Ibu Ayu - LL - I - CA COLON - Andri Leloni - 9102320002
Ibu Ayu - LL - I - CA COLON - Andri Leloni - 9102320002
OLEH:
Andri Leloni
9102320002
LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF DENGAN DIAGNOSA MEDIS CA COLON
Pembimbing Akademik
Surabaya,
*Kepala Ruang / Preseptor
Made Indra Ayu A, S.kep., Ns., M.kep
LAPORAN PENDAHULUAN : CA COLON
A. DEFINISI
B. ETIOLOGI
Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian kanker kolorektal
menurut (Soebachman, 2015) yaitu:
1. Usia
Risiko terkena kanker kolon meningkat dengan bertambahnya usia.
Kebanyakan kasus terjadi pada orang yang berusia 60-70 tahun. Jarang sekali
ada penderita kanker kolon yang usianya dibawah 50 tahun. Kalaupun ada,
bisa dipastikan dalam sejarah keluarganya ada yang terkena kanker kolon
juga.
2. Riwayat kanker
Seseorang yang pernah terdiagnosa menginap kanker kolon ( bahkan pernha
dirawat untuk kanker kolon) berisiko tinggi terkena kanker kolon lagi
kemudian hari. Wanita yang pernah mengidap kanker ovarium (indung
telur),kanker uterus, dan kanker payudara juga memiliki risiko yang lebih
besar untuk terkana kanker kolon.
3. Faktor keturunan/ genetika
Sejarah adanya kanker kolon dalam keluarga,khususnya pada keluarga dekat.
Orang yang keluarganya punya riwayat penyakit FAP(Familial Adenomatous
Polyposis) atau polip adenomatosa familial memiliki risiko 100% untuk
terkena kanker kolon sebelum usia 40 tahun bila FPA-nya tidak diobati.
Penyakit lain dalam keluarga adalah HNPCC( Hereditary Non Polyposis
Colorectal Cancer), yakin penyakit kanker kolorekatal nonpolip yang
menurun dalam keluarga atau sindrom.
4. Penyakit kolitis (radang kolon) ulseratif yang tidak diobati.
5. Kebiasaan merokok
Perokok memiliki risiko jauh lebih besar untuk terkena kanker kolon
dibandingkan dengan yang bukan perokok.
6. Kebiasaan makan
Konsumsi makanan yang rendah serat, banyak lemak dan protein.
C. PATOFISIOLOGI
Kanker kolon dan rektum (95%) adenokarisinoma ( muncul dari lapisan epitel
usus ). Dumuali sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menusup
serta merusak jaringan normal serta meluas dedalam struktur sekitarnya. Sel
kanker dapat terlepa dari tumor primer dan menyebar kebagian tubuh yang lain
(paling sering ke hati) (Japaries, 2013).
Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder,meliputi penyumbatan
lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus serta pendarahan.
Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses, serta timbulnya
metastase pada jaringan lain. Prognosis relatif baik bila lesi terbatas pada mukosa
dan submukosa pada saat reseks dilakukan dan jauh lebih jelek telah terjadi
mestatase ke kelenjar limfe, (Japaries, 2013).
Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker usus yang dapat tumbuh
secara lokal dan bermetastase luas. Adapun cara penyebaran ini melalui beberapa
cara. Penyebaran secara lokal biasanya masuk kedalam lapisan dinding usus
sampai keserosa dan lemak mesentrik,lalu sel kanker tersebut akan mengenai
organ disekitarnya. Adapun penyebaran yang lebih luas lagi didalam lumen usus
yaitu melalui limfatik dan sistem sirkulasi. Bila sel tersebut masuk melalui sistem
sirkulasi, maka sel kanker tersebut dapat terus masuk ke organ hati, kemudian
metastase ke organ paru-paru. Penyebaran ini dapat ke adrenal, ginjal,kulit,
tulang, dan otak. Sel kanker pun dapat menyebar ke daerah peritoneal pada saat
akan dilakukan reseksi tumor ( Diyono, 2013).
Hampir semua kanker kolorektal ini berkembang dari polip adenoma jenis
villous,tubular,dan viloutubular. Namun dari ketiga jenis adenoma ini, hanya
jenis villous dan tubular yang diperkirakan akan menjadi premaligna. Jenis
tubular berstruktur seperti bila dan bertangkai, dan sedangkan jenis villous
berstruktur tonjolan seperti jari-jari tangan dan tidak bertangkai. Kedua jenis ini
tumbuh menyerupai bunga kol di dalam kolon sehingga massa tersebut akan
menekan dinding mukosa kolon. Penekanan yang terus-menerus ini akan
mengalami lesi-lesi ulserasi yang akhirnya akan menjadi pendarahan kolon.
Selain pendarahan , maka obstruksi pun kadang dapat terjadi. Hanya saja lokasi
tumbuhnya adenma tersebut sebagai acuan. Bila adenoma tumbuh di dalam
lumen luas (ascendens dan transvrsum), maka obstruksi jarang terjadi. Hal ini
dikarenakan isi (feses masih mempunyai konsentrasi air cukup) masih dapat
melewati lumen tersebut dengan mengubah bentuk (disesuaikan dengan lekukan
lumen dan berkembang di daerah lumen yang sempit (desendens atau bagian
bawah), maka obstruksi akan terjadi karena tidak dapat melewat lumen yang
telah terdesak oleh massa. Namun kejadian obstruksi tersebut dapat terjadi total
atau parsial ( Diyono, 2013).
Secara genetika, kanker kolon merupakan penyakit yang kompleks.
Perubahan genetika sering dikaitkan dengan perkembangan dari lesi permalignan
(adenoma) untuk adenokasinoma invasif. Tangkaian peristiwa molekuler dan
genetika yang menyebabkan transformasi dari keganasan poli adenomatosa.
Proses awal adalah mutasi APC (adenomatosa Poliposis Gen) yang pertama kali
ditemukan pada individu dengan eluarga adenomatosa poliposis (FAP-familial
adenomatous polyposis). Protein yang dikodekan oleh APC penting dalam
aktivitas pnkogen c-myc dan siklinID, yang mendorong pengembangan menjadi
fenotipe ganas (Muttaqin, 2013).
D. WOC
Kebiasaan
makan rendah
serat, tinggi
Faktor Genetik Penyakit colitis Usia Merokok
lemak dan
protein
Metilasi Polimerasi
Usia > 70 tahun Zat nikotin dan
abnormal dari karsinogen Material
tar
DNA membuat DNA pembentuk
baru feses tidak
Penurunan lembut
Displasia
fungsi organ Masuk kedalam
pencernaan saluran
Kerusakan DNA pernafasan
Metaplasia Bahan
makanan,
Penurunan
mineral, cairan
Sintesis RNA peristaltic usus Berdifusi
Hyperplasia elektrolit
baru bersama O2
menumpuk
dan masuk
diusus
keseluruh
Mitosis Penurunan
Preoplasia tubuh
dipercepat absorbs air,
vitamin, eksresi
mucum dan Obstruksi
Menuju kolon
Pertumbuhan feses
sel abnormal
perubahan
Tertampung
metaplasia
didalam kolon
pada dinding
kolon
Sel- sel ganas
Terpapar dalam kolon
dengan sel beriinfasif
karsinogen
Meningkatkan
sel karsigon
CA COLON
B1 B2 B3 B4 B5 B6
Feses
Korteks cerebri
bercampur
RR meningkat
darah
Interprestasi merangsang
Kehilangan nyeri pengeluaran dopamin,
dipsnea serotonin, neurokinin
cairan aktif
melalui feses tipe I
Nyeri abdomen
MK : Pola nafas Merangsang
tidak efektif MK : CTZ pada
Hipovolemia otak/reseptor
MK : Nyeri
pada lambung
kronik
dan duedenum
Merangsang
mual
MK : Nausea
Kurang terpapar Khawatir dengan
CA COLON
informasi kondisi saat ini
Tindakan MK : Ansietas
pembedahan
MK : GAngguan citra
MK : Gangguan Melepas mediator nyeri
tubuh
intergritas (histamine, bradikinin,
kulit/jaringan prostaglandin)
Pengiriman implus
nyeri ke medulla
spinalis
Reseptor nyeri
Korteks cerebri
Interprestasi
nyeri
MK : Nyeri Akut
CA PARU
Kemoterapi Radiasi
Kolostomi
I. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Identitas diri
Jenis kelamin : Laki-laki : Perempuan = 1 : 1
Umur : > 60 Tahun
2. Keluhan utama : Tanda iritasi usus dan perubahan kebiasaan
defekasi: sering buang air besar, diare atau obstipasi, kadang kala obstipasi
dan diare silih berganti, tenesmus, anus turun tegang,sering terdapat nyeri
samar abdomen.
3. Riwayat penyakit sekarang :
a. Tanda iritasi usus dan perubahan kebiasaan defekasi: sering buang air
besar, diare atau obstipasi, kadang kala obstipasi dan diare silih
berganti, tenesmus, anus turun tegang,sering terdapat nyeri samar
abdomen.
b. Hematokezia : tumor luka ulserasi berdarah, kadang kala merah segar
atau merah gelap, biasanya tidak banyak intermitas. Jika posisi tumor
agak tinggi, darah dan feses bercampur menjadikan fese mirip selai,
kadang kala keluar lendir berdarah.
c. Ileus: ileus merupakan tanda lanjut kanker kolon. Ileus kolon sisi kiri
sring ditemukan. Kanker kolon tipe ulseratif atau hiperplastik
menginvasi kesekitar dinding usus membuat lumen usus menyimpit
sehingga ileus,sering berupa ileus mekanik nontotal kronis, mual-mual
timbul perut kembung,rasa tak enak peru
intermiten,borborigmi,obstipasi atau fese menjadi kecil (seperti pensil
atau tahi kambing) bahkan tak dapat buang angin atau feses.
Sedangkan ileus akut umumnya disebabkan karsinoma kolon tipe
infiltratif. Tidak jarang terjadi intususepsi dan ileus karena tumor pada
pasien lansia, maka pada lansia dengan intususepsi harus memikirkan
kemungkinan karsinoma kolon. Pada ileus akut maupun kronik, gejala
muntah tidak menonjol,bila terdapat muntah mungkin usus kecil
(khsusunya proksimal) sudah terinvasi tumor.
d. Massa abdominal. Ketika tumor tumbuh hingga batas tertentu di
daerah abdomen dapat diraba adanya massa, sering ditemukan pada
kolon belahan kanan. Pasien lansia umumnya mengurus, dinding
abdomen relatif longgar, massa mudah diraba. Pada awalnya massa
bersifat mobil, setelah menginvasi menjadi infeksi.
e. Anemia ,pengurusan, demam, astenia dan gejala toksik sistemik lain.
Karena pertumbuhan tumor menghabiskan nutrisi tubuh. Pendarahan
kronis, jangka panjang menyebabkan anemia, infeksi sekunder tumor
menyebabkan demam dan gejala otak.
4. Riwayat penyakit dahulu : Riwayat kanker sebelumnya, kolitis
5. Riwayat penyakit keluarga : Ada anggota keluarga yang pernah mengalami
kanker
6. Pola hidup : Merokok, kebiasaan makan makanan yang
rendah serat, banyak lemak dan protein.
7. Psikososial : merasa bingung dan khawatir dengan akibat
dari kondisi yang dialami, sulit berkonsentrasi, tampak gekisah, tampak
tegang, sulit tidur, merasa tidar percaya diri dengan luka bekas operasi,
merasa tidak percaya diri akibat penggunaan alat bantu defekasi kolostomi,
merasa depresi (tertekan), waspada, pola tidur berubah, gelisah
8. Pemeriksaan fisik
a. B1 :
- Dipnea saat/setelah aktifitas
- Dipsnea
- Penggunaan otot bantu pernafasan
- Fase ekspirasi memanjang
- Kusmaul
- Takipnea
- Pernafasan cuping hidung
b. B2 :
- Tekanan darah menurun
- Sianosis
- Takikardi
- Nadi teraba lemah
- Tekanan nadi menyempit
- Pucat
- Pengisian vena menurun
c. B3
- Pupil dilatasi
- Perubah status mental
- Mengeluh nyeri
- Tampak meringis
- Bersikap protektif
d. B4
- Desakan berkemih
- Urin menetes
- Sering buang air kecil
- Nokuria
- Mengompol
- Eurenesis
- Distensi kandung kemih
- Berkemih tidak tuntas
- Volume residu urin meningkat
e. B5
- Nyeri abdomen
- Defekasi lebih dari 3 kali dalam 24 jam
- Feses lembek dan cair
- Peristaltic usus meningkat/menurun
- Bising usus hiperaktif
- Mengeluh mual
- Merasa ingin muntah
- Tidak berminat makan
- Merasa asam dimulut
- Sering menelan
- Saliva meningkat
- Defekasi kurang dari 2 kali seminggu
- Pengeluara feses lama dan sulit
- Mengejan saat defekasi
- Feses keras
- Distensi abdomen
- Teraba masa pada rektal
- Berat badan turun tiba-tiba
f. B6
- Kelemahan umum
- Diaphoresis
- Turgor kulit menurun
- Membrane mukosa mengering
- Tidak mampu melakukan aktifitas
Analisa Data
12 Ds : Gangguan cintra
- Merasa tidar percaya diri tubuh
dengan luka bekas operasi (D. 0083)
- Merasa tidak percaya diri Hal. 186
akibat penggunaan alat bantu
defekasi kolostomi.
- Fungsi tubuh berubah
Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b/d kurangnya suplai O2 dalam tubuh dibuktikan
dengan dipsnea, penggunaan otot bantu pernafasan, fase ekspirasi memanjang,
kusmaul, takipnea, pernafasan cuping hidung
2. Intolerasnsi aktifitas b/d kelemahan dibuktikan dengan mengeluh lelah,
dipnsneu saat aktivitas, takikardi, sianosis, tekanan darah berubah.
3. Hipovolemia b/d kehilangan cairan aktif dibuktikan dengan takikardi, tekanan
darah menurun, nadi teraba lemah, tekanan nadi menyempit, turgor kulit
menurun, membrane mukosa mnegering, volume urin menurun, berat badan
turun tiba-tiba, pengisian vena menurun, perubah status mental.
4. Nyeri kronik b/d penekanan syaraf dibuktikan dengan mengeluh nyeri, merasa
depresi (tertekan), tampak meringis, gelisah, tidak mampu melakukan
aktifitas, bersikap protektif , waspada, pola tidur berubah.
5. Deficit nutrisi b/d ketidakmampuan mengabsorbsi nutrein dibuktikan dengan
IMT<25.
6. Nausea b/d distensi lambung dibuktikan dengan mengeluh mual, merasa ingin
muntah, tidak berminat makan, merasa asam dimulut, sering menelan, pucat,
diaphoresis, saliva meningkat, takikardi, pupil dilatasi.
7. Diare b/d iritasi gastrointestinal dibuktikan dengan defekasi lebih dari 3 kali
dalam 24 jam, feses lembek dan cair, peristaltic usus meningkat, bising usus
hiperaktif.
8. Konstipasi b/d obstruksi pada kolon dibuktikan dengan defekasi kurang dari 2
kali seminggu , pengeluara feses lama dan sulit, mengejan saat defekasi, feses
keras, peristaltic usus menurun, distensi abdomen, kelemahan umum, teraba
masa pada rektal.
9. Gangguan eliminasi urine b/d penurunan fungsi kandung kemih dibuktikan
dengan desakan berkemih, urin menetes, sering buang air kecil, nokuria,
mengompol, eurenesis, distensi kandung kemih, berkemih tidak tuntas,
volume residu urin meningkat
10. Gangguan intergritas kulit b/d luka insisi post pembedahan dibuktikan
dengan, kerusakan jaringan/lapisan kulit, nyeri perdarahan, kemerahan,
hematoma.
11. Ansietas b/d kurang terpapar informasi dibuktikan dengan Merasa bingung
dan khawatir dengan akibat dari kondisi yang dialam, sulit berkonsentrasi,
tampak gelisah, tampak tegang, sulit tidur.
12. Gangguan citra tubuh b/d efek tindakan pengobatan (pembedahan) dibuktikan
dengan merasa tidar percaya diri dengan luka bekas operasi, merasa tidak
percaya diri akibat penggunaan alat bantu defekasi kolostomi, fungsi tubuh
berubah.
Intervensi Keperawatan
26
oksigen diafragma
5. Monitor pola nafas 4. Agar pasien dapat
(bradikardi, takipneu, memahami tujuan dan
kusmaul, prosedur yang akan
hiperventilasi) dilakukan
Edukasi 5. Dengan memberikan
6. Jelaskan tujuan dan oksigenasi dapat
prosedur pemantuan membantu
pola napas memudahkan paru
Kolaborasi ekspensi maksimal
7. Kolaborasi dalam dan kebutuhan oksigen
pemberian oksigen menjadi adekuat
2 Intolerasnsi aktifitas b/d Setelah dilakukan tindakan Manajemen energi 1. Mengatahui faktor
kelemahan dibuktikan dengan keperawatan selama 23 x 24 jam (1.05178) Hal. 176 penyebab kelelahan
mengeluh lelah, dipnsneu saat diharapkan intoleransi aktifitas Observasi : 2. Mengetahui tingkat
aktivitas, takikardi, sianosis, membaik dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi gangguan kelehan fisik atau
tekanan darah berubah. Toleransi aktivitas (L. 05047, fungsi tubuh yang emosional yang dialami
hal. 149) mengakibatkan kelelahan pasien.
a. Frekuensi nadi menurun (60- 2. Monitor kelelahan fisik 3. Dengan teknik distraksi
100x/menit) dan emosional dapat menggalihkan focus
pasien terhadap sesak yang
27
b. Keluhan lelah menurun Terapeutik : dirasakan.
c. Dipsneu setelah aktifitas 3. Berikan aktivitas 4. Dengan tirah baring
menurun distraksi yang pasien mengurangi
d. RR membaik (16-20x/menit) menenangkan aktifitas yang dapt memicu
e. Tekanan darah membaik Edukasi : terjadinya kelelahan.
(80/120mmhg) 4. Anjurkan tirah baring 5. Jika kelelahan dan sesak
f. Sianosis menurun 5. Anjurkan menghubungi semakin parah dapat
perawat jika tanda dan menyebabkan pasien sulit
gejala tidak berkurang bernafas sehingga apabila
Kolaborasi : terjadi terus menerus
6. Kolaborasi dalam segera hubungi pelayanan
pemberian obat inhalasi kesehatan terdekat untuk
mendapatkan terapi.
6. Dengan pemberian obat
inhalasi membantu pasien
untuk mengurasi sesak
nafas akibat kelelahan.
3 Hipovolemia b/d kehilangan Setelah diklakukan tindakan Managemen Syok 1. Untuk mengetahui
cairan aktif dibuktikan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam Hipovolemik (1.02051, keadaan jantung dan
takikardi, tekanan darah diharapkan hypovolemia hal. 223) paru-paru
menurun, nadi teraba lemah, 2. Untuk mengetahui kadar
28
tekanan nadi menyempit, turgor membaik dengan kriteria hasil : Observasi oksigen didalam darah
kulit menurun, membrane Status caira (L. 03028, hal 107) 1. Monitor status 3. Untuk mengetahui
mukosa mnegering, volume urin a. Kekuatan nadi meningkat kardiopulmonar tingkat perdarahan yang
menurun, berat badan turun tiba- b. Frekuensi nadi membaik (frekuensi dan dialami pasien
tiba, pengisian vena menurun, (60-100x/menit) kekuatan nadi) 4. Untuk mengetahui
perubah status mental. c. Tekanan nadi membaik 2. Monitor status keadaan pasien secara
(teraba kuat) oksigenasi (oksimetri umum
d. Tekanan darah membaik nadi dan ADG) 5. Membantu memenuhi
(120/80mmhg) 3. Monitor status cairan kadar oksigen didalam
e. Membrane mukosa (masukan dan luaran, tubuh
membaik (lembab) turgor kulit, CRT) 6. Mempertahankan kadar
f. Turgor kulit meningkat < 3 4. Periksa tingkat oksigen didalam tubuh
detik kesadaran dan respon 7. Dengan posisi ini dapat
g. Pengisian vena meningkat pupil memperbaiki tekanan
Terapeutik darah pasa syaat
5. Pertahankan jalan mengalami syok.
nafas paten 8. Untuk mengatasi
6. Berikan oksigenasi terjadinya kehilangan
untuk darah yang banyak akib
mempertahankan at perdarahan
oksigen > 94% 9. Untuk mengetahui
29
7. Berikan posisi syok balance cairan pasien
(modified 10. Untuk mengetahui
trendelenberg) adanya gangguan
8. Pasang jalur IV pernafasan dan kesweim
berukuran besar (mis. bangan cairan elektrolit
Nomor 14 dan 16) didalam tubuh
9. Pasang kateter urin 11. Untuk membantu
untuk menilai mempertahankan cairan
produksi urin tubuh pasien serta
10. Ambil sampel darah mengganti cairan tubuh
untuk pemeriksaan yang hilang agar tidak
darah lengkap dan terjadi syok.
ellektrolit
Kolaborasi
11. Kolaborasi pemberian
cairan infus kristaloid
1-2 L pada dewasa
4 Nyeri kronik b/d penekanan Setelah dilakukan tindakan Intervensi utama 1. Mempengaruhi
syaraf dibuktikan dengan keperawatan selama 3 x 24 jam Management Nyeri pilihan/pengawasan
mengeluh nyeri, merasa depresi doharapkan myeri membaik keefektifan
30
(tertekan), tampak meringis, dengan kriteria hasil : 1.08238 hal. 201 penanganan
gelisah, tidak mampu melakukan Tingkat nyeri (L. 08066, hal. Observasi 2. Untuk mengetahui
aktifitas, bersikap protektif , 145) 1. Identifikasi lokasi, keefektifan
waspada, pola tidur berubah. a. Keluhan nyeri menurun karakteristik, durasi, penanganan
b. Kemampuan menuntaskan frekuensi, kualitas dan 3. Teknik relaksasi
aktifitas meningkat intensitas nyeri nonfarmakologis dapat
c. Gelisah menurun 2. Identifikasi skala nyeri dilakukan klien secara
d. Kesulitan tidur menurun mandiri dan membantu
e. Sikap protektif menurun Terapeutik meningkatkan koping
f. Meringis menurun 3. Berikan teknik klien terhadap nyeri
nonfarmakologis untuk 4. Mengurangi
mengurangi rasa nyeri ketidaknyamanan klien
(hypnosis, akupresur, 5. Istirahat dan tidur
terapi musik, massage, membantu kontraksi
aromaterapi, imajinasi dan relakasi otot
terbimbing) berirama sehingga
4. Kontrol lingkungan mengurangi sensitivitas
yang memperberat rasa terhadap nyeri
nyeri (mis. Suhu 6. Meningkat
ruangan, pencahayaan, pengetahuan klien dan
kebisingan) mengurangi kecemasan
31
5. Fasilitasi istirahat dan 7. Analgetik berperan
tidur untuk mengurangi rasa
Edukasi nyeri.
6. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri.
Kolaborasi
7. Kolaborasi dalam
pemberian analgetik,
jika perlu
32
Intervensi Keperawatan Post Kolostomi
34
ASUHAN KEPERAWATAN PALIATIF (KOMUNITAS)
NO. REG :
TANGGAL :21/04/2021
WAKTU :11.30 WIB
I. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Tn. P (L/P)
2. Umur : 60 tahun
3. Alamat : jl. X
4. Pekerjaan : Swasta
5. Pendidikan : SMA
6. Status Perkawinan : Menikah
7. Agama : Kristen
8. Suku Bangsa : Jawa
9. Status Pasien : Rawat Jalan √
Rawat Inap
10. Status Rujukan : Dirujuk dari :
Datang sendiri :
11. Diagnosis Rujukan:
12. 12. Data Keluarga Tinggal Satu Rumah:
No. Nama Umur Gender Hub. dgn Pendidika Pekerjaan Status
(Inisial) (th) (L/P) Pasien n Kesehatan
1 Tn. B 28 L Anak Sarjana Wiraswasta Sehat
Tahun pertama
2 Nn. S 24 P Anak Diploma Wiraswasta Sehat
Tahun kedua
3 Tn. M 19 L Anak Kuliah Pelajar Sehat
Tahun ketiga
4 Ny. T 55 P Istri SMA IRT Sehat
Tahun
35
13. Genogram Keluarga :
X X X X
X X X X X X X
60
Keterangan
:Perempuan
:Laki-laki
X :Meninggal
:Pasien
II. ANAMNESIS
36
saat aktivitas berlebih. Pasien mengatakan malu dengan kondisinya saat ini karena
adanya tindakan kolostomi yang menyebabkan pasien harus menggunakan kantong
kolostomi tsb.
3. Sistem Persarafan
37
a. Kesadaran :compos mentis GCS (EVM): 456
b. Pupil : √ Isokor ◊ Anisokor Masalah Keperawatan
√Diameter : 3/3mm Reflek cahaya : + / +
Tidak ada masalah
c. Reflek fisiologi : √ Ada ◊ Tidak
d. Reflek patologi : ......................................................
e. Gangguan persepsi sensorik : ◊ Ya √ Tidak
Pusing : …….. ◊ Ya √Tidak
Kebutuhan tidur : 8 jam/hari
f. Lain-lain: tidak ada masalah
4. Sistem Perkemihan
a. Keluhan: ◊ Kencing menetes ◊ Inkontinensia ◊ Retensi
◊ Disuria ◊ Hematuria ◊ Anuria
b. Produksi Urine : 1500 ml/hari √Warna kuning jernih
√Bau khas Masalah Keperawatan
c. Intake cairan: √Oral 1600cc/hari Tidak ada masalah
◊ Parenteral : - cc/hari
Status balance cairan:
d. Lain-lain: tidak ada masalah
5. Sistem Pencernaaan
a. Terpasang NGT : ◊ Ya √Tidak
Jumlah cairan keluar : - Karakteristik :-
b. Abdomen : ◊ Nyeri tekan ◊ Luka operasi ◊ Jejas √ Kolostomi
√ Supel ◊ Flet ◊ Distensi
c. Bising usus : 15 kali/menit
d. Keluhan: Mual ◊ Ya √ Tidak
Masalah Keperawatan
Muntah ◊ Ya √ Tidak Jumlah :
Nyeri telan: ◊ Ya √Tidak Deficit nutrisi
e. Diare / konsipasi / melena :
Jumlah : Karakteristik :
f. Kebiasaan BAB: 2 kali/minggu.
g. Jadwal makan : 3 Kali/hari.
h. Jenis makanan: lauk, nasi dan sayur
i. Porsi makan : 1 porsi ◊ Habis √ Tidak
j. Lain-lain: Px mengatakan nafsu makan berkurang sehingga berat badan turun 30kg
dari 68kg menjadi 38 kg.
mutisme
2. Kondisi emosional saat ini: marah / sedih / takut / stress / bingung / putus asa /
harga diri rendah (HDR) / gangguan body image / menarik diri / lain-lain
3. Pemahaman tentang penyakit & harapan hidup
A. Pasien : Sudah tahu : sejak kapan? Sejak 1 tahun yang lalu
Fase: denial / anger / bargaining / depresi / acceptance
Belum tahu ingin tahu / tidak mau tahu
Tanggapan pasien tentang penyakitnya dan masa depannya:
- Pasien mengatakan malu dengan kondisinya saat ini karena adanya tindakan
kolostomi yang menyebabkan pasien harus menggunakan kantong kolostomi tsb.
- Tidak mau keluar rumah
- Tidak mau dijenguk tetangga
39
4. A. Mood : normal / cemas / gangguan insight / preokupasi/
B. Afek : serasi / tidak serasi
cobaan
V. STATUS SOSIAL
1. Pekerjaan pasangan pasien:
PNS / Swasta / Wirausaha / buruh / petani / pensiunan / dagang / tidak bekerja
2. Yang dominan merawat pasien sehari-hari :
√Pasangan Tetangga
Anak √ Perawat / tenaga kesehatan lain
Orang tua Anggota keluarga lain
Tidak ada yang merawat
3. Hubungan pasien dengan lingkungannya: baik / menarik diri / isolasi sosial /
kurang interaksi / lain-lain ..............................................................................
4. Hubungan pasien dengan keluarganya: harmonis / konflik / lain-
lain .......................
5. Bagaimana keadaan dan aktivitas pasien saat ini?
Masih mampu mengerjakan sendiri
√ Sebagian dengan bantuan orang lain
Dengan menggunakan alat bantu
Selalu tergantung orang lain
40
Hanya tiduran saja
Lain-lain (jelaskan!)
Pasien masih bisa beraktivitas sendiri namun mudah terengah-engah saat aktivitas
berlebih dan mudah lelah
Masalah Keperawatan
Masalah Keperawatan
Tidak ada masalah
Masalah Keperawatan
Masalah Keperawatan
Tidak ada maslaah keperawatan
42
Hasil Nilai Normal
Hb 11,8 g/dL 12-14 g/dL
Eritrosit 4.55 10^⁶/ul 4,50-6,20 10^⁶/ul
Hematokrit 41,0 % 40,0-54,0 %
MCV 71,8 fL 81,0 – 96,0 f
MCH 27,6 pg 27,0 – 36 pg
MCHC 36,2 31,0 – 37,0 g/l
Lekosit 9,36 10^₃/ul 4,0 – 10,0 10^₃/ul
Neutrofil 6,19 10^₃/ul 1,50 - 7,00 10^₃/ul
Limfosit 24% 20 – 40 %
Monosit 0,24% 0,00 – 0,70 10^₃/ul
Elektrolit 135 mMol/L 132-147 mMol/l
X. DIAGNOSIS MEDIS
A. Utama : Ca Colon
Stadium : Stadium 2
Staging : T2 N1 M0
B. Paliatif
Nyeri : jenis : Nosiseptif somatic tulang
Nosiseptif somatic bukan tulang
Nosiseptif visceral
Deaferentasi : terus menerus / iontermitten
Sifat : Akut kronis
Derajat : ringan sedang berat
Penyebab: Akibat tumor
Akibat pengobatan tumor
Lain-lain
Keluhan selain nyeri : Px mengatakan nyeri disekitar stoma kolostomi
43
XI. TERAPI
1. Kolostomi
2. obat-obatan
3. Kemotererapi
44
BRIEF PAIN INVENTORY (BPI)
(Pengkajian Fokus Nyeri)
Apakah Saudara merasa nyeri sehubungan dengan penyakit Saudara derita sekarang?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak Tahu
Saat pertama kali diagnosa ditegakkan, apakah nyeri merupakan salah satu gejala?
1. Ya
2. Tidak
3. Tidak Tahu
Apakah Saudara dibedah satu bulan terakhir?
1. Ya
2. Tidak
Apakah Saudara mengalami nyeri (bukan nyeri biasa) satu minggu terakhir?
1. Ya
2. Tidak
DATA FOKUS
Riwayat nyeri : Ya Sejak :
Tidak
Frekuensi : Terus menerus
Kadang-kadang dengan gerakan
Istirahat Lain-lain
Lokasi (arsirlah!)
45
Kualitas : tajam / sharp aching / sakit throbbing / berdenyut
pressure like / seperti ditekan gnawing / perih sekali
rasa tertarik / dragging rasa terjepit / squeezing
rasa seperti diremas nyeri kolik / coliky
pain burning / rasa terbakar stinging / sengatan listrik
seperti ditusuk / lancinating numb / matirasa / kaku
parestesi / kesemuatan
Skala nyeri
46
Operasi :1x
Radioterapi : belum pernah
Kemoterapi :x
Rehabilitasi : belum pernah
Komplemen tx : belum pernah
Alternatif : belum pernah
Isilah No. 1 s/d 4 dengan melengkapi satu angka antara 0 = 10
1. Derajat nyeri paling berat dalam satu minggu terakhir
.............................................................................................................................................
2. Derajat nyeri paling ringan dalam satu minggu terakhir:
48
Andri Leloni
49
ANALISIS DATA
No MASALAH
DATA ETIOLOGI
. KEPERAWATAN
1 Ds : Intake menurun Intoleransi aktifitas
- Pasien mengatakan terengah- (D.0056)
engah saat melakukan Hal. 128
Energi menurun
aktifitas fisik berlebihan
- Pasien mengatakan mudah
lelah Metabolisme anaerob
Do :
menurun
- Sesak nafas saat aktifitas
- RR 20x/menit
- Nadi 89x/menit ATP menurun
- TD 110/80 mmhg
ADP menurun
Kelemahan
2 Ds : - Kolostomi Gangguan
Do : intergritas kulit
- Adanya kerusakan jaringan Luka insisi (D. 0129)
akibat post op Hal. 282
- Kemerahan Luka tidak dilakukan
- Bengkak perawatan dengan baik
- Adanya pus
- Nyeri disekitar area stoma Muncul tanda-tanda
infeksi
Gangguan intergritas
kulit
3 Ds : pasien mengatakan nafsu Distensi abdomen Deficit nutrisi
makan menurun (D. 0019)
Do : Perut rasa penuh Hal. 56
- BB dari 68 kg turun menjadi
38 kg Kehilangan nafsu makan
- TB 155 cm
- IMT 15,83 Intake tidak adekuat
Penurunan BB
50
4 Ds : Kolostomi Harga diri rendah
- Pasien mengatakan malu situasional
dengan kondisinya saat ini Gangguan citrra tubuh (D.0087)
Hal. 194
karena adanya tindakan
kolostomi yang Harga Diri Rendah
menyebabkan pasien harus Situasional
menggunakan kantong
kolostomi tsb.
- Pasien Tidak penah
mengikuti acara
keagamaan di lingkungan
karena malu dengan mau
yang kurang enak dari
kantong kolostominya
Do :
- Menarik diri
- Berbicara pelan dan
terputus-putus
- Tidak penah mengikuti
acara keagamaan di
lingkungan
51
- pernafasan cuping hidung
- RR 22x/menit, ATP menurun
- Nadi 89x/menit
- TD 110/80 mmhg
ADP menurun
Kelemahan
Sesak nafas
52
SKORING MASALAH KEPERAWATAN I: Intoleransi aktifitas
Nilai: Pembenaran
Kriteria Skor Bobot (skor/nilai Max)
x Bobot
1. Sifat masalah. 3 1 1 Px mengatakan
Skala : sesak nafas saaat
Aktual 3 melakukan
Resiko 2
aktfitas
Potensial 1
53
SKORING MASALAH KEPERAWATAN II: Gangguan intergritas kulit
Nilai: Pembenaran
Kriteria Skor Bobot (skor/nilai Max)
x Bobot
1. Sifat masalah. 3 1 1 Pasien
Skala : mengatakan luka
Aktual 3 terdapat
Resiko 2 kemerahan, erasa
Potensial 1 nyeri dan terdapat
pus
2. Kemungkinan masalah 2 2 2 Mudah diatasi
dapat diubah. dengan perawatan
Skala : kolostomi yang
Mudah 2 benar
Sebagian 1
Tdk dapat 0
3. Potensial masalah untuk 3 1 1 Tinggi untuk
dicegah. dapat dicegah
Skala : dengan
Tinggi 3 melakukan
Cukup 2 perawatan
Rendah 1 kolostomi dan
menjaga
kebersihan
kolostomi
4. Menonjolnya masalah. 0 1 0 Masalah tidak
Skala : terlalu dirasakan
Masalah berat harus karena pasien
segera di tangani 2 focus oada
Ada masalah tapi tidak kelelahan dan
perlu ditangani 1 sesak nafas yang
Masalah tidak dirasakan 0 dirasakan akibat
dari kekurangan
nutrisi
JUMLAH SKOR: 3
54
SKORING MASALAH KEPERAWATAN III: Defisit Nutrisi
Nilai: Pembenaran
Kriteria Skor Bobot (skor/nilai Max)
x Bobot
1. Sifat masalah. 3 1 1 Px mengatakan
Skala : penurunan berat
Aktual 3 badan yang drastic
Resiko 2 dan tidak nafsu
Potensial 1 makan
Nilai: Pembenaran
Kriteria Skor Bobot (skor/nilai Max)
x Bobot
1. Sifat masalah. 3 1 1 Px mengatakan
Skala : tidak mau
Aktual 3 berinteraksi
Resiko 2 dengan
Potensial 1 lingkungan akibat
dari penyakit
yang dirasakan
2. Kemungkinan masalah 0 2 0 Tidak dapat
55
dapat diubah. diubah karena
Skala : efek samping dari
Mudah 2 pengobatan
Sebagian 1 kemoterapi
Tdk dapat 0
Nilai: Pembenaran
Kriteria Skor Bobot (skor/nilai Max)
x Bobot
1. Sifat masalah. 3 1 1 Px mengatakan
Skala : sesak nafas
Aktual 3
Resiko 2
Potensial 1
JUMLAH SKOR: 5
DIAGNOSIS KEPERAWATAN
57
PERENCANAAN KEPERAWATAN
5 Harga diri rendah Setelah dilakukan Harga diri (L.09069, hal Promosi koping (1. 09312, hal. 1. Dengan mengidentifikasi
situasional b/d tindakan 30) 375) pemahan dapat mengetahui
perubahan pada citra keperawatan selama 1. Pasien mengatakan Observasi pemahaman pasien tentang
tubuh dibuktikan 2x24 jam menerima kondisinya 1. Identifikasi pemahaman proses penyakit yang mngkin
dengan diharapkan harga saat ini penyakit menjadi pemicu terhadap
pasien mengatakan diri rendah 2. Px tidak merasa malu 2. Identifikasi dampak situasi keadaannya saat ini
malu dengan situasional dengan apa yang terhadap peran dan hubungan 2. Untuk mengetahu sejauh
kondisinya saat ini membaik dialami saat ini 3. Identifikasi kebutuhan dan mana prilaku pasien
karena adanya 3. Px mau berinteraksi keinginan terhadap dukungan mempengaruhi peran dan
tindakan kolostomi dengan lingkungan sosial hubungan
yang menyebabkan 4. Gunakan pendekatan yang 3. Untuk mengetahui dukungan
pasien harus tenang dan menyakinkan yang dibutuhkan pasien
menggunakan 5. Fasilitasi dalam memperoleh 4. Agar pasien terbuka dan
kantong kolostomi informasi tentang penyakit kooperatif
tsb, pasien tidak yang dialami 5. Agar pasien tidak salah
penah mengikuti 6. Motivasi untuk menentukan perrsepsi dengan penyakit
acara keagamaan di harapan yang realistis yang dialami
lingkungan karena 7. Damping saat berduka 6. Agar pasien bisa menentukan
malu dengan mau 8. Anjurkan menjalin hubungan harapannya dimasa depan
yang kurang enak yang memiliki kepentingan dan 7. Agar pasien merasa ada yang
dari kantong tujuan yang sama peduli
kolostominya, 9. Ajurkan penggunaan sumber 8. Agar pasien merasa memiliki
menarik diri, spiritual teman dengan perasaan yang
berbicara pelan dan 10. Latih penggunaan teknik sama tapi tetap memiliki
terputus-putus, tidak relaksasi harapan.
penah mengikuti 9. Memberikan pasien
acara keagamaan di ketenangan
lingkungan. 10. Memberikan ketenangan
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN I
Bare & Smeltzer. (2015). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Brunner & Suddart. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:m EGC.
PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI
PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta Selatan: DPP PPNI
Wijaya, S & Putri, M. (2013). Buku Ajar Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Intan Murti
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERAWATAN KOLOSTOMI
Oleh :
FAKULTAS KEPERAWATAN
2021
PRODI PENDIDIKAN NERS No.Dok 01/komunitas/19
Revisi ke
M. EVALUASI
1. Evaluasi struktur:
a. Tempat, alat, dan media sesuai dengan keperluan
b. Model tempat lansia hipertensi duduk di Kursi
c. Pembicara menjelaskan di depan pasien dan keluarga tentang perawatan
kolostomi
d. Setting tempat
fasilitator
Peserta Peserta
2. Proses evaluasi
a. Proses penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar dan peserta penyuluhan
memahami materi penyuluhan yang diberikan.
b. Peserta penyuluhan memperhatikan materi yang diberikan.
c. Selama proses penyuluhan terjadi interkasi antara penyuluh dengan sasaran.
d. Peserta hadir 100% dan tidak ada peserta yang meninggalkan tempat
penyuluhan selama kegiatan berlangsung.
3. Evaluasi hasil :
a. Jelaskan pengertian kolostomi
Jawab :
Kolostomi adalah merupakan suatu lubang pada usus besar, sehingga
menciptakan anus buatan. Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
kolostomi yaitu pembuatan lubang pada saluran pencernaan untuk membuang
kotoran (BAB)/ saluran buatan untuk membuang kotoran (BAB)
b. Sebutkan tujuan perawatan kolostomi
Jawab :
- Menjaga kulit sekitar lubang buatan agar tidak lecet
- Kassa/tissue
- Vaselin / jelly
kolostomi
- Tempatkan pasien pada posisi tidur terlentang
- Buka kantong plastik dan kasa pelindung lubang buatan yang sudah
melingkar
- Ukur lubang buatan, lalu buat lubang pada kantong plastik yang bening
buatan
LAMPIRAN
A. Pengertian
Waktu untuk mengganti kantong kolostomi yaitu jika kantong sudah terlihat
penuh, bocor dan kotor segera diganti (Wahyu, 2017).
D. Alat-alat untuk perawatan kolostomi
Menurut Kemenkes (2017), alat yang harus disiapkan untuk melakukan perawatan
kolostomi dirumah adalah :
1. Kantong stoma
2. Kassa/tissue
3. Vaselin / jelly
kolostomi
7. Olesi vaselin atau jelly ke sekeliling lubang buatan dengan cara melingkar
8. Ukur lubang buatan, lalu buat lubang pada kantong plastik yang bening sesuai
10. Tempatkan kantong plastik bening pada lubang, tekan dengan lembut mulai
11. Cuci tangan kembali sesudah penolong melakukan perawatan lubang buatan
DAFTAR PUSTAKA
Wahyu, P. (2017). Perawatan kolostomi. Jakata: Cipta Nusa