CRS (Skizoafektif Tipe Campuran) Kelompok 2
CRS (Skizoafektif Tipe Campuran) Kelompok 2
Oleh
Fathurrahman Ramadhana Akbar 2240312165 P.3568.B
Afifah Raudhati Cesar 1910313022 P. 3582.B
Maria Nurlita 2240312053 P.3589.B
Pembimbing :
BAGIAN PSIKIATRI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL
PADANG
2023
1
KATA PENGANTAR
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................4
1.2 Batasan Masalah..................................................................................................................5
1.3 Metodologi Penulisan..........................................................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................6
2.1 Definisi................................................................................................................................ 6
2.2 Epidemiologi........................................................................................................................6
2.3 Etiologi.................................................................................................................................6
2.4 Patofisiologi.........................................................................................................................7
2.5 Manifestasi Klinis................................................................................................................7
2.6 Diagnosis............................................................................................................................9
2.7 Diagnosis Banding............................................................................................................11
2.8 Tatalaksana Skizoafektif....................................................................................................11
2.9 Prognsosis Skizoafektif .....................................................................................................12
BAB 3 LAPORAN...................................................................................................................14
BAB 4 DISKUSI......................................................................................................................40
LAMPIRAN.............................................................................................................................44
3
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
4
kesembuhan pasien. Oleh karena itu penting bagi klinisi untuk memahami gangguan
skizoafektif tipe campuran lebih jauh lagi.
5
1.2 Tujuan Penulisan
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Gangguan skizoafektif merupakan gangguan kejiwaan yang mempunyai gambaran baik
skizofrenia maupun gangguan afektif yang sama-sama menonjol. Hingga saat ini penyebab pasti
dari gangguan skizoafektif masih belum diketahui, tetapi beberapa penelitian menunjukan bahwa
gangguan skizoafektif terkait dengan faktor genetik.5,6
Gangguan skizoafektif terdiri dari tipe manik, depresif, dan campuran. Apabila gejala
yang terjadi pada pasien merupakan gejala skizofrenik yang khas berupa waham, halusinasi,
perubahan dalam berpikir disertai dengan gangguan perasaan manik yang menonjol muncul pada
episode penyakit yang sama, gangguan tersebut dinamakan gangguan skizoafektif tipe manik.
Sedangkan apabila gejala skizofrenik muncul dalam episode penyakit yang sama dengan
gangguan perasaan depresif, maka gangguan tersebut merupakan gangguan skizoafektif tipe
depresif.5,6
2.2 Epidemiologi
Menurut data statistik, prevalensi seumur hidup akan terjadinya gangguan skizoafektif
diperkirakan kurang dari 1%. Gangguan skizoafektif tipe depresif lebih sering terjadi pada orang
tua dibanding anak muda.Prevalensi gangguan tersebut dilaporkan perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki, terutama perempuan yang sudah menikah.Usia awitan perempuan lebih
sering dibandingkan laki-laki, seperti pada skizofrenia.Laki-laki dengan gangguan skizoafektif
mungkin memperlihatkan perilaku antisosial dan mempunyai afek tumpul yang nyata atau tidak
sesuai. National Comorbidity Study menyatakan dari 66 orang dengan diagnosa skizofrenia, 81%
pernah didiagnosis gangguan afektif yang terdiri dari 59% depresi dan 22% gangguan bipolar.7
2.3 Etiologi
Penyebab pasti dari gangguan skizoafektif hingga saat ini masih belum diketahui, tetapi
hal-hal yang diketahui mungkin berperan dalam menyebabkan terjadinya gangguan skizoafektif
adalah faktor genetic dan faktor lingkungan.1
2.4 Patofisiologi
7
Mekanisme terjadinya skizoafektif belum diketahui apakah merupakan suatu patologi
yang terpisah dari skizofrenia dan gangguan mood atau merupakan gabungan dari keduanya
yang terjadi secara bersamaan. Jika merujuk pada kemungkinan kedua, maka telah diketahui
neurobiologi baik fungsional ataupun struktural yang terlibat dalam gangguan ini.7
Depresi
a. Nafsu makan yang berkurang
b. Pengurangan berat badan
c. Perubahan dari pola tidur biasanya ( sedikit atau banyak tidur )
d. Agitasi
Mania
a. Peningkatan aktivitas
b. Bicara cepat
c. Pikiran yang meloncat-loncat
8
d. Sedikit tidur
e. Agitasi
f. Percaya diri meningkat
g. Mudah teralihkan
Skizofrenia
Gejala klinis berdasarkan pedoman penggolongan dan diagnosis gangguan jiwa
(PPDGJ-III):8
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih
bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas):
a) “thought echo” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya
(tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda
; atau
“thought insertion or withdrawal” = isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya
(insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal);
dan
“thought broadcasting”= isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum
mengetahuinya;
b) “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu
dari luar; atau
“delusion of passivitiy” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap
suatu kekuatan dari luar; (tentang ”dirinya” = secara jelas merujuk kepergerakan
tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus) “delusional
perception” = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermaknasangat khas bagi
dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;
c) Halusinasi Auditorik:
- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien,
atau
- Mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai
suara yang berbicara), atau
- Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh.
d) Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak
9
wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu,
atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan
cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain)
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara jelas:
e) Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas,
ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila
terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus;
f) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan (interpolation), yang
berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
g) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu
(posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
h) Gejala-gejala negatif, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons
emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan
diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua
hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan
atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal). Harus ada suatu perubahan
yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek
perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude) dan
penarikan diri secara sosial.2
2.6 Diagnosis
Kriteria Diagnostik untuk Gangguan Skizoafektif (DSM-V)2
A. Suatu periode penyakit yang tidak terputus selama mana, pada suatu waktu. Terdapat baik
episode depresif berat, episode manik, atau suatu episode campuran dengan gejala yang
memenuhi kriteria A untuk skizofrenia.
Catatan : Episode depresi berat harus termasuk kriteria A1: mood terdepresi
B. Selama periode penyakit yang sama, terdapat waham atau halusinasi selama
sekurangnya 2 minggu tanpa adanya gejala mood yang menonjol.
10
C. Gejala yang memenuhi kriteria untuk episode ditemukan untuk sebagian bermakna dari
lama total periode aktif dan residual dari penyakit..
D. Gangguan bukan kareka efek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang
disalahgunakan, suatu medikasi) atau suatu kondisi medis umum
Pada PPDGJ-III, gangguan skizoafektif diberikan kategori yang terpisah karena cukup
sering dijumpai sehingga tidak dapat diabaikan begitu saja. Kondisi-kondisi lain dengan gejala-
gejala afektif saling bertumpang tindih dengan atau membentuk sebagian penyakit skizoafektif
yang sudah ada, atau dimana gejala-gejala itu berada bersama-sama atau secara bergantian
dengan gangguan-gangguan waham menetap jenis lain, diklasifikasikan dalam kategori yang
sesuali dalam F20-F29. Waham atau halusinasi yang tak serasi dengan suasana perasaan (mood)
pada gangguan afektif tidak dengan sendirinya menyokong diagnosis gangguan skizoafektif.8
Pedoman Diagnostik Gangguan Skizoafektif berdasarkan PPDGJ-III8
a. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejala-gejala definitive adanya
skizofrenia dan gangguan skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat
yang bersamaan (stimultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain,
dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini,episode
penyakit tidak memenuhi kriteria baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif.
b. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gelaja skizofrenia dan gangguan
afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda.
c. Bila seseorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu
episode psikotik, diberi kode diagnosis F.20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia).
d. Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoefektif berulang, baik berjenis manik
(F25.0) maupun depresif (F.25.1) atau campuran dari keduanya (F.25.2). pasien lain
mengalami satu atau dua episode manik atau depresi (F30-F33).
12
efek samping ekstrapiramidal seperti akatisia, distonia, dan parkinsonisme selain itu dapat
menimbulkan efek samping antikolinergik seperti merah mata dan xerostomia (mulut kering).
Stelazine dapat menurunkan ambang kejang sehingga harus berhati-hati penggunaan stelazine
pada orang yang mempunyai riwayat kejang.6
Pengobatan untuk dengan gangguan skizoafektif merespon terbaik untuk pengobatan
dengan obat antipsikotik yang dikombinasikan dengan obat moodstabilizer atau
pengobatandengan antipsikotik saja. Untuk orang gangguan skizoafektif dengan tipe manik,
menggabungkan obat antipsikotik dengan mood stabilizer cenderung bekerja dengan baik.10
b. Psikoterapi
Selain psikofarmaka, psikoterapi dan edukasi juga sangat diperlukan.Menurut penelitian
pengobatan hanya dengan obat tidak cukup untuk kesembuhan pasien, tetapi juga harus diiringi
oleh lingkungan keluarga yang mendukung dan sikap pasien terhadap penyakit yang diderita.
Karena pengobatan yang konsisten penting untuk hasil terbaik, psiko-edukasi pada
penderita dan keluarga, serta menggunakan obat long acting bisa menjadi bagian penting dari
pengobatan pada gangguan skizoafektif.10
2.9 Prognosis Skizoefektif
Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif mempunyai prognosis di
pertengahan antara prognosis pasien dengan skizofrenia dan prognosis pasien dengan gangguan
mood. Sebagai suatu kelompok, pasien dengan gangguan skizoafektif memiliki prognosis yang
jauh lebih buruk daripada pasien dengan gangguan depresif, memiliki prognosis yang lebih
buruk daripada pasien dengan gangguan bipolar, dan memiliki prognosis yang lebih baik
daripada pasien dengan skizofrenia. Generalisasi tersebut telah didukung oleh beberapa
penelitian yang mengikuti pasien selama dua sampai lima tahun setelah episode yang ditunjuk
dan yang menilai fungsi sosial dan pekerjaan, dan juga perjalanan gangguan itu sendiri.6
Data menyatakan bahwa pasien dengan gangguan skizoafketif, tipe bipolar, mempunyai
prognosis yang mirip dengan prognosis pasien dengan gangguan bipolar dan bahwa pasien dengan
premorbid yang buruk; onset yang perlahan-lahan; tidak ada faktor pencetus; menonjolnya gejala
psikotik, khususnya gejala defisit atau gejala negatif; onset yang awal; perjalanan yang tidak
mengalami remisi; dan riwayat keluarga adanya skizofrenia. Lawan dari masing-masing
karakeristik tersebut mengarah pada hasil akhir yang baik. Adanya atau tidak adanya gejala urutan
pertama dari Schneider tampaknya tidak meramalkanperjalanan penyakit.6
13
BAB 3
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
MR : 01.03.08.23
Usia : 27 tahun
Agama : Islam
Umur : 54 tahun
Pendidikan : SMK
Pekerjaan : Wiraswasta
14
II. RIWAYAT PSIKIATRI
1. Autoanamnesis dengan pasien pada tanggal 14 Agustus 2023 di Bangsal RSUP Dr.
M. Djamil Padang Informan
2.
(alloanamnesis) dengan ibu pasien pada tanggal 15 Agustus dengan menggunakan
Handphone
1. Pasien datang ke fasilitas kesehatan ini atas keinginan (lingkari pada huruf yang
sesuai)
a. Sendiri
b. Keluarga
c. Polisi
d. Jaksa/ Hakim
e. Dan lain-lain
2. Sebab Utama
Pasien dibawa ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang karena pasien marah-marah dan
mengamuk sejak 8 jam SMRS ( 4 Agustus 2023)
Pasien merasa sudah sehat dan tidak mau lagi meminum obat .
Pasien dibawa ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang dikarenakan pasien marah
marah dan mengamuk dikarenakan merasa hp nya menjadi bom dan pasien mengaku
kembali mencium bau bau darah sejak 8 jam SMRS. Pasien 1 hari yang lalu tidak mau
meminum obat dikarenakan sudah capek meminum obat. Pasien sebelumnya
mengalami masalah di kampus dengan dosen dan teman-temannya, pasien merasa
dirinya diintimidasi oleh orang sekitar. Pasien merasa semua orang tahu dengan
penyakit HIV yang dia miliki, dan merasa orang-orang tidak menyukainya. Pasien
sering berjalan-jalan ke luar rumah tanpa tujuan karena pasien merasa gelisah.
15
Saat ini pasien dirawat di Bangsal RSUP Dr. M. Djamil Padang dan pasien
mendapatkan dukungan penuh dari ibunya untuk melakukan terapi secara rutin. Pasien
direncanakan untuk pulang.
padahal hal tersebut tidak ada. Saat merasa mendengar bunyi bom dan seperti
melihat darah, pasien merasakan ketakutan yang sangat besar, sehingga pasien
menarik diri dari lingkungan, dan mengurung diri di kamar untuk waktu yang cukup
lama. Saat itu pasien dibawa ke IGD RSJ Yaunin lalu dilakukan ECT kepada pasien,
lalu rutin control ke poli jiwa di RSAM Bukittinggi dan mengonsumsi Risperidone
2 mg sebanyak 2 x sehari. Pasien sempat minum obat rutin dan merasa gejala
membaik, lalu putus obat karena merasa sudah sembuh.
Sekitar tahun 2012 pasien melakukan percobaan bunuh diri mengayuh sepeda
ke jurang yang mengakibatkan wajahnya rusak cukup parah, dan perdarahan di
kepalanya. Di tahun yang sama, kedua orang tua kandung bercerai, dan ayahnya
meninggalkan rumah beserta tanggung jawabnya sebagai seorang ayah. Pada tahun
2013 pasien di masa SMA pasien dibawa ke wc dan dikeroyok oleh teman teman
SMA nya .Sekitar 4 tahun yang lalu, pasien disodomi oleh tetangganya yang
merupakan orang Mentawai. Lalu pasien melakukan tes HIV karena pasien merasa
bisul di bokongnya tidak kunjung sembuh walau sudah berobat. Setelah mengetahui
hasil tes HIV positif, pasien drop kembali. Sejak saat iu, setiap kali pasien mendengar
kata “Mentawai” atau hal-hal yang berhubungan dengan pulau Mentawai, pasien
merasa takut dan marah, hingga pernahh berkata akan membunuh orang yang
16
menyodomi nya. Pasien kontrol ke RS di Padang Panjang dan mendapatkan obat
Risperidone 2 mg 2x1 dan Depakote 250 mg 2x1.
17
3. Riwayat Keluarga
a) Identitas Orang Tua
Orang tua
IDENTITAS Keterangan
Bapak Ibu
Biasa Biasa
Kurang Kurang
Peminum (-), Pecemas (-), Penyedih (-), Perfeksionis (-), Dramatisasi (-),
18
Pencuriga (-), Pencemburu (-), Egois (-), Penakut (-), Tak bertanggung
jawab (-).
c) Saudara
Pasien adalah anak ke dua dari dua bersaudara. Pasien memiliki satu orang
saudara perempuan.
d) Urutan bersaudara dan cantumkan usianya dalam tanda kurung untuk pasien
sendiri lingkari nomornya.*
1. Lk/Pr (29 tahun) : saudara kandung
2. Lk/Pr (27 tahun)
e) Gambaran sikap/perilaku masing – masing saudara pasien dan hubungan
pasien terhadap masing – masing saudara tersebut, hal yang dinyatakan serupa
dengan yang dinyatakan pada gambaran sikap/perilaku pada suami.*
Sdr. Gambaran Sikap dan Kualitas hubungan dengan saudara (akrab/
Ke Perilaku biasa,/kurang/tak peduli)
1 Biasa, suka bergaul Biasa
Ket:
*) coret yang tidak perlu
**) diisi dengan tanda ( + ) atau ( - )
f) Orang lain yang tinggal di rumah pasien dengan gambaran sikap dan tingkah
laku dan bagaimana pasien dengan mereka.*
No Hubungan dengan Gambaran sikap Kualitas hubungan (akrab/
Pasien dan tingkah laku biasa,/kurang/tak peduli)
1 Ibu Kandung Baik Akrab
Ket:
untuk e) dan f) hanya diisi bila informan benar-benar mengetahuinya.
g) Apakah ada riwayat penyakit jiwa, kebiasaan-kebiasaan dan penyakit fisik
(yang ada kaitannya dengan gangguan jiwa) pada anggota keluarga o.s :
Anggota Penyakit Kebiasaan-Kebiasaan Penyakit Fisik
Keluarga Jiwa
Bapak Tidak ada Merokok, obrolan Tidak diketahui
sering tidak nyambung
19
Ibu ada depresi Tidak diketahui
Saudara 1 Tidak ada Tidak ada Tidak diketahui
Nenek Tidak ada Tidak ada Tidak diketahui
Kakek Tidak ada Merokok Tidak diketahui
Skema Pedegree
Keterangan:
Wanita Laki-laki
Pasien Meninggal
20
- Keadaan ibu sewaktu hamil (sebutkan penyakit-penyakit fisik dan atau
kondisi-kondisi mental yang diderita si ibu)
o Kesehatan Fisik : sehat
o Kesehatan Mental: Depresif
- Keadaan melahirkan :
o Aterm (+), partus spontan (+), partus tindakan (-) sebutkan jenis
tindakannya
o Pasien adalah anak yang direncanakan/diinginkan (ya/tidak)
o Jenis kelamin anak sesuai harapan (ya/tidak)
b) Riwayat masa bayi dan kanak-kanak
- Pertumbuhan Fisik : baik, biasa, kurang*
- Minum ASI : (+), sampai usia 6 bulan
- Usia mulai bicara : 10 bulan
- Usia mulai jalan : 10 bulan
- Sukar makan (-), anoreksia nervosa (-), bulimia (-), pika (-), gangguan
hubungan ibu-anak (-), pola tidur baik (+), cemas terhadap orang asing
sesuai umur (-), cemas perpisahan (-), dan lain-lain
c) Simptom-simptom sehubungan dengan problem perilaku yang dijumpai pada
masa kanak – kanak, misalnya: mengisap jari (-), ngompol (-), BAB di tempat
tidur (-), night teror (-), temper tantrum (-), gagap (-), tik (-), masturbasi (-),
mutisme selektif (-), dan lain-lain.
d) Toilet training
Umur : 2,5 tahun
Sikap orang tua :(memaksa/menghargai/membiarkan/memberikan
arahan)
Perasaan anak untuk toilet training ini: baik
e) Kesehatan fisik masa kanak-kanak: demam tinggi disertai menggigau (-),
kejang-kejang (-), demam berlangsung lama (-), trauma kapitis disertai
hilangnya kesadaran (-), dan lain – lain.
f) Temperamen sewaktu anak-anak : pemalu (-), gelisah (-) overaktif (-),
menarik diri (-), suka bergaul (+), suka berolahraga (-), dan lain-lain.
g) Masa sekolah
21
Perihal SD SMP SMA PT
h) Masa remaja: Fobia (-), masturbasi (-), ngompol (-), lari dari rumah (-),
kenakalan remaja (-), perokok berat (-), penggunaan obat terlarang (-),
peminum minuman keras (-), problem berat badan (-), anoreksia nervosa (-),
bulimia (-), perasaan depresi (+), rasa rendah diri (+), cemas (+), gangguan
tidur ( - ), sering sakit kepala ( - ), dan lain-lain.
i) Riwayat Pekerjaan
Pasien pernah bekerja saat usia 26 tahun, kepuasaan kerja (+), pindah-
pindah kerja (+), pekerjaan pasien hanya 1 yaitu membantu toko songket
milik ibu kandung.
Konflik dalam pekerjaan : (-), konflik dengan atasan (-), konflik dengan
22
bawahan (-), konflik dengan kelompok (-).
Keadaan ekonomi*: baik, sedang, kurang (menurut pasien)
23
l) Ciri Kepribadian sebelumnya/Gangguan kepribadian (untuk aksis II)
Keterangan : ( ) beri tanda (+) atau (-)
24
Histrionik Dramatisasi (- ), selalu berusaha menarik perhatian bagi dirinya
( - ), mendambakan rangsangan aktivitas yang menggairahkan (
- ), bereaksi berlebihan terhadap hal-hal sepele (-), egosentris ( -
), suka menuntut ( - ), dependen ( - ), dan lain-lain.
Narsisistik Merasa bangga berlebihan terhadap kehebatan dirinya ( - ),
preokupasi dengan fantasi tentang sukses, kekuasaan dan
kecantikan (-), ekshibisionisme ( - ), membutuhkan perhatian
dan pujian yang terus menerus (- ), hubungan interpersonal yang
eksploitatif (- ), merasa marah, malu, terhina dan rendah diri bila
dikritik (-) dan lain-lain.
Dissosial Tidak peduli dengan perasaan orang lain( - ), sikap yang amat
tidak bertanggung jawab dan berlangsung terus menerus ( - ),
tidak mampu mengalami rasa bersalah dan menarik manfaat dari
pengalaman ( - ), tidak peduli pada norma-norma, peraturan dan
kewajiban sosial ( - ), tidak mampu memelihara suatu hubungan
agar berlangsung lama ( - ), iritabilitas ( - ), agresivitas ( - ),
impulsif (- ), sering berbohong ( - ), sangat cendrung
menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionalisasi yang
masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan
masyarakat ( - )
Ambang Pola hubungan interpersonal yang mendalam dan tidak stabil ( -
), kurangnya pengendalian terhadap kemarahan ( - ), gangguan
identitas ( - ), afek yang tidak mantap ( - ) tidak tahan untuk
berada sendirian ( - ), tindakan mencederai diri sendiri ( - ), rasa
bosan kronik ( - ), dan lain-lain
Menghindar Perasaan tegang dan takut yang pervasif ( - ), merasa dirinya
tidak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang lain ( -
), kengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa
yakin disukai (-), preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan
25
penolakan dalam situasi social (-), menghindari aktivitas sosial
atau pekerjaan yang banyak melibatkan kontak interpersonal
karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.
Anankastik Perasaan ragu-ragu yang hati-hati yang berlebihan ( - ),
preokupasi pada hal-hal yang rinci (details), peraturan, daftar,
urutan, organisasi dan jadwal ( - ), perfeksionisme ( - ), ketelitian
yang berlebihan ( - ), kaku dan keras kepala ( - ), pengabdian
yang berlebihan terhadap pekerjaan sehingga menyampingkan
kesenangan dan nilai-nilai hubungan interpersonal ( - ),
pemaksaan yang berlebihan agar orang lain mengikuti persis
caranya mengerjakan sesuatu ( - ), keterpakuan
yang berlebihan pada kebiasaan sosial ( - ) dan lain-lain.
Dependen Mengalami kesulitan untuk membuat keputusan sehari-hari
tanpa nasehat dan masukan dari orang lain (-), membutuhkan
orang lain untuk mengambil tanggung jawab pada banyak hal
dalam hidupnya
(-), perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian,
karena ketakutan yang dibesar-besarkan tentang
ketidakmampuan mengurus diri sendiri (-), takut ditinggalkan
oleh orang yang dekat dengannya
(-)
6. Riwayat Suicide
Ada riwayat percobaan bunuh diri dengan mengayuh sepeda ke jurang
8. Riwayat agama
Pasien penganut agama Islam
9. Persepsi Dan Harapan Keluarga
Keluarga terdekat seperti ibu dapat memahami kondisi pasien dan berharap pasien
untuk sembuh dan dapat kembali beraktivitas normal serta mendukung penuh proses
pengobatan yang dijalani oleh pasien.
10. Persepsi Dan Harapan Pasien
Pasien sudah menyadari penyakit jiwa yang dialaminya, pasien berharap segera
bisa melakukan aktivitas seperti biasa tanpa menghiraukan berbagai macam hal.
27
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT
Tahun
Tahun
Tahun Tahun 2019
2015
2010 2012
Pasien mulai
Pasien mengalami
berhalusinasi setelah
kecelakaan yang Pasien
menonton sebuah film mengalami Pasien mengetahui
mengakibatkan
yang berisi pelecehan sekusal bahwasanya dia
wajahnya rusak
pembakaran manusia, berupa sodomi mengidap penyakit
cukup parah, dan yang dilakkan
bom, tembak- HIV yang
perdarahan di oleh tetangganya
tembakan serta menyebebkan dia
kepalanya. Kedua yang berasal dari
pembunuhan manusia stress yang
orang tua kandung mentawai, hingga
sehingga terlihat diperberat oleh
bercerai, dan menyebabkan
banyak darah. Pasien pasien mengalami dosennya yang
ayahnya
merasakan ketakutan trauma berat dan membeberkan
meninggalkan
yang sangat besar, mempengaruhi penyakit pasien
rumah beserta orientassi seksual
sehingga pasien
tanggung jawabnya pasien
menarik diri dari
sebagai seorang
lingkungan, dan
ayah.sebelumnya
mengurung diri di
pasien juga sering
kamar untuk waktu
dibully disekolah
yang cukup lama.
dengan cara
dikeroyok di wc
28
GRAFIK PERJALANAN PENYAKIT
29
III. STATUS INTERNUS
• Keadaan Umum : Sakit sedang
• Kesadaran : CMC
• Tekanan Darah : 115/75 mmHg
• Nadi : Teraba, kuat angkat, regular, 86x/menit
• Nafas : Ada, simetris, torakal abdominal, 18x/menit
• Suhu : 36,6’C
• Tinggi Badan : 168 cm
• Berat Badan : 61 kg
• Status Gizi : Normoweight
• Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung I, II reguler,
Murmur (-), gallop (-)
• Sistem Respiratorik : Suara napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
• Sistem Gastrointestinal : Dalam batas normal
• Kelainan Khusus : Tidak ditemukan
30
APR (++/++), sucking (-), glabella (-),
grasping (-), snout (-), Corneomandibular (-),
palmomental (-), kaki klonik (-).
V. STATUS MENTAL
STATUS MENTAL (Pemeriksaan tanggal 14 Agustus 2023)
A. Keadaan Umum
a. Kesadaran/sensorium : compos mentis ( + ), apatis ( - ), somnolen
( - ), stupor ( - ), kesadaran berkabut ( - ), konfusi ( - ), koma ( - ),
delirium
( - ), kesadaran berubah ( - ), dan lain-lain.
b. Penampilan
● Sikap tubuh: biasa ( + ), diam ( - ), aneh ( - ), sikap tegang ( - ), kaku
( - ),gelisah ( - ), kelihatan seperti tua ( - ), kelihatan seperti muda ( + ),
berpakaian sesuai gender ( + ).
● Cara berpakaian : rapi ( - ), biasa ( + ), tak menentu ( - ), sesuai dengan
situasi ( +), kotor ( - ), kesan (dapat mengurus diri )*
● Kesehatan fisik : sehat ( + ), pucat ( - ), lemas ( - ), apatis ( - ), telapak
tangan basah ( - ), dahi berkeringat ( - ), mata terbelalak ( - ).
c. Kontak psikis
Dapat dilakukan ( + ), tidak dapat dilakukan ( - ), wajar ( + ), kurang
wajar ( - ), sebentar ( - ), lama ( + ).
d. Sikap
Kurang Kooperatif ( - ), penuh perhatian ( + ) , berterus terang ( - ),
menggoda ( - ), bermusuhan ( -), suka main-main ( + ), berusaha supaya
disayangi ( - ), selalu menghindar ( -), berhati-hati ( + ), dependen ( - ),
infantil ( - ), curiga ( - ), pasif ( -), dan lain-lain.
e. Tingkah laku dan aktifitas psikomotor
● Cara berjalan : biasa ( + ), sempoyongan ( - ), kaku ( - ), dan lain-lain.
● Ekhopraksia ( - ), katalepsi ( - ), luapan katatonik ( - ), stupor katatonik
( - ), rigiditas katatonik ( - ), posturing katatonik ( - ), cerea flexibilitas
( - ), negativisme ( - ), katapleksi ( - ), stereotipik ( - ), mannerisme ( - ),
otomatisme ( - ), otomatisme perintah ( - ), mutisme ( - ), agitasi
● psikomotor ( - ), hiperaktivitas/ hiperkinesis ( - ), tik ( - ), somnabulisme
( - ), akathisia ( - ), kompulsi( - ), ataksia ( - ), hipoaktivitas ( - ), mimikri
31
( - ), agresi ( - ), acting out ( - ), abulia ( - ), tremor ( - ), ataksia ( - ),
chorea ( - ), distonia (- ), bradikinesia ( - ), rigiditas otot ( -), diskinesia
( - ), convulsi ( - ), seizure ( - ), piromania ( - ), vagabondage (-)
Ket : ( ) diisi ( + ) atau ( - )
B. Verbalisasi dan cara berbicara
a. Spontanitas pembicaraan * : spontan/ tidak
b. Arus pembicaraan* : biasa, cepat, lambat
c. Produktivitas pembicaraan* : biasa, sedikit, banyak
d. Perbendaharaan* : biasa, sedikit, banyak
e. Nada pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
f. Volume pembicaraan* : biasa, menurun, meninggi
g. Isi pembicaraan* : sesuai/ tidak sesuai
h. Penekanan pada pembicaraan* : ada/ tidak
i. Logorrhea, poverty of speech ( - ), diprosodi ( - ), disatria ( - ), gagap
( - ), afasia( - ), bicara kacau ( - )
C. Emosi
• Hidup emosi*: stabilitas (stabil/tidak), pengendalian (adekuat/tidak
32
impuls ( - ).
33
H. Persepsi
a. Halusinasi
Non patologis: Halusinasi hipnagogik ( - ), halusinasi hipnopompik ( - ),
Halusinasi auditorik ( + ) (saat awal masuk rawatan), halusinasi visual
(-), halusinasi olfaktorik ( + ) (saat awal masuk rawatan), halusinasi
gustatorik ( - ), halusinasi taktil ( - ), halusinasi somatik ( - ), halusinasi
liliput ( - ), halusinasi sejalan dengan mood ( - ), halusinasi yang tidak
sejalan dengan mood ( - ), halusinosis ( - ), sinestesia ( - ), halusinasi
perintah (command halusination), trailing phenomenon ( - ).
b. Ilusi ( - )
c. Depersonalisasi ( - ), derealisasi ( - )
I. Mimpi dan Fantasi
a. Mimpi : ( - )
b. Fantasi : ( - )
J. Fungsi kognitif dan fungsi intelektual
a. Orientasi waktu (baik/terganggu), orientasi tempat (baik/terganggu),
orientasi personal (baik/ terganggu), orientasi situasi (baik/ terganggu).
b. Atensi (perhatian) ( + ), distractibilty ( - ), inatensi selektif ( - ),
hipervigilance ( - ), dan lain-lain
c. Konsentrasi (baik/terganggu), kalkulasi (baik/terganggu),
d. Memori (daya ingat) : gangguan memori jangka lama/ remote ( - ),
gangguan memori jangka menengah/ recent past ( - ), gangguan memori
jangka pendek/ baru saja/ recent ( - ), gangguan memori segera/
immediate ( - ). Amnesia ( - ), konfabulasi ( - ), paramnesia ( - ).
e. Luas pengetahuan umum: baik/ terganggu
f. Pikiran konkrit : baik/ terganggu/ sulit dinilai
g. Pikiran abstrak : baik/ terganggu/ sulit dinilai
h. Kemunduran intelek : (Ada/ tidak), Retardasi mental ( - ),
demensia ( - ), pseudodemensia ( - ).
K. Dicriminative
Insight*
34
a. Derajat I (penyangkalan)
b. Derajat II (ambigu)
b. Saat SMA pasien di-bully oleh teman sekolahnya tanpa alasan yang
khusus. Bersamaan dengan itu, kedua orang tua pasien bercerai sehingga
pasien berniat untuk bunuh diri dengan menjatuhkan dirinya ke jurang
sambil menggunakan sepeda yang mengakibatkan kepala pasien
terbentur dan wajah yang rusak parah.
c. Paska kejadian pasien pindah ke SMA yang lain. Saat libur sekolah pasien
disodomi tetangganya yang berasal dari mentawai, sehingga membuat
pasien merasa cemas berlebihan, mudah marah, dan sering mengurung
diri. Setiap kali pasien mendengar kata “Mentawai” atau hal-hal yang
35
berhubungan dengan pulau Mentawai, pasien merasa takut dan marah,
hingga pernah berkata akan membunuh orang yang menyodomi nya.
d. Tahun 2019, pasien kuliah dan terkonfirmasi positif HIV. Pasien merasa
semua orang mengetahui penyakitnya dan merasa orang-orang tidak
menyukainya. Setelah itu, pasien mengambil cuti dan untuk mengisi
waktu luang pasien mencoba bekerja di bank. Orang tua pasien selalu
menanyakan keadaan pasien sehabis pulang kerja, tetapi pasien marah
dan beranggapan jika orang tua pasien menghalang-halangi pekerjaan
pasien.
e. Pada hari Minggu, 9 Juli 2023 teman pasien mengirimkan foto-foto tidak
senonoh kepada pasien sehingga menyebabkan pasien jalan-jalan keluar
rumah, marah-marah, berdiri ditengah jalan, dan menggunting kain
songket milik tetangga. Kemudian korban dibawa ke RSJ Yaunin Padang
kemudian dirujuk ke RSUP M. Djamil. Tanggal 24 Juli 2023 pasien
diperbolehkan pulang.
36
IX. Formulasi Diagnosis
37
tidak ditemukan gejala atau tanda gangguan kepribadian yang bersifat
berkembang dari masa kanak-kanak hingga dewasa, sehingga aksis II pada
pasien ini tidak ada diagnosis. Pada pasien ini ditemukan kondisi medis umum
berupa HIV, sehingga pada aksis III pasien disiagnosa dengan penyakit infeksi
berupa HIV.
Pada pasien ditemukan masalah yang timbul pada axis IV berupa masalah
family support ataupun masalah psikososial dan lingkungan. Pada aksis V,
menurut penilaian GAF (Global Assessment of Functional Scale) saat ini pasien
berada pada nilai 80-71 dimana terdapat gejala sementara dan dapat diatasi,
disabilitas ringan dalam sosial, perkerjaan, dan sekolah. Tetapi saat awal
rawatan menurut penilaian GAF pasien berada pada nilai 30-21 disabilitas berat
dalam komunikasi dan daya nilai, tdiak mampu berfungsi hampir pada semua
bidang.
X. Diagnosis Multiaksial
38
persekutorik, waham curiga, mood swing, mood depresif dan elasi.
c. Lingkungan dan psikososial :
Masalah family support.
XIII. Penatalaksanaan
Terapi yang sudah diberikan
A. Farmakologi:
- Risperidone 2mg 2x1
- Lorazepam 2mg 1x1 (malam)
- Depacote 250mg 2x1
- Quetiapine 200mg 1x1 (malam)
- ARV
B. Psikoterapi
Psikoterapi kepada pasien
- Psikoterapi suportif
Berempati pada pasien, memahami keadaan pasien,
mengarahkanuntuk pemecahan masalah.
- Psikoedukasi
Memberikan pengetahuan kepada pasien tentang gangguan yang
dialaminya, diharapkan pasien dapat secara efektif mengenali
gejala dan penyebab serta terapi yang dibutuhkannya untuk
menghindari kekambuhan atau terjadinya hal-hal yang tidak
diinginkan
39
ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat secara
teratur
XIV. PROGNOSIS
Quo ad vitam : Bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad malam
40
BAB 4
DISKUSI
Seorang pasien laki-laki berusia 27 tahun datang ke IGD RSUP Dr. M. Djamil Padang
pada tanggal 4 Agustus 2023 dengan keluhan utama marah-marah dan mengamuk sejak 8 jam
sebelum masuk rumah sakit. Selain itu didapatkan juga beberapa gejala depresi yang sifatnya
sementara seperti perasaan sedih sampai menangis, sering melamun, sering menyendiri, dan
merasa tidak berguna. Pada saat yang bersamaan, ditemukan episode afektif hipomanik yaitu
tertawa dan tersenyum ketika dibahas mengenai hal-hal yang disukai pasien. Selain itu pada
pasien ini juga ditemukan gejala skizofrenia yaitu mendengar bisikan-bisikan yang
mengganggunya dan halusinasi olfaktori berupa mencium darah.
Atas dasar rangakian gejala di atas, menurut PPDGJ III dapat ditegakkan diagnosis
aksis I berupa gangguan skizoafektif tipe campuran, karena memenuhi kriteria adanya gejala
deprsif dan hipomanik yang sifatnya sementara, dimana kedua gejala tersebut muncul dalam
waktu yang sama. Diagnosis aksis II tidak ada diagnosis. Pada pasien ini ditemukan kondisi
medis umum berupa HIV, sehingga pada aksis III pasien disiagnosa dengan penyakit infeksi
berupa HIV. Aksis IV masalah dengan family support. Aksis V saat dilakukan pemeriksaan
adalah GAF 80-71 dimana terdapat gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam
sosial, perkerjaan, dan sekolah. Tetapi saat awal rawatan menurut penilaian GAF pasien berada
pada nilai 30-21 disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tdiak mampu berfungsi
hampir pada semua bidang.
Terapi yang diberikan adalam psikofarmaka dan psikoterapi. Psikofarmaka anti
psikosis diberikan Risperidone dengan dosis 2mg 2x1 dan lorazepam 2mg 1x1. Risperidone
merupakan obat anti psikotik atipikal dengan rentang dosis 4-8mg perharinya. Risperidone
sangat bermanfaat pada terapi skizofrenia dan bentuk lain psikosis. Risperidone memiliki
kecendrungan lebih tinggi untuk menghasilkan efek samping ekstapiramidal dibandingkan
dengan antipsikotik atipikal lainnya namun bisa diminimalisir dengan penggunaan dosis
terendah. Risperidone juga neniliki kemampuan perbaikan kognisi lebih besar pada skizofrenia
dibandingkan dengan obat neuroliptik tipikal lainnya. Perbaikan memori kerja juga merupakan
efek baik yang ditemukan pada penggunaan risperidone. Lorazepam merupakan obat golongan
benzodiazepine yang berfungsi sebagai anti-ansietas. Dosis yang dianjurkan adalah 1-6mg
setiap harinya. Pasien harus dijelakan mengenai pengobatan dan diberikan pengertian untuk
menyadari bahwa obat merupakan kebutuhan bagi dirinya agar bisa sembuh demi perbaikan
fungsi pada pasien ini.
41
Terapi psikoterapi suportif dan psikoedukasi dengan memberikan kehangatan, empati
dan optimsitik kepada pasien. Membantu pasien mengidentifikasi dan mengekspresikan
emosinya, serta membantu untuk ventilasi. Mengidentifikasi faktor presipitasi dan membantu
mengoreksinya. Membantu memecahkan problem secara terarah. Membantu pasien
mengetahui lebih banyak mengenai gangguan yang dideritanya, diharapkan pasien mempunyai
kemampuan yang semakin efektif untuk mengenali gejala, mencegah munculnya gejala dan
segera mendapatkan pertolongan.
42
Tabel Faktor yang mempengaruhi prognosis :
1. Onset ✓
2. Pekerjaan ✓
3. Pendidikan ✓
4. Kekambuhan ✓
5. Primary Support ✓
6. Ekonomi ✓
7. Respon Obat ✓
8. Genetik ✓
9. Komorbid ✓
10. Insight ✓
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Sadock BJ, dan Grebb JA. Sinopsis Psikiatri, Jilid II. Binarupa Aksara.
Tangerang: 2010. 33-46
2. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-5.Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atmajaya; 2013.
3. Putra AG. Schizoaffective disorder with manic type: a case report. Denpasar: Fakultas
Kedokteran Udayana; 2013.
4. Surbakti RB. A 30 years old man with depressed type of schizoaffective disorder. JMedula
Unila. 2014;3(2):89-95.
5. Rades M, Wulan AJ. Skizoafektif Tipe Campuran. J Medula Unila. 2016;5(2):58-62.
6. Benjamin J, Sadock MD. Virginia A. Kaplan & Sadock’s Pocket Handbook ofPsychiatric
Drug Treatment.
7. Sadock BJ, Kaplan HI, Grebb JA. Kaplan & Sadock’s Synopsis of Psychiatry. 9th ed.
Philadelpia: Lippincott William & Wilkins: 2003.
8. Maslim R. Diagnosis Gangguan Jiwa: Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III. Bagian Ilmu
Kesehatan Jiwa FK-Unika Atmajaya: Jakarta; 2001.
9. Maslim R. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Bagian Ilmu Kesehatan Jiwa FK-Unika
Atmajaya: Jakarta.
10. Melissa Conrad Stöppler. 2013. Schizoaffectivedisorder.
http://www.medicinenet.com. Diakses: 15 Agustus 2023.
44
Lampiran 1. Kutipan Wawancara Psikiatri
45
dimasukin ke rumah sakit
jadinya sakit lah.
Sejak kapan orang tua Sejak masih kecil tapi baru Waham curiga
Hadi sering bertengkar? ngerti kalau orang tua sering
bertengkar itu sejak SMP.
Ayah tu orangnya masa
bodo, nggak tau cara
mendidik anak. Ibu yang
lebih sayang sama aku.
Apalagi ngeliat aku juara
46
sampai bantu usaha ibu naik,
Ayah tu nggak suka. Dia
nggak suka liat aku sukses.
47
cobaan atau hukuman buat
aku.
48
Kenapa diantar ke Si Hadi marah marah Waham Bizarre dan
IGD RS M Djamil dan mengamuk Halusinasi Bizarre
buk? dikarenakan merasa hp
nya menjadi bom dan
dia mengaku kembali
mencium bau bau darah
sejak 8 jam SMRS. Dan
juga 1 hari yang lalu
tidak mau meminum
obat dikarenakan sudah
capek meminum obat.
49
jurang yang
mengakibatkan
wajahnya rusak cukup
parah, dan perdarahan di
kepalanya.
50
Sekarang yang Untuk di Mdjamil ini
keberapa kali Hadi sudah kedua kali Hadi
dirawat? dirawat , kalau di putri
bungsu itu ada dirawat
sekali
51
Lampiran 2. Tulisan Pasien
52