Anda di halaman 1dari 61

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. ‘Arudh

Ilmu ‘Arudh termasuk dalam kajian ilmu bahasa Arab (Lughoh). Ta’rif
menurut bahasa ialah tepi (nahiyah) atau nama sebuah daerah antara Mekah
dan Tho’if ketika pencetus ilmu ‘Arudh mendapatkan ilmu ini di daerah
bernama ‘Arudh Menurut istilah, ‘Arudl adalah cabang ilmu yang membahas
dasar-dasar kaidah, yang dengannya seseorang dapat membedakan wazan-
wazan sya’ir arab yang benar dan yang salah, serta membahas perubahan-
perubahan yang ada pada wazan sebuah sya’ir, baik perubahan itu berupa zihaf
maupun ‘illat.

Menurut pendapat yang masyhur, pencetus ilmu ‘Arudh adalah Imam


Kholil bin Ahmad Al-Farohidy Al-Bashriy (100-173 H./718-789 M.). ilmu ini
dicetuskan beliau pada kurun waktu kedua tahun Hijriyyah. Sebelum ilmu ini
muncul, para pakar sya’ir melantunkan sya’ir-sya’ir mereka sesuai dengan
metode pendahulu mereka saja atau hanya mengandalkan bakat dan insting
mereka. Orang arab dikaruniai Allah secara naluri memiliki bakat bersya’ir,
sebagaimana tabiat bahasa mereka selalu menggunakan bahasa arab fusha
(fasih), meskipun kemampuan dan bakat itu tidak mereka sadari dan diwariskan
secara turun temurun. Baru kemudian para ulama’ yang diilhami Allah untuk
merumuskan dan membukukan kaidah-kaidah sya’ir maupun nahwu-sharaf
(tata bahasa). Imam Kholil adalah adalah orang yang diberi karunia Allah
mengetahui rahasia sya’ir Arab, sehingga beliau dapat merumuskan kaidah-
kaidahnya.

Adapun objek pembahasan (Maudlu’) ilmu ‘Arudh adalah sya’ir arab


dilihat dari sisi sya’ir arab tersebut dikutkan pada wazan-wazan tertentu.

18
Rukun ilmu ‘Arudh adalah wazan-wazan atau tafa’il. Yang dimaksud
wazan-wazan atau tafa’il adalah huruf-huruf berharokat dan huruf mati yang
saling mengikuti, yang dibentuk dengan sedemikian rupa dan dijadikan
pedoman untuk suatu bahar dari bahar-bahar sya’ir. Wazan sya’ir atau tafa’il
berjumlah 10, yaitu :

ِ َ‫ ف‬-6
ْ‫اع ََلتُن‬ ْ‫ فُْ ْعُْوْلُن‬-1

ْ‫ ُمستَ فعِلُن‬-7 ْ‫اعلَ ُت‬


َ ‫ ممَُف‬-2
ِ ‫ متَ َف‬-8
ْ‫اعلُن‬ ْ‫ فَ ِاع ََْلتُن‬-3
ُ
ْ‫ َمفعُوََلتُن‬-9 ِ َ‫ ف‬-4
‫اعلُ ْن‬
‫ ُمستَ ف ِعْلن‬-10 ِ َ‫ ف‬-5
ْ‫اع ََلتُن‬
Setiap wazan atau tafa’il di atas tersusun dari 3 komponen, yakni sabab,
watad dan fashilah.

1. Sabab
Yang dimaksud dengan sabab adalah kumpulan 2 huruf. Contoh
: .Apabila kedua huruf itu berharokat semua, maka dinamakan dengan

sabab tsaqil (yang berat). Contoh : ‫ت‬


َْ ‫ْ َمفْ–ْ َعلْ–ْ ُم‬-ْ‫فَا‬
َ
Apabila huruf kedua mati maka dinamakan dengan sabab khafif (yang

ringan). Contoh : ‫ت‬


َْ ‫َعلْ–ْ ُم‬َ
2. Watad

Watad adalah kumpulan 3 huruf. Contoh : ْ-ْ‫َم َفاْ–ْفُعُوْ–ْتَف ِع‬

ْ‫فَ ِاع‬

19
Apabia huruf yang mati adalah huruf yang ketiga, maka dinamakan

watad majmu’)‫ْْ(وتدْ جممع‬atau watad yang dikumpulkan, karena dua

huruf yang berharokat bertemu langsung (tanpa pemisah). Contoh : ْ‫َم َفا‬

ْ‫–ْفَعُو‬
Apabila huruf yang mati adalah huruf kedua maka dinamakan watad

watad mafruq )‫وتد‬ ‫ )مفروق‬atau watad yang dipisah, karena dua huruf

ِْ ْ‫تَف ِعْ–ْفَاع‬
yang berharokat dipisah dengan huruf yang mati. Contoh :ِ

3. Fashilah
Fashilah adalah kumpulan 4 huruf atau 5 huruf. Fashilah dibagi
dua, yaitu fashilah sughra dan fashilah kubro.
i. Fashilah Sughra
Yaitu kumpulan 4 huruf, huruf yang terakhir mati, sedangkan

yang lainnya hidup. Contoh : ْ‫ُمتَ َفا‬

Fashilah sughra adalah gabungan antara sabab tsaqil dan sabab

khafif, seperti ‫ ُمتَافَا‬adalah gabungan dari ‫( ُمتَا‬sabab tsaqil) dan ْ‫فَا‬

(sabab khafif). Dinamakan fashilah sugra karena jumlah


hurufnya lebih sedikit dari fashilah kubra.
ii. Fashilah Kubra

20
Yaitu kumpulan 5 huruf yang semuanya hidup, kecuali huruf

yang terakhir. Contoh : ْ‫فَعِلَ ُت‬, merupakan gabungan dari sabab

tsaqil, yaitu ‫فَع‬, dan watad majmu’, yaitu ‫ت‬


ْ ُ َ‫ل‬.

B. Bahar

Pengertian bahar menurut bahasa adalah laut atau samudera. Sedangkan


menurut istilah ilmu ‘Arul adalah wazan atau neraca tertentu yang dibuat
pedoman oleh penya’ir dalam membuat sya’ir. Dinamakan dengan bahar
karena dari satu neraca ini dapat dihasilkan sya’ir-sya’ir yang begitu banyak,
ibarat lautan yang tak akan habis airnya.

Jumlah bahar menurut imam kholil ada 15, sedangkan menurut imam
Akhfasi ada 16 dengan menambah bahar mutadarik.

Keenam belas bahar tersebut diklasifikasikan kedalam 5 daerah sya’ir


yang saling bersinggungan, yaitu :

1. Daerah Mu’talaf )‫(ْمعتلف‬, yaitu daerah persinggungan antara bahar

Wafir dan Kamil.

2. Daerah Mujtalab )‫(جمتلب‬, yaitu daerah persinggungan antara bahar

Hajaz, Rajaz dan Ramal.

3. Daerah Muttafaq )‫(ْمتّفق‬, yaitu daerah persinggungan antara bahar

Mutaqarib dan Mutadariq.

21
4. Daerah Mukhtalaf )‫(خمتلف‬, yaitu daerah persinggungan antara bahar
Thawil, Basith dan Madid.

5. Daerah Musytabah )‫(مشتبة‬, yaitu daerah persinggungan antara bahar


Sari’, Munsarih, Khafif, Mudlari’, Muqtadlab dan Mujtats.

Keenam belas macam bahar tersebut, yaitu :

1. Wafir )‫(وافر‬

Wazan asal :

‫ت‬
ْ ُ َ‫اعل‬
َ ‫ْْم َف‬
ُ ‫اعلَ ُت‬
َ ‫ْْم َف‬
ُ ‫اعلَ ُت‬
َ ‫ت ۞ ُم َف‬
ْ ُ َ‫اعل‬
َ ‫ْْم َف‬
ُ ‫اعلَ ُت‬
َ ‫تْْ ُم َف‬
ْ ُ َ‫اعْل‬
َْ ‫ُْم َْف‬

Bahar Wafir terdiri atas bait tamْ)‫ (اتم‬dan majzu’ْ)‫(جمزوء‬

a. Wafir Tamْ)‫(وافرْاتم‬

Keaadaan ‘Arudh dan Dharab bahar Wafir Tam yaitu

Arudlnya maqtufahْ)‫ (مقطوفة‬dan Dharbnya maqthufْ)‫(مقطوف‬

. Maqthufah berarti ‘Arudh dan Dharab sya’ir tersebut terkena

proses qathfْ )‫(قطوف‬, yaitu gabungan dari ‘Ashbْ )‫ (عصب‬dan

Hadzfْْ)‫(حذف‬. ‘Ashb berarti penyukunan huruf kelima yang

berharokat, sredangkan Hadzf berarti membuang sabab khafif di


akhir taf’ilah.

22
‫ت‬
ْ ُ َ‫ْْْْْم َفا َْعْل‬
ُْ ‫ت‬ ْ ُ ‫ُْم َفا َْعلْْْْْْ ُْم َفا َْعل‬

‘Ashb Hadzf

Bentuk ْ‫عل‬
َْ ‫ ُْم َفا‬dapat dikonversi menjadi ْ‫فُْ ْعُولُن‬

b. Wafir Majzu’ )‫(وافرْجمزوء‬

Keadaan ‘Arudh dan Dharab bahar Wafir majzu, yaitu :

• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

shahihْ)‫(صحيحة‬

• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

ma’shubْْ)‫(معصوب‬, Dharab ma’shub berarti Dharab

syair tersebut trkena proses perubahan ‘Ashbْ )‫ب‬


ْ ‫(عص‬,
yitu menyukunkan huruf kelima yang berharokat.

2. Kamil ْ)‫(كامل‬

Wazan asal :

ِ ‫اعلُنْْمتَ َف‬
‫اعلُ ْن‬ ِ ‫اعلُنْْمتَ َف‬
ِ ‫اعلُ ْن ۞ متَ َف‬
ِ ‫اعلُنْْمتَ َف‬
ِ ‫اعلُنْْمتَ َف‬
ِ ‫متَ َف‬
ُ ُ ُ ُ ُ ُ

Bahar kamil terdiri atas bait tamْ)‫ (اتم‬dan majzu’ْ)‫(ْجمزوء‬

23
a. Kamil Tam ْ)‫(كاملْاتم‬

Keadaan ‘Arudh dan Dharab bahar Kamil tam yaitu :

• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

ِ ‫متَ َف‬
shahihْ)‫ (صحيح‬, keduanya berwazan ْ‫اعلُن‬ ُ
• ‘Arudh nya shahihahْْ)‫(صحيحة‬ dan Dharab nya

maqtu’ْْ)‫(مقتع‬, Dharab maqtu’ berarti Dharab sya’ir

tersebut terkena proses perubahan qath’, yaitu


menghilangkan sukun watad majmu’ di akhir taf’ilah
dan menyukunkan harakat sebelumnya.

‫ُْمتَْ َفا َْعلْْْْْْ ُْمتَْ َفا َْع ْلُْْْْْ ُْمتَْ َفا َْعْلُ ْن‬

ْْْ ْ Qath’
• ‘Arudh nya shahihahْ )‫ (صحيحة‬dan Dharab nya ahadz

mudlmarْْ)‫(أحذْ مضمر‬, Dharab ahad mudlmar berarti

Dharab sya’ir tersebut terkena proses Hadzadzْ)‫(حذذ‬

dan Idlmarْْ)‫(إضمار‬. Hadzadz berarti pembuangan

watad majmu’ di akhir taf’ilah, sedangkan Idlmar berarti


menyukunkan huruf kedua yang berharakat.

24
‫ُْمتْ َفاْْْْْ ُْمتَْ َفاْْْْْ ُْمتَْ َفا َْعْلُ ْن‬

ْْ Hadzadz Idlmar

• ‘Arduh nya hadzdza’ْ ْ)‫(ح ّذا‬ dan Dharab nya

hadzdza’ْ)‫(احذ‬, yaitu membuang watad majmu’ di akhir

tafilah, maka wazan nya berubah dari menjadi. Bentuk


dapat dikonvensi menjadi

• ‘Arduh nya hadzdza’ْْ)‫ (ح ّذا‬dan Dharab nya ahadz

mudlmarْ)‫(أحذْمضمر‬, yaitu membuang watad majmu’

di akhir tafilah, Dharab sya’ir tersebut terkena proses


Hadzadz dan Idlmar. Hadzadz berarti pembuangan
watad majmu’ di akhir taf’ilah, sedangkan Idlmar berarti
menyukunkan huruf kedua yang berharakat.

b. Kamil Majzu’ ْ)‫(كاملْجمزوء‬

Keadaan ‘Arudh dan Dharab bahar Kamil majzu’ yaitu :

• ‘Arduh nya shahihahْْ)‫(صحيحة‬ dan Dharab nya

ِ ‫متَ َف‬
shahihْ)‫(صحيح‬, keduanya berwazan ْ‫اعلُن‬ ُ
• ‘Arudh nya shahihahْْ)‫(صحيحة‬ dan Dharab nya

muraffalْ )‫(ْمرفّل‬, Dharab muraffal berarti Dharab sya’ir

25
tersebut terkena proses tarfil, yaitu menambahkan sabab
khafif di akhir taf’ilah. Maka wazannya berubah menjadi

‫ْْْْْمتَْ َفا َْعْلُ ْن‬


ُْ ‫َلْتُن‬
َْ ‫ْْْْْ ُْم َْفْتَا َْع‬

Tarfil

• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

mudzayyalْْ)‫(مذيّل‬, Dharab mudzayyal berarti Dharab

sya’ir tersebut terkena proses tadzyilْْ)‫(تذيل‬, yaitu

menambahkan sukun di akhir taf’ilah. Maka wazannya


berubah menjadi

‫ْْْْْمتَْ َفا َْعْلُ ْن‬


ُْ ‫َلن‬ َْ ‫ْْْْْ ُْمتَْ َفا َْع‬

Tadzyil

• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

maqthu’ْ )‫(مقطع‬, Dharab sya’ir tersebut terkena proses

perubahan qath’ْْ)‫(قطع‬, yaitu menghilangkan sukun

watad majmu’ di akhir taf’ilah dan menykunkan harokat


sebelumnya. Bentuk dapat dikonversi menjadi

‫متَْ َفا ِْعلْْْْْْ ُْمتَْ َفا ِْع ْلُْْْْْ ُْمتَْ َفا ِْعْلُ ْن‬

26
Qath’

3. Hazaj )‫(حزاج‬

Wazan asal :

ِ ‫اعي لُنْم َف‬


‫اعي لُ ْن‬ ِ ‫اعي لُنْم َف‬
ِ ‫اعي لُ ْن ۞ م َف‬
ِ ‫اعي لُنْم َف‬
ِ ‫اعي لُنْم َف‬
ِ ‫م َف‬
َ َ َ َ َ َ

Bahar Hajaz tidak digunakan kecuali dalam bentuk majzu’ْْ)‫(جمزوء‬,

keadaan ‘Arudh dan Dharab bahar Hajaz majzu’ yaitu :

• ‘Arudh shahihahْ )‫ (صحيحة‬dan Dharab nya shahihْ )‫(صحيح‬,

ِ ‫م َف‬
keduanya berwazan ْ‫اعي لُن‬ َ
• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫(صحيحة‬ dan Dharab nya

mahdzufْْ)‫(حمذوف‬, Dharab sya’ir tersebut terkena proses

hadzfْ )‫(حذف‬, yaitu membuang sabab khafif di akhir taf’ilah.

ِ ‫م َف‬
Maka wazannya berubah menjadi ْ‫اعي‬ َ

‫ْْْْْ َْم َفا ِْعيْْْْْْ َْم َفا ِْعيْْلُ ْن‬

Hadzf

27
4. Rajaz )‫(ْرجز‬

Wazan asal :

ْ‫ْْمستَ فعِلُن‬ ِ
ُ ‫ْْمستَ فعلُن‬
ِ ِ
ُ ‫ْْمستَ فعلُنْ ۞ ُمستَ فعلُن‬
ِ
ُ ‫ْْمستَ فعلُن‬
ِ
ُ ‫ُمستَ فعلُن‬

Bahar Razaj terdiri atas bait tamْ)ْ‫(اتم‬, majzu’ْ)‫(جمزوء‬, masyturْ)‫(مشطور‬

dan manhukْ)‫(منهوك‬.

a. Razaj Tamْ)‫(ْرجازْاتم‬

Keadaan ‘Arudh dan Dharab Razaj tam yaitu :

• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

shahihْ)‫(صحيح‬, keduanya berwazan ْ‫ُمْسْتَْفْ ْعِْلُن‬

• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

maqthu’ْ )‫(مقطع‬, Dharab sya’ir tersebut terkena proses

perubahan qath’ْْ)‫(قطع‬, yaitu menghilangkan sukun

watad majmu di akhir taf’ilah dan menyukunkan harakat

sebelumnya. wazannya berubah menjadi ْ‫ ُمستَ فعِل‬,

28
ْ‫ْ ُْمسْتَْفْ ْعِلْْْْْْ ُْمسْتَْفْ ْعِ ْلُْْْْْ ُْمسْتَْفْ ْعِْلُن‬

Qath’

Bentuk ْ‫ ُمستَ فعِل‬dapat dikonversi menjadi ْ‫َمفعُولُن‬

b. Razaj Majzu’ْ)‫(رجازْجمزوء‬

Keadaan ‘Arudh nya shahihahْْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

shahihْ)‫(صحيح‬, keduanya berwazan ْ‫ُمستَ فعِلُن‬

c. Razaj Masyturْ)‫(ْرجازْمشطور‬

Keadaan ‘Arudh nya shahihahْْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

shahihْ)‫(صحيح‬, keduanya berwazan ْ‫ُمستَ فعِلُن‬

d. Razaj Manhukْ)‫(ْرجازْمنهوك‬

Keadaa ‘Arudh nya shahihahْْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

shahihْ)‫(صحيح‬, keduanya berwazan ْ‫ُمستَ فعِلُن‬

5. Ramal ْ)‫(ْرمل‬

Wazan asal :

29
ِ َ‫اع ََلتُنْْف‬
ْ‫اع ََلتُن‬ ِ َ‫اع ََلتُنْْف‬
ِ َ‫اع ََلتُ ْن ۞ ف‬
ِ َ‫اع ََلتُنْْف‬
ِ َ‫اع ََلتُنْْف‬
ِ َ‫ف‬

Bahar Ramal terdiri atas tamْ)‫ (اتم‬dan majzu’ْ)‫(ْجمزوء‬

a. Ramal Tam ْ)‫(ْرملْاتم‬

Keadaan ‘Arudh dan Dharab bahar Ramal tam yaitu :

• ‘Arudh nya mahdzufahْ ْ)‫ (حمذوفة‬dan Dharab nya

shahihْ )‫(صحيح‬, ‘Arudh sya’ir tersebut terkena proses

hadzfْ )‫(حذف‬, yaitu pembuangan sabab khafif di akhir

ِ َ‫ف‬
taf’ilah. Maka wazannya berubah menjadi ْ‫اع ََل‬

َْ ‫َلْْْْْْفَا ِْع‬
‫َلْتُ ْن‬ َْ ‫ْفَا ِْع‬

Hadzf

ِ َ‫ ف‬dapat dikonversi menjadi ْ‫اعلُن‬


Bentukْ‫اع ََل‬ ِ َ‫ف‬

• ‘Arudh nya mahdzufahْ ْ)‫ (حمذوفة‬dan Dharab nya

maqshurْ)‫(مقصور‬, ‘Arudh sya’ir tersebut terkena proses

hadzf, yaitu pembuangan sabab khafif di akhir taf’ilah,


Dharab sya’ir tersebut terkena proses perubahan

30
qashrْ)‫(قصر‬, yaitu menghilangkan sukun sabab khafif di

akhir taf’ilah dan menyukunkan harokat sebelumnya,

maka wazannya berubah menjadi ْ‫ت‬ ِ


ُ ‫فَع ََل‬

َْ ‫تْْْْْْفَْا ِْع‬
ْْْ‫َلْتُن‬ َْ ‫َلتْْْْْْْفَا ِْع‬
ُْ ‫َل‬ َْ ‫ْْفَا ِْع‬

Qashr

Bentukْ‫ت‬ ِ ِ
ُ ‫ ْفَع ََل‬dapat dikonversi menjadi ْ‫فَاع ََلن‬
• ‘Arudh nya mahdzufahْ ْ)‫ (حمذوفة‬dan Dharab nya

mahdzufْ)‫(حمذوف‬, ‘Arudh sya’ir tersebut terkena proses

hadzfْ )‫(حذف‬, yaitu pembuangan sabab khafif di akhir

taf’ilah, Dharab sya’ir tersebut juga terkena proses


hadzf, yaitu pembuangan sabab khafif di akhir taf’ilah.

b. Ramal Majzu’ْ)‫(رملْجمزوء‬

Keadaan ‘Arudh dan Dharab bahar Ramal majzu’ yaitu :

• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

ِ َ‫ف‬
shahihْ)‫(صحيح‬, keduanya berwazan ْ‫اع ََلتُن‬

31
• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

musabbaghْْ)‫(مسبّغ‬, Dharab sya’ir tersebut terkena

proses tasbighْ ْ)‫(تسبغ‬, yaitu menambahkan sukun

setelah sabab khafif di akhir taf’ilah, maka wazannya


ِ َ‫ف‬
berubah menjadi ْ‫اع ََل َاتن‬

ْْْ‫َل َاتنْْْْْْفَْا ِْع ََلْتُن‬


َْ ‫ْْْْْفَْا ِْع‬

Tasbigh

• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

Mahdzufْْ)‫(حمذوف‬, Dharab sya’ir tersebut terkena

proses hadzfْ)‫(حذف‬, yaitu pembuangan sabab khafif di

akhir taf’ilah.

6. Mutaqarib ْ)‫(متقارب‬

Wazan asal :

ْ‫فُعُولُنْْفُعُولُنْْفُعُولُنْْفُعُولُ ْن ۞ فُعُولُنْْفُعُولُنْْفُعُولُنْْفُعُولُن‬

32
Bahar Mutaqarib terdiri atas tamْ)‫ (ْاتم‬dan majzu’ْ)‫(جمزوء‬

a. Mutaqarib Tam ْ)‫(متقاربْاتم‬

Keadaan ‘Arudh dan Dharab bahar Mutaqarib tam yaitu :

• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

shahihْ)‫(صحيح‬, keduanya berwazan ْ‫فُعُولُن‬

• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيح‬dan Dharab nya

maqshurْ)‫(مقصور‬, Dharab sya’ir tersebut terkena proses

perubahan qashr, yaitu menghilangkan sukun sabab


khafif di akhir taf’ilah dan menyukunkan harokat

sebelumnya, maka wazannya berubah menjadi ْ‫فُعُول‬

ْْْْْ‫ْفُْ ْعُْولْْْْْْفُْ ْعُْو ُْلْْْْْفُْ ْعُْوْلُن‬

Qashr

‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيح‬dan Dharab nya

mahdzufْ ْ)‫(حمذوف‬, Dharab sya’ir tersebut terkena

proses hadzf, yaitu pembuangan sabab khafif di akhir


taf’ilah.

33
ْْْْ‫ْفُْ ْعُوْْْْْْفُْ ْعُْوْلُن‬

Hadzf

Bentukْ‫ فُعُو‬dapat dikonvensi menjadi ْ‫فُعُل‬

• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيح‬dan Dharab nya

abtarْ )‫(ابرت‬, Dharab sya’ir tersebut terkena proses batr,

gabungan dari proses hadzf dan qath’, hadzf yaitu


membuang sabab khafif di akhir taf’ilah, sedangkan
qath’ yaitu membuang sukun akhir watad majmu’ dan
menyukunkan harokat sebelumnya, maka wazannya
berubah menjadi

ْْْْْ‫ْْْفُعْْْْْفُْ ْعُوْْْْْْفُْ ْعُولُن‬

Batr

Bentukْ‫ع‬
ُ ُ‫ ف‬dapat dikonvensi menjadi ْ‫فُل‬
b. Mutaqarib Majzu’ْ)‫(متقاربْجمزوء‬

• ‘Arudh nya mahdzufahْ ْ)‫ (حمذوفة‬dan Dharab nya

mahdzufْ)‫(حمذوف‬, ‘Arudh sya’ir tersebut terkena proses

hadzfْ )‫(حذف‬, yaitu pembuangan sabab khafif di akhir

34
taf’ilah, Dharab sya’ir tersebut juga terkena proses
hadzf, yaitu pembuangan sabab khafif di akhir taf’ilah.

• ‘Arudh nya mahdzufahْ ْ)‫ (حمذوفة‬dan Dharab nya

abtarْْ)‫(ابرت‬, ‘Arudh sya’ir tersebut terkena proses

hadzfْ )‫(حذف‬, yaitu pembuangan sabab khafif di akhir

taf’ilah, Dharab sya’ir tersebut terkena proses batr,

gabungan dari proses hadzfْ )‫ (حذف‬dan qath’ْ )ْ‫(قطع‬,

hadzf yaitu membuang sabab khafif di akhir taf’ilah,


sedangkan qath’ yaitu membuang sukun akhir watad
majmu’ dan menyukunkan harokat sebelumnya, maka
wazannya berubah menjadi

7. Mutadarikْ)‫(متدارك‬

Wazan asal :

ِ َ‫اعلُنْْف‬
‫اعلُ ْن‬ ِ َ‫اعلُنْْف‬
ِ َ‫اعلُنْْف‬
ِ َ‫اعلُ ْن ۞ ف‬
ِ َ‫اعلُنْْف‬
ِ َ‫اعلُنْْف‬
ِ َ‫اعلُنْْف‬
ِ َ‫ف‬

Bahar Mutadarik terdiri atas tamْ)‫ (ْاتم‬dan majzu’ْ)‫(جمزوء‬

a. Mutadarik Tam ْ)‫(متداركْاتم‬

35
Keadaan ‘Arudh dan Dharab bahar Mutadarik tam yaitu ‘Arudh

nya shahihahْْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya shahih ْْ)‫(صحيح‬,

ِ َ‫ف‬
keduanya berwazan ْ‫اعلُن‬

b. Mutadarik Majzu’ْ)‫(متداركْجمزوء‬

• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

ِ َ‫ف‬
shahihْ)‫(صحيح‬, keduanya berwazan ْ‫اعلُن‬

• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

muraffalْ )‫(ْمرفّل‬, Dharab muraffal berarti Dharab sya’ir

tersebut terkena proses tarfil, yaitu menambahkan sabab


khafif di akhir taf’ilah. Maka wazannya berubah menjadi

ْْْْ‫تْْْْْْفَا ِْعلُن‬
ْ ُ َ‫ْْفُا ِْعل‬

Tarfil

• ‘Arudh nya shahihahْْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

mudzayyalْْ)‫(مذيّل‬, Dharab mudzayyal berarti Dharab

sya’ir tersebut terkena proses tadzyil, yaitu


menambahkan sukun di akhir taf’ilah. Maka wazannya
ِ َ‫ف‬
berubah menjadi ْ‫اع ََلتُن‬

36
ْْْْ‫َل ْنْْْْْفَا ِْعلُن‬
َْ ‫ْفُا ِْع‬

Tadzyil

8. Thawil ْ)‫(طويل‬

Wazan asal :

ِ ‫اعي لُنْْفُعولُنْم َف‬


‫اعي لُ ْن‬ ِ ‫اعي لُ ْن ۞ فُعولُنْم َف‬
ِ ‫اعي لُنْْفُعولُنْم َف‬
ِ ‫فُعولُنْم َف‬
َ ُ َ ُ َ ُ َ ُ

Bahar Hajaz tidak digunakan kecuali dalam bentuk tamْ )‫(اتم‬,

keadaan ‘Arudh dan Dharab bahar Thawil tam yaitu :

• ‘Arudh nya maqbudlahْ ْ)‫(مقبوضة‬ dan Dharab nya

maqbudlْ)‫(مقبوض‬, keduanya terkena proses qabdlْ)‫(قبض‬, yaitu

membuang sukun kelima, maka wazannya berubah menjadi


ِ ‫م َف‬
‫اعلُ ْن‬ َ

ْْْْ‫ْ َْم َْفا ِْعْلُنْْْْْْ َْم َفا ِْعيْلُن‬

Qabdl

37
• ‘Arudh nya maqbudlahْ ْ)‫(مقبوضة‬ dan Dharab nya

shahihْ ْ)‫(صحيح‬, ‘Arudh maqbudlah berwazan sedangkan

ِ ‫م َف‬
Dharab shahih berwazan ْ‫اعي لُن‬ َ
• ‘Arudh nya maqbudlahْ ْ)‫(مقبوضة‬ dan Dharab nya

mahdzufْ )‫(حمذوف‬, Dharab sya’ir tersebut juga terkena proses

hadzfْ)‫(حذف‬, yaitu pembuangan sabab khafif di akhir taf’ilah,

ِ ‫م َف‬
wazannya berubah menjadi ْ‫اعي‬ َ

ْْْْ‫ْ َْم َْفا ِْعيْْْْْْ َْم َفا ِْعيْلُن‬

Hadzf

ِ ‫ ْم َف‬dapat dikonversi menjadi


Bentukْ‫اعي‬ ْ‫فُعُ ُولُن‬
َ
9. Basith ْ)‫(بسيط‬

Wazan asal :

ِ َ‫اعلُنْمستَ فعِلُنْف‬
‫اعلُ ْن‬ ِ َ‫اعلُ ْن ۞ مستَ فعِلُنْف‬
ِ َ‫اعلُنْمستَ فعِلُنْف‬
ِ َ‫مستَ فعِلُنْف‬
ُ ُ ُ ُ

Bahar Basith terdiri atas tamْ)‫ (اتم‬dan majzu’ْْ)‫(جمزوء‬

38
a. Basith Tam ْ)‫(بسيطْاتم‬

Keadaan ‘Arudh dan Dharab bahar Basith tam yaitu :

• ‘Arudh nya makhbunahْ ْ)‫ (خمبونة‬dan Dharab nya

makhbunْْ)‫(خمبون‬, keduanya terkena proses perubahan

khabnْ)‫(خنب‬, yaitu membuang sukun kelima, wazannya

berubah menjadi ْ‫فَعِلُن‬

ْْْْ‫ْْفَْعِْلُنْْْْْْفَا ِْعلُن‬

Khabn

• ‘Arudh nya makhbunahْ ْ)‫ (خمبونة‬dan Dharab nya

maqthu’ْ)‫(مقطوع‬, Dharab sya’ir tersebut terkena proses

perubahan qath’ْْ)‫(قطع‬, yaitu menghilangkan sukun

watad majmu di akhir taf’ilah dan menyukunkan harakat


ِ َ‫ف‬,
sebelumnya. wazannya berubah menjadi ْ‫اعلُن‬

ْْْْ‫ْفَا ِْع ْلْْْْْفَا ِْعلُن‬

Qath’

39
ِ َ‫ ْف‬dapat dikonversi menjadi
Bentukْ‫اعلُن‬ ْ‫فَعلُن‬

b. Basith Majzu’ْ)‫(ْبسيطْجمزوء‬

• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

shahihْ)‫(صحيح‬, keduanya berwazanْ‫ْ ُمستَ فعِلُن‬

• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيح‬dan Dharab nya

mudzayyalْْ)‫(مذيّل‬, Dharab mudzayyal berarti Dharab

sya’ir tersebut terkena proses tadzyilْْ)‫(تذييل‬, yaitu

menambahkan sukun di akhir taf’ilah. Maka wazannya

berubah menjadi ْ‫ُمستَ فعِ ََلن‬

ْْْْ‫َلنْْْْْْ ُمستَْفْ ْعِلُن‬


َْ ِ‫ْ ُمستَْفْ ْع‬

Tadzyil

• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

maqthu’ْ)‫(مقطوع‬, Dharab sya’ir tersebut terkena proses

perubahan qath’ْْ)‫(قطع‬, yaitu menghilangkan sukun

40
watad majmu di akhir taf’ilah dan menyukunkan harakat

sebelumnya. wazannya berubah menjadi ْ‫ ُمستَ فعِل‬,

ْْْْ‫ْ ُمستَْفْ ْعِلْْْْْْ ُمستَْفْ ْعِلُن‬

Qath’

Bentuk ْ‫ ُمستَ فعِل‬dapat dikonversi menjadi ْ‫ًمفعُولُن‬

• ‘Arudh nya maqthu’ahْْ)‫ (مقطوعة‬dan Dharab nya

maqthu’ْْ)‫(مقطوع‬, keduanya terkena proses perubahan

qath’ْ )‫(قطع‬, yaitu menghilangkan sukun watad majmu

di akhir taf’ilah dan menyukunkan harakat sebelumnya.

• ‘Arudh nya maqthu’ah makhbunahْ )‫ (ْمقطوعةْخمبونة‬dan

Dharab nya maqthu’ makhbunْْ)‫(ْمقطوعْ خمنب‬, Dharab

sya’ir tersebut terkena proses perubahan qath’ْْ)ْ‫(قطع‬,

yaitu menghilangkan sukun watad majmu di akhir


taf’ilah dan menyukunkan harakat sebelumnya. Adapun

khabnْْ)‫ (خنب‬yaitu membuang sukun kedua, sehingga

wazannya berubah menjadi ْ‫ ُمتَ فعِل‬,

41
ْْْْ‫ْ ُْمتَ فْ ْعِلْْْْْْ ُمستَ فْ ْعِلُن‬

Makhtu’ah

Makhbunah

Bentukْ‫ ْ ُمتَ فعِل‬dapat dikonversi menjadi ْ‫فُعُولُن‬

10. Sari’ ْ)‫(سريع‬

Wazan asal :

ْ‫ت‬ ِ ِ ِ ِ
ُ ‫ْمستَ فعلُن ًْمفعُوَُل‬
ُ ‫تْ ۞ ُمستَ فعلُن‬
ُ ‫ْمستَ فعلُن ًْمفعُوَُل‬
ُ ‫ُمستَ فعلُن‬

Bahar Sari’ terdiri atas tamْ)‫ (اتم‬dan masythurْ)‫(مشطور‬

a. Sari’Tam ْ)‫(ْسريعْاتم‬

Keadaan ‘Arudh dan Dharab bahar Sari’tam yaitu :

• ‘Arudh nya mathwiyyaْ maksufahْ)‫ (مطويّةْمكسوفة‬dan

Dharab nya mathwiy maksufْ ْْ)‫(مطويْ مكسوف‬,

keduanya terkena proses zihaf yang disebut thayyْ)‫طي‬


ْ ( ّ
ditambah proses ‘illat yang disebut kasf)‫(كسف‬, thayy

adalah membuang sukun keempat, sedangkan kasf

42
membuang harokat akhir watad mafruq, maka wazannya

berubah menjadi ْ‫َمفعُ ََل‬

ْْْْ‫ت‬
ُْ ‫تْْْْْ َْمفْ ْعُْوََْل‬
ُْ ‫َل‬
َْ ُ‫ْ َْمفْ ْع‬ ْ‫َْمفْ ْعُْوََل‬

Thayy Kasf

ِ َ‫ف‬
Bentukْ‫ ْ َمفعُ ََل‬dapat dikonversi menjadi ْ‫اعلُن‬

• ‘Arudh nya mathwiyyah maksufahْ)‫ (مطويّةْمكسوفة‬dan

Dharab nya mathwy mawqufْْ)‫(مطويْ موقف‬, Dharab

sya’ir tersebut terkena proses zihaf yang disebut

thayyْ ْ)‫طي‬
ْ ( ditambah proses ‘illat yang disebut
ّ
waqfْ )‫(وقف‬, thayy adalah membuang sukun keempat,

sedangkan kasf membuang harokat akhir watad mafruq,


dan waqf yaitu menyukunkan harokat akhir watad

mafruq, maka wazannya berubah menjadi ْ‫َمفعُ ََلت‬

ْْْْ‫ت‬
ُ ‫تْْْْْ َمفْ ْعُوََل‬
ُْ ‫ْ َمفْ ْعُ ََل‬ ْ‫َمفْ ْعُوََْلت‬

Thayy Waqf

ِ َ‫ف‬
Bentukْ‫ ْ َمفعُ ََلت‬dapat dikonversi menjadiْ‫اع ََلن‬

43
• ‘Arudh nya makhbulah maksufahْ )‫ (خمبولةْمكسوفة‬dan

Dharab nya makhbul maksufْ )ْ ‫(أصلم‬, keduanya terkena

proses zihaf muzdawaj yang disebut khablْ)‫(خبل‬

ditambah proses ‘illat yang disebut kasfْ )‫(كسف‬, khabl

adalah gabungan dari khabn membuang sukun kedua


dan thayy membuang sukun keempat, sedangkan kasf
membuang harokat akhir watad mafruq, maka wazannya

berubah menjadi ْ‫َمعُ ََل‬

ْْْْ‫ت‬
ُ ‫ْ َمفْ ْعُوْْْْْْ َمفْ ْعُوََل‬

Ashlam

Bentukْ‫ ْ َمعُ ََل‬dapat dikonversi menjadiْ‫ْفِعلُن‬

• ‘Arudh nya makhbulah maksufahْ )‫ (خمبولةْمكسوفة‬dan

Dharab nya makhbul maksufْ ْْ)‫(خمبولْ مكسوف‬,


keduanya terkena proses zihaf muzdawaj yang disebut

khablْ ْ)‫ (خبل‬ditambah proses ‘illat yang disebut

kasfْ ْ)‫(كسف‬, khabl adalah gabungan dari khabn

membuang sukun kedua dan thayy membuang sukun

44
keempat, sedangkan kasf membuang harokat akhir

watad mafruq, maka wazannya berubah menjadi ْ‫َمعُ ََل‬

ْْْْ‫ت‬
ُ ‫تْْْْْ َمفْ ْعُوََل‬
ُْ ‫ْ َمفْ ْعُ ََل‬ ْ‫ت‬
ُ ‫َل‬
َْ ُ‫َلْْْْ َْم ْع‬
َْ ُ‫ْْ َْم ْع‬

Khabn Khabl Kasf

Bentukْ‫ ْ َمعُ ََل‬dapat dikonversi menjadiْ‫ْفِعلُن‬

b. Sari’ Masythurْ)‫(سريعْمشطور‬

Keadaan ‘Arudh dan Dharab bahar Sari’ masythur yaitu :

• ‘Arudh nya mawqufahْ ْ)‫ (موق ْوفة‬dan Dharab nya

mawqufْ)‫ (موقوف‬, keduanya terkena ‘illat waqfْ)‫(ْوقف‬

, yaitu menyukunkan harokat akhir watad mafruq.

Dalam bentuk ini wazan ْ‫ت‬


ُ ‫ْْ َمفعُوََل‬berubah menjadi

ْ‫َمفعُوََلت‬

• ‘Arudh nya maksufahْْ)‫(ْمكسوفة‬ dan Dharab nya

maksufْ ْ)‫(مكسوف‬, keduanya terkena ‘illat

kasfْْ)‫(كسف‬, yaitu membuang harokat akhir watad

45
mafruq. Dalam bentuk ini wazanْ‫ت‬
ُ ‫ ْْ َمفعُوََل‬berubah
menjadiْ‫ْ َمفعُوََل‬

11. Munsarih ْ)‫(منسرح‬

Wazan asal :

ْ‫ْمستَ فعِلُن‬
ُ‫ت‬
ِ ِ
ُ ‫ْمستَ فعلُنْ ۞ ُمستَ فعلُن ًْمفعُوَُل‬
ُ‫ت‬
ِ
ُ ‫ُمستَ فعلُن ًْمفعُوَُل‬

Bahar Munsarih terdiri atas tamْ)‫ (ْاتم‬dan manhukْ)‫(ْمنحوك‬

a. Munsarih Tam ْ)‫(منسرحْاتم‬

Keadaan ‘Arudh dan Dharab bahar Munsarih tam yaitu :

• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

mathwiyْ)‫(مطوي‬, Dharab sya’ir tersebut terkena proses

zihaf yang disebut thayyْ)‫طي‬


ْ (, thayy adalah membuang
ّ
sukun keempat.

ْْْْْ‫ْ ُْمسْتَ ْعِلُنْْْْْْ ُْمستَْفْ ْعِْلُن‬

Thayy

Bentukْ‫ ُمستَعِلُن‬dapat dikonversi menjadi ْ‫ُمفتَعِلُن‬

46
• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

maqthu’ْ )‫(مقطع‬, Dharab sya’ir tersebut terkena proses

qath’ْ ْ)‫(قطع‬, yaitu membuang sukun akhir watad

majmu’ dan menyukunkan harokat sebelumnya, maka

wazannya berubah menjadi ْ‫ُمستَ فعِل‬

ْْْْ‫ْ ُمستَْفْ ْعِلْْْْْْ ُمستَ فْ ْعِلُن‬

Qath’

Bentukْ‫ْ ُمستَ فعِل‬dapat dikonversi menjadi ْ‫َمفعُولُن‬

b. Munsarih Manhukْ)‫(منسرحْمنهوك‬

Keadaan ‘Arudh dan Dharab bahar Sari’ masythur yaitu :

• ‘Arudh nya mawqufahْ ْ)‫ (موقوفة‬dan Dharab nya

mawqufْ)‫(موقوف‬, keduanya terkena ‘illat waqfْ)‫(وقف‬,

yaitu menyukunkan harokat akhir watad mafruq. Maka

wazannya berubah menjadi ْ‫َمفعُوََلت‬

ْْْْ‫ت‬
ُْ ‫ْ َْمفْ ْعُوََلتْْْْْْ َْمفْ ْعُْوََْل‬

Waqf

47
Bentukْ‫ ْ َمفعُوََلت‬dapat dikonvensi menjadi ْ‫َمفعُوََلن‬

• ‘Arudh nya maksufahْ ْ)‫ (ْمكسوفة‬dan Dharab nya

maksufْ ْ)‫(مكسوف‬, keduanya terkena ‘illat

kasfْْ)‫(كسف‬, yaitu membuang harokat akhir watad

mafruq. Maka wazannya berubah menjadiْ‫ْ َمفعُوََل‬

ْْْْ‫ت‬
ُ ‫ْ َمفْ ْعُوََْلْْْْْ َمفْ ْعُوََل‬

Kasf

Bentukْ‫ ْ َمفعُوََل‬dapat dikonvensi menjadi ْ‫َمفعُولُن‬

12. Muqtadlab )‫(مقتضب‬

Wazan asal :

ْ‫ْمستَ فعِلُن‬ ِ
ُ ‫ْمستَ فعلُن‬
ُ‫ت‬
ِ
ُ ‫ْمستَ فعلُنْ ۞ َمفعُوَُل‬
ِ
ُ ‫ْمستَ فعلُن‬
ُ‫ت‬ ُ ‫ْْ َمفعُوَُل‬

Bahar Muqtadlab tidak digunakan kecuali dalam bentuk

majzu’ْْ)‫(ْجمزوء‬, keadaan ‘Arudh dan Dharab bahar Hajaz majzu’.

Keadaan ‘Arudh dan Dharab bahar Muqtadlab majzu’ yaitu ‘Arudh nya

48
mathwiyyahْ ْ)‫ (ْمطويّة‬dan Dharab nya mathwy ْ ْ)‫مطوي‬
ْ (, yaitu ّ
membuang sukun keempat.

ْْْْْ‫ْ ُْمسْتَ ْعِْلُنْْْْْْ ُْمستَ فْ ْعِْلُن‬

Thayy

Bentukْ‫ ُمستَعِلُن‬dapat dikonversi menjadi ْ‫ُمفتَعِلُن‬

13. Khafif ْ)‫(خفيف‬

Wazan asal :

ِ َ‫اع ََلتُنْمستَ ف ِعْلُنْف‬


‫اع ََلتُ ْن‬ ِ َ‫اع ََلتُ ْن ۞ ف‬
ِ َ‫اع ََلتُنْمستَ ف ِعْلُنْف‬
ِ َ‫ْْف‬
ُ ُ

Bahar Khafif terdiri atas tamْ)‫ (اتم‬dan majzu’ْ)‫(ْجمزوء‬

a. Khafif Tam ْ)‫(خفيفْاتم‬

Keadaan ‘Arudh dan Dharab bahar Khafif tam yaitu :

• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

shahihْ )‫(صحيح‬, keduanya berwazan Dharab ini boleh

ِ َ‫ف‬
terkena tasy’its wazannya ْ‫اع ََلتُن‬

49
• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

mahdzufْ ْ)‫(حمذوف‬, Dharab sya’ir tersebut terkena

proses perubahan hadzfْ)‫(حذف‬, yaitu membuang sabab

khafif di akhir taf’ilah, maka wazannya berubah menjadi


ِ َ‫ف‬
ْ‫اع ََل‬

َْ ‫َلْْْْْفَْا ِْع‬
ْْْْْ‫َلْتُن‬ َْ ‫ْفَا ِْع‬

Hadzf

َْ ‫ فَا ِْع‬dapat dikonversi menjadi ‫فَا ِْعْلُ ْن‬


Bentuk ‫َل‬

• ‘Arudh nya mahdzufahْ ْ)‫ (حمذوفة‬dan Dharab nya

mahdzufْ)‫(حمذوف‬, keduanya terkena proses hadzf, yaitu

pembuangan sabab khafif di akhir taf’ilah.

b. Khafif Majzu’ْ)‫(خفيفْجمزوء‬

• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

shahihْ)‫(صحيح‬, keduanya berwazan ْ‫ُمستَ ف ِعْلُن‬

50
• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya

maqshurْ)‫(مقصور‬, Dharab sya’ir tersebut terkena proses

perubahan qashrْْ)‫(قصر‬, yaitu menghilangkan sukun

sabab khafif di akhir taf’ilah dan menyukunkan harokat

sebelumnya, maka wazannya berubah menjadi ْ‫ُمستَ ف ِعْل‬

ْ‫ْْْ ُمستَ ف ِعْلْْْْْ ُمستَ ف ِعْ ُْلْْْْْ ُمستَ ف ِعْْلُن‬

Maqshur

Bentukْ‫ ُمستَ ف ِعْل‬dapat dikonversi menjadi ْ‫َمفعُولُن‬

14. Mujtats ْ)‫(جمتث‬

Wazan asal :

ِ َ‫اع ََلتُنْف‬
ْ‫اع ََلتُن‬ ِ َ‫اع ََلتُ ْن ۞ مستَ فعِلُنْف‬
ِ َ‫اع ََلتُنْف‬
ِ َ‫ْْمستَ فعِلُنْف‬
ُ ُ

Bahar Mujtats tidak digunakan kecuali dalam bentuk majzu’ْ)‫(ْجمزوء‬,

keadaan ‘Arudh dan Dharab bahar Mujtats majzu’, yaitu ‘Arudh nya

shahihahْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya shahihْ)‫(صحيح‬, keduanya

51
ِ َ‫ف‬. Dharab shahih ini boleh terkena tasy’its, wazannya
berwazan ْ‫اع ََلتُن‬

ْ‫فَ َاَلتُن‬

15. Mudlari’ ْ)‫(مضارع‬

Wazan asal :

ِ َ‫اعي لُنْفَ ِاع ََْلتُنْلُنْف‬


ْ‫اع ََلتُن‬ ِ ‫اع ََلتُ ْن ۞ م َف‬
ِ َ‫اعي لُنْفَ ِاع ََْلتُنْْلُنْف‬
ِ ‫م َف‬
َ َ

Bahar Mudlari’ tidak digunakan kecuali dalam bentuk majzu’ْ )‫(جمزوء‬,

keadaan ‘Arudh dan Dharab bahar Mudlari’ majzu’, yaitu ‘Arudh nya

shahihahْْ)‫ (صحيحة‬dan Dharab nya shahihْْ)‫(صحيح‬, keduanya

berwazan ْ‫َْلتُن‬
َ ‫فَ ِاع‬

16. Madid ْ)‫(مديد‬

Wazan asal :

ِ َ‫اع ََلتُنْف‬
‫اعلُ ْن‬ ِ َ‫اعلُنْف‬
ِ َ‫اع ََلتُنْف‬
ِ َ‫اعلُ ْن ۞ ف‬
ِ َ‫اع ََلتُنْف‬
ِ َ‫اعلُنْف‬
ِ َ‫اع ََلتُنْف‬
ِ َ‫ف‬

Bahar Madid tidak digunakan kecuali dalam bentuk majzu’ْْ)‫(ْجمزوء‬,

keadaan ‘Arudh dan Dharab bahar Mudlari’ majzu’, yaitu :

52
• ‘Arudh nya shahihahْ ْ)‫(صحيحة‬ dan Dharab nya

shahihْ )‫(صحيح‬, keduanya berwazan Dharab ini boleh terkena

ِ َ‫ف‬
tasy’its wazannya ْ‫اع ََلتُن‬

• ‘Arudh nya mahdzufahْ ْ)‫(حمذوفة‬ dan Dharab nya

mahdzufْْ)‫(حمذوف‬, keduanya terkena proses hadzfْْ)‫(حذف‬,

yaitu pembuangan sabab khafif di akhir taf’ilah, keduanya


ِ َ‫ف‬
berwazan ْ‫اع ََل‬

• ‘Arudh nya mahdzufahْ ْ)‫(حمذوفة‬ dan Dharab nya

maqshurْْ)‫(مقصور‬, Dharab sya’ir tersebut terkena proses

qashrْ )‫(قصر‬, yaitu menghilangkan sukun sabab khafif di akhir

taf’ilah dan menyukunkan harokat sebelumnya, maka wazannya


ِ َ‫ف‬
berubah menjadi ْ‫اع ََلت‬

ْْْْْ‫تْْْْْفَْا ِْع ََلتُن‬ َْ ‫َلتْْْْْفَا ِْع‬


ُْ ‫َل‬ َْ ‫ْفَا ِْع‬

Maqshur

ِ َ‫ ْف‬dapat dikonversi menjadi ْ‫اع ََلن‬


Bentukْ‫اع ََلت‬ ِ َ‫ف‬

53
• ‘Arudh nya mahdzufah )‫ (حمذوفة‬dan Dharab nya abtarْْ)‫(ابرت‬,

‘Arudh sya’ir tersebut terkena proses hadzfْْ)‫(حذف‬, yaitu

pembuangan sabab khafif di akhir taf’ilah, Dharab sya’ir

tersebut terkena proses batrْ )‫(برت‬, gabungan dari proses hadzf

dan qath’, hadzf yaitu membuang sabab khafif di akhir taf’ilah.

ْْْْْ‫َلْْْْْفَا ِْع ََلتُن‬


َْ ‫ْفَا ِْع ْلْْْْْفَا ِْع‬

Batr

• ‘Arudh nya mahdzufah makhbunahْ)‫ (ْحمذوفةْخمبونة‬dan mahdzuf

makhbunْ ْ)‫(حمذوفْ خمبون‬, keduanya terkena proses

hadzfْ)‫(حذف‬, yaitu pembuangan sabab khafif di akhir taf’ilah,

juga terkena perubahan dalam bentuk zihaf khabn, yaitu


membuang sukun kedua, maka wazannya berubah menjadi
ِ َ‫ف‬
ْ‫اعل‬

ْْْْْ‫َلْْْْْفَا ِْع ََلتُن‬


َْ ‫ْْفَْعِ ََلْْْْْفَْا ِْع‬

Hadzf Khabn

ِ َ‫ ْف‬dapat dikonversi menjadi ْ‫فُعلُن‬


Bentukْ‫اعل‬

54
• ‘Arudh nya mahdzufah makhbunahْ )‫ (ْحمذوفةْخمبونة‬dan Dharab

nya abtarْْ)‫(ابرت‬, ‘Arudh sya’ir tersebut terkena proses hadzf,

yaitu pembuangan sabab khafif di akhir taf’ilah, juga terkena


perubahan dalam bentuk zihaf khabn, yaitu membuang sukun
kedua, Dharab sya’ir tersebut terkena proses batr, gabungan dari
proses hadzf dan qath’, hadzf yaitu membuang sabab khafif di
akhir taf’ilah.

C. Zihaf

Wazan atau tafa’il kebanyakan telah berubah dari aslinya, perubahan


tersebut ada 2 macam, yaitu zihaf dan ‘illat. Zihaf adalah perubaha pada huruf
kedua dari sabab, dengan cara menyukunkan atau membuang. Perubahan yang
berbentuk zihaf ini tidak menuntut bait-bait selanjutnya untuk ikut berubah dan
diserasikan dengan bait pertama, hal ini berbeda dengan ‘illat yang merupakan
perubahan dengan menambah huruf atau mengurangi huruf yang menuntut
semua bait selanjutnya untuk juga dirubah agar terlihat serasi dengan bait
pertama. Zihaf terbagi menjadi 2 macam, yaitu zihaf mufrad (tunggal) dan zihaf
muzdawij (tersusun).

1. Zihaf Mufrad
Yaitu zihaf yang hanya masuk dalam satu sabab saja dalam satu taf’ilah,
zihaf mufrad ada 8 macam, yaitu :

a. Waqsh )‫(وقص‬, membuang huruf kedua yang berharokat, zihaf


waqsh hanya dapat masuk pada bahar kamil.
ِ ‫اعلُنْْْْْمتَ َف‬
Contoh :ْ‫اعلُن‬ ِ ‫اعلُنْ=ْم َف‬
ِ ‫م َف‬
ُ ُ َ

55
b. Khabn )‫(خنب‬, membuang huruf kedua yang mati, zihaf khabn
dapat masuk pada 10 bahar, yaitu Basith, Rajaz, Ramal, Sari,
Madid, Muqtadlab, Khafif, Mujtats, Mutadarik, Munsarih.

Contoh :ْ‫ْْْْْمستَ فعِلُن‬ ِ ِ


ُ ‫ْ=ْمتَ فعلُن‬
ُ ‫ْ َم َفاعلُن‬
c. Idlmar )‫(إضمر‬, menyukunkan huruf kedua yang hidup, zihaf
idlmar hanya dapat masuk pada bahar Kamil.

ْ ُ‫ْْْْْمتَْ َفا ِعل‬


Contoh :ْ‫ن‬ ِ ْ ‫ْ ْمستَ فْعِلُن‬
ُ ‫ْ=ْمتْ َْفاعلُن‬
ُ َ
d. Thayy )‫(طي‬
ّ , membuang huruf keempat yang mati, zihaf thayy
dapat masuk pada 5 bahar, yaitu Rajaz, Basith, Muqtadlab, Sari
dan Munsarih.

Contoh :ْْ‫ْْْْمستَ فْعِلُن‬


َْ ‫ْ=ْمسْتَعِلُن‬
ُْ ‫ْ َْمسفتَْعِلُن‬

e. ‘Aql )‫(عقل‬, membuang huruf kelima yang berharakat, zihaf ‘aql


hanya dapat masuk pada bahar Wafir.

Contoh :ْ‫ت‬
ْ ُ َ‫ْْْْْْم َفْا َْعْل‬
ُْ ُْ ‫ْ َْم َفا ِعلُن‬
ْ ُ ‫ْ=ْم َفا َْع‬
‫ت‬

f. Qobdl )‫(قبض‬, membuang huruf kelima yang mati, zihaf qobdl


dapat masuk pada 4 bahar, yaitu Thawil, Hazj, Mutaqarib dan
Mudlari’.
Contoh :ْْ‫ْفُ ُعو ُلْ=ْفُ ُعوْلُن‬

56
g. ‘Ashb )‫(عصب‬, menyukunkan huruf kelima yang berharakat,
zihaf ‘ashb hanya masuk pada bahar Wafir.

Contoh :ْ‫ت‬
ْ ُ َ‫ْْْْْم َفا َْعْل‬
ُْ ‫ت‬ ُْ ‫ْ َْم َفا ِْعيْلُن‬
ْ ُ ْ‫ْ=ْم َفا َْعل‬

h. Kaff )‫(كف‬
ّ , membuang huruf ketujuh yang mati, zihaf kaff

dapat masuk pada 7 bahar, yaitu Ramal, Hazj, Mudlari’, Khafif,


Madid, Thawil dan Mujtats.

Contoh : ْْ‫=ْمستَ فْ ْعِْلُن‬


ُْ ْْ‫ُْمستَ فْ ْعِل‬
2. Zihaf Muzdawij
Yaitu gabungan 2 zihaf mufrad, zihaf muzdawij ada 4 :

a. Khabl )‫(خبل‬, gabungan antara Thayy dan Khabn (membuang


huruf kedua yang mati dan membuang huruf keempat yang
mati), zihaf khabl dapat masuk pada 4 bahar, yaitu Basith, Rajaz,
Sari’, dan Munsarih

Contoh :ْ‫ْْْْْمستَ فْ ْعِْلُن‬


ُْ ‫ْ=ْمْتَ ْعِْلُن‬
ُْ ‫ت‬ ْ ُ َ‫ْْفَعِْل‬

b. Khazl )‫(خزل‬, gabungan antara Thayy dan Idlmar (menyukunkan

huruf kedua yang hidup dan membuang huruf keempat yang


mati), zihaf Khazl hanya dapat masuk pada bahar Kamil.

ِْ ‫=ْمت َفعِلُنْْْْْْ ُْمتَ َفا‬


Contoh :ْ‫عْلُن‬ ُْ ْْ‫ْ ُمفتَعِلُن‬
c. Syakl, gabungan antara Kaff dan Khabn (membuang huruf
kedua yang mati dan membuang huruf ketujuh yang mati), zihaf

57
Syakl dapat masuk pada 4 bahar, yaitu Mujtats, Ramal, Madid
dan Khafif.

Contoh :ْ‫=ْمتَ فعِلُنْْْْْ ُْمستَ فْ ْعِْلُن‬ ِ ‫ْم َف‬


ُْ ْْ‫اعلُن‬ َ
ْْ ْْ‫ت‬ ِ َ‫فَعِ ََلتْ=ْف‬
ْ ُ َ‫اعل‬ ُ
d. Naqsh, gabungan antara Kaff dan ‘Ashb (menyukunkan huruf
kelima yang berharokat dan membuang huruf ketujuh yang
mati).

Contoh :ْ‫عْلَ ُت‬


َْ ‫تْْْْْ ُْم َفا‬
ُْ ‫اعل‬ ِ ‫م َف‬ ْ
َ ‫=ْم َف‬
ُْ ْْ‫اعل‬ َ
D. ‘Illat

Pada dasarnya ‘illat adalah perubahan yang menetap pada setiap bait
dalam suatu kumpulan bait sya’ir, yakni ketika bait pertama kemasukan ‘illat,
maka bait berikutnya harus dimasuki ‘illat juga agar serasi. ‘Illat ada 2 macam,
yaitu ‘illat Ziyadah (tambahan) dan Naqhs (pengurangan).

1. ‘Illat Ziyadah )‫(جيدة‬


‘Illat ziyadah terbagi menjadi 3 dan semuanya hanya bias masuk pada
bait yang majzu, yaitu bait yang dibuang ‘Arudl dan Dharbnya.

a. ‘Illat Tarfil )‫(ترفيل‬, yaitu penambahan sabab khafif pada taf’ilah

yang akhirnya berupa watad majmu’. ‘Illat ini hanya bias masuk
pada bahar Kamil dan Mutadarik yang Majzu’.

ْ ُ‫تْْْْْ ُْمتَ َفا ِْعْل‬


Contoh : ‫ن‬ ْ ُ ‫=ْمتَ َفلعِلُن‬ ِ ‫متَ َف‬
ُْ ْْ‫اع ََلتُن‬ ُ
‫تْْْْْفَا ِْعْلُ ْن‬
ْ ُ ‫اع ََلتُنْْ=ْفَلعِلُن‬
ِ َ‫ف‬

58
b. ‘Illat Tadzyil )‫(تذييل‬, yaitu penambahan satu huruf pada taf’ilah

yang akhirnya berupa watad majmu’.’Illat ini bisa masuk pada


3 bahar, yaitu bahar Kamil yang majzu’, bahar Basith yang
majzu’ dan bahar Mutadarik yang majzu’.
ِْ ‫=ْمتَ َفلعِلُنْ ِْنْْْْْ ْمتَ َفا‬
Contoh :ْ‫عْلُن‬ ِ ‫متَ َف‬
ُْ ْ‫اع ََل ِْن‬
ُ ُ
ْ‫=ْمستَ فْعِلُنْ ِْنْْْْْ ُْمستَ فْ ْعِْلُن‬
ُْ ْ‫ْْْْْ ُْمسْتَْفْعِ ََل ِْن‬

ْ‫اع ََل ِْنْ=ْفَلعِلُن ِنْْْْْفَا ِْعْلُن‬


ِ َ‫ف‬

c. ‘Illat Tasbigh )‫(تسبيغ‬, yaitu penambahan satu huruf pada

taf’ilah yang akhirnya berupa sabab khafif. ‘Illat ini hanya bisa
masuk pada bahar Ramal yang majzu’.

َْ ‫اع ََلتُن ِْنْْْْْفَْا ِْع‬


Contoh :ْ‫َلتُن‬ ِ َ‫اع ََل َات ِْنْ=ْف‬
ِ َ‫ْف‬

2. ‘Illat Naqhs ْ)‫(نقص‬


‘Illat naqhs terbagi menjadi 9, diantaranya :

a. ‘Illat Hadzfْ )‫(حذف‬, yaitu membuang sabab khafif dari akhir

taf’ilah. ‘Illat Hadzf dapat masuk pada 6 bahar, yaitu Thawil,


Madid, Ramal, Hazj, Khafif dan Mutaqarib.

ِْ ‫اعيْْْْْْ َم َفا‬
Contoh :ْ‫عي لُن‬ ِ ‫ْفُعولُنْْ=ْم َف‬
َ ُ
b. ‘Illat Qathf )‫(قطف‬, yaitu gabungan ‘illat Hadzf dan zihaf ‘Ashb,

yaitu membuang sabab khafif dari akhir taf’ilah dan

59
menyukunkan huruf kelima. ‘Illat Qathf ini hanya bisa masuk
pada bahar Wafir.

Contoh :ْ‫اعلَ ُت‬


َ ‫ْْْْْم َف‬
ُ ‫اعل‬ َ ‫ْ=ْم َف‬
ُ ‫ْفُعُولُن‬
c. ‘Illat Qath’ ْْ)‫(قطع‬, yaitu membuang huruf matinya watad

majmu’ serta menyukunkan huruf sebelumnya. ‘Illat Qath ini


dapat masuk pada 3 bahar, yaitu Basith, Kamil dan Rajaz.

Contoh :ْ‫علُن‬ ِ ‫ْفَعِ ََلتُنْْ=ْمتَ َف‬


َْ ‫اعلْْْْْْ ُمتَ َفا‬ ُ
d. ‘Illat Batr )‫(بنر‬, yaitu gabungan ‘illat Hadzf dan ‘illat Qath’,
yakni membuang sabab khafif beserta membuang huruf matinya
watad majmu’ dan menyukunkan huruf sebelumnya. ‘Illat Batr
dapat masuk pada 2 bahar, yaitu Mutaqarib dan Madid.

Contoh : ْ‫فُعْ=ْفُ ْعُْوْلُن‬

ِ َ‫ْفَْعْلُنْْ=ْف‬
ْْْْْْْْْْْْ‫اع ْلْْْْْفَْا َْع ََلْتُن‬

e. ‘Illat Qashr )‫(قصر‬, yaitu membuang huruf kedua dari sabab


khafif serta enukunkan huruf pertamanya. ‘Illat Qashr dapat
masuk pada 4 bahar, yaitu Ramal, Mutaqarib, Madid dan K‫ا‬afif.

Contoh : ْ‫فُعُولْْ=ْفُعُولُن‬

ِ َ‫اع ََلتْْ=ْف‬
ْْْْْْْْْْْْْ‫اع ََلنُن‬ ِ َ‫ف‬

60
f. ‘Illat Hadzadz )‫(حذذ‬, yaitu membuang watad majmu’ dari akhir

taf’ilah. ‘Illat Hadzadz hanya dapat masuk pada bahar Kamil.

َْ ‫فَعِلُنْْ=ْ ُمتَ َفاْْْْْ ُمتَ َفا‬


Contoh :ْ‫علُن‬

g. ‘Illat Shalm )‫(صلم‬, yaitu membuang watad mafruq dari akhir


taf’ilah. ‘Illat Shalm hanya dapat masuk pada bahar Kamil.
Contoh :ْ‫ت‬
ُ ‫فَعلُنْْ=ْ َمف ُعوْْْْْْ َمفْ ُْعوََل‬

h. ‘Illat Waqf )‫(وقف‬, yaitu menyukunkan huruf akhirnya watad

mafruq dari taf’ilah ‫‘ َْمفْعُْْوََْلت‬Illat Waqf hanya masuk pada 2


bahar, yaitu Sari’ dan Munsarih.

Contoh : ْ‫ت‬
ُ ‫َمفْ ْعُوََلتْْ=ْ َمفْ ْعُوََل‬
i. ‘Illat Kasf )‫(كسف‬, yaitu membuang huruf akhirnya watad

mafruq dari taf’ilah. ‘Illat Kasf hanya masuk pada 2 bahar, yaitu
Sari’ dan Munsarih.

Contoh :ْ‫ت‬
ُ ‫َمفعُولُنْْ=ْ َمفعُوََْلْْْْْ َمفْ ْعُوََل‬

E. Qofiyah

Menurut bahasa, qofiyah adalah bagian leher yang paling bawah


(tengkuk), semakna dengan lafadz qafa. Serta secara istilah, menurut imam

61
Akhfasy, qafiyah adalah satu kalimat yang berada di akhir bait, seperti lafadz ,
yang berada di akhir bait berikut ini (Bahar Thawil) :

ِْ ‫ْع‬
‫ْد‬ ِ ‫ْْآخْرْْمْو‬
ِ ‫اتْْفَِْإْنَّْه ۞ ْولَْوْْْ َْك ِرْهْتْهْْالنَّْف‬
ِ ِ َْ ِ‫تَْْزَّْودْْْا‬
َ ُ ‫ْس‬ ُ َُ َ ُ ْ ‫َلْيَْ ْوْمْ ْاملََْم‬ َ

‫شرط الثاين‬
ّ ‫ال‬ ‫شرط األول‬
ّ ‫ال‬

‫ْآخ ُر َْموعِ ِْد‬


ِ ‫ولَوْ َك ِرهتهْالنَّفس‬ ِ ‫تَزَّودْاِ ََلْي وِمْاملم‬
ُْ‫اتْفَِإنَّه‬
ُ َُ َ ََ َ َ
‫ْي‬ِ ِ‫خ رْمْوْع‬
ْ ‫ْد‬ ْ‫ِْرَْهتْ ُْهنْْنَف‬ ‫ْفَِْإنْنَْ ُْهو‬ ِ َ‫َْمم‬ ‫ْإََِْليَْ ْوِْم ْل‬
َ ُ ِْ ‫ُْسأَْا‬ ْ‫َْوْلَْو َك‬ ْ‫ات‬ ْ‫تََْْزْوَْود‬

0//0// /0// 0/0/0// 0/0// 0//0// /0// 0/0/0// 0/0//

‫مفاعل ْن‬ ‫فعول‬ ‫مفاعيلن‬ ‫فعولن‬ ‫مفاعل ْن‬ ‫فعول‬ ‫مفاعيلن‬ ‫فعولن‬

ْ‫صحيح‬ ْ‫صحيح‬ ْ‫صحيح‬ ْ‫صحيح‬ ْ‫صحيح‬ ْ‫صحيح‬ ْ‫صحيح‬ ْ‫صحيح‬

‫ضرب‬ ‫حش ْو‬ ْ‫عروض‬ ‫حش ْو‬

Adapun menurut imam Kholil, qafiyah adalah kumoulan beberapa


huruf, dihitung mulai huruf mati di akhir kalimat, sampai huruf mati
sebelumnya, beserta huruf berharakat yang berada di depan huruf mati yang
kedua ini, maka qafiyah bisa terbentuk dari satu kalimat, seperti contoh di atas,
yaitu :

ْ‫َْم ْو ِْع ِْدي‬

ْ‫ ي‬: Huruf mati diakhir bait

ْ‫ و‬: Huruf mati sebelumnya

ْ‫ َم‬: Huruf berharakat didepan huruf mati kedua

62
‫‪ di akhir bait berikut ini (bahar‬ملْينم ‪Atau lebih sari satu kalimat, seperti lafadz‬‬

‫‪Rajaz) :‬‬

‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ىْمنْ َملْيَنَ ْم‬ ‫ل ُك ِّل َْماْيُؤذي َْوإِنْقَ َّلْأََملْ ۞ َماْأَط َو َلْاللَّي َل َ‬
‫ْعلَ َ‬

‫شرط الثاين‬
‫ال ّ‬ ‫شرط األول‬
‫ال ّ‬

‫ْماْيُؤ ِذي َْوإِنْقَلَّْأََملْ‬ ‫ِ‬


‫ىْمنْ َملْيَنَمْ‬ ‫َماْأَط َو َلْاللَّي َل َ‬
‫ْعلَ َ‬ ‫ل ُك ِّل َ‬
‫َمن لَميَنَمْ‬ ‫لَي لَ َعلَىْ‬ ‫َمأَط َولَ ْل‬ ‫قَل ََلََملْ‬ ‫إْيُؤ ِذي َوإِنْ‬ ‫لِ ُكلِّ َما‬

‫‪0///0/‬‬ ‫‪0//0/0/‬‬ ‫‪0//0//‬‬ ‫‪0///0/‬‬ ‫‪0//0/0/‬‬ ‫‪0//0//‬‬

‫مفتعل ْن‬ ‫مستفعل ْن‬ ‫مفاعل ْن‬ ‫مفتعل ْن‬ ‫مستفعل ْن‬ ‫مفاعل ْن‬

‫صحيحْ‬ ‫صحيحْ‬ ‫صحيحْ‬ ‫صحيحْ‬ ‫صحيحْ‬ ‫صحيحْ‬

‫ضرب‬ ‫حش ْو‬ ‫عروضْ‬ ‫حش ْو‬

‫‪Atau sebagian kalimat saja, sebagaimana lafadz‬‬ ‫‪َ,‬لَل‬ ‫‪dari lafadz‬‬ ‫‪,‬زَلَل‬ ‫‪yang‬‬

‫‪berada di akhir bait berikut ini (bahar Ramal) :‬‬

‫ْم ًّراْبِِهْاملاءَ ُّ‬


‫ْالزََلََْل‬ ‫ُ‬ ‫ََِيد‬ ‫۞‬ ‫ض‬ ‫َوَمنْيَكْذَاْفٍَم ُ‬
‫ْم ٍّر َْم ِري ِْ‬
‫َ‬
‫شرط الثاين‬
‫ال ّ‬ ‫شرط األول‬
‫ال ّ‬

‫ْم ًّراْبِِهْاملاءَ ُّ‬


‫ْالزََلََلْ‬ ‫ََِيد ُ‬ ‫َوَمنْيَكْذَاْفٍَم ُ‬
‫ْمٍّر َْم ِري ِْ‬
‫ض‬
‫َ‬
‫ُزََل َْل‬ ‫ْبِِل ِماءَزْ‬ ‫ََِيد ُمرَر ْن‬ ‫م ِري ِ‬
‫ضيْ‬ ‫َ‬ ‫فَ ِمن ُمرَرنْ‬ ‫َوَمن يَ ُك َذا‬

‫‪63‬‬
0/0// 0/0/0// 0///0// 0/0// 0/0/0// 0///0//

‫فعولن‬ ‫مفاعيلن‬ ‫مفاعلت‬ ‫فعولن‬ ‫مفاعيلن‬ ‫مفاعلت‬

ْ‫صحيح‬ ْ‫صحيح‬ ْ‫صحيح‬ ْ‫صحيح‬ ْ‫صحيح‬ ْ‫صحيح‬

‫ضرب‬ ‫حش ْو‬ ْ‫عروض‬ ‫حش ْو‬

Hal-hal yang harus diketahui penya’ir dalam pembahasan qafiyah ini


ada 5 macam, yaitu :
1. Huruf-huruf qafiyah,
2. Harokat-harokat qafiyah,
3. Ragam-ragam qafiyah,
4. Nama-nama qafiyah dan definisinya,
5. Aib-aib qafiyah.

1. Huruf-huruf Qofiyah

Huruf-huruf qofiyah ada 6, yaitu Rawi, Washl, Khuruj, Ridf,


Ta’sis dan Dakhil. Apabila huruf-huruf tersebut masuk pada permulaan
qasidah, maka semua bait dalam qasidah tersebut harus sama
dengannya.

a. Rawi )‫(روي‬
ّ
Rawi adalah huruf di akhir bait yang dijadikan pedoman
penya’ir dalam membuat qasidah. Sebuah qasidah tersebut akan
dikenal sesuai dengan huruf yang menjadi rawinya, seperti
qasidah yang rawinya huruf Ra’, maka akan dikenal dengan
qasidah Ra’iyyah, apabila berupa huruf mim, maka akan dikenal

64
dengan qasidah mimiyyah dan seterusnya. Contoh (Bahar
Basith) :

ِْ َ‫ىَْبل‬
‫ْد‬ َ ‫َوُرََّّبَاْأَضَرَمتْ ََن ًر‬
َ َ‫اْعل‬ ۞ ُ‫ف َْوه َي ُْمؤلِ َم ْة‬ ُ ِ‫َوِِفْالشََّر َارة‬
ٌ ‫ْضع‬

Huruf dal di atas disebut Rawi.

b. Washlْ)‫(وصل‬

Washl adalah huruf mad yang muncul dari membaca


panjang harokatnya rawi mutlaq (rawi yang berharokat), bukan
rawi muqayyad, yakni rawi yang berupa huruf mati. Contoh
(Bahar Kamil) :

ْ‫تْ ُك َّلََْتِي َم ٍة ََْلتَن َف ُع‬


َ ‫أَل َفي‬ ۞ ‫َوإِذَاْاملنِيَّةُْأَن َشبَتْأَظ َف َارَهْا‬
َ

‫ْو‬
ْ ‫ََلتَن َف ُع‬ ْ‫ْلَتَ ِمي َْمِت‬ ْ‫أَل َفي تَ ُكل‬ ‫أَظ َف َارَها‬ ْ‫ْيَةُأَن َشبَت‬ ْ ِ ‫َوإِذَمل‬
‫ن‬
َ
‫مستفعل ْن‬ ‫متفاعلن‬ ‫متفاعلن‬ ‫مستفعل ْن‬ ‫متفاعلن‬ ‫متفاعلن‬

Lafadh di akhir bait, yakni dibaca , huruf wawu yang


muncul dari membaca panjang dhommahnya ‘Ain yang menjadi
Rawi, dinamakan dengan Washl.

c. Khurujْ)‫(خروج‬

Khuruj adalah huruf Lin yang mengiringi Ha’ Dhomir


(muncul karena membaca panjang Ha’ Dhomir).

65
Khuruj bisa berupa Alif, sepertiْ‫ْهْا‬ ِْ ‫يْو‬
َ ‫ْاف ُق‬ ُ َ

Bisa juga berupa Wawu, sepertiْْ‫ْو‬


ُ‫ْن‬ ِ ‫ُي‬
َ‫ْسْنُْو‬

Ataupun berupa Ya’, seperti ْ‫ْلِ ِهْي‬


ْ‫نَْع‬

d. Ridfْ)‫(ردف‬

Ridf adalah huruf Lin yang berada tepat sebelum Rawi,


contoh Ridf yang berupa Alif adalah (Bahar Thawil) :

ْ ‫ص ِر‬
ْ ِ‫ْالَا‬
‫ْل‬ ِ ْ ِ َ‫احاْأَيُّ َهاْالطَّلَلُْالب‬ ِ
ُ ُ‫ال ۞ َوَهلْيَع َمن َْم َنْكاَ ِنِْفْالع‬ ً َ‫ْصب‬
َ ‫أَََلْعم‬
e. Ta’sisْ)‫(أتسيس‬

Ta’sis adalah huruf Alif yang berada sebelum Rawi


dengan dipisah oleh satu huruf yang berharokat. Ta’sis ini bisa
berada dalam satu kalimat bersama Rawi, seperti (Bahar Thawil)
:

ِ ‫ّْيِْمْْوالدَّه ِرْس‬
ْ‫ْامل‬ ِ َ‫اسْل‬ ِ‫ض‬ ِ ْ‫الَ ِْي‬ ِ ‫ّْي‬
ِ ‫ْد َّْي‬
َ َ َّ َ‫ْْعلَْىْال‬
َْ ‫ْس‬
َ ‫ْي‬
‫ل‬
َ‫و‬ْ
َ ۞ ‫ي‬
ْ ‫م‬
ْ ْ ْ ْ
‫ر‬ ْ
َ ‫خ‬
ْ َ
ْ
‫ل‬ ْ
‫َب‬ ّ ْ ْ ْ
‫ر‬ ْ َْ ‫أَََل‬
Terkadang Ta’sis tidak satu kalimat dengan Rawi,
dengan syarat Rawi harus berupa Dhomir, seperti (Bahar
Thawil) :

‫ْخْيٌ َْوََلْْلِيَْا‬ ِ ِ ‫أَََل ََْلْتَلُوم ِاِنْ َك َفىْاللَّومْماْبِيا ۞ فَماْلَ ُكم‬


َ ‫اِْفْاللَّوم‬ َ َ َ َُ َ

66
Ataupun Rawinya termasuk bagian dari Dhomir, seperti (Bahar
Thawil) :

ُ ‫اْمث ًَلَّْبِِث ٍلْ َك َم‬


‫ْاُهَا‬ ِ ‫ْشئ تُم‬
ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫فَإنْشئ تُ َماْأُلقحتُ َماْأَوْنُتجتُ َما ۞ َوإن‬
Apabila tidak memenuhi persyaratan diatas, maka
Alifnya tidak bisa disebut dengan Ta’sis.

f. Dakhilْ)‫(دخيل‬

Dakhil adalah huruf berharokat yang memisah antara


Ta’sis dan Rawi, seperti Dal dalam contoh di bawah ini (Bahar
Thawil) :

‫ق‬ ِْ ‫ْص‬
ُْ ‫اد‬ َ ‫َّاس‬ ِ ‫اط ِْل ۞ فَِفيْالن‬
ِ ‫َّاسْ َك َّذ‬
ِ ‫اب َْوِِفْالن‬ ِ ‫فَََلَْتَفب لَن همْإِنْأَتَو َكْبِب‬
َ ُ َ
2. Harokat-harokat Qofiyah
Harokat qofiyah ada 6, yaitu Ross, Isyba, Hadwu, Taujih, Mijra dan
Nafadz.

a. Rossْ)‫(رس‬

Yaitu harokat huruf yang berada tepat sebelum Ta’sis,


seperti Tha’ berharokat fathah dalam bait berikut ini (Bahar
Rajaz) :

ِ ‫ْالسد ِرْواجل َدا ِوِْل ۞ تَطَا ِوِلْم‬


ِ ‫اْشئ‬
ْ ‫تْأَنْْتَطَا ِو‬
‫ل‬ ِ
َ َ َ ّ ‫ات‬ َ ‫َْنلُْ َذ‬
َ ‫َّي‬

b. Isybaْ)‫(إشباع‬

67
Yaitu harokat huruf yang menjadi Dakhil, seperti
kasrohnya Lam, Dhommahnya Fa’ dan Fathahnya Wawu dalam

ْ ِ‫ْْتَ ْطَاِْو‬
contoh berikut :ْ‫ل‬

c. Hadwuْ)‫(حدو‬

Yaitu harokat huruf yang berada tepat pada sebelum Ridf,


seperti fathahnya Ra’, kasrohnya Syin dan dhommahnya Ha’
dalam contoh berikut :

ْ ‫ص ِر‬
ْ ِ‫ْالَا‬
‫ْل‬ ْ‫ْل ۞ َوَهلْيَعِ َمن َْمن‬
ُ ُ‫َْكاَ ِنِْفْالع‬ ْ ِ‫احاْأَيُّ َهاْالطَّلَلُْالبَا‬
ً َ‫ْصب‬
ِ
َ ‫أَََلْعم‬
d. Taujihْ)‫(ْتوجه‬

Yaitu harokat huruf yang berada tepat sebelum Rawi


Muqayyad (Mati), seperti harokatnya Tha’ dalam bait berikut
(Bahar Rajaz) :

ِ ‫ط ۞ جاءواَِّْبَذ ٍقْهلْرأَي‬
ْ َ‫اْج َّنْالظَََّلمُ َْواختِل‬
‫ْط‬
ْ َ‫بْْق‬
َ ‫تْال ّذئ‬
َ َ َ ُ َ َ َ‫َح ََّّتْإِذ‬
e. Mijraْ)‫(جمرى‬

Yaitu harokatnya Rawi Mutlaq (berharokat), seperti

harokat lam dalam lafadh : ْ‫َْمنِْْزْلُو‬

f. Nafadzْ)‫(نفاذ‬

68
Yaitu harokatnya Ha’ Washl yang berada pada setelah

ِِْ‫ْنَْعْل‬,ُْ‫ْونَْه‬
huruf Rawi, seperti : ‫ْه‬ ِ ‫ْي‬,‫ْا‬
ْ ُ‫ْسْن‬ُ ‫ْه‬ ِ
َ ‫يُْوْْف ُق‬

3. Ragam-ragam Qofiyahْ)‫(قفيةْمطلقة‬

Dilihat dari segi Rawinya berharokat atau tidak, qofiyah terbagi


menjadi 2 macam, yaitu qofiyah Mutlaqah dan qofiyah Muqayyadah.

a. Qofiyah Mutlaqah

Yaitu jenis qofiyah yang Rawinya berharokat, qofiyah


ini dibagi menjadi 6 macam :

• Qofiyah yang memiliki Dakhil dan Washl berupa huruf

Linْ‫(موصولةْبلني‬,ْ‫ْ=ْهيَاكِل‬ ِ
َ ‫سة)ْهيَاكلُو‬
َ ‫مؤس‬ ّ
ُ
• Qofiyah yang memiliki Ta’sis dan Washl berupa huruf

Ha’‫(موصولةْبا ْء‬,ْ‫صنَائِعُ َها‬


َ ْ)‫مؤسسة‬
ّ ْ
• Qofiyah yang memiliki Ridf dan Washl berupa huruf

Lin‫ني‬
ْ ‫(موصولةْبل‬,ْ‫اد‬ ِ ِ
ُ ‫ادوْ=ْعم‬
ُ ‫ْمردوفة)ْعم‬
َ َ
• Qofiyah yang memiliki Ridf dan Washl berupa huruf

Ha’‫(موصولةْبا ْء‬,ْ‫اده‬
ُ ‫مردوفة)ْسو‬ْ
َ َ
• Qofiyah yang memiliki Washl berupa huruf Lin, tetapi

tidak memiliki Ridf dan Ta’sisْ)‫(موصولةْبلنيْعنْالردف‬

, seperti (BaharThawil) :

69
ِ ‫َّرْأَه َون ِْمْنْبَع‬
ْ‫ض‬ ِّ ‫ضْالش‬
ُ ‫اش َْوبَع‬
ِ َ ‫ْعزَوةِ َِْنذ‬
ٌ ‫َْنَْا ۞ خَر‬
ِ ْ ْ‫حد‬
َ ‫تْإِ ََليْبَع َد‬
ِ
ُ َْ
• Qofiyah yang memiliki Washl berupa huruf Ha’ Dlomir,

akan tetapi tidak memiliki Ridf dan Ta’sisْ,‫(موصولةْباء‬

ْ)‫جمردةْعنْالردفْوْالتأسيس‬, seperti (Bahar Rajaz) :

‫ْع ِّمْأ ُِّمِْه‬


َ ‫سْأَبُوهُْ َِبب ِن‬ ِ ِِ ِ
َ ‫أَََلْفَ ًَّت ََْلقَىْالعُ ََلْبَ ّمْه ۞ لَي‬
b. Qofiyah Muqayyadah

Yaitu ragam qofiyah yang huruf Rawinya tidak


berharokat. Qofiyah Muqayyadah ini ada 3 bentuk variasi, yaitu
:

• Qofiyah yang tidak memiliki Ridf dan Ta’sisْ‫(جمردةْعن‬

)‫الردفْوْالتئسيس‬, seperti (Bahar Mutaqarib) :

‫اْمن َج ِذ ْم‬ ٍِ ِ ِ ِ
ُ َ‫ج ُرْ َغانيَةًْأَمْتُل َْم ۞ أَمْالَبلُ َْواهْب‬
ُ ‫أ َََت‬
• Qofiyah yang memiliki ridf berupa Alif, Ya’ atau

Wawu)‫(مردوفةَْبَللفْأوْالياءْأوْالواو‬, seperti :ْ,‫ْزحام‬,‫نور‬

ْ‫نْي‬

• Qofiyah yang memiliki Ta’sis)‫(مؤسسة‬


ّ , seperti (Bahar
Kamil Majzu’)

70
‫فْ َات ِم ْر‬
ِ ‫ْالصي‬
َّ ‫ك ََْلْبِ ٌن ِِْف‬
َ َ‫َن ۞ ن‬ َ ‫َو َغَررتَِن َْوَز َعم‬
ْ ‫تْأ‬
4. Nama-nama Qofiyah

Qofiyah dilihat dari harokatnya terbagi menjadi 5 macam, yaitu :

a. Matakawisْ)‫(متكاوس‬

Yaitu setiap qofiyah yang diantara 2 huruf matinya


terdapat 4 huruf berharokat yang berturut-turut, seperti (Bahar
Rajaz) :

ِ َّ ‫قَدْجَبْالدَّينْا ِإلََلهْفَجَبْ ۞ و َع َّور‬


َ ‫ْالرحَان َْمن َْوََّل‬
‫ْالع َوْر‬ َ َ َ َ ُ َ ََ َ
‫ْْْْْْْْْْ َوللَل َع َوْر‬

b. Mutaqarib )‫(مرتاقب‬

Yaitu setiap qofiyah yang diantara 2 huruf matinya


terdapat 3 huruf berharokat yang berturut-turut, seperti (Bahar
Basith) :

َ ِ‫ضايَ َقْأَمٌرْفَان تَ ِظرْفَ َر َجْا ۞ فَأَضيَ ُقْالَم ِرْأَد ََنهُْإ‬


ِْ‫َْلْْال َفَرج‬ َ َ‫إِ َذاْت‬

‫ْْْْْْْْْْْْلَل َفَرِج ْي‬

c. Mutadarik )‫(متدارك‬

71
Yaitu setiap qofiyah yang diantara 2 huruf matinya
terdapat 2 huruf berharokat yang berturut-turut, seperti (Bahar
Thawil) :

ِْ ‫ْس‬ ِ
ِ ‫ْادْيْْعْنْْْهْو‬ ِْ ‫تْالِّْر َْج‬ َْ ‫سْلَّتْْ ِْع َْم‬
‫ْل‬ َ ‫ْاهْاَّْبُْن‬ َ ‫الْ َْع ِْنْ ْاَلََْوى ۞ َْولَْي‬
َ َ َ َ ‫ْسْْفُ َْؤ‬ ُْ ‫اّي‬ َْ َ‫ْت‬

‫َِّْْْْْْْْْْْْْْْْْْبُن َسلِ ْي‬

d. Mutawatir )‫(متواتر‬

Yaitu setiap qofiyah yang diantara 2 huruf matinya


terdapat 1 huruf berharokat, seperti (Bahar Wafir) :

ِ ‫َْش‬
ْ‫س‬ ِ ‫ْصخ ْرا ۞ َوأَذ َكرهُْبِ ُك ِل َْمغِي‬
َ ْ‫ْب‬ ِ ‫يُ َذ ّكِ ُرِِنْطُلُوعُْالشَّم‬
ّ ُ َ َ ‫س‬
‫ْْْْْبَ َشم ِس ْي‬

e. Mutaradif )‫(مرتادف‬

Yaitu setiap qofiyah yang 2 huruf matinya bertemu


(tanpa pemisah) dan raga mini hanya ada pada jenis qofiyah
muqayyadah, seperti (Bahar Sari) :

ِ َّ ‫السابِق‬ ِ ِ ِ ‫الن‬
َ ‫ْالسابِ ُقْمن‬
‫ْهاْاجلََو ْاد‬ ُ َّ َ‫َّاسْلل َموتْ َك َخي ِلْالطََّر ْاد ۞ ف‬
‫ْْْ َهل َج َو ْاد‬

72
5. Aib-aib Qofiyah

Sya’ir arab akan menjadi kurang menarik apabila dalam qofiyah


terdapat aib, maka hendaknya penya’ir menghindari aib-aib qofiyah jika
ingin dianggap sebagai penyai’ir yang berkualitas.

Aib-aib qofiyah terbagi kedalam 2 kategori, yang pertama aib


dengan memandang Rawi dan harokat Majranya, sedangkan yang kedua
dengan memandang huruf dan harokat sebelum Rawi, jenis yang kedua
ini disebut Sinad.

a. Aib qofiyah dipandang dari Rawi dan harokat Majranya


Aib ini terbagi menjadi 6 macam, yaitu :

i. Ikfa )‫(إكفاء‬

Yaitu membuat Rawi dalam 2 bait qasidah


dengan huruf-huruf yang dekat makhrojnya atau sama

makhrojnya, bukan dalam lafadhnya, seperti ْ-ْْ‫شارح‬

‫ شارخ‬atauْ‫قارسْ–ْقارص‬

ii. Ijazah ْ)‫(إجازة‬

Yaitu membuat Rawi dengan huruf-huruf yang

jauh makhrojnya atau berbeda, seperti ‫ْْعريق‬-ْْ‫عبيد‬

atauْ‫شاربْ–ْقاتل‬

73
‫(إقواءْ) ‪iii. Iqwa‬‬

‫‪Yaitu perbedaan harokat Rawi dengan kasroh‬‬


‫‪dan dhommah, seperti (Bahar Basith) :‬‬

‫صافِ ِْْي‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ٍ ِ ِ‬ ‫ِِ‬


‫ص ٍْر ۞ جس ُمْالبِغَال َْوأَح ََلمُْال َع َ‬
‫سْ َِبل َقومْمنْطُول َْومنْق َ‬
‫َْب َ‬
‫ََل َ‬
‫فْأَسافِلُْه ۞ مثَ َقبْنَ َفختْفِي ِهْال ِ‬
‫َعاص ْْيُ‬
‫َ‬ ‫ُ ٌ َ‬ ‫ْجو ٌ َ‬
‫ب ُ‬
‫صٌ‬‫َكأ ََّن َمْقَ َ‬
‫(إصرافْ) ‪iv. Ishraf‬‬

‫‪Yaitu perbedaan harokat Rawi dengan fathah dan‬‬


‫‪dhommah, seperti (Bahar Wafir) :‬‬

‫ىْي َيْالبُ َك ْاءَ‬


‫ْعلَ َ‬ ‫كْإِن َْمنَ ع َ‬
‫تْ َك ََلَمْ َي َيْ ۞ أَََتنَ عُ ِن َ‬ ‫أ ََري تَ َ‬
‫ِ‬
‫ىْي َيْْالبَ ََل ْءُ‬ ‫اد ۞ َوِِفْقَلِِب َ‬
‫ْعلَ َ‬ ‫ْس َه ُْ‬
‫ىْي َي ُ‬ ‫فَفيْطَرِِف َ‬
‫ْعلَ َ‬

‫(إبطاء) ‪v. Ibtha‬‬

‫‪Yaitu mengulang kalimat Rawi dengan lafadh‬‬


‫‪dan makna yang sama, seperti (Bahar Basith) :‬‬

‫ْالع َْي ََْلْيَس ِري ِْبَ َّ‬ ‫ت ِِْفْخرساء ِ ٍ‬


‫اضعْالب ي ِ‬
‫ِ‬
‫اْالسا ِر ْ‬
‫ي‬ ‫ْمظل َم ْة ۞ تُ َقيِّ ُد َ‬
‫َ ََُ‬ ‫أ ََو ُ َ‬
‫ْالسا ِر ْ‬
‫ي‬ ‫ىْمصب ِ‬
‫احه َّ‬ ‫ض ُّلْعلَ ِ‬
‫ِ‬ ‫َْي ِفضْال ِرزُّْعنْأَر ٍ ِ‬
‫َ‬ ‫ضْأََملَّْبَْا ۞ َوََلْيَ َ‬ ‫ََل َ ُ ّ َ‬
‫(تضمني)ْ ‪vi. Tadlmin‬‬

‫‪74‬‬
Yaitu menghubungkan bait satu dengan bait
lainnya, dikarenakan bait pertama belum sempurna
maknanya, seperti (Bahar Wafir) :

ِِّْ‫ابْيَوِمْعُ َكا َظْإ‬


‫ِن‬ ِ ‫ْعلَىََْتِي ٍْم ۞ و ُهمْأَصح‬
َ َ
ِ
َ ‫َو ُهم َْوَرُدواْاجل َفا ِر‬
‫ن‬ ٍْ َ‫ْص ِادق‬
ِّْ ‫ات ۞ َش ِهد َنْ ََلُم ِِْبُس ِنْالظَّ ِّن ِْم‬ ِ
ُ ‫َش ِهد‬
َ ‫تْْ ََلُم َْم َواط ِن‬

Aib ini masih bisa ditolerir apabila penya’ir


termasuk Muwalladin, yakni orang-orang yang bukan
orang arab asli.

Aib ini dianggap buruk dan tidak bisa diterima,


jika memang bait yang kedua merupakan penyempurna
makna bait pertama yang tidak bisa dipisahkan, seperti
halnya bait kedua adalah jawab atau fa’il ataupun khabar
dari mubtada atau ‘amil nawasikh yang ada di bait
pertama.

Adapun apabila makna bait pertama sudah


sempurna tanpa bait kedua, dikarenakan bait kedua
hanya berfungsi sebagai penjelas saja, maka masih bisa
diterima dan digunakan, seperti halnya jar majrur, sifat,
istisna dan lain sebagainya, contoh (Bahar Thawil) :

ِ ِ ٍ
‫َّت‬
ْ ‫كْْظَن‬
ُ َ‫ثْ َملْْت‬
ُ ‫ْحي‬
َ ‫فْالن ََّوىْمن‬ ُ ۞ ‫اْوج ُدْأَعَرابِيَّةْقَ َذفَتْبَْا‬
ُ ‫ص ُرو‬ ُ ‫َوَم‬
‫ت‬ َْ َ‫َّن ۞ أُطَ ِام ُنْأَح َش ْائِيْْ َْعْل‬
ْ َّ‫ىْماْأَْ َْجْن‬ ِ ‫َِبَك َشر‬
ْ ِ ‫ْْم ِّنْلَو َعةًْ َغ َْيْأَن‬
َ

75
Karena Ibtha dan Tadlmin tidak dipandang dari
segi Rawi dan hrokatnya, maka sebetulnya tidak
dinamakan sebagai aib. Hanya saja Ibtha dan Tadlmin
dianggap menyamai aib-aib diatas atau sebatas
dinamakan Mulhaq, bukan aib sesungguhnya.

b. Sinad ْ)‫(سناد‬

Sinad terbagi dalam 5 macam, 2 macam berhubungan


dengan huruf dan yang 3 macam berhubungan dengan harokat.

i. Sinad Ridf ْ)‫(سنادْالردف‬


ّ
Yaitu memasukan Ridf pada satu bait, tidak pada
bait berikutnya. Contoh (Bahar Mutaqarib) :

ْ‫اْوََلْتُو ِص ِه‬ ِ ‫إِ َذاْ ُكنت ِِْفْحاجةًْمرِس ًَلْ ۞ فَأَرِسل‬


َ ‫ْحكي ًم‬
َ ُ َ َ ُ
ْ‫ص ِه‬
ِ ‫ى ۞ فَ َشا ِورْلَبِي باْوََلْتَع‬
َ ً ُْ ‫َْوْإِنْْ ََْب‬
َْ ْ‫بْْأَمْ ٍْرْ َْعْلَي‬
ْ ‫كْالْتََْْو‬

ii. Sinad Ta’sis ْ)‫(سنادْالتّأسيس‬

Yaitu memasukan Ta’sis pada satu bait, tidak


pada bait berikutnya. Contoh (Bahar Rajaz) :

..... ۞ ‫ْثَّْْاسلَ ِم ْي‬


ُْ ْ‫ْد َار َْميَّةَْاسلَ ِمي‬
َ ‫َّي‬

..... ۞ ‫ْْالعاَِْمل‬
َ ‫ْه َذا‬
َ ُْ‫ْه َامة‬
َ‫ف‬ ٌ ‫فَ ِخن َد‬

76
iii. Sinad Isyba’ ْ)‫(سنادْاإلشباع‬

Yaitu perbedaan harokat Dakhil, sinad ini ada


dua macam, yang pertama perbedaan dengan dhommah
dan kasorh, yang kedua perbedaan dengan fathah dengan
dhommah atau kasroh.

Sinad Isyba’ yang pertama lebih ringan dari pada


yang yang kedua. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa
sinad Isyba’ yang pertama bukan termasuk aib qofiyah.
Contoh (Bahar Thawil) :

‫ْائِِْر‬
ْ ‫ْامةَْْ َغ‬ ِ ‫ْْمْن‬
َْ َ‫َْْت‬ ٍ ‫ت ۞ بْلِْيْْبِْو‬
ِ ‫ْاد‬ َْ َ‫اْبَْلِْيًّاْْفَْأَصْْب‬
ْ ‫ح‬ ِْ ‫َْو ُْهمْْ ْطََْرُْدْو‬
ْ ‫اْمنْ َْه‬
َ َ
‫ْاوِْر‬ ِ ‫اعةَْْ ُْكْلِّ ْهْا ۞ وِْمْنْْمْضْرْْالْمْر‬
ِ ‫ْاء‬ ِْ ‫َْو ُْهمْْ َْمنَْ ْعُْوَْه‬
ُْ َ‫ْدْْالتَّْغ‬
َ ‫ْْعْن‬ َ َ ََ ُ َ َ َْ ‫ض‬ َْ ُ‫اْمنْْْق‬

iv. Sinad Hadwu )‫(سنادْالدو‬

Yaitu perbedaan harokat huruf sebelum Ridf


dengan fathah dan kasroh. Contoh (Bahar Wafir) :

‫ْني‬ِ ‫ْو َن‬


ِْ ‫ْْع‬ ْ ُ‫ْنْْعُْي‬
َّ ُ‫ْن‬ َّ َ‫ىْجَْوا ٍْر ۞ َْكأ‬
َ‫ْنْْعُْيُْو‬ ْ ْ‫ْلََْقدْْْأَْلِ ُْج‬
َْ َ‫الَْبَ ْاءَْ َْعْل‬

ِْ ‫اعةٌ ِِْفْيَوِمْ َغ‬


‫ني‬ َ َ‫َْج‬ ٍْ ‫ْخافِيَ ََتْعُ َق‬
َ ‫اب ۞ تُِري ُد‬ َ ‫ني‬ َِّْ‫َْكْأ‬
َ َ‫ِنْب‬
v. Sinad Taujih ْ)‫(سنادْالتّوجيه‬

Yaitu perbedaan harokat huruf sebelum Rawi


Muqayyad dengan fathah dan kasroh atau fathah dan

77
dhommah, sesuai pendapatnya imam Kholil yang masih
memperbolehkan perbedaan dengan dhommah dan
kasroh.

Berbeda dengan pendapat imam Karro’ yang


tidak memperbolehkan perbedaan dengan kasroh dan
fathah, atau kasroh dan dhommah. Beliau hanya
memperbolehkan perbedaan dengan dhommah dan
fathah.

Berbeda lagi dengan imam Akhfasy yang malah


memperbolehkan perbedaan dengan menggunakan
harokat apapun. Contoh (Bahar Rajaz) :

..... ۞ ‫ق‬ْ ‫ْخا ِويْاملخ ََرت‬ ِ ‫وقَ ِاِتْالَعم‬


‫اق‬
ُ َ َ ُ َ
..... ۞ ‫اعىْالَ ِمي ْق‬ِ ‫ْش ََّّتْلَيسْ َِب َّلر‬
َ َ ‫ف‬َ َّ‫أَل‬
..... ۞ ‫ح ْق‬
ُ ‫ْالس‬
ُّ ‫اْالرب ِع‬
ُّ ‫اْش َذ‬
َ ‫ْعن َه‬
َ ً‫َش َذاىَه‬
Namun macam sinad yang ini masih
diperbolehkan, melihat banyaknya berlaku dalam sya’ir
arab.

78

Anda mungkin juga menyukai