadaan
diabetes melitus pada orangtua dapat mempengaruhi onset awal diabetes melitus tipe II.
Faktor risiko ini ditemukan pada sebagian besar responden penelitian yang menguatkan studi
yang menemukan bahwa 65% dari 66 wanita hamil yang menderita GMD di Rumah Sakit
Umum Minas Gerais memiliki riwayat diabetes dalam keluarga. Penelitian tersebut
mendukung sebuah penelitian di India yang mendiskripsikan profil klinis, keadaan fetal dan
maternal, dan progresi GMD menjadi diabetes melitus II pada wanita dengan GMD, yang
menunjukkan bahwa 70% responden memiliki riwayat diabetes melitus tipe II pada ayah, ibu,
atau kedua orangtua responden.20
3. Jumlah Gravida
Penelitian terbarumengenai keberadaan faktor risiko diabetes menunjukkan prevalensi
multigravida sebesar 76%. Literatur tidak mempertimbangkan multigravida sebagai faktor
risiko DMG. Namun, terdapat prevalensi tinggi diabetes pada multigravida yang mungkin
berhubungan dengan postpartum weight retention. Usia ibu dan gravida merupakan 2 faktor
penting untuk menentukan postpartum weight retention dan studi menunjukkan postpartum
weight retention pada multigravida yang lebih besar dibandingkan dengan wanita primipara.20
4. Obesitas
Kehamilan disertai obesitas merupakan sebuah masalah kesehatan global yang
berhubungan dengan hasil kehamilan yang buruk. Salah satunya dapat menyebabkan
hiperglikemia hingga diabetes melitus gestasional. Sebenarnya pengukuran IMT
direkomendasikan untuk diagnosa obesitas, tetapi didapatkan keterbatasan untuk mengukur
berat badan serta tinggi badan karena pengaruh membesarnya uterus serta janin, sehingga
digunakanlah pengukuran antropometri. Pengukuran antropometri terdiri atas lingkar lengan
12
atas (LILA), lingkar betis, lingkar pinggang, rasio lingkar pinggang dan pinggul, dapat
digunakan untuk mendiagnosa obesitas pada kehamilan.
Berdasarkan penelitian di Nigeria, nilai rata-rata untuk lingkar pinggang, lingkar
pinggul dan rasio pinggang dan pinggul berubah secara signifikan selama kehamilan
padaseluruh kelompok trimester. Sementara tidak ada perbedaan signifikan dalam nilai rata-
rata LILA pada seluruh kelompok trimester(p = 0.74). Pada persentil ke 75, terdapat korelasi
yang kuat antara BMI sebesar 30 dengan LILA sebesar33 cm.Pengukuran LILA memiliki
sensitivitas sebesar 76% dan spesifisitas sebesar 91% untuk deteksi obesitas pada ibu
hamil.Dapat disimpulkan penelitian tersebutmenunjukkan bahwa LILA 33 cm merupakan
batas atas untuk mendiagnosa obesitas pada kehamilan untuk daerah penelitian tersebut.21
5. Faktor Diet
Sebuah studi mengatakan bahwa kualitas asupan karbohidrat dan lemak mungkin
lebih relevan pada risiko diabetes melitus tipe II daripada asupan total keduan nutrien
tersebut. Jenis karbohidrat spesifik mungkin dapat mencegah (misalnya whole grain), dan
tipe lemak spesifik (misalnya lemak trans) mungkin dapat memperkuat risiko. Terapi diet
sudah sejak lama direkomendasikan pada wanita dengan DMG. Bagaimana pun juga, studi-
studi mengenai hubungan antara faktor diet dengan risiko DMG sudah dilakukan. Studi
prospektif baru-baru ini menunjukkan bahwa asupan lemak yang tinggi dan asupan
karbohidrat yang rendah mungkin berhubungan dengan peningkatan risiko DMG dan
toleransi glukosa terganggu.22
Penelitian yang dilakukan oleh Cuilin Zhang dan Yi Ning mengatakan bahwa
konsumsi serat (misalnya total, sereal dan serat buah) sebelum hamil secara signifikan dan
berbanding terbalik dengan risiko DMG. Secara kontras, diet beban glikemik secara positif
berhubungan dengan risiko DMG. Indeks glikemik merupakan ukuran relatif efek glikemik
karbohidrat pada makanan yang berbeda. Setiap asupan total serat sebanyak 10 g/hari atau
lebih berhubungan dengan 26% (95% CI: 9%, 49%) menurunkan risiko DMG, sedangkan
asupan serat sereal atau buah sebanyak 5 g/hari atau lebih berhubungan dengan 23% atau
26% menurunkan risiko. Kombinasi beban glikemik tinggi dan diet rendah serat dihubungkan
dengan 2,15 kali lipat (95% CI: 1.04- 4.29) meningkatkan risiko DMG dibandingkan dengan
reciprocal diet.16
6. Aktivitas Fisik
Data epidemiologis dan studi klinis pada individu yang tidak hamil menyatakan
bahwa aktivitas fisik dapat mempengaruhi homeostasis glukosa melalui efek langsung
maupun tidak langsung pada sensitivitas insulin dan sekresinya. Dengan meningkatkan
13
sensitivitas insulin dan memperbaiki toleransi glukosa melalui berbagai mekanisme, aktivitas
fisik memiliki manfaat pada berbagai aspek terhadap sindrom resistensi insulin. Setelah
melakukan aktivitas fisik, sensitivitas insulin meningkat hingga 48 jam dengan meningkatkan
sensitivitas seluler terhadap insulin yang bersirkulasi. Untuk efek jangka panjang, aktivitas
fisik yang teratur dapat mempengaruhi toleransi glukosa dan secara potensial dapat
menurunkan risiko DMG.16
Studi mengenai efek aktivitas fisik pada wanita hamil masih terbatas. Intensitas,
durasi, dan tipe aktivitas fisik sangat bervariasi sehingga menyebabkan sulit dilakukan studi
tersebut. Oleh karena keterbatas tersebut, beberapa studi menunjukkan adanya hubungan
aktivitas fisik sebelum dan/atau selama hamil terhadap penurunan risiko DMG. Contohnya
pada sebuah studi prospektif pada 21.765 wanita hamil tunggal pada penelitian Nurse’s
Health Study II, wanita yang terbiasa melalukan aktivitas fisik sebelum hamil (terutama
aktivitas fisik tinggi atau sama dengan jalan cepat selama 30 menit/hari) memiliki penurunan
risiko sebanyak 20% untuk terjadinya DMG atau penurunan intoleransi glukosa antepartum
sebanyak 44%. Pada studi kasus kontrol pada kehamilan 20 minggo awal dapat menurunkan
48% risiko DMG. Wanita yang memulai aktivitas fisik selama kehamilan memiliki risiko
lebih rendah terhadap DMG dibandingkan wanita yang inaktif selama hamil.24
7. Perilaku Merokok
Menurut penelitian Cuilin Zhang dkk, responden yang merupakan perokok yang
dianggap berisiko hanya berprevalensi 3% oleh karena prevalensi wanita hamil yang
merokok pada populasi penelitian ini rendah (8%).16
Studi yang dilakukan oleh Aulinas dkk mengatakan bahwa wanita yang merokok pada
awal kehamilan memiliki kadar glukosa plasma 1 jam dan HbA 1c lebih tinggi serta glukosa
plasma 3 jam lebih rendah daripada wanita yang tidak merokok. Analisis regresi multipel
mengkonfirmasi hubungan bebas antara status merokok dengan HbA1c dan glukosa plasma
TTGO.23
Sementara itu, Andrew Collier dkk melalui Journal of Diabetes Investigation,
melaporkan bahwa status merokok tidak memiliki hubungan dengan terjadinya DMG dan
perlu dilakukan investigasi lebih lanjut.24
8. Riwayat Penggunaan Obat Glukokortikoid
Glukokortikoid merupakan obat yang memiliki efek multipel pada metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak serta berpengaruh pada homeostasis. Obat ini juga
merupakan molekul anti-inflamasi dan imunosupresan poten. Salah satu efek samping obat
ini yang paling umum adalah kecenderungannya menyebabkan hiperglikemia.25
14
Yildirim dkk dalam studinya mengatakan bahwa sebanyak 83,3% koresponden yang
mendapat terapi kortikosteroid dalam rentang waktu 6-25 minggu terdiagnosis dengan DMG
pada minggu ke-16 gestasi.26
9. Etnis/Ras
Prevalensi DMG bervariasi di setiap regio tergantung pada standard diagnosis dan
pemeriksaan yang digunakan, tetapi pada umumnya, DMG terjadi pada 3-5% kehamilan
normal. Etnis merupakan faktor bebas yang mempengaruhi insiden DMG. Meskipun IMT
wanita Asia pada umumnya lebih rendah, mereka lebih berisiko DMG daripada etnis
Caucasian.27
Di Amerika Serikat, wanita Native American, Asia, Hispanic, dan Afrika-Amerika
berisiko lebih tinggi DMG daripada wanita kulit putih non-Hispanic. Di Australia, prevalensi
DMG ditemukan lebih tinggi pada wanita Cina dan India daripada wanita Eropa atau Afrika
Utara. Prevalensi DMG juga lebih tinggi pada wanita suku Aborigin. Di Eropa, DMG umum
ditemukan pada wanita Asia. Proporsi kehamilan dengan DMG dinegara Asia dilaporkan
lebih rendah daripada proporsi pada wanita Asia yang tinggal di benua lain. Di India, DMG
banyak ditemukan pada wanita hamil yang tinggal di perkotaan daripada di desa.28
10. Polycystic Ovarian Syndrome (PCOS)
PCOS merupakan kelainan reproduktif-metabolik yang umum terjadi pada wanita,
berhubungan dengan disfungsi ovulasi, hiperandrogenisme, dan polikistik ovarium. Wanita
dengan PCOS mungkin mengalami peningkatan risiko komplikasi kehamilan. Proporsi
wanita dengan PCOS yang tinggi meningkatkan risiko kegangguan metabolik, seperti
resistensi insulin 50-70%, gangguan gula darah puasa, diabetes melitus tipe II, dan obesitas.
Selama kehamilan, disfungsi metabolik bermanifestasi sebagai toleransi glukosa terganggu
atau DMG karena kehamilan dan kadar progesteron yang tinggi akan menginduksi resistensi
insulin. Pada studi kohort yang dilakukan oleh Wang dkk menemukan bahwa 54,9% insidensi
DMG secara signifikan terdapat pada wanita hamil dengan PCOS.29,30
11. Riwayat Dislipidemia
Hubungan antara intoleransi glukosa dan kadar lipid abnormal telah diketahui
berdasarkan patofisiologi sindrom metabolik. Penelitian yang dilakukan oleh Yael Baumfeld
dkk berhipotesis bahwa kadar lipid abnormal sebelum konsepsi memiliki hubungan dengan
peningkatan risiko komplikasi kehamilan yang berat, seperti preeklamsia dan DMG.
Penelitian mereka yang melibatkan 3.243 subyek menunjukkan bahwa kadar tinggi trigliserid
dan kadar rendah HDL secara bebas berhubungan dengan DMG dengan odd ratio (OR)
sebesar 1.33 (95% CI 1.09-1.63) setelah menyesuaikan faktor usia maternal, berat badan ibu,
15
tekanan darah, riwayat abortus berulang, terapi fertilitas, dan kadar glukosa darah puasa.
Terdapat interaksi antara efek HDL ≤ 50 mg/dl dan trigliserid ≥ 150 mg/dl dengan OR = 2.69
(95% CI 1.73-4.19). Sehingga, dapat disimpulkan bahwa kejadian DMG meningkat pada
wanita yang miliki kadar HDL rendah dan trigliserid tinggi sebelum konsepsi.31
Pada sebuah studi kasus kontrol yang dilakukan oleh Emily S. Han dkk pada 254
wanita hamil dengan DMG, menunjukkan bahwa ukuran diameter puncak LDL dan kadar
high-density lipoprotein yang lebih rendah dan kadar small LDL serta very small LDL yang
lebih tinggi beberapa tahun sebelum kehamilan ditemukan pada wanita hamil yang menderita
DMG. Profil lipid sebelum hamil dapat membantu mengidentifikasi wanita yang berisiko
menderita DMG, sehingga dapat dilakukan pencegahan.32

2.1.6 Diagnosis
Selama bertahun-tahun, ADA serta negara-negara lain menggunakan dua langkah
yaitu skrining dan diagnosis untuk hiperglikemia pada kehamilan. Metode skrining dan
diagnosis untuk diabetes gestasional merupakan baku emas di Amerika Serikat. Dua langkah
tersebut menggunakan pendekatan yang terdiri dari langkah pertama awal skrining dengan
mengukur glukosa plasma 1 jam setelah beban glukosa 50 gram.Tes ini positif bila glukosa
plasma > 140 mg / dl. Jika hasil positif, selanjutnya akan diukur glukosa plasma 3 jam setelah
beban glukosa 100 gram yang disebut dengan Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO).
Kriteria diagnosis diabetes melitus gestasional yang lama didiagnosis jika setidaknya
dua dari empat nilai sama atau melebihi dari nilai berikut:33
1) gula darah puasa > 95 mg/ dl
2) 1 jam setelah beban 100 g glukosa, glukosa plasma sebesar> 180 mg/ dl
3) 2 jam setelah beban 100 g glukosa, glukosa plasma sebesar> 155 mg / dl
4) 3 jam setelah beban 100 g glukosa, glukosa plasma sebesar 140 mg / dl

16
Bagan2.2 Dua Langkah Skrining dan Diagnosis DMG 33

Peningkatan prevalensi obesitas dikalangan wanita usia reproduktif, menyebabkan


jumlah wanita dengan hiperglikemia pada kehamilan ikut meningkat. Hal tersebut akan
membawa risiko bagi ibu dan janin.
Sebuah penelitian mengenai hiperglikemia dan pengaruhnya pada kehamilan yang
melibatkan lebih dari 25.000 wanita hamil membuktikan bahwa risiko komplikasi antara
ibudan janinterus meningkat seiring dengan peningkatan gula darah pada kehamilanusia 24-
28 minggu, bahkan dalam rentang yang sebelumnya dianggap sebagai kisaran glikemik
normal untuk ibu hamil. Penelitian ini menyebabkan peninjauan kembali dari kriteria
diagnosis lama hiperglikemia pada kehamilan, dan memberikan nilai dasar baru untuk kriteria
diagnosis hiperglikemia pada kehamilan yaitu: 33
1) glukosa plasma puasa > 92 mg/ dl
2) 1 jam setelah beban 75 g glukosa > 180 mg/ dl
3) 2 jam setelah beban 75 g glukosa > 153 mg / dl
International Association of Diabetes and Pregnancy Study Groups (IADPSG) pada
tahun 2010 dan ADA (2011), merekomendasikan: 33
a) semua wanita yang tidak diketahui memiliki diabetes melitus sebelumnya, harus
menjalani 75 gram TTGO di 24-28 minggu kehamilan
b) Seperti yang diuraikan pada tabel 1, kriteria diagnosis dari hiperglikemia pada
kehamilan:
 glukosa plasma puasa> 92 mg / dl
 1 jam setelah beban 75 g glukosa > 180 mg/ dl
 2 jam setelah beban 75 g glukosa > 153 mg / dl (Tabel 1).

17
Tabel 2.3 Perbedaan antara Kriteria Lama dan Baru untuk Diagnosis Hiperglikemia pada
Kehamilan 33
Kriteria Lama Kriteria Baru
24-28 minggu Skrining semua ibu hamil Menguji semua wanita hamil
dengan resiko tinggi
Skrining Tidak puasa, 1 jam setelah Tidak ada
diberikan beban glukosa 50
g, jika hasil lebih dari sama
dengan 130 atau 140 mg/dl,
maka lanjutkan ke uji
diagnostik
Uji Diagnostik Setelah 8-12 jam puasa, Setelah 8-12 jam puasa,
diberikan beban glukosa 100 diberikan beban glukosa 75
g, kemudian glukosa plasma g, kemudian glukosa plasma
dipantau setelah 1,2, dan 3 dipantau setelah 1,2, dan 3
jam pemberian beban jam pemberian beban
glukosa 75 g. glukosa 75 g.
Diagnosis dari Diabetes Jika 2 dari nilai berikut sama Jika 1 dari nilai berikut sama
Melitus Gestasional atau lebih: puasa 95 mg/dl, 1 atau lebih: puasa 95 mg/dl, 1
jam 180 mg/dl, 2 jam 155 jam 180 mg/dl, 2 jam 155
mg/dl, 3 jam 140 mg/dl mg/dl
Kriteria terbaru menurut IADPSG secara signifikan akan meningkatkan prevalensi
hiperglikemia pada kehamilan, terutama karena hanya satu nilai normal yang dibutuhkan
untuk diagnosis. Agarwal dan rekan- rekannya dalam studi mereka dari 10.283 ibu hamil
yang menjalani glukosa 75 gram TTGO melaporkan bahwa menggunakan IADPSG akan
meningkatkan prevalensi hiperglikemia pada kehamilan sebanyak hampir tiga kali lipat
dibandingkan dengan kriteria ADA yang lama.33.34
2.1.7 Tatalaksana
Diet
Penderita kelas A cukup diatur dietnya tanpa pengobatan dengan insulin. Menurut
Lokakarya LIPI/NAS (1968) keperluan kalori per hari untuk wanita Indonesia sehat yang
tidak hamil, yang hamil, dan dalam masa laktasi masing masing sebanyak 2000, 2300, dan
2800 kalori dengan protein 65-80 gram. Penderita diabetes dengan berat badan rata rata
cukup diberi diet yang mengandung 1200-1800 kalori sehari selama berlangsungnya
18
kehamilan. Pemeriksaan darah dan urin berkala dilakukan untuk mengubah dietnya apabila
perlu.
Dalam triwulan 1 diet dan pengobatan tidak banyak berbeda dengan keadaan diluar
kehamilan. White menganjurkan 30-40 kalori per kg berat badan. Garam perlu dibatasi untuk
mengurangi kecenderungan akan retensi air dan edema. Diet yang dianjurkan karbohidrat
40%; protein 2g/kg berat badan; lemak 45-60 gram.
Dalam triwulan II metabolisma hidrat arang dalam tubuh itu berubah, ibu memerlukan
lebih banyak bahan makanan, terutama kalori dan protein. Penderita yang diluar kehamilan
dan dalam kehamilan triwulan I tidak memerlukan insulin mungkin sekali perlu diobati
dengan insulin dalam triwulan II dan III. Karena itu, gula darah harus diperiksa ulang. Diet
dan dosis insulin setiap kali harus disesuaikan dengan keperluan yang berubah ubah itu.Lebih
lebih dalam triwulan III. Juga dalam masa nifas dan laktasi pemeriksaan perlu diulang dan
diet disesuaikan. 8
Pengobatan insulin
Pada penderita diabetes dalam kehamilan daya tahan terhadap insulin meningkat
dengan makin tuanya kehamilan, yang dibebaskan oleh kegiatan antiinsulin plasenta.
Penderita yang sebelum kehamilan sudah memerlukan insulin diberi insulin dalam dosis yang
sama dengan dosis di luar kehamilan sampai terdapat tanda tanda bahwa dosis perlu ditambah
atau dikurangi. Perubahan perubahan dalam kehamilan di satu pihak memudahkan terjadinya
hiperglikemia dan asidosis, akan tetapi di pihak lain dapat menimbulkan reaksi hipoglikemik.
Karena itu, dosis insulin perlu diubah menurut keperluan. Perubahan perubahan dosis itu
harus dilakukan dengan hati hati, dengan berpedoman pada 140 mg/dl pemeriksaan gula
darah yaitu kadar Post Prandial <140 mg/dl.
Terutama dalam triwulan I mudah terjadi hipoglikemia apabila dosis insulin tidak
dikurangi karena wanita kurang makan akibat emesis dan hiperemesis gravidarum.
Sebaliknya dosis insulin perlu ditambah dalam triwulan II apabila wanita sudah mulai suka
makan, lebih lebih dalam triwulan III.
Selama berlangsungnya persalinan dan dalam hari hari berikutnya cadangan hidrat arang
berkurang dan keperluan akan insulin berkurang pula. Akibatnya ialah bahwa penderita
mudah mengalami hipoglikemia apabila diet tidak disesuaikan dan atau dosis insulin tidak
dikurangi. Pemberian insulin yang kurang hati hati dapat merupakan bahaya besar karena
reaksi hipoglikemik dapat disalahtafsirkan sebagai koma diabetikum. Dosis insulin perlu
dikurangi selama wanita dalam persalinan dan nifas dini. Dianjurkan pula supaya dalam masa
persalinan diberi infus glukosa dan insulin. Pada hiperglikemia berat dan keto asidosis diberi
19
insulin secara infus intravena dengan kecepatan 2-4 satuan per jam untuk mengatasi
komplikasi yang berbahaya ini. 8
Penanggulangan Obstetrik
Pada penderita yang penyakitnya tidak berat dan cukup dikuasai dengan diet saja dan
tidak mempunyai riwayat obstetrik yang buru,, dapat diharapkan partus spontan sampai
kehamilan 40 minggu. Lebih daripada itu sebaiknya dilakukan induksi persalinan karena
prognosis menjadi lebih buruk. Apabila diabetesnya lebih berat dan memerlukan pengobatan
insulin, sebaiknya kehamilan diakhiri lebih dini; biasanya dalam kehamilan antara 36-38
minggu. Lebih lebih apabila kehamilan nya disertai dengan komplikasi lain, seperti pre
eklampsia, hidraamnion, janin yang tidak baik pertumbuhannnya atau terlampau besar,
diabetesnya sukar dikuasai atau apabila riwayat kematian perinatal, maka dapat
dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan lebih dini lagi, baik dengan induksi maupun
dengan seksio cesaria. Dalam pelaksanaan partus per vaginam, baik yang tanpa maupun yang
dengan induksi, keadaan janin harus lebih ketat diawasi, jika mungkin dengan pencatatan
denyut jantung janin terus menerus. 8

2.1.8 Komplikasi Hiperglikemia


2.1.8.1 Pengaruh Hiperglikemia pada Kehamilan8
a. Abortus dan partus prematurus
b. Hipertensi dalam kehamian
c. Hidramnion
d. Kelainan letak janin
e. Insufisiensi plasenta
2.1.8.2 Pengaruh dalam Persalinan8
a. Inersia uteri dan atonia uteri
b. Distosis bahu karena anak besars
c. Kelahiran mati
d. Lebih sering pengakhiran partus dengan tindakan
e. Lebih mudah terjadi infeksi
f. Angka kematian maternal lebih tinggi

2.1.8.3 Pengaruh dalam Masa Nifas


Hiperglikemia lebih sering mengakibatkan infeksi nifas dan sepsis, dan menghambat
penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perinei maupun luka episiotomi.8
20
2.1.8.4 Pengaruh pada Bayi
Masalah yang ditakuti pada janin dan bayi ialah kelainan bawaan, makrosomia,
sindrom gawat nafas, hipoglikemia, hipokalsemia, dan kematian perinatal. Berbeda dengan
wanita yang menderita diabetes sebelum hamil, anomali janin pada wanita dengan diabetes
gestasional tidak meningkat. Demikian pula dengan risiko kematian janin yang tidak terlalu
nyata pada wanita hamil yang menderita hiperglikemia postprandial yang diterapi dengan
diet. Wanita hamil dengan peningkatan kadar glukosa puasa memperlihatkan peningkatan
angka lahir mati tanpa sebab jelas serupa dengan wanita dengan diabetes sebelum hamil.
Secara spesifik, ADA menyimpulkan bahwa hiperglikemia puasa >105 mg/dL mungkin
berkaitan dengan peningkatan risiko kematian janin selama 4 sampai 8 minggu terakhir
kehamilan. Efek diabetes gestasional pada ibu sendiri mencakup peningkatan frekuensi
hipertensi dan bedah caesar.
Hiperglikemia pada ibu mendorong terjadinya hiperinsulinemia pada janin yang
merangsang pertumbuhan somatik berlebihan, sehingga terjadilah makrosomia. Faktor –
faktor lain yang diperkirakan berperan dalam makrosomia adalah IGF-I dan IGF-II,
epidermis growth factor (EGF), leptin, serta adiponektin. American College of Obstetricians
and Gynecologists mendefinisikan bayi makrosomatik sebagai bayi dengan berat badan lahir
>4500 gram. Sekitar sepertiga wanita yang melahirkan bayi dengan makrosomia akan
melahirkan bayi serupa pada kehamilan berikutnya. Secara spesifik, bayi makrosomia yang
lahir dari ibu dengan diabetes memperlihatkan penimbunan lemak berlebihan pada bahu dan
badan, sehingga mudah terjadi distosia bahu dan meningkatkan angka bedah caesar.
Pemeriksaan secara serial setiap 2 minggu sejak 34 minggu untuk mengetahui secara
dini adanya makrosomia. Perkembangan lingkaran perut janin yang abnormal di atas rata rata
mencurigakan adanya pertumbuhan makrosomia. Ketebalan lemak juga dapat diperhatikan
untuk dihubungkan dengan makrosomia. Pemeriksaan fungsi janin plasenta dapat dilakukan
dengan kardiotokografi untuk pemantauan denyut jantung dan gerakan janin secara serial tiap
minggu setelah 36 minggu. Janin yang menerima pemasokan gula darah yang berlebihan
akan memproduksi insulin sehingga terjadi hiperinsulinemia. Glukosa dibakar oleh oksigen
menjadi adenosine Trifosfat (ATP) dan diubah menjadi protein dan lemak. Pengaruh insulin
akan mengubah glukosa menjadi cadangan lemak dan glikogen. Hal ini yang menyebabkan
makrosomia. Adanya makrosomia merupakan indikasi untuk melahirkan dengan seksio
cesarea.
Hiperinsulinemia neonatus dapat memicu hipoglikemia dalam beberapa menit setelah
lahir. ADA mendefinisikan nilai <35 mg/dL sebagai abnormal pada bayi aterm dan kadar
21
yang lebih rendah untuk bayi kurang bulan karena simpanan glikogen lebih sedikit. Namun,
menurut HAPO Study Cooperative Research Group tahun 2008, insiden hipoglikemia
neonatus klinis meningkat seiring dengan peningkatan nilai TTGO ibu.
Hiperinsulinemia menyebabkan antagonis terhadap pengaruh kortisol yang
menimbulkan produksi fosfatidilgliserol guna pematangan paru; hal ini perlu diperhatikan
karena ada kemungkinan bayi sudah cukup besar tetapi paru belum cukup matang sekalipun
sudah 38 minggu. Setelah lahir, bayi terputus dari ibu yang selalu memasok glukosa,
disamping ia mulai menggunakan lemak sebagai sumber energi. Ia masih mempunyai
keadaan hiperinsulinemia yang potensial menimbulkan hipoglikemia. Hipoglikemia mungkin
mempunyai dampak pada perkembangan saraf, oleh karena itu harus dijaga agar tidak
mengalami hipoglikemia dengan cara sering memberikan minum susu setiap 2 jam.
Pemeriksaan gula darah dengan Dextrostix dilakukan secara serial misalnya pada jam
1, 2, 3, 4, 8 setelah lahir. Pengawasan terhadap keadaan vital penting dilakukan yaitu
sebaiknya di unit perawatan intensif.
Keadaan hipoglikemia kemungkinan dapat berupa apnea. Bila kadar gula <30 mg/dl
sebaiknya bayi diberi infus glukosa 10% dan kemudian dilakukan pemeriksaan gula darah
serial.Mengingat kemungkinan terjadi hipokalsemia maka perlu dilakukan pemeriksaan
kalsium darah, demikian pula pengawasan terhadap kemungkinan hiperbilirubinemia.8

2.1.9 Prognosis
2.1.9.1 Prognosis Janin
Mengingat resiko sindrom gawat nafas relatif kecil pada kehamilan aterm maka
diusahakan persalinan terjadi pada 40 minggu, kecuali terdapat gawat janin misalnya
pertumbuhan janin terhambat. Dengan amniosentesis dapat dilakukan pemeriksaan
fosfatidilgliserol untuk menentukan tingkat kematangan paru. Pengakhiran kehamilan dapat
dilakukan bila paru dinyatakan matang.8
2.1.9.2 Prognosis Ibu Hamil
Prognosis bagi wanita hamil dengan hiperglikemia pada umumnya cukup baik,
apalagi apabila penyakitnya lekas diketahui dan segera diobati oleh dokter yang ahli, serta
kehamilan dan persalinannya ditangani oleh spesialis kebidanan. Kematian sangat jarang
terjadi, dan apabila penderita sampai meninggal, hal itu biasanya dijumpai pada diabetes yang
sudah lama dan berat, terutama yang disertai komplikasi pembuluh darah atau ginjal.
Sebaliknya prognosis anak jauh lebih buruk dan dipengaruhi oleh
1. Berat dan lama penyakit
22
2. Insufisiensi plasenta
3. Prematuritas
4. Gawat nafas (respriratory distress)
5. Cacat bawaan
6. Komplikasi persalinan (distosia bahu)
Laporan tentang kematian perinatal berbeda beda, yang disebabkan oleh belum
adanya kebulatan pendapat mengenai ukuran bagi diagnosis diabetes dalam kehamilan,
belum ada keseragaman dalam penanganan kehamilan dan persalinan, dan atau tidak adanya
fasilitas perawatan neonatus oleh dokter spesialis kesehatan anak.
Pada umumnya angka kematian perinatal diperkirakan antara 10-15%, dengan pengertian
bahwa makin berat diabetes, makin buruk pula prognosis perinatal.8
2.2 Kerangka Teori

2.3 Kerangka Konsep


Variabel Independen Variabel Dependen

1. Jumlah gravida
2. Riwayat diabetes dalam
keluarga Rata-rata kadar gula
3. Usia
darah sewaktu ibu 23
4. Obesitas
5. Aktivitas fisik hamil
6. Asupan karbohidrat
Bab III
Metode Penelitian

3.1 Desain Penelitian


24
Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif analitik dengan
pendekatan cross-sectional mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan rata-rata
kadar gula darah sewaktu ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode Agustus
2016.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode Agustus 2016.

3.3 Sumber Data dan Instrumen Penelitian


Sumber data berasal dari data primer yang didapat melalui kuesioner yang diisi
oleh ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode Agustus 2016.

3.4 Populasi
3.4.1 Populasi Target
Semua ibu hamil di Kecamatan Palmerah.
3.4.2 Populasi Terjangkau
Semua ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Palmerah periode
Agustus 2016.

3.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi


3.5.1 Kriteria Inklusi
o Semua ibu yang telah dinyatakan hamil oleh bidan di Puskesmas Kecamatan
Palmerah, yang berkunjung ke puskesmas kecamatan Palmerah periode
Agustus 2016.
o Semua ibu hamil yang dapat membaca dan menulis serta memahami
Bahasa Indonesia.
o Semua ibu hamil yang bersedia menjadi responden.
3.5.2 Kriteria Eksklusi
o Ibu hamil yang menderita diabetes yang telah mendapatkan obat antidiabetik.

3.6 Sampel
3.6.1 Besar Sampel

25
Sampel adalah bagian dari populasi yang ingin diteliti. Penelitian dilakukan
terhadap ibu hamil dengan semua usia kehamilan yang datang berkunjung ke Puskesmas
Kecamatan Palmerah untuk pemeriksaan ANC.
Tabel 3.1. Nilai Proporsi Variabel Bebas

No. Variabel Bebas Peneliti Tempat dan p(variable) N1 N2


Tahun
1 Gravida Black et all AS, 2013 49,4% 96,026 105,628
2 Riwayat diabetes Hymavathi 96,135
India, 2016 65% 87,396
dalam keluarga et all
3 Hymavathi 43,655
Usia ibu India, 2016 88,3% 39,687
et all
4 79,653
Aktivitas Fisik Zhang etall UK, 2014 25,2% 72,412

5 Asupan karbohidrat Zhang et UK, 2014 59,8% 92,350 101,585


all
Besar sampel ditentukan melalui rumus seperti di bawah maka, didapatkan besar
sampel penelitian sebagai berikut:
(Z∝ ) ² p . q
N1 =

N2 = N1 + (10%.N1)

N1 = jumlah sampel minimal


N2 = jumlah sampel ditambah substitusi 10% (substitusi adalah persen subjek
penelitian yang mungkin keluar atau drop out)
Zα = nilai konversi pada tabel kurva normal, dengan nilai α = 5% didapatkan Zα
pada kurva normal = 1,96
p = Proporsi variabel yang ingin diteliti, yaitu proporsi gravida menurut
penelitian Black et all tahun 2015 adalah 49,4%. Proporsi ini diambil oleh karena
besar proporsi paling mendekati nilai 50%. Sehingga p = 49,4% = 0,494.
q= 100% - p = 100% - 49,4% = 50,6%= 0,506
L = Derajat kesalahan yang masih diterima adalah 10%

Berdasarkan rumus diatas, didapatkan angka :

26
N1 = (1,96)2 x 0,494x 0,506
( 0,1)2
N1 = 96,02
Untuk menjaga adanya kemungkinan responden yang drop out,
maka dihitung :
N2 = 96,02+ (10% x 96,02)
N2 = 105,64à dibulatkan menjadi 106 orang
Jadi, jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah 106 orang.

3.6.2 Teknik Pengambilan Sampel


Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan metode nonprobability
sampling dengan cara melakukan consecutive sampling pada ibu hamil yang
berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Palmerah periode Agustus 2016. Teknik ini
dipilih oleh karena tidak diketahui jumlah ibu hamil yang datang berkunjung ke
Puskesmas Kecamatan Palmerah setiap hari kerja (Senin – Jumat) untuk pemeriksaan
antenatal care (ANC).

3.7 Cara Kerja


- Mengumpulkan bahan ilmiah dan merencanakan desain penelitian.
- Menentukan jumlah sampel minimal yaitu 106 pengunjung Puskesmas
Kecamatan Palmerah periode Agustus 2016.
- Menghubungi kepala Puskesmas Kecamatan Palmerah yang menjadi daerah
penelitian untuk melaporkan tujuan dan meminta izin untuk mengadakan penelitian
tersebut.
- Melakukan pengumpulan data primer yang didapatkan melalui pengisian
kuesioner, pemeriksaangula darah sewaktu dengan dextrose stick, serta pengukuran
lingkar lengan atas (LILA) dengan pita ukur untuk menilai status gizi ibu.
Pengumpulan data primer ini bertujuan untuk mendapatkan data mengenai faktor –
faktor yang berkaitan dengan kadar rata- rata gula darah sewaktu ibu hamil.
- Melakukan editing, verifikasi coding, dan tabulasi terhadap data primer milik
responden yang sudah dikumpulkan.
- Melakukan analisis dan interpretasi data dengan program Computer Statistical
Package for Social Sciense version 20 (SPSS).
- Penulisan laporan penelitian.
27
- Pelaporan penelitian.
3.8 Variabel
Dalam penelitian ini digunakan variabel dependen (terikat) dan variabel
independen (tidak terikat).
3.8.1 Variabel Independen
Variabel independen pada penelitian ini berupa usia ibu, riwayat diabetes dalam
keluarga, obesitas, asupan karbohidrat, jumlah gravida, dan aktivitas fisik.
3.8.2 Variabel Dependen
Variabel dependen pada penelitian ini adalah kadar gula darah sewaktu ibu hamil.

3.9 Definisi Operasional


3.9.1 Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan
Palmerah periode Agustus 2016yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

3.9.2 Kadar Gula Darah Sewaktu


3.9.2.1 Definisi:Glukosa/ dextrose/ blood sugar adalah produk akhir metabolisme
karbohidrat dan sumber energy utama makhluk hidup yang penggunaannya dikontrol oleh
insulin. Hiperglikemia adalah peningkatan glukosa secara abnormal di dalam darah, seperti
pada diabetes melitus.
3.9.2.2 Alat Ukur: Alat ukur gula darah sewaktu digital bermerk Nesco yang
dilengkapi dengan dextrose stick
3.9.2.3 Cara Pengukuran: Saat pengambilan sampel darah, pasien tidak dalam
keadaan puasa. Sampel darah perifer yang diperoleh dengan cara penusukan digiti manus IV
sinistra dengan menggunakan jarum steril, dimasukkan ke dalam dextrose stick yang
terpasang pada alat ukur gula darah sewaktu digital. Nilai gula darah sewaktu akan
ditunjukkan oleh alat tersebut dalam waktu 10 detik. Nilai gula darah sewaktu kemudian
dicatat.
3.9.2.4 Skala Ukur: Numerik - Rasio

3.9.3 Usia
3.9.3.1 Definisi : Lama waktu hidup seseorang sejak ia dilahirkan hingga tanggal
datang berkunjung ke Puskesmas Kecamatan Palmerah.
3.9.3.2 Alat Ukur : Kuesioner, KTP
28
3.9.3.3 Cara Pengukuran: pengisian kuesioner oleh responden dan pencatatan
tanggal lahir responden sesuai yang tertera pada KTP responden. Usia sebenarnya
didapat melalui perhitungan tanggal saat responden berkunjung ke Puskesmas
Kecamatan Palmerah dikurangi dengan tanggal lahir responden. Hasil perhitungan
tersebut dinyatakan dalam satuan tahun dan bulan.
3.9.3.4 Hasil Ukur :
 ≤ 25 tahun : Kurangdari atau sama dengan 25 tahun, termasuk usia 25 tahun
lebih 1 bulan sampai 6 bulan.
 > 25 tahun : Lebih dari 25 tahun, termasuk usia 25 tahun lebih 7 bulan
sampai 11 bulan.
3.9.3.5 Skala Ukur :Kategorik - nominal
Kategori Coding
≤ 25tahun 0
>25tahun 1

3.9.4 Riwayat diabetes dalam keluarga


3.9.4.1 Definisi : Penilaian adanya riwayat keluarga (kakek, nenek, ayah, ibu, om,
dan tante) yang menderita diabetes mellitus dan memiliki hubungan garis
keturunan secara langsung
3.9.4.2 Alat Ukur : Kuesioner
3.9.4.3 Cara Pengukuran: Pengisian kuesioner
3.9.4.4 Hasil Ukur :
- Ya: Terdapat riwayat diabetes mellitus dalam keluarga
- Tidak: Tidak terdapat riwayat diabetes mellitus dalam keluarga
3.9.4.5 Skala Ukur : Kategorik – nominal
Kategori Coding
Tidak 0
Ya 1
3.9.5 Jumlah Gravida
3.9.5.1Definisi: frekuensi kehamilan yang pernah atau sedang ibu alami. Jika
primigravida berarti ibu baru pertama kali hamil. Multigravida jika ibu sudah lebih dari satu
kali hamil.
3.9.5.2 Alat Ukur : Kuesioner, KMS ibu hamil

29
3.9.5.3 Cara Pengukuran: Pengisian kuesioner dan mengambil data status gravida
yang tercatat pada KMS ibu hamil. Ibu yang memiliki riwayat abortus sebelumnya
dimasukkan ke dalam kategori multigravida.
3.9.5.4 Hasil Ukur:
 Primigravida : Pertama kali hamil.
 Multigravida : > 1 kali hamil.
3.9.5.5 Skala Ukur: Kategorik – nominal
Kategori Coding
Primigravida 0
Multigravida 1

3.9.6 Obesitas
3.9.6.1 Definisi:Lingkar dari lengan atas yang diukur setinggi titik tengah antara
prosesus olecranon dan acromnion, digunakan untuk mengetahui status nutrisi.
3.9.6.2 Alat Ukur : Pita ukur
3.9.6.3 Cara Ukur:
 Meminta responden menyingsingkan lengan baju atau menggulung lengan
baju
 Mengukur titik tengah lengan atas dengan mengukur jarak dari acromnion
sampai olecranon lengan tersebut, lalu hasilnya dibagi 2.
 Melakukan pengukuran lingkar lengan atas dengan menuliskan hasil
pengukuran dengan ketelitian 1 mm.
3.9.6.4 Hasil Ukur:
 Tidak obesitas : LILA <33 cm
 Obesitas : LILA ≥33 cm
3.9.6.5 Skala Ukur: Kategorik – nominal
Kategori Coding
 Tidak Obesitas 0
 Obesitas 1

3.9.7 Asupan Karbohidrat


3.9.7.1 Definisi: Asupan karbohidrat adalah pola makan yang mengurangi asupan
karbohidrat atau menghindari makanan yang mengandung karbohidrat tinggi guna

30
menurunkan berat badan. Sebagian besar orang Indonesia mengonsumsi nasi sebagai
makanan pokok sehari-hari. Rata-rata asupan nasi wanita dewasa per hari yaitu 302,25
gram. Sementara takaran nasi dalam 1 porsi yaitu 100 gram atau setara dengan ¾ gelas
aqua. Total konsumsi nasi per hari adalah 3 x ¾ gelas aqua (300 gram/hari).
3.9.7.2 Alat ukur: Kuesioner
3.9.7.3 Cara Pengukuran: Pengisian kuesioner
3.9.7.4 Hasil ukur:
 Asupan karbohidrat tinggi: Memakan nasi lebih dari 3 porsi sehari.
 Asupan karbohidat tidak tinggi: Memakan nasi sama dengan atau kurang dari 3
porsi sehari.
3.9.7.5 Skala Ukur: Kategorik - nominal

Kategori Coding

Asupan karbohidat tidak tinggi 0


Asupan karbohidrat tinggi 1

3.9.8. Aktivitas Fisik


3.9.8.1 Definisi:
 Kegiatan ringan : Kegiatan yang hanya memerlukan sedikit tenaga dan biasanya tidak
menyebabkan perubahan dalam pernapasan atau ketahanan (endurance)
 Kegiatan sedang : Kegiatan yang membutuhkan tenaga intens atau terus menerus,
gerakan otot yang berirama atau kelenturan (flexibility).
 Kegiatan berat : biasanya berhubungan dengan olahragadan membutuhkan kekuatan
(strength), membuat berkeringat.
3.9.8.2 Alat Ukur : Kuesioner
3.9.8.3 Cara Pengukuran: Pengisian kuesioner
3.9.8.4 Hasil Ukur:
- Aktivitas fisik sedang – berat: Tiga puluh menit/ hari minimal 5 hari
melakukan olahraga aerobik atau gerakan otot yang berirama atau kelenturan
(flexibility). Contoh: jogging, tenis meja, berenang, bermain engan hewan
peliharaan, bersepeda, bermain musik, jalan cepat, berlari, bermain sepak bola,
aerobik, bela diri(misal karate, taekwondo, pencak silat )

31
- Aktivitas fisik ringan: Aktivitas fisik ringan yang hanya memerlukan sedikit
tenaga dan biasanya tidak menyebabkan perubahan dalam pernapasan atau
ketahanan seperti berjalan kaki, menyapu lantai, mencuci
baju/piring,berdandan, duduk, mengasuh anak, nonton TV, membaca buku
3.9.8.5 Skala Ukur: Kategorik – nominal
Kategori Coding

Sedang –berat 0

Ringan 1

3.10 Pengelolaan Data, Analisis, dan Penyajian Data, Interpretasi Data, dan Pelaporan
Data
3.10.1 Pengolahan Data
Data-data yang telah dikumpulkan diolah melalui proses editing, verifikasi dan
coding, kemudian data diolah dengan menggunakan program komputer yaitu program
SPSS.
Pengolahan data untuk penelitian ini diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS 16
yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh.
Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau selelah data terkumpul.
2. Coding
Coding merupakan catatan untuk memberikan kode numerik (angka) terhadap data
yang terdiri dari beberapa kategori.
3. Entri Data
Entri data merupakan kegiatan memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam
master tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana.
3.10.2 Analisis Data
Data yang telah diolah, disajikan, dianalisis program SPSS v.20. Terhadap data
yang telah diolah dilakukan analisis data sesuai dengan cara uji statistik menggunakan
ujichi-square.
1. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel dependen dan
independen. Karena rancangan penelitian ini adalah studicross-sectional,hubungan antara

32
variabel independen dan variabel dependen. Teknis analisis data yang menggunakan uji
chi square dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 yang digunakan untuk menguji 2 variabel
yang disusun dalam tabel b x k (b = baris, k = kolom). Rumus: tabel 2 x 2.
Untuk membuktikan bahwa variabel-variabel bebas memiliki hubungan maka akan
dilakukan uji dengan uji chi square. Hasil uji chi square dapat mengetahui ada tidaknya
hubungan antara dua variabel X dan Y yang bermakna secara statistik atau jika x 2 hitung >
x2tabel, maka Ho ditolak, yang berarti ada hubungan dan jika x2 hitung < x2 tabel, maka Ho
diterima, yang berarti tidak ada hubungan.

3.10.3 Penyajian Data


Data yang didapat disajikan secara tekstular dan tubular.

3.10.4 Interpretasi Data.


Data dinterpretasikan secara deskriptif analitik antar variabel-variabel yang telah
ditentukan.

3.10.5 Pelaporan Data


Data disusun dalam bentuk pelaporan penelitian yang selanjutnya akan
dipresentasikan dihadapan staf pengajar Program Pendidikan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana pada bulan Agustus 2016 dalam
Forum Pendidikan Ilmu Kesehatan Komunitas FK UKRIDA.

3.11 Etika Penelitian


Pada penelitian ini, semua data yang didapatkan dari Puskemas Kecamatan Palmerah
akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian saja.

3.12 Sarana Penelitian


3.12.1 Tenaga
Penelitian dilakukan oleh 4 orang mahasiswa kepaniteraan Ilmu Kedokteran
Masyarakat, dengan dibantu oleh satu orang pembimbing yaitu dosen IKM.
3.12.2 Fasilitas
Fasilitas yang tersedia berupa ruang perpustakaan, ruang diskusi, buku registrasi
Puskesmas Kecamatan Palmerah, komputer, printer, program SPSS 16, internet,
dan alat tulis.
33
Bab IV
Hasil Penelitian

Dari penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kecamatan Palmerah, Jakarta Barat


pada bulan Agustus 2016, didapatkan sampel sebanyak 106 orang. Hasil penelitian ini kami
sajikan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 4.1 Tabel Distribusi Gula Darah Sewaktu secara Deskriptif

Statistic Std.
Error
Mean 96.28 2.291
Lower
91.74
95% Confidence Interval for Bound
Mean Upper
100.83
Bound
5% Trimmed Mean 94.64
Median 92.00
Gula Darah
Variance 556.491
Sewaktu
Std. Deviation 23.590
Minimum 60
Maximum 180
Range 120
Interquartile Range 28
Skewness 1.120 .235
Kurtosis 1.933 .465

34
Tabel 4.2 Parameter Ukuran Penyebaran Gula Darah
Sewaktu dan Usia Ibu
Gula Darah Usia
Sewaktu
Valid 106 106
N
Missing 0 0
Mean 96.28 28.01
Median 92.00 28.00
Mode 82 29
Std. Deviation 23.590 5.107
Variance 556.491 26.086
Minimum 60 18
Maximum 180 45

Tabel 4.3 Analisis Univariat Sebaran Kadar Gula Darah Sewaktu pada Ibu Hamil di
Puskesmas Kecamatan Palmerah Periode Agustus 2016
Frequency Percent Valid Cumulative Percent
Percent
Valid 60 4 3.8 3.8 3.8
61 2 1.9 1.9 5.7
67 1 .9 .9 6.6
69 1 .9 .9 7.5
70 5 4.7 4.7 12.3
71 2 1.9 1.9 14.2
73 1 .9 .9 15.1
74 2 1.9 1.9 17.0
76 2 1.9 1.9 18.9
77 1 .9 .9 19.8
79 1 .9 .9 20.8
80 2 1.9 1.9 22.6

35
81 1 .9 .9 23.6
82 8 7.5 7.5 31.1
83 5 4.7 4.7 35.8
87 3 2.8 2.8 38.7
88 3 2.8 2.8 41.5
89 1 .9 .9 42.5
90 4 3.8 3.8 46.2
92 5 4.7 4.7 50.9
93 3 2.8 2.8 53.8
94 2 1.9 1.9 55.7
96 1 .9 .9 56.6
97 2 1.9 1.9 58.5
98 2 1.9 1.9 60.4
100 3 2.8 2.8 63.2
102 1 .9 .9 64.2
103 2 1.9 1.9 66.0
105 2 1.9 1.9 67.9
106 4 3.8 3.8 71.7
108 2 1.9 1.9 73.6
109 1 .9 .9 74.5
110 4 3.8 3.8 78.3
111 5 4.7 4.7 83.0
113 2 1.9 1.9 84.9
115 2 1.9 1.9 86.8
117 1 .9 .9 87.7
119 1 .9 .9 88.7
122 1 .9 .9 89.6
125 1 .9 .9 90.6
130 3 2.8 2.8 93.4
140 1 .9 .9 94.3

36
141 1 .9 .9 95.3
149 2 1.9 1.9 97.2
162 1 .9 .9 98.1
176 1 .9 .9 99.1
180 1 .9 .9 100.0
Total 106 100.0 100.0

Tabel 4.4 Analisis Univariat Sebaran Kadar Gula Darah Sewaktu pada Ibu Hamil di
Puskesmas Kecamatan Palmerah Periode Agustus 2016
n Frekuensi (%)
Tidak Hiperglikemia 106 100
Hiperglikemia 0 0
Total 106 100

Tabel 4.5 Analisis Univariat dari Berbagai Faktor yang Berhubungan dengan Kadar Gula
Darah Sewaktu Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah Periode Agustus 2016
Variabel Independen Frekuensi Persentase (%)
(n=106)
Gravida
Primigravida 56 52.8
Multigravida 50 47.2
Riwayat Diabetes dalam Keluarga
Tidak 80 75.5
Ya 26 24.5
Obesitas
Tidak 95 89.6
Ya 11 10.4
Aktivitas Fisik
Sedang-Berat 25 23.6
Ringan 81 76.4
Asupan Karbohidrat
Tidak tinggi 67 63.2

37
Tinggi 39 36.8
Usia Ibu
≤ 25 tahun 35 33.0
> 25 tahun 71 67.0

Tabel 4.6 Hasil Analisis T-Test Unpaired dari Berbagai Faktor yang Berhubungan dengan
Kadar Gula Darah Sewaktu Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah Periode Agustus
2016

Variabel Independen n Rerata±s.b. Perbedaan p


Rerata (IK
95%)
1. Jumlah Gravida
- Primigravida 56 89,1 ±16,1 15,2 (6,3-24,2) 0,001
- Multigravida 50 104,3 ±27,9

2. Riwayat Diabetes
dalam Keluarga
- Tidak 80 91,7±20,4 18,8 (8,9-28,8) 0,000
- Ya 26 110,5±27,4
3. Obesitas
- Tidak 95 93,1±18,7 30,4 (3,1-57,7) 0,032
- Ya 11 123,6±40,4

Tabel 4.7 Hasil Analisis Uji Mann Whitney dari Berbagai Faktor yang Berhubungan dengan
Kadar Gula Darah Sewaktu Ibu Hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah Periode Agustus
2016

Variabel Independen n Median (Minimum- p


Maksimum)
1. Aktivitas Fisik
- Sedang-Berat 25 88 (60-125) 0,015
- Ringan 81 93 (67-180)
2. Asupan Karbohidrat
- Tidak tinggi 67 90 (60-180) 0,009
- Tinggi 39 105 (60-176)
3. Usia Ibu
- ≤ 25 tahun 35 87 (60-149) 0,320
- > 25 tahun 71 93 (60-180)
Bab V
Pembahasan

38
Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan kadar rata-rata gula darah sewaktu ibu hamil di
Puskesmas Kecamatan Palmerah periode Agustus 2016 yaitu 96,28 mg/dl. 95% CI rata-rata
gula darah sewaktu 96,28 mg/dl didapatkan dari rentang antara 91,74 sampai 100,83. Median
sebesar 92. Nilai minimum 60 mg/dl. Nilai maksimum 180 mg/dl.
Berdasarkan tabel 4.2, rata-rata usia responden yaitu 28 tahun. Usia termuda yaitu 18
tahun, sementara usia tertua yaitu 45 tahun.
Tabel 4.3 menunjukkan sebaran kadar gula darah sewaktu ibu hamil di Puskesmas
Kecamatan Palmerah periode Agustus 2016. Tabel 4.4 menunjukkan sebaran status gula
darah pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode Agustus 2016, tidak
terdapat responden yang mengalami hiperglikemia.

Analisis Bivariat antara Kadar Gula Darah SewaktuIbu Hamil dengan Jumlah Gravida
di Puskesmas Kecamatan Palmerah Periode Agustus 2016
Sebaran jumlah gravida pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode
Agustus 2016 dikategorikan menjadi dua yaitu primigravida dan multigravida. Didapatkan
jumlah primigravida sebanyak 56 orang (52.8%) dan multigravida sebanyak 50 orang
(47,2%).
Pada uji distribusi analitik Kolmogorov-Smirnov didapatkan angka signifikansi yaitu
0,200 untuk primigravida, dan 0,200 untuk multigravida, dengan kata lain p>0,05, sehingga
disimpulkan distribusi data normal.
Karena distribusi data normal, maka digunakan T-test Unpaired. Untuk menguji
varians digunakan Levene’s test dengan nilai sig. 0,002, artinya nilai p <0,05 maka varians
antara 2 kelompok tidak sama. Uji T memakai angka signifikansi: 0,001.
Karena nilai p<0,05 maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan rerata gula darah
sewaktu yang bermakna antara kelompok ibu hamil primigravida dan multigravida di
Puskesmas Kecamatan Palmerah periode Agustus 2016. Rata-rata kadar gula darah kelompok
ibu hamil primigravida lebih rendah secara bermakna dibandingkan dengan kelompok ibu
hamil multigravida. Analisis ini mendukung penelitian Black et all yang menunjukkan 49,4%
dari 449 wanita dengan BMI normal yang menderita DMG, memiliki hubungan antara
gravida dengan kadar gula darah.35

Analisis Bivariat antara Kadar Gula Darah SewaktuIbu Hamil dengan Riwayat
Diabetes dalam Keluarga di Puskesmas Kecamatan Palmerah Periode Agustus 2016
39
Sebaran jumlah ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode Agustus
2016yang memiliki riwayat diabetes dalam keluarga dikategorikan menjadi dua yaitu ibu
hamil tanpa riwayat diabetes dalam keluarga dan ibu hamil dengan riwayat diabetes dalam
keluarga. Didapatkan jumlah ibu hamil tanpa riwayat diabetes dalam keluarga sebanyak 80
orang (75.5%) dan ibu hamil dengan riwayat diabetes dalam keluarga sebanyak 26 orang
(24.5%).
Pada uji distribusi analitik Kolmogorov-Smirnov didapatkan angka signifikansi yaitu
0,092 untuk ibu hamil tanpa riwayat diabetes dalam keluarga, dan 0,152 untuk ibu hamil
dengan riwayat diabetes dalam keluarga, dengan kata lain p>0,05, sehingga disimpulkan
distribusi data normal.
Karena distribusi data normal, maka digunakan T-test Unpaired. Untuk menguji
varians digunakan Levene’s test dengan nilai sig. 0,180, artinya nilai p >0,05 maka varians
antara 2 kelompok sama. Uji T memakai angka signifikansi: 0,000.
Karena nilai p<0,05 maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan rerata gula darah
sewaktu yang bermakna antara kelompok ibu hamil tanpa riwayat diabetes dalam keluarga
dengan kelompok ibu hamil dengan riwayat diabetes dalam keluarga di Puskesmas
Kecamatan Palmerah periode Agustus 2016. Rata-rata kadar gula darah kelompok ibu hamil
tanpa riwayat diabetes dalam keluarga lebih rendah secara bermakna dibandingkan dengan
kelompok ibu hamil tanpa riwayat diabetes dalam keluarga.
Distribusi riwayat diabetes dalam keluarga pada ibu hamil, terutama yang
mempengaruhi prevalensi DMG bervariasi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Thathagari
et all menunjukkan sebanyak 11 orang dari 42 responden menderita DMG. Penelitian lainnya
yang dilakukan oleh Hymavathi et all di India mengatakan 34,8% responden yang menderita
DMG memiliki riwayat diabetes dalam keluarga. Sementara itu, sebuah penelitian di
Fortaleza, Brazil menunjukkan bahwa prevalensi riwayat diabetes dalam keluarga sebesar
65% dari 66 responden. 19,20,36

Analisis Bivariat antara Kadar Gula Darah Sewaktu Ibu Hamil dengan Obesitas di
Puskesmas Kecamatan Palmerah Periode Agustus 2016
Sebaran obesitas pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode Agustus
2016 dikategorikan menjadi dua yaitu ibu hamil tanpa obesitas dan ibu hamil dengan
obesitas. Didapatkan jumlah ibu hamil tanpa obesitas sebanyak 95 orang (89.6%) dan dengan
obesitassebanyak 11 orang (10.4%).

40
Distribusi data normal karena pada uji distribusi analitik Kolmogorov-Smirnov
didapatkan angka signifikansi yaitu 0,200 untuk ibu hamil dengan obesitas, dan 0,200 untuk
ibu hamil tanpa obesitas, dengan kata lain p>0,05, sehingga disimpulkan distribusi data
normal.
Untuk menguji varians digunakan Levene’s test dengan nilai sig. 0,000, artinya nilai p
<0,05 maka varians antara 2 kelompok tidak sama. Uji T memakai angka signifikansi: 0,032.
Karena nilai p<0,05 maka Ho ditolak, artinya terdapat perbedaan rerata gula darah
sewaktu yang bermakna antara kelompok ibu hamil tanpa obesitas dengan kelompok ibu
hamil dengan obesitas di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode Agustus 2016. Rata-rata
kadar gula darah kelompok ibu hamil tanpa obesitas lebih rendah secara bermakna
dibandingkan dengan kelompok ibu hamil dengan obesitas.
Peningkatan cadangan lemak, terutama pada overweight dan obesitas menyebabkan
resistensi insulin yang merupakan pencetus terjadinya diabetes melitus tipe II.37 Menurut
Zhang et al dalam The American Journal of Clinical Nutrition, mengatakan bahwa risiko
DMG meningkat secara signifikan dan progresif pada wanita overweight dan obesitas.22 Hal
ini menunjukkan bahwa indeks massa tubuh (IMT) berperan dalam kadar gula darah,
termasuk pada ibu hamil, seperti yang ditunjukkan dalam analisis bivariat pada penelitian ini
yang menyatakan adanya hubungan antara rata – rata kadar gula darah sewaktu dengan
obesitas pada ibu hamil.

Analisis Bivariat antara Kadar Gula Darah Sewaktu Ibu Hamil dengan Aktivitas Fisik
di Puskesmas Kecamatan Palmerah Periode Agustus 2016
Sebaran aktivitas fisik pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode
Agustus 2016 dikategorikan menjadi dua yaitu ibu hamil dengan aktivitas fisik sedang-berat
dan ibu hamil dengan aktivitas fisik ringan. Didapatkan jumlah ibu hamil dengan aktivitas
fisik sedang-berat sebanyak 25 orang (23.6%) dan ibu hamil dengan aktivitas fisik ringan
sebanyak 81 orang (76.4%).
Pada uji distribusi analitik Kolmogorov-Smirnov didapatkan angka signifikansi yaitu
0,159 untuk ibu hamil dengan aktivitas fisik sedang-berat, p>0,05, distribusi data normal.
Sementara angka signifikansi 0,010 untuk ibu hamil aktivitas ringan, p<0,05, distribusi data
tidak normal.
Dengan uji Mann Whitney, diperoleh angka signifikansi 0,015. Ho ditolak, karena
nilai p<0,05, artinya terdapat perbedaan rerata gula darah sewaktu yang bermakna antara
kelompok ibu hamil dengan aktivitas fisik sedang-berat dengan kelompok ibu hamil dengan
41
aktivitas fisik ringan di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode Agustus 2016. Rata-rata
kadar gula darah kelompok ibu hamil dengan aktivitas fisik sedang-berat lebih rendah secara
bermakna dibandingkan dengan kelompok ibu hamil dengan aktivitas fisik ringan.
Sebuah tesis mengatakan bahwa aktivitas fisik dapat mempengaruhi homeostasis
glukosa melalui efek langsung dan tidak langsung pada sensitivitas dan sekresi insulin.
Analisis bivariat antara kadar gula darah sewaktu ibu hamil dengan aktivitas fisik mendukung
tesis tersebut. Hasil penelitian ini sesuai pula dengan penelitian yang dilakukan oleh Zhang et
all yang melalui BMJ menunjukkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara aktivitas fisik
sedang – berat dengan risiko DMG. Pada studi prospektif dan kasus kontrol yang dilakukan
oleh Dempsey et all menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang dilakukan pada waktu luang
dalam 1 tahun sebelum hamil berhubungan dengan penurunan risiko GMD secara
signifikan.16,22

Analisis Bivariat antara Kadar Gula Darah Sewaktu Ibu Hamil dengan Asupan
Karbohidrat di Puskesmas Kecamatan Palmerah Periode Agustus 2016
Sebaran asupan karbohidrat pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah
periode Agustus 2016 dikategorikan menjadi dua yaitu ibu hamil dengan asupan karbohidrat
tidak tinggi dan ibu hamil dengan asupan karbohidrat tinggi. Didapatkan jumlah ibu hamil
dengan asupan karbohidrat tinggi sebanyak 67 orang (63.2%) dan ibu hamil dengan asupan
karbohidrat tinggi sebanyak 39 orang (36.8%).
Pada uji distribusi analitik Kolmogorov-Smirnov didapatkan angka signifikansi yaitu
0,015 untuk ibu hamil dengan asupan karbohidrat tidak tinggi, p<0,05, distribusi data tidak
normal, dan 0,119 untuk ibu hamil dengan asupan karbohidrat tinggi, p>0,05, distribusi data
normal.
Karena distribusi data tidak normal, digunakan uji Mann Whitney. Diperoleh angka
signifikansi 0,009. Ho ditolak, karena nilai p<0,05, artinya terdapat perbedaan rerata gula
darah sewaktu yang bermakna antara kelompok ibu hamil dengan asupan karbohidrat tidak
tinggi dengan kelompok ibu hamil dengan asupan karbohidrat tinggi di Puskesmas
Kecamatan Palmerah periode Agustus 2016. Rata-rata kadar gula darah kelompok ibu hamil
dengan asupan karbohidrat tidak tinggi lebih rendah secara bermakna dibandingkan dengan
kelompok ibu hamil dengan asupan karbohidrat tinggi.
Secara teori, dalam metabolisme karbohidrat, karbohidrat akan mengalami proses
glukolisis yang menghasilkan glukosa dan energi. Glukosa yang tidak terpakai (dalam bentuk
energi) akan disimpan dalam bentuk glikogen dan lemak. Dengan kata lain, dapat terjadi
42
peningkatan cadangan lemak bila asupan karbohidrat berlebih tidak disertai dengan proses
glukolisis yang seimbang, sehingga menyebabkan intoleransi glukosa. Dalam jurnal Zhang
et all di The American Journal of Clinical Nutrition, dikatakan bahwa glikemik indeks pada
karbohidrat memiliki hubungan dengan risiko DMG.22 Hasil penelitian ini sendiri sesuai
dengan study kohort prospektif yang dilakukan oleh Zhang et all, yang melalui BMJ
menunjukkan bahwa kombinasi diet tinggi glikemik dan rendah serat berhubungan dengan
peningkatan risiko DMG.16

Analisis Bivariat antara Kadar Gula Darah SewaktuIbu Hamil dengan Usia di
Puskesmas Kecamatan Palmerah Periode Agustus 2016
Sebaran usia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode Agustus
2016 dikategorikan menjadi dua yaitu ≤25 tahun dan >25 tahun. Didapatkan jumlah ibu
hamil dengan usia ≤25 tahun sebanyak 35 orang (33.0%) dan ibu hamil dengan usia >25
tahun banyak 71 orang (67.0%).
Pada uji distribusi analitik Kolmogorov-Smirnov didapatkan angka signifikansi yaitu
0,028 untuk ibu hamil dengan usia ≤25 tahun, p<0,05, distribusi data tidak normal, dan 0,001
untuk ibu hamil dengan usia >25 tahun, p<0,05, distribusi data tidak normal.
Karena distribusi data tidak normal, digunakan uji Mann Whitney. Diperoleh angka
signifikansi 0,320. Karena nilai p>0,05, artinya tidak ada perbedaan rerata gula darah
sewaktu yang bermakna antara kelompok ibu hamil berusia ≤25 tahun dengan kelompok ibu
hamil berusia >25 tahun di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode Agustus 2016.

Bab VI
Penutup

43
6.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan rata-rata kadar
gula darah sewaktu ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode Agustus 2016.
6.1.1 Rata-rata kadar gula darah sewaktu ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Palmerah periode Agustus 2016 yaitu 96,28 mg/dl, dengan median 92 mg/dl.
Nilai minimum 60 mg/dl. Nilai maksimum 180 mg/dl.
6.1.2 Sebaran jumlah gravida pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah
periode Agustus 2016 yaitu primigravida sebanyak 56 orang (52.8%) dan
multigravida sebanyak 50 orang (47.2%).
6.1.3 Sebaran riwayat diabetes dalam keluarga pada ibu hamil di Puskesmas
Kecamatan Palmerah periode Agustus 2016 yaitu ibu hamil tanpa riwayat
diabetes dalam keluarga sebanyak 80 orang (75.5%) dan ibu hamil dengan
riwayat diabetes dalam keluarga sebanyak 26 orang (24.5%).
6.1.4 Sebaran obesitas pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode
Agustus 2016 yaitu ibu hamil tanpa obesitas sebanyak 95 orang (89.6%) dan
ibu hamil dengan obesitas sebanyak 11 orang (10.4%).
6.1.5 Sebaran aktivitas fisik pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah
periode Agustus 2016 dikategorikan menjadi dua yaitu ibu hamil dengan
aktivitas fisik sedang-berat sebanyak 25 orang (23.6%) dan ibu hamil dengan
aktivitas fisik ringan sebanyak 81 orang (76.4%).
6.1.6 Sebaran asupan karbohidrat pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan
Palmerah periode Agustus 2016 yaitu ibu hamil dengan asupan karbohidrat
tidak tinggi sebanyak 67 orang (63.2%) dan ibu hamil dengan asupan
karbohidrat tinggi sebanyak 39 orang (36.8%).
6.1.7 Sebaran usia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode
Agustus 2016 yaitu ibu hamil dengan usia ≤25 tahun sebanyak 35 orang
(33.0%) dan ibu hamil dengan usia >25 tahun banyak 71 orang (67.0%).
6.1.8 Terdapat hubungan antara rata-rata kadar gula darah sewaktu dengan jumlah
paritas pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode Agustus
2016.
6.1.9 Terdapat hubungan antara rata-rata kadar gula darah sewaktu dengan riwayat
diabetes dalam keluarga pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah
periode Agustus 2016.

44
6.1.10 Terdapat hubungan antara rata-rata kadar gula darah sewaktu dengan obesitas
pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode Agustus 2016.
6.1.11 Terdapat hubungan antara rata-ratakadar gula darah sewaktu dengan aktivitas
fisik pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode Agustus
2016.
6.1.12 Terdapat hubungan antara rata-rata kadar gula darah sewaktu dengan asupan
karbohidrat pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode
Agustus 2016.
6.1.13 Tidak ada hubungan antara rata-rata kadar gula darah sewaktu dengan faktor
usia pada ibu hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah periode Agustus 2016.

6.2. Saran
Dari hasil penelitian dan kesimpulan di atas, peneliti menyarankan beberapa hal
antara lain:

6.2.1 Bagi Kepala Puskesmas Kecamatan Palmerah Jakarta Barat


 Kepada para staff Puskesmas Kecamatan Palmerah agar terus melanjutkan
program-program dalam upaya meningkatkan kualitas kesehatan ibu hamil baik
berupa kegiatan penyuluhan mengenai makanan bergizi selama kehamilan, pola
makan sehat selama kehamilan, kegiatan-kegiatan fisik yang dapat membantu ibu
hamil tetap sehat baik secara fisik maupun psikologis. Selain itu perlu juga
ditambahkan kegiatan penyuluhan seputar penyakit-penyakit yang mungkin
terjadi selama hamil dan apa tindakannya bila sampai hal itu terjadi pada ibu
hamil.

6.2.2 Bagi Suami dan Keluarga Dekat Seluruh Ibu Hamil di Puskesmas
Kecamatan Palmerah
 Diharapkan suami dan seluruh keluarga dekat Ibu Hamil di Puskesmas
Kecamatan Palmerah mengerti dan mengingatkan ibu hamil mengenai pentingnya
menghindari faktor risiko hiperglikemia yang dapat dimodifikasi.

Daftar Pustaka

45
1. Newman WA. Kamus kedokteran dorland. Edisi ke 29. Jakarta:EGC; 2002. h. 1043,
57.
2. Departemen Kesesehatan Republik Indonesia. Diabetes melitus penyebab kematian
nomor 6 di dunia. 2013. Avaliable from:
http://www.depkes.go.id/article/view/2383/diabetes-melitus-penyebab-kematian-
nomor-6-di-dunia-kemenkes-tawarkan-solusi-cerdik-melalui-posbindu.html.
3. Departemen Kesesehatan Republik Indonesia. Infodatin waspada diabetes. 2014.
Available from:
http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin-
diabetes.pdf.
4. American Diabetes Association. Gestational diabetes mellitus. Diabetes Care. 2003.
26 (suppl 1): s103-s105.
5. Ferrara A. Increasing prevalence of gestational diabetes mellitus. American Diabetes
Association Diabetes Care. 2007: 30(suppl 2): s141-s146.
6. BMJ Best Practice. Gestational diabetes mellitus: epidemiologi. 2016 May 27.
Available from:
http://bestpractice.bmj.com/best-practice/monograph/665/basics/epidemiology.html.
7. Saldah IP, Wahiduddin, Sidik D. Faktor risiko kejadian prediabetes/diabetes melitus
gestasional di RSIA Siti Khadijah I Kota Makassar. Diunduh dari
http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/4298/IFAN%20PRATAMA
%20SALDAH_K11109020.pdf?sequence=1.
8. Sarwono P. Ilmu kebidanan. Edisi ke 4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo; 2009.h. 851-6.
9. Manuaba IBG, Manuaba IAC, Manuaba IBGF. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta:
EGC; 2007. h. 591-3.
10. Noer S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid I. Edisi III. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI; 2004. h. 675-9.
11. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Spong CY, Dashe JS, Hoffman BL, et al.
William’s obstetrics. 24th edition. United States: McGrawHill Publisher; 2014.p.122-
3, 2355-60.
12. Gilmartin A, Ural SH, Repke JT. Gestational diabetes mellitus. Reviews in Obstetrics
& Gynecology. 2008; 1(3):24-6.
13. American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes 2010. Diabetes
Care; 2010: 33(suppl 1):S11-61.
46
14. Cianni GD, Volpe L, Lencioni C, Miccoli R. Prevalence and risk factors for
gestational diabetes assessed by universal screening. Diabetes research and Clinical
Practice. 2003; 62(2):131-7.
15. Qiu C, Frederick IO, Zhang C, Sorensen TK. Risk of gestational diabetes mellitus in
relation to maternal egg and cholesterol intake. Am J Epidemiol. 2015;173(6):649-58
16. Zhang C, Liu S, Solomon CG, Hu FB. Dietary fiber intake, dietary glycemic load,and
the risk for gestational diabetes mellitus. Diabetes Care American Diabetes
Association. 2006; 29(10):2223-30.
17. Zhang C, Tobias DK, Chavarro JE, Bao W. Adherence to healthy lifestyle and risk of
gestational diabetes mellitus: prospective cohort study. BMJ. 2014; 349(2):62-3.
18. American Diabetes Association. Standards of medical care in diabetes 2010. Diabetes
Care. 2010; 33( suppl 1):S11-61.
19. Hymavathi K, Tadisetti S, Polisetty K, Gottipatti MD. Gestational diabetes mellitus-
universal versus selective screening. Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol. 2016;
5(7):2155-60.
20. Sousa VBG, Meireles AVP, Frota JT, Garcia MMCM, Nobre RG. Pregnancy and
diabetes: relationship between nutritional status and glycemic control. Rev Bras
Promoc Saude, Fortaleza. 2014. 27(4): 541-549
21. Okereke CE, Anyaehie UB, Dim CC, et al. Evaluation of some anthropometric for the
diagnosis of obesity in pregnancy in Nigeria: a cross-sectional study. Afr Health Sci:
Dec 2013; 13(4): 1034-40.
22. Zhang C, Ning Y. Effect of dietary and lifestyle factors on the risk of gestational
diabetes: review of epidemiologic evidence. Am J Clin Nutr. 2011; 94(suppl): 1975S-
9S.
23. Aulinas A, Colom C, Patterson AG, Ubeda J, Maria MA, Orellana I, et al. Smoking
affects the oral glucose tolerance test profile and the relationship between glucose and
HbA1c in gestational diabetes mellitus. 2015; doi: 10.1111/dme.12966.
24. Collier A, Abraham EC, Armstrong J, Godwin J. Reported prevalence of gestational
diabetes in scotland: the relationship to obesity, age, socioeconomic status, smoking
and macrosomia and how many are we missing?. Journal of Diabetes Investigation.
10 July 2016. DOI: 1111/jdi.12552
25. Kalra S, Kalra B, Gupta Y. Glycemic management after antenatal corticosteroid
therapy. N Am J Med Sci. February 2014. 6(2): 71-6.

47
26. Yildirim Y, Tinar S, Oner RS, Kaya B, Toz E. Gestational diabetes mellitus in
patients receiving long-term corticosteroid therapy during pregnancy. J Perinat Med.
2006; 34(4):280-4.
27. Purnamasari D, Waspadji S, Adam JMF, Rudijanto A, Tahapary D. Indonesian
clinical practice guidelines for diabetes in pregnancy. JAFES. May 2013;1(28):1
28. Ferrara A. Increasing prevalence ofgestational diabetes mellitus. Diabetes Care. July
2007; 30(suppl 2):2.
29. Wang Y, Zhao X, Zhao H, Ding H. Risk for gestational diabetes mellitus and
pregnancy-induced hypertension are increased in polycystic ovary syndrome. Biomed
Res Int. 2013; DOI: 10.1155/2013/182582
30. Ali AD, Mehrass AAKO, Al-Adhroey AH, Al-Shammakh AA, Amran AA.
Prevalence and risk factors of gestational diabetes mellitus in Yemen. Int J Womens
Health. 2016. 8: 35-41.
31. Baumfeld Y, Novack L, Wiznitzer A, Sheiner E. Pre-conception dyslipidemia is
associated with development of preeclampsia and gestational diabetes mellitus. PLOS
ONE. 9 October 2015. Cited from http://journals.plos.org/plosone/article?
id=10.1371/journal.pone.0139164
32. Han ES, Krauss RM, Xu F, Sridhar SB. Prepregnancy adverse lipid profile and
subsequent risk of gestational diabetes. The Journal of Clinical Endocrinology &
Metabolism. 2016; Volume 101 (issue 7). Doi: http://dx.doi.org/10.1210/jc.2015-3904
33. American Diabetes Association Standards of medical care diabetes 2011. Diabetes
Care. 2011; 34 (suppl 1): S11-S61.
34. American Diabetes Association. Clinical practice and recommendation diagnosis and
classification of diabetes mellitus. Diabetes Care. 2011; 34: S11-S61.
35. Black MH, Sack DA, Xiang AH, Lawrence JM. The relative contribution of
prepregnancy overweight and obesity, gestational weight gain, and IADPSG-defined
gestational diabetes mellitus to fetal overgrowth. Diabetes Care. January 2013. 36:56-
62.
36. Thathagari V, Doddaiah V, Raghavenda B. A study of prevalence and determinants of
gestational diabetes mellitus. Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol. May 2016.
5(5):1331-1335.
37. Zheng L, Deng A, Huixia Y, Yan W. Gestational weight gain and risk of gestational
diabetes mellitus among Chinese women. Chinese Medical Journal. 2014.
127(7):1255.
48
49
LAMPIRAN

Lembar Kuisioner

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Rata-rata Kadar Gula Darah Sewaktu Ibu
Hamil di Puskesmas Kecamatan Palmerah Periode Agustus 2016

50
Petunjuk pengisian :
- Berilah tanda (X) pada jawaban yang Anda anggap paling sesuai.
- Isi (..............) sesuai dengan pendapat Anda.
- Kuesioner ini diisi oleh responden
- Setiap pernyataan hanya membutuhkan1 (satu) jawaban.
- Setelah diisi mohon Anda berikan kepada yang menyerahkan kuisioner ini pertama kali.

Isilah data berikut dengan benar


Hari / Tanggal pengisian kuisioner : ............, ..... -.......-2016
Identitas Responden
- Nama : ........................................................
- Tanggal lahir :……………………………………..
- Pekerjaan : …………………………………….
- Alamat : ........................................................
- Pekerjaan : ……………………………………
- Usia kehamilan : .............. minggu

Hasil Pemeriksaan
- Gula Darah Sewaktu : ………….…mg/dl
- Lingkar Lengan Atas : …………….cm
___________________________________________________________________________
1. Apakah di keluarga Anda ada yang menderita sakit gula / kencing manis?
a. Ada, hubungan dengan Anda: ..................................
b. Tidak ada
2. Kehamilan keberapakah ini?
a. Ini kehamilan pertama
b. Ini kehamilan yang ke ........
3. Berapa porsi nasi yang Anda makan dalam sehari? (1 porsi setara dengan ¾ aqua
gelas)
a. Lebih dari 3 porsi
b. Kurang atau sama dengan 3 porsi
4. Apakah sejak sebelum hamil Anda rutin berolahraga?
a. Ya
b. Tidak
5. Jenis olahraga apa yang biasa Anda lakukan?
a. Berlari / jalan cepat / berenang
b. Jenis olahraga lainnya:...........................................

51
c. Tidak pernah / jarang berolahraga
6. Berapa lama Anda berolahraga?
a. ≥ 30 menit/hari, 5-7 kali/minggu
b. Lainnya: ..... menit/hari, ...... kali/minggu
c. Tidak pernah / jarang berolahraga
_________________________________________________________________________

52
Uji Distribusi Variabel Dependen Kadar Gula Darah Sewaktu:
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Gula Darah
Sewaktu
N 106
Mean 96.28
Normal Parameters a,b
Std.
23.590
Deviation
Absolute .097
Most Extreme
Positive .097
Differences
Negative -.062
Kolmogorov-Smirnov Z .994
Asymp. Sig. (2-tailed) .276
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Gravida
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Primigravida 56 52.8 52.8 52.8
Valid Multigravida 50 47.2 47.2 100.0
Total 106 100.0 100.0

Descriptives
Gravida Statistic Std.
Error
Gula Darah Primigravida Mean 89.11 2.151

53
Lower
84.80
95% Confidence Bound
Interval for Mean Upper
93.42
Bound
5% Trimmed Mean 89.02
Median 89.50
Variance 259.079
Std. Deviation 16.096
Minimum 60
Maximum 130
Range 70
Interquartile Range 19
Skewness .090 .319
Kurtosis -.297 .628
Sewaktu Mean 104.32 3.942
Lower
96.40
95% Confidence Bound
Interval for Mean Upper
112.24
Bound
5% Trimmed Mean 102.60
Median 104.00
Multigravida Variance 776.916
Std. Deviation 27.873
Minimum 60
Maximum 180
Range 120
Interquartile Range 36
Skewness .862 .337
Kurtosis .534 .662

Tests of Normality
Gravida Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Gula Darah Primigravida .088 56 .200* .970 56 .169
Sewaktu Multigravida .107 50 .200 *
.941 50 .014
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Independent Samples Test

54
Levene's t-test for Equality of Means
Test for
Equality of
Variances
F Sig. T df Sig. Mean Std. Error 95%
(2- Differenc Differenc Confidence
tailed e e Interval of the
) Difference
Lower Upper
Equal
- -
variance .00 -
9.814 3.48 104 .001 -15.213 4.364 23.86
Gula s 2 6.559
6 7
Darah assumed
Sewakt Equal
- -
u variance 76.48 -
3.38 .001 -15.213 4.491 24.15
s not 2 6.270
8 6
assumed

Riwayat_DM_Keluarga
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 80 75.5 75.5 75.5
Valid Ya 26 24.5 24.5 100.0
Total 106 100.0 100.0

Descriptives

55
Riwayat_DM_Keluarga Statistic Std.
Error
Mean 91.66 2.276
Lower
87.13
95% Confidence Bound
Interval for Mean Upper
96.19
Bound
5% Trimmed Mean 90.36
Median 90.00
Tidak Variance 414.404
Std. Deviation 20.357
Minimum 60
Maximum 176
Range 116
Interquartile Range 25
Skewness 1.180 .269
Gula Darah Kurtosis 2.940 .532
Sewaktu Mean 110.50 5.368
Lower
99.44
95% Confidence Bound
Interval for Mean Upper
121.56
Bound
5% Trimmed Mean 109.45
Median 111.00
Ya Variance 749.220
Std. Deviation 27.372
Minimum 61
Maximum 180
Range 119
Interquartile Range 30
Skewness .710 .456
Kurtosis .688 .887

Tests of Normality
Riwayat_DM_Keluarga Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.

56
Tidak .092 80 .092 .930 80 .000
Gula Darah Sewaktu
Ya .147 26 .152 .953 26 .277
a. Lilliefors Significance Correction

Independent Samples Test


Levene's t-test for Equality of Means
Test for
Equality of
Variances
F Sig. t df Sig. Mean Std. Error 95%
(2- Differenc Differenc Confidence
tailed e e Interval of the
) Difference
Lower Upper
Equal
- -
variance .18 -
1.821 3.75 104 .000 -18.838 5.022 28.79
Gula s 0 8.879
1 6
Darah assumed
Sewakt Equal
- -
u variance 34.44 -
3.23 .003 -18.838 5.831 30.68
s not 4 6.994
1 1
assumed

Obesitas
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak 95 89.6 89.6 89.6

Valid Ya 11 10.4 10.4 100.0

Total 106 100.0 100.0

57
Descriptives
Obesitas Statistic Std.
Error
Gula Darah Mean 93.13 1.922
Sewaktu Lower
89.31
95% Confidence Bound
Interval for Mean Upper
96.94
Bound
5% Trimmed Mean 92.56
Median 92.00
Tidak Variance 351.005
Std. Deviation 18.735
Minimum 60
Maximum 149
Range 89
Interquartile Range 25
Skewness .439 .247
Kurtosis .060 .490
Ya Mean 123.55 12.178
Lower
96.41
95% Confidence Bound
Interval for Mean Upper
150.68
Bound
5% Trimmed Mean 123.88

58
Median 113.00
Variance 1631.473
Std. Deviation 40.391
Minimum 61
Maximum 180
Range 119
Interquartile Range 79
Skewness .014 .661
Kurtosis -1.303 1.279

Tests of Normality
Obesitas Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Gula Darah Tidak .074 95 .200* .978 95 .108
Sewaktu Ya .148 11 .200* .945 11 .586
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction

Independent Samples Test


Levene's t-test for Equality of Means
Test for
Equality of
Variances
F Sig. T df Sig. Mean Std. 95% Confidence
(2- Differen Error Interval of the
taile ce Differe Difference
d) nce Lower Upper
Equal
variances 25.840 .000 -4.386 104 .000 -30.419 6.935 -44.171 -16.667
Gula
assumed
Darah
Equal
Sewakt
variances
u -2.467 10.504 .032 -30.419 12.329 -57.713 -3.125
not
assumed

Aktivitas_Fisik

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid Sedang-Berat 25 23.6 23.6 23.6

Ringan 81 76.4 76.4 100.0

59
Total 106 100.0 100.0

Descriptives

Aktivitas_Fisik Statistic Std. Error

Gula Darah Sewaktu Mean 85.28 3.642

95% Confidence Interval for Lower Bound 77.76


Mean Upper Bound 92.80

5% Trimmed Mean 84.63

Median 88.00

Variance 331.543

Sedang-Berat Std. Deviation 18.208

Minimum 60

Maximum 125

Range 65

Interquartile Range 32

Skewness .063 .464

Kurtosis -.604 .902

Ringan Mean 99.68 2.679

95% Confidence Interval for Lower Bound 94.35


Mean Upper Bound 105.01

5% Trimmed Mean 97.67

Median 93.00

Variance 581.421

60
Std. Deviation 24.113

Minimum 67

Maximum 180

Range 113

Interquartile Range 29

Skewness 1.212 .267

Kurtosis 1.723 .529

Tests of Normality

Aktivitas_Fisik Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Sedang-Berat .149 25 .159 .934 25 .109


Gula Darah Sewaktu
Ringan .115 81 .010 .906 81 .000

a. Lilliefors Significance Correction

Test Statisticsa

Gula Darah
Sewaktu

Mann-Whitney U 687.000
Wilcoxon W 1012.000
Z -2.424
Asymp. Sig. (2-tailed) .015

a. Grouping Variable: Aktivitas_Fisik

61
Asupan_Karbohidrat
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
Tidak
67 63.2 63.2 63.2
tinggi
Valid
Tinggi 39 36.8 36.8 100.0
Total 106 100.0 100.0

Descriptives
Asupan_Karbohidrat Statistic Std.
Error
Gula Darah Tidak Mean 92.64 2.843
Sewaktu tinggi Lower
86.97
95% Confidence Bound
Interval for Mean Upper
98.32
Bound
5% Trimmed Mean 90.64
Median 90.00
Variance 541.536
Std. Deviation 23.271
Minimum 60
Maximum 180
Range 120
Interquartile Range 26

62
Skewness 1.437 .293
Kurtosis 3.007 .578
Mean 102.54 3.699
Lower
95.05
95% Confidence Bound
Interval for Mean Upper
110.03
Bound
5% Trimmed Mean 101.52
Median 105.00
Tinggi Variance 533.571
Std. Deviation 23.099
Minimum 60
Maximum 176
Range 116
Interquartile Range 28
Skewness .808 .378
Kurtosis 1.702 .741

Tests of Normality
Asupan_Karbohidrat Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Tidak tinggi .122 67 .015 .896 67 .000
Gula Darah Sewaktu
Tinggi .126 39 .119 .945 39 .058
a. Lilliefors Significance Correction

Test Statisticsa
Gula Darah
Sewaktu
Mann-Whitney U 909.500
Wilcoxon W 3187.500
Z -2.602
Asymp. Sig. (2-
.009
tailed)
a. Grouping Variable:
Asupan_Karbohidrat

63
Usia Ibu
Frequency Percent Valid Cumulative
Percent Percent
<=25
35 33.0 33.0 33.0
tahun
Valid
>25 tahun 71 67.0 67.0 100.0
Total 106 100.0 100.0

Descriptives
Usia Ibu Statistic Std.
Error
Gula Darah Mean 92.83 3.735
Sewaktu Lower
85.24
95% Confidence Bound
Interval for Mean Upper
100.42
Bound
5% Trimmed Mean 91.98
Median 87.00
<=25 Variance 488.205
tahun
Std. Deviation 22.095
Minimum 60
Maximum 149
Range 89
Interquartile Range 32
Skewness .551 .398
Kurtosis -.278 .778
>25 tahun Mean 97.99 2.880

64
Lower
92.24
95% Confidence Bound
Interval for Mean Upper
103.73
Bound
5% Trimmed Mean 96.08
Median 93.00
Variance 588.700
Std. Deviation 24.263
Minimum 60
Maximum 180
Range 120
Interquartile Range 25
Skewness 1.325 .285
Kurtosis 2.514 .563

Tests of Normality
Usia Ibu Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
<=25
Gula Darah .157 35 .028 .953 35 .138
tahun
Sewaktu
>25 tahun .141 71 .001 .901 71 .000
a. Lilliefors Significance Correction

Test Statisticsa
Gula Darah
Sewaktu
Mann-Whitney U 1094.500
Wilcoxon W 1724.500
Z -.995
Asymp. Sig. (2-
.320
tailed)
a. Grouping Variable: Usia Ibu

65

Anda mungkin juga menyukai