Anda di halaman 1dari 8

AWAL SEBUAH KISAH

Pengabdian kepada masyarakat. Ya, kami melakukan pengabdian masyarakat pada


tanggal 19 Januari 2023. Tepat setelah pergantian tahun 2022 kami mengabdikan diri ke sebuah
Dusun yang terletak di dalam Kabupaten Gunung Kidul. Lebih tepatnya kami mengabdikan diri
di Dusun Semuluh Lor, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunung Kidul.

Jauh sebelum itu, sebulan sebelum


penerjunan kami memutuskan untuk bertemu
dengan satu sama lain anggota untuk mengenal
lebih dahulu. Kami mengumpulkan segala
informasi yang bisa kita dapatkan demi
keberlangsungan pengabdian kita di Dusun
Semuluh Lor. Informasi demi informasi
terkumpul. Mulai dari letak geografis, kondisi
medan, hingga kekayaan alam yang dimiliki
Dusun Semuluh Lor.

Hari berlalu, tak terasa kami semakin dekat dengan hari penerjunan. Dalam hati kami
seakan berdebar kencang karena antusias yang sangat tinggi untuk mengabdi kepada masyarakat
bercampur aduk dengan ketakutan kami jika kedepannya tidak bisa memberikan hasil seperti
yang diharapkan oleh masyarakat Dusun Semuluh Lor. Namun, semua itu harus dihadapi dengan
semangat yang tinggi. Hari semakin dekat kami mempersiapkan semua logistik yang diperlukan
tidak hanya itu kami tidak melupakan hal terpenting, yaitu “mental”.

Sekilas bayangan kami tentang Dusun Semuluh Lor berbekal informasi yang kami
dapatkan yaitu indahnya alam nuansa pedesaan, bukit bukit mengelilingi, hijaunya sawah dan
perkebunan yang akan memanjakan mata kami. Semoga saat kami tiba di Dusun Semuluh Lor
semua akan sesuai ekspektasi yang ada dibenak kami.
Hari itupun tiba. Hari dimana kami akan terjun menuju lokasi yang mungkin entah
berantah bagi Sebagian orang dikelompok kami, karena kebanyakan dari kami tidak berdomisili
Yogyakarta. Bukan, bukan dihari kamis 19 Januari 2023 kami berangkat. Kami memutuskan
untuk berangkat lebih awal yaitu ditanggal 18 Januari 2023. Semua ini dilakukan agar kami bisa
lebih siap untuk melakukan pengabdian.

Perjalanan kami mulai disiang hari. Namun itu ternyata sebatas rencana karena pick up
yang akan membawa barang barang kami sedikit terlambat sehingga membuat kami harus
berangkat di sore hari. Tepat setelah ibadah sholat asar kami berangkat Bersama menuju Dusun
Semuluh Lor berboncengan satu sama lain. Perjalanan yang lumayan jauh membuat kami sedikit
kualahan karena keadaan jalan lumayan padat sore itu. Meter demi meter, kilo demi kilometer
kami tempuh Bersama tak terasa seakan sudah dekat dengan lokasi pengabdian kami. Namun
tepat sebelum sampai lokasi ada hal yang mengganjal pada badan teman teman. Kami
memutuskan untuk berhenti sejenak dan memeriksanya. Ternyata semua mengalami hal yang
sama, yaitu kelaparan. Tak jauh dari lokasi kami berhenti kami bersyukur sekali mendapati temat
makan yang biasa kita jumpai di dekat kampus, yaitu ayam goreng cepat saji. Sore itu kami
makan Bersama sebelum melanjutkan perjalanan menuju lokasi pengabdian.

Perjalanan dimulai Kembali. Kurang lebih 15 sampai 20 menit kita sudah sampai
dilokasi. Kala itu waktu menunjukkan pukul 18.00 WIB. Sejenak kami mengingat Kembali
medan perjalanan kami tadi. Karena kami datang saat petang tidak terlalu terlihat apa yang kami
bayangkan tentang pemandangan yang ada di Semuluh Lor. Namun, dari apa yang kami lewati
yaitu perbukitan dan hamparan ladang yang luas memberikan kita sedikit harapan jika semua
akan sesuai ekspektasi diawal. Terlepas dari apa yang kami harapkan tentang pemandangan yang
disuguhkan,ada satu hal yang cukup mengagetkan kami, yaitu salah satu teman kami yang
ternyata sudah sampai terlebih dahulu. Dia dan warga Semuluh Lor menyambut kami dengan
hangat. Senja itu tanpa banyak bicara para warga yang datang menyambut kami langsung
membantu menurunkan barang barang bawaan kami dari pick up. Tak memakanwaktu lama
barangpun sudah siap semua di rumah yang nanti akan kita tinggali kurang lebih satu bulan
lamanya. Pak dukuh dan pemilik rumah yaitu bu Rahmi menyambut kita dengan jamuan kala itu.

Tak lama setelah mencertiakan perjalanan kami pak dukuh pamit karena hendak
menghadiri yasinan dimalam itu. Kami yang tak tau lantas bertanya pada pak dukuh.
“siapa yang meninggal pak?” tanya Alfian

“semalam ada yang meninggal dari RT 01. Baru siang tadi dikuburkan ini saya mau yasinan
dulu. Kalian istirahat saja, besok baru ikut yasinannya ya!” jawab pak dukuh.

Mendengar berita itu seketika membuat kami saling bertukar pandang. Karena menurut
informasi yang kami kumpulkan sebelum terjun ke lokasi, kami mendapati sebuah berita bahwa
Kabupaten Gunung Kidul memiliki tingkat bunuh diri yang tinggi. Malam itu saat mendengar
berita tersebut sontak tersirat dibenak untuk bertanya sebab kematian. Namun, setelah dipikir
piker mungkin bukanlah hal yang sopan jika awal kedatangan kami langsung menanyakan hal
tersebut. Tak lama sebelum meninggalkan rumah tinggal kami pak dukuh berkata.

“ini nanti ada pemuda pemudi lain yang juga pengabdian mungkin besok datang siang siang”

Untuk kedua kalinya kita bertukar pandang. Namun kali ini kami cukup paham dari tatapan satu
sama lain yang sedikit campur aduk mengartikan kesenangan dengan adanya teman baru yang
ikut serta dalam perjalanan selama sebulan mengabdi pada Semuluh Lor namun ada juga sedikit
percikan persaingan yang mana akan ada pembanding antara kami dengan mereka. Namun kami
tak ingin berfokus pada hal hal itu kami hanya ingin fokus mengabdi dan memberikan yang
terbaik.

Tak lama setelah pak dukuh meninggalkan rumah tinggal kami, Bu Rahmi selaku pemilik
rumah juga meninggalkan kami dan mempersilahkan kami untuk istirahat. Ternyata Bu Rahmi
tidak tinggal dirumah yang kami tempati, namun tinggal di rumah sebrang. Suasana hening
seketika terjadi.

“yuk tidur yuk! Besok bangun pagi lho jangan pada kesiangan ya!” seru wandy memecah
keheningan.

“yuk,yuk ngantuk juga nih capek boyoknya”. Jawab lauren sambil memegangi pinggul berjalan
kearah kamar Wanita.

Malam terasa lebih berat hari itu. Mencoba beradaptasi dengan suasana baru, orang orang baru
dan keadaan kami yang sudah cukup Lelah membuat kami memutuskan untuk langsung istirahat.
Demi menyambut hari esok dimana kami akan melaksanakan penerjunan di Balai Desa agar
dapat melaksanakan dengan penuh semangat yang membara.
MALAM PERPISAHAN

Tak asing rasanya apa yang kami alami kala itu. Karena, sudah kurang lebih satu bulan
lamanya rasa ini selalu menemani kami dalam memulai aktivitas. Apalagi jikalau bukan
hangatnya Mentari pagi Semuluh Lor. Bukan hanya itu selain indahnya Mentari suasana
pedesaan yang tiada duanya membuat kami merasa tingkatan ketengangan yang luar biasa. Suara
ternak ternak yang ada disekeliling rumah singgah, gesekan daun yang tertiup angin hingga sapa
sapa para warga yang berpapasan dijalanpun menghiasi pagi kami.

Mungkin terlalu menikmati suasana pagi itu membuat kami sedikit terlena dan lupa akan
suatu hal yang ternyata sungguh mengejutkan.Tidak terasa, tidak terduga, pagi ke pagi, siang ke
siang, malam ke malam sudah kami lewati bersama sama diSemuluh Lor ini selama satu bulan
lamanya. Nikmatnya suasana pagi sedikit ternodai oleh perasaan bimbang kala itu. Kami
bingung apa yang terjadi dalam diri kami. Senang? Mungkin. Sedih? Jelas. Disatu sisi senang
karena akan pulang ke daerah masing masing dan bertemu dengan keluarga. Namun disisi yang
lain kami merasa sedih dengan kenyataan kami harus meninggalkan masyarakat Semuluh Lor.
Bukan! Bukan masyarakat melainkan keluarga baru kami di Dusun Semuluh Lor.
Haru, meski hari belum berlalu, pagi juga masih baru. Namun itu kata yang mungkin
menggambarkan kami, 10 pemuda pemudi yang mengabdi, berjuang melalui senang dan sedih
Bersama keluarga kami di Dusun Semuluh Lor. Sesaat kami termenung dipagi itu mencoba
memahami sesuatu yang sebenarnya selalu berkaitan. Seperti apa yang kami rasakan. Ya, senang
dan sedih seakan memberi kami sedikit pengertian bahwa hitam putih kehidupan berlaku pada
segala hal. Awal pasti ada akhir, terbit pasti akan tenggelam dan juga bertemu pasti juga ada
berpisah.

Sabar dan sadar mungkin 2 hal yang perlu kami terapkan diawal pagi yang campur aduk
ini. Sabar dengan apa yang kami rasakan karena apapun itu kami tetap keluarga dan perpisahan
ini bukan berarti kami berakhir disini. Sadar adalah kata yang seharusnya kami fokuskan sejak
dari awal karena kami punya tanggung jawab besar hari ini. kami mungkin lupa jika malam ini,
akan menjadi malam perpisahan kami. Kami berencana untuk melakukan acara kecil kecilan
Bersama warga Dusun Semuluh Lor untuk melakukan kembulan. Kembulan adalah salah satu
kebiasaan warga Semuluh Lor yakni makan Bersama sama dengan beralaskan daun pisang.
Duduk mengitari daun pisang dengan menu yang seadanya namun begitu hangat terasa. Tidak
perduli mewah atau sederhana menu yang disantap selama kami melakukannya Bersama pasti
tetap membuahkan tawa Bahagia.

Pagi tetap berlangsung seperti pagi-pagi biasanya. Pagi diawali dengan bagi tugas.
Pemudi-pemudi ditugaskan untuk masak Bersama ibu-ibu di balai dusun. Sedangkan pemuda
bersih-bersih dan mempersiapkan tempat untuk keberlangsungan acara malam nanti. Rencana
menu malam ini yaitu menyajikan tumpeng dengan menu ikan laut yaitu ikan salem. Kisah
dibalik ikan salem sendiri cukup menarik. Pada saat kegiatan posyandu bapak-bapak yang
dilakukan malam hari pada tanggal 9 febuari 2023 para bapak-bapak warga Semuluh Lor
seketika menggerombol duduk melingkar seakan mendiskusikan sesuatu. Tak lama setelah itu
para bapak-bapak membuka obrolan diwakili oleh pak RT 02.

“mas,mbak, jadi gini kami dari warga Semuluh Lor mau nanya besok acara perpisahan itu kira-
kira mau dilakukan seperti apa ya?” tanya pak RT 02

“ini pak, kami rencana mau ngadain makan Bersama warga pak. Acaranya mau tumpengan”
jawab Alfian
“oh gitu mas jadi ini kami dari warga Semuluh Lor kan sudah menganggap kit aini keluarga jadi
kami juga mau bantu untuk kelancaran acara itu. Rencananya kalau tumpengan berarti besok mas
mbaknya nyiapin tumpengnya aja. Biar nanti urusan perlaukan biar kita dari warga.” Ucap pak
RT 02

“lho apa nggak papa toh pak kalau begitu?” saut Surya bertanya.

“engga papa mas kita kan warga sini juga menikmati jadi biar semua kita sama sama” ujar Pak
RT 02.

Begitulah asal muasal ikan salem seberat 30kg menjadi menu kami malam ini. sembari memasak
ikan dan menu-menu lainnya kami bercengkrama dengan ibu-ibu. Bukan dapur yang mewah dan
modern malahan bisa dibilang dapur balai adalah dapur tradisional yang masih menggunakan
kompor kayu bakar. Sekali lagi kemewahan bukanlah hal yang wah diSemuluh Lor, melainkan
kebersamaan.

Hari terus berlangsung para pemudi dan ibu-ibu repot memasak dibalai dusun sedangkan
para pemuda meyiapkan lokasi, seperti gelar tikar, pasang layear dan proyktor juga melakukan
check sound. Meskipun padat namun hari seakan bergulir dengan cepat tiba-tiba Mentari
tenggelam dan malam pun mulai menyelimuti langit Semuluh Lor. Perasaan tegang bercampur
haru semakin pekat menyelimuti hati kami. Namun, tiba-tiba ditengah persiapan kami, langit
bergemuruh tanpa gerimis langit langsung menurunkan hujan lebat. Seketika kami takut nanti
tidak akan ramai atau mungkin bapak-bapak dan ibu-ibu tidak bisa hadir, terutama anak-anak
yang besoknya harus sekolah. Waktu menunjukkan pukul setengah delapan malam, belum ada
tanda-tanda dari warga untuk meramaikan acara. Menit demi menit, jampun bergulir tiba-tiba
terlihat dari kejauhan barisan orang yang hanya terlihat siluetnya muncul dari kegelapan.
Ternyata warga datang berbondong-bondong bersamaan. Ada yang menggunakan paying, jas
hujan hingga caping. Seketika ternyuh dan terharu, para warga tetap datang walaupun huja
mengguyur langit malam Semuluh Lor.

Para warga yang datang langsung memposisikan diri dengan duduk rapih ditikar yang
kami gelar. Pak Dukuh pun juga datang dengan payung lebarnya menghampiri kami dan berkata.

“le, iki pak Lurah ketok e ora iso melu. Mau anak e telfon aku jare bapak lagi check up.” Ujar
pak Dukuh
Sangat disayangkan namun jika keadaan memang seperti itu apa boleh buat. Meski Pak Lurah
tidak dapat meramaikan acara, kami tetap Bahagia melihat antusias warga yang tetap datang
walau hujan lebat mengguyur.

Satu persatu warga duduk dan mulai memenuhi balai. Tatapan kami langsung tertuju
pada Pak Dukuh yang ternyata memberi kami kode bahwa acara siap dimulai. Rei dan Tata
sebagai pembawa acara pun tanggap dan langsung membuka acara. Acara pertama dimulai
dengan sambutan dari kami para pengabdi masyarakat. Haru mulai terasa disambutan kami yang
sebenarnya adalah salam perpisahan. Alfian mengakatan hal cukup mengena malam itu.

“mungkin ini acara perpisahan kami, tapi harapannya semoga ini juga menjadi awal dari
terjalinnya silaturahmi antara kami ya pak, buk.” Ucapnya malam itu.

Mungkin apa yang dikatakannya benar. Ini bukanlah akhir, ini justru menjadi awal dari kami
untuk menjalin silaturahmi kedepannya.

Selesai sambutan dari Alfian tiba-tiba ada cahaya muncul dari kejauhan. Mobil hitam parkir
didepan balai dusun. Semua mata memandang siapakah itu. Seorang pria turun dari mobil
menggunakan celana jeansnya. Dia berjalan mendekati balai dan masuk. Ternyata pak lurah.
Sungguh sebuah kejutan pak lurah datang di acara kami. Pembawa acara langsung memberi
waktu pak lurah untuk memberikan sepatah dua patah kata karena takut beliau tidak punya
banyak waktu.

Acara terus bergulir dan bergulir dilanjutkan dengan pemutaran video selama kami
tinggal disini. Video diputar, warga yang melihat sungguh bersemangat. Senyuman dari wajah-
wajah mereka mulai mekar melihat para bapak dan ibu-ibu yang masuk dalam video kami. Tawa
mulai menggema dibalai dusun malam itu. Video telah usai namun tawa mereka membuahkan
percakapan-percakapan lucu setelahnya. Beluk selesai mereka berbincang tiba-tiba pembawa
acara menarik perhatian.

“pak,bu. Kami ada pantun nih! Siang panasnya pasar bubar, langsung ke laut cari ikan. Kayanya
udah pada lapar, ayo kita makan!”

Daun pisang keluar dari dapur balai dusun, para warga langsung duduk melingkar mengitari
daun pisang. Nasi, lauk, sambal dan juga tumpengpun keluar. Melihat itu warga seakan tak sabar
untuk menyantapnya. Namun pak dukuh langsung tanggap dan mengambil tumpeng. Pak Dukuh
menarik perhatian dan memotong tumpeng dan diserahkan ke perwakilan kami untuk simbolis
acara makan Bersama dapat dimulai. Malam itu ditutup dengan suasana yang menyenangkan.
Tawa dan canda menutup malam itu.

Sungguh hari yang berkenang. Dari esok hingga petang semua dilakukan Bersama
dengan warga Dusun Semuluh Lor. Haru, canda dan tawa terjadi malam itu. Namun ada
beberapa hal yang harus kami hadapi kedepannya. Untuk sekarang apa yang bisa kami
simpulkan mungkin hanya satu hal.yaitu, Siapkan rindu cadangan setelah malam tenggelam
karna esok akan berpulang.

Anda mungkin juga menyukai