Anda di halaman 1dari 1

Biografi Abdul Moeloek – Pejuang Kemerdekaan Bidang Kesehatan di Tanah Lampung

Bandar Lampung- Siapa yang tidak pernah mendengar


nama Abdul Moeloek khususnyanya bagi masyarakat
Provinsi Lampung. Beliau adalah salah satu pejuang
kemerdekaan di Tanah Lampung di masa penjajahan
Jepang.

Dengan nama lengkap dr. Abdul Moeloek, lahir pada 10


Maret 1905 di Padang Panjang, Sumatra Barat. Beliau
adalah seorang pejuang ahli kesehatan di masa penjajahan
Jepang. Lalu Ia menikah dengan Poeti Alam Naisjah,
seorang perempuan kelahiran 1914 asal Solok, Sumatra
Barat. Pernikahan mereka dikaruniai lima orang anak.
Keturunannya di kemudian hari juga banyak yang
mengikuti langkahnya sebagai ahli kesehatan.

Sejak usia 12 tahun beliau sudah merantau ke Batavia (sekarang Jakarta) dan beliau pernah kuliah di Fakutas
Kedokteran Hewan Bogor, namun setahun kemudian pindah ke STOVIA di Batavia pada tahun 1932. Pada masa
pendudukan Jepang, ia pindah ke Semarang untuk menghindari misi pembunuhan para intelektual Indonesia yang
dilakukan pemerintahan pendudukan Jepang. Ia berkarier sebagai tenaga medis di Rumah Sakit Dr. Kariadi.

Monumen patung dr. H. Abdul Moeloek| foto: istimewa

Setelah beberapa tahun di Semarang ia memutuskan untuk


mengasingkan diri di Desa Winong, Kota Liwa, Lampung
Barat. Kota  Krui dan Liwa di Lampung Barat adalah
tempat pengabdian pertama Abdoel Moeloek di Lampung.
Lima tahun (1940 – 1945) menjadi dokter di sana,
sentuhan tangannya identik dengan kesembuhan orang
sakit. Kehadiran beliau di Krui dan Liwa telah membuka
kesadaran masyarakat mengenai  dunia medis.

Pada zaman perang kemerdekaan (1940 – 1945)  beliau


ditugaskan menjadi dokter untuk wilayah Lampung ( Krui dan Liwa) dan Sumatera Selatan (Muara Dua). Beliau pun
sempat diangkat sebagai ”Bupati Perang” di Liwa dengan pangkat Mayor Tituler.

Beliau adalah sosok sangat disiplin, pekerja keras, tegas, jujur, dan juga dekat pada masyarakat. Pada saat  militer
Jepang merekrut banyak warga untuk dijadikan romusa ( pekerja paksa yang tak dibayar ) di Palembang, misalnya,  
beliau  memiliki  trik khusus. Ketika  itu, banyak romusa yang tidak pulang lagi karena meninggal  dunia akibat sakit
atau kurang makan.

Setelah lima tahun bertugas  di Pesisir Barat Lampung – Sumsel, Abdoel Moeloek  kemudian ditempatkan di RS
Tanjungkarang (1945). Satu – satunya dokter  ketika  itu,  beliau  menjabat Kepala RS Tanjungkarang dan RS Tentara
Tanjungkarang, setelah kedua rumah sakit tersebut  diambil alih dari tangan Jepang.

Namanya kini diabadikan  menjadi nama salah satu  rumah sakit milik negara di Bandar Lampung  yaitu  Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) dr. Haji Abdul Moeloek.  Beliau  adalah direktur kelima Rumah Sakit Tanjungkarang
(sebelum diubah menjadi RSUD dr. Haji Abdoel Moeloek), dan paling lama memegang jabatan sebagai direktur  yaitu
selama 12 tahun, dari 1945 hingga 1957.

Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H. Abdul Moeloek (disingkat RSUDAM) adalah sebuah rumah sakit tipe A yang
terletak di Bandar Lampung. Rumah sakit ini berada di Jalan Dr. Rivai dan di bawah pengelolaan Pemerintah Provinsi
Lampung. RSUDAM saat ini menjadi RS rujukan tertinggi untuk rumah sakit di 15 kabupaten/kota di Provinsi
Lampung.

Beliau menghembuskan napas terakhir tahun  pada 1973, Abdoel Moeloek berpesan pada istri dan anak – anaknya
bahwa  beliau tidak ingin dimakamkan di Makam Pahlawan. Karena beliau beralasan agar pusarannya dekat dengan
masyarakat dan bisa dikunjungi kapan dan oleh siapa saja. Sedangkan apa bila dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan, keluarga dan kerabat hanya berziarah pada saat – saat tertentu saja  atau hari besar nasional. Atas wasiat itu,
sanak keluarga kemudian memakamkan jasadnya di Taman Permakaman Umum (TPU) Lungsir di Telukbetung Utara.

Anda mungkin juga menyukai