Anda di halaman 1dari 3

PENGERTIAN

Surrogate mother (ibu pengganti/sewa rahim/gestational agreement) yaitu wanita yang


mengikat janji atau kesepakatan (gestational agreement) dengan pasangan suami-isteri.
Intinya, ibu pengganti bersedia mengandung benih dari pasangan suami-isteri, dengan
menerima suatu imbalan tertentu. (Ayu Rahayu, 2020)
Salah satu metode program bayi tabung yang mana sang istri tidak bisa mengandung, tetapi
sel telurnya masih baik, maka ada satu solusi yang ditawarkan oleh teknologi kedokteran
terkini yaitu dengan cara pembuahan luar rahim pasangan suami-istri tersebut ditanam ke
rahim wanita lain, dengan suatu perjanjian yang mana wanita tersebut harus mau
mengandung, melahirkan dan menyerahkan kembali bayinya dengan imbalan sejumlah
materi. Hal inilah yang disebut sebagai Surrogate Mother atau sewa rahim (gestational
agreement). (Wijaya & Purwanto, 2018)
Suroogate mother adalah seorang wanita yang mengandung anak yang benihnya berasal dari
pasangan lain dan kemudian setelah wanita tersebut melahirkan maka akan memberikan hak
atas pengasuhan anak yang dilahirkan kepada pasangan dari mana benih tersebut berasal.
Desriza Ratman memberikan pengertian surrogate mother sebagai someone who takes the
place of another person yaitu seorang yang memberikan tempat untuk orang lain. Fred
Amelen menyatakan bahwa seorang wanita yang mengikatkan dirinya melalui suatu ikatan
perjanjian dengan pihak lain (suami dan istri) untuk menjadi hamil setelah dimasukkannya
penyatuan sel benih laki-laki dan sel benih perempuan, yang dilakukan pembuahannya di luar
rahim sampai melahirkan sesuai kesepakatan yang kemudian bayi tersebut diserahkan kepada
pihak suami istri dengan memdapatkan imbalan berupa materi yang telah disepakati
(Akhsanal Viqria, 2022).
Surrogacy is a means of overcoming childlessness for couples unable to carry their own
pregnancies due to infertility, medical conditions, or sexuality (Celia Burell, Leroy
C.Edozien, Seminars in Fetal&Neonatal Medicine, Vol. XIX/2014). Menurut Nabahah (2007:
2), sewa rahim merupakan proses mendapatkan keturunan selain melalui bayi tabung yang
menggunakan rahim wanita lain untuk mengandungkan benih ovum dan sperma (embrio)
dari pasangan suami istri, hingga si anak lahir. Setelah anak itu lahir, diberikan kembali
kepada pasangan suami istri yang memiliki benih untuk memelihara dan menganggap anak
tersebut sebagai anak mereka. Wanita yang bersedia disewa rahimnya untuk mengandungkan
benih serta melahirkan anak disebut sebagai ibu pengganti (surrogate mother) (Rosanti,
2021).
Ditinjau dari aspek teknologi dan ekonomi, proses Surrogate mother ini cukup menjanjikan
terhadap penanggulangan beberapa kasus infertilitas, tetapi pada kenyatannya proses ini
terkendala oleh aturan perundang-undangan yang berlaku serta pertimbangan etika, norma-
norma yang berlaku di Indonesia. Begitu juga dengan perjanjian yang dibuat, apakah bisa
berlaku berdasarkan hukum perikatan nasional, terlebih-lebih objek yang diperjanjikan
sangatlah tidak lazim, yaitu rahim, baik sebagai benda maupun difungsikan sebagai jasa.
(Ayu Rahayu, 2020)

TIPE TEKNIK SURROGATE MOTHER


Secara umum terdapat 5 bentuk tipe tekni sewa rahim menurut Arikhman, 2016 dalam buku
1. Sel telur istri dipertemukan dengan sperma suami kemudian dimasukkan ke dalam
rahim wanita lain. Kaedah ini digunakan dalam keadaan istri memiliki sel telur yang
baik, tetapi rahimnya dibuang karena pembedahan, kecacatan, akibat penyakit yang
kronik atau sebab-sebab yang lain.
2. Sama dengan tipe yang pertama, kecuali sel telur dan sperma yang telah dipertemukan
tersebut dibekukan dan dimasukkan ke dalam rahim ibu pengganti setelah kematian
pasangan suami istri itu.
3. Sel telur istri dipertemukan dengan sperma laki-laki lain (bukan suaminya) dan
dimasukkan ke dalam rahim wanita lain. Keadaan ini apabila suami mandul dan istri
ada halangan atau kecacatan pada rahimnya tetapi sel telur istri dalam keadaan baik.
4. Sperma suami dipertemukan dengan sel telur wanita lain, kemudian dimasukkan ke
dalam rahim wanita lain. Keadaan ini berlaku apabila istri mengalami penyakit
kandung telur dan rahimnya sehingga tidak mampu menjalani kehamilan, atau istri
telah mencapai tahp menopause.
5. Sperma suami dan sel telur istri dipertemukan, kemudian dimasukkan ke dalam rahim
istri yang lain dari suami yang sama. Dalam keadaan ini istri yang lain senggup
mengandung anak suaminya dan istri yang tidak boleh hamil (Ariani Puspita et al.,
2022).

KLASIFIKASI SURROGACY
1. Tradisional surrogacy
Tradisional surrogacy merupakan kondisi dimana ibu pengganti akan diinseminasi
buatan dengan sperma calon ayah kemudian bayi yang dilahirkan akan diberikan ke
ayah dan pasangannya. Dalam hal ini secara biologis ibu oengganti tersebut adalah
ibunya karena menggunakan telurnya yang dibagi secara IUI (Intrauterine
Insemination).
2. Gestational surrogacy
Gestational surrogacy atau disebut partial surrogacy atau host surrogacy merupakan
kondisi dimana ibu pengganti tidak memiliki hubungan biologis dengan janin yang
akan dikandungnya. Embrio dihasilkan dari ovum dan seprma yang disatukan meallui
teknologi reproduksi berbantu IVF (In Vitro Fertilization) kemudian dilakukan embrio
transfer ke rahim wanita yang menyewakan rahimnya (Ariani Puspita et al., 2022).

Sumber :
Akhsanal Viqria, A. (2022). Analisis Sewa Rahim (Surrogate Mother) Menurut Hukum
Perdata dan Hukum Islam. Dharmasisya, 1(4), 1693–1706.
https://scholarhub.ui.ac.id/dharmasisyaAvailableat:https://scholarhub.ui.ac.id/
dharmasisya/vol1/iss4/3
Ariani Puspita, H., Setiawandari, Rihardini, T., Kristiana, E., Dewi Sari, R., Bakoill B, M.,
A’yun Qurrata, S., Widyawaty Deviany, E., Karo Br, M., & Lestari Dwi, Y. (2022).
Asuhan Kebidanan pada Perempuan dan Anak dalam Kondisi Rentan (1st ed.). Penerbit
Rena Cipta Mandiri.
Ayu Rahayu, D. (2020). Surrogate Mother (Ibu Pengganti) Dalam Perspektif Hukum Di
Indonesia. 7, 1–11. https://doi.org/10.21067
Rosanti, D. (2021). Pengaturan Pelaksanaan Sewa Rahim (Surrogacy) Berdasarkan Hukum
Di Indonesia. Privat Law, 9(1), 36–42. https://doi.org/10.20961/privat.v9i1.29006
Wijaya, N. A. P., & Purwanto, I. W. N. (2018). Surrogate Mother Menurut Hukun di
Indonesia. 1, 1–14.

Anda mungkin juga menyukai