Anda di halaman 1dari 69

PERHITUNGAN LAJU PRODUKSI OPTIMUM

PADA SUMUR ESP MHN-12 LAPANGAN NOVIANDARU


KSO PERTAMINA EP - SARANA GSS TREMBUL – BLORA
JAWA TENGAH

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh

MUHAMMAD HARMADIWANG NOVIANDARU


19010012

PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK PERMINYAKAN


INSTITUT TEKNOLOGI PETROLEUM BALONGAN
INDRAMAYU
2023
PERHITUNGAN LAJU PRODUKSI OPTIMUM
PADA SUMUR ESP MHN-12 LAPANGAN NOVIANDARU
KSO PERTAMINA EP - SARANA GSS TREMBUL – BLORA
JAWA TENGAH

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh

Muhammad Harmadiwang Noviandaru


19010012

PROGRAM STUDI D-3 TEKNIK PERMINYAKAN


INSTITUT TEKNOLOGI PETROLEUM BALONGAN
INDRAMAYU
2023

i
PERHITUNGAN LAJU PRODUKSI OPTIMUM
PADA SUMUR ESP MHN-12 LAPANGAN NOVIANDARU
KSO PERTAMINA EP - SARANA GSS TREMBUL – BLORA
JAWA TENGAH

Nama : Muhammad Harmadiwang Noviandaru


NIM : 19010012
Dosen Pembingbing 1 : Warto Utomo, S.Si., M.Eng.
Dosen Pembingbing 2 : Adrian Indarti, M.T
Pembingbing Lapangan : Budiono

ABSTRAK

Sumur MHN-12 merupakan sumur produksi minyak peninggalan Belanda


yang berproduksi menggunakan artificial lift electrical submersible pump yang
terletak di PT Pertamina EP Region 4 Distrik 1 Kawengan. Berdasarkan data
produksi, Sumur MHN-12 mengalami penurunan laju produksi, dan terjadi indikasi
downthrust pada pompa. Indikasi downthrust pada pompa disebabkan oleh laju alir
actual Sumur MHN-12 adalah 647,9 BFPD sedangkan pompa IND-1300/50Hz
memiliki ROR sebesar 700-1650 BFPD. Penulisan Tugas Akhir ini bertujuan untuk
menentukan laju produksi maximal (Qmax) dan laju produksi optimum
(Qoptimum) suatu sumur untuk berproduksi berdasarkan analisa kurva IPR,
mengetahui perbandingan pump setting depth, total dynamic head, jumlah stage,
frequency dan head/stage desain pompa ESP terpasang sebelum dan setelah
optimasi, menghitung penambahan produksi minyak (gain production) pada sumur
setelah dilakukan optimasi. Mengatasi problem downthrust pada ESP dilakukan
optimasi dengan menaikan laju produksi sumur. Data yang di perlukan diperoleh
yaitu general report electrical submerible pump, data reservoir, data fluid
properties, data produksi dan data wellprofile. Data tersebut diperoleh langsung
dari pembimbing di lapangan. Pada saat pengolahan data metode yang dilakukan
yaitu penentuan analisa potensi sumur, evaluasi pompa terpasang, dan optimasi
pada pompa. Hasil optimasi pada pompa terpasang IND-1300 /60 Hz/ 68 Stage
adalah pump setting depth pada 1385,2 ft, pump intake pressure pada 464,07 Psi,
total dynamic head pada 1315,08 ft, jumlah stage 68 stage, pump efficiency 61%,
Kenaikan laju produksi Qactual (647,9 BFPD) menjadi Qoptimum (1305,5 BFPD)
dengan kenaikan rate sebesar 657,6 BFPD. Total harga oil nett dengan water cut
yang tinggi pada Sumur MHN-12 yaitu sebesar 98% adalah 26,11 BOPD.

Kata kunci : artificial lift, electrical submersible pump, downthrust, oil nett, pump
setting depth

ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Muhammad Harmadiwang Noviandaru

NIM : 19010012

Program Studi : Teknik perminyakan

Judul Tugas Akhir : Perhitungan Laju Produksi Optimum pada Sumur ESP
MHN-12 Lapangan Noviandaru di KSO Pertamina EP –
Sarana GSS

Dengan ini menyatakan bahwa :

1. Tugas Akhir ini adalah benar – benar karya saya sendiri, dan bukan hasil plagiat
dari karya orang lain. Semua sumber yang dirujuk telah saya nyatakan dengan
benar.
2. Apabila dikemudian hari terbukti diketahui bahwa isi Tugas Akhir saya
merupakan hasil plagiat, maka saya bersedia menanggung akibat hukum dari
keadaan tersebut.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala kesadaran dan tanpa paksaan.

Indramayu, Agustus 2023


Yang menyatakan

Muhammad Harmadiwang Noviandaru


NIM.19010012

iii
LEMBAR PENGESAHAN

PERHITUNGAN LAJU PRODUKSI OPTIMUM


PADA SUMUR ESP MHN-12 LAPANGAN NOVIANDARU
KSO PERTAMINA EP - SARANA GSS TREMBUL – BLORA
JAWA TENGAH

Periode, 14 Maret 2023 – 14 April 2023

oleh

Muhammad Harmadiwang Noviandaru


NIM.19010012

Disusun untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan


Pendidikan Diploma Tiga (D - 3)
pada Program Studi Teknik Perminyakan,
Institut Teknologi Petroleum Balongan Indramayu

Indramayu, Agustus 2023

Disahkan oleh

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2

Warto Utomo, S.Si., M.Eng Adrian Indarti, M.T


NIDN. 0416118402 NIDN. 0404098808

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Perminyakan

Winarto, M.T
NIDN. 0420048402

iv
TUGAS AKHIR INI TELAH DISIDANG
DI DEPAN PENGUJI SIDANG TUGAS AKHIR
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
INSTITUT TEKNOLOGI PETROLEUM BALONGAN

HARI/TANGGAL : Rabu, 23 Agustus 2023

PERHITUNGAN LAJU PRODUKSI OPTIMUM


PADA SUMUR ESP MHN-12 LAPANGAN NOVIANDARU
KSO PERTAMINA EP – SARANA GSS TREMBUL – BLORA
JAWA TENGAH

Muhammad Harmadiwang Noviandaru


NIM. 19010012

NO. NAMA PENGUJI JABATAN TANDA TANGAN

1. Warto Utomo, S.Si., M.Eng. Penguji 1 1.

2. Adrian Indarti, M.T Penguji 2 2.

3. Agung Setiawan, M.T Pembanding 3.

v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, tidak lupa juga penulis ucapkan terima

kasih kepada kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan baik moril

maupun materil, sehingga penyusunan laporan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan

tepat pada waktunya. Laporan ini berjudul “PERHITUNGAN LAJU

PRODUKSI OPTIMUM PADA SUMUR ESP MHN-12 LAPANGAN

NOVIANDARU KSO PERTAMINA EP - SARANA GSS TREMBUL –

BLORA JAWA TENGAH”.

Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, khususnya kepada :

1. Orang tua dan keluarga tercinta atas dukungan moril dan materil.

2. Bapak Dr., Drs. Nahdudin Islamy, M.Si., M. Pd., selaku Ketua Yayasan Bina

Islami.

3. Ibu Dr. Ir. Hanifah Handayani, M.T., selaku Rektor Institut Teknologi

Petroleum Balongan.

4. Bapak Winarto, M.T., selaku Ketua Prodi Teknik Perminyakan.

5. Bapak Warto Utomo, S.Si., M.Eng., selaku Dosen Pembimbing I.

6. Ibu Adrian Indarti, M.T., selaku dosen pembimbing II.

7. Bapak Budiono, selaku Pembimbing Lapangan dari KSO Pertamina EP -

PT. SARANA GSS TREMBUL.

8. Teman-teman Angkatan 19 khususnya kelas TPA yang telah mendoakan dan

mendukung dalam bentuk apapun.

vi
9. Semua pihak yang telah membantu tersusunnya laporan ini yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari

kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang

membangun dari rekan-rekan semua guna menjadikan Laporan Tugas Akhir ini

menjadi lebih baik dan bermanfaat untuk semuanya.

Indramayu, Agustus 2023

Muhammad Harmadiwang N

vii
DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL .................................................................................................................... i

ABSTRAK ............................................................................................................. ii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv

DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................1

1.2 Tema Tugas Akhir .................................................................................2

1.3 Tujuan Tugas Akhir ..............................................................................2

1.4 Manfaat Tugas Akhir ............................................................................3

BAB II TINJAUAN TEORI .................................................................................5

2.1 Artificial Lift ..........................................................................................5

2.2 Pengertian Electrical Submersible Pump ............................................. 6

2.3 ESP Problem .........................................................................................8

2.4 Penyebab Kegagalan pada Operasi ESP .............................................10

2.5 Well inflow and fluid properties ..........................................................11

2.5.1 Well inflow performance .........................................................11

viii
2.5.2 Fluid Properties ......................................................................17

2.6 Karakteristik kinerja Electrical Submersible Pump ............................20

2.6.1 Perhitungan Aliran Tubing ......................................................20

2.6.2 Total Dynamic Head ...............................................................22

2.6.3 Kurva kinerja pompa ESP .......................................................23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................26

3.1 Pendahuluan ........................................................................................26

3.2 Pengambilan Data ...............................................................................27

3.3 Pengolahan Data ..................................................................................27

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ..............................................29

4.1 Profil PT Sarana GSS Trembul ...........................................................29

4.2 Visi dan Misi .......................................................................................29

4.3 Sejarah PT Sarana GSS Trembul ........................................................30

4.4 Lokasi Kegiatan Industri Minyak dan Gas Bumi ................................32

4.5 Stuktur organisasi ................................................................................33

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................35

5.1 Profil dan Data Sumur .........................................................................36

5.1.1 Data Sumur ...........................................................................36

5.2 Hasil ....................................................................................................39

5.2.1 Penggambaran Kurva IPR .......................................................39

5.2.2 Evaluasi Pompa Terpasang .....................................................43

5.3 Optimasi ESP Pada Sumur MHN-12 ..................................................44

5.4 Pembahasan .........................................................................................50

ix
BAB VI PENUTUP ..............................................................................................52

6.1 Kesimpulan..........................................................................................52

6.2 Saran ....................................................................................................53

6.2.1 Untuk Institut Teknologi Petroleum Balongan ........................53

6.2.2 Untuk Perusahaan .....................................................................53

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

x
DAFTAR GAMBAR
Halaman

Gambar 2.1 Screening Criteria of Artificil Lift ................................................... 5

Gambar 2.2 ESP System Components ................................................................. 7

Gambar 2.3 Kurva productivity index ................................................................. 13

Gambar 2.4 Kurva Vogel Inflow Performance Curve ......................................... 15

Gambar 2.5 Pump Curve ..................................................................................... 23

Gambar 3.1 Diagram Alir .................................................................................... 28

Gambar 4.1 Logo Perusahaan .............................................................................. 29

Gambar 4.2 Rig pada Lapangan SGT-01 ............................................................ 31

Gambar 4.3 Lokasi PT Sarana GSS Trembul KSO PT Pertamina Asset 4 ......... 33

Gambar 4.4 Organisasi PT Sarana GSS Trembul KSO Pertamina Asset 4 ......... 34

Gambar 5.1 Screening Criteria of Artificil Lift ................................................... 35

Gambar 5.2 Well Profile sumur MHN-12 .......................................................... 38

Gambar 5.3 Kurva IPR Dua Fasa pada Kondisi Qoptimal .................................. 41

Gambar 5.4 Kurva IPR Dua Fasa pada Kondisi Qoptimal .................................. 41

Gambar 5.5 Pump Performance Catalog IND-1300 Actual ............................... 44

Gambar 5.6 Pump Performance Catalog IND-1300 Optimum .......................... 47

xi
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 5.1 Data Reservoir ...................................................................................... 36

Tabel 5.2 Data Produksi ....................................................................................... 37

Tabel 5.3 Data Properties Fluid ............................................................................ 37

Tabel 5.4 Data Sumur ........................................................................................... 37

Tabel 5.5 Data ESP terpasang .............................................................................. 38

Tabel 5.6 Perhitungan Q terhadap PWF assumsi Sumur ..................................... 40

Tabel 5.7 Penentuan Laju Alir Qoptimum ........................................................... 41

Tabel 5.8 Hasil Evaluasi Pompa ESP Terpasang Sumur MHN-12 ...................... 44

Tabel 5.9 Hasil Perhitungan Perencanaan Ulang Pompa ESP ............................ 49

Tabel 5.10 Kenaikan Laju Produksi Perencanaan Ulang Pergantian Pompa ....... 49

Tabel 5.11 Perbandingan Pompa Terpasang dan Optimasi .................................. 49

xii
DAFTAR SINGKATAN

PI = Index Produktivity, BPD/psi

Q = Laju alir fluida produksi, BPD

Ps = Tekanan Statik, Psi

Pwf = Pressure Well Flowing, psi

Pr = Pressure Reservoir, psi

Qmaks = Laju alir fluida produksi maksimal, BFPD

BFPD = Barrel Fluid per Day

Gf = Gradient fluida, psi/ft.

HP = Horse power, Hp

DFL = Dynamic Fluid level, ft

TDH = Total Dynamic Head, feet

Head/ft ` = Head per feet

Psi = Poudh square Inch

PIP = Pump Intake Pressure

SG = Specific Gravity

PSD = Pump Setting Depth, ft

EP% = Efficiency Pompa, %

EV% = Efficiency Volumtris, %

AWG = American Wire Gauge

BOPD = Barrel oil per day

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses pengangkatan fluida dari sumur ke permukaan terdapat

dua cara, yaitu metode sembur alami (natural flow) dan metode

pengangkatan buatan (artificial lift). Apabila suatu sumur minyak telah

mengalami penurunan produksi dari tekanan reservoir maka untuk

memproduksi minyak dari dalam sumur menuju permukaan memerlukan

metode pengangkat buatan. Salah satunya yaitu dengan menggunakan

electrical submersible pump. Pada Sumur MHN-12 Lapangan

Noviandaru sangat efisien menggunakan pengangkat buatan atau

artificial lift dengan jenis electrical submersible pump karena sumur

tersebut mempunyai productivity index yang besar dan cocok untuk

sumur dengan produksi air yang tinggi.

Sumur MHN-12 Lapangan Noviandaru merupakan sumur

produksi dengan pompa electrical submersible pump yang terletak di

Kawengan milik PT. Pertamina EP Region 4 Zona 1 Kawengan. Menurut

data produksi Sumur MHN-12 pompa electrical submersible pump yang

terpasang menggunakan jenis pompa ESP IND-1300 dengan memiliki

frekuensi sebesar 50Hz dan memiliki stages sebanyak 119 stages dengan

pump depth 2138,5 ft dan menghasilkan laju alir gross 647,9 BFPD

dengan produksi air yang tergolong tinggi atau water cut sebesar 98%

dan laju alir oil sebesar 12,9 BOPD. Jenis pompa EJP IND-1300 ini

1
2

memiliki range capacity pompa yaitu 700 sampai 1650 BFPD yang

terindikasi terjadi downthrust pada pompa. Laju alir actual 647,9 BFPD

kurang dari range capacity pompa.

Pompa yang terpasang saat ini apakah masih efisien untuk

digunakan atau harus ganti pompa maka perlu dilakukan tahap evaluasi.

Setelah evaluasi, tahap berikutnya yaitu dilakukan desain ulang pada

pompa untuk meningkatkan rate produksi dan efisiensi pompa. Optimasi

bertujuan untuk meningkatkan laju produksi mencapai laju produksi

optimum sumur.

1.2 Tema Tugas Akhir

Tema yang telah diambil dalam tugas akhir ini adalah tentang

electrical submersible pump

1.3 Tujuan Tugas Akhir

1.3.1 Tujuan Umum

1. Mengetahui informasi mengenai gambaran pelaksanaan pekerjaan

diperusahaan tempat Tugas Akhir berlangsung.

2. Menerapkan ilmu yang telah didapat dari perkuliahan untuk

diaplikasikan ke dalam lapangan menjadi ilmu baru.

3. Meningkatkan daya kreativitas dan keahlian mahasiswa.

4. Mengetahui cara mengevaluasi dan optimasi electrical submersible

pump yang akan digunakan pada suatu sumur.


3

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Menentukan laju produksi maximal (Qmax) dan laju produksi

optimum (Qoptimum) suatu sumur untuk berproduksi berdasarkan

analisa kurva IPR.

2. Mengetahui perbandingan pump setting depth, total dynamic head,

jumlah stage, frequency dan head/stage desain pompa ESP terpasang

sebelum dan setelah optimasi.

3. Menghitung penambahan produksi minyak (gain production) pada

sumur setelah dilakukan optimasi.

1.4 Manfaat Tugas Akhir

1.4.1 Manfaat bagi Mahasiswa

1. Dapat mengenal secara dekat dan nyata kondisi lingkungan kerja

yang sebenarnya.

2. Dapat mengaplikasikan keilmuan mengenai teknik perminyakan

yang diperoleh dibangku kuliah dalam praktik dan kondisi kerja

yang sebenarnya.

3. Dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap perusahaan

tempat mahasiswa melaksanakan Tugas Akhir.

1.4.2 Manfaat Untuk Institut Teknologi Petroleum Balongan

1. Sebagai sarana pemantapan keilmuan bagi mahasiswa dengan

mempraktekkan di dunia kerja.

2. Sebagai sarana untuk membina network dan kerjasama dengan

perusahaan di bidang perminyakan.


4

3. Tersusunnya kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan nyata di

lapangan.

1.4.3 Manfaat bagi Perusahaan

1. Dapat memanfaatkan tenaga mahasiswa yang melaksanakan Tugas

Akhir dalam membantu menyelesaikan tugas-tugas untuk membantu

kebutuhan di perusahaan.

2. Dapat diperoleh informasi mengenai Tugas Akhir dan dapat

dipergunakan untuk pengambilan langkah selanjutnya.

3. Perusahaan mendapatkan alternatif calon karyawan pada spesialisasi

yang ada pada perusahaan tersebut.

4. Menciptakan kerjasama yang saling menguntungkan dan bermanfaat

antara perusahaan tempat Tugas Akhir dengan jurusan teknik

perminyakan Institut Teknologi Petroleum Balongan.


BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Screening Criteria pada Artificial Lift

Artificial lift merupakan suatu cara yang digunakan untuk

menggangkat fluida ke permukaan ketika tekanan formasi dari suatu

sumur hanya mampu mendorong fluida ke wellbore. Sebab ketika awal

fluida mengalir ke permukaan dengan menggunakan tekanan reservoir

yang tersedia secara alami. Engineer dihadapkan dengan kemampuan

pengangkatan buatan dan produktivitas sumur yang cocok sehingga

diperoleh artificial lift yang efisien (Takacs, 2009:1).

Gambar 2.1 Screening Criteria of Artificil Lift


(sumber : Takacs, 2009:7)

Screening criteria setiap perusahaan dan lapangan berbeda - beda

tergantung kepada SOP masing - masing. Oleh karenanya screening

criteria harus perlu persetujuan terlebih dahulu sebelum

menggunakannya. Hal-hal yang mempengaruhi pemilihan jenis artificial

lift yaitu :

5
6

1. Karakteristik sumur.

a. Sand (karakter sumur yang mampu melawan kepasiran)

b. Temperature (karakter sumur temperaturnya harus 160º-280ºC)

c. Velocity (karakter sumur kecepatannya harus stabil)

2. Kemampuan suatu sumur mengangkat fluida dari formasi ke

permukaan.

Pengangkatan fluida menggunakan ESP sangat efektif dan efisien

untuk sumur yang mempunyai productivity index yang besar. Pompa ESP

juga cocok pada sumur dengan total depth yang dalam, serta untuk sumur-

sumur miring.

2.2 Pengertian Electrical Submersible Pump

Electric submersible pump (ESP) adalah pompa yang

dimasukkan ke dalam lubang sumur yang digunakan untuk memproduksi

minyak secara artificial lift (pengangkatan buatan) dan digerakkan oleh

motor listrik. Pompa ini dibuat atas dasar prinsip pompa sentrifugal

bertingkat banyak dimana keseluruhan dari pompa dan motornya

ditenggelamkan kedalam cairan. ESP digunakan pada sumur- sumur yang

dalam dan dapat memberikan laju produksi yang besar. Selain untuk sumur

produksi, ESP juga dapat untuk proyek-proyek water flooding dan

pressure maintenance, dimana ESP dipasang pada sumur-sumur injeksi.

Selain dari itu dapat juga digunakan pada sumur-sumur yang tidak

menggunakan tubing (tubingless completion) dan produksi dilakukan

melalui casing (Fitriani, 2013:30).


7

Electrical submersible pump merupakan pompa dengan prinsip

sentrifugal bertingkat dimana pompa digerakan oleh electric motor yang

merupakan salah satu peralatan dalam rangkaian pompa ESP. Peralatan

pada electric submersible pump dibagi menjadi dua bagian yaitu :

1. Peralatan di atas permukaan (surface equipment) yang terdiri dari

wellhead, junction box, switchboard dan transformer.

2. Peralatan di bawah permukaan (subsurface equipment) yang terdiri

dari electric motor, protector, intake, pump unit, electric cable, check

valve, bleeder valve, dan centralizer.

Gambar 2.2 ESP System Components


(Sumber: Hughes, 2008:26)
8

2.3 ESP Problem

Banyak permasalahan sumur yang terjadi setelah diproduksi dan

ini akan mempengaruhi kinerja dari ESP. Untuk mengetahui permasalahan

pada ESP dapat dideteksi dengan menggunakan ampchart. permasalahan-

permasalahan yang terjadi dapat disebabkan oleh:

a. Masalah dari electrical (masalah kelistrikan)

b. Masalah dari mechanic

c. Masalah dari reservoirnya sendiri.

Adapaun beberapa masalah yang disebabkan oleh masalah

kelistrikan adalah,

1. Overload

Motor mengalami kelebihan beban, hal ini biasanya disebabkan

oleh kepasiran, scale, kabel rusak, ataupun keltronik problem. Secara

umum, untuk mempermudah pendeteksian, overload diset dengan keadaan

120% dari nameplate pada keltronik, jika bacaan keltronik melebihi atau

sama dengan kondisi ini, maka sumur akan secara otomatis mati.

2. Underload

Motor tidak memompa cukup fluida, hal ini biasanya disebabkan

oleh flow rate yang terlalu rendah, gassy problem, loss flow, mechanical

problem, ataupun reservoir problem. Secara umum, untuk mempermudah

pendeteksian, underload diset dengan keadaan 60% dari running ampere

pada keltronik, jika bacaan keltronik dibawah atau sama dengan kondisi

ini, maka sumur akan secara otomatis mati.


9

3. Stall

Pompa macet yang biasanya disebabkan oleh motor yang macet.

untuk pendeteksiannya, stall diset dengan keadaan 3x dari nameplate. Hal

ini biasanya disebabkan oleh problem kepasiran yang sangat parah.

Beberapa permasalahan yang diakibatkan dari masalah mekanik

antara lain :

1. Shaft Patah

Biasanya terjadi karena pompa medapatkan beban yang terlalu

besar, hal ini dapat terdeteksi dengan me-setting ampcharts dengan nilai

40% dari nameplate.

2. Tubing leaking

Ini disebabkan karena kebocoran pada tubing, sehingga fluida

hanya berputar disekitar tubing yang bocor turun kembali ke perforation

area. indikasi adanya tubing leaking ini adalah BHP naik dan BHT statis.

Permasalahan yang diakibatkan dari masalah reservoir sendiri

antara lain :

1. Scale

Scale biasanya terjadi pada sumur dengan jenis reservoir

karbonat (CaCO3), scale dengan jumlah yang banyak dapat menyebabkan

kerusakan yang parah pada pompa. Beberapa masalah yang terjadi akibat

scale antara lain overload ini disebabkan karena scale tersebut menyumbat

pompa sehinga pompa memiliki beban yang berat, bahkan jika pompa

tetap dipaksa beroperasi dengan kondisi ini akan berakibat shaft patah.
10

2. Kepasiran

Kepasiran disebabkan oleh pasir yang dihasilkan reservoir

sandstone ini biasanya berupa fine grain yang lebih halus dibandingkan

pasir biasa, dalam jumlah banyak pasir dapat mengakibatkan korosi, dan

juga menyumbat pompa sehingga memberikan beban yang besar untuk

pompa.

3. Gassy

Free gas mulai memasuki pompa dan terproduksi bersama

dengan liquid ataupun juga bisa disebabkan oleh adanya emulsi.

4. Gas lock

Adanya akumulasi gas yang ada pada bagian atas production

casing sehingga menekan liquid yang akan masuk ke pump intake. hal ini

dapat terdeteksi pada ampschart dan juga adanya kenaikan tekanan pada

tubing head (Puspita, 2014 : 36-43).

2.4 Penyebab Kegagalan pada Operasi ESP

Sistem reservoir, sumur ESP, dan fasilitas permukaan

diasumsikan beroperasi dengan baik dan tidak memperhitungkan faktor-

faktor yang dapat menggangu operasi tersebut. Namun berikut ini akan

adalah hal-hal yang dapat menyebabkan rentang waktu operasi ESP lebih

pendek dari yang seharusnya. Hal-hal tersebut antara lain :

a. Desain ESP yang tidak tepat.

b. Kualitas yang buruk pada peralatan ESP yang digunakan.

c. Korosi pada peralatan pompa dan motor housing.


11

d. Pengendapan scale pada motor dan stage pompa.

e. Kepasiran.

f. Temperatur reservoir yang terlalu tinggi.

g. Gas masuk ke dalam pompa (Sugiharto, 2005:3).

2.5 Well Inflow Performance and Fluid Properties

2.5.1 Well Inflow Performance

Desain yang tepat dari sistem artificial lift membutuhkan

pengetahuan yang tepat mengenai laju fluida yang dapat dihasilkan dari

reservoir melalui sumur. Guna menunjang pada saat masa sekarang dan

masa depan diperlukan tugas dasar rekayasa produksi yaitu :

1. Pemilihan jenis pengangkatan yang tepat.

2. Desain rinci perlatan produksi.

3. Estimasi kinerja sumur.

Sebuah sumur dan formasi produktif saling berhubungan di

permukaan pasir, permukaan silinder tempat reservoir terbuka. Secara

analogi mengalir dalam pipa permukaan, cairan dalam reservoir hanya

mengalir diantara titik - titik yang memiliki tekanan berbeda (Takacs,

2009:10).

Memprediksi kinerja aliran sumur terdapat dua metode dasar yaitu

productivity index (PI) dan Vogel inflow performance relationship (IPR).

Dasar perhitungan digabungkan untuk membuat konsep inflow

performance gabungan.
12

1. Productivity Index

Productivity Index merupakan indeks yang digunakan untuk

menyatakan kemampuan suatu formasi untuk berproduksi pada suatu beda

tekanan tertentu, yaitu tekanan statis dan tekanan alir sumur.

Konsep PI mengembangkan penggunaan asumsi sederhana yaitu:

1. Aliran radial di sekitar sumur.

2. Satu fasa, cairan yang tidak dapat dimampatkan mengalir.

3. Distribusi permeabilitas dalam formasi adalah homogeny.

4. Formasi sepenuhnya jenuh dengan cairan yang diberikan.

Parameter ini menggunaan persamaan sebelumya Darcy dibagian

drawdown adalah kondisi konstan, yang memungkinkan pengumpulan

menjadi koefisien tunggal yang disebut productivity index (PI):

q
PI = ...................................................................... ( 2.1)
Ps − Pwf

Keterangan:

PI = productivity index, bbl/day/psi

q = laju produksi cairan total, bbl/day

Ps = tekanan statis reservoir, psi

Pwf = tekanan dasar sumur sewaktu terjadi aliran, psi

Persamaan ini menyatakan bahwa aliran cairan ke dalam sumur

berbanding lurus dengan penurunan tekanan.


13

Gambar 2.3 Kurva productivity index


(Sumber: Takacs, 2009:12)

Titik akhir dari gari PI adalah tekanan reservoir rata-rata dimana

padu laju aliran nol dan laju potensial pada maksimum pada PWF juga nol.

Laju maksimum ini adalah absolute open flow potensial (AOFP), dan

mewakili laju aliran yang terjadi jika PWF mengalir dapat dikurangi

menjadi nol. AOFP digunakan untuk membandingkan kemampuan sumur.

(Takacs, 2009:11)

2. Kurva Inflow Performance Relationship (IPR)

Inflow Performance Relationship (IPR) merupakan pernyataan PI

secara grafis yang menggambarkan perubahan-perubahan dari harga

tekanan alir dasar sumur (Pwf) versus laju alir (q) yang dihasilkan karena

terjadinya perubahan tekanan alir dasar (Pwf) sumur tersebut. Parameter

penting lain yang berpengaruh penting yaitu tekanan statis sumur tersebut

(Ps). Laju produksi sumur yang diinginkan harus sesuai dengan

produktivitas sumur. Pada umumnya, fluida yang mengalir dari formasi ke

lubang sumur terdiri dari tiga fasa yaitu gas, minyak dan air.
14

3. Metode Vogel

Vogel menggunakan simulasi reservoir numerik dalam

mempelajari kinerja aliran masuk dari reservoir solution gas drive. Dalam

kasus di bawah tekanan bubble point dan berbagai penurunan tekanan.

Vogel menemukan bahwa semua kurva IPR yang dihitiung menunjukan

bentuk umum yang sama (Takacs, 2009:13).

Pembuatan IPR dapat langsung menggunakan persamaan di

bawah ini :

Qo Pwf Pwf 2
Qo max
=1-0,2 ( Pr ) -0,8 ( Pr ) ............................................. (2.2)

Keterangan:

Qo = laju alir yang bersesuian dengan Pwf, BPD

Qmax = laju alir yang bersesuian dengan Pwf sama dengan

nol BPD

PR = tekanan reservoir, psi

Penggunaan metode Vogel, tekanan reservoir perlu diketahui

bersama dengan laju alir serta tekanan bottom hole. Dalam hal ini langkah-

langkah pembuatan IPR

1. Hitung Qo max dengan menggunakan persamaan 2.2

2. Buat hubungan antara Qo BPD vs Pwf assumsi dengan menggunakan

persamaan 2.2 Pwf assumsi diambil dari 0 sampai PR.

3. Buat tabel Qo BPD vs Pwf assumsi psi.


15

Gambar 2.4 Kurva Vogel Inflow Performance Curve


(Sumber: Takacs, 2009:12)

a. Saturated Oil Reservoir (Pr < Pb)

Ketika tekanan reservoir sama atau di bawah tekanan bubble

point, maka reservoir minyak disebut sebagai saturated oil reservoir.

Prosedur perhitungan untuk pembuatan kurva IPR menggunakan

metode Vogel pada saturated oil reservoir dapat dilakukan langkah

langkah sebagai berikut:

1. Menentukan qmax dengan persamaan :

…………………………….(2.3)

2. Menentukan harga q dengan asumsikan harga Pwf dengan


persamaan :

………………(2.4)

3. Plot harga q pada berbagai hargai Pwf .


16

b. Undersaturated Oil Reservoir (Pr > Pb)


Dalam menggunakan metode Vogel untuk undersaturated oil

reservoir akan mempumyai dua kemungkinan yang harus diperhatikan

dalam penggunaanya yaitu ketika:

Kondisi Pr > Pb dan Pwf test > Pb

Pada kondisi Pr > Pb dan Pwf test > Pb. Beggs menguraikan

prosedur untuk menentukan kurva IPR ketika tekanan alir dasar sumur

lebih besar atau sama dengan tekanan bubble point sebagai berikut:

1. Hitung harga PI dengan menggunakan persamaan 2.1

2. Hitung harga laju alir saat tekanan bubble point (qb) menggunakan

Persamaan :

qb = PI (Pr-Pb) ............................................................(2.5)

3. Menenentukan harga q max dengan menngunakan persamaan:

……………………………………… (2.6)

4. Menggunakan harga q pada saat Pwf < Pb menggunakan

persamaan :

..……(2.7)

5. Ketika harga Pwf > Pb maka kurva IPR berbentuk linear sehingga

untuk menghitung harga q dapat menggunakan Persamaan 2.4

6. Plot q vs Pwf
17

Kondisi Pr > Pb dan Pwf test < Pb

Ketika kondisi Pr > Pb dan Pwf < Pb. Maka prosedur

pengerjaan pembuatan kurva IPR dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Penentuan harga PI menggunakan persamaa sebagai berikut:

……........(2.8)

2. Menentukan harga qb mernggunkan Persamaan 2.5

3. Menentukkan harga q max menggunakan Persamaan 2.6

4. Menentukan harga q pada berbagai harga Pwf saat Pwf > Pb

menggunakan Persamaan 2.6

5. Menentukan harga q pada berbagai harga Pwf saat Pwf < Pb

menggunakan Persamaan 2.7

6. Plot harga qo vs Pwf

2.5.2 Fluid Properties

Sifat fisik fluida (gas, minyak dan air) perlu diketahui karena

merupakan variabel utama aliran fluida dalam media berpori maupun

dalam pipa. Sifat fisik fluida yang akan dibahas adalah sifat fisika fluida

penting untuk merancang dan menganalisa sistem produksi minyak dan

gas.

Pendesainan electrical submersible pump diperlukan parameter

sifat fisik fluida yaitu kelarutan gas dalam minyak (Rs), faktor volume

formasi (Bo) dan specific gravity (Sg)

1. Specific gravity, density, dan gradient fluid (SG &GF)


18

Density merupakan jumlah suatu zat yang terkandung dalam

satuan unit volume. (Brown, 1980:12)

Specific gravity merupakan perbandingan densitas suatu fluida

dengan densitas fluida pada kondisi standar. Secara matematis dirumuskan

dengan persamaan :

ρliquid
SG = ....................................................................... (2.9)
ρwater

Pada industri perminyakan SG seingkali dinyatakan dalam satuan

°API. Persamaan dituliskan dengan persamaan :


141,5
°API = - SG........................................................................... (2.10)
131,5

Gradient fluid adalah tekanan yang diberikan oleh fluida untuk

setiap ft dengan tinggi fluida.

Gf = SGf x 0,433 psig/ft………………………………….(2.11)

Keterangan:

SGo : oil specific gravity

API : oil API gravity

GF : Gradient fluid (PSI/ft)

2. Kelarutan Gas dalam minyak (Rs)

Kelarutan gas dalam minyak didefinisikan sebagai volume gas

yang terbebas dari minyak sewaktu berubah dari kondisi reservoir ke

kondisi permukaan.

Jumlah gas yang terlarut dalam minyak dalam kondisi temperatur

dan tekanan dapat ditentukan dengan persamaan :


19

1,2048
𝑝 100,0125(°𝐴𝑃𝐼)
Rs = 𝛶𝑔 (18 ) ........................................... (2.12)
100,00091.𝑡

Kelarutan gas sering digunakan untuk perhitungan minyak dan

gas volumetrik, Dasar untuk memperkirakan sifat fluida lain seperti

densitas minyak.

Keterangan:

Rs : Solution GOR (scf/stb)

P : Pressure (PSI)

T : Temperature (°F)

3. Faktor volume formasi

Faktor volume formasi digunakan untuk mengubah atau

menentukan perkiraan volume fluida pada kondisi tertentu. Perubahan

volume fluida yang terjadi dari volume standart ke volume actual.

a. Faktor Volume Formasi Gas

Persamaan untuk menentukan faktor volume formasi gas

adalah sebagai berikut:


0,0283𝑥 𝑍 𝑥 𝑇
Bg = 𝑝
.................................................................... (2.13)

Keterangan:

Bg: volume fakor vormasi gas (𝑓𝑡 3 /𝑠𝑐𝑓)

Z : gas comperessibility factor

P : Pressure (PSI)

T : Temperature (°R)
20

b. Faktor Volume Formasi Minyak

Menghitung faktor volume formasi minyak diperlukan untuk

menggunakan persamaan sebagai berikut (Guo, 2007:4/50)

𝛶𝑔
Bo = 0,9759 + 0,00012(𝑅𝑠 √𝛶 + 1,25𝑡)1,2 .................... (2.14)
𝑜

Keterangan:

𝛶𝑜 : oil specific gravity

𝑇 ∶ 𝑇𝑒𝑚𝑝𝑒𝑟𝑎𝑡𝑢𝑟𝑒 ∶ °𝐹

Bo : volume faktor formasi minyak (bbl/stb)

2.6 Karakteristik Kinerja Electrical Submersible Pump

Cairan memasuki impeller dalam arah axial pada kecepatan

relative rendah, karena kecepatan rotasi tinggi membuat impeller berputar.

Torsi yang di terapkan oleh penggerak utama pompa diubah menjadi

energy kinetik oleh perputaran impeller. Kemudian cairan memasuki

difusser dengan berkecapatan tinggi dimana mengubah energi kinetic

menjadi energi tekanan (Takacs, 2009:23-24).

Shaft pompa terhubung dengan gas separator dan terhubung

dengan protector dengan kopling mekanis berada di bawah pompa. Pada

saat shaft berputar membuat fluida masuk pada intake pompa dan

dipisahkan oleh gas separator kemudian naik melalui tubing hingga

permukaan (Takacs, 2009:53-54).

Motor listrik menggunakan tenaga listrik yang disalurkan melalui

kabel yang diklem di tubing. Tenaga listrik yang digunakan bersumber dari

supply listrik yang kemudian disesuaikan oleh surface equipment.


21

2.6.1 Perhitungan Aliran Tubing

Fluida yang keluar dari pompa electrical submersible pump akan

memasuki tubing sting, maka tekanan yang dilepaskan pompa harus

mengatasi kehilangan jumlah tekanan yang terjadi disepanjang jalur aliran

pada laju produksi actual.

Bagian tekanan pelepasan yang diperlukan sebagai berikut:

1. The wellhead pressure

Wellhead pressure berlaku pada laju produksi cairan yang

diberikan sampai ke atas dengan tubing head (ht). Kejadian ini ditemukan

dari tekanan separator dan takanan hilang disepanjang aliran.

2. The net hydrostatic pressure

Tekanan hidrostatik yang bekerja pada pompa. Karena selalu ada

kolom cairan yang berada didalam annulus di atas pompa, tekanan ini

dihitung dari true vertical depth (TVD) dari tingkat cairan dinamis dan

gradient tekanan dari cairan yang dihasilkan.

3. The frictional loss

Penurunan tekanan yang membuat menurunya laju produksi

akibat gesekan yang terjadi di tubing. Untuk memperkirakan kerugian

gesekan pada tubing, sebagian besar perancang ESP menggunakan rumus

Hazen-wiliams (Takacs, 2009:21).

Dengan persamaan tubing friction loss (HF) sebagai berikut:

100 1,885 𝑞1,85


(HF) =0,2083x( ) 𝑥( ) .............................. (2.15)
𝑐 𝑖𝑑𝑡𝑢𝑏𝑖𝑛𝑔4,86

Hf/1000 = (Friction loss x PSD) / 1000 ............... (2.16)


22

Keterangan:
Hf : Friction head (ft)
Hf/1000 : Friction loss per 1000 (ft)
Q : Laju alir (bpd)
C : 120 (untuk pipa baru) dan 94 (untuk pipa lama)
2.6.2 Total Dynamic Head

Penentukan jumlah tahapan pompa yang diperlukan pada fase

perencanaan, total head yang harus diatasi oleh pompa ESP harus

ditentukan yang disebut dengan total dynamic head (Takacs, 2009:191).

Menurut (Brown, 1980:63) TDH adalah total head yang

dibutuhkan untuk diproduksi oleh pompa ketika memompa pada

kecepatan yang diinginkan. Perbedaan antara head yang dibutuhkan pada

discharge pump untuk mengalirkan aliran ke head.

Penentuan Total Dynamic Head (TDH) dengan langkah sebagai

berikut:
2,31
TDH = 𝑆𝐺𝑙
x (WHP – CHP ) + ldyn + Hf……….............(2.17)

𝐿𝑠𝑒𝑡 𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑑𝑜 +𝐶𝐻𝑃−𝑃𝐼𝑃


Ldyn = 𝑔𝑟𝑎𝑑0 − 𝑔𝑟𝑎𝑑 𝑔
................................................. (2.18)

Keterangan:

TDH : Total dynamic head (ft)

WHP : Wellhead Pressure head (psi)

CHP : Casing head pressure (psi)

Ldyn : TVD of the dynamic liquid level (ft)

Hf : friction loss (ft)


23

PIP : Pump intake Pressure (psi)

2.6.3 Kurva kinerja pompa ESP

Kinerja pompa ESP ditandai oleh kurva kinerja pompa dengan

fungsi laju pemompaan dengan mewakili yaitu head capacity, efficiency

pump, rate capacity serta pump efficiency (Takacs, 2009:57)

Gambar 2.5 Pump Curve


(Sumber : Takacs, 2009:60)

1. Head Capacity Curve

Head pompa benam listrik berkaitan dengan specific gravity

fluida, dimana jika head diubah menjadi tekanan maka harus dikalikan

dengan specific gravity fluida.

2. Brake Horse Power (BHP)

Kurva diplot berdasarkan pada data actual performance test.

Actual horse power yang dibutuhkan oleh pompa setrifugal, untuk

memberikan kebutuhan hidraulik (Hughes, 1997:7).

ℎ𝑝
BHP : 𝑠𝑡𝑎𝑔𝑒 𝑥 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑡𝑎𝑔𝑒 x Sg........................................ (2.19)
24

Keterangan:

BHP : Brake horse power (Hp)

Sg : Specivic gravity

Total stage : Jumlah stage (ft)

3. Grafik Effisiensi

Effisiensi pada ESP bukannya effisiensi volume pompa namun

ratio dari output HP pompa dibagi dengan brake horse power

𝐻𝑒𝑎𝑑 𝑥 𝐶𝑎𝑝𝑎𝑐𝑖𝑡𝑦 𝑥 𝑆𝐺 𝑥 100


% Effisensi = 3960 𝑥 𝐵𝐻𝑃
........................................... (2.20)

Keterangan:

Head : Feet

Capacity : kapasitas (Gallon/minute)

BHP : Brake horse power (Hp)

Sg : Specific gravity

4. Penentuan stage dan jumlah stage

Panjang pompa ESP terbatas sekitar 20-25ft. Pompa tandem

terdiri dari beberapa bagian pompa dan digunakan untuk mencapai lebih

tinggi kepala operasional pada sumur yang lebih dalam dengan beberapa

ratus stage dapat dijalankan (Takacs, 2009:63).

Jumlah maksimum stage dibatasi oleh beberapa faktor berikut yaitu:

1. Kekuatan mekanik pump shaft, yang digantikan denga peringkat shaft

horse power rating.

2. Tekanan maksimum pump housing.


25

3. Beban aksial maksimum.

Jumlah stage yang mengembangkan total head dihitung sebagai

jumlah total stage dan head per stage dengan persamaan sebagai berikut:
𝑇𝐷𝐻
Head/stage: 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑡𝑎𝑔𝑒....................................................... (2.21)

𝑇𝐷𝐻
Jumlah stage : ℎ𝑒𝑎𝑑 𝑐𝑎𝑝𝑎𝑐𝑖𝑦 ................................................... (2.22)

Keterangan:

TDH : Total dynamic head (ft)

Head capacity : head from pump curve (ft)

Head / stage : head/stage (ft/stage)

Jumlah stage : Total stage (stage )

5. Penentuan Pump Intake Pressure (PIP)

Menurut (Hughes, 2014:123) Pengoperasian submersible pump

terdapat tinggi fluida di atas pompa atau tekanan masuk ke pompa.

Mendefinisikan titik ini dengan bener, penting mengetahui SG atau

gradient cairan di dalam annulus. Jika gradient fluid atau berat jenis

diketahui, kita dapat memperkirakan pump intake pressure atau fluid over

pump dengan persamaan berikut:

PIP : Pwf – (Lperf – Lset) x 𝑔𝑟𝑎𝑑𝑙 ................................... (2.23)

Keterangan:

PIP : Pump Intake Pressure (PSI)

Lperf : TVD of perforation (ft)

Lset : TVD of pump setting (ft)

𝑔𝑟𝑎𝑑𝑙 : fluid gradient in the annulus (psi/ft)


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Penulisan laporan Tugas Akhir, penulis mengangkat suatu kasus yang

berjudul “Optimasi Electrical Submersible Pump pada Sumur MHN-12 Lapangan

Noviandaru” yaitu mengangkat suatu kasus yang dijumpai di tempat Tugas Akhir.

Penulis melakukan penelitian terhadap laju alir produksi pada sumur, fluid

properties pada reservoir dan pompa terpasang pada sumur. Metode untuk

mendukung Tugas Akhir, penulis melakukan beberapa metode penelitian antara

lain yaitu :

3.1 Pendahuluan

Pendahuluan ini dilakukan untuk studi literatur, wawancara, dan

observasi lapangan. Studi literatur merupakan data yang diperoleh dari

buku-buku atau handbook sebagai tambahan dalam penyusunan laporan

yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Wawancara yaitu data-data dari

konsultasi langsung dengan pembimbing lapangan maupun dengan

operator yang bersangkutan. Observasi lapangan yaitu dimana data

diperoleh dari penelitian secara langsung tentang kegiatan dan pengamatan

di tempat Tugas Akhir. Berdasarkan penelitian itulah penulis mendapatkan

data-data yang akan menjadi sumber data dalam pembuatan laporan.

26
27

3.2 Pengambilan Data

Data yang dibutuhkan berupa data reservoir, data produksi, data

fluid properties tahun 2023, dan data sumur. Data reservoir antara lain

pressure reservoir (Pr), pressure well flowing (Pwf), pressure bubble point

(Pb), buttom hole temperature, casing pressure (Pc), tubing pressure (Pt)

dan wellhead pressure. Data produksi antara lain laju alir (Qgross), water

cut, oil cut, laju alir minyak (Qoil) dan gas oil ratio. Data fluid properties

antara lain oil specific gravity, gas specific gravity, water specific gravity,

dan oAPI oil. Data sumur antara lain well depth, tubing string, peforasi,

dan casing string.

3.3 Pengolahan Data

Data – data yang berumber dari lapangan, handbook dan jurnal

yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dilakukan perhitungan. Data

yang dihitung yaitu analisa dengan kurva IPR, perhitungan evaluasi

terhadap pompa terpasang, penentuan laju alir optimum dan pemilihan

pompa baru, dan optimasi pada pompa baru. Hasil perhitungan tersebut

akan menjadi bahan acuan untuk mengetahui apakah sumur tersebut sudah

dalam kondisi optimum pada saat berproduksi atau tidak, metodologi hasil

penelitian diatas dapat pada Gambar 3.1.


28

MULAI

Pengumpulan Data

Data Reservoir Data Produksi Data Properties Data Sumur


Fluida
• Pressure Reservoir • Laju Alir (Qgross) • Well Depth
(Pr) • Water Cut • Oil Specific Gravity • Tubing String
• Pressure Well • Oil Cut • Gas Specific Gravity • Peforasi
Flowing (Pwf) • Laju Alir Minyak • Water Specific • Casing String
• Pressure Bubble (Qoil) Gravity
Point (Pb) • Gas Oil Ratio • oAPI oil
• Buttom Hole
Temperature
• Casing Pressure
(Pc)
• Tubing Pressure
(Pt)
• Wellhead Pressure

PENGOLAHAN DATA
• Perhitungan Producivity Index
• Penggambaran Kurva IPR
• Evaluasi terhadap Pompa Terpasang
• Perhitungan desain pompa terhadap
Qoptimum

HASIL
• Nilai Productivity Index
• Nilai Qoptimum
• Pump Setting Depth Optimum
• Total Dynamic Head Optimum
• Jumlah Stage

KESIMPULAN

Gambar 3.1 Diagram Alir


BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Profil PT Sarana GSS Trembul

PT. Sarana GSS Trembul adalah perusahaan yang

menyelenggarakan kegiatan usaha di sektor hulu bidang Minyak dan Gas

Bumi. PT. Sarana GSS Trembul merupakan perusahaan patungan yang

dibentuk GSS Energy Limited, perusahaan asal Singapura dan PT. Sarana

Pembangunan Jawa Tengah, Badan Usaha Milik Daerah pemerintah Jawa

Tengah. Pada awal 2016 pihak Pertamina mununjuk PT.Sarana GSS

Trembul untuk menjadi mitra Kerja Sama Operasi (KSO) khususnya untuk

disektor migas yang berada diwilayah Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

Gambar 4.1 Logo Perusahaan


(Sumber : PT. Sarana GSS Trembul)

4.2 Visi dan Misi PT Sarana GSS Trembul

A. VISI

Mewujudkan BUMD yang unggul dan berkualitas, sebagai

penggerak pembangunan dalam meningkatkan perekonomian untuk

kesejahteraan masyarakat Jawa Tengah.

29
30

B. MISI

1. Meletakan kebijakan korporasi yang akuntable, transparan bagi

ahli generasi berikutnya dengan konsistensi komitmen secara

sistematik.

2. Berkordinasi dan bersinergi di seluruh potensi organisasi

korporasi, serta menselaraskannya dengan tujuan organisasi

dalam mendukung visi dan misi Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah.

3. Menumbuhkan budaya berkembang dan profesional dengan

komitmen penuh terhadap hasil yang berkelas dalam mutu dan

pencapaian, sebagai perilaku organisasi.

4.3 Sejarah PT Sarana GSS Trembul

PT. Sarana Pembangunan Jawa Tengah bersama dengan GSS

Energy Ltd mendirikan PT. Sarana GSS Trembul (SGT) pada tanggal 28

September 2016 dalam rangka mengusahakan KSO produksi di area

Trembul. Kemudian pada tanggal 2 November 2016 PT Pertamina EP dan

PT Sarana GSS Trembul telah menandatangani Perjanjian Kerjasama

Operasi (KSO) Area Operasi Trembul. Penandatanganan perjanjian

KSO, dilakukan oleh Presiden Direktur Pertamina EP, Rony Gunawan,

dan Presiden Direktur Sarana GSS Trembul, Bambang Mulyadi, di

kantor Pertamina EP. Pertamina EP mendapatkan hak ekskiusif

melaksanakan operasi minyak dan gas bumi di Area Operasi Trembul

dari BP Migas (sekarang SKK Migas) berdasarkan Peraturan Presiden


31

Nomor 9 Tahun 2013. Selanjutnya, Pertamina EP menetapkan PT

Sarana Pembangunan Jawa Tengah selaku BUMD milik Pemerintah

Daerah Jawa Tengah sebagai mitra terpilih untuk melaksanakan operasi

minyak dan gas bumi.

PT Sarana Pembangunan Jawa Tengah melakukan joint

venture dengan GSS Energy Limited dengan membentuk perusahaan

patungan bernama PT Sarana GSS Trembul. Bambang mengatakan

pihaknya berkomitmen kepada Pertamina EP untuk melaksanakan

program kerja 3 tahun senilai US$ 7,6 juta. Dana tersebut antara lain

digunakan untuk pengeboran 4 sumur dan kegiatan akuisisi seismik.

Gambar 4.2 Rig pada Lapangan SGT-01


(Sumber : PT. Sarana GSS Trembul)

Pengeboran Sumur SGT-01 dan SGT-02 dilakukan secara

bersamaan pada Agustus 2017 dan mulai berproduksi sebulan kemudian.

Area operasi migas Trembul, terletak di Desa Talokwohmojo,

Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah. Area

operasi seluas 47,6 kilometer persegi terletak 15 km di sisi barat Kota


32

Blora. Lapangan Trembul ditemukan oleh perusahaan Belanda yakni

Nederiandsche Koloniale Petroleum Mij (NKPM) pada 1917. NKPM

merupakan anak perusahaan Standard Oil of New Jersey yang kini

dikenal sebagai Exxon. Di Trembul terdapat 24 sumur yang dibor dan

dieksploitasi oleh NKPM. Area ini ditutup pada 1942 menyusul invasi

Jepang dalam Perang Dunia kedua. Lapangan Trembul diperkirakan

memiliki cadangan minyak sebesar 40,1 juta barel. NKPM sendiri

sepanjang 1917-1942 baru mengambil 307 ribu barel.

Sydney Yeung selaku CEO GSS Energy Limited merasa

terhormat mendapatkan kepercayaan dari Pertamina EP untuk

melakukan operasi migas bersama dengan PT Sarana Pembangunan

Jawa Tengah di Area Trembul. GSS Energi Limited berkomitmen untuk

berpatisipasi dalam meningkatkan lifting minyak yang menjadi program

pemerintah Indonesia.

4.4 Lokasi PT Sarana GSS Trembul

Lokasi Lapangan PT Sarana GSS TREMBUL KSO PERTAMINA :

Alamat : - Sumur SGT-01 di Desa Karang Tengah, Kecamatan

Ngawen, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.

- Sumur SGT-02 di Dukuh Karangmojo, Desa Karang

Tengah, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Blora, Jawa

Tengah.

Berada dalam area sekitar 47,6 Km² yang terletak 15 Km di sisi barat

Kota Blora, Jawa Tengah.


33

Gambar 4.3 Lokasi PT Sarana GSS Trembul KSO PT Pertamina Asset 4


(Sumber : Dokumentasi Perusahaan)

4.5 Struktur Organisasi pada PT Sarana GSS Trembul KSO Pertamina

EP Asset 4

Kegiatan operasi sehari-hari di lapangan dipimpin oleh

seorang Field Manager yang membawahi beberapa kegiatan operasi

yang dipimpin oleh seorang Ast. Manager, antara lain Ast. Manager

Planning & Engineering, Ast. Manager WO&WS, Ast. Manager

Production & Operation, Ast. RAM dan Ast. Manager Layanan

Operasi. Dari setiap bagian operasi ini, masing-masing bagian

mempunyai kewajiban, wewenang dan tanggung jawab atas kelancaran

operasi di lapangan yang pada hasilnya harus dapat menjaga kestabilan

produksi yang telah direncanakan.

Demi menunjang kelancaran semua kegiatan operasi di

lapangan, mereka dibantu oleh tenaga-tenaga potensial yang sangat

menguasai bidang kerjanya masing-masing. Selain itu, kegiatan operasi


34

ini ditunjang oleh kegiatan-kegiatan lainnya seperti Layanan Operasi,

Telekomunikasi, Teknik & Fasilitas, Transportasi, HSE, serta satuan

keamanan (security) yang keberadaan kegiatan-kegiatan ini sangat

membantu kelancaran operasi di lapangan.

Direktur

Field Manager

HSE Adimin & Finance


FILD SUPT

Humas

Logistik
Kordinator
Security

SUPU Maintance SUPU PROD SUPU SIPIL

Gambar 4.4 Organisasi PT Sarana GSS Trembul KSO Pertamina Asset 4


(Sumber : PT Sarana GSS Trembul)
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemiihan metode pengangkatan buatan (artificial lift) bergantung pada

jenis reservoir dan sumur yang akan diproduksi. Metode pengangkatan buatan

menggunakan electrical submersible pump sangat cocok untuk dilakukan pada

sumur tua seperti Sumur MHN-12 dikarenakan pompa ESP dapat mengangkat

fluida dengan jumlah yang banyak. Berdasarkan tabel screening criteria of artificial

lift pompa ESP dapat maksimal beroprasi pada kedalaman 15.000 ft, maximal

beroprasi dengan rate atau laju alir 60.000 bpd, maximal beroprasi pada

temperature 400o F, juga pompa ESP cukup baik dalam penanganan gas (gas

handling), baik dalam penanganan korosi, cukup dalam penanganan partikel

padatan, dan pompa ESP dapat beroprasi untuk reservoir dengan nilai lebih dari 10o

API juga pompa ESP dapat diaplikasikan pada sumur offshore atau lepas pantai.

Gambar 5.1 Screening Criteria of Artificial Lift


(sumber : Takacs, 2009:7)

35
36

5.1 Profil dan Data Sumur MHN-12

Sumur MHN-12 merupakan sumur minyak tua yang sudah

berproduksi dari zaman penjajahan Belanda, kemudian ditinggalkan oleh

pihak Belanda pada tahun 1951. Sumur MHN-12 merupakan sumur pada

Lapangan Noviandaru dimana formasi produktif pada Lapangan

Noviandaru yaitu lapisan ngrayong yang terdiri atas pasir kwarsa yang

mengandung glaukonit, lignit, dan cangkang fosil dengan sisipan serpih

serta batuan gamping.

Sumur MHN-12 sudah terproduksi dengan menggunakan

artificial lift atau pengangkatan buatan metode electrical submersible

pump. Laju alir produksi (Qactual) Sumur MHN-12 adalah 647,9 BFPD

dengan water cut 98 % dan pompa terpasang pada Sumur MHN-12 adalah

IND-1300 / 50Hz / 119 stage. Produksi sumur ini terbilang cukup rendah

oleh karena itu dilakukan analisa laju potensi produksi sumur dan

optimasi terhadap pompa supaya produksi dapat berlanjut sehingga life

time pompa diharapkan dapat lebih lama.

5.1.1 Data Sumur

Tabel 5.1 Data reservoir


Data Reservoir Sumur MHN-12

Pressure reservoir (Pr) 1501 Psi

Pressure well flowing (Pwf) 1114 Psi

Pressure bubble point (Pb) 1032 Psi

Bottom hole temperature 122 oF


37

Casing pressure (Pc) 21,30 Psi

Well head pressure 42,6 Psi

Tabel 5.2 Data Produksi


Data Produksi Sumur MHN-12

Laju alir (Qgross) 647,9 BFPD

Water cut 98 %

Oil Cut 2%

Laju alir minyak (Qoil) 12,9 BOPD

Gas oil ratio 19 scf/stb

Tabel 5.3 Data Propertis fluida


Data Propertis Fluida Sumur MHN-12

Oil specific gravity 0,960

Gas specific gravity 0,670

Water spesific gravity 1,01


o
API oil 15

Tabel 5.4 Data Sumur


Data Sumur Sumur MHN-12

Well depth 2691,3 ft

Perforation
- Top perforation 2145, 7 ft
- Mid perforation 2153,9 ft
- Buttom perforation 2162,1 ft
Casing string
- Conductor casing : 30” ; 164 ft
- Surface casing : 19 5/8” ; 589 ft
- Intermediate casing : 13 3/8” ; 1409,3 ft
38

: 9 5/8” ; 1989,3 ft
- Production casing : 7” ; 2691,3 ft

Tabel 5.5 Data ESP Terpasang


Type Esp terpasang EJP IND-1300

PSD, ft 2138,5

TDH, ft 1501,2

Jumlah Stage 119

DFL,ft 1585,5

Gambar 5.2 Well Profile sumur MHN-12


(Sumber: Doc. Lapangan PT. Sarana GSS Trembul)
39

5.2 Hasil

5.2.1 Penggambaran Kurva IPR

Disaat melakukan penggambaran kurva IPR, dilakukan terlebih

dahulu dalam menentukan kemampuan suatu sumur untuk berproduksi

sebagai berikut.

a. Menghitung Productivity Index

Qgross
PI =
(Pr-Pwf)

647,9
=
(1501-1114)

= 1,67 BPD/PSI

Setelah mengetahui PI, Selanjutnya melakukan langkah-langkah

dalam menggambar kurva IPR. Penentuan penggambaran kurva IPR

berdasarkan kondisi Pr > Pb yaitu undersaturated reservoir dan Pwf > Pb.

b. Menghitung Qb

Qb = PI (Pr – Pb)

= 1,67 (1501 – 1032)

= 783,23 BFPD

c. Menghitung Q Max

𝑃𝐼 𝑥 𝑃𝑏
Q max = Qb + ( )
1,8

1,67 𝑥 1032
= 783,23 ( )
1,8

= 1740,7 BFPD
40

Dengan ditentukan Qmax dapat ditentukan langkah selanjutnya

yaitu menghitung Q terhadap Pwf asumsi dari 0 sampai nilai Pr.

c. Menghitung Qo

𝑃𝑤𝑓 𝑃𝑤𝑓 2
Qo = Qmax [1 − 0,2 − 0,8 ( ) ]
𝑃𝑟 𝑃𝑟

Tabel 5.6 Perhitungan Q terhadap Pwf assumsi Sumur


Pwf (psi) Qo (BFPD)
1501 0,00
1350 179,44
1200 482,37
1032 783,23
900 991,14
750 1196,98
659,5 1305,51
450 1511,56
300 1620,30
150 1696,68
0 1740,70

Kesimpulan pada Tabel 5.6 bahwa semakin besar tekanan alir dasar

sumur (Pwf) maka akan semakin kecil laju alir produksi yang diperoleh dan

sebaliknya.

Setelah pembuatan tabel Q terhadap Pwf asumsi, maka mulai

pembuatan Kurva Ipr dengan memplot data Tabel 5.6 Perhitungan Q terhadap

Pwf assumsi Sumur MHN-12.


41

Sumur MHN-12
Pwf = 1114 psi 1600
Qactual
Pb = 1032 psi 1400
1200 Qb Vs Pb
Pwf (psi)

1000
800
600
400
200
0
0 500 1000 1500 2000
Q (BFPD)
Qact = 647,9 BFPD Qb = 783,23 BFPD

Gambar 5.3 Kurva IPR Dua Fasa pada konsisi Qactual


Sumur MHN-12
1600

Pb = 1032 psi 1400


1200 Qb Vs Pb
Pwf (psi)

Pwf = 659,5 psi


1000
800 Qoptimal

600
400
200
0
0 500 1000 1500 2000
Q (BFPD)
Qb = 783,23 BFPD Qo = 1305,51 BFPD

Gambar 5.4 Kurva IPR Dua Fasa pada Konsisi Qactual

Penentuan laju produksi yang diinginkan untuk optimasi adalah

dengan meningkatkan laju produksi menjadi 75% dari kemampuan produksi

sumur. Perencanaan ulang laju produksi optimal ini dilakukan sesuai kurva
42

inflow performance relationship dari Gambar 5.3 dapat ditentukan bahwa

laju produksi optimum yang dapat diproduksikan oleh sumur adalah:

1) Penentuan Qoptimum

Qoptimum = 75 % x 1740,7 bfpd

Qoptimum = 1305,5 bfpd

Tabel 5.7 Penentuan Laju Alir Optimum


Sumur Qaktual, bfpd Qmax, bfpd % Qopt Qopt,bfpd Pwf,Psi

MHN-12 647,9 1740,7 75 1305,5 659,5

5.2.2 Evaluasi Pompa Terpasang Pada Sumur MHN-12

Perhitungan evaluasi ESP terpasang akan dilakukan dengan

langkah-langkah sebagai berikut.

A. Menghitung Gradient fluida

a. Specific Gravity fluida = (1-Wc x SgOil) + (Wc x Sg W)

= (1 – 0,98) x 0,960 + (0,98 x 1,01)

= 1,049

b. Gradient fluida = 0,433 x Specific Gravity

= 0,433 x 1,049

= 0,454 Psig/ft

B. Menghitung Pump Intake Pressure (PIP)

PIP = Pwf – (𝐿𝑝𝑒𝑓 − 𝐿𝑠𝑒𝑡 ) 𝑔𝑟𝑎𝑑𝑙

= 1114 – (2153,9 – 2138,6) x 0,412

= 1107,05 Psi
43

C. Penentuan Total Dynamic Head (TDH)

100 1,885 𝑞1,85


a. Friction Loss = 0,2083x ( ) 𝑥( )
𝑐 𝑖𝑑𝑡𝑢𝑏𝑖𝑛𝑔4,86

647,91,85
100 1,885 34,3
= 0,2083x (120) 𝑥( 4,86 )
2,441

= 0,28 ft/1000

b. Hf/1000 = (Friction Loss x PSD) / 1000

2138,5
= 0,28 x 1000

= 0,6 ft
𝐿𝑠𝑒𝑡 𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑑𝑜 +𝐶𝐻𝑃−𝑃𝐼𝑃
c. 𝐿𝑑𝑦𝑛 = 𝑔𝑟𝑎𝑑0

(2138,5 𝑥 0,454)+(21,30−1107,69 )
= 0,454

= 1052,1 ft
2,31
d. Total Dynamic Head = x (WHP – CHP ) + ldyn + Hf
𝑆𝐺𝑙

2,31
=0,952 𝑥 (42,16 − 21,30)+1052,1+0,6

= 1103,3 ft
44

26

49

0,27

Gambar 5.5 Pump Performance Catalog IND-1300 Actual


(Sumber: Doc. PT. Sarana GSS Trembul)

A. Menentukan effisiency(% )pompa

Berdasarkan pump performance catalog diatas nilai effisiensi

pompa dapat dilihat pada grafik pump performance curve. Laju produksi

actual dapat ditarik ke atas untuk dipotongkan dengan kurva pump

efficiency didapat nilai effisiensi pompa sebesar 49%.

Tabel 5.8 Hasil Evaluasi Pompa ESP Terpasang Sumur MHN-12


Tipe PSD Stage PIP TDH Head/ Freq, EP, Hp
St Hz %
IND-1300 2138,5 119 1107,69 1103,3 26 ft 50 49 0,27

ft Psi ft
45

Selain menentukan effisiensi, hal terpenting yang harus dilakukan

adalah evaluasi kondisi pompa berdasarkan laju produksi. Laju produksi

harus berada di dalam operating range pump terpasang.

B. Penentuan Kondisi Pompa

Evaluasi laju produksi terhadap kinerja pompa dilakukan dengan

membandingkan laju produksi aktual dan laju produksi optimum

terhadap recommended operating rate yang dapat dilihat di pump

performance curve pada pompa yang digunakan pada sumur sesuai

frekuensi. Setiap pompa memiliki batas recommended operating range

tersendiri sesuai dengan tipenya. Pump performance curve untuk pompa

IND 1300 pada frekuensi 50 Hz ditampilkan pada Gambar 5.4.

Dari Gambar 5.4 pada pompa terpasang IND-1300 50 Hz, batas

nilai recommended operating range adalah 700 - 1650 BFPD. Dengan

ROR IND-1300 terhadap laju produksi actual dapat dilihat bahwa terjadi

downthurst, yaitu laju produksi aktual berada diluar ROR dilihat dari hal

tersebut maka pompa bekerja pada kondisi dimana impeller bagian

bawah bersinggungan dengan diffuser sehingga merusak impeller.

Idealnya pada kondisi operating range, dimana impeller akan berputar di

tengah-tengah diffuser.

Laju produksi optimal yang diinginkan adalah sebesar 75% dari

laju produksi maksimum, yaitu 1305,5 BFPD. Pompa yang terpasang

dengan tipe IND-1300 50 Hz dengan kapasitas 700 - 1650 BFPD masih


46

dalam ROR dari rate yang diinginkan, maka pompa tersebut tetap dapat

digunakan.

Berdasarkan analisa diatas, pompa yang terpasang di sumur

MHN-12 dilakukan peningkatan laju produksinya supaya tidak merusak

komponen pompa dan peralatan yang lain. Maka langkah selanjutnya

dilakukan analisa perencanaan ulang pompa guna mendapatkan setting

pompa baru sebagai pompa desain yang sesuai dengan produktifitas

formasi dan operating rate pompa sehingga berproduksi secara optimum.

5.3 Optimasi Pompa ESP pada Sumur MHN-12

Optimasi pada Sumur MHN-12 dilakukan karena sumur ini

mempunyai laju produksi actual di luar recommended operating range,

sedangkan pada laju optimum masuk kedalam recommended operating

range pompa yang sudah terpasang. Tahapan perencanaan ulang pompa

ESP pada sumur MHN-12 tanpa melakukan pergantian pompa baru

dilakukan dengan penentuan sebagai berikut :

a. Penentuan PSD optimum

b. Pemilihan stage sesuai dynamic head (TDH)


47

19,5
61

0.30

Gambar 5.6 Pump Performance Curve IND-1300 Optimum


(Sumber: : Doc. PT. Sarana GSS Trembul)

Berdasarkan rate design 1305,6 BFPD untuk performance curve

IND-1300 bisa di lihat pada Gambar 5.5 Dari gambar di atas, diperoleh data

– data sebagai berikut :

1. Head/stage = 19,5 ft

2. HP/stage = 0,30 hp

3. EP % = 61 %

1) Penetuan Pump Setting Depth Optimum

Pump setting depth optimum ditentukan untuk menandakan bahwa

pompa yang dipilih dapat menghisap fluida dari dalam sumur dengan effisien

yang optimal.

a. Penentuan DFL
𝑃𝑊𝐹
DFL = Dmid Perfo - ( 𝐺𝐹
)
48

659,51
= 2153,9 - ( 0,454 )

= 885,2 ft

b. Perhitungan Pump Setting Depth Minimum dan Maksimum


𝑃𝐶
PSD Min = DFL + (𝐺𝐹)

21,30
= 885,2+ (0,454)

= 932,11 ft
𝑃𝐶
PSD Max = Dmid Perfo - (𝐺𝐹)

21,30
= 2153,9 - (0,454)

= 2106,98 ft

PSD Optimum = PSD Min < PSD Opt < PSD Max

PSD Optimum = DFL + 500

= 885,2 + 500

= 1385,2 ft

2) Penentuan Pump Intake Pressure

PIP = Pwf – (𝐿𝑝𝑒𝑓 − 𝐿𝑠𝑒𝑡 ) 𝑔𝑟𝑎𝑑𝑙

= 659,51 – (2153,9 – 1385,2) x 0,454

= 310,52 Psig

3) Penentuan Total Dynamic Head (TDH)

100 1,885 𝑞1,85


1) Tubing Friction Loss(HF) = 0,2083x ( ) 𝑥( )
𝑐 𝑖𝑑𝑡𝑢𝑏𝑖𝑛𝑔4,86

1305,51,85
100 1,885 34,3
= 0,2083x (120) 𝑥( 4,86 )
2,441

= 0,57 ft/1000
49

2) Hf/1000 = (Friction Loss x PSD) / 1000

1385,2
= 0,57 x 1000

= 0,79 ft
𝐿𝑠𝑒𝑡 𝑥 𝑔𝑟𝑎𝑑𝑜 +𝐶𝐻𝑃−𝑃𝐼𝑃
3) 𝐿𝑑𝑦𝑛 = 𝑔𝑟𝑎𝑑0

1385,2 𝑥 0,454+21,30−310,52
= 0,454

= 1063,7 ft
2,31
4) Total Dynamic Head = x (WHP – CHP ) + ldyn + Hf
𝑆𝐺𝑙

2,31
=0,952 𝑥 (42,1 − 21,30)+1063,7+ 0,79

= 1115,1 ft

5) Penentuan Jumlah stage

Head Capacity = 19,5 ft


𝑇𝐷𝐻
Jumlah stage =( 𝐻𝑒𝑎𝑑 𝑐𝑎𝑝𝑎𝑐𝑖𝑡𝑦 ) + 10

1115,1
=( ) + 10
19,5

= 68 Stages

Bhp = Hp x Jumlah stage x Sgl

= 0,30 x 68 x 0,952

= 20 hp/stage
50

Tabel 5.9 Hasil Perhitungan Perencanaan Ulang Pompa ESP


Tipe PSD Jumlah PIP TDH Head/ Freq, EP, Hp

Stage St Hz %

IND- 1385,2 68 310,52 1115,1 19,5 60 61 0,30

1300 ft Psi ft ft

Tabel 5.10 Kenaikan Laju Produksi Perencanaan Ulang Pompa


Qmax, %Q Kenaikan
Sumur Qact, bfpd Q opt, bfpd
bfpd opt rate, bfpd

MHN-12 647,9 1740,7 75 1305,5 657,6

5.4 Pembahasan

Berdasarkan hasil perencanaan ulang yang telah dilakukan, hasil

parameter pompa terpasang dan optimasi pada sumur MHN-12 dilihat

pada Tabel 5.11.

Tabel 5.11 Perbandingan Pompa Terpasang dan Optimasi


Parameter Pompa Terapasang Optimasi

Jenis IND-1300 IND-1300

Pump Setting Depth 2138,5 1385,2

(PSD)

Total Dynamic Head 1501,2 1115,5

TDH (ft)

Jumlah Stage 119 68

Frekuensi (Hz) 50 60
51

Qgross(bfpd) 647,9 1305,5

Qoil (bopd) 12,9 26,1

Hp 0,25 0,30

Head/Stage 26 19,5

Berdasarkan hasil perencanaan ulang electrical submersible pump

diatas diperoleh tekanan dasar sumur (Pwf) 659,51 Psi dengan pump intake

pressure (PIP) sebesar 310,52 psi. Sedangkan untuk total dynamic head

(TDH) optimum untuk pompa dapat beroperasi dengan baik pada kedalaman

1115,5 ft dengan head/stage 19,5 stage/ft.

Dari hasil perhitungan perencanaan ulang tersebut didapat laju alir

sebesar 1305,5 BFPD dengan kenaikan laju alir sebesar 657,6 BFPD terhadap

laju alir aktual sehingga dapat dilihat dari grafik pump performance curve

untuk tipe pompa IND-1300. Dimana laju produksi optimum dapat ditarik

keatas untuk dipotong dengan curve pump effisiency lalu didapatkan nilai

effisiency sebesar 61%.

Dilihat dari hasil perkiraan DFL setelah dilakukannya perhitungan

optimasi pada kedalaman 885,2 ft dan dilihat dari nilai productivity index

yang tinggi Sumur MHN-12 dapat beroprasi maximal apabila dilakukan

stimulasi terhadap sumur terlebih dahulu pada reservoir dikarenakan

permasalahan pada Sumur MHN-12 tidak hanya pada pompa yang terpasang,

namun terdapat indikasi bahwa Sumur MHN-12 juga terdapat masalah pada

reservoir-nya.
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Hasil dari pembahasan Tugas Akhir yang telah dilakukan dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Laju produksi maximal (Qmax) pada Sumur MHN-12 berdasarkan

analisa kurva IPR metode vogel adalah 1740,7 BFPD. Diperoleh laju

produksi optimal 75% dari Qmax yaitu sebesar 1305,5 BFPD.

2. Pompa ESP terpasang sebelum dilakukan optimasi memiliki pump

setting depth (PSD) 2138,5 ft, total dynamic head (TDH) 1501,2 ft,

jumlah stage 119, frequency 50 Hz, head/stage 26 ft. Pompa ESP

setelah dilakukan optimasi memiliki pump setting depth (PSD) 1385,2

ft, total dynamic head (TDH) 1115,5 ft, jumlah stage 68, frequency

60 Hz, head/stage 19,5 ft.

3. Kapasitas produksi yang dihasilkan oleh Sumur MHN-12 setelah

dilakukan optimasi adalah 1305,5 BFPD dengan water cut 98%

sehingga peningkatan produksi minyak (gain production) yang akan

diperoleh sebesar 26,1 BOPD.

6.2 Saran

6.2.1 Untuk Institut Teknologi Petroleum Balongan

1. Lebih baik dalam melayani mahasiswa terutama dalam menangani

masalah tugas akhir.

2. Lebih memperjelas regulasi bimbingan supaya selesai tepat waktu.

52
53

6.2.2 Untuk Perusahaan

1. Lebih sering untuk pembimbing perusahaan mengajak mahasiswa ke

lokasi lapangan ,dikarenakan mahasiswa memperlukan penyesuaian

terhadap Tugas akhir agar lebih memahami kondisi dilapangan dan

mendapatkan ilmu baru mengenai pengoprasian electrical

submersible pump.

2. Menyediakan data yang lengkap agar tidak terlalu sering mengganggu

waktu pembimbing lapangan untuk bertanya masalah data yang

kurang.
LAMPIRAN
DAFTAR PUSTAKA

Brown, Kermit E. 1980. The Tecnology of Artifical Lift Methode Volume 2b dan 4.

Tulsa : Petroleum Publish Co.

Fitriani. 2013. “Perencanaan Pengangkatan Buatan dengan Sistim Pemompaan

Berdasarkan Data Karakteristik Reservoir”. Riau : Universitas Islam Riau

Guo, Boyun. 2007. Petroleum Production Engineering. Oxford : Gulf

Profesional publishing

Hughes Baker. 2014. Submersible Pump Handbook 11th edition. Oklahoma : A

Baker Hughes Company

Sari, Bella Puspita. 2014. “ESP Problem and Troubleshooting”. Riau : Universitas

Islam Riau.

Schlumberger. 2017. REDA Electrical Submersible Pump System Technology

Catalog. Houston Texas

Sugiharto, Agus. 2005. “Optimasi Produksi Lapangan Minyak Menggunakan

Metode Artificial lift dengan ESP pada Lapangan Terintegrasi”. Forum

Teknologi

Takacs, Gabor 2009. Electrical Submersible Pump Design, Operation, and

Maintenace. Oxford : Gulf Profesional Publishing.

Anda mungkin juga menyukai