Anda di halaman 1dari 8

Vol.

1 Issue (2) 2021


Jurnal Pendidikan & Pembelajaran Sekolah Dasar
https://ojs.unm.ac.id/jppsd/index
Penggunaan Gambar Luas Daerah untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa
terhadap Operasi Penjumlahan Bilangan Pecahan Di Kelas V
Sekolah Dasar

Ratnah L
Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Provinsi Sulawesi Selatan
Abstrak
Kata kunci: Masalah penelitian ini karena kurangnya pemahaman siswa terhadap
Penjumlahan Pecahan, penjumlahan pecahan khususnya siswa tidak mampu menjumlahkan pecahan
Strategi Pembelajaran, dengan daerah luasan arsiran. Hal ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman
Hasil Belajar guru tentang pembelajaran penjumlahan pecahan dan strategi pembelajaran
pada pecahan. Hasil penelitian ini yaitu pada siklus I (1) penyajian pada tahap
presentase dalam mempragakan gambar luas daerah belum maksimal (2) siswa
mengalami kesulitan dalam menjumlahkan pecahan (3) kerja kelompok belum
maksimal, sedangakan pada siklus II telah menunjuhkan peningkatan yang
signifikan yaitu (1) penyajian pada tahap presentase dalam mempragakan
gambar luas daerah telah maksimal berjalan sesuai dengan rencana (2) siswa
merasa senang mengerjakan soal penjumlahan pecahan dengan menggunakan
gambar luas daerah (3) siswa dapat menenyikan langka-langka penjumlahan
pecahan dengan menggunakan gambar luas daerah Peningkatan itu dapat dilihat
pada siklus I kualifikasi kurang (K), siklus II kualifikasi baik (B). Kesimpulan
penelitian ini adalah dengan menggunakan gambar luas daerah dalam
pembelajaran pecahan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD
Negeri 206 Apala .
Abstract
The problem of this research was due to the lack of students' understanding of
Keywords: the addition of fractions, especially students who were unable to add fractions
Addition of Fractions, with the shaded area. This is due to the teacher's lack of understanding about
Learning Strategies, learning to add fractions and learning strategies for fractions. The results of this
Learning Outcomes study are that in the first cycle (1) the presentation at the percentage stage in
modeling the area image has not been maximized (2) students have difficulty
adding fractions (3) group work has not been maximized, while in the second
cycle it has shown a significant increase, namely (1 ) the presentation at the
percentage stage in modeling the area image has been maximally running
according to the plan (2) students feel happy working on the addition of fractions
using the area image (3) students can sing the steps for adding fractions using
the area image The increase can seen in the first cycle of less qualification (K),
the second cycle of good qualification (B). The conclusion of this research is
that using the area image in fractional learning can improve the learning
outcomes of fifth grade students at SD Negeri 206 Apala .
@ Universitas Negeri Makassar 2021

141
Jurnal Pendidikan & Pembelajaran Sekolah Dasar

Alamat Penulis:
E-mail: ratnah804@gmail.com e-ISSN : 2807-7016

PENDAHULUAN baru (Hudoyo, 1990: 5). Selama ini


pembelajaran matematika masih mengikuti
Matematika sebagai ilmu dasar sangat kebiasaan dengan urutan materi-materi
memegang peranan penting dalam pelajaran seperti : (1) diajarkan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teori/defenisi/teorema, (2) diberikan contoh-
teknologi, misalnya dalam pengembangan ilmu contoh, (3) diberikan latihan-latihan soal.
ekonomi, biologi, kimia dan fisika memerlukan Soedjadi (Ingana, 2003: 3).
matematika. Karena peranan yang demikian itu Telah dijelaskan dalam Kurikulum
maka seharusnya matematika dikuasai sedini Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) bahwa
mungkin oleh para siswa baik aspek terapannya salasatu materi matematika yang sulit dipahami
maupun aspek penalarannya. siswa adalah operasi penjumlahan pecahan,
Ditinjau dari aspek terapannya dalam hal ini jika penguasaan pokok bahasan
matematika sebaiknya dalam pembelajaran di pecahan rendah, maka kemampuan matematika
informasikan kepada siswa bahwa materi yang siswa pada tahap berikutnya akan semakin
diajarkan dapat diterapkan pada bidang apa saja, rendah. Mengingat bahwa kemampuan siswa
utamanya yang berkaitan dengan kehidupan melakukan operasi pecahan sangat dibutuhkan
sehari-hari. Ditinjau dari aspek penalarannya dalam pengembangan pengetahuan matematika
juga diinformasikan kepada siswa bahwa selanjutnya, penanaman konsep harus diberikan
matematika merupakan sarana untuk berfikir sedini mungkin. Untuk dapat memecahkan
logis, analitis dan sistematis. masalah-masalah yang terjadi di sekitarnya,
Dengan mengkonkretkan materi yang misalnya penyelesaian soal-soal cerita, luas, dan
abstrak akan memberikan kesempatan bagi volume bangun-bangun geometri. Semuanya
siswa untuk dapat mengembangkan membutuhkan pengetahauan operasi pecahan,
kemampuannya dalam menciptakan suasana maka sangatlah penting penggunaan benda-
belajar yang kondusif, dan guru dapat benda konkret agar mudah dipahami siswa, jika
menerapkan pembelajaran matematika yang bentuk abstrak dibuatkan konkretnya yang tepat
sesuai dengan materi yang disajikan, dalam mengajarkannya Hudoyo (1996: 12).
sebagaimana pendapat J. Piaget (Muhsetyo, Berdasarkan hasil observasi di SD
2005: 19) menyatakan bahwa anak-anak usia Negeri 206 Apala diperoleh informasi dari guru
sekolah dasar 7 – 12 tahun masih berada dalam bahwa masih banyak materi matematika di
tahap operasional konkret. sekolah dasar belum dikuasai siswa salasatunya
Untuk menciptakan pemahaman siswa, adalah bilangan pecahan dan operasinya.
pengkonkretan obyek-obyek yang akan Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap
dipelajari akan membentuk pemahaman yang guru di SD Negeri 206 Apala terindikasi bahwa
bermakna pada diri dan dapat meningkatkan mereka telah mengajar dengan baik namun
siswa. Matematika sebagai ilmu dan struktur siswa belum juga menguasai sepenuhnya, ini
dalam hubungannya dengan simbol-simbol disebabkan karena guru mengajar tidak
yang diperlukan. Simbol-simbol itu sangat menggunakan benda konkret, guru berangapan
penting untuk membantu memanipulasi aturan- bahwa menggunakan alat peraga hanya
aturan operasi yang ditetapkan, dan simbol- memakan waktu yanga lama sehingga waktu
simbol juga dapat menjamin adanya komunikasi mengajar yang direncanakan tidak di
dan mampu memberikan keterangan untuk laksanakan dengan efisien keadaan seperti ini
membentuk suatu konsep membuat siswa tidak maksimal menyerap

142
Vol, 1. No, 2. Tahun 2021

pelajaran yang disajikan oleh guru, sehinggga (Hudoyo 1990 : 51) bahwa pelajaran
siswa tidak memahami pembelajaran Matematika yang sifatnya abstrak, deduktif dan
khususnya operasi penjumlahan bilangan berjenjang adalah dengan memanipulasi obyek-
pecahan, guru hanya memberikan penjelasan- obyak yang abstrak dalam bentuk konkret
penjelasan materi yang berupa penjelasan dan Bilangan pecahan dan operasinya mulai
pemberian soal-soal latihan, tanpa diajarkan sejak kelas V sekolah dasar, yaitu
mengkonkretkan bilangan-bilangan pecahan dengan memperkenalkan konsep pecahan,
yang diajarkan. pecahan senilai, membandingkan pecahan dan
Pembelajaran seperti ini siswa hanya operasi penjumlahan bilangan pecahan yang
mendengarkan penjelasan dari guru, hanya sederhana. Materi pecahan ini dipelajari
mengikuti apa yang disampaikan sehingga tidak kembali dan dikembangkan di kelas IV dan
memberikan pemahaman terhadap siswa, kelas VI sekolah dasar.
akibatnya siswa mudah melupakan apa yang Untuk mengajarkan operasi hitung
telah di sampaikan oleh guru, yang bilangan pecahan di sekolah dasar, utamanya di
menyebabkan siswa tidak memahami kelas V diperlukan suatu alat peraga yang tepat.
penjumlahan pecahan. Masih banyak ditemukan Karena berkaitan dengan penanaman konsep
siswa yang menjumlahkan penyebut yang tidak dasar. Salasatu teknik yang dapat digunakan
sama. Siswa terkesan dengan bilangan pecahan adalah dengan menggunakan alat peraga media
yang berpenyebut sama sehingga ketika gambar (persegi, persegi panjang, segi tiga, dan
menemukan bilangan pecahan yang lingkaran) agar dapat meningkatkan
penyebutnya tidak sama maka mereka meningkatkan kemampuan siswa terhadap
menjumlahkannya seperti pada pecahan yang operasi penjumlahan bilangan pecahan. Melalui
sama penyebutnya. alat peraga dapat dijelaskan konsep pecahan,
Pemberian konsep terhadap siswa terkait pecahan senilai, membandingkan pecahan dan
dengan penjumlahan pecahan sangat lemah. Hal operasi bilangan pecahan secara nyata.
ini karena tidak adanya media yang digunakan Dari sekian faktor-faktor penyebab
oleh guru untuk membangkitkan skemata siswa materi tidak dikuasai siswa, dalam penelitian
terhadap apa yang tengah dipelajari. Guru tidak ini, penulis hanya meneliti satu faktor yaitu
dapat memberikan konsep tentang tata cara yang berkaitan dengan penggunaan alat peraga
penjumlahan pecahan yang berpenyebut sama yang digunakan guru dalam mengajarkan
dan pecahan yang berpenyebut tidak sama. matematika. Berdasarkan pada uraian pada latar
Indikasi seperti ini memberikan kesan bahwa belakang di atas, penulis melakukan suatu
guru belum memberikan sistem pembelajaran penelitian tindakan dengan judul “Penggunaan
yang maksimal kepada siswa sehingga skemata Gambar Luas Daerah untuk Meningkatkan
siswa selalu monoton Pemahaman Siswa Terhadap Operasi
Kondisi di atas terkesan bahwa guru di Penjumlahan Bilangan Pecahan di Kelas V SD
SD Negeri 206 Apala belum menggunakan Negeri 206 Apala Kabupaten Bone.
benda konkret dalam menyajikan materi
matematika khususnya pada pembelajaran METODE PENELITIAN
penjumlahan pecahan, serta kurang melibatkan Penelitian ini adalah Penelitian
siswa dalam pembelajaran, seperti peragaan Tindakan Kelas (PTK) karakteristik yang khas
benda konkret, siswa tidak diajak untuk dari penelitian ini yakni tindakan-tindakan
mendemonstrasikan alat peraga yang telah di (aksi) yang berulang-ulang untuk memperbaiki
persiapkan oleh guru. Guru hanya proses belajar mengajar di kelas. Yang menjadi
menggunakan metode ceramah dalam subyek penelitian adalah siswa SD Negeri 206
menyampaikan materi dan menyelesaikan soal Apala yang aktif dan terdaftar pada tahun 2021
soal dalam penjumlahan pecahan, sehingga dengan sasaran utama meningkatkan
tidak tertanam konsep operasi penjumlahan kemampuan siswa memahami konsep operasi
pecahan pada diri siswa. Hal ini sejalan dengan

143
Jurnal Pendidikan & Pembelajaran Sekolah Dasar

penjumalah bilangan pecahan melalui Sumber data penelitian ini adalah seluru
penggunaan gambar luas daerah. siswa kelas V SD Negeri 206 Apala
Memilih siswa kelas V sebagai subyek berdasarkan hasil tes awal yang telah di berikan.
penelitian karena (1) masih ditemui siswa Untuk pengumpulan Data dalam penelitian ini
mengalami kesulitan dalam operasi di lakukan dengan tes, wawancara, pengamatan,
penjumlahan bilangan pecahan, (2) di sekolah dan catatan lapangan.
ini belum dilakukan penelitian yang Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan gambar luas daerah dalam dilakukan selama dan sesuda pengumpulan
penjumlahan pecahan, (3) adanya dukungan data. Analisis data dilakukan dengan
dari kepala sekolah dan guru terhadap membandingkan hasil pengamatan,
pelakanaan penelitian ini Wawancara, Catatan lapangan dengan
Untuk mejawab permasalahan di atas, indikator-indikator pada tahap refleksi dari data
ada beberapa faftor yang akan diselidiki, yaitu : penelitian. Data yang terkumpul dianalisis
Faktor Siswa, yaitu dengan melihat apakah dengan menggunakan analisis kualitatif yang
tingkat kemampuan siswa pada pokok bahasan dikembangkan oleh Miles dan Huberman
penjumlahan pecahan dalam kategori rendah, (1992:18) yang terdiri dari tiga tahap kegiatan
sedang atau tinggi. Faktor guru yaitu dengan yang dilakukan secara berurutan, yaitu: (1)
memperhatikan bagaimana persiapan materi mereduksi data, (2) menyajikan data, (3)
dan kesesuaian pendekatan pembelajaran yang menarik kesimpulan, (4) verifikasi data.
digunakan dalam pembelajaran penjumalahan Ada dua teknik triangulasi yang
pecahan.Faktor sumber belajar yaitu dengan dilakukan dalam penelitian ini, triangulasi
memperhatikan sumber belajar yang digunakan dengan metode dan triangulasi dengan sumber.
apakah sesuai dengan tujuan yang hendak Triangulasi dengan metode dilakukan dengan
dicapai, demikian pula latihan-latihan yang cara membandingkan dan mengecek balik
diberikan, apakah sudah berjenjang sesuai sesutu informasi yang diproleh melalui
dengan tingkat kemampuan siswa serta dengan observasi, wawancara, catatan lapangan, dan tes
tujuan yang akan dicapai sesuai dengan tahapan akhir tindakan. Triangulasi dengan sumber
penggunaan gambar luas daerah sebagai media dilakukan dengan cara membandingkan data
pembelajaran. hasil observasi teman sejawat dan observasi
Sesuai dengan jenis penelitian yang peneliti dengan hasil wawancara.
telah dikemukakan sebelumnya, maka Dalam penelitian ini, penulis terlebih
kehadiran peneliti di lapangan sangat dahulu melakukan tes awal berupa tes
diperlukan. Dalam penelitian ini peneliti diagnostic untuk mengetahui kemampuan awal
berfungsi sebagai instrument kunci dan pemberi siswa, sebelum diberikan tindakan. Selain tes
tindakan. Sebagai intrumen kunci, artinya awal, penulis juga melakukan observasi awal
peneliti sebagai pengamat, dan pewawancara. untuk mengetahui ketetapan tindakan yang akan
Sebagai pengamat, peneliti mengamati aktivitas diberika dalam rangka meningkatkan hasil
siswa selama berlangsungnya kegiatan belajar matematika khususnya penjumlahan
pembelajaran. Sebagai pewawancara, peneliti pecahan. Dari hasil evaluasi dan observasi
mewawancarai subyek penelitian berdasarkan awal,maka dalam refleksi ditetapkan tindakan
jawaban yang telah diberikan pada setiap tes yang digunakan untuk menungkatkan hasil
atau tugas yang telah dikerjakan. belajar matematika siswa, yaitu melalui
Penelitian ini berupa hasil pekerjaan pembelajaran dengan menggunakan gambar
siswa terhadap soal yang diberikan yang luas daerah sebagai media pembelajaran.
meliputi (1) tes awal sebelum tindakan, (2) hasil
wawancara dengan subyek penelitian, (3) hasil
pengamatan selama pembelajaran berlangsung,
(4) hasil catatan lapangan tentang kegiatan HASIL PENELITIAN
pembelajaran yang berkitan dengan tindakan. 1. Tindakan Siklus I

144
Vol, 1. No, 2. Tahun 2021

Beberapa temuan yang diperoleh pada untuk menyelesaikan soal penjumlahan


pelaksanaan tindakan I adalah sebagai berikut pecahan yang berpenyebut sama
a. Siswa merasa senang belajar dengan c. Siswa senang menggunaan alat peraga
menggunakan gambar luas daerah. Hal ini dalam mengikuti pembelajaran. Mereka
ditunjukkan dengan sikap aktif dan antusias kelihatan seperti bermain namun tetap
waktu mereka bekerja menyelesaikan soal serius mengerjakan tugas
penjumlahan pecahan d. Berdasarkan hasil tes awal dan hasil
b. Penggunaan gambar luas daerah membantu wawancara dengan subyek penelitian siswa
siswa dapat menentukan langkah-langkah dapat memahami materi dengan baik.
untuk menyelesaikan soal penjumlahan e. Siswa terlibat aktif dalam tugas kelompok.
pecahan yang berpenyebut sama Mereka bekerja sama dalam kelompok dan
c. Siswa senang menggunaan alat peraga memberi kepercayaan kepada teman dalam
dalam mengikuti pembelajaran. Mereka menyelesaikan tugas tanpa memandang
kelihatan seperti bermain namun tetap perbedaan kemampuan.
serius mengerjakan tugas f. Siswa dalam menyelesaikan dalam
d. Berdasarkan hasil tes awal dan hasil menyelesaikan soal penjumlahan pecahan
wawancara dengan subyek penelitian siswa memberi pendapat dan ide serta
dapat memahami materi dengan baik. memperhatikan pendapat yang disampaikan
e. Siswa terlibat aktif dalam tugas kelompok. teman kelompok.
Mereka bekerja sama dalam kelompok dan g. Siswa yang mengalami kesulitan
memberi kepercayaan kepada teman dalam menyelesaikan tugas bertanya kepada
menyelesaikan tugas tanpa memandang teman dalam kelompok terlebih dahulu
perbedaan kemampuan. sebelum bertanya kepada guru.
f. Siswa dalam menyelesaikan dalam h. Kegiatan belajar dalam kelompok
menyelesaikan soal penjumlahan pecahan membutuhkan waktu yang lebih cepat dari
memberi pendapat dan ide serta yang direncanakan. Alokasi waktu dalam
memperhatikan pendapat yang disampaikan kegiatan belajar kelompok 30 menit tetapi
teman kelompok. pada pelaksanaannya membutuhkan waktu
g. Siswa yang mengalami kesulitan 25 menit.
menyelesaikan tugas bertanya kepada
teman dalam kelompok terlebih dahulu PEMBAHASAN
sebelum bertanya kepada guru. Hasil penelitian terhadap aktifitas dan
h. Kegiatan belajar dalam kelompok hasil belajar dengan menggunakan gambar luas
membutuhkan waktu yang lebih lama dari daerah, melalui tiga tahapan yaitu, konsep
yang direncanakan. Alokasi waktu dalam pacahan, pecahan senilai, dan penjumlahan
kegiatan belajar kelompok 30 menit tetapi pecahan. Pada siklus pertama tindakan siklus I
pada pelaksanaannya membutuhkan waktu dan tindakan siklus II mengalami peningkatan
40 menit. yang signifikan.
2. Tindakan Siklus II Hasil tindakan siklus I pertama belum
Beberapa temuan yang diperoleh pada mencapai hasil yang diharapkan karena
pelaksanaan siklus II sama dengan temuan sebagian subyek belum memahami pecahan,
tindakan I yaitu yang terdiri dari menentukan KPK, pecahan
a. Siswa merasa senang belajar dengan senilai, dan penjumlahan pecahan. pada tahap
menggunakan gambar luas daerah. Hal ini pertama menggunakan gambar luas daerah
ditunjukkan dengan sikap aktif dan antusias dalam penjumlahan pecahan siswa belum dapat
waktu mereka bekerja menyelesaikan soal menentukan lambang bilangan pecahan daerah
penjumlahan pecahan yang diarsir, Namun siswa aktif dalam
b. Penggunaan gambar luas daerah membantu pembelajaran dan menyadari pentingnya
siswa dapat menentukan langkah-langkah memahami operasi penjumlahan pecahan. Hal

145
Jurnal Pendidikan & Pembelajaran Sekolah Dasar

ini terbukti bahwa siswa sudah memahami Kemampuan siswa pada penjumlahan pecahan
penjumlahan pecahan yang luas, akan dengan menggunakam gambar luas daerah.
menghasilkan pengetahuan yang berarti dalam Nampak bahwa pembelajaran belajar dengan
kehidupan sehari-hari. menggunakan alat peraga luas daerah bangun
Siswa juga sudah memilih topik yang persegi dapat meningktkan pemahaman siswa
menarik sesuai kenyataan yang ia alami dalam penjumlahan pecahan.
kehidupannya, hal ini menunjukan bahwa siswa Pada saat menjumlahkan pecahan siswa
yang telah memahami konsep penjumlahan sudah menyadari bahwa menjumlahkan
pecahan merupakan syarat pembelajaran yang pecahan adalah rangkaian proses dengan hasil
baik, artinya penilaian dapat memacu semangat yang sempurna. Dengan demikian siswa telah
untuk mengembangkan pembelajaran menyadari bahwa menjumlahkan pecahan
khususnya dalam penjumlahan pecahan. memerlukan latihan yang intensif. Hal ini telah
Keberhasilan tindakan siklus II terbukti bahwa dengan latihan secara intensif
mencapai kualifikasi yang sangat baik karena dapat menunjukan hasil yang baik. Pada
pada kegiatan yang terakhir dalam penjumlahan tindakan kedua yaitu kualifikasi sangat baik.
pecahan siswa mampu menjumlahkan pecahan Pada siklus pertama dari tindakan I
dengan menggunakan gambar luas daerah sampai tindakan ke siklus II PTK ini, siswa
arsiran. Hal ini menunjukan bahwa siswa telah telah melakukan kegiatan operasi penjumlahan
memahami makna model dan luas daerah bilangan pecahan dengan kualifikasi sangat
arsiran pada pecahan, sejalan dengan penjelasan baik. Hal ini terlihat dari siswa telah memahami
dan prediksi (Herawati,1994: 94) bahwa dalam tahapan-tahapan ini yaitu tahap pemahaman dan
pembelajaran matematika utamanya pada penyempurnaan penjumlahan yang telah
jenjang sekolah dasar sangat diperlukan suatu dihasilkan. Kegiatan penjumlahan pecahan
teknik yang tepat agar konsep matematika yang adalah menjumlahkan bagian bagian dari suatu
diajarkan dapat dipahami dengan baik oleh kesatuan yang utuh dibagi sama.
siswa. Salasatu teknik yang digunakan adalah Keberhasilan tindakan pembelajaran
penggunaan gambar luas daerah sebagai media dengan menggunakan gambar luas daerah pada
pembelajaran untuk menjelaskan suatu konsep penjumlahan pecahan dari tindakan ketindakan
khususnya penjumlahan bilangan pecahan, serta disebabkan oleh kemampuan siswa dalam
bertujuan untuk mengurangi tingkat abstraksi memahami konsep penjumlahan pecahan yaitu
siswa Soejadi (Herawati,1994:15) pemahaman dan kesempurnaan jawaban sesuai
Keberhasilan siklus dari tindakan- dengan langkah-langkah penjumlahan pecahan
tindakan karena siswa telah memahami konsep sejalan dengan teori pembelajaran yang
penjumlahan pecahan, yaitu menentukan dilaksanakan.
lambang bilangan pecahan, kelipatan Selain keberhasilan karena adanya
persekutuan terkecil (KPK) dan pecahan senilai. kemampuan siswa mengembangkan
Langkah-langkah mempergunakan konsep pemahamannya juga ditunjang oleh
pecahan meningkatkan pemahaman siswa kemampuan-kemampuan menggunakan
terhadap operasi penjumlahan bilangan konsep, hal ini sejalan dengan pendapat
pecahan. (Hudoyo, 1990: 5) bahwa matematika sebagai
Keberhasilan PTK dari tindakan ilmu mengenai struktur dalam hubunganya
ketindakan karena siswa telah memahami dengan simbol-simbol sangat penting untuk
tahap-tahap operasi penjumlahan bilangan membantu memanipulasi aturan-aturan dengan
pecahan yaitu pengembangan seluruh pada operasi yang ditetapkan. Simbol-simbol
tahap penanaman konsep. Pada tahap ini siswa menjamin adanya komunikasi dan mampu
memahami nilai pecahan yang dijumlahkan, memberikan keterangan untuk suatu konsep
mengapa hasilnya begini atau begitu, apa baru.
manfaat dan tujuan penjumlahan dan bagaimana Selain keberhasilan menggunakan
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. gambar luas daerah sebagai media pembelajaran

146
Vol, 1. No, 2. Tahun 2021

dalam PTK ini, juga disebabkan oleh adanya Penjumlahan Pecahan: IKIP
penggunaan alat peraga dalam pembelajaran hal SURABAYA
ini sejalan dengan Nur faida (Soewito,1992: 5) Hudoyo, Herman. 1990. Mengajar Beajar
“siswa yang melihat langsung pengertian Matematika Usaha Nasional : Surabaya
konsep-konsep dari suatu materi pada benda- …………………. 1996. Pengembangan
benda konkret yang sedang diperagakan dapat Kurikulum Matematika dan
menimbulkan motifasi dan minat belajar siswa Pelaksanaannya di Depan Kelas. Usaha
sekolah dasar. Nasional: Surabaya
Inganah S. 2003. Model Pembelajaran Segi
SIMPULAN DAN SARAN Empat Dengan Pendekatan Realistik
Pada Siswa Kelas II SLTP Negeri III
Penggunaan gambar luas daerah dalam Batu. Tesis Tidak Diterbitkan
pembelajaran penjumlahan pecahan dapat Latri. 2003. Pembelajaran Volume Kubus dan
meningkatkan pemahaman siswa kelas V SD Balok Secara Kontribusi Dengan
Negeri 206 Apala. Hal ini dapat dilihat pada Menggunakan Alat Peraga di Kelas VI
perkembangan setiap siklus. Pada siklus I belum SDN 10 Watampone. Proposal Tesis
menunjukkan hasil yang memuaskan setelah Tidak Diterbitkan
siklus II siswa telah memperoleh pemahaman
tentang penjumlahan pecahan. Proses Miles, M.B dan Huberman. Analisis Data
pembelajaran dengan menggunakan gambar Kualitatif. Terjemahan oleh Tjeptjep
luas daerah dari aspek guru dan siswa dapat Rohidi 1992 Jakarta UI Press
dicapai karena dari tindakan ketindakan refleksi
dan perbaikan dengan melalui kolaborasi yang Moleong, L.J 1994 Metodologi Penelitian
baik dengan pihak terkait dalam penelitian. Kualitatif. Remajarosdakarya. Bandung
Hasil belajar dengan menggunakan gambar luas
daerah siswa kelas V SD Negeri 206 Apala telah Muhsetio G. 2005. Pembelajaran Matematika
mengalami peningkatan khususnya pada di SD: Universitas Terbuka
pembelajaran penjumlahan pecahan.
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat Ramadhoni,R. 1996. Anlisis Kemampuan
diberikan saran sebagai berikut kepada guru SD Menyelesaikan Kemampuan Operasi
agar menggunakan gambar luas daerah sebagai Pecahan dalam Soal Cerita Matematika.
salasatu alternatif meningkatkan pemahman dan Skripsi. FPMIPA IKIP Ujung Pandang.
hasil belajar siswa dalam pembelajaran operasi
penjumlahan bilangan pecahan. Kepada Roi Jokers. 1991. Mengajar dengan Sukses :
mahasiswa yang akan melaksanakan PPL Gresindo Jakarta
diharapkan dapat menerapkan penggunaan
gambar luas daerah dalam pembelajaran Rusiyan, Tabrani. 1989. Pendekatan Dalam
penjumlahan pecahan juga kelak nanti menjadi Proses Belajar Mengajar : Remaja Karya
guru. Bandung

Susanto, 2007. Pengembangan KTSP Dengan


DAFTAR PUSTAKA Manajemen Visi. Jakarta
Arsyad Azhar, 2004. Media Pembelajaran. Soenarto Sunaryo. 2002. Interaksi
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Pembelajaran dan Pengelolaan Kelas.
Hartono P. 2003. Tahap-Tahap Perkembangan Depdiknas: Jakarta
Kognitif Siswa: Depdiknas Jakarta
Herawati Susi.1994. Memantapkan Sukarman, Herry. 2002. Pengelolaan Proses
Penggunaan Model Bagian Suatu Belajar Mengajar. Depdiknas.
Daerah Untuk Mengajarkan

147
Jurnal Pendidikan & Pembelajaran Sekolah Dasar

Tiro, M Arif 1994. Cara Mengajar Konsep


Pecahan di Sekolah Dasar
“Transfprmasi” Vol. 1 1994. Ujung
pandang.

Winkel, W.S. 1991. Psikologi Pengajaran.


Remaja Karya: Bandung

Wiriaatmadja R, 2005. Metode Penelitian


Tindakan Kelas. Remaja Rosda Karya:
Bandung

148

Anda mungkin juga menyukai