Anda di halaman 1dari 5

MAKALAH

JALANNYA PERSIDANGAN

OLEH KELOMPOK 7 :

YOAN EAN YURI (18.152)

MUHAMMAD ZIKRY (18.172)

DOSEN:

HASNULDI MIAZ, S.H, M.H

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT

FAKULTAS HUKUM

2021
A.Sidang Kelima Bukti (bukti surat, saksi ahli, sumpah, dll) dari Penggugat

Sidang kelima dapat disebut sebagai sidang pembuktian oleh penggugat. Disini
Penggugat mengajukan bukti-bukti yang memperkuat dalil-dalil penggugat sendiri dan yang
melemahkan dalil-dalil tergugat. Alat pembuktian melalui surat (fotocopy) harus di nazagelen
terlebih dahulu dan pada waktu sidang dicocokkan dengan aslinya oleh hakim maupun pihak
tergugat. Hakim mempunyai kewenangan untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang
dilanjutkan oleh tergugat. Sedangkan pihak penggugat memberi jawaban atas pertanyaan-
pertanyaan tersebut.

Terhadap saksi-saksi, hakim akan mempersilahkan penggugat mengajukan pertanyaan


terlebih dahulu, kemudiam hakim sendiri juga akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dalam
rangka memperoleh keyakinan. Apabila pembuktian ini belum dapat cukup dilakukan dalam
sehari, bias dilakukan dua kali atau lebih, tergantung pada kelancaran pembuktian. Perlu dicatat
disini bahwa sebelum ditanyakan serta memberikan keterangan, saksi harus disumpah terlebih
dahulu dan tidak boleh masuk dalam ruang sidang sebelum dipanggil.

Untuk membuktikan suatu peristiwa yang diperkarakan, Hukum Acara Perdata sudah
menentukan alat-alat bukti yang dapat diajukan oleh para pihak persidangan, yaitu disebutkan di
dalam Pasal 164 HIR atau Pasal 284 Rbg yaitu:

a. Surat
b. Saksi
c. Persangkaan
d. Pengakuan
e. Sumpah

B.Sidang Keenam Saksi dari Tergugat

Jika dalam sidang kelima merupakan sidang pembuktian penggugat, maka pada sidang
keenam ini adalah sidang pembuktian dari pihak tergugat. Jalannya sidang sama dengan sidang
kelima dengan catatan bahwa yang mengajukan bukti-bukti dan saksi-saksi adalah pihak
tergugat, sedangkan tanya jawabnya kebalikan daripada sidang kelima.

C.Sidang Ketujuh Kesimpulan dari Penggugat dan Tergugat

Setelah melalui beberapa tahapan beracara pada peradilan perdata, mulai dari pembacaan
gugatan , jawaban atas gugatan dari Tergugat, Replik, duplik, pembuktian, akirnya masing-
masing pihak yang berperkara sampai pada kesimpulan masing-masing atas proses pemeriksaaan
perkara di pengadilan. Untuk itu baik Penggugat maupun Tergugat membuat kesimpulan atau
diberi kesempatan oleh hakim untuk mengajukan kesimpulan yang diserahkan kepada majelis
hakim dalam satu persidangan secara bersamaan. Bagaimana bentuk dan isi kesimpulan biasanya
diserahkan kepada masing-masing pihak yang berperkara. Hakim hanya memberikan
kesempatan kepada para pihak, dan itu pun tidak wajib. Artinya bisa saja masing-masing pihak
tidak membuat kesimpulan dan menyerahkan kepada hakim, tetai umumnya masing-masing
pihak berperkara mengajukan kesimpulan. Dibawah ini adalah salah satu contoh bentuk dan
format kesimpulan dalam perkara perdata.

KESIMPULAN

Diajukan

M. YUSMAN AKBAR ---------------------- TERGUGAT I

H.ALSYAFRI ----------------------------------- TERGUGAT II

Melawan

JUSNINAR. Cs ------------------------------------------------------ PENGGUGAT

Dalam perkara Perdata No. XX/Pdt.G/2010PN. XYZ

Pada Pengadilan Negeri ZYZ

======================================================

Kota ZYZ, 29 Juli 2010

Kepada Yth:
Majelis Hakim Perkara No.XX/Pdt.G/2010/PN.ZYZPengadilan Negeri ZYZdiKota XYZ

Dengan Hormat ,

Untuk dan atas nama Tergugat I dan Tergugat II Dalam Perkara Perdata No. No.XX/Pdt.G/
2010/PN.ZYZ, perkenankanlah kami menyampaikan Kesimpulan, sebagai berikut :

I. HAL YANG MENJADI SENGKETA.

Bahwa Gugatan Para Penggugat adalah sebagaimana surat gugatan Para Penggugat tertanggal 03
Januari 2010 dan Perubahan Materi Gugatan tanggal 8 Maret 2010;

Bahwa terhadap Surat Gugatan Penggugat tersebut Tergugat I dan Tergugat II telah
menyampaikan jawabannya pada tanggal 27 Maret 2010 sedangkan Tergugat III juga telah
menyampaikan eksepsi / tanggapannya, sementara Tergugat IV tidak mengunakan hak jawabnya
dalam persidangan ini walaupun telah dipanggil secara patut, dan Tergugat V telah
menyampaikan eksepsi / tanggapannya;

dst....

D.Sidang Kedelapan Putusan Hakim (Musyawarah Hakim dan Jenis Putusan Hakim)

Musyawarah Hakim, adalah acara terakhir sebelum Hakim mengambil suatu kesimpulan
atau sebelum Hakim mengucapkan putusan. Musyawarah dilakukan dalam sidang yang tertutup,
karena dalam musyawarah itu masing-masing Hakim yang ikut memeriksa persidangan itu akan
mengemukakan pendapat hukumnya tentang perkara yang tersebut secara terrahasia dengan arti
tidak diketahui oleh yang bukan majelis hakim.

Putusan Hakim adalah suatu pernyataan yang oleh hakim, sebagai pejabat negara yang
diberi wewenang untuk itu, diucapkan di persidangan dan bertujuan untuk mengakhiri atau
menyelesaikan suatu perkara atau sengketa antara Para Pihak. Selanjutnya dikatakan, bahwa
suatu putusan Hakim terdiri dari 4 (empat) bagian, yaitu:

A. Kepala Putusan;

B.Identitas Para Pihak;

C.Pertimbangan; dan
D.Amar.

Setiap Putusan pengadilan haruslah mempunyai kepala pada bagian atas Putusan yang
berbunyi: “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Kepala Putusan ini
memberi kekuatan eksekutorial pada Putusan. Selain kepala Putusan pada halaman pertama dari
Putusan, juga dicantumkan Identitas Para Pihak, yaitu pihak Penggugat dan pihak Tergugat
secara lengkap sesuai dengan surat Gugatan dari Penggugat.

Selanjutnya di dalam putusan perkara perdata memuat pertimbangan. Pertimbangan ini


dibagi menjadi dua yaitu, Pertimbangan tentang duduknya perkara dan Pertimbangan tentang
hukumnya. Dalam rumusan Putusan sering dibuat dengan huruf kapital dengan judul
“TENTANG DUDUKNYA PERKARA dan TENTANG PERTIMBANGAN HUKUM“.
Didalam Pertimbangan tentang duduknya perkara memuat isi surat Gugatan Penggugat, isi surat
Jawaban Tergugat yang ditulis secara lengkap, alat-alat bukti yang diperiksa di persidangan, baik
alat bukti dari pihak Penggugat maupun alat bukti dari pihak Tergugat. Jika terdapat saksi yang
diperiksa, maka nama saksi dan seluruh keterangan saksi tersebut dicantumkan dalam
Pertimbangan ini, sedangkan Pertimbangan hukum suatu putusan perkara perdata adalah
merupakan pekerjaan ilmiah dari seorang Hakim, karena melalui Pertimbangan hukum inilah
Hakim akan menerapkan hukum kedalam peristiwa konkrit dengan menggunakan logika hukum.
Biasanya Pertimbangan hukum ini diuraikan secara sistematis, dimulai dengan
mempertimbangkan dalil-dalil Gugatan yang sudah terbukti kebenarannya karena sudah diakui
oleh Tergugat atau setidak-tidaknya tidak dibantah oleh Tergugat. Setelah merumuskan hal yang
telah terbukti tersebut, lalu akan dirumuskan pokok perkara berdasarkan bantahan Tergugat.

Pokok perkara akan dianalisis melalui bukti-bukti yang diajukan oleh Para pihak.
Pertama akan diuji dengan bukti surat atau akta otentik/dibawah tangan yang diakui
kebenarannya. Bukti Surat tersebut juga akan dikonfrontir dengan keterangan saksi-saksi yang
sudah didengar keterangannya. Dengan cara demikian, maka Hakim akan mendapatkan
Kesimpulan dalam pokok perkara, mana yang benar diantara dalil Penggugat atau dalilnya
Tergugat. Bila yang benar menurut Pertimbangan hukum adalah dalil Penggugat, maka Gugatan
akan dikabulkan, dan pihak Penggugat adalah pihak yang menang perkara. Sebaliknya
berdasarkan Pertimbangan hukum putusan dalil-dalil Gugatan Pengugat tidak terbukti, dan justru
dalil Jawaban Tergugat yang terbukti, maka Gugatan akan ditolak, sehingga pihak Tergugat yang
menang dalam perkara tersebut.

Jadi, bila ditinjau dari menang-kalahnya Para Pihak, maka Putusan perkara perdata dapat
dibagi menjadi 2 (dua), yaitu Gugatan dikabulkan dan Gugatan ditolak, selain kedua Putusan
tersebut, terdapat 1 (satu) jenis Putusan lain, yaitu karena kurang sempurnanya Gugatan
dikarenakan tidak memenuhi formalitasnya suatu gugatan yaitu Putusan Gugatan tidak dapat
diterima. Setelah Putusan diucapkan oleh Hakim, maka kepada Para Pihak diberitahukan akan
haknya untuk mengajukan upaya hukum jika tidak menerima Putusan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai