Anda di halaman 1dari 52

NASKAH PSIKIATRI

F.25.2 Skizoafektif Tipe Campuran

Oleh
Fathurrahman Ramadhana Akbar 2240312165 P.3568.B
Afifah Raudhati Cesar 1910313022 P. 3582.B
Maria Nurlita 2240312053 P.3589.B

Pembimbing :

Dr. dr. Amel Yanis, Sp.KJ(K

BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG
2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamiin, puji dan syukur penulis ucapkan kepada


Allah SWT dan shalawat beserta salam untuk Nabi Muhammad S.A.W, berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas case report session
dengan judul “Skizoafektif Tipe Campuran” yang merupakan salah satu tugas
dalam kepaniteraan klinik Ilmu Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas RS M Djamil Padang.
Dalam usaha penyelesaian tugas referat ini, penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. dr. Amel Yanis, Sp.KJ (K), selaku
pembimbing dalam penyusunan tugas ini.
Kami menyadari bahwa di dalam penulisan ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati penulis menerima semua saran dan
kritik yang membangun guna penyempurnaan case report ini. Akhir kata, semoga
case report ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Padang, 16 Agustus 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
1.2 Batasan Masalah..................................................................................................................5
1.3 Metodologi Penulisan..........................................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................6
2.1 Definisi................................................................................................................................ 6
2.2 Epidemiologi........................................................................................................................6
2.3 Etiologi.................................................................................................................................6
2.4 Patofisiologi.........................................................................................................................7
2.5 Manifestasi Klinis................................................................................................................7
2.6 Diagnosis............................................................................................................................9
2.7 Diagnosis Banding............................................................................................................11
2.8 Tatalaksana Skizoafektif....................................................................................................11
2.9 Prognsosis Skizoafektif .....................................................................................................12
BAB 3 LAPORAN...................................................................................................................14
BAB 4 DISKUSI......................................................................................................................40
LAMPIRAN.............................................................................................................................44

3
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Gangguan skizoafektif merupakan kelainan mental yang rancu ditandai


dengan adanya gejala gangguan afektif. Gangguan skizoafektif adalah penyakit
dengan gejala psikotik yang persisten, seperti halusinasi atau delusi, terjadi bersama-
sama dengan masalah suasana (mood disorder) seperti depresi, manik, atau episode.
Statistik menunjukkan kira-kira0,2% di Amerika Serikat dari populasi umum dan
sampai sebanyak 9% orang dirawat di rumah sakit karena gangguan skizoafektif.1,2

Gangguan skizoafektif ditegakkan apabila gejala-gejala definiti dengan


adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang
bersamaan, atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode
penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit
tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.
Gangguan skizoafektif dapat berupa tipe manik, depresif ataupun tipe campuran.
Gangguan skizoafektif tipe campuran merupakan gangguan dengan gejala-gejala
skizofrenia (F20.-) berada secara bersama-sama dengan gejala afektif bipolar
campuran (F31.6).2

Prevalensi seumur hidup pada gangguan skizoafektif adalah <1% dengan


kemungkinan rentan 0,5-0,8%, dengan angka tersebut lebih rendah pada pria
dibandingkan pada wanita. Onset terjadinya gangguan pada wanita usianya lebih
besar dibanding pada pria.Pada usia tua gangguan skizoafektif tipe depresif lebih
sering sedangkan untuk usia muda lebih sering gangguan skizoafektif tipe bipolar.
Beberapa data menunjukkan bahwa gangguan skizofrenia dan gangguan afektif
mungkin berhubungan secara genetik, ada peningkatan risiko terjadinya gangguan
skizofrenia di antara keluarga dengan skizoafektif.3,4

Pengobatan skizoafektif terdiri dari pengobatan secara psikofarmaka dan


psikoterapi. Gangguan skizoafektif berespon baik pada pengobatan dengan obat
antipsikotik atau/dan obatmood stabilizer.5 Edukasi pada penderita dan keluarga juga
tidak kalah penting sebagai salah satu terapi pada gangguan skizoafektif.5 Maka
dibutuhkan penatalaksanaan secara komprehensif untuk mempengaruhi proses

4
kesembuhan pasien. Oleh karena itu penting bagi klinisi untuk memahami gangguan
skizoafektif tipe campuran lebih jauh lagi.

5
1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah untuk mempelajari,


memahami, dan menelaah kasus yang berhubungan dengan definisi, epidemiologi,
etiologi, gambaran klinis, diagnosis, tatalaksana, dan prognosis skizoafektif tipe
campuran.

1.3 Metodologi Penulisan

Metode penulisan laporan kasus ini berupa tinjauan kepustakaan merujuk


kepada berbagai literatur seperti textbook dan jurnal.

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian
Gangguan skizoafektif merupakan gangguan kejiwaan yang mempunyai gambaran baik
skizofrenia maupun gangguan afektif yang sama-sama menonjol. Hingga saat ini penyebab pasti
dari gangguan skizoafektif masih belum diketahui, tetapi beberapa penelitian menunjukan bahwa
gangguan skizoafektif terkait dengan faktor genetik.5,6
Gangguan skizoafektif terdiri dari tipe manik, depresif, dan campuran. Apabila gejala
yang terjadi pada pasien merupakan gejala skizofrenik yang khas berupa waham, halusinasi,
perubahan dalam berpikir disertai dengan gangguan perasaan manik yang menonjol muncul pada
episode penyakit yang sama, gangguan tersebut dinamakan gangguan skizoafektif tipe manik.
Sedangkan apabila gejala skizofrenik muncul dalam episode penyakit yang sama dengan
gangguan perasaan depresif, maka gangguan tersebut merupakan gangguan skizoafektif tipe
depresif.5,6

2.2 Epidemiologi
Menurut data statistik, prevalensi seumur hidup akan terjadinya gangguan skizoafektif
diperkirakan kurang dari 1%. Gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering terjadi pada orang
tua dibanding anak muda.Prevalensi gangguan tersebut dilaporkan perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki, terutama perempuan yang sudah menikah.Usia awitan perempuan lebih
sering dibandingkan laki-laki, seperti pada skizofrenia.Laki-laki dengan gangguan skizoafektif
mungkin memperlihatkan perilaku antisosial dan mempunyai afek tumpul yang nyata atau tidak
sesuai. National Comorbidity Study menyatakan dari 66 orang dengan diagnosa skizofrenia, 81%
pernah didiagnosis gangguan afektif yang terdiri dari 59% depresi dan 22% gangguan bipolar.7

2.3 Etiologi
Penyebab pasti dari gangguan skizoafektif hingga saat ini masih belum diketahui, tetapi
hal-hal yang diketahui mungkin berperan dalam menyebabkan terjadinya gangguan skizoafektif
adalah faktor genetic dan faktor lingkungan.1

2.4 Patofisiologi
7
Mekanisme terjadinya skizoafektif belum diketahui apakah merupakan suatu patologi
yang terpisah dari skizofrenia dan gangguan mood atau merupakan gabungan dari keduanya
yang terjadi secara bersamaan. Jika merujuk pada kemungkinan kedua, maka telah diketahui
neurobiologi baik fungsional ataupun struktural yang terlibat dalam gangguan ini.7

2.5 Manisfestasi Klinis


Pada gangguan skizoafektif gejala klinis berupa gangguan episodik gejala gangguan
mood maupun gejala skizofreniknya menonjol dalam episode penyakit yang sama, baik secara
simultan atau secara bergantian dalam beberapa hari.5 Bila gejala skizofrenik dan manik
menonjol pada episode penyakit yang sama, gangguan disebut gangguan skizoafektif tipe manik.
Sedangkan pada gangguan skizoafektif tipe depresif, gejala depresif yang menonjol.7
Gejala yang khas pada pasien skizofrenik berupa waham, halusinasi, perubahan dalam
berpikir, perubahan dalam persepsi disertai dengan gejala gangguan suasana perasaan baik itu
manik maupun depresif.1

Depresi
a. Nafsu makan yang berkurang
b. Pengurangan berat badan
c. Perubahan dari pola tidur biasanya ( sedikit atau banyak tidur )
d. Agitasi

Merasa tidak ada semangat


a. Kehilangan rasa untuk melakukan kebiasaan sehari-hari
b. Merasa tidak ada harapan
c. Selalu merasa bersalah
d. Tidak dapat berkonsentrasi
e. Mempunyai pikiran untuk melakukan percobaan bunuh diri

Mania
a. Peningkatan aktivitas
b. Bicara cepat
c. Pikiran yang meloncat-loncat

8
d. Sedikit tidur
e. Agitasi
f. Percaya diri meningkat
g. Mudah teralihkan

Skizofrenia
Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa
(PPDGJ-III):8
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih
bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya
(tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda
; atau
“thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya
(insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal);
dan
“thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
b) “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu
dari luar; atau
“delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan
tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus) “delusional
perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermaknasangat khas bagi
dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c) Halusinasi Auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
atau
- Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
9
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu,
atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)

Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:

e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila
terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan
diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;

Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan
atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal). Harus ada suatu perubahan
yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek
perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan
penarikan diri secara sosial.2

2.6 Diagnosis
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-V)2
A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu. Terdapat baik
episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode campuran dengan gejala yang
memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.
Catatan : Episode depresi berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.
10
C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode ditemukan untuk sebagian bermakna dari
lama total periode aktif dan residual dari penyakit..
D. Gangguan bukan kareka efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang
disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum

Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah karena cukup
sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-kondisi lain dengan gejala-
gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau membentuk sebagian penyakit skizoafektif
yang sudah ada, atau dimana gejala-gejala itu berada bersama-sama atau secara bergantian
dengan gangguan-gangguan waham menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang
sesuali dalam F20-F29. Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana perasaan (mood)
pada gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis gangguan skizoafektif.8
Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III8
a. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitive adanya
skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat
yang bersamaan (stimultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain,
dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini,episode
penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.
b. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gelaja skizofrenia dan gangguan
afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.
c. Bila seseorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu
episode psikotik, diberi kode diagnosis F.20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia).
d. Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoefektif berulang, baik berjenis manik
(F25.0) maupun depresif (F.25.1) atau campuran dari keduanya (F.25.2). pasien lain
mengalami satu atau dua episode manik atau depresi (F30-F33).

2.7 Diagnosis Banding


Semua kondisi yang dituliskan di dalam diagnosis banding skizofrenia dan gangguan mood
perlu dipertimbangkan di dalam diagnosis banding gangguan skizoafektif.Pasien yang diobati
dengan steroid, penyalahgunaan amfetamin dan phencyclidine (PCP), dan beberapa pasien
dengan epilepsi lobus temporalis secara khusus kemungkinan datang dengan gejala skizofrenik
dan gangguan mood yang bersama-sama.Diagnosis banding psikiatrik juga termasuk semua
kemungkinan yang biasanya dipertimbangkan untuk skizofrenia dan gangguan mood.Di dalam
11
praktik klinis, psikosis pada saat datang mungkin mengganggu deteksi gejala gangguan mood
pada masa tersebut atau masa lalu. Dengan demikian, klinisi boleh menunda diagnosis psikiatrik
akhir sampai gejala psikosis yang paling akut telah terkendali.6,8

2.8 Tatalaksana Skizoafektif9


a. Psikofarmaka
Modalitas terapi yang utama untuk gangguan skizoafektif adalah perawatan di rumah sakit,
medikasi, dan intervensi psikososial.Prinsip dasar yang mendasari farmakoterapi untuk
gangguan skizoafektif adalah bahwa protokol antidepresan dan antimanik diikuti jika semuanya
diindikasikan dan bahwa antipsikotik digunakan hanya jika diperlukan untuk pengendalian
jangka pendek.Jika protokol thymoleptic tidak efektif di dalam mengendalikan gejala atas dasar
berkelanjutan, medikasi antipsikotik dapat diindikasikan.Pasien dengan gangguan skizoafektif,
tipe bipolar, harus mendapatkan percobaan lithium, carbamazepine (Tegretol), valproate
(Depakene), atau suatu kombinasi obat-obat tersebut jika satu obat saja tidak efektif. Pasien
dengan gangguan skizoafektif, tipe depresif, harus diberikan percobaan antidepresan dan terapi
elektrokonvulsif (ECT) sebelum mereka diputuskan tidak responsif terhadap terapi
antidepresan.9
Farmakoterapi untuk mengatasi gejala skizoafektif tipe manik yaitu pengobatan dengan
obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat moodstabilizer atau pengobatan dengan
antipsikotik saja.Carbamazepine adalah obat antikejang yang digunakan sebagai stabilizer
mood.Cara kerja mood stabilezer yaitu membantu menstabilkan kimia otak tertentu yang disebut
neurotransmitters yang mengendalikan temperamen emosional dan perilaku dan
menyeimbangkan kimia otak tersebut sehingga dapat mengurangi gejala gangguan kepribadian
borderline.Efek samping carbamazepine dapat menyebabkan mulut kering dan tenggorokan,
sembelit, kegoyangan, mengantuk, kehilangan nafsu makan, mual, dan muntah. Karbamazepin
tidak boleh digunakan bersama dengan inhibitor monoamine oxidase (MAOIs
). Hindari minum alkohol saat mengambil carbamazepine. Hal ini dapat meningkatkan beberapa
efek samping carbamazepine yaitu dapat meningkatkan risiko untuk kejang.6
Stelazine memiliki efek antiadrenergik sentral, antidopaminergik, dan efekantikolinergik
minimal. Hal ini diyakini stelazine dapat bekerja dengan memblokade reseptor dopamin D1 dan
D2 di jalur mesokortical dan mesolimbik, menghilangkan atau meminimalkan gejala skizofrenia
seperti halusinasi, delusi, dan berpikir dan berbicara yang tidak terarah. Stelazine menimbulkan

12
efek samping ekstrapiramidal seperti akatisia, distonia, dan parkinsonisme selain itu dapat
menimbulkan efek samping antikolinergik seperti merah mata dan xerostomia (mulut kering).
Stelazine dapat menurunkan ambang kejang sehingga harus berhati-hati penggunaan stelazine
pada orang yang mempunyai riwayat kejang.6
Pengobatan untuk dengan gangguan skizoafektif merespon terbaik untuk pengobatan
dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat moodstabilizer atau
pengobatandengan antipsikotik saja. Untuk orang gangguan skizoafektif dengan tipe manik,
menggabungkan obat antipsikotik dengan mood stabilizer cenderung bekerja dengan baik.10
b. Psikoterapi
Selain psikofarmaka, psikoterapi dan edukasi juga sangat diperlukan.Menurut penelitian
pengobatan hanya dengan obat tidak cukup untuk kesembuhan pasien, tetapi juga harus diiringi
oleh lingkungan keluarga yang mendukung dan sikap pasien terhadap penyakit yang diderita.
Karena pengobatan yang konsisten penting untuk hasil terbaik, psiko-edukasi pada
penderita dan keluarga, serta menggunakan obat long acting bisa menjadi bagian penting dari
pengobatan pada gangguan skizoafektif.10
2.9 Prognosis Skizoefektif
Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di
pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan
mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang
jauh lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih
buruk daripada pasien dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik
daripada pasien dengan skizofrenia. Generalisasi tersebut telah didukung oleh beberapa
penelitian yang mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang ditunjuk
dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan gangguan itu sendiri.6
Data menyatakan bahwa pasien dengan gangguan skizoafketif, tipe bipolar, mempunyai
prognosis yang mirip dengan prognosis pasien dengan gangguan bipolar dan bahwa pasien dengan
premorbid yang buruk; onset yang perlahan-lahan; tidak ada faktor pencetus; menonjolnya gejala
psikotik, khususnya gejala defisit atau gejala negatif; onset yang awal; perjalanan yang tidak
mengalami remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari masing-masing
karakeristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik. Adanya atau tidak adanya gejala urutan
pertama dari Schneider tampaknya tidak meramalkanperjalanan penyakit.6

13
BAB 3

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama (inisial) : Tn. HM

MR : 01.03.08.23

Jenis Kelamin : Laki-laki

Usia : 27 tahun

Agama : Islam

Suku Bangsa : Minangkabau

Pendidikan Terakhir : SMA

Status Pernikahan : Belum menikah

Pekerjaan : Tidak ada

Alamat : Padang Panjang

KETERANGAN DIRI ALLO/ INFORMAN

Nama (inisial) : Ny. I

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 54 tahun

Pendidikan : SMK

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Padang Panjang

Hubungan dengan pasien : Ibu

Kesan pemeriksa/dokter terhadap keterangan yang diberikannya :

(Dapat dipercaya/ kurang dapat dipercaya)

14
II. RIWAYAT PSIKIATRI

Keterangan/anamnesis di bawah ini diperoleh dari (lingkari angka di bawah ini)

1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 14 Agustus 2023 di Bangsal RSUP Dr.
M. Djamil Padang Informan
2.
(alloanamnesis) dengan ibu pasien pada tanggal 15 Agustus dengan menggunakan
Handphone
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf yang
sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
2. Sebab Utama

Pasien dibawa ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang karena pasien marah-marah dan
mengamuk sejak 8 jam SMRS ( 4 Agustus 2023)

3. Keluhan Utama (Chief Complaint)

Pasien merasa sudah sehat dan tidak mau lagi meminum obat .

4. Riwayat Perjalanan Penyakit Sekarang

Pasien dibawa ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang dikarenakan pasien marah
marah dan mengamuk dikarenakan merasa hp nya menjadi bom dan pasien mengaku
kembali mencium bau bau darah sejak 8 jam SMRS. Pasien 1 hari yang lalu tidak mau
meminum obat dikarenakan sudah capek meminum obat. Pasien sebelumnya
mengalami masalah di kampus dengan dosen dan teman-temannya, pasien merasa
dirinya diintimidasi oleh orang sekitar. Pasien merasa semua orang tahu dengan
penyakit HIV yang dia miliki, dan merasa orang-orang tidak menyukainya. Pasien
sering berjalan-jalan ke luar rumah tanpa tujuan karena pasien merasa gelisah.
15
Saat ini pasien dirawat di Bangsal RSUP Dr. M. Djamil Padang dan pasien
mendapatkan dukungan penuh dari ibunya untuk melakukan terapi secara rutin. Pasien
direncanakan untuk pulang.

2. Riwayat Penyakit Sebelumnya


a. Riwayat Gangguan Psikiatri
Keluhan pasien dirasakan sejak 13 tahun yang lalu, dicetuskan karena pasien
menonton sebuah film yang berisi pembakaran manusia, bom, tembak-tembakan
serta pembunuhan manusia sehingga terlihat banyak darah. Pasien sering melihat
darah ketika mencium sesuatu yang berbau amis, padahal menurut orang sekitar
tidak ada bau amis ataupun darah. Pasien mendengar bunyi bom ketika melihat dan
mendengar orang-orang bermain kembang api dan petasan. Pasien mengatakan
pernah melihat darah bercucuran dimana-mana dan kebakaran di suatu ruangan

padahal hal tersebut tidak ada. Saat merasa mendengar bunyi bom dan seperti
melihat darah, pasien merasakan ketakutan yang sangat besar, sehingga pasien
menarik diri dari lingkungan, dan mengurung diri di kamar untuk waktu yang cukup
lama. Saat itu pasien dibawa ke IGD RSJ Yaunin lalu dilakukan ECT kepada pasien,
lalu rutin control ke poli jiwa di RSAM Bukittinggi dan mengonsumsi Risperidone
2 mg sebanyak 2 x sehari. Pasien sempat minum obat rutin dan merasa gejala
membaik, lalu putus obat karena merasa sudah sembuh.

Sekitar tahun 2012 pasien melakukan percobaan bunuh diri mengayuh sepeda
ke jurang yang mengakibatkan wajahnya rusak cukup parah, dan perdarahan di
kepalanya. Di tahun yang sama, kedua orang tua kandung bercerai, dan ayahnya
meninggalkan rumah beserta tanggung jawabnya sebagai seorang ayah. Pada tahun
2013 pasien di masa SMA pasien dibawa ke wc dan dikeroyok oleh teman teman
SMA nya .Sekitar 4 tahun yang lalu, pasien disodomi oleh tetangganya yang
merupakan orang Mentawai. Lalu pasien melakukan tes HIV karena pasien merasa
bisul di bokongnya tidak kunjung sembuh walau sudah berobat. Setelah mengetahui
hasil tes HIV positif, pasien drop kembali. Sejak saat iu, setiap kali pasien mendengar
kata “Mentawai” atau hal-hal yang berhubungan dengan pulau Mentawai, pasien
merasa takut dan marah, hingga pernahh berkata akan membunuh orang yang

16
menyodomi nya. Pasien kontrol ke RS di Padang Panjang dan mendapatkan obat
Risperidone 2 mg 2x1 dan Depakote 250 mg 2x1.

b. Riwayat Gangguan Medis


Pasien memiliki penyakit infeksi (HIV) sejak tahun 2019, dan meminum obat
ARV jenis TLD.

c. Riwayat Merokok, Penggunaan Alkohol, dan Zat Adiktif lain


Tidak ada riwayat penggunaan zat adiktif legal, ilegal, alkohol, psikotropika,
dan zat adiktif lainnya.

17
3. Riwayat Keluarga
a) Identitas Orang Tua

Orang tua
IDENTITAS Keterangan
Bapak Ibu

Kewarganegaraan Indonesia Indonesia Ayah dan Ibu

Suku bangsa Minangkabau Minangkabau pasien sudah

Agama Islam Islam berpisah tahun

Pendidikan SMA SMK 2012

Pekerjaan Wiraswasta Wiraswasta

Hubungan pasien* Akrab Akrab

Biasa Biasa

Kurang Kurang

Tak peduli Tak peduli


Dan lain-lain
- -

Ket : * coret yang tidak perlu

b) Sifat/ Perilaku Orang Tua Kandung :


(Dijelaskan oleh ibu kandung pasien, dapat dipercaya/diragukan)

- Bapak (Dijelaskan oleh pasien, dapat dipercaya/ diragukan)


Pemalas (+), Pendiam (-), Pemarah (+), Mudah tersinggung (-), Tak suka
Bergaul (-), Banyak teman (-), Pemalu (-), Perokok berat (+), Penjudi (-),
Peminum (-), Pecemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-),
Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (+), Penakut (-), Tak bertanggung
jawab (+).
- Ibu (Dijelaskan oleh pasien, dapat dipercaya/ diragukan)
Pemalas (-), Pendiam (-), Pemarah (-), Mudah tersinggung (-), Tak suka
Bergaul (-), Banyak teman (+), Pemalu (-), Perokok berat (-), Penjudi (-),

Peminum (-), Pecemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-),
18
Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (-), Tak bertanggung
jawab (-).
c) Saudara
Pasien adalah anak ke dua dari dua bersaudara. Pasien memiliki satu orang
saudara perempuan.

d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.*
1. Lk/Pr (29 tahun) : saudara kandung
2. Lk/Pr (27 tahun)
e) Gambaran sikap/perilaku masing – masing saudara pasien dan hubungan
pasien terhadap masing – masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa
dengan yang dinyatakan pada gambaran sikap/perilaku pada suami.*
Sdr. Gambaran Sikap dan Kualitas hubungan dengan saudara (akrab/
Ke Perilaku biasa,/kurang/tak peduli)
1 Biasa, suka bergaul Biasa
Ket:
*) coret yang tidak perlu
**) diisi dengan tanda ( + ) atau ( - )

f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*
No Hubungan dengan Gambaran sikap Kualitas hubungan (akrab/
Pasien dan tingkah laku biasa,/kurang/tak peduli)
1 Ibu Kandung Baik Akrab
Ket:
untuk e) dan f) hanya diisi bila informan benar-benar mengetahuinya.
g) Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik
(yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s :
Anggota Penyakit Kebiasaan-Kebiasaan Penyakit Fisik
Keluarga Jiwa
Bapak Tidak ada Merokok, obrolan Tidak diketahui
sering tidak nyambung
19
Ibu ada depresi Tidak diketahui
Saudara 1 Tidak ada Tidak ada Tidak diketahui
Nenek Tidak ada Tidak ada Tidak diketahui
Kakek Tidak ada Merokok Tidak diketahui

Skema Pedegree

Keterangan:
Wanita Laki-laki
Pasien Meninggal

“ di dalam lingkaran hitam tanda keluarga serumah “

h) Riwayat tempat tinggal yang pernah didiami pasien:

No Rumah tempat tinggal Keadaan rumah


Tenang Cocok Nyaman Tidak
nyaman
1. Rumah orang tua + + + -

4. Gambaran seluruh faktor-faktor dan mental yang bersangkut paut dengan


perkembangan kejiwaan pasien selama masa sebelum sakit (premorbid) yang
meliputi :
a) Riwayat sewaktu dalam kandungan dan dilahirkan.

20
- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau
kondisi-kondisi mental yang diderita si ibu)
o Kesehatan Fisik : sehat
o Kesehatan Mental: Depresif
- Keadaan melahirkan :
o Aterm (+), partus spontan (+), partus tindakan (-) sebutkan jenis
tindakannya
o Pasien adalah anak yang direncanakan/diinginkan (ya/tidak)
o Jenis kelamin anak sesuai harapan (ya/tidak)
b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
- Pertumbuhan Fisik : baik, biasa, kurang*
- Minum ASI : (+), sampai usia 6 bulan
- Usia mulai bicara : 10 bulan
- Usia mulai jalan : 10 bulan
- Sukar makan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-), gangguan
hubungan ibu-anak (-), pola tidur baik (+), cemas terhadap orang asing
sesuai umur (-), cemas perpisahan (-), dan lain-lain
c) Simptom-simptom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada
masa kanak – kanak, misalnya: mengisap jari (-), ngompol (-), BAB di tempat
tidur (-), night teror (-), temper tantrum (-), gagap (-), tik (-), masturbasi (-),
mutisme selektif (-), dan lain-lain.

d) Toilet training
Umur : 2,5 tahun
Sikap orang tua :(memaksa/menghargai/membiarkan/memberikan
arahan)
Perasaan anak untuk toilet training ini: baik
e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak: demam tinggi disertai menggigau (-),
kejang-kejang (-), demam berlangsung lama (-), trauma kapitis disertai
hilangnya kesadaran (-), dan lain – lain.
f) Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu (-), gelisah (-) overaktif (-),
menarik diri (-), suka bergaul (+), suka berolahraga (-), dan lain-lain.
g) Masa sekolah
21
Perihal SD SMP SMA PT

Umur 6-13 tahun 13-15 15-17

Prestasi* Baik Baik Baik

Sedang Sedang Sedang

Kurang Kurang Kurang

Aktifitas Sekolah* Baik Baik Baik

Sedang Sedang Sedang

Kurang Kurang Kurang

Sikap Terhadap Teman * Baik Baik Baik

Kurang Kurang Kurang

Sikap Terhadap Guru Baik Baik Baik

Kurang Kurang Kurang

Kemampuan Khusus ( - ) Public Public


(Bakat) speaking speaking,
modeling
Tingkah Laku Baik Baik Baik

h) Masa remaja: Fobia (-), masturbasi (-), ngompol (-), lari dari rumah (-),
kenakalan remaja (-), perokok berat (-), penggunaan obat terlarang (-),
peminum minuman keras (-), problem berat badan (-), anoreksia nervosa (-),
bulimia (-), perasaan depresi (+), rasa rendah diri (+), cemas (+), gangguan
tidur ( - ), sering sakit kepala ( - ), dan lain-lain.

Ket: * coret yang tidak perlu


** ( ) diisi (+) atau (-)

i) Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja saat usia 26 tahun, kepuasaan kerja (+), pindah-
pindah kerja (+), pekerjaan pasien hanya 1 yaitu membantu toko songket
milik ibu kandung.
Konflik dalam pekerjaan : (-), konflik dengan atasan (-), konflik dengan

22
bawahan (-), konflik dengan kelompok (-).
Keadaan ekonomi*: baik, sedang, kurang (menurut pasien)

j) Percintaan, Perkawinan, Kehidupan Seksual dan Rumah Tangga


- Pasien belum menikah
- Hubungan seks sebelum menikah (+)
- Riwayat pelecehan seksual (+)
- Orientasi seksual (homoseksual)
k) Situasi sosial saat ini:
1. Tempat tinggal : rumah sendiri (-), rumah kontrak (-), rumah susun (-),
apartemen (-), rumah orang tua (+), serumah dengan mertua (-), di asrama
(-) dan lain – lain.
2. Polusi lingkungan : bising (-), kotor (-), bau (-), ramai (-) dan lain – lain.
Ket: * coret yang tidak perlu, ** ( ), diisi (+) atau (-)
ai : atas indikasi

23
l) Ciri Kepribadian sebelumnya/Gangguan kepribadian (untuk aksis II)
Keterangan : ( ) beri tanda (+) atau (-)

Kepribadian Gambaran Klinis

Skizoid Emosi dingin ( - ), tidak acuh pada orang lain ( - ), perasaan


hangat atau lembut pada orang lain ( - ), peduli terhadap pujian
maupun kecaman ( - ), kurang teman ( - ), pemalu ( - ), sering
melamun ( - ), kurang tertarik untuk mengalami pengalaman
seksual (-), suka aktivitas yang dilakukan sendiri ( - )
Paranoid Merasa akan ditipu atau dirugikan ( - ), kewaspadaan
berlebihan ( + ), sikap berjaga-jaga atau menutup-nutupi ( - ),
tidak mau menerima kritik ( - ), meragukan kesetiaan orang lain (
- ), secara intensif mencari-cari kesalahan dan bukti tentang
prasangkanya ( - ), perhatian yang berlebihan terhadap motif-
motif yang tersembunyi (-), cemburu patologik ( - ),
hipersensifitas (+),
keterbatasan kehidupan afektif ( - ).
Skizotipal Pikiran gaib ( - ), ideas of reference (- ), isolasi sosial ( + ), ilusi
berulang (- ), pembicaraan yang ganjil ( - ), bila bertatap muka
dengan orang lain tampak dingin atau tidak acuh ( - ).
Siklotimik Ambisi berlebihan ( - ), optimis berlebihan ( - ), aktivitas seksual
yang berlebihan tanpa menghiraukan akibat yang merugikan ( -
), melibatkan dirinya secara berlebihan dalam aktivitas yang
menyenangkan tanpa menghiraukan kemungkinan yang
merugikan dirinya ( - ), melucu berlebihan ( - ), kurangnya
kebutuhan tidur (-), pesimis ( - ), putus asa ( - ), insomnia ( - ),
hipersomnia ( + ), kurang bersemangat ( + ), rasa rendah diri
(-), penurunan aktivitas (+), mudah merasa sedih dan
menangis (- ), dan lain-lain.

24
Histrionik Dramatisasi (- ), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya
( - ), mendambakan rangsangan aktivitas yang menggairahkan (
- ), bereaksi berlebihan terhadap hal-hal sepele (-), egosentris ( -
), suka menuntut ( - ), dependen ( - ), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ),
preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan
kecantikan (-), ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian
dan pujian yang terus menerus (- ), hubungan interpersonal yang
eksploitatif (- ), merasa marah, malu, terhina dan rendah diri bila
dikritik (-) dan lain-lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain( - ), sikap yang amat
tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus ( - ),
tidak mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari
pengalaman ( - ), tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan
kewajiban sosial ( - ), tidak mampu memelihara suatu hubungan
agar berlangsung lama ( - ), iritabilitas ( - ), agresivitas ( - ),
impulsif (- ), sering berbohong ( - ), sangat cendrung
menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionalisasi yang
masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan
masyarakat ( - )
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( -
), kurangnya pengendalian terhadap kemarahan ( - ), gangguan
identitas ( - ), afek yang tidak mantap ( - ) tidak tahan untuk
berada sendirian ( - ), tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa
bosan kronik ( - ), dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa dirinya
tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain ( -
), kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa
yakin disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan

25
penolakan dalam situasi social (-), menghindari aktivitas sosial
atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal
karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( - ),
preokupasi pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar,
urutan, organisasi dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( - ), ketelitian
yang berlebihan ( - ), kaku dan keras kepala ( - ), pengabdian
yang berlebihan terhadap pekerjaan sehingga menyampingkan
kesenangan dan nilai-nilai hubungan interpersonal ( - ),
pemaksaan yang berlebihan agar orang lain mengikuti persis
caranya mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan
yang berlebihan pada kebiasaan sosial ( - ) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari
tanpa nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan
orang lain untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal
dalam hidupnya
(-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian,
karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang
ketidakmampuan mengurus diri sendiri (-), takut ditinggalkan
oleh orang yang dekat dengannya
(-)

5. Stresor psikososial (aksis IV)


Pertunangan (-), perkawinan (-), perceraian (-), kawin paksa (-), kawin lari (-), kawin
terpaksa (-), kawin gantung (-), kematian pasangan (-), problem punya anak (-), anak
sakit (-), persoalan dengan anak (-), persoalan dengan orang tua (+), persoalan
dengan mertua (-), masalah dengan teman dekat (-), masalah dengan atasan/bawahan (-
), mulai pertama kali bekerja (-), masuk sekolah (-), pindah kerja (-), persiapan masuk
pensiun (-), pensiun (-), berhenti bekerja (-), masalah di sekolah (+), masalah
jabatan/kenaikan pangkat (-), pindah rumah (-), pindah ke kota lain (-), transmigrasi
(-), pencurian (-),
26
perampokan (-), ancaman (-), keadaan ekonomi yang kurang (-), memiliki hutang (-),
usaha bangkrut (-), masalah warisan (-), mengalami tuntutan hukum (-), masuk penjara
(-), memasuki masa pubertas (-), memasuki usia dewasa (-), menopause (-), mencapai
usia 50 tahun (-), menderita penyakit fisik yang parah (+), kecelakaan (-),
pembedahan (-), abortus (-), hubungan yang buruk antar orang tua (+), terdapatnya
gangguan fisik atau mental dalam keluarga (-), cara pendidikan anak yang berbeda oleh
kedua orang tua atau kakek nenek (-), sikap orang tau yang acuh tak acuh pada anak (+),
sikap orang tua yang kasar atau keras terhadap anak (-), campur tangan atau perhatian
yang lebih dari orang tua terhadap anak (-), orang tua yang jarang berada di rumah (-),
terdapat istri lain (-), sikap atau kontrol yang tidak konsisten (-), kontrol yang tidak
cukup (-), kurang stimulasi kognitif dan sosial (-), bencana alam (-), amukan masa (-),
diskriminasi sosial (+), perkosaan (+), tugas militer (-), kehamilan (-), melahirkan di
luar perkawinan (-), kematian orangtua (-), konflik dengan tetangga (+), dan lain-lain.

6. Riwayat Suicide
Ada riwayat percobaan bunuh diri dengan mengayuh sepeda ke jurang

7. Riwayat pelanggaran hukum


Tidak pernah ada riwayat pelanggaran hukum.

8. Riwayat agama
Pasien penganut agama Islam
9. Persepsi Dan Harapan Keluarga
Keluarga terdekat seperti ibu dapat memahami kondisi pasien dan berharap pasien
untuk sembuh dan dapat kembali beraktivitas normal serta mendukung penuh proses
pengobatan yang dijalani oleh pasien.
10. Persepsi Dan Harapan Pasien
Pasien sudah menyadari penyakit jiwa yang dialaminya, pasien berharap segera
bisa melakukan aktivitas seperti biasa tanpa menghiraukan berbagai macam hal.

27
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT

Tahun
Tahun
Tahun Tahun 2019
2015
2010 2012

Pasien mulai
Pasien mengalami
berhalusinasi setelah
kecelakaan yang Pasien
menonton sebuah film mengalami Pasien mengetahui
mengakibatkan
yang berisi pelecehan sekusal bahwasanya dia
wajahnya rusak
pembakaran manusia, berupa sodomi mengidap penyakit
cukup parah, dan yang dilakkan
bom, tembak- HIV yang
perdarahan di oleh tetangganya
tembakan serta menyebebkan dia
kepalanya. Kedua yang berasal dari
pembunuhan manusia stress yang
orang tua kandung mentawai, hingga
sehingga terlihat diperberat oleh
bercerai, dan menyebabkan
banyak darah. Pasien pasien mengalami dosennya yang
ayahnya
merasakan ketakutan trauma berat dan membeberkan
meninggalkan
yang sangat besar, mempengaruhi penyakit pasien
rumah beserta orientassi seksual
sehingga pasien
tanggung jawabnya pasien
menarik diri dari
sebagai seorang
lingkungan, dan
ayah.sebelumnya
mengurung diri di
pasien juga sering
kamar untuk waktu
dibully disekolah
yang cukup lama.
dengan cara
dikeroyok di wc

28
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT

Tahun Tahun 2023


2023 bulan Juli Bulan Agustus

Pasien masuk kembali ke


Pasien masuk IGD
IGD RSUP MDJAMIL
RSUP MDJAMIL
padang untuk kedua
Padang pada tanggal 10
kalinya pada tanggal 4
juli 2023 dikarenakan
Agustus 2023 dikarenaan
sering Mengamuk dan
paien tidak mau minum
memberhentikan jalan
obat sehingga gejala
dan motor di jalan Pasien
psikotiknya bangkit
sempat dirawat lalu
kembali, pasien
pulang tanggal 24 juli
direncanakan pulang
2023
tanggal 16 Agustus 2023

29
III. STATUS INTERNUS
• Keadaan Umum : Sakit sedang
• Kesadaran : CMC
• Tekanan Darah : 115/75 mmHg
• Nadi : Teraba, kuat angkat, regular, 86x/menit
• Nafas : Ada, simetris, torakal abdominal, 18x/menit
• Suhu : 36,6’C
• Tinggi Badan : 168 cm
• Berat Badan : 61 kg
• Status Gizi : Normoweight
• Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung I, II reguler,
Murmur (-), gallop (-)
• Sistem Respiratorik : Suara napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
• Sistem Gastrointestinal : Dalam batas normal
• Kelainan Khusus : Tidak ditemukan

IV. STATUS NEUROLOGIKUS


GCS : E4M6V5 (15)
Tanda ransangan Meningeal : kakukuduk (-), Brudzinski I (-),
Brudzinski II (-)

Tanda-tanda efek samping piramidal :


• Tremor tangan : tidak ada
• Akatisia : tidak ada
• Bradikinesia : tidak ada
• Cara berjalan : biasa
• Keseimbangan : baik
• Rigiditas : tidak ada
• Kekuatan motorik : baik
555 555
555 555
• Sensorik : baik
• Refleks : bisep (++/++), trisep (++/++), KPR (++/++),

30
APR (++/++), sucking (-), glabella (-),
grasping (-), snout (-), Corneomandibular (-),
palmomental (-), kaki klonik (-).

V. STATUS MENTAL
STATUS MENTAL (Pemeriksaan tanggal 14 Agustus 2023)
A. Keadaan Umum
a. Kesadaran/sensorium : compos mentis ( + ), apatis ( - ), somnolen
( - ), stupor ( - ), kesadaran berkabut ( - ), konfusi ( - ), koma ( - ),
delirium
( - ), kesadaran berubah ( - ), dan lain-lain.
b. Penampilan
● Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( - ), aneh ( - ), sikap tegang ( - ), kaku
( - ),gelisah ( - ), kelihatan seperti tua ( - ), kelihatan seperti muda ( + ),
berpakaian sesuai gender ( + ).
● Cara berpakaian : rapi ( - ), biasa ( + ), tak menentu ( - ), sesuai dengan
situasi ( +), kotor ( - ), kesan (dapat mengurus diri )*
● Kesehatan fisik : sehat ( + ), pucat ( - ), lemas ( - ), apatis ( - ), telapak
tangan basah ( - ), dahi berkeringat ( - ), mata terbelalak ( - ).
c. Kontak psikis
Dapat dilakukan ( + ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar ( + ), kurang
wajar ( - ), sebentar ( - ), lama ( + ).
d. Sikap
Kurang Kooperatif ( - ), penuh perhatian ( + ) , berterus terang ( - ),
menggoda ( - ), bermusuhan ( -), suka main-main ( + ), berusaha supaya
disayangi ( - ), selalu menghindar ( -), berhati-hati ( + ), dependen ( - ),
infantil ( - ), curiga ( - ), pasif ( -), dan lain-lain.
e. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
● Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( - ), kaku ( - ), dan lain-lain.
● Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor katatonik
( - ), rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas
( - ), negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( - ), mannerisme ( - ),
otomatisme ( - ), otomatisme perintah ( - ), mutisme ( - ), agitasi
● psikomotor ( - ), hiperaktivitas/ hiperkinesis ( - ), tik ( - ), somnabulisme
( - ), akathisia ( - ), kompulsi( - ), ataksia ( - ), hipoaktivitas ( - ), mimikri

31
( - ), agresi ( - ), acting out ( - ), abulia ( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ),
chorea ( - ), distonia (- ), bradikinesia ( - ), rigiditas otot ( -), diskinesia
( - ), convulsi ( - ), seizure ( - ), piromania ( - ), vagabondage (-)
Ket : ( ) diisi ( + ) atau ( - )
B. Verbalisasi dan cara berbicara
a. Spontanitas pembicaraan * : spontan/ tidak
b. Arus pembicaraan* : biasa, cepat, lambat
c. Produktivitas pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
d. Perbendaharaan* : biasa, sedikit, banyak
e. Nada pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
f. Volume pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
g. Isi pembicaraan* : sesuai/ tidak sesuai
h. Penekanan pada pembicaraan* : ada/ tidak
i. Logorrhea, poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ), gagap
( - ), afasia( - ), bicara kacau ( - )
C. Emosi
• Hidup emosi*: stabilitas (stabil/tidak), pengendalian (adekuat/tidak

adekuat), echt/unecht, dalam/dangkal, skala diffrensiasi (sempit/ luas),


arus emosi (biasa/lambat/cepat).
a. Afek
Afek appropriate/serasi (+), afek inappropriate/tidak serasi ( - ), afek
tumpul ( - ), afek yang terbatas ( - ), afek datar ( - ), afek yang labil ( -).
b. Mood
Mood eutimik ( - ), mood disforik ( - ), mood yang meluap-luap
(expansivemood) ( - ), mood yang iritabel ( - ), mood yang labil (swing
mood) ( + ), mood meninggi (elevated mood/hipertim) ( + ), euforia ( -
), ectasy ( - ), mood depresi (hipotim) ( + ), anhedonia ( - ), dukacita (
- ), aleksitimia ( - ), elasi ( + ), hipomania ( - ), mania ( - ), melankolia (
- ), La belle indifference ( - ), tidak ada harapan ( - ).
c. Emosi lainnya
Ansietas ( - ), free floating-anxiety ( - ), ketakutan ( - ), agitasi ( - ),
tension (ketegangan) ( - ), panic ( - ), apati ( - ), ambivalensi ( - ),
abreaksional ( - ), rasa malu ( + ), rasa berdosa/ bersalah ( + ), kontrol

32
impuls ( - ).

d. Gangguan fisiologis yang berhubungan dengan mood


Anoreksia ( - ), hiperfagia ( - ), insomnia ( - ), hipersomnia ( - ),
variasi diurnal ( - ), penurunan libido ( - ), konstispasi ( - ), fatigue
( - ), pica ( - ), pseudocyesis ( - ), bulimia ( - ).

Keterangan : *)Coret yang tidak perlu, ( ) diisi (+) atau (-)

D. Pikiran/ Proses Pikir (Thinking)

a. Kecepatan proses pikir (biasa/cepat/lambat)


b. Mutu proses pikir (jelas/ tajam)
E. Gangguan Umum dalam Bentuk Pikiran

Gangguan mental ( - ), Psikosis ( + ) , tes realitas ( terganggu/ tidak ),


gangguan pikiran formal ( - ), berpikir tidak logis ( - ), pikiran autistik
( - ), dereisme ( - ), berpikir magis ( - ), proses berpikir primer ( - ).

F. Gangguan Spesifik dalam Bentuk Pikiran


Neologisme ( - ), word salad ( - ), sirkumstansialitas ( - ), tangensialitas
( - ), inkoherensia ( - ), perseverasi ( - ), verbigerasi ( - ), ekolalia ( - ),
kondensasi ( - ), jawaban yang tidak relevan ( - ), pengenduran asosiasi
( - ), derailment ( - ), flight of ideas ( - ), clang association ( - ), blocking
( - ), glossolalia ( - ).
G. Gangguan Spesifik dalam Isi Pikiran
a. Kemiskinan isi pikiran ( - ) Gagasan yang berlebihan ( - )
b. Delusi/ waham
waham bizarre ( - ), waham tersistematisasi ( - ), waham yang sejalan
dengan mood ( - ), waham yang tidak sejalan dengan mood ( - ), waham
nihilistik ( - ), waham kemiskinan ( - ), waham somatik ( - ), waham
persekutorik ( + ), waham kebesaran ( - ), waham referensi ( - ), thought
of withdrawal ( - ), thought of broadcasting ( - ), thought of insertion
( - ), thought echo ( - ), waham curiga ( + ), erotomania ( - ), pseudologia
fantastika ( - ), waham agama ( - ).
c. Idea of reference
Preokupasi pikiran ( - ), egomania ( - ), hipokondria ( - ), obsesi ( -),
kompulsi ( - ), koprolalia ( - ), fobia ( - ), noesis ( - ), unio mystica ( - )

33
H. Persepsi
a. Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik ( + ) (saat awal masuk rawatan), halusinasi visual
(-), halusinasi olfaktorik ( + ) (saat awal masuk rawatan), halusinasi
gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ), halusinasi
liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi yang tidak
sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ), halusinasi
perintah (command halusination), trailing phenomenon ( - ).
b. Ilusi ( - )
c. Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
I. Mimpi dan Fantasi
a. Mimpi : ( - )

b. Fantasi : ( - )
J. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
a. Orientasi waktu (baik/terganggu), orientasi tempat (baik/terganggu),
orientasi personal (baik/ terganggu), orientasi situasi (baik/ terganggu).
b. Atensi (perhatian) ( + ), distractibilty ( - ), inatensi selektif ( - ),
hipervigilance ( - ), dan lain-lain
c. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi (baik/terganggu),
d. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote ( - ),
gangguan memori jangka menengah/ recent past ( - ), gangguan memori
jangka pendek/ baru saja/ recent ( - ), gangguan memori segera/
immediate ( - ). Amnesia ( - ), konfabulasi ( - ), paramnesia ( - ).
e. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu
f. Pikiran konkrit : baik/ terganggu/ sulit dinilai
g. Pikiran abstrak : baik/ terganggu/ sulit dinilai
h. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), Retardasi mental ( - ),
demensia ( - ), pseudodemensia ( - ).

K. Dicriminative
Insight*

34
a. Derajat I (penyangkalan)

b. Derajat II (ambigu)

c. Derajat III (sadar, melemparkan kesalahan kepada orang/ hal lain)

d. Derajat IV (sadar, tidak mengetahui penyebab)

e. Derajat V (tilikan intelektual)

f. Derajat VI (tilikan emosional sesungguhnya)


L. Discriminative Judgement :
● Judgment tes : tidak terganggu
● Judgment sosial : tidak terganggu
VI. Pemeriksaan Laboratorium dan diagnostik khusus lainnya
Tidak ada
VII. Pemeriksaan oleh Psikolog / petugas sosial lainnya
Tidak ada
VIII. Ikhtisar Penemuan Bermakna
a. Pada tahun 2010 saat pasien masih SMP, pasien sekolah menonton film
pembakaran manusia, bom, tembak-tembakan serta pembunuhan
manusia yang menyebabkan pasien ketakutan karena melihat darah
hingga sensitif terhadap warna merah. Pasien sering mencium bau darah
atau amis dan sering mendengar bunyi bom. Ayah pasien membawa
pasien ke dukun namun tidak ada perbaikan. Pasien mulai marah-marah
dan sering melempar barang-barang yang ada disekitarnya. Kemudian
pasien dibawah ke ke IGD RSJ Yaunin dan mendapatkan terapi ECT.
Setelahnya pasien tidak rutin minum obat.

b. Saat SMA pasien di-bully oleh teman sekolahnya tanpa alasan yang
khusus. Bersamaan dengan itu, kedua orang tua pasien bercerai sehingga
pasien berniat untuk bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya ke jurang
sambil menggunakan sepeda yang mengakibatkan kepala pasien
terbentur dan wajah yang rusak parah.

c. Paska kejadian pasien pindah ke SMA yang lain. Saat libur sekolah pasien
disodomi tetangganya yang berasal dari mentawai, sehingga membuat
pasien merasa cemas berlebihan, mudah marah, dan sering mengurung
diri. Setiap kali pasien mendengar kata “Mentawai” atau hal-hal yang

35
berhubungan dengan pulau Mentawai, pasien merasa takut dan marah,
hingga pernah berkata akan membunuh orang yang menyodomi nya.

d. Tahun 2019, pasien kuliah dan terkonfirmasi positif HIV. Pasien merasa
semua orang mengetahui penyakitnya dan merasa orang-orang tidak
menyukainya. Setelah itu, pasien mengambil cuti dan untuk mengisi
waktu luang pasien mencoba bekerja di bank. Orang tua pasien selalu
menanyakan keadaan pasien sehabis pulang kerja, tetapi pasien marah
dan beranggapan jika orang tua pasien menghalang-halangi pekerjaan
pasien.

e. Pada hari Minggu, 9 Juli 2023 teman pasien mengirimkan foto-foto tidak
senonoh kepada pasien sehingga menyebabkan pasien jalan-jalan keluar
rumah, marah-marah, berdiri ditengah jalan, dan menggunting kain
songket milik tetangga. Kemudian korban dibawa ke RSJ Yaunin Padang
kemudian dirujuk ke RSUP M. Djamil. Tanggal 24 Juli 2023 pasien
diperbolehkan pulang.

f. Pada hari Kamis, 3 Agustus 2023 ketika pasien kontrol ke RSUP M.


Djamil, pasien terlihat berjalan-jalan di depan masjid kemudian
mengunci diri di kamar mandi. Ibu pasien meminta bantuan ke satpam
untuk mengeluarkan pasien dari kamar mandi. Setelah keluar pasien
marah-marah dan menunjuk-nunjuk satpam. Sesampainya di penginapan
pasien marah ke ibunya dan melempar serta memasukkan hp-nya ke bak
kamar mandi, pasien mengatakan di hp-nya terdapat bom. Pasien
mematikan-menghidupkan lampu seacara terus menerus, membuka-
menutup pintu, dan mengatakan mencium bau darah.

g. Pada pemeriksaan status mental ditemukan sikap kooperatif,


produktivitas bicara biasa, afek sesuai, mood labil, depresi dan elasi,
proses pikir biasa, isi pikiran terdapat waham persekutorik dan waham
curiga, persepsi halusinasi auditorik dan olfaktori saat awal masuk
rawatan, discriminative insight derajat V, discriminative judgement tidak
terganggu.

36
IX. Formulasi Diagnosis

Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, riwayat perjalanan


penyakit, dan pemeriksaan pada pasien, ditemukan adanya perubahan pola
perilaku dan perasaan yang secara klinis bermakna dan hendaya (disability)
dalam fungsi sosial. Dengan demikian, berdasarkan PPDGJ III dapat
disimpulkan bahwa pasien ini mengalami distress dan hendaya.

Untuk memastikan diagnosis gangguan jiwa, diperlukan wawancara yang


baik untuk mengumpulkan data dan informasi mengenai gejala yang bermakna,
jangka waktu, awitan, episode, dan perjalanan penyakitnya. F0 gangguan mental
organik, merupakan gangguan mental yang disebabkan oleh penyakit primer di
otak atau penyakit sekunder di luar otak yang menyebabkan disfungsi otak. Dari
alloanamnesis dan rekam medik, halusinasi pasien ditemukan beberapa tahun
sebelum adanya riwayat trauma kepala, tidak ditemukan adanya riwayat penyakit
berat lainnya yang mungkin menyebabkan disfungsi otak. Dengan demikian,
diagnosis F0 dapat disingkirkan.

Dari anamnesis juga didapatkan bahwa pasien tidak pernah


mengkonsumsi zat psikoaktif dan alkohol. Oleh sebab itu diagnosis gangguan
mental dan perilaku akibat zat psikoaktif (F1) dapat disingkirkan.

Pada pasien didapatkan adanya penyimpangan yang fundamental dan


karakteristik dari pikiran dan persepsi, sehingga skizofrenia, gangguan
skizotipal dan gangguan waham (F2) dapat dipertimbangkan..
Dari allo dan autoanamesis serta rekam medis pasien, ditemukan adanya
episode depresi pada pasien yaitu mood depresif, pasien ada perasaan sedih
sampai menangis, sering melamun, sering menyendiri, dan merasa tidak
berguna. Pada saat yang bersamaan, ditemukan episode afektif hipomanik yaitu
tertawa dan tersenyum ketika dibahas mengenai hal-hal yang disukai pasien.
Pada pasien, juga ditemukan gejala skizofrenia yaitu pasien mendengar bisikan-
bisikan yang mengganggunya dan halusinasi olfaktori berupa mencium darah.
Dengan demikian diagnosa F25.2 dapat ditegakkan yaitu gangguan skizoafektif
tiper campuran.

Dari riwayat kepribadian pasien tidak didapatkan diagnosis adanya


riwayat gangguan kepribadian dan tidak ada riwayat retardasi mental. Selain itu

37
tidak ditemukan gejala atau tanda gangguan kepribadian yang bersifat
berkembang dari masa kanak-kanak hingga dewasa, sehingga aksis II pada
pasien ini tidak ada diagnosis. Pada pasien ini ditemukan kondisi medis umum
berupa HIV, sehingga pada aksis III pasien disiagnosa dengan penyakit infeksi
berupa HIV.

Pada pasien ditemukan masalah yang timbul pada axis IV berupa masalah
family support ataupun masalah psikososial dan lingkungan. Pada aksis V,
menurut penilaian GAF (Global Assessment of Functional Scale) saat ini pasien
berada pada nilai 80-71 dimana terdapat gejala sementara dan dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam sosial, perkerjaan, dan sekolah. Tetapi saat awal
rawatan menurut penilaian GAF pasien berada pada nilai 30-21 disabilitas berat
dalam komunikasi dan daya nilai, tdiak mampu berfungsi hampir pada semua
bidang.

X. Diagnosis Multiaksial

Axis I : F25.2 Skizoafektif Tipe Campuran


Axis II : Tidak ada diagnosis
Axis III : A00-B99 Penyakit Infeksi dan Parasit tertentu
Axis IV : Masalah primary support group (keluarga)
Axis V : GAF 30-21 (saat awal rawatan), GAF 80-71
(saat pemeriksaan)

XI. Diagnosis Banding


F20.0 Skizofrenia Paranoid
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Campuran
XII. Daftar Masalah
a. Organobiologik
Tidak ada masalah
b. Psikilogis
Halusinasi auditorik dan olfaktorik, waham

38
persekutorik, waham curiga, mood swing, mood depresif dan elasi.
c. Lingkungan dan psikososial :
Masalah family support.

XIII. Penatalaksanaan
Terapi yang sudah diberikan
A. Farmakologi:
- Risperidone 2mg 2x1
- Lorazepam 2mg 1x1 (malam)
- Depacote 250mg 2x1
- Quetiapine 200mg 1x1 (malam)
- ARV
B. Psikoterapi
Psikoterapi kepada pasien
- Psikoterapi suportif
Berempati pada pasien, memahami keadaan pasien,
mengarahkanuntuk pemecahan masalah.
- Psikoedukasi
Memberikan pengetahuan kepada pasien tentang gangguan yang
dialaminya, diharapkan pasien dapat secara efektif mengenali
gejala dan penyebab serta terapi yang dibutuhkannya untuk
menghindari kekambuhan atau terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan

Psikoterapi kepada keluarga


- Psikoedukasi
Diberikan psikoedukasi mengenai penyakit yang diderita pasien,
terapi perilaku keluarga, dukungan, sosial, dan perhatian dari
keluarga kepada pasien dan terapi serta kepatuhan minum obat
pasien.
- Terapi
Memberi penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien
(kegunaan obat terhadap gejala pasien dan efek samping yang
mungkin timbul pada pengobaan). Selain itu, juga juga

39
ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat secara
teratur

XIV. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam

40
BAB 4
DISKUSI

Seorang pasien laki-laki berusia 27 tahun datang ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang
pada tanggal 4 Agustus 2023 dengan keluhan utama marah-marah dan mengamuk sejak 8 jam
sebelum masuk rumah sakit. Selain itu didapatkan juga beberapa gejala depresi yang sifatnya
sementara seperti perasaan sedih sampai menangis, sering melamun, sering menyendiri, dan
merasa tidak berguna. Pada saat yang bersamaan, ditemukan episode afektif hipomanik yaitu
tertawa dan tersenyum ketika dibahas mengenai hal-hal yang disukai pasien. Selain itu pada
pasien ini juga ditemukan gejala skizofrenia yaitu mendengar bisikan-bisikan yang
mengganggunya dan halusinasi olfaktori berupa mencium darah.
Atas dasar rangakian gejala di atas, menurut PPDGJ III dapat ditegakkan diagnosis
aksis I berupa gangguan skizoafektif tipe campuran, karena memenuhi kriteria adanya gejala
deprsif dan hipomanik yang sifatnya sementara, dimana kedua gejala tersebut muncul dalam
waktu yang sama. Diagnosis aksis II tidak ada diagnosis. Pada pasien ini ditemukan kondisi
medis umum berupa HIV, sehingga pada aksis III pasien disiagnosa dengan penyakit infeksi
berupa HIV. Aksis IV masalah dengan family support. Aksis V saat dilakukan pemeriksaan
adalah GAF 80-71 dimana terdapat gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam
sosial, perkerjaan, dan sekolah. Tetapi saat awal rawatan menurut penilaian GAF pasien berada
pada nilai 30-21 disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tdiak mampu berfungsi
hampir pada semua bidang.
Terapi yang diberikan adalam psikofarmaka dan psikoterapi. Psikofarmaka anti
psikosis diberikan Risperidone dengan dosis 2mg 2x1 dan lorazepam 2mg 1x1. Risperidone
merupakan obat anti psikotik atipikal dengan rentang dosis 4-8mg perharinya. Risperidone
sangat bermanfaat pada terapi skizofrenia dan bentuk lain psikosis. Risperidone memiliki
kecendrungan lebih tinggi untuk menghasilkan efek samping ekstapiramidal dibandingkan
dengan antipsikotik atipikal lainnya namun bisa diminimalisir dengan penggunaan dosis
terendah. Risperidone juga neniliki kemampuan perbaikan kognisi lebih besar pada skizofrenia
dibandingkan dengan obat neuroliptik tipikal lainnya. Perbaikan memori kerja juga merupakan
efek baik yang ditemukan pada penggunaan risperidone. Lorazepam merupakan obat golongan
benzodiazepine yang berfungsi sebagai anti-ansietas. Dosis yang dianjurkan adalah 1-6mg
setiap harinya. Pasien harus dijelakan mengenai pengobatan dan diberikan pengertian untuk
menyadari bahwa obat merupakan kebutuhan bagi dirinya agar bisa sembuh demi perbaikan
fungsi pada pasien ini.

41
Terapi psikoterapi suportif dan psikoedukasi dengan memberikan kehangatan, empati
dan optimsitik kepada pasien. Membantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan
emosinya, serta membantu untuk ventilasi. Mengidentifikasi faktor presipitasi dan membantu
mengoreksinya. Membantu memecahkan problem secara terarah. Membantu pasien
mengetahui lebih banyak mengenai gangguan yang dideritanya, diharapkan pasien mempunyai
kemampuan yang semakin efektif untuk mengenali gejala, mencegah munculnya gejala dan
segera mendapatkan pertolongan.

42
Tabel Faktor yang mempengaruhi prognosis :

No Faktor yang mempengaruhi Baik Buruk

1. Onset ✓

2. Pekerjaan ✓

3. Pendidikan ✓

4. Kekambuhan ✓

5. Primary Support ✓

6. Ekonomi ✓

7. Respon Obat ✓

8. Genetik ✓

9. Komorbid ✓

10. Insight ✓

43
DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan HI, Sadock BJ, dan Grebb JA. Sinopsis Psikiatri, Jilid II. Binarupa Aksara.
Tangerang: 2010. 33-46
2. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5.Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2013.
3. Putra AG. Schizoaffective disorder with manic type: a case report. Denpasar: Fakultas
Kedokteran Udayana; 2013.
4. Surbakti RB. A 30 years old man with depressed type of schizoaffective disorder. JMedula
Unila. 2014;3(2):89-95.
5. Rades M, Wulan AJ. Skizoafektif Tipe Campuran. J Medula Unila. 2016;5(2):58-62.
6. Benjamin J, Sadock MD. Virginia A. Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook ofPsychiatric
Drug Treatment.
7. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. 9th ed.
Philadelpia: Lippincott William & Wilkins: 2003.
8. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu
Kesehatan Jiwa FK-Unika Atmajaya: Jakarta; 2001.
9. Maslim R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK-Unika
Atmajaya: Jakarta.
10. Melissa Conrad Stöppler. 2013. Schizoaffectivedisorder.
http://www.medicinenet.com. Diakses: 15 Agustus 2023.

44
Lampiran 1. Kutipan Wawancara Psikiatri

AUTOANAMNESIS dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2023 kepada pasien

Pertanyaan Jawaban Interpretasi

Halo Hadi, perkenalkan Baik aja. Biasa aja sekarang.


saya dokter muda Adib,
Afifah dan Ita. Hadi
bagaimana kabarnya hari
ini?

Gimana perasaanya hari Biasa aja sekarang


ini Hadi ?

Tidur kemaren aman Nyenyak aja.


Hadi?

Hadi tau kenapa dibawa Jadi kemaren tu katanya aku Afek


ke sini? sempat marah-marah ke ibu. inappropriate
Lempar-lempar barang juga

Kalau boleh tau kenapa Soalnya udah malas minum


Hadi marah-marah obat. Obatnya banyak kali.
sampai lempar barang- Mungkin karna itu yaa?
barang gitu? Sebenarnya waktu kecil aku
udah pernah juga dirawat
kayak gini

Dimana dirawatnya? Waktu itu dirawatnya di RSJ Waham


Kenapa sampai dirawat Puti Bungsu. Dirawatnya tu persekutorik
Hadi? kayaknya karena ayah aku
ngga suka sama aku,
ditambah pula tetangga aku
juga kurang suka sama aku,
kayaknya mereka
bersekongkol gitu buat
masukin aku ke RSJ. Disana
aku disentrum, kayaknya
pecah pembuluh otak aku
makanya kayak gini. Ya
gimana nggak bikin sakit,
orang sehat-sehat aja tapi

45
dimasukin ke rumah sakit
jadinya sakit lah.

Berarti sehabis dirawat Iya tapi nggak rutin


Hadi minum obat rutin? minumnya.

Sekarang gimana Masih, kayaknya mereka Waham curiga


menurut Hadi pandangan ngga senang sama aku,
orang lain ke Hadi? apalagi ayah aku. Ayah aku
Tetangga Hadi masih tu orangnya bodo amat
ngga suka sama Hadi? nggak peduli orangnya. Tapi
orang-orang diluar naggap
aku baik

Di rumah Hadi tinggal Sekarang tinggal sama Ibu


sama siapa aja? aja. Orang tua aku udah
cerai

Hadi berapa bersaudara? Berdua, tapi kakak aku udah


ngga ada yang tinggal nikah, sekarang berdua sama
dirumah? ibu aja dirumah

Gimana hubungan Hadi Dulu dekat, sekarang karena


sama kakak? Dekat? kakak udah nikah jadi udah
nggak sedekat dulu lagi

Sekarang Hadi ada Sekarang udah nggak ada Waham


mendengar bisikan- lagi, tapi kemaren-kemaren auditorik dan
bisikan gitu? Atau bau ada olfaktorik
busuk?

Kalau boleh tau Hadi Iya aku kuliah, ngambil Grandiose


sekarang kuliah? jurusan manajemen buat
Pendidikan terakhirnya bantu usaha Ibu. Dulu aku
apa? pintar di sekolah, sering ikut
olimpiade gitu, juara kelas
juga. Tapi pernah karena
orang tua aku bertengkkar
terus aku jadi tinggal kelas

Sejak kapan orang tua Sejak masih kecil tapi baru Waham curiga
Hadi sering bertengkar? ngerti kalau orang tua sering
bertengkar itu sejak SMP.
Ayah tu orangnya masa
bodo, nggak tau cara
mendidik anak. Ibu yang
lebih sayang sama aku.
Apalagi ngeliat aku juara

46
sampai bantu usaha ibu naik,
Ayah tu nggak suka. Dia
nggak suka liat aku sukses.

Disekolah gimana Aku kan sering pindah-


hubungan Hadi sama pindah sekolah dulu. Kalau
teman-teman? SMP aman-aman aja. Tapi
kalau SMA kurang baik
soalnya dulu aku di-bully
sama teman-teman padahal
aku nggak ada salah apa-
apa. Terus aku pindah SMA,
di SMA yang baru ini baik
baik aja.

Kalau teman-teman Awalnya baik-baik aja, tapi Waham curiga


kuliah Hadi gimana? kayaknya teman-teman aku
tau kalau aku HIV, jadi
kayaknya mereka ada
bicarain aku.

Sejak kapan Hadi tau Tahun 2019


kalau HIV?

Kalau boleh tau kenapa Jadi awalnya pas aku SMA


Hadi bisa kena HIV? aku pernah disodomi,
setelah itu beberapa kali
pernah juga berhubungan
sama laki-laki

Berarti Hadi pernah Kalau sama cewe pernah


pacaran sebelumnya? tapi cuma sekedar jalan-
jalan gitu aja. Tapi kalau
sama cowo ngga pernah
pacaran. Cuman sekedar
dekat gitu aja?

Kenapa Hadi bisa Iyaa mungkin, kayaknya aku


sampai dekat sama nemuin sosok ayah dari
cowo? Karena nyaman? mereka.

Kalau sekarang gimana Harapannya biar bisa cepat


harapan Hadi? keluar. Soalnya kasihan juga
sama Ibu, aku ngerasa
bersalah sama Ibu. Entah ini

47
cobaan atau hukuman buat
aku.

Oke Hadi, mungkin


segini aja dulu ya Hadi,
makasih banyak
waktunya Hadi.

ALLOANAMNESA dilakukan pada tanggal 15 Agustus 2023 kepada ibu pasien

Pertanyaan Jawaban Interpretasi

Selamat pagi buk, Ibu Ida


perkenalkan saya
dokter muda Adib,
Nama ibuk siapa?

Maaf buk, Saya Iya boleh..


mengganggu
waktunya, maksud
saya menelpon adalah
ingin bertanya tentang
penyakit Hadi untuk
kepentingan
pengobatan dan
riwayat penyakitnya,
boleh buk?

Berapa umur ibuk? Umur saya... 54 tahun

Ibuk sehari-hari Saya Wiraswasta


pekerjaannya apa?

Pendidikan terakhir Saya tamat SMK


ibuk apa?

Oo.. begitu.. saya Iya saya yang ngantar


nanya-nanya tentang dia.
Hadi dibawa ke RS ya
buk. Ibuk ikut
mengantar Hadi ke RS
M Djamil?

48
Kenapa diantar ke Si Hadi marah marah Waham Bizarre dan
IGD RS M Djamil dan mengamuk Halusinasi Bizarre
buk? dikarenakan merasa hp
nya menjadi bom dan
dia mengaku kembali
mencium bau bau darah
sejak 8 jam SMRS. Dan
juga 1 hari yang lalu
tidak mau meminum
obat dikarenakan sudah
capek meminum obat.

Sejak kapan Hadi Keluhan Hadi dirasakan


mulai menunjukkan sejak 13 tahun yang lalu,
perubahan perilaku, dicetuskan karena
buk? pasien menonton sebuah
film yang berisi
pembakaran manusia,
bom, tembak-tembakan
serta pembunuhan
manusia sehingga
terlihat banyak darah.
Pasien sering melihat
darah ketika mencium
sesuatu yang berbau
amis, padahal menurut
orang sekitar tidak ada
bau amis ataupun darah.
Hadi mendengar bunyi
bom ketika melihat dan
mendengar orang-orang
bermain kembang api
dan petasan. Ketika
melihat hal itu hadi akan
ketakutan dan
mengurung diri

Perubahan perilaku Sekitar tahun 2012


seperti apa lagi yang pasien melakukan
tampak, buk? percobaan bunuh diri
mengayuh sepeda ke

49
jurang yang
mengakibatkan
wajahnya rusak cukup
parah, dan perdarahan di
kepalanya.

Apakah Hadi Pada saat itu Hadi dalam


mengatakan alasannya keadaan sreing murung
melakukan hal dan sedih dan tidak mau
tersebut, buk? keluar kamar, Dan
diberi tahu juga bahwa
Hadi mendengar bisikan
untuk mengayuh ke
jurang

Apakah faktor yang Di tahun yang sama,


menyebabkan hadi kedua orang tua
melakukan hal kandung bercerai, dan
tersebut ayahnya meninggalkan
rumah beserta tanggung
jawabnya sebagai
seorang ayah. Mungkin
itu yang menyebabkan
hadi mulai putus asa

Ibuk akrab dengan Iya sangat akrab, hanya


Hadi? saya tempat bertumpu
dengan Hadi

Kalau sama ayah dan Ga akrab-akrab banget.


saudara yang lain Ayahnya Hadi ini
gimana buk? orangnya kurang peduli
dengan keluarga nya.
Ayahnya sering tidak di
rumah, nongkrong di
warung, kalau dengan
kakaknya hadi kurang
berinteraksi karen sifat
hadi yang pendiam

50
Sekarang yang Untuk di Mdjamil ini
keberapa kali Hadi sudah kedua kali Hadi
dirawat? dirawat , kalau di putri
bungsu itu ada dirawat
sekali

Hadi pernah ada sakit Pada masa kecil itu si


sebelumnya buk, hadi sempa ada ekapal
seperti kecelakaan terbentur teru sempat
sehingga kepala juga jatuh dari jurang
terbentur, tidak sadar
dan kejang-kejang?

Kalau pakai narkoba Tidak pernah


ada buk?

Oh iya, kalau Kalau di masa Sma itu


hubungan dengan hadi sempat dibully
orang lain, seperti teman temannya di sma
teman-teman Hadi 2 padang panjang
bagaimana buk? namun sejak pindah
sekolah hadi mulai
mendapatkan banyak
teman

Oh begitu ya buk. Jadi Tentunya supaya


harapan ibuk untuk sembuh. Tidak kambuh-
Hadi bagaimana, buk? kambuh lagi. Kasihan
dia.

Yasudah buk, dari Iya, terimakasih.


keluarga harus tetap
kasih support untuk
Hadi, karena keluarga
juga berperan penting
dalam pengobatan
penyakit ini.

51
Lampiran 2. Tulisan Pasien

Lampiran 3. Gambar Pasien

52

Anda mungkin juga menyukai