Anda di halaman 1dari 13

TUGAS KESELAMATAN PASIEN DAN KESELAMATAN KESEHATAN KERJA

DOSEN PENGAMPU : Diah Priyantini S.Kep.,Ns.,M.Kep

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :


1. ILFI QHOMARIYAH (20221660044)
2. SRI MUDJI LESTARI (20221660095)
3. ISWINARSIH (20221660040)
4. WIWIN RISNAWATI (20221660118)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2023
Kasus 2

Ribuan Perawat di Indonesia Tertular Hepatitis B


Jakarta, HanTer - Data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan,
menunjukkan sebanyak 7.000 tenaga kesehatan (Nakes) terinfeksi hepatitis B.Sebanyak 4.900 di
antaranya disebabkan karena tertusuk jarum suntik, dan hanya 2.200 yang terinfeksi dari populasi. Hal ini
menunjukkan jika tenaga kesehatan menjadi profesi yang paling rawan tertular hepatitis B.penularan
virus hepatitis B terjadi dalam insiden ‘kecelakaan’. Kecelakaan berupa tertusuk jarum terjadi saat Nakes
mencoba menutup jarum suntik terutama saat selesai melakukan tindakan seperti setelah selesai
melakukan pemberian obat atau pengambilan sampel darah. Dengan metode penutupan yang salah dan
kurang hati-hati, banyak Nakes yang akhirnya tertusuk jarum.“Rata-rata empat dari tindakan menutup
jarum suntik bekas pakai, satu diantaranya tertusuk jarum,” Peneliti Hepatitis dari Universitas Indonesia,
dr Lukman Hakim Tarigan MMedSc, ScD, di Jakarta, kemarin.

PERTANYAAN:
 Buatlah Pengkajian Keperawatan dari Kasus yang Ada
 Analisis Masalah Keperawatan yang Utama
 Berikan beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menangani kasus tersebut secara
primer, sekunder dan tersier
A. Pengkajian Keperawatan
1.Core/ inti
a.Histori
Histori terdiri dari kapan mulai bekerja,usia mulai bekerja,alasan bekerja pengalaman kerja,penyakit
terdahulu . Pada kasus diatas Jakarta, HanTer - Data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan, menunjukkan sebanyak 7.000 tenaga kesehatan (Nakes) terinfeksi hepatitis B.
Sebanyak 4.900 di antaranya disebabkan karena tertusuk jarum suntik, dan hanya 2.200 yang terinfeksi
dari populasi. Hal ini menunjukkan jika tenaga kesehatan menjadi profesi yang paling rawan tertular
hepatitis B
b.Demografi
Meliputi disribusi pekerja berdasarkan jenis kelamin,usia,pendidikan,jenis pendididkan,kecelakaan
kerja ,kematian akibat kerja,jumlah tanggungan,pekerjaan sampingan,pekerja,kebiasan pekerja,jenis
olahraga
Dari kasus di atas penularan virus hepatitis B terjadi dalam insiden ‘kecelakaan’. Kecelakaan berupa
tertusuk jarum terjadi saat Nakes mencoba menutup jarum suntik terutama saat selesai melakukan
tindakan seperti setelah selesai melakukan pemberian obat atau pengambilan sampel darah. Dengan
metode penutupan yang salah dan kurang hati-hati, banyak Nakes yang akhirnya tertusuk jarum.“Rata-
rata empat dari tindakan menutup jarum suntik bekas pakai, satu diantaranya tertusuk jarum,”
Peneliti Hepatitis dari Universitas Indonesia, dr Lukman Hakim Tarigan MMedSc, ScD, di Jakarta,
kemarin.

1.Pengumpulan Data
1. Identitas Klien
1) Data Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan, menunjukkan sebanyak 7.000 tenaga kesehatan (Nakes)
terinfeksi hepatitis B.Sebanyak 4.900 di antaranya disebabkan karena tertusuk jarum
suntik, dan hanya 2.200 yang terinfeksi dari populasi. Hal ini menunjukkan jika
tenaga kesehatan menjadi profesi yang paling rawan tertular hepatitis B
2) Keluhan Utama

Demam,sakit kepala,nyeri pada perut kanan


atas,mual,muntah,ikterik,lemah,letih,lesuh,dan anoreksia.

1) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan sekarang
gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam, nyeri perut
kanan atas.
b) Riwayat kesehatan masa lalu
riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah diderita
sebelumnya. Kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan, prosedur operasi
dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak dibanding dengan saudara-saudaranya.

c) Riwayat kesehatan keluarga

berkaitan erat dengan penyakit keturunan dan, riwayat penyakit menular khususnya
berkaitan dengan penyakit pencernaan.

2.pemeriksan fisik

i. B1(Pernafasan)

Inspeksi : bentuk dada simetris,tidak menggunakan alat bantu nafas,irama nafas teratur,
tidak ada nyeri dada, sianosis tidak ada,

Palapsi : gerakan dada saat bernafas normal dan seimbang antara kiri dan kanan.

Perkusi : terdengar bunyi sonor

Auskultasi : terdapat bunyi nafas tambahan ( ronkhi)

ii. B2(Kardiovaskuler)

Inspeksi :tidak ada nyeri dada, sianosis tidak ada.

Palpasi : irama jantung teratur, tekanan darah bisa meningkat atau menurun.

Perkusi : pekak

Auskultasi : suara jantung S1 S2 tunggal

iii. B3(Persyarafan)

Inpeksi : kesadaran compomentis, orientasi baik, kejang (-), kaku kuduk (-), brudinzky (-),
nyeri kepala (-), pusing (-), kelainan nervous cranialis (-).

iv. B4(Perkemihan)

Inspeksi : urine berwarna gelap atau kuning pekat seperti teh karena perubahan fungsi
hati, menggunakan kateter

Palpasi : tidak ada kelainan pada perkemihan

v. B5 (Pencernaan)

Inspeksi : anoreksia, berat badan menurun, mual dan muntah, asites, mukosa bibir
kering
Palpasi : nyeri tekan pada kuadran kanan,BAB warna tanah liat,tidak ada kram abdomen
dan gatal

Perkusi : nyeri ketuk pada kuadran kanan atas

Auskultasi : mungkin terjadi peningkatan perilstatik,penambahan suara pekak pada region


kuadran kanan atas,terjadi distensi abdomen,feses pucat,dan penurunan berat badan

vi. B6 (Muskuluskelektal & integumen)

Inspeksi : akral hangat, oedema (+), kemampuan gerakan


terbatas,warna kulit kering

Palpasi : turgor elastis, CRT < 3 detik, kekuatan otot 3,3,5,5

vii. B7 Pengindraan

Inspeksi : sklera mata tampak ikterik,konjungtiva merah muda,tidak terdapat ptosis


pertumbuhan rambut bulu mata baik,reaksi pupil terhadap cahaya isokor,ketajasman
penglihatan baik,alat bantu yang digunakan tidak ada.

Hidung : normal ,mukosa hidung lembab,tidak ada sekret,ketajaman penciuman normal

Telinga : bentuk kanan dan kiri simeris,tidak ada keluhan,ketajaman pendengaran


normal,tidak ada alat bantu

Perasa : normal tidak ada masalah Peraba : baik tidak ada masalah

viii. B8 Endokrin

Inspeksi : gangrene (-), pus (-), bau (-)

Palpasi : pembeseran kelenjar tyroid (-), pembesaran kelenjar parotis tidak ada
(Prawirohardjo, 2010).

2) Data psikososial

a. Biologis

Pada klien hepatitis perubahan pada tubuhnya, aktivitas berkurang,dan mudah lelah,
maka klien harus memperbanyak istirahatnya dan membatasi aktifitasnya
3) Psikologis
Klien akan merasa cemas dengan penyakit yang diderita sekarang, perubahan gaya hidup,
kehilangan peran baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat.

4) Sosiologis

Klien akan kehilangan perannya dalam keluarga dan dalam masyarakat karena harus
menjalani perwatan yang waktunya tidak akan sebentar dan juga perasaan akan
ketidakmampuan dalam melakukan kegiatan seperti kebutuhannya sendiri seperti biasanya.

5) Spiritual

Klien akan mengalami gangguan kebutuhan spiritual sesuai dengan keyakinannya baik dalam
jumlah ataupun dalam beribadah yang diakibatkan karena rasa nyeri dan ketidaknyamanan.
6) Keluarga
Masalah yang timbul pada keluarga adalah timbul kecemasan akan keadaan klien, apakah
akan selamat dan dapat hidup. Koping yang tidak efektif bisa ditempuh keluarga, untuk itu
peran disini sangat vital dalam memberikan penjelasan terhadap keluarga .Masalah-masalah
diatas timbul saat klien masuk rumah sakit, sedang masalah juga bisa timbul saat klien pulang
dan tentunya keluarga harus bisa merawat, memenuhi kebutuhan klien. Hal ini tentunya
menambah beban bagi keluarga dan bisa menimbulkan konflik dalam keluarga (Marthin W,
2010).
2. Subsistem

a. Lingkungan Fisik
Perumahan : rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi, dan kepadatan.
b. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau
merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi
c. Ekonomi
Tingkat social ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan upah
minimum regional (UMR), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya
kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuaran untuk konsumsi jenis
makanan sesuai status ekonomi tersebut.
d. Transportasi dan Keamanan
Keamanan dan keselamatan lingkungan tempat tinggal : apakah tidak menimbulkan
stress.
e. Politik dan pemerintahan
Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan : apakah cukup menunjang
sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan diberbagai bidang termasuk
kesehatan.
f. Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dimanfaatkan di komuitas tersebut untuk
meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi, radio,
koran atau leaf let yang diberikan kepada komunitas.
g. Education
Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meingkatkan
pengetahuan?
h. Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka dan apakah biayanya terjangkau .
Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan untuk megurangi stress. ( R. Fallen & R
Budi Dwi K, 2010 ).
 Analisis Masalah Keperawatan yang Utama
1. Nausea kurang dari kebutuhan berhubungan mual muntah di buktikan dengan
pucat
2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pembengkakan hepar
dibuktikan dengan gelisah
3. Resiko infeksi berhubungan needle injuri dibuktikan dengan jari tangan luka dan
bengkak

Berikan beberapa pencegahan yang dapat dilakukan untuk menangani kasus


tersebut secara primer, sekunder dan tersier

I. PENCEGAHAN PRIMER ( HEALT PROMOTION )


1. Perilaku kesehatan
a. Berperilaku menjaga Kesehatan diri seperti Kepatuhan memakai
masker,mencuci tangan dan memakai APD sesuai kebutuhan prosedur
b. Menjaga Kesehatan lingkungan: menyediakan safety box untuk pembuangan
benda tajam seperti jarum, membersihkan trolly setelah tindakan, membuang
sampah yang sesuai pada tempatnya, dan lain lain
2. Factor bahaya di tempat kerja
Mengganti pemakaian jarum infus yang tidak dilengkapi dengan safety ujungnya
dengan yang safety
3. Perilaku kerja yang baik
Disiplin dalam menjalankan SOP baik dalam kepatuhan pemakain APD maupun
dalam melakukan tindakan
4. Olahraga yang menunjang Kesehatan atau disesuaikan dengan Kesehatan tubuh
5. Gizi meliputi nutrisi dan minuman yang menyehatkan seperti menkonsumsi buah
sayur dan yang mengandung protein untuk daya tahan tubuh

II. PENCEGAHAN SEKUNDER


1. Pengendalian melalui Perundang-undangan
2. Pengendalian administratif: Pembatasan jam kerja adanya rotasi dan penempatan
disesuaikan dengan penyakitnya
3. Pengendalian teknis: Subtitusi dengan menyediakan alat alat yang safety,isolasi
pasien pasien yang menular,penyediaan dan penggunaan APD dengan tepat dan
benar
4. Pengendalian jalur Kesehatan imunisasi: pemberian vaksin hepatitis B sesuai
indikasi

III. PENCEGAHAN TERSIER


1. Pemeriksaan Kesehatan pra kerja
Melakukan medical check up setelah diterima bekerja dengan pemeriksaan laborat
HbsAg,anti HIV,DL,Fungsi ginjal dan hati,, pemeriksaan thorax, pemeriksaan
narkoba dan pemerisaak fisik dan menempatkan tenaga sesuai dengan kondisinya
2. Pemeriksaan Kesehatan berkala
Melakukan medical check up berkala terutama ditempat tempat kritis dan
memberikan feedback dari hasil hasil checkup sepertinya perlunya pemberian
vaksin hepatitis atau tidak
3. Pemeriksaan lingkungan secara berkala
Melakukan pengecekan secara berkala terhadap hazard hazard yang mungkin
beresiko di RS
4. Surveilans
Melakukan penilaian hal hal yang berhubungan dengan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja di RS supaya tidak terjadi kecelakaan lebih lanjut
5. Pengobatan segera bila ditemukan gangguanpada pekerja
Melakukan pengobatan segera Ketika tenaga Kesehatan ditemukan sebuah
penyakit
6. Pengendalian segera ditempat kerja
Diberlakukan system pelaporan agar bahaya bahaya di tempat kerja dapat
dikurangi atau menjadi zero accident
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DS : pasien mengeluh mual Nausea Mual muntah
muntah

DO: pucat
2. DS : pasien Mengeluh nyeri Gangguan rasa nyaman Spasme otot

DO : gelisah
3. DS : - Resiko infeksi Luka terbuka
DO : jari tangan luka
No Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi
1 Nausea kurang dari Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi
kebutuhan berhubungan 1x24 jam diharapkan tingkat nausea 1. Identifikasi dampak mual terhadap
mual muntah menurun dengan kriteria hasil : kualitas hidup
1. Keluhan mual menurun 2. Identifikasi factor penyebab mual
2. Perasaan ingin muntah 3. Monitor mual
menurun 4. Monitor asupan nutrisi dan kalori
Teraupetik
1. Kendalikan factor lingkungan penyebab
mual
2. Ber makanan dalm jumlah kecil dan
menarik
Edukasi
1. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup
2. Anjurkan penggunaan Teknik
nonfarmakologis untuk mengatasi mual
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian antiemetic, jika
perlu
2 Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi
(nyeri) berhubungan 1x24 jam diharapkan status 1. Identifikasi Teknik relaksasi yang
dengan pembengkakan kenyamanan meningkat dengan pernah efektif digunakan
hepar kriteria hasil : 2. Monitor respon terhadap terapi relaksasi
1. Keluhan tidak nyaman Teraupetik
menurun 1. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa
2. Gelisah menurun gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruang yang nyaman, jika
memungkinkan
2. Berikan informasi tertulis tentang
persiapan dan prosedur Teknik relaksasi
Edukasi
1. Jelaskan tujuan, manfaat, Batasan, dan
jenis relaksasi yang tersedia
2. Jelaskan secara rinci intervensi yang
dipilih
3. Anurkan ambil posisi nyamn
4. Anjurkan rileks dan mersakan relaksasi
5. Demonstrasikan dan latih Teknik
relaksasi
3 Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi
berhubungan needle 1x24 jam diharapkan tingkat infeksi 1. Monitor tanda dan gejala infeksi local
injuri menurun dengan kriteria hasil : dan sistemik
1. Kemerahan menurun Teraupetik
2. Nyeri menurun 1. Cuci tanagan sebelum dan sesudah
3. Bengkak menurun kontak dengan pasien dan lingkungan
pasien
2. Pertahankan Teknik aseptic pada pasien
berisiko tinggi
Edukasi
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
2. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
atau luka operasi
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian imunisasi, jika
perlu

Anda mungkin juga menyukai