Anda di halaman 1dari 8

Nama : Zuhdatul Qanita Witri

NIM : 22002166

Matkul : Pendidikan Inklusi

Pertemuan 4

PERANAN GURU DAN TANGGUNG JAWAB GURU KELAS / GURU


BIDANG STUDI / GPK

A. Peranan Guru Kelas


1. Pengertian Guru

Menurut Idris (2008: 49) adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan
bimbingan kepada peserta didik dalam hal perkembangan jasmani dan ruhaniah untuk
mencapai tingkat kedewasaan. memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk
individu yang mandiri, dan makhluk sosial..

Kalimat yang sejak jaman dahulu menjadi istilah familiar terkait makna seorang guru
(dalam Mulyasa, 2008: 48) yaitu "guru itu artinya digugu lan ditiru". Digugu artinya segala
sesuatu yang disampaikan senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai kebenaran oleh semua
muridnya. Segala ilmu pengetahuan yang datangnya dari sang guru dijadikan sebagai sebuah
kebenaran yang tidak perlu dibuktikan atau diteliti lagi. Ditiru artinya ia menjadi uswatun
hasanah, menjadi suri teladan dan pamitan bagi muridnya, baik cara berpikir dan cara
berbicaranya maupun berprilaku schari-hari.

2. Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Secara luas peran guru dalam standar proses pendidikan khusus (Septiana: 2017: 134-
137) yaitu:

a. Dalam Perencanaan
a) Guru sebagai Inovator
Guru sebagai inovator Guru berperan sebagai pengembang sistem nilai ilmu
pengetahuan (Syamsudin, 2003). Nilai ilmu pengetahuan perlu dikembangkan bagi
peserta didik, karena pembelajaran tanpa nilai akan mengurangi esensi dari
pendidikan itu sendiri. Bagi peserta didik berkebutuhan khusus, nilai-nilai ilmu
pengetahuan yang dikombinasikan dengan nilai-nilai kehidupan akan lebih bermakna
sehingga peserta didik berkebutuhan khusus dapat memandang positif pembelajaran
yang didapatkannya. Implikasinya adalah peserta didik berkebutuhan khusus akan
memiliki sudut pandang yang positif terhadap kondisi yang dialaminya.

b) Guru sebagai Desaigner of Interactions (Perancang Pengajaran)

Peran ini berarti bahwa gurusenantiasa mampu dan siap merancang kegiatan
belajar mengajar yang efektif dan efisien (Muhibbin, 1995). Rancangan proses
pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan khusus harus disesuaikan dengan
tingkatan kemampuan dan kondisi yang dialami oleh peserta didik. Hal ini
bersesuaian dengan prinsip dan tujuan pendidikan khusus seperti yang telah
dikemukakan sebelumnya. Karena standar proses pendidikan khusus memiliki
keterkaitan dengan standar kompetensi lulusan dan standar isi, maka capaian
pembelajaran dan kedalaman serta keluasan materi yang akan diajarkan harus
disesuaikan agar peserta didik mampu mengikuti pembelajaran secara optimal.

b. Dalam Pelaksana
a) Guru sebagai Manager ofInteractions (pengelola interaksi antara guru dengan
peserta didik)

Guru menyelenggarakan dan mengendalikan seluruh tahapan proses belajar


mengajar. Dimulai dari kegiatan awal, inti, dan penutup. Guru bertanggung jawab
untuk mengatur ritme, pola. alokasi waktu pembelajaran dari awal hingga selesai.
Interaksi di dalam proses pembelajaran menjadi poin penting karena bukanhanya
peserta didik yang mendapatkan manfaat, namun juga guru memperoleh umpan balik
(feedback) dari peserta didik (BHP UNY, 2010)

b) Guru sebagai motivator


Peran guru sebagai motivator menjadi penting dalam rangka meningkatkan
semangat belajar peserta didik (Sadirman, 2011). Motivasi yang diberikan oleh guru
akan menjadi reinforcement (bantuan) untuk mengembangkan potensi peserta didik,
karena hal tersebut dapat berfungsi sebagai dasar bagi peserta didik berkebutuhan
khusus untuk menerima dirinya dan menumbuhkan rasa percaya diri akan potensi
yang dimilikinya (Dimyati, 2006).

c) Pembimbing atau Director

Guru sebagai pembimbing dituntut untuk mampu mengidentifikasi setiap potensi


maupun hambatan yang dialami oleh peserta didik di kelasnya (Syamsuddin, 2003).
Dengan kondisi yang dialaminya, peserta didik berkebutuhan khusus memerlukan
arahan atau bimbingan yangterpadu dari guru sehingga dapat mengikuti proses
pembelajaran secara seksama.

d) Inisiator

Guru diharapkan menghadirkan ide-ide pembelajaran yang mampu menginspirasi


peserta didik berkebutuhan khusus untuk mengeksplorasi pembelajaran secara aktif.
Hal ini dimaksudkan agar pembelajaran tidak bersifat monoton, sehingga diperlukan
kreativitas dari guru untuk memulai ide-ide pembelajaran yang mampu menarik minat
peserta didik (Sockartini, 1995).

e) Guru sebagai fasilitator

Guru perlu memfasilitasi peserta didik berkebutuhan khusus dalam proses


pembelajaran, dikarenakan kondisi dan kemampuan mereka yang terbatas. Oleh
karena demikian, peran guru dalam "menjembatani" antara kebutuhan belajar dan
tujuan pembelajaran menjadi penting.

c. Dalam Penilaian

Guru berperan sebagai evaluator, yaitu sebagai pihak yang mengevaluasi


pembelajaran itu sendiri dan mengevaluasi hasil belajar peserta didik (Mulyasa, 2005).
Evaluasi pembelajaran dapat memberikan guru informasi terkait keberhasilan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran, sementara itu evaluasi hasil belajar.

d. Dalam Pengawasan

Guru sebagai pelaksana dan penjamin ketercapaianisi standar. Guru memegang


peranan sebagai pihak yang menjadi pelaksana isi standar proses pendidikan. Terkait
dengan pelaksanaan isi standar, guru berkewajiban untuk melakukan monitoring secara
berkala selama rangkaian proses pembelajaran misalnya setiap minggu, setiap bulan. dan
setiap akhir tahun ajaran. Dalam praktiknya, guru harus memperhatikan rambu-rambu
yang terdapat dalam standar proses pendidikan khusus dalam merencanakan,
melaksanakan, menilai, dan mengawasi proses pembelajaran.

B. Peran Guru Bidang Studi

Indramurni (2019) mengatakan guru mata pelajaran atau bidang studi adalah guru yang
bertanggung jawab melaksanakan pembelajaran untuk mata pelajaran tertentu pada satuan
pendidikan sekolah dasar dan yang sederajat, sekolah menegah pertama dan yang sederajat,
sekolah menengah pertama dan yang sederajat serta sekolah menegah kejuruan atau madrasah
aliyah kejuruan.

Nurhayati (2014: 144) juga berpendapat bahwasanya guru bidang studi adalah guru yang
mengajar mata pelajaran tertentu sesuai kualifikasi yang di persyaratkan. Guru bidang studi
adalah guru yang mengajar seluruh siswa disemua kelas parallel dengan pembagian jam
pelajaran, dimana guru tersebut mengajarkan hanya satu pelajaran.

Guru bidang studi mempunyai tugas sebagai berikut:

a. Menciptakan iklim yang kondusif sehingga anak-anak merasa nyaman belajar di sekolah
atau dikelas
b. Menyusun dan melaksanakan assesmen pada semua anak untuk mengetahui kemampuan
dan kebutuhannya
c. Menyusun program Pengajaran Individu (PPI) bersama-sama dengan guru pendidikan
khusus
d. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar dan mengadakan penilaian kegiatan belajar
mengajar untuk mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya
e. Memberikan program perbaikan (remedial teaching) pengayaan atau percepatan bagi
siswa yang membutuhkan
f. Melaksanakan administrasi kelas sesuai dengan bidang tugasnya
C. Peran GPK
1. Pengertian Guru GPK

Marilyn (2015:76) menyebutkan Guru pendamping khusus juga sering disebut Guru
Pembimbing Khusus merupakan para tenaga profesional yang perannya teramat kompleks
dalam proses pengajaran siswa penyandang disabilitas. Anak berkebutuhan khusus biasanya
mengenyam pendidikan di SLB (Sekolah Luar Biasa) namun tidak jarang pula ada yang di
sekolahkan ke lembaga formal reguler karena orang tuanya kurang paham dengan kondisi
anaknya. Oleh karena itu dalam pengajaran terhadap peserta didik berkebutuhan khusus
tersebut supaya berhasil maksimal dibutuhkan guru pendamping yang biasa disebut guru
pembimbing khusus.

Maksud dari GPK sesuai dengan buku pedoman penyelanggara pendidikan inklusif tahun
2007 adalah guru yang mempunyai latarbelakang pendidikan khusus atau Pendidikan luar
biasa atau yang pernah mendapat pelatihan tentang pendidikan khusus atau luar biasa, yang
ditugaskan di sekolah inklusif.

Zakia (2015) menyebutkan bahwa syarat menjadi guru pendamping khusus sesuai dengan
pedoman penyelenggara pendidikan inklusif tahun 2007 adalah mereka yang memiliki latar
belakang pendidikan khusus atau Pendidikan Luar Biasa (PLB) atau lulusan S1 atau sederajat
yang diperoleh melalui perguruan tinggi yang menyelenggarakan program pendidikan tenaga
kependidikan dan program kependidikan non pendidikan.

Pendapat lain terkait pngertian guru pembimbing khusus yaitu disampaikan oleh Astuti
(2014: 158), menurut Astuti dalam jurnal Apriastuti dan Karwanto guru pendamping khusus
merupakan lulusan. Pendidikan Luar Biasa atau S1 Psikologi atau S1 Kependidikan yang
telah memperoleh pelatihan intensif dalam pendidikan khusus atau pernah mengajar Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) dalam kelas pendidikan khusus.
2. Kompetensi GPK

Buku Pedoman Pembinaan Tendik Direktur PSLB (dalam Depdiknas, 2007: 24)
mengungkapkan bahwa Kompetensi GPK selain dilandasi oleh empat kompetensi guru yang
utama (pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial), secara khusus juga berorientasi pada
tiga kemampuan utama, yaitu:

a. Kemampuan umum (general ability)

Kemampuan umum (general ability) adalah kemampuan yang diperlukan untuk


mendidik peserta didik pada umumnya (anak normal)

b. Kemampuan dasar (basic ability)

Kemampuan dasar (basic ability) adalah kemampuan yang diperlukan untuk


mendidik peserta didik berkebutuhan khusus

c. Kemampuan khusus (specific ability)

Kemampuan khusus (specific ability) adalah kemampuan yang diperlukan untuk


mendidik peserta didik kebutuhan khusus jenis tertentu (spesialis)

3. Tugas dan tanggung jawab GPK

Dalam PP 17 tahun 2010 Pasal (1) menjelaskan bahwa guru pembimbing khusus sebagai
pendidik pofesional memiliki tugas dan fungsi membimbing, mengajar, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik berkelainan pada satuan pendidikan umum, satuan pendidikan
kejuruan, dan/atau satuan pendidikan keagamaan.

Tugas dan tanggung jawab tersebut adalah, merencang dan melaksanakan program
kekhususan, melakukan proses identifikasi, asesmen dan menyusun PPI, melakukan
modifikasi kurikulum bersama guru kelas atau guru mata pelajaran, melakukan evaluasi dan
tindak lanjut, membuat program dan perkembangan peserta didik berkebutuhan khusus.
Tugas- tugas inilah yang perlu dilaksanakan oleh guru pembimbing khusus untuk
memberikan suatu pelayanan yang optimal bagi peserta didiknya di sekolah inklusif (dalam
Wardah, 2019: 96).
Menurut Depdiknas (dalam Wati, 2014: 375-376) mengatakan adapun tugas GPK adalah:

a. Memberikan bantuan berupa layanan khusus bagi anak-anak berkebutuhan khusus


yang mengalami hambatan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas umum,
berupa remedial ataupun pengayaan.
b. Memberikan bimbingan secara berkesinambungan dan membuat catatan khusus jika
terjadi pergantian guru
c. Memberikan bantuan (berbagi pengalaman) pada guru kelas dan/atau guru mata
pelajaran agar mereka dapat memberikan pelayanan pendidikan kepada anak-anak
berkebutuhan khusus.
d. Melaksanakan asesmen bersama team untuk mendiagnosa permasalahan belajar ABK
e. Membuat silabus, kurikulum, dan evaluasi yang disesuaikan dengan kemampuan
anak.

Dalam Pedoman Khusus Penyelenggara Inklusi tahun 2007 (dalam Zakia, 2015:112)
tugas GPK antara lain adalah:

a. Menyusun instrument asesmen pendidikan bersama-sama dengan guru kelas dan


guru mata pelajaran
b. Membangun sistem koordinasi antara guru, pihak sekolah dan orang tua peserta didik
c. Melaksanakan pendampingan ABK pada kegiatan pembelajaran bersama-sama
dengan guru kelas/guru mata pelajaran guru bidang studi
d. Memberikan bantuan layanan khusus bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang
mengalami hambatan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas umum, berupa
remidi ataupun pengayaan
e. Memberikan bimbingan secara berkesinambungan dan membuat catatan khusus
kepada anak-anak berkebutuhan khusus selama mengikuti kegiatan pembelajaran,
yang dapat dipahami jika terjadi pergantian guru
f. Memberikan bantuan (berbagi pengalaman) padaguru kelas dan/atau guru mata
pelajaran agar mereka dapat memberikan pelayanan pendidikan kepada anak-anak
berkebutuhan khusus. Hanya saja dalam pelaksanaan di lapangan, peran dan tugas
GPK mengalami penambahan. Seorang GPK bukan guru kelas dan juga bukan guru
mata pelajaran, tetapi guru yang berfungsi menjembatani kesulitan
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Apri Nur Mita dan Karwanto. 2014. "Manajemen Sekolah Inklusi di SD Negeri Babatan
V Surabaya". Jurnal Inspirasi Manajemen Pendidikan. Vol. 3 No. 3. Depdiknas. 2007,
Pedoman Khusus Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif tentang Pengadaan dan
Pembinaan Tenaga Pendidik Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Luar Biasa.

Idris, Muhamad. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Marilyn dan William D. Bursuck. 2015. Menuju Pendidikan Inklusi. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.

Makmun, Abin Syamsuddin, 2003. Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosda Karya.

Mulyasa. 2008. Menjadi Guru Profesional. Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyani, Gusvina. 2016. Pelaksanaan Tugas Pokok Guru Pendidik Khusus di Sekolah
Penyelenggara Pendidikan Inklusif (Penelitian Deskriptif Kualitatif di SD N 09 Koto
Luar). Jurnal Ilmiah Pendidikan Khusus. Volume 5 Nomor 1.

Septiana, Fajar Indra. Peran Guru Dalam Standar Proses Pendidikan Khusus Pada Lingkup
Pendidikan Formal (Sekolah Luar Biasa/Sekolah Khusus). Inclusive: Journal of Special
Eduacation. Volume III Nomor 02. Universitas Islam Nusantara.

Wardah, Erika Yunia, 2019. Peranan Guru Pembimbing Khusus Lulusan Non Pendidikan Luar
Biasa (Plb) Terhadap Pelayanan Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Inklusi
Kabupaten Lumajang. Jurnal Pendidikan Inklusi Volume 2 Nomor 2. Pendidikan Luar
Biasa, Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya. E-Issn: 2580-9806

Anda mungkin juga menyukai