Anda di halaman 1dari 29

Halo!

Diksi
Kelompok 3
J.S Badudu
Anggota kelompok

1. Abdul Haris Kahar (210332182)

2. Insan Bagus Karunia (210332130)

3. Juliarta Bancin (210321057)


Pembahasan

Makna Leksikal dan


01 Latar Belakang
02 makna gramatikal

Idiom bahasa
03 Relasi Makna
04 Indonesia dan
Gaya bahasa.
Biografi J.S Badudu
Prof. Dr. H. Jusuf Sjarif Badudu yang lebih dikenal dengan nama Jus BaduduBeliau adalah Guru Besar Linguistik di Universitas
Padjadjaran. Beliau juga dikenal luas masyarakat Indonesia sebagai pembawa acara Pembinaan Bahasa Indonesia (1974-1979) di TVRI.

Nama Lengkap Jusuf Sjarif Badudu

Profesi Pakar bahasa Indonesia

Kelahiran 19 Maret 1926 , Gorontalo, Keresidenan Manado

Meninggal 12 Maret 2016 , Bandung , jawa barat

Pendidikan Universitas Padjadjaran (1963), Rijksuniversiteit Leiden (1971–1973), Universitas Indonesia (1975)

Kebangsaan Indonesia
Biografi J.S Badudu
Jusuf Sjarif Badudu, lebih dikenal dengan nama J. S. Badudu, lahir di Gorontalo pada tanggal 19 Maret 1926. Badudu
didampingi istri yang sangat setia, Eva Henriette Alma Badudu—Koroh. Mereka menikah 9 Mei 1953. Buah
perkawinan mereka menghasilkan 9 putra-putri, yaitu Dharmayanti Francisca, Erwin Suryawan, Chandramulia
Satriawan, Chitra Meilani, Armand Edwin, Rizal Indrayana, Sari Rezeki Adrianita, Mutia Indrakemala, dan Jussar
Laksmikusala. Profesor bahasa ini tinggal di Jalan Bukit Dago Selatan 27 Bandung.

Dalam usia tiga belas tahun (1939) Badudu manamatkan Sekolah Rakyat di Ampana, Sulawesi Tenggara. Kemudian,
ia mengikuti kursus Volksonderwijser/CVO di Luwuk, Sulawesi Tenggara (1941). Tahun 1949 ia menyelesaikan
pendidikan Normaal School di Tertena, Sulawesi Tenggara. Ia melanjutkan sekolah di KweekschooI/SGA, Makassar,
Sulawesi Selatan dan tamat pada tahun 1951. Tahun 1955 ia menyelesaikan pendidikan B.1 Bahasa Indonesia di
Bandung dan menyelesaikan pendidikan S1-nya di Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran, Bandung (1963). Tahun
1971—1973 Badudu melanjutkan pendidikan pada Postgraduate Linguistics di Leidse Rijksuniversiteit Leiden,
Belanda. Tahun 1975 ia memperoleh gelar Doktor Ilmu Sastra dengan pengkhususan linguistik di Universitas
Indonesia, Jakarta, melalui disertasi yang berjudul Morfologi Kata Kerja Bahasa Gorontalo.
Biografi J.S Badudu
Sebagai orang yang sangat peduli terhadap dunia pendidikan, khususnya pendidikan bahasa Indonesia, Badudu
telah mengabdikan diri sebagai guru sejak usia 15 tahun 5 bulan. Ia menjadi guru sekolah dasar di Ampana, Sulawesi
Tengah hingga tahun 1951. Pada tahun 1951—1955 ia menjadi guru SMP di Poso, Sulawesi Tengah, dan pada tahun
1955—1964 menjadi guru SMA di Bandung. Ia juga pernah menyumbangkan tenaga sebagai dosen di Fakultas
Sastra, Universitas Padjadjaran, Bandung pada tahun 1965–1991. Tahun 1982—2016, Badudu menjadi guru besar
linguistik pada Program Pascasarjana (S2 dan S3) Universitas Padjadjaran Bandung dan Universitas Pendidikan
Bandung (dulu IKIP Bandung).
Badudu tidak hanya aktif sebagai guru, dosen, penatar bahasa Indonesia, tetapi juga aktif sebagai penulis artikel
tentang bahasa Indonesia di surat kabar dan majalah. Sejak tahun 1977 hingga 2016, ia menjadi penulis atau pengisi
rubrik tentang pembinaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di majalah Intisari Jakarta. Keaktifan Badudu
menulis buku-buku yang berisi tuntunan tentang penggunaan bahasa Indonesia untuk pelajar, mahasiswa, dan
umum, dapat dibaca melalui karyanya:
1) Pelik-Pelik Bahasa Indonesia;
2) Membina Bahasa Indonesia Baku (2 jilid);
3) Morfologi Bahasa Indonesia Lisan (Pusat Bahasa);
4) Kamus Umum Bahasa Indonesia (Bedudu— Zain); ,dan masih banyak karya karya nya
Latar Belakang
Latar Belakang
Bahasa Indonesia dalam perkembangannya memang telah mengalami pasang surut.Pemakaian kata dan struktur
ejaannya sering dikacaukan karena mengikuti perkembangan zaman. Bahkan atas nama modernisasi, orang jadi
cenderung malu untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sehingga orang semakin
mengesampingkan pentingnya penggunaan bahasa, terutama dalam tata cara pemilihan kata.

Terkadang kita pun tidak mengetahui pentingnya penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, sehingga
ketika kita berbahasa, baik lisan maupun tulisan, sering mengalami kesalahan dalam penggunaan kata, frasa,
paragraf, dan wacana. Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, pemahaman penggunaan diksi atau
pemilihan kata dirasakan sangat penting, bahkan mungkin vital, terutama untuk menghindari kesalahpahaman
dalam berkomunikasi. Susilo Mansurudin berpendapat "pengertian diksi adalah pilihan kata. Pemakaian atau
pemilihan diksi yang tepat, benar dan cermat bisa membantu memberi nilai pada suatu kata. Pilihan diksi yang
sesuai dengan kata lain akan mencegah terjadinya kesalahan penafsiran yang berbeda”.
Dengan demikian, kata-kata yang digunakan untuk berkomunikasi harus dipahami
dalam konteks alinea dan wacana. Kata sebagai unsur bahasa, tidak dapat
dipergunakan dengan sewenang-wenang. Akan tetapi,kata-kata tersebut harus
digunakan dengan mengikuti kaidah-kaidah yang benar. Diksi atau pemilihan kata
merupakan sarana pendukung dan penentu keberhasilan dalam berkomunikasi.
Diksi bukan hanya soal pilih-memilih kata,melainkan lebih mencakup bagaimana
efek kata tersebut terhadap makna dan informasi yang ingin disampaikan.
Makna Leksikal dan
makna gramatikal
Pengertian Diksi
Diksi adalah pilihan kata yang selaras dengan penggunaannya. Didalam puisi, penyair menggunakan diksi untuk
memberikan makna pada suatu cerita. Ketepatan pada diksi menjadikan pembaca dapat memahami pesan yang
penyair sampaikan. Sebaliknya, kesalahan pada diksi menyebabkan perbedaan makna dalam tulisan.
Pada penulisan berita, Ketepatan kata dan pemilihan kata (diksi) dalam penulisan framing berita berkaitan dengan
pemaknaan kosakata setiap pembacanya. Ketepatan pemaknaan dalam hal ini untuk menghubungkan kata agar
akurat dan memiliki perluasan makna kata, sehingga pemikiran penulis dapat tersampaikan.
Makna Lesikal

Makna lesikal adalah makna kata yang berdiri sendiri, baik itu dalam bentuk leksem atau bentuk
berimbuhan yang maknanya tetap. Prosedur pemaknaan atau komponen makna leksikal adalah
sebagai berikut:

1. Penamaan (naming) atau penyebutan (labeling): menggunakan lambang yang berwujud satu
kata berdasarkan pengalaman dan pengetahuan seseorang.
2. Parafrasa: menganalisis komponen makna lebih terperinci dengan melihat deskripsinya.
3. Mendefinisikan (definition): pengembangan dari parafrasa untuk menjelaskan makna agar lebih
rinci.
4. Mengklasifikasikan (classified): menghubungkan dengan kelas kata. Kelas tersebut dapat berupa
cirinya.
Contoh dari makna leksikal

1. Resistansi: nilai penghambatan suatu bahan terhadap aliran listrik.


2. Kapasitansi: kemampuan suatu benda menyimpan muatan listrik.
3. Induktansi: kemampuan suatu kumparan atau solenoida untuk
memproduksi medan magnet
Makna Gramatikal

makna gramatikal adalah makna suatu kata setelah kata itu mengalami proses
gramatikalisasi, seperti pengimbuhan, pengulangan, atau pemajemukan
Contoh dari makna gramatikal adalah sebagai berikut:

1. Rangkaian listrik: susunan atau pengaturan komponen listrik seperti resistor,


kapasitor, dan induktor yang saling terhubung untuk menghasilkan sirkuit listrik.
2. Hukum Ohm: hukum dasar dalam elektro yang menyatakan bahwa arus listrik
yang mengalir dalam suatu penghantar berbanding lurus dengan beda
potensialnya dan berbanding terbalik dengan resistansinya
Relasi Makna
Relasi Makna

Relasi makna adalah hubungan antara makna dari satu kata dengan kata lainnya dalam
suatu bahasa
Relasi makna membahas hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah
kata atau satuan bahasa dengan kata atau satuan bahasa lainnya. Jenis-jenis relasi
makna antara lain Polosemi, homonim, homofon, homograf, sinonimi, antonimi
Polisemi

Polisemi merupakan kata yang memilki banyak makna.

Contoh dari polisemi adalah sebagai berikut:

1. "Jalur" dapat merujuk pada jalur komunikasi seperti jaringan telepon atau jalur
listrik
2. "Sinyal" dapat merujuk pada sinyal komunikasi seperti sinyal telepon atau sinyal
radio, atau sinyal pada alat pengukur seperti osiloskop.
Homonim

Kata yang memiliki kesamaan dalam ejaan dan pelafalan namun berbeda makna
karena berasal dari sumber yang berlainan.

Contoh dari homonim adalah sebagai berikut:


1. "Tembaga" pada teknik elektro, merujuk pada unsur kimia yang digunakan
sebagai konduktor dalam kabel dan kawat listrik, dan "tembaga" pada kesenian,
merujuk pada bahan dasar dalam pembuatan karya seni dan kerajinan.
2. "Relay" pada teknik elektro, merujuk pada komponen elektromekanik yang
digunakan untuk mengendalikan arus listrik, dan "relay" pada olahraga, merujuk
pada lomba lari cepat dalam atletik
Homofon

homofon berasal dari kata homo yang artinya sama dan foni yang berarti bunyi atau
suara. Jadi, dapat disimpulkan kalau perbedaan karakter bunyi akan tetapi memiliki
penyebutan yang sama disebut dengan homofon. Meskipun tulisan hurufnya sama,
tapi dibacanya sama, berarti kata tersebut termasuk dalam ragam bahasa homofon

Contoh dari homofon adalah sebagai berikut:


1. Resistansi yang telah diukur memiliki nilai 100 “Ohm” (satuan Resistor)
2. Aku tinggal bersama Tante, “Om”, dan adik Sepupuku (suami tante atau Paman)
Homograf

Homograf adalah Suatu kata yang memiliki makna berbeda namun ejaannya sama.

Contoh dari Homograf adalah sebagai berikut:


1. Untuk memutuskan dan menghubungkan aliran listrik dari batrei ke “koil” (lilitan
induktor)
2. Group musik industrial metal indonesia yang berasal dari bandung adalah “Koil”
(nama band)
Homograf

Homograf adalah Suatu kata yang memiliki makna berbeda namun ejaannya sama.

Contoh dari Homograf adalah sebagai berikut:


1. Untuk memutuskan dan menghubungkan aliran listrik dari batrei ke “koil” (lilitan
induktor)
2. Group musik industrial metal indonesia yang berasal dari bandung adalah “Koil”
(nama band)
Sinonimi

Sinonimi adalah pasangan kata yang memiliki makna sama atau mirip. Sinonimi
dikenal juga sebagai persamaan kata

Contoh dari Sinonimi adalah sebagai berikut:


1. Rangkaian elektronik sama dengan sirkuit elektronik
2. Transmitter sama dengan pemancar
3. Fungsi elektrik sama dengan fungsi listrik
Antonimi

Hubungan semantik antara dua kata yang memiliki makna berlawanan antara satu
sama lain.

Contoh dari Antonimi adalah sebagai berikut:


1. Sirkuit terbuka berlawanan dengan sirkuit tertutup
2. Frekuensi rendah berlawanan dengan frekuensi tinggi
3. Transmitter berlawanan dengan receiver
4. Kapasitor berlawanan dengan induktor
Idiom bahasa Indonesia
dan Gaya bahasa.
Idiom Bahasa Indonesia

Idiom bahasa Indonesia adalah frasa atau ungkapan yang memiliki arti khusus yang
berbeda dari arti literal atau kata-kata yang digunakan dalam ungkapan tersebut.
Arti idiom biasanya tidak dapat dipahami hanya dengan memahami arti kata per kata
yang digunakan dalam ungkapan tersebut, melainkan memerlukan pemahaman
secara keseluruhan dari ungkapan tersebut.
Contoh dari idiom bahasa indonesia adalah sebagai berikut:
1. "Tak ada rokok tanpa api" artinya bahwa setiap peristiwa pasti memiliki sebab atau
penyebab. Contoh penggunaan: "Saat mengatasi masalah di sistem komputer, kita harus
mencari akar penyebabnya karena tak ada rokok tanpa api".
2. "Memutar balikkan telapak tangan" artinya melakukan sesuatu dengan sangat mudah dan
terampil. Contoh penggunaan: "Dia dapat memutar balikkan telapak tangannya dalam
memperbaiki kerusakan pada rangkaian elektronik".
Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara seseorang mengekspresikan atau mengungkapkan diri dalam
bahasa tertentu. Gaya bahasa dapat berupa gaya penulisan, penggunaan kata-kata,
frase, dan kalimat yang dipilih oleh penulis atau pembicara untuk menciptakan efek
tertentu pada pendengar atau pembaca. Gaya bahasa dapat digunakan untuk
memperkuat makna, mengekspresikan emosi, menciptakan citra atau gambaran, atau
bahkan untuk memprovokasi pembaca atau pendengar.
Contoh dari gaya bahasa

1. Majas Personifikasi: "Kabel listrik itu seperti urat nadi yang mengalirkan tenaga ke
seluruh sistem elektronik". Dalam contoh ini, kabel listrik digambarkan seperti urat
nadi manusia yang membawa aliran darah ke seluruh tubuh.
2. Kata-kata Teknis: "Setelah memperbaiki rangkaian, pastikan untuk melakukan
pengujian dan verifikasi dengan menggunakan alat ukur yang tepat seperti
multimeter atau oscilloscope". Dalam contoh ini, digunakan kata-kata teknis yang
berkaitan dengan teknik elektro seperti "rangkaian", "pengujian", "verifikasi",
"multimeter", dan "oscilloscope".
3. Pernyataan Analogi: "Arus listrik seperti aliran air yang mengalir melalui pipa, jika
ada rintangan maka aliran air atau arus listrik akan terhambat atau bahkan berhenti
sama sekali". Dalam contoh ini, arus listrik digambarkan seperti aliran air dalam
pipa.
diketahui bahwa penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar
menjadi hal yang penting untuk menciptakan komunikasi yang efektif dan
efisien. Diksi atau pemilihan kata menjadi faktor penentu dalam
keberhasilan berkomunikasi, karena pemilihan kata yang tepat dapat
mencegah terjadinya kesalahan penafsiran yang berbeda. Penelitian ini
menguraikan definisi dan fungsi diksi, persyaratan dan ketepatan diksi,
makna kata, perbedaan makna denotatif dan konotatif, dan gaya bahasa.
Di samping itu, penelitian ini juga menjelaskan tentang makna lesikal, yaitu
makna kata yang berdiri sendiri. Prosedur pemaknaan atau komponen
makna leksikal meliputi penamaan, parafrasa, mendefinisikan, dan
mengklasifikasikan.

KESIMPULAN
Terima kasih
Silahkan bertanya jika ada pertanyaan!

CREDITS: This presentation template was


created by Slidesgo, including icons by
Flaticon, and infographics & images by Freepik

Anda mungkin juga menyukai