Anda di halaman 1dari 8

1

Upaya Preventif dalam Penanganan Penyakit Malaria di Indonesia

Kezia Arihta Sembiring

Kezia Arihta Sembiring: Mahasiswi Reguler Angkatan 2019, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia, Kampus FIK UI, Jl. Prof. Dr. Bahder Djohan, Depok, Jawa Barat-16424
E-mail: kezia.arihta@ui.ac.id

Abstrak
Upaya preventif merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya paparan penyakit,
komplikasi penyakit, serta terjadinya penyakit tersebut muncul kembali. Ketiga tujuan tersebut terbagi
menjadi upaya primer, sekunder, dan tersier. Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit tropis yang
persentasenya masih cukup tinggi di Indonesia. Maka dari itu, tujuan dari dibuatnya manuskrip ini adalah
untuk memberikan gambaran mengenai penyakit malaria serta upaya pencegahan apa saja yang dapat
dilakukan terhadap malaria. Metode yang digunakan pada manuskrip ini adalah studi literasi. Pembahasan
akan diuraikan mengenai pengertian, faktor risiko, tanda dan gejala, komplikasi, pemeriksaan laboratorium,
asuhan keperawatan, dan upaya preventif malaria.

Kata kunci: Asuhan keperawatan, malaria, penyakit tropis, upaya preventif

Abstract
The preventive measures are actions made to prevent the exposure to disease, disease complications, and
the occurrence of the disease reappearing. The three purposes of preventive measures are divided into
primary, secondary, and tertiary acts. Malaria is a tropical disease that still has quite high percentage in
Indonesia. Therefore, the purpose of making this manuscript is to provide an overview of malaria and what
prevention acts can be done against malaria. The method for this manuscript is literacy study. The
discussion will describe the definition, risk factors, signs and symptoms, complications, laboratory tests,
nursing care, and the prevention measures of malaria.

Keywords: Nursing care, malaria, tropical disease, preventive measures

menyebabkan lebih dari enam ratus ribu


Pendahuluan
kematian tiap tahunnya. Pada kondisi
Penyakit tropis merupakan jenis penyakit-
kelembaban yang tinggi, misalnya pada saat
penyakit infeksius yang menyerang negara
curah hujan yang berlebihan, transmisi malaria
tropis, contohnya Indonesia dan beberapa
mengalami peningkatan karena membantu larva
negara Asia Tenggara lainnya. Penyakit ini
dan kepompong nyamuk untuk bertransmisi.
berhubungan dengan adanya faktor yang
Indonesia merupakan negara tropis yang
mempengaruhi pertumbuhan dan
memiliki curah hujan cukup tinggi di beberapa
perkembangan mikroorganisme penjangkit
wilayah.
penyakit, yaitu faktor lingkungan yang
berhubungan dengan cuaca, kelembaban, dan
Dilansir dari laman BMKG, hari hujan dengan
suhu. Salah satu penyakit tropis yang
intensitas 20 mm.hari cenderung bertambah
berkembang di Indonesia adalah penyakit
sebanyak 0,1149 hari setiap tahunnya. Apabila
malaria. Malaria merupakan infeksi protozoa
dihitung dalam dekade, intensitas ini bertambah
sel darah merah yang ditularkan melalui
1,149 hari per dekade (Badan Meteorologi
gigitan nyamuk bernama Anopheles yang
Klimatologi dan Geofisika, 2021). Di Jawa
terjangkit parasit Plasmodium sp. Penyakit ini
Barat, jumlah curah hujan sebesar 1.199,30
menginfeksi 5% dari populasi dunia dan
2
dengan jumlah hari 177 hari pada tahun 2015 pada suhu 20—30°C. Kondisi ini merupakan
(Badan Pusat Statistik, 2017). Hal ini kondisi optimum dari nyamuk Anopheles untuk
menunjukkan bahwa curah hujan di Indonesia mentransmisikan protozoa. Apabila suhu berada
cukup tinggi di samping mengalami di bawah 16°C atau 33°C, umumnya penularan
peningkatan tiap tahunnya. Ini berdampak tidak terjadi. Selain itu, tingginya curah hujan
pada transmisi malaria yang dipengaruhi oleh dapat mempengaruhi penyebaran dari protozoa
curah hujan. ini. Malaria yang pada awalnya dijangkiti oleh
baik P. Falviparum atau P. Vivax biasanya
Maka dari itu, penelitian ini akan memuat berkontribusi pada kematian neonatus karena
tentang upaya preventif yang dapat dilakukan dapat menyebabkan berat badan lahir rendah
untuk mencegah penyakit malaria. pada janin. Hal ini menjadi salah satu alasan
mengapa penyakit ini menyebabkan kematian
Metode
(Ryan et al., 2020). Untuk pengobatan pada
Metode yang digunakan pada manuskrip
negara bagian Asia Tenggara, antimalaria
mengenai Upaya Preventif dalam
biasanya dihilangkan paling cepat dalam tiga
Penanggulangan Penyakit Malaria di
minggu, namun akibat kondisi iklim, persentasi
Indonesia ini adalah dengan menggunakan
paparan penyakit ini tetap tinggi.
studi literatur terkait malaria, asuhan
keperawatan dari malaria, serta upaya
Faktor penularan dari penyakit malaria
preventif yang dapat ditegakkan pada kasus
merupakan nyamuk Anopheles yang telah
penyakit tropis malaria.
dijelaskan sebelumnya, dimana umur dari
Pembahasan nyamuk Anopheles harus lebih dari satu minggu
Malaria merupakan infeksi yang disebabkan setelah menggigit manusia pembawa gametosit
oleh protozoa pada sel darah merah yaitu untuk menularkan malaria ke manusia lainnya
Plasmodium sp. Plasmodium yang biasanya saat menggigit, dikarenakan sporogoni dalam
menyebabkan malaria antara lain Plasmodium tubuh nyamuk memakan waktu lebih dari satu
falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium minggu. Biasanya, bayi dan anak-anak lebih
ovale, Plasmodium malariae, dan Plasmodium rentan terkena malaria. Hal ini berkaitan dengan
knowlesi. Umumnya, pada negara Asia imunitas anak yang belum terbentuk dengan
Tenggara, protozoa yang menyebabkan sempurna sehingga penyakit dapat mudah
terjadinya malaria adalah Plasmodium masuk dan terinfeksi. Orang dewasa cenderung
knowlesi. Protozoa ini ditransmisikan melalui telah kebal dari penyakit infeksius seperti ini,
nyamuk Anopheles betina saat menghisap meski kemungkinan terkena tetap ada. Selain
darah (Farrar, 2013). pada bayi dan anak-anak, individu yang
memiliki masalah kekebalan tubuh seperti ibu
Pada dasarnya, penyebaran malaria terjadi hamil atau penderita autoimun serta HIV
apabila kelembaban lingkungan tinggi dan memiliki faktor risiko yang tinggi untuk terkena
3
malaria. Pengguna jarum suntik bersamaan kembali pecah dan bagian yang menjadi
juga berisiko karena penyakit ini merozoit akan keluar dan menginfeksi sel darah
ditransmisikan melalui darah (Riedel et al., merah lainnya, sebagian dari merozoit ini akan
2019). membentuk genosit jantan dan betina untuk
melakukan perkembangbiakan di dalam sel
Proses masuknya malaria dalam tubuh darah merah dan mereplikasi diri (Ryan et al.,
manusia dimulai dari nyamuk Anopheles 2020).
menghisap darah manusia. Sebelumnya,
nyamuk ini akan menghisap darah manusia Patogenesis yang dapat muncul pada malaria
yang sudah terinfeksi oleh Plamodium sp. Pada adalah demam yang diakibatkan oleh pecahnya
saat protozoa ini masuk ke dalam tubuh skizon dalam tubuh. Selain itu, anemia juga
nyamuk, gametosit di dalamnya akan dapat muncul akibat hemolisis dan
melakukan pembuahan dan membentuk zigot permbersihan limpa dari sel darah merah yang
yang nantinya berkembang menjadi ookinet terinfeksi pada saat skizon pecah. Penghancuran
yang menembus dinding lambung nyamuk. sel darah merah yang tidak terinfeksi ini
Ookinet ini kemudian akan berkembang diperantai oleh imun, yang menyebabkan
menjadi ookista dan mengembangkan supresi sumsum tulang dan berakibat
sporozoit haploid dengan pembelahan meiosis diseritropoiesis atau ketidakefektifan
dan bermigrasi ke kelenjar ludah selama 1—3 perkembangan sel darah merah. Apabila
minggu. Sporozoit yang ada pada liur nyamuk hemolisis intravaskular ini semakin memburuk
akan masuk ke dalam peredaran darah lebih (black water fever), maka dapat memicu gagal
selama setengah jam. Sporozoit ini akan masuk ginjal akut, karena komplikasi yang
ke dalam sel hati dan mengubah dirinya diakibatkannya adalah hemoglobinuria. Selain
menjadi tropozoit hati, hingga kemudian anemia, hipoglikemia juga dapat muncul akibat
tropozoit hati berkembang menjadi merozoit pengobatan yang digunakan dan kerusakan pada
hati. Akan tetapi, beberapa jenis Plasmodium sistem saraf pusat. Asidosis metabolik juga
seperti P. vivax dan P. ovale masuk ke dalam dapat muncul. Hal ini diakibatkan karena infeksi
tahap dormansi terlebih dahulu sebelum malaria oleh P. falciparum yang semakin parah.
menjadi skizon. Hal ini dapat disebut sebagai Kemudian, patogenesis dari malaria lainnya
hipnozoit. Setelah itu, merozoit hati akan adalah gangguan pernapasan akut, hal ini terjadi
pecah dan masuk ke dalam peredaran darah. pada pasien dewasa saja, dimana terdapat edema
Proses ini merupakan proses dimana infeksi pulmonari nonkardiogenik akibat dari protozoa
pada sel darah merah terjadi. Parasit yang malaria ini. Abnormalitas ginjal dan perubahan
menginfeksi sel darah merah tersebut akan neurologi hingga koma juga dapat terjadi.
berkembang dari tahap sporozoit sampai Nitrogen urea, kreatinin, proteinuria, dan
menjadi skizon, yaitu eritrosit yang telah sedimen urin akan mengalami abnormalitas
terinfeksi oleh protozoa. Skizon ini akan pada saat protozoa ini menginfeksi tubuh.
4
Apabila protozoa ini masuk dan menginfeksi perasaan mual yang dialami (Meunier, 2014).
bagian serebral (malaria serebral), maka dapat
menyebabkan kerusakan atau inflamasi pada Setelah gejala awal muncul, maka gejala
bagian neurologi sehingga mengakibatkan selanjutnya adalah gejala prodromal yang terjadi
penurunan kesadaran. pada 2—3 hari sebelum paroxysm. Umumnya,
gejala yang muncul pada fase ini adalah malaise,
Berdasarkan patogenesis dari malaria tersebut, myalgia, sakit kepala, demam ringan, dan nyeri
maka muncullah tanda dan gejala yang pada bagian tulang belakang. Setelah itu,
disebabkan oleh malaria yang menginfeksi terdapat gejala periodik yang berlangsung
manusia. Pada tahap awal (7—12 hari), gejala selama 9—10 jam yang diakhiri dengan
demam dan menggigil akan muncul. Gejala ini euphoric state, dimana terjadi demam tertian
biasanya yang paling terlihat pada penderita (tertian fever) yang pada saat itu terjadi
malaria. Demam yang tinggi ini juga akan pemecahan skizon tiap 48 jam. Demam tertian
disertai dengan berkeringat. Selain itu, akibat terjadi pada malaria yang disebabkan oleh P.
suhu tubuh yang panas, nyeri sendi atau vivax dan P. ovale. Sedangkan demam yang
arthralgia juga dirasakan oleh klien sehingga disebabkan oleh P. malariae disebut sebagai
sulit untuk menggerakan tubuhnya dan demam quartan (quartan fever) dimana skizon
menjadi lemas. Rasa letih atau malaise timbul pecah tiap 72 jam. Selanjutnya adalah tahap
akibat gejala-gejala tersebut. Di samping itu, paroxysm, yaitu serangan hebat pada demam.
perasaan mual (nausea) atau bahkan muntah Serangan ini akan dimulai dengan tubuh
juga dapat terjadi sehingga terjadi penurunan menggigil selama 30—60 menit. Kemudian,
volume cairan tubuh dan dapat menyebabkan tubuh akan terasa panas dan berkeringat yang
penderita mengalami dehidrasi. Sakit kepala diikuti dengan malaise, myalgia, suhu tubuh
tak tertahankan atau cephalgia juga terjadi tinggi. Suhu tubuh pada saat itu dapat mencapai
pada beberapa pasien, disamping mengalami 40—41°C untuk infeksi akibat P. falciparum,
keletihan dan nyeri pada sendi-sendiri. Selain untuk infeksi akibat protozoa lain biasanya
nyeri sendi, nyeri otot atau myalgia juga terjadi mencapai 39—40°C. Peristiwa ini disebut
yang juga dapat mengakibatkan rasa letih pada sebagai hot stage. Hot stage akan berlangsung
penderita. Selain gejala-gejala yang telah selama 2—6 jam tergantung daya tahan tubuh
disebutkan, gejala tambahan lainnya adalah individu dan seberapa parah infeksi menyerang
emesis, nyeri pada bagian abdominal, batuk tubuh. Setelah jam-jam hot stage ini, tubuh akan
dan dispnea nonproduktif dimana hal ini tetap berkeringat namun jumlah keringat serta
berkaitan dengan infeksi saluran pernapasan suhu akan mengalami penurunan sedikit demi
akut. Pada anak, gejala yang paling terlihat sedikit dalam dua jam. Biasanya, demam pada
adalah demam dan sakit kepala. Selain itu, malaria, terutama yang disebabkan oleh P.
anak menjadi cenderung mudah marah dan falciparum, akan terjadi setiap 48 jam, namun
memiliki pola makan yang buruk karena bisa saja demam ini terjadi secara tidak teratur
5
dan tidak menunjukkan periodisitas yang jelas melalui hipoksia dan juga dapat menurunkan
(Meunier, 2014) perfusi jaringan otak. Penurunan perfusi
jaringan otak ini menyebabkan peningkatan
Komplikasi yang dapat timbul dari malaria aliran darah otak sebagai respons adaptif
yang menginfeksi manusia yang pertama terhadap penurunan perfusi jaringan. Terakhir
adalah malaria serebral. Pada malaria serebral, adalah rosetting, yaitu satu eritrosit yang
terdapat teori mekanik yang mengakibatkan terinfeksi akan diselubungi 10 atau lebih
munculnya malaria serebral ini. Yang pertama eritrosit yang tidak terinfeksi. Pembentukkan
adalah sitoadherensi, dimana eritrosit yang roset ini akan menyebabkan obstruksi atau
mengandung parasit melekat pada permukaan perlambatan sirkulasi darah yang dapat
endotel pembuluh darah. Kemudian, eritrosit mempermudah terjadinya sitoadherensi.
terinfeksi yang matur ini tidak beredar kembali Pembantukan roset sendiri dapat dihambat oleh
dalam sirkulasi atau disebut sebagai antibodi Pf.HRP1 atau Plasmodium falciparum
sekuestrasi. Lalu, terdapat rosetting yaitu histidine rich protein-1.
perlekatan sebuah eritrosit terinfeksi parasit
dengan beberapa eritrosit yang tidak terinfeksi. Manifestasi klinis yang muncul dari malaria
Sitoadherensi, seperti yang telah dijelaskan serebral adalah terdapat gambaran
sebelumnya, merupakan persitiwa perlekatan neuropsikiatrik yang menonjol pada fase akut
parasit dalam eritrosit stadium matur pada seperti psikosis, ataksia sereblar, gangguan
permukaan endotel vaskular. Pada ekstrapiramidal, dan lainnya. Kemudian,
sitoadherensi, terbentuk knob yang terbentuk terdapat sekuel dari malaria serebral seperti
akibat infeksi eritrosit oleh parasit. Molekul- hemiparesis, sindrom medula spinalis, dan
molekul adhesif yang disebut P. falciparum gangguan serebral. Sindrom neurologis
erithrocyte membrane protein-1 (PfEMP-1) pascamalaria juga dapat muncul, seperti ataksia
dapat ditemui pada permukaan knob tersebut. serebral, psikosis, dan tremor. Pada hal ini,
Molekul-molekul ini merupakan protein hasil penurunan kesadaran juga dapat terjadi.
eskpresi genetik oleh sekelompok gen yang Penurunan kesadaran ini bersifat akut yang
berada di permukaan knob atau disebut sebagai disertai dengan tanda-tanda kelumpuhan pada
gen VAR. Gen ini memiliki kapasitas variasi bagian upper motor neuron simetris. Pada
antigentik yang sangat besar sehingga pasien malaria serebral dengan penurunan
menyebabkan sulitnya P. falciparum lolos dari kesadaran, tanda-tanda rangsangan meningeal
penghancuran sistem imun. Fenomena dan papiledema juga jarang ditemukan. Pada
selanjutnya adalah sekuestrasi, yaitu terjadi kasus yang sudah berat, penurunan kesadaran ini
pada eritrosit yang terinfeksi P. falciparum dapat disertai dengan tanda-tanda desebrasi
saja. Sekuestrasi terjadi pada organ-organ yaitu sikap ekstensi sebagai tanda adanya
vital, salah satunya adalah otak. Sekuestrasi disfungsi batang otak. Apabila disfungsi batang
dapat menyebabkan penurunan kesadaran otak ini terjadi, maka pola napas akan menjadi
6
lebih kacau. Kemudian, retinopati malaria juga hepatosplenomegali. Suhu tubuh penderita
dapat muncul, yaitu adanya bercak-bercak biasanya lebih dari 37,5°C atau demam.
putih yang khas di retina, pemudaran warna Pemeriksaan dapat menggunakan pemeriksaan
pembuluh darah retina, perdarahan retina, dan mikroskopis apusan darah tepi, rapid diagnostic
papiledema. Kejang juga dapat muncul sebagai test (RDT), pemeriksaan darah, polymerase
manifestasi klinis dari malaria serebral, dimana chain reaction assay (PCR), kultur darah, dan
hal ini umumnya terjadi pada pasien anak. radiologi (Kementrian Kesehatan RI, 2019).
Penyebab dari kekejangan tersebut adalah Diagnosis keperawatan sehubungan dengan
hipoksia serebral, demam, hipoglikemia, dan malaria yang terutama adalah hipertemia yang
atau asidosis laktat (Mawuntu, 2017). berhubungan dengan peningkatan metabolisme,
Komplikasi lain dari malaria adalah efek langsung sirkulasi parasit pada
trombositopenia. Trombositopenia terjadi hipotalamus. Hipertermia diangkat menjadi
akibat distruksi dimediasi imun, abnormalitas diagnosis utama karena merupakan keluhan
pada struktur trombosit yang diinvasi parasit, paling umum penderita malaria. Diagnosis
apoptosis plateletmm koagulasi intravaskular selanjutnya adalah nyeri akut yang merupakan
yang disebarluaskan, sekuestrasi pada limpa, perasaan sensori atau pengalaman emosional
gangguan koagulasi, dan stres oksidatif. Pada yang tidak nyaman berhubungan dengan risiko
keadaan normal, limpa akan menyimpan atau kerusakan jaringan. Hal ini sehubungan
trombosit yang dihasilkan. Akan tetapi, pada dengan respons inflamai sistemik, myalgia, dan
keadaan yang disebut sebagai splenomegali, arthalgia. Diagnosis terakhir adalah intoleransi
terjadi peningkatan hingga 80% sehingga aktivitas, dimana berhubungan dengan
mengurangi jumlah trombosit yang beredar kelemahan fisik (NANDA International, 2021).
pada sirkulasi. Berkurangnya peredaran Ketiga diagnosis ini membutuhkan intervensi
trombosit di sirkulasi pada malaria ini yang tepat untuk mengurangi gejala yang
diasumsikan akibat dari mekanisme yang dialami oleh pasien dan menghindari komplikasi
dimediasi antibodi. Antibodi antiplatelet IgG yang ada. Contohnya pada diagnosis
penderita malaria akan mengalami hipertermia, intervensi yang dapat dilakukan
peningkatan sehingga dapat mengaktivasi adalah menganjurkan klien menggunakan
membran trombosit dan menyebabkan pakaian tipis yang dapat menyerap keringat dan
pembuangan tromobosit oleh sistem memberikan selimut apabila menggigil. Tujuan
retikuloendotelial, khususnya pada limpa. dilakukannya hal ini adalah adanya penurunan
Dalam limpa, trombosit akan mengalami suhu tubuh (Bulechek et al., 2013).
fagositosis oleh makrofag (Natalia, 2015).
Upaya yang dapat dilakukan untuk menangani
Untuk menegakkan diagnosis malaria. malaria adalah dengan melakukan upaya
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan berdasarkan preventif untuk menghindari terjadinya malaria.
suhu, sklera ikterik, konjungtiva anemis, dan Upaya ini terbagi menjadi tiga, yaitu upaya
7
preventif primer, sekunder, dan tersier. Upaya penyakit tropis di Indonesia yang persentasenya
primer yang dapat dilakukan adalah edukasi masih cukup tinggi. Penyakit ini penting untuk
kesehatan terkait apa itu malaria kepada diwaspadai oleh masyarakat karena memiliki
masyarakat. Meningkatkan pengetahuan komplikasi dan dapat menyebabkan kematian.
masyarakat penting dilakukan agar masyarakat Upaya yang dapat dilakukan untuk menekan
menjadi waspada terhadap penyakit malaria. angka infeksius malaria adalah dengan
Selain itu, masyarakat dapat disarankan untuk melakukan upaya preventif secara primer,
melakukan upaya proteksi diri, seperti sekunder, dan tersier. Ketiga upaya ini dilakukan
menggunakan kelambu LLINs pada saat tidur berdasarkan pada keadaan individu tersebut.
malam. Upaya perlindungan diri seperti Pada upaya preventif primer dapat diberikan
mengurangi aktivitas di malam hari juga dapat edukasi kesehatan dan tindakan proteksi diri.
dilakukan (Sandy & Ayomi, 2018). Upaya Pada upaya sekunder adalah pemeriksaan
penimbunan dan pengaliran genangan air juga laboratorium dan konsumsi obat. Pada upaya
dapat dilakukan dan penting untuk tersier adalah penanganan lanjutan komplikasi
diberitahukan kepada masyarakat betapa dan pengobatan yang lebih adekuat. Diharapkan
pentingnya melakukan hal tersebut (Harpenas agar tindakan-tindakan tersebut dapat dilakukan
et al., 2017). sebagaimana mestinya.

Ucapan Terima Kasih


Upaya kedua yaitu upaya sekunder merupakan
upaya diagnosis dini yang dilakukan dengan Penulis mengucapkan terima kasih kepada
anamnesa tepat untuk mengetahui gejala klinis. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
Upaya ini berupa pemeriksaan laboratorium karunia dan kesehatan sehingga penulis dapat
dan juga melakukan pengobatan yang tepat dan menyelesaikan manuskrip ini dengan baik.
adekuat. Penegakan diagnosa dini dapat Menulis mengucap syukur atas segala rahmat
dilakukan dengan miskroskop, Active Case dan nikmat yang Tuhan berikan sehingga jalan
Detection, Mass Blood Survey, dan survei untuk menulis manuskrip ini dimudahkan.
tersier. Selain itu, terdapat upaya pencegahan
tersier, yang terdiri dari pengobatan adekuat Penulis juga berterima kasih kepada para

penderita, follow up penderita, dan penerimaan fasilitator mata kuliah Asuhan Keperawatan

pasien rujukan (Darmawan, 2013). Upaya ini Tropis hari Rabu yang telah memberikan banyak

merupakan penanganan lanjutan dari ilmu bermanfaat sehingga tulisan ini dapat

komplikasi malaria dan rehabilitasi mental dibuat.

atau psikologis penderita (Purba, 2016).


Penulis juga berterima kasih kepada keluarga
dan kerabat yang telah mendukung penulis
Kesimpulan dan Saran
selama pembuatan manuskrip ini, baik secara
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa berupa pemberian saran-saran yang baik, atau
penyakit malaria merupakan salah satu pun dukungan moral.
8

Referensi Practical Guide for Medical Practitioners

Badan Meteorologi Klimatologi dan and Students. Oxford University Press.

Geofisika. (2021). Perubahan Iklim: NANDA International. (2021). Nursing

Tren Curah Hujan. Diagnoses: Definitions and Classification

https://www.bmkg.go.id/iklim/?p=tren- 2021-2023 (12th ed.). Thieme.

curah-hujan Natalia, D. (2015). Peranan Trombosit Dalam

Badan Pusat Statistik. (2017). Badan Pusat Patogenesis Malaria. Majalah Kedokteran

Statistik. Andalas, 37(3), 219.

https://www.bps.go.id/statictable/2017/0 https://doi.org/10.22338/mka.v37.i3.p219-

2/08/1959/jumlah-curah-hujan-dan- 225.2014

jumlah-hari-hujan-di-stasiun- Purba, I. G. (2016). Promosi Kesehatan

pengamatan-bmkg-2011-2015.html Pencegahan Penularan Penyakit Malaria

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, Pada Masyarakat Di Desa Ibul Besar I.

J. M., & Wagner, C. M. (2013). Nursing Jurnal Pengabdian Sriwijaya, 4(2), 320–

Interventions Classification (I. 330.

Nurjannah & R. D. TUmanggor (eds.); https://doi.org/10.37061/jps.v4i2.5487

6th ed.). Elsevier. Riedel, S., Morse, S. A., Mietzner, T., & Miller,

Darmawan, E. S. (2013). Gambaran S. (2019). Jawetz Melnick & Adelbergs

Pelaksanaan Pencegahan Malaria Di Medical Microbiology (28th ed.). McGraw

Wilayah Kerja Puskesmas Wongsorejo Hill Lange.

Kabupaten Banyuwangi. 250. https://books.google.com/books?id=PumO

Farrar, J. (2013). Manson’s Tropical Diseases CgAAQBAJ

(23rd ed.). Elsevier. Ryan, E. T., Hill, D. R., Solomon, T., Aronson,

Harpenas, H., Syafar, M., & Ishak, H. (2017). N. E., & Endy, T. P. (2020). Hunter’s

Pencegahan Dan Penanggulangan Tropical Medicine and Emerging

Malaria Pada Masyarakat Di Kabupaten Infectious Diseases. In Travel Medicine

Mamuju Provinsi Sulawesi Barat. Jurnal and Infectious Disease (10th ed., Vol. 11,

Kesehatan Manarang, 2(1), 33. Issue 4). Elsevier.

https://doi.org/10.33490/jkm.v2i1.11 https://doi.org/10.1016/j.tmaid.2013.06.00

Kementrian Kesehatan RI. (2019). Buku Saku 7

Penatalaksanaan Kasus Malaria. Sandy, S., & Ayomi, I. (2018). Gambaran

http://www.pdpersi.co.id/kanalpersi/data/ pengetahuan, perilaku dan pencegahan

elibrary/bukusaku_malaria.pdf malaria oleh masyarakat di Kabupaten

Mawuntu, A. H. P. (2017). Malaria Serebral. Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat

Saintika Medika, 7(2), 1–21. Daya. Journal of Health Epidemiology

https://doi.org/10.22219/sm.v7i2.4069 and Communicable Diseases, 4(1), 7–14.

Meunier, Y. A. (2014). Tropical Diseases: A https://doi.org/10.22435/jhecds.v4i1.369

Anda mungkin juga menyukai