I ( Interviewer ) Pengalanan
(menanggapi) dengan mudah, “ Kita sih bisanya melayani dan
gitu… mendoakan “
P (Participant )
Ya, mungkin dia…aaa… mudah-
mudahan ya kita sih bisanya
melayani dan mendoakan
semoga nanti dia nanti akan
bisa berdamai dengan diri
sendiri dengan kondisinya
seperti itu
Transkrip Wawancara
P Yang penting, dokter merasa happy ya ketika melakukan perawatan paliatif, betul
dok?
D Ya, kalau misalkan kita memberikan aura yang sedih, kasian, atau seperti apa dari
dia juga akhirnya menerimanya juga, “duh saya kenapa sih?”. Makin dikasihani dia
makin drop. Tapi kalau kita bertemu dengan mereka kita happy, kita sapa, kemudian
“gimana pak atau buk”, trus “apa yang dirasakan, apa yang bisa dibantu?” atau
bagaimana kan dia merasakan bahwa hidupnya itu masih berarti dan walaupun kita
juga tidak tahu, aaa… apa hidup seseorang itu sampai kapan gitu.
P Ya, baik dok.
Eee… tapi selama dokter memberikan perawatan paliatif ya dok ya, pernah ga sih
menerima respon negatif atau positif dari pasien ya. Mungkin kalau yang positif
enak ya dok ya. Kalau respon negatif bagaimana dok, pernah tidak, bagaimana cara
menanggulanginya?
D Pernah, misalkan kadang-kadang mau kita berikan apa… dia langsung, apaa,
defence. “Buat apa lagi sih?” gitu misalkan, “apalagi sih, apalagi, saya udah
ini…?”. Ada, banyak yang seperti itu, maksudnya…
P (menanggapi) marah gitu ya
D Nah, iya, marah. Trus misalkan memberikan masukan atau refleksi gitu ya. Dia
malah “yang ngerasain itu saya”, gitu ya dan cuma namanya kita pelayanan mau ga
mau ya kita harus lapang dada, sabar, ya. Berusaha mengerti bahwa uhmm bahwa
tidak semua orang bisa menerima kondisinya…
P (menanggapi) dengan mudah, gitu…
D Ya, mungkin dia…aaa… mudah-mudahan ya kita sih bisanya melayani dan
mendoakan semoga nanti dia nanti akan bisa berdamai dengan diri sendiri dengan
kondisinya seperti itu
P Sesuai tujuan paliatif ya dok ya, bebas dari rasa nyeri, damai, bermartabat…
D Ya…
P Dok, kalau misalnya sudah di-reject nih sama pasien dan keluarga, trus kan dokter
sudah berlapang dada, itu terus dilakukan dok, aaa… perawatan paliatifnya,
maksudnya dokter tidak putus asa kalau misalnya… aaa… merasa ya sudah biarkan
saja orangnya sudah reject gitu. Apakah ada perasaan seperti itu dok?
D Waktu awal ya, pasti ada perasaan seperti itu, cuma kembali lagi ke diri kita
masing-masing jadi jatohnya bukan itu ya, jadi empati ya. Jadi empati, ada empati
dan simpati. Cuman kan kita jatuhnya adalah empati, berusaha untuk mengerti oo
yaudah wajar seperti itu. Cuman kita tetap, tetap aja melakukan hal itu gitu. Ya
seperti filosofi aja, batu ditetesi air lama-lama kan akan bolong juga, seperti itu aja.
P Jadi, ooo… sulit ga sih dok menerapkan empati? Karna kalau menemukan pasien
yang udah jelek kondisinya, banyak keluhan, kadang kita sebagai manusia kasian
ya dok ya. Jatuhnya kita simpati gitu. Nah, sulit ga sih dok menerapkan empati?
D Ooo awal memang iya, karena kan semua berproses. Awal memang iya, cuma lama-
lama kita juga harus melatih, intinya gini, aaa… jangan hanya bisa mengedukasi
orang lain terus, tapi edukasi lah juga diri sendiri gitu. Bagaimana caranya
memisahkan antara simpati dan empati, dan lain-lain. Memang itu tidak mudah tapi
dengan berjalan proses mudah-mudahan apa yang kita usahakan ya istilahnya pasti
ada hasil gitu aja.
P Jadi itu triknya ya dok ya?
D Ya…
P Ooo… menurut dokter nih, intervensi paliatif yang optimalnya itu seperti apa sih
dok? Karena kan ukuran optimal itu kan kita ga tahu ya dok ya, seperti apa sih dok?
D Sebetulnya optimal itu juga kan yang merasakan adalah kadang-kadang yang
merasakan pasiennya, keluarganya, atau diri kita sendiri. Ya yang pasti sih,
targetnya aja semuanya dilakukan gitu ke pasiennya. Mencoba untuk diedukasi,
keluarganya juga diedukasi, kemudian kita yang perawat nya juga, apa… punya
diskusi kecil untuk pasien ini, karena kan intinya kita kan melakukan perawatan itu
bukan apa ya, disamakan semua kan ga ya, itu lebih ke personal….
P (menanggapi) kebutuhan gitu ya…
D Ya, kebutuhan personal. Jadi, pasien ini nih tipe nya gini, berarti kita coba
pendekatannya seperti ini, lalu yang ini seperti ini, yang itu seperti itu. Jadi holistik
aja gitu jadinya jatohnya. Jadi enggak usah dipatokin harus perawatan seperti ini
gitu ya. Tiap pasien beda-beda gitu sih.
P Ooo… baik dok. Jadi, optimalnya sesuai dengan kebutuhan pasien ya dok ya.
D (menanggapi) ya…
P Selain hambatannya itu di-reject sama pasien dan keluarga, kira-kira ada ga sih dok
hambatan dalam dokter melakukan tugasnya sebagai tim paliatif?
D Uhmm… Kalau dari pihak medisnya misalnya perawat dan dokter. Sebagai
manusia di hati kecilpun kadang ada rasa, “Aduh mesti bagaimana lagi ya?” atau
misalkan, “yaudah deh kalau memang begini”, pasti ada gitu. Terus apa… “ihh,
capek ya”.
P (menanggapi) ooo…
D (melanjutkan) ini misalkan gitu ya. Istilahnya, “Kita tuh diginiin terus, dimarahin
terus”, pasti ada, cuman ya intinya tim itu saling menguatkan ajalah, itu aja.
P Baik dok, jadi terus komunikasi itu dibangun ya dok…
D Ya, kalau pun ternyata kita sudah melakukan dari A sampai Z tetap juga tidak… apa
istilahnya… keluarga dan pasiennya tetap me-reject, trus ya istilahnya hilang dari
pantauan kita yaa di luar kuasa kami. Misalkan tiba-tiba enggak dateng, dihubungi
enggak bisa, kita sudah mencari lah istilahnya gitu ya
P (menanggapi) sudah semua dilakukan….
D Ya….
P Uhm… kira-kira dok dari sisi operasional di tim paliatif ya, maksudnya sarana baik
itu finansial ataupun apa, kira-kira mendukung tidak sih dok ke dalam pekerjaan
tim paliatif itu?
D Ya, tim paliatif itu selain medis juga ada rehab nya juga, terus kemudian juga….
P (menanggapi) psikolog ya dok….
D Psikolog, farmasi, rehab medik, dan lain-lain. Nah, kalau masalah finansial dan
lain-lain itu kan ada pasien yang tunai, ada pasien yang BPJS, ada yang asuransi.
Nah, ehm…. Maaf sebelumnya saya kalau untuk masalah administrasi dan yang
lain-lain itu kurang paham ya, cuman ya….
P (menanggapi) ada timnya yang mengurus itu ya…
D Iya… yang pasti kami hanya menangani ya personal nya aja
P Tapi dari sarana yang disediakan oleh rumah sakit selama ini, cukup dok?
D Cukup cukup
P (menanggapi) untuk mendukung, apa sih maksudnya (berpikir), lancarnya
D Lancar lancar. Kalau pun pasiennya dirawat pasti akan didatangi oleh tim paliatif
P Baik dok, ehm…. Kira-kira sarana apa sih dok yang bisa dokter berikan untuk
dalam rangka meningkatkan kinerja dari tim paliatif di semua rumah sakit? (batuk)
D (berpikir sejenak)
Hmmm….
P Apa misalnya paliatif ke depan nya di-cover oleh asuransi kah?
D Setuju… (mengangguk)
P Atau apa gitu kan…
D Jadi, aa… mungkin membuat terobosan-terobosan ya, umpanya begini, tim paliatif
itu tidak sendiri, nah kemudian…. Ada untuk menyegarkan, untuk apa gitu, kita
juga butuh misalkan sesama tim paliatif ada dari psikologi, ada dari… ooo apa…
ada dari rehab medik….
P (menanggapi) meningkatkan sumber daya ya…..
D Haa, sumber dayanya itu maksudnya….
P (menanggapi) meningkatkan kompetensi….
D Haa…. Iya, tolong diberikan maksudnya penyegaran, pelatihan. Walaupun
istilahnya dari mana mana pun, maksudnya diberikanlah maksudnya edukasi ini itu
ini itu. Misalkan saya misalkan hanya seorang dokter, tapi saya juga ingin tahu dari
rohani itu seperti apa sih, trus kemudian dari farmasinya bagaimana. Jadi tim
paliatif itu ya kita harus ya tahu, walaupun ini berbeda-beda disiplin ilmu, cuma
setidaknya dasarnya itu kita tahu… Ooo… dari farmasi tuh begini, ooo… dari
psikologi tu begini, ooo… dari rohani tu begini gitu…
P Jadi biar semuanya punya skill dan pengawas yang merata ya
D Ya iya….
P Hmmm Alhamdulillah sih dok, udah kayanya udah cukup ya kita tanyakan di sini.
Mungkin lain kali jika ada pertanyaan yang belum terjawab bisa disambung lagi ya
dok ya
D Ya… sama-sama
P Terimakasih dok atas kesediaannya dan waktunya, mudah-mudahan dokter sehat
terus dan tim paliatif nya juga maju ya dok ya
D Semoga timnya berhasil dan mendapat hasil yang baik
P Assalamualaikum, dok
D Waalaikumsalam