Biografi Abdul Moeloek
Biografi Abdul Moeloek
Sejak usia 12 tahun beliau sudah merantau ke Batavia (sekarang Jakarta) dan beliau pernah kuliah di Fakutas
Kedokteran Hewan Bogor, namun setahun kemudian pindah ke STOVIA di Batavia pada tahun 1932. Pada masa
pendudukan Jepang, ia pindah ke Semarang untuk menghindari misi pembunuhan para intelektual Indonesia yang
dilakukan pemerintahan pendudukan Jepang. Ia berkarier sebagai tenaga medis di Rumah Sakit Dr. Kariadi.
Beliau adalah sosok sangat disiplin, pekerja keras, tegas, jujur, dan juga dekat pada masyarakat. Pada saat militer
Jepang merekrut banyak warga untuk dijadikan romusa ( pekerja paksa yang tak dibayar ) di Palembang, misalnya,
beliau memiliki trik khusus. Ketika itu, banyak romusa yang tidak pulang lagi karena meninggal dunia akibat sakit
atau kurang makan.
Setelah lima tahun bertugas di Pesisir Barat Lampung – Sumsel, Abdoel Moeloek kemudian ditempatkan di RS
Tanjungkarang (1945). Satu – satunya dokter ketika itu, beliau menjabat Kepala RS Tanjungkarang dan RS Tentara
Tanjungkarang, setelah kedua rumah sakit tersebut diambil alih dari tangan Jepang.
Namanya kini diabadikan menjadi nama salah satu rumah sakit milik negara di Bandar Lampung yaitu Rumah Sakit
Umum Daerah (RSUD) dr. Haji Abdul Moeloek. Beliau adalah direktur kelima Rumah Sakit Tanjungkarang
(sebelum diubah menjadi RSUD dr. Haji Abdoel Moeloek), dan paling lama memegang jabatan sebagai direktur yaitu
selama 12 tahun, dari 1945 hingga 1957.
Rumah Sakit Umum Daerah Dr.H. Abdul Moeloek (disingkat RSUDAM) adalah sebuah rumah sakit tipe A yang
terletak di Bandar Lampung. Rumah sakit ini berada di Jalan Dr. Rivai dan di bawah pengelolaan Pemerintah Provinsi
Lampung. RSUDAM saat ini menjadi RS rujukan tertinggi untuk rumah sakit di 15 kabupaten/kota di Provinsi
Lampung.
Beliau menghembuskan napas terakhir tahun pada 1973, Abdoel Moeloek berpesan pada istri dan anak – anaknya
bahwa beliau tidak ingin dimakamkan di Makam Pahlawan. Karena beliau beralasan agar pusarannya dekat dengan
masyarakat dan bisa dikunjungi kapan dan oleh siapa saja. Sedangkan apa bila dimakamkan di Taman Makam
Pahlawan, keluarga dan kerabat hanya berziarah pada saat – saat tertentu saja atau hari besar nasional. Atas wasiat itu,
sanak keluarga kemudian memakamkan jasadnya di Taman Permakaman Umum (TPU) Lungsir di Telukbetung Utara.