Nilai Filosofis Kagaluhan Dalam Bidang Ekonomi Dan Sosial Salinan
Nilai Filosofis Kagaluhan Dalam Bidang Ekonomi Dan Sosial Salinan
Dosen Pengampu:
Oleh:
2107220009
2022/2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, saya panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, karena atas
Rahmat dan Ridhonya, penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
“NILAI FILOSOFIS KAGALUHAN DALAM BIDANG EKONOMI DAN
BIDANG SOSIAL”, makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas UAS
mata kuliah Kagaluhan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada Dosen
Mata Kuliah Bahasa Indonesia yaitu Ibu Dewi Ratih, S.Pd., M.Pd. yang telah
memberikan tugas untuk membuat makalah ini sehingga penulis dapat menambah
wawasan serta pengetahuan tentang Nilai Filosofis Kagaluhan dalam Bidang
Ekonomi dan Bidang Sosial.
Dalam makalah ini penulis berharap agar pembaca dapat mengetahui Nilai
Filosofis Kagaluhan dalam Bidang Ekonomi dan Bidang Sosial. Penulis
menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak. Penulis berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat khususnya bagi peserta didik dalam meningkatkan pembelajaran
sejarah dan kegaluhan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAAN....................................................................................1
1.3 Tujuan............................................................................................................2
1.4 Manfaat..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
2.1 Definisi Nilai Filosofis Kagaluhan pada Bidang Ekonomi dan Sosial.....3
3.1 Kesimpulan..............................................................................................22
3.2 Saran.............................................................................................................22
ii
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................23
iii
BAB I
PENDAHULUAAN
1.1 Latar Belakang
Kondisi atau perkembangan yang ada pada saat ini, khususnya dalam
bidang ekonomi dan bidang sosial tidak terlepas dari adanya keterlibatan peran
sejarah dalam perkembangannya tersebut. Sejarah merupakan kesinambungan atas
perubahan dan perkembangan pada massa kini yang disebabkan oleh pristiwa atau
kondisi yang terjadisebelumnya atau masa lalu, karena kondisi yang ada pada saat
ini tidak muncul begitu saja. Wertheim,menuliskan, “History is a continuity and
change” yang artinya sejarah adalah peristiwa yang berkesinambungan dan
perubahan.
1
2
1.3 Tujuan
1. Untuk memberi pengetahuan tentang nilai-nilai filosofis kagaluhan pada
bidang sosial dan bidang ekonomi.
2. Untuk mengetahui Apa saja nilai-nilai filosofis kagaluhan pada bidang
sosial dan bidang ekonomi.
3. Untuk melihat bukti berupa bentuk peninggalan-peninggalan pada massa
kerajaan galuh dalam perkembangan bidang sosial dan bidang ekonomi.
4. Kajian ini akan mengkaji pengetahuan tentang nilai-nilai filosofis
kagaluhan pada bidang sosial dan bidang ekonomi sebagai manfaat
pengetahuan tentang sejarah kagaluhan pada bidang sosial dan bidang
ekonomi.
1.4 Manfaat
1. Untuk menambah pengetahuan tentang nilai-nilai filosofis kagaluhan
pada bidang sosial dan bidang ekonomi.
2. Untuk membantu pembaca mengapresiasi nilai-nilai filosofis
kagaluhan pada bidang sosial dan bidang ekonomi, sekaligus sebagai
bentuk pelestarian sejarah budaya lokal kagaluhan melalui pendidikan
kagaluhan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Nilai Filosofis Kagaluhan pada Bidang Ekonomi dan Sosial
2.1.1 Pengertian Kagaluhan
Menurut Poerbatjaraka (Iskandar, 1998: 14), galuh berasal dari bahasa
Sansekerta galu yang berarti perak atau permata. Selain itu, galu juga biasa
dipergunakan untuk menyebut putri raja (yang sedangmenerima) dan belum
menikah. Senada diungkapkan Iskandar (1997: 96), menyebutkan bahwa
secaratradisional oleh orang Jawa Barat, galeuh atau inti. Dari pengertiantersebut
timbul pergeseran kata inti menjadi hati, sebagai inti darimanusia. Dalam
pengertian lain, kata galeuh disejajarkan dengan kata galih, kata halus dari beuli
(beli).
Sukardja (2002: 2), menyebutkan bahwa kata galuh terkait dengan ilmu
kagaluhan, yakni ilmu yang mengajarkan tentang falsafah kehidupan manusia.
Dalam pada itu, galuh diartikan sebagai permata, tetapi bukan permata yang
berkilauan melainkan permatakehidupan. Permata kehidupan kelak itu letaknya
ditengah-tengah hati, istilah dalam bahasa Sunda Galuh Galeuhna Galih. Permata
kehidupan itu adalahkejujuran menjalani hidup, yang berarti hidup haruslah jujur
agar tercapai kesempurnaan dan terhindar darisegala godaan yang
menyengsarakan. Ilmu kagaluhanitu menuntun manusia untuk mencapai
keselamatanhidup lahir dan batin.
W.J. van der Meulen S.J. dalam bukunya berjudul Indonesia di Ambang
Sejarah (1988),menyatakan kata ”galuh” berasal dari kata “saka lo” (bahasa
Tagalog) yang berarti “dari sungai asalnya” =air. Kata itu berubah menjadi
“segaluh/sagaluh”.
3
dimaknai sebagai galeuh (bhs. Sunda) yang berarti “bagian di jero tangkal kai nu
pang teuasna” (Danadibrata, 2009: 202). Arti-arti kata tersebut jelassangat
simbolis dan sarat muatan makna yang sangat dalam.
Eksistensi kerajaan dan kabupaten dengan penggunaan kata ini diikuti oleh
corak kehidupan masyarakat yang melahirkan budaya Galuh. Dalam budaya
Galuh terkandung hal-hal yang berupa kearifan lokal, sekaligus bersifat falsafah
yang disebut ”Falsafah Kagaluhan”. Falsafah ini merupakan suatu ilmu yang
diciptakan oleh Prabu Haurkuning – keturunan raja Galuh –, sehingga ilmu itu
disebut ”Elmu Kagaluhan Haurkuning”. Inti ilmu/falsafah itu adalah prinsip
dalam kehidupan manusia:
”Hirup kumbuh téh kudu didasaran ku silih asih. Ananging hirup téh teu
cukup ku asih baé, tapi kudu dipirig ku budi pekerti anu hadé. Kudu aya
pamilih antara hadé jeung goréng. Ari nu sok kaseungitkeun teh taya lian
anging anu berbudi”.
Satu hal yang pasti bahwa kata ‘Galuh’ ini memiliki landasan filosofis yang dalam
setidaknya kalau kita merujuk etimologi (asal kata) dari kata itu sendiri. Apalagi
hal ini diperkuat dengan falsafah kegaluhan.
Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, nilai bukan benda
konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut
pembuktian empirik, melainkan sosial penghayatan yang dikehendaki, disenangi,
dan tidak disenangi.
Adapun pengertian nilai menurut pendapat beberapa para ahli antara lain:
1. Menurut Milton Rekeach dan James Bank, nilai adalah suatu tipe
kepercayaan
2. yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan dalam mana
seseorang
3. bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau memiliki dan dipercayai.
4. Menurut Lauis D. Kattsof yang dikutip Syamsul Maarif mengartikan nilai
sebagai berikut: Pertama, nilai merupakan kualitas empiris yang tidak dapat
didefinisikan, tetapi kita dapat mengalami dan memahami cara langsung
kualitas yang terdapat dalam objek itu. Dengan demikian nilai tidak semata-
mata subjektif, melainkan ada tolok ukur yang pasti terletak pada esensi
objek itu. Kedua, nilai sebagai objek dari suatukepentingan, yakni suatu
objek yang berada dalam kenyataan maupunpikiran. Ketiga, nilai sebagai
hasil dari pemberian nilai, nilai itudiciptakan oleh situasi kehidupan.
5. Menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yangmelekat pada sesuatu
(Sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi
arti (manusia yang meyakini). Jadi nilai adalah sesuatu yang bermanfaat dan
berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku.
Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa nilai merupakan
esensi yang melekat pada sesuatu yang sangat berarti bagi kehidupan manusia.
Jadi nilai adalah sesuatu yang dipentingkanmanusia sebagai subyek menyangkut
segala sesuatu baik atau yang buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau maksud
dari berbagai pengalaman dengan seleksi perilaku yang ketat. Esensi belum berarti
sebelum dibutuhkan oleh manusia, tetapi tidak berarti adanya esensi karena
adanya manusia yang membutuhkan. Hanya saja kebermaknaan esensi tersebut
semakin meningkat sesuai dengan peningkatan daya tangkap pemaknaan manusia
itu sendiri.
Nilai mempunyai dua segi intelektual dan emosional. Nilai sebagai daya
pendorong dalam hidup, yang memberi makna pada tindakan seseorang.
Kombinasi kedua dimensi tersebut akan menentukan sesuatu nilai beserta
fungsinya dalam kehidupan. Bila dalam pemberian makna dan pengabsahan
terhadap suatu tindakan, unsur emosionalnya kecil sekali, sementara unsur
intelektualnya lebih dominan, kombinasi tersebut disebut norma norma atau
prinsip. Norma-norma atau prinsip-prinsip seperti keimanan, keadilan,
persaudaraan dan sebagainya baru menjadi nilai-nilai apabila dilaksanakan dalam
pola tingkah laku dan pola berfikir suatu kelompok, jado norma bersifat universal
dan absolut, sedangkan nila-nilai khusus dan relatif bagi masing-masing
kelompok.
Secara umum, nilai adalah konsep yang menunjuk pada hal hal yang
dianggap berharga dalam kehidupan manusia, yaitu tentang apa yang dianggap
baik, layak, pantas, benar, penting, indah, dan dikehendaki oleh masyarakat dalam
kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, hal-hal yang dianggap tidak pantas,buruk,
salah dan tidak indah dianggap sebagai sesuatu yang tidak bernilai. Sesuatu
dikatakan mempunyai nilai, apabila mempunyai kegunaan, kebenaran, kebaikan
dan keindahan. Sedangkan nilai menurut Bapak Simon Sihombing salah satu
warga masyarakat Desa Bero Jaya Timur adalah sebagai suatu keyakinan dan
rujukan untuk menentukan sebuah pilihan.
Berdasarkan dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa
nilai adalah suatu keyakinan mengenai cara bertingkah laku dan tujuan akhir yang
diinginkan individu, dan digunakan sebagai prinsip atau standar dalam hidupnya.
Selain itu definisi dari filsafat banyak dicetuskan oleh para ahli filsafat
atau filsuf seperti:
Cicero yang berpendapat bahwa filsafat adalah sebagai ibu dari semua seni
atau (the mother of all the art) ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars
vitae yang berarti seni kehidupan.
Menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi
kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika,
retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika.
Menurut Plato, filsafat merupakan pengetahuan yang mencoba untuk
mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli. Menurut Descrates,
filsafat merupakan semua pengetahuan di mana Tuhan, alam, manusia
menjadi pokok penyelidikan.
Filosofis berasal dari kata filsafat yang berarti pandangan hidup
seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai
kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap
seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara
mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan
segala hubungan.
Raja Galuh sekaligus Raja sunda ke-3 yaitu Senna memerintah selama 9 tahun
(309 M- 716 M), bergelar Sang Prabu Bratasenna raja putra linggabumi. Ia
bersahabat dengan Tarusbawa raja kerajaan sunda yang memerintah selama 54
tahun (669 M – 723 M). Karena anak Tarusbawa meninggal, Maka dari itu,
Sanjaya anak raja Senna dinikahkan dengan cucu Tarusbawa yang bernama Dewi
Tejakanca Hayu Purwangi atau Nyai Sekar Kancana.
Purbasora menjadi penguasa kerajaan galuh dari tahun 716 M – 703 M, dan
istrinya bernama Dewi Citra Kirana Putri raja Indraprahasta, Sang Resi Padma
Hariwangsa. Lalu Sanjaya bertekad balas dendam terhadap keluarga Purbasora,
dan ia meminta bantuan Tarusbawa, sahabat ayahnya yang juga kakek istrinya.
Sebelum penyerangan di lancarkan, Sanjaya telah menyiapakan pasukan khusus
yang ia pimpin langsung di daerah gunung shawal. Penyerangan tersebut
dilakukan secara mendadak dan pada malam hari yang imbasnya seluruh keluarga
purbasore tewas. Hanya Bimaraksa yang menjabat patih kerajaan galuh menantu
purbasora yang lolos. Bimaraksa merupakan cucu writakandayun dari putra kedua
Resi Guru Jantaka.
Karena tahta galuh yang kosong sanjaya terpaksa mengangkat dirinya menjadi
raja galuh sekaligus raja sunda sayangnya, Sanjaya menyadari bahwa
kehadirannya di Kerajaan Galuh kurang disenangi karena ia orang Pakuan
(Sunda)
Raja Galuh ke 5 yaitu Premana Dikusuma atau Bagawat Sajalajaya yaitu cucu
Purbasora. Permana memperistri cucu ki Balangantrang yakni Naganingrum.
Putra mereka bernama Manarah atau Surotama. Maka suami istri itu untuk
mewakili keturunan sempakwaja anak pertama, writakandayun anak kedua, agar
lebih mudah mengontrol Kerajaan Galuh.
Gambar 1 Batu dan Coet di museum situs karangkamulyan. Sumber gambar: Dokumentasi pribadi
Terjemahannya:
Terjemahannya:
Salah satu cerita pantun yang menceritakan tentang kegiatan bertani huma
adalah cerita pantun Lutung Kasarung yang dianggap suci (Ekadjati, Kebudayaan
Sunda Zaman Pajajaran, 2005:148–149). Dalam cerita pantun tersebut
diterangkan mengenai cara-cara berladang yang baik dan benar serta cara
berladang yang buruk dan salah. Menurut cerita pantun tersebut cara berladang
yang baik harus memperhatikan pergantian musim. Penggarapan ladang sebaiknya
dimulai dan diakhiri pada musim kemarau. Sedangkan penanaman benih dan
sampai selesai pemeliharaan tanaman dilaksanakan selama musim penghujan.
Dalam naskah pantun tersebut juga diuraikan mengenai tatacara pembukaan hutan
untuk dijadikan ladang, pembuatan pupuk, cara pemanfaatan lahan, cara
membersihkan dan menjaga ladang, tatacara memanen, dan upacara yang
berhubungan dengan pemujaan kepada Dewi Padi yaitu Nyi Pohaci Sanghiyang
Sri (Ekadjati, 1995:364–365). Berdasarkan keterangan dari berbagai sumber
tersebut, masyarakat Sunda pada umumnya merupakan masyarakat peladang.
Kerajaan Sunda dapat digolongkan dalam kerajaan yang menyandarkan hidupnya
pada pertanian. Bentuk pertanian yang berlangsung di Kerajaan Sunda terutama
adalah perladangan (Poesponegoro & Notosusanto, 2009:417).
Kegiatan sosial
3. Massa kolonial
Kadar lumpur air Ci Manuk tergolong tinggi yaitu rata-rata 2.850 mg/liter,
sementara kadar maksimum adalah 8.840 mg/liter, karena memiliki kadar lumpur
yang cukup tinggi maka pertumbuhan daratan baru (akrasi) di kawasan muara
berlangsung dengan kecepatan kurang lebih 200 meter/tahun. Dua faktor penting
yang mempengaruhi dinamika alur Ci Manuk yaitu perubahan yang drastis debit
sungai dan kandungan lumpur yang cukup tinggi. Ci Lutung sebagai salah satu
anak sungai Ci Manuk juga mempunyai arti penting, sungai ini juga memiliki
kadar lumpur lebih dari 2.850 mg/liter. Dari kandungan lumpur yang demikian
tinggi tersebut ditambah dengan kandungan lumpur Ci Manuk dapat mencapai 27
juta ton/tahun. Akibatnya kawasan muara Ci Manuk akan mengalami proses
pendangkalan (akrasi) yang sangat luas dan cepat. Material sedimen terangkut
aliran Ci Manuk memiliki beragam ukuran butir, gosong pasir terkadang
terbentuk pada tengah alur sungai (mid stream bar) yang terdiri dari pasir ukuran
sedang. Pembentukan gosong pasir tersebut dapat menghambat dan menyumbat
aliran alur-alur sungai mengakibatkan proses pengendapan tidak seimbang antara
satu alur dengan alur-alur lainnya. Pendangkalan yang sangat intens menyebabkan
pelabuhan Indramayu tidak dapat berfungsi.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Banyak nilai-nilai yang terabaikan dan tidak dengan sungguh-sungguh
dijalani sehingga penyimpangannya menjadi hal yang biasa. Pendidikan memang
menjadi hal pokok untuk merubah keadaan ini. Akan tetapi, semua itu tidak akan
berjalan dengan lancar apabila tidak didukung oleh lingkungan masyarakat serta
lingkungan keluarga. Oleh karena itulah tugas kita sebagai mahasisa untuk
membangkitkan lagi nilai-nilai serta prinsip-prinsip anti korupsi tersebut dalam
kehidupan sehari-hari demi kemajuan bangsa dan negara Indonesia.
3.2 Saran
Mahasiswa sebagai calon penerus bangsa ini sudah selayaknya lebih peka
dan peduli akan kondisi bangsa dan negara. Pendidikan Anti Korupsi yang didapat
dari bangku perkuliahan harusnya dapat dimplementasikan dalam kehidupan
sehari-hari. Apabila sudah mengenali dan memahami korupsi, alangkah baiknya
kita dapat mencegahnya mulai dari diri kita sendiri kemudian setelah itu baru
mencegah orang lain.
34
DAFTAR PUSTAKA
Noor, R. S. (2020). Pendidikan Karakter Anti Korpsi Sebagai Bagian Dari Upaya
Pencegahan Dini Korupsi Di Indonesia. Morality : Jurnal Ilmu Hukum,
55-73.