Anda di halaman 1dari 11

KAWULO WARGA NALURI

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur dari mata kuliah


Aliran Kepercayaan

MAKALAH

Dosen Pengampu:
Drs. M. Qomarul Huda M. Fil. I

Penyusun:
Mohammad Ginanjar Erfan NIM. 21101026

PROGRAM STUDI AGAMA AGAMA


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahhirobbil’alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya baik berupa kenikmatan maupun kesehatan lahir
dan batin, sehingga kita senantiasa dalam lindungan dan limpahan rahmat-Nya. Tidak
lupa shalawat serta salam tak henti-hentinya kita panjatkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. beserta seluruh keluarga serta sahabatnya, dan seluruh umat
manusia yang mengikutinya.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Aliran Kepercayaan
dari bpk Drs. M. Qomarul Huda M. Fil. I selaku pengampu mata kuliah. Selain itu,
makalah ini adalah sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam menganalisis.
Kami selaku penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak lepas dari
bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, yang akhirnya dapat
terlaksanakannya pembuatan makalah ini dengan sempurna.
Semoga apa yang kami tulis ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca
maupun pendengar dan orang yang telah mempercayai makalah ini sebagai referensi.
Tidak lupa kami selaku penulis memohon maaf apabila selama proses pembuatan
makalah ini ada hal-hal yang tidak patut dan tidak semestinya antara adab seorang
mahasiswa dengan dosen. Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan
kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua yang membaca dan membutuhkannya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Kediri, 7 Juni 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................................iii
Bab I Pendahuluan...........................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................2
C. Tujuan ....................................................................................................................2
Bab II Pembahasan..........................................................................................................3
1. Bagaimana sejarah Kawulo Warga Naluri..............................................................3
2. Bagaimana Doktrin Kawulo Warga Naluri.............................................................5
3. Apa pedoman Kawulo Warga Naluri…………………………………………...…6
Bab III Penutup................................................................................................................7
A. Kesimpulan.............................................................................................................7
Daftar Pustaka…………………………………………………………………………..8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah sebuah negara yang terdiri dari beragam suku bangsa dan
bahasa yang tersebar mulai dari Sabang hingga Merauke. Keberagaman yang ada
dalam masyarakat Indonesia telah membentuk beragam kebudayaan dan falsafah
hidup masyarakatnya. Salah satu aspek dari keberagaman bangsa Indonesia adalah
keberagaman keagamaan. Berdasarkan Penetapan Presiden Nomor 1 Tahun 1965,
pemerintah mengakui enam agama yang ada di Indonesia, yaitu Islam, Kristen,
Katolik, Hindu, Budha, dan Konghucu yang diakui melalui Undang-Undang
Nomor 5 tahun 1969. Namun, regulasi ini memiliki kelemahan karena hanya
menyebutkan agama-agama yang berasal dari luar negeri dan tidak
mencantumkan agama-agama pribumi.

Dalam sejarahnya, aliran kepercayaan pernah mengalami masa-masa


kehidupan yang tenang dan nyaman di Indonesia, di mana penganutnya dapat
dengan bebas menjalankan keyakinan dan kepercayaan mereka. Namun,
segalanya berubah menjadi tragis setelah terjadinya peristiwa G30S 1965. Setelah
peristiwa tersebut, aliran kepercayaan seringkali dikaitkan dengan Partai Komunis
Indonesia (PKI) dan menjadi korban stigmatisasi.

Akibat dari stigmatisasi dan keterkaitan dengan tragedi 1965, banyak


pengikut aliran kepercayaan (kebatinan) memutuskan untuk pindah dan
bergabung dengan agama-agama resmi lainnya. Setelah rezim Orde Baru runtuh,
harapan baru muncul di kalangan penganut aliran kepercayaan (kebatinan) di
Indonesia. Diskriminasi yang sebelumnya dialamatkan kepada mereka mulai
perlahan terkikis.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Kawulo Warga Naluri?
2. Bagaimana doktrin Kawilo Warga Naluri?
3. Apa pedoman Kawulo Warga Naluri?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah Kawulo Warga Naluri.
2. Untuk mengetahui doktrin Kawulo Warga Naluri.
3. Untuk mengetahui pedoman Kawulo Warga Naluri.

2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Bagaimana sejarah Kawulo Warga Naluri
Kawula Warga Naluri (KWN) adalah sebuah organisasi keagamaan yang
telah ada sejak masa penjajahan Belanda. Gerakan ini aktif di wilayah Kabupaten
Ciamis, Cilacap, dan beberapa daerah lain di Karesidenan Banyumas. Gerakan ini
mengikuti ajaran-ajaran yang terdapat dalam buku Darmagandhul.

Pendiri gerakan ini adalah R.M. Hadikusumo, yang masih berasal dari
keturunan bangsawan Yogyakarta. Pada masa muda, dia memiliki minat dalam
mempelajari ilmu kebatinan, terutama dari pelajaran-pelajaran yang terdapat
dalam kitab-kitab seperti Piwulang Wali Sanga dan Darmagandhul. Isi dari kitab
Wali Sanga tersebut dikenal sebagai pelajaran ilmu sejati, yang merupakan inti
dari ajaran-ajaran Islam. Namun, dengan penelitian yang mendalam, seseorang
akan dengan cepat mengetahui bahwa isi buku tersebut sebenarnya adalah ajaran
sufi (mistik) yang terpengaruh oleh aliran Islam yang bercampur dengan ajaran-
ajaran dari agama Hindu dan Budha (yoga).

Adapun kitab Darmagandhul isinya meriwayatkan masuknya Islam ke


tanah Jawa, robohnya kerajaan Majapahit, wejangan-wejangan pihak Majapahit
sebelum moksa (meninggal dunia), ramalan-ramalan perkembangan sejarah Tanah
Jawa (termasuk cerita Ratu Adil) dan kupasan-kupasan arti agama-agama yang
sekarang hidup dan berkembang Gerakan ini merupakan sebuah organisasi yang
pelaksanaannya mirip dengan ajaran-ajaran kebatinan lain yang ada di Jawa, di
mana kekuasaan berada di tangan seorang bapak guru, dalam hal ini R.M.
Hadikusumo.

Beliau memiliki pengikut yang sangat setia dan patuh, baik dalam hal
ajaran maupun pelaksanaannya. Salah satu pengikut setianya berasal dari
Gandrungmangun, wilayah barat Kabupaten Cilacap yang berdekatan dengan
perbatasan Ciamis, yaitu K.H. Kasbullah. Setelah R.M. Hadikusumo meninggal
dunia, K.H. Kasbullah diberi tanggung jawab untuk melanjutkan KWN

3
berdasarkan wasiat atau pesan yang ditinggalkan oleh R.M. Hadikusumo sebelum
beliau wafat.

Gerakan ini didirikan berdasarkan prinsip-prinsip ketuhanan,


kemanusiaan, dan kekeluargaan yang mengikuti jejak warisan nenek moyang
Jawa, sejalan dengan aturan pemerintahan yang sah, yaitu pemerintahan Republik
Indonesia setelah kemerdekaan. Namun setelah pemulihan Republik Indonesia,
sekitar tahun 1952, terjadi perbedaan pandangan antara K.H. Kasbullah dan R.
Nurhadi mengenai pelaksanaan ajaran KWN. K.H. Kasbullah tetap
mempertahankan ajaran sebagaimana yang diajarkan oleh gurunya, R.M.
Hadikusumo, ayah dari R. Nurhadi. Namun, R. Nurhadi memiliki pandangan yang
berbeda. Ia berpendapat bahwa ajaran-ajaran KWN harus disesuaikan dengan
perkembangan zaman dan tidak hanya mengikuti naluri nenek moyang Jawa
secara murni. Pendapat ini dianggap sebagai pandangan yang fleksibel dan
dinamis.

Ketegangan antara keduanya semakin meningkat, dan akhirnya R. Nurhadi


memutuskan untuk memisahkan diri dari kepemimpinan K.H. Kasbullah. Sebagai
hasilnya, KWN pada saat itu terbagi menjadi dua kelompok. Satu kelompok
mengikuti pandangan R. Nurhadi, yang kebanyakan terdiri dari orang-orang di
sekitar Gombong dan Kebumen, karena R. Nurhadi tinggal di Wonokriyo yang
termasuk dalam Kawedanan Gombong. Kelompok lain tetap mengikuti
pandangan K.H. Kasbullah, yang umumnya terdiri dari orang-orang yang lebih
tradisional dan bermukim di sebelah barat Kroya, termasuk anggota-anggota yang
ada di Kabupaten Ciamis. Namun, ketegangan ini tidak berlangsung lama karena
pada tahun 1952 K.H. Kasbullah meninggal dunia1.

Dinamika sosial dan politik setelah peristiwa G30S tahun 1965 berdampak
pada sistem kepercayaan sebagian penganutnya. Salah satu dampaknya adalah
pembubaran aliran KWN di Kabupaten Banjarnegara pada tahun 1966. Pembubaran
ini dilakukan berdasarkan pemahaman tentang apa yang dianggap sebagai agama

1
Kamil. Kertapradja. ALIRAN KEBATINAN DAN KEPERCAYAAN DI INDONESIA. (Jakarta: yayasan
masagung. 1985). Hal. 140.

4
dan "bukan agama", di mana KWN dianggap sebagai kepercayaan, bukan agama.
Penerimaan dan tanggapan terhadap definisi KWN sebagai kepercayaan dan bukan
agama mencerminkan nilai-nilai budaya yang dianut oleh masyarakat pedesaan.
Respons ini terkait dengan orientasi nilai-nilai budaya Jawa yang dianut oleh para
penganut KWN pada tahun 1950-an, di mana mereka cenderung menerima keadaan
dalam menghadapi kesulitan hidup, meskipun ada yang mempelajari Jawa klasik.
Berdasarkan orientasi nilai-nilai budaya tersebut, orang Jawa cenderung
memiliki sikap penerimaan terhadap kesulitan hidup (penerimaan). Nilai ini juga
dipegang oleh penganut KWN dalam menghadapi stereotip "belum beragama",
yang berarti mereka menerima bahwa sistem kepercayaan mereka dihubungkan
dengan politik dan isu komunis. Di sisi lain, definisi agama lebih inklusif terhadap
agama-agama dunia, sementara "non-religius" cenderung mengabaikan KWN
dengan stereotip "non-religius".2

2. Doktrin Kawulo Warga Naluri


Doktrin Kawulo Warga Naluri (KWN) mencakup serangkaian ajaran dan
prinsip-prinsip yang menjadi dasar kepercayaan dan praktik dalam aliran ini.
Berikut adalah penjelasan mengenai doktrin utama dalam KWN:

1. Ketuhanan: KWN mengakui adanya Tuhan yang merupakan sumber


kehidupan dan kekuatan yang melingkupi alam semesta. Mereka percaya
bahwa koneksi spiritual dengan Tuhan sangat penting dan dapat dicapai
melalui pengabdian, meditasi, dan pengembangan diri.

2. Kemanusiaan: KWN mengajarkan pentingnya menghormati, mencintai,


dan merawat sesama manusia. Mereka memandang bahwa setiap individu
memiliki nilai yang sama di hadapan Tuhan dan bahwa kasih sayang dan
keadilan harus menjadi landasan hubungan sosial.

3. Kekeluargaan: Aliran KWN menekankan pentingnya hubungan keluarga


dan persatuan antara anggota komunitas. Mereka meyakini bahwa
keluarga adalah inti dari masyarakat yang sehat, dan saling mendukung
2
Puji. Suliani. Dkk. “Keberlanjutan Identitas Budaya eks-Penganut Kawula Warga Naluri 1966-
1971 Di Banjarnegara”. https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jw/. Hal. 4.

5
serta membantu sesama anggota keluarga merupakan nilai yang dijunjung
tinggi.

4. Spiritualitas dan kebatinan: KWN memiliki fokus yang kuat pada


pengembangan spiritualitas individu. Mereka mengajarkan praktik-praktik
kebatinan, termasuk meditasi, pemurnian batin, dan penelusuran jati diri.
Tujuan dari praktik-praktik ini adalah mencapai pemahaman yang lebih
dalam tentang hakikat kehidupan dan hubungan dengan yang Ilahi.

5. Penyesuaian dengan perkembangan zaman: KWN memiliki pemahaman


bahwa ajaran dan praktik kebatinan juga harus berkembang seiring dengan
perubahan zaman. Mereka mengakui perlunya menyesuaikan ajaran-ajaran
dengan konteks modern tanpa kehilangan esensi inti dari ajaran nenek
moyang Jawa.3

Meskipun ada perbedaan dalam interpretasi dan penerapan doktrin-doktrin


ini antara K.H. Kasbullah dan R. Nurhadi serta pengikut mereka, kesamaan dalam
prinsip-prinsip utama tetap menjadi pijakan dalam kepercayaan KWN.

3. Pedoman Kawulo Warga Naluri


kitab Darmagandhul isinya meriwayatkan masuknya Islam ke tanah Jawa,
robohnya kerajaan Majapahit, wejangan-wejangan pihak Majapahit sebelum moksa
(meninggal dunia), ramalan-ramalan perkembangan sejarah Tanah Jawa (termasuk
cerita Ratu Adil) dan kupasan-kupasan arti agama-agama yang sekarang hidup dan
berkembang,
Sebagian ada yang berpendapat bahwa pengarang sesungguhnya adalah
Ronggowarsito dengan nama samaran Kalamwadi, yang dalam bahasa Jawa dapat pula
berarti kabar (kalam) yang dirahasiakan (wadi). Karya ini ditulis dalam bentuk dialog
yang terjadi antara Ki Kalamwadi dan muridnya Darmagandhul.
Dalam kitab Darmagandhul terdapat ucapan-ucapan yang kurang lebih
mengatakan hal berikut: "Sunan Kalijaga berkata, 'Lafalnya adalah asyhadu allah ilaaha
illalaaha wa asyhadu anna muhammadar Rasuulullaah'. Artinya: 'Aku menyaksikan
3
Satria. Adhitama. “IMPLEMENTASI AJARAN KEJAWEN OLEH PAGUYUBAN BUDAYA BANGSA”.
Volume 22. No. 2. 2022. Hal. 39.

6
bahwa tak ada Tuhan melainkan Allah dan aku menyaksikan bahwa Muhammad utusan
Allah'. Lafal semacam itu disebut Sahadat Sarengat. Sarengat memiliki arti bahwa saat
seseorang tidur, kemaluannya bangkit. Ada beberapa kata yang perlu dikaitkan dengan
sarengat, yaitu tarekat, hakekat, dan makripat. Tarekat berarti meminta izin atau
persetubuhan kepada pasangannya; hakekat berarti saling menyatu, laki-laki dan
perempuan harus bersatu dalam keharmonisan; dan makripat berarti mengetahui dan
memahami syarat-syarat pernikahan, termasuk persetubuhan, yang boleh dilakukan
pada siang hari. Oleh karena itu, setiap individu harus memahami sahadat sarengat baik
secara lahir maupun batin.4

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada Gerakan Kawula Warga Naluri (KWN) adalah sebuah inisiatif
kepercayaan yang telah muncul sejak zaman penjajahan Belanda. Gerakan ini
aktif di daerah Kabupaten Ciamis, Cilacap, dan beberapa wilayah di Karesidenan
Banyumas. Inspirasi gerakan ini berasal dari buku Darmagandhul.

Gerakan ini didirikan oleh R.M. Hadikusumo, seorang keturunan


bangsawan dari Yogyakarta. Aliran ini berdasarkan pada keyakinan akan Tuhan,
nilai-nilai kemanusiaan, dan kekeluargaan sesuai dengan jejak leluhur Jawa yang
sejalan dengan pemerintahan yang sah (setelah kemerdekaan, yaitu pemerintah
Republik Indonesia). Tujuannya adalah mencari kesempurnaan baik secara fisik
maupun spiritual bagi para anggotanya. Gerakan ini merupakan organisasi, namun
dalam pelaksanaannya mengadopsi prinsip-prinsip kebatinan lain yang ada di
Tanah Jawa, di mana kekuasaan berada di tangan seorang guru (imam jamaah).

4
Ibid. Hal. 5.

7
DAFTAR PUSTAKA

Kamil. Kertapradja. ALIRAN KEBATINAN DAN KEPERCAYAAN DI INDONESIA. (Jakarta: yayasan masagung.
1985).
Satria. Adhitama. “IMPLEMENTASI AJARAN KEJAWEN OLEH PAGUYUBAN BUDAYA BANGSA”. Volume 22.
No. 2. 2022.
Puji. Suliani. Dkk. “Keberlanjutan Identitas Budaya eks-Penganut Kawula Warga Naluri 1966-1971 Di
Banjarnegara”. https://journal.uinsgd.ac.id/index.php/jw/.

Anda mungkin juga menyukai