Anda di halaman 1dari 5

Makalah Bughah

Madrasah Aliyah Negeri Kota Tegal

Kelompok 3
Kelas XI IPS 2
1. Maura Dwi Salsabila
2. M. Zainul Fikri
3. Moh. Lutfi Nur Hakim
4. M. Arsyad Rizki S
5. Muh. Rizqi Nur Fuadi

Jl. Pendidikan Pesurungan Lor, Margadana Kota Tegal


2023/2024
Kata Pengantar

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa karena berkat kebaikan-
Nya kami mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Tidak lupa, tim
penyusun atau kelompok lima ingin mengucapkan terima kasih kepada selaku Guru mata
Pelajaran fiqih yang sudah membantu kami dalam proses penggarapannya.
Makalah berjudul “ BUGHAT ” ini disusun untuk memenui tugas semester satu mata Pelajaran
fiqih. Kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Kami memohon maaf bila masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, baik
secara materi maupun penyampaian dalam karya tulis ini. Kami juga menerima kritik serta saran
dari pembaca agar dapat membuat makalah dengan lebih baik di kesempatan berikutnya.

Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang sesungguhnya.
Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang
membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada
khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.
Bab I
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Hukum Islam berintikan aturan-aturan yang bernuansakan sebuah hiasan hidup yang
ditetapkan Allah sebagai suatu bentuk cinta dan kasih sayang-Nya kepada hamba-hamba-
Nya, agar tercipta hidup yang penuh keindahan, kadamaian, dan ketentraman bagi
manusia, sebagai khalifah di muka bumi yang harus senantiasa menjaga, memelihara, dan
menghindari segala bentuk perbuatan jahat yang berdampak pada kerusakan. Dalam hal
ini, diantara aturan-aturan itu adalah terkait hukuman bagi segala macam pelanggaran,
lebih khususnya adalah tentang tindak pelanggaran yang berupa pemberontakan (bughat),
dengan beberapa pembahasan yang mungkin belum banyak diketahui ataupun dipahami
oleh karenanya, dirasa begitu penting dibahas, guna menjadi bagian dari usaha
memberikan kajian ilmu pengetahuan agama bagi mereka yang membutuhkan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Bughah ?


2. Apa tindakan hukum terhadap Bughah?
3. Apa status pembangkang?
PEMBAHASAN

Bughah (Pembangkang)

1. Pengertian Bughah (Pembanggakang)

Kata bughah adalah jama dari isim fail (‫ )باغ‬filnya (‫ )بقى – يُب ِْغي‬yang berarti
mencari dan dapat pula berarti maksiyat: melampaui batas, berpaling dari kebenaran,
zhalim, Para ulama memberi pengertian: "Mereka (bughah) ialah orang- orang yang
menentang Imam (penguasa) dengan jalan keluar dari (pimpinannya) dan tidak
mentaatinya atau menolak kewajiban yang dibebankan kepada mereka dengan syarat,
mereka mempunyai kekuatan, mempunyai takwil (alasan) tindakan mereka keluar
dari pimpinan Imam atau tindakan mereka menolak kewajiban mempunyai pengikut
dan mempunyai imam yang diangkat." Jadi bughah dalam pengertian syara' adalah
orang yang menentang atau memberontak kepada pemimpin pemerintahan Islam
yang sah. Tindakan mereka dapat berupa keluar atau memisahkan diri dari kekuasaan
serta pimpinan (imam) dapat juga berupa tidak mau mentaati perintah imam atau
menolak kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada mereka, seperti zakat.
Orang-orang yang berbuat demikian itu dapat disebut bughah dan diperlakukan
hukum bughah terhadap mereka, jika telah memenuhi syarat-syarat :

a. Mereka mempunyai kekuatan, baik berupa pengikut maupun senjata Jadi tindakan
menentang Imam yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak memiliki kekuatan
tidak dapat diperlakukan hukum bughah

b. Mereka mempunyal alasan mengapa mereka menentang imam alasan mengapa


mereka keluar dari pimpinan imam atau alasan mereka menolak melaksanakan
kewajiban yang dibebankan pada mereka Jika mereka tidak mempunyai alasan atau
tidak mempunyai paham yang menurut mereka dapat diberiak dasar untuk menentang
imam, maka hukum bughah tidak dapat diberlakukan pada mereka

c. Mereka mempunyai pengikut yang yang setuju dengan mereka. Dengan demikian
mereka mendapatkan kekuatan Tanpa pengikut tidak tidak dapat dikatakan bughah.

d. Mereka mempunyai pimpinan yang ditaati. Tanpa pimpinan berarti mereka tidak
mempunyai kekuatan sebab mereka tidak dapat bersatu dalam pendapat dan tindakan.

2. Tindakan Hukum terhadap Bughah

Terhadap bughah wajib diusahakan agar mereka kembali taat itu dilakukan dengan
bertahap, yaitu mula mangan, kemudian Bidak berhasil dipergunakan dengan cara
lebih berat dan seterusnya sampai cara yang paling berat. Secara tertib pelaksanaan
tindakan tonsoul salah
a. Mengirim utusan kepada mereka untuk mengetahui sebab-sebab melakukan
pemberontakan. Apabila mereka atau keraguan mereka, maka usahakan agar
ketidaktahuan atau keraguan itu hilang.
b. Jika dengan tindakan pertama tidak berhasil dan mereka tetap bertahan dengan
pendapat mereka, tindakan selanjutnya adaklah menasihati mereka dan mengajak
untuk mentaati imam yang sah.
c. Jika usaha kedua itu pun tidak berhasil, maka tindakan ketiga adalah memberi
ultimatum atau ancaman akan diperangi, jika dengan ultimatum itu mereka itu
meminta waktu, harus diteliti apakah waktu yang diminta itu akan dipergunakan
untuk merenungkan memikirkan kembali pendapatnya atau hanya sekedar ingin
mengulur-ulur waktu. Jika ada alasan bahwa mereka akan berpikir untuk
menghilangkan keraguan mereka diberi kesempatan, tetapi jika ternyata mereka
ingin mengulur waktu tidak perlu diberi kesempatan.
d. Jika dengan tindakan ketiga tersebut mereka masih tetap tidak mau kembali taat,
tindakan terakhir adalah memerangi mereka sampai sadar dan kembali taat.

3. Status Hukum Pembangkang

Pembangkang (bughah) tidak dihukum kafir, karena Allah sendiri menyatakan dalam
surat Al Hujurat ayat 9 tersebut dengan ungkapan ‫ َوِإ ْن طَابِفَتَا ِن ِمنَ ْال ُمْؤ ِمنِينَ ا ْقتَتَلُوْ ا‬Dan jika dua
golongan dari orang-orang mukmin berperang jadi kaum pembangkang masih dalam
kelompok orang-orang mukmin. jika mereka taubat, taubatnya diterima, mereka tidak
boleh lagi diperangi Oleh sebab itu, tawanan kaum pembangkang tidak boleh dibunuh,
tetapi cukup ditahan saja, hingga mereka kembali sadar harta kekayaan mereka yang
terlanjur dirampas, tidak boleh dijadikan sebagai ghonimah harta rampasan perang
Apabila mereka sudah insaf harus dikembalikan lagi. Mereka yang tertawan dalam
keadaaan luka parah harus dirawat. Pada saat terjadi perang jika mereka mundur, tidak
boleh dikejar. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah bahwa: Pada waktu terjadi perang
Jamal Ali ra menyuruh agar diserukan: "Yang telah mengundurkan diri jangan dikejar
Yang luka-luka jangan segera dimatikan. Yang tertangkap jangan dibunuh. Dan barang
siapa meletakkan senjatanya, harus diamankan."
(Mughni Muhtaj) (DEPAG, hal 276-280)

Anda mungkin juga menyukai