Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SUNAH-SUNAH SHOLAT
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah : Fiqh Ibadah
Dosen Pengampu : Ma’mun M.S.I

Disusun oleh :
1. Arzevedo Ardani 20123017
2. Naila Rizqi Salsabila 20123018
3. Mutmainah 20123019

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H. ABDURRAHMAN WAHID
PEKALONGAN 2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur atas ke hadirat Allah SWT. yang telah


melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah semester ganjil mata kuliah Fiqh Ibadah yang
bertema ”Sunah-sunah Sholat”.

Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Ma’mun, M.S.I selaku dosen
pengampu mata kuliah Fiqh Ibadah yang telah membimbing dan
mengarahkan kami dalam menyelesaikan tugas makalah ini. Dan tak lupa kami
sampaikan terima kasih kepada teman-teman semua yang telah memberikan kritik
dan saran kepada kami sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini, masih banyak kekurangan


dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami berharap segala
bentuk saran dan masukan yang membangun dari kalian semua. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca, pendengar, dan
berguna bagi perkembangan dunia pendidikan.

Pekalongan, 29 September 2023

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................................................
BAB I....................................................................................................................................................
PENDAHULUAN................................................................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................................
C. Tujuan...........................................................................................................................................
BAB II..................................................................................................................................................
PEMBAHASAN...................................................................................................................................
A. Sunah-sunah Salat…………………………………………………………………………………………………..
B. Sunah Sebelum Salat...................................................................................................................
C. Hal Yang Membatalkan Salat.....................................................................................................
D. Pembagian Salat dari Berbagai Segi..........................................................................................
E. Shalat Jama’ah dan Keutamaanya.............................................................................................
BAB III.................................................................................................................................................
PENUTUP............................................................................................................................................
A. Simpulan.......................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

3
A. Latar Belakang
Sunah-sunah shalat adalah tindakan-tindakan yang tidak wajib, tetapi dianjurkan
dan dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW, sehingga menjadi bagian penting
dalam praktik shalat umat Islam. Rasulullah melaksanakan shalat, termasuk
tindakan-tindakan tambahan seperti doa, gerakan-gerakan tertentu, dan bacaan-
bacaan selain Al-Fatihah dan surat-surat Al-Quran yang menjadi bagian dari shalat
wajib.

Sunah-sunah shalat membantu umat Islam untuk mendekatkan diri kepada Allah,
memperbaiki kualitas shalat mereka, dan meraih pahala tambahan. Dengan
mengikuti sunah-sunah ini, umat Islam diharapkan dapat menjalankan ibadah
shalat dengan lebih sempurna sesuai dengan contoh Nabi Muhammad SAW.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Saja Sunah-sunah dalam Shalat?
2. Apa Sunah-sunah Sebelum Shalat?
3. Apa Saja Hal -hal yang Membatalkan Sholat?

4
4. Bagaimana Pembagian Shalat dari Berbagai Segi?
5. Apa itu sahalat jama’ah dan keutamaanya ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sunah-sunah dalam shalat
2. Untuk mengetahui sunah-sunah sebelum sholat
3. Untuk mengetahui hal apa saja yang membatalkan shalat
4. Untuk mengetahui pembagian shalat dari berbagai segi
5. Untuk mengetahui shalat jama’ah dan keutamaanya.

BAB II

PEMBAHASAN

5
A. Sunah-sunah Dalam Shalat
perkara yang dianggap sunnah ketika sudah masuk waktu shalat
adalah sebagai berikut: pertama, membaca tasyahud awal; dan kedua,
membaca qunut pada shalat subuh dan shalat witir pada 15 hari terakhir dari
Bulan Ramadhan.

Sedangkan perbuatan (hai`at shalat) yang dianggap sunnah ketika


melaksanakan shalat fardhu adalah sebagai berikut:
1. Mengangkat kedua tangan ketika membaca takbiratul ihram, ruku’, dan
ketika kembali dari ruku

2. Menyimpan tangan kanan diatas tangan kiri;


3. Membaca dua iftitah;
4. Membaca ta’awudz;
5. Mengeraskan dan mempelankan bacaan pada tempatnya masing-masing;
6. Mengucapkan Amin;
7. Membaca surat al-Qur`an setelah fatihah;
8. Membaca takbir baik ketika turun maupun naik (kembali) dari gerakan
shalat;
9. Mengucapkan ‫َسِمَع ُهّللْا ِلَم ْن َحِم َد ُه َر َّبَن َلَك ْالَحْم ُد‬

10. Membaca tasbih ketika ruku’ dan sujud;


11. Menyimpan kedua tangan diatas kedua paha ketika duduk;
12. Membuka tangan kiri dan mengepalkan jari-jari tangan kanan kecuali
jari telunjuk tangan sebagai isyarat sedang membaca tasyahud;
13. Duduk Iftirasy
14. Duduk Tawaruk
15. Membaca salam yang kedua kalinya

Senada dengan pendapat di atas, Syaikh Abdul Qadir Jailani, berpendapat


bahwa ha`iat shalat itu diantaranya adalah sebagai berikut:60
1. Mengangkat dua tangan pada saat iftitah (kedua telapak tangan dan ibu
jari sejajar dengan telinga), sebelum ruku’ dan bangun dari ruku’

6
2. Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas pusar,
3. Melihat ke tempat sujud
4. Membaca bacaan dengan jahr (keras)
5. Mengucapkan amin
6. Suara yang pelan (sirr)
7. Meletakkan kedua tangan di atas lutut pada saat ruku’
8. Meluruskan punggung
9. Merenggangkan lengan atas dari pinggang
10. Memulai sujud dengan meletakkan lutut terlebih dahulu baru kemudian
tangan
11. Tidak menyentuhkan perut pada kedua paha dan kedua paha pada kedua
betis ketika bersujud
12. Memisahkan antara dua lutut ketika bersujud
13. Duduk iftirasy diantara dua sujud dan tasyahud awal
14. Duduk tawaruk pada tasyahud akhir
15. Meletakkan tangan kanan diatas paha kanan terkepal dengan jari
telunjuk menunjuk
16. Meletakkan tangan kiri di atas paha kiri

B. Sunah-sunah Sebelum Shalat


Ada dua perbuatan yang sunat dilakukan sebelum șalat, yaitu ażan
dan iqȃmaḥ. Azan adalah pemberitahuan masuknya waktu șalat dengan
lafaz-lafaz yang disyari’atkan.1Sedangkan Iqȃmah adalah pemberitahuan
untuk mengerjakan atau melaksanakan șalat dengan lafaz-lafaz tertentu. 2
Ażan dan Iqȃmah hukumnya sunat Muakkad bagi laki-laki yang hendak
Ṣalat Farḑu berjama’ah di mesjid, demikian menurut jumhur ulama.3

Dari Malik bin Huairiś bahwa Nabi Saw: apabila waktu șalat telah
hadir, maka hendaklah azan salah seorang diantara kamu dan hendaklah ia
menjadi imam kamu. (HR Muttafaq ‘alaih). Șalat sendirian (munfarid)
1
Abu Jayb, Sa’dy, Al-Qamus al-Fiqhiyah Lughatan wa Isthilahan, Dar alFikr, 1998, h. 18
2
Ibid.,h. 310.
3
Al-Hashkafy, Op.Cit., h. 267

7
hukumnya mustahab menurut Imam Syafi’i. Dari Imam Malik dikatakan
dua riwayat, pertama wajib bagi orang yang șalat berjama’ah di masjid, dan
yang kedua sunat muakkad. Adzan sebagai berikut:

‫أُهّلل َأْك َبُر َأُهّلل َأْك َبُر‬

‫أْش َهُد أْن آلِإ َل َه ِإَّال‬


‫ُهّللا‬

‫َأْش َهُد َأَّن ُم َّح َم ًدا َر ُسْو ُل ِهّٰللا‬

‫َحَّي َع َلى ا لَّص َال‬


‫ِة‬

‫َحَّي َع َلى اْلَفَالِح‬

‫ُهّٰللا َاْك َبُر ُهّٰللا َاْك َبُر‬

‫َال ِاَلَه ِاَّال ُهّٰللا‬

Ketika adzan shalat subuh, lafadz azdan di tambah dengan mengucapkan

‫ َاَص ال ُة َخيٌر من النوم‬sebanyak dua kali setelah lafadz ‫ حي علي الفالح‬.

Syarat-syara Adzan

Hal-hal yang menjadi syarat-syarat sahnya azan, sebagaimana yang


telah ditetapkan oleh ulama ialah: Dikumandangkan setelah masuk waktu
șalat, karena hakikat azan adalah memberitahukan masuknya waktu șalat.

a. Dikumandangkan setelah masuk waktu șalat, karena hakekat azan adalah


memberitahukan masuknya waktu șalat.

b. Dikumandangkan dalam Bahasa Arab. Fuqaha Hanafiyah dan Hanabilah


mensyaratkan Bahasa Arab dalam azan, walaupun untuk jama’ah yang
bukan orang Arab. Menurut Syafi’iyah, kalau yang dipanggil itu jama’ah

8
yang tidak mengerti bahasa Arab, boleh dengan bahasa lain yang di
mengerti oleh jama’ah.

c. Dikumandangkan dengan suara keras serta didengar oleh jama’ah.

d. Tertib dan berkesinambungan dalam membacakan teks-teks azan.

e. Dikumandangkan oleh orang Islam yang berakal, karena azan adalah


ibadah yang dapat dilakukan oleh orang yang ahlinya yaitu Islam dan
berakal. Ketentuan di atas berlaku juga untuk iqȃmaḥ.

C. Hal-hal yang Dapat Membatalkan Sholat

Terdapat banyak perkara yang bisa membatalkan sholat, seperti sebagai


berikut:

1. Murtad
Murtad atau keluar dari Islam, menjadi pembatal salat karena seperti yang
kita ketahui bahwa salah satu syarat sahnya salat adalah beragama Islam.
2. Gila
Menjadi gila atau hilangnya akal sehat juga menjadi hal yang
membatalkan sholat. Karena di antara syarat sahnya sholat yaitu berakal,
maka tidak sah bila sholat dilakukan oleh orang gila atau orang yang
kehilangan akalnya.
3. Belum Masuk Waktu Sholat

Sholat tidak sah jika dilakukan sebelum waktunya. Maka jika seseorang
sedang salat tanpa mengetahui waktunya, dan di tengah salat baru masuk
waktu, maka salatnya itu langsung batal.

4. Terkena Najis

Suci dari najis menjadi salah satu syarat sah sholat. Sehingga tak sah salat
seseorang, apabila di bajunya, di badannya, atau pada tempat sholatnya
terkena najis.
5. Berhadats Kecil

9
Tak hanya najis, salat pun mesti suci dari hadats baik besar maupun kecil.
Apabila muslim berhadats kecil disengaja ataupun tidak, maka batal
sholatnya.
Hadats kecil di sini berupa keluarnya sesuatu melalui kemaluan seperti air
kencing, mani, wadi, madzi, kotoran, hingga kentut. Semua hal yang
keluar dari dua lubang (qubul dan dubur), membuat batal salat seseorang.
6. Berhadats Besar
Terkena atau mengalami hadats besar juga dapat membatalkan sholat
seseorang. Yag termasuk hadats besar adalah keluar air mani,
persetubuhan, meninggal dunia, haid, nifas dan melahirkan.
7. Terbukanya Aurat secara Sengaja
Bila aurat terbuka dalam waktu lama, maka membuat sholatnya batal.
Jika aurat terbuka dalam waktus sekilas, dan langsung ditutup kembali,
Imam Syafi'i dan Hambali katakan tidak menjadikan batal salat.
8. Bergeser dari Arah Kiblat
Muslim yang sholat serta melakukan gerakan badan yang membuat arah
salatnya bergeser hingga membelakangi kiblat, maka salatnya batal
dengan sendirinya.
9. Kehilangan Niat
Orang yang salat, kemudian tiba-tiba niatnya berubah, maka sholatnya
langsung batal. Yang dimaksud berubah niat pula, bila terbesit niat untuk
menghentikan sholat yang sedang dilakukannya di dalam hati, maka pada
saat itu salatnya batal sebab niatnya telah rusak.
10. Tidak Membaca Surat Al Fatihah
Para ulama sepakat bahwa membaca Surat Al Fatihah adalah termasuk
dari rukun sholat. Sehingga muslim yang secara sengaja maupun lupa
untuk tidak membacanya, maka sholatnya tidak sah.
11. Meninggalkan Rukun Salat Lainnya
Berikut yang termasuk rukun sholat: berdiri, rukuk, itidal, sujud, duduk di
antara dua sujud, duduk tasyahud akhir, membaca lafal tasyahud akhir,

10
membaca shalawat pada tasyahud akhir, mengucapkan salam pertama,
tertib, dan tuma'ninah.
Jika rukun-rukun ini tertinggal atau tidak dikerjakan, bahkan salah
satunya saja, maka salat seseorang menjadi tidak sah.
12. Tertawa
Jumhur ulama menyepakati, orang yang tertawa dalam salatnya, maka
batal salat orang tersebut.
13. Mengucap Salam dan Menjawabnya
Meski mengucapkan salam adalah sunnah dan menjawabnya yaitu wajib,
tetapi tidak boleh dilakukan ketika sedang sholat. Karena dalam sholat,
salam merupakan berada di akhir sebagai penutup. Sehingga bila penutup
(salam) itu dilakukan, maka selesai sholat itu (batal).
14. Membaca Shalawat
Membaca shalawat ketika mendengar nama Nabi SAW memang sunnah,
tetapi jika dalam sholat, shalawat itu diucapkan padahal bukan bagian
dari ayat Al-Qur'an dan bacaan tasyahud, maka membatalkan salat
seseorang.
15. Bergerak di Luar Gerakan Sholat
Ulama menyepakati bahwa gerakan sholat yang dilakukan berulang
mampu membatalkan sholat
16. Makan dan Minum
Ditetapkan oleh ulama, bahwa makan dan minum dalam sholat mampu
membatalkan sholat seseorang. Meskipun, orang itu menelan makanan
dan minuman dalam jumlah yang sedikit atau kecil, tetap membuat salat
tidak sah.
17. Mendahului Imam dalam Salat Berjamaah
Seorang makmun melakukan gerakan salat yang mendahului imam, maka
membuat salatnya batal. Seperti bangun dari sujud lebih dahulu dari
imam.
18. Tersedianya Air bagi Orang yang Tayamum

11
Tayamum menjadi alternatif atau rukhsah (keringanan) apabila tidak
mendapatkan air untuk berwudhu. Namun jika seseorang telah
bertayamum untuk salat, kemudian tersedia di tengah pelaksanaan
sholatnya, maka saat itu sholatnya batal.
Lantaran halangan bersuci dengan air sudah tidak ada lagi, sehingga ia
harus berwudhu dan mengulangi salatnya.
D. Pembagian Shalat dari Berbagai Segi
1. Dari segi hukumnya
Dilihat dari sisi hukum, shalat terbagi menjadi dua macam, yaitu shalat
fardhu atau shalat wajib dan shalat sunah.
Shalat fardhu adalah shalat yang hukumnya fardhu atau wajib
bagi setiap orang Islam. baik laki-laki maupun perempuan. yang telah
mencapai usia baligh dan berakal. Shalat fardhu ada lima, yaitu shalat
Zhuhur. Asar. Maghrib. Isya', dan Subuh. Waktu dan cara pelaksanaan
lima shalat fardhu itu ditentukan langsung oleh Nabi Muhammad saw
berdasarkan wahyu dari Allah SWT.
Sementara itu, shalat sunah adalah shalat yang disyariatkan oleh
Allah SWT bagi umat Islam namun mereka tidak diwajibkan
mengerjakannya. Hanya saja. Rasulullah SAW selalu melaksanakan
shalat tersebut untuk menyempurnakan ibadahnya dan sebagai ungkapan
syukur kepada-Nya. Dalam Islam, ibadah sanah diyakini dapat
menambah pahala atau anugerah di dunia dari Allah SWT. Tetapi, jika
ibadah jenis Ini tidak dikerjakan, kita tidak mendapat dosa, sanksi, atau
hukuman. Meski begitu, seseorang yang dengan sengaja dan terus-
menerus meninggalkan shalat sunah, sesungguhnya ia berperilaku tidak
hormat (su ul odab) terhadap Allah dan Rasul-Nya.

2. Dari segi cara pelaksanaannya

Dilihat dari sisi pelaksanaannya, shalat dibagi menjadi dua


kategori, yaitu shalat munfarid dan shalat jamaah. Shalat munfarid adalah
shalat yang dilakukan secara sendiri. baik dalam shalat fardhu maupun

12
shalat sunah. Sedangkan shalat jamaah adalah shalat yang dilaksanakan
secara bersama-sama, ada imam dan makmum, baik dalam shalat fardhu
maupun shalat sunah. Shalat berjamaah lebih utama dikerjakan di masjid,
kecuali ada kendala yang menyulitkan seseorang untuk datang ke masjid
(udzur syar'i).

3. Dari segi waktu dan penyebabnya

Dilihat dari sisi waktu dan penyebab dilaksanakannya, shalat


terbagi menjadi tujuh kategori berikut.

1. Shalat Jumat, yaitu shalat fardhu yang dilakukan pada hari Jum'at oleh
laki-laki yang sudah baligh dan berakal serta tidak dalam perjalanan.

2. Shalat Safar, yaitu shalat yang dilakukan oleh orang yang sedang berada
dalam perjalanan. Shalat Safar dapat dilakukan dengan meringkas
jumlah rakaat shalat (disebut dengan shalat qashar), menggabungkan dua
shalat sekaligus (disebut dengan shalat jamak), atau meringkas dan
menggabungkan dua shalat (disebut dengan shalat jamak-qashar).

3. Shalat Hari Raya, yaitu shalat Idul Fitri (tanggal 1 Syawal) dan shalat
Idul Adha (tanggal 10 Dzulhijjah).

4. Shalat Kusuf dan Khusuf. Shalat Kusuf dilakukan karena terjadi


gerhana matahari, sedangkan shalat Khusuf dikerjakan karena terjadi
gerhana bulan.

5. Shalat Istisqa, yaitu shalat yang dilakukan untuk me- minta hujan
karena terjadi kemarau panjang.

6. Shalat Khauf, yaitu shalat yang dilakukan dalam situasi keamanan yang
tidak stabil atau dalam keadaan genting lainnya.

7. Shalat jenazah, yaitu shalat yang dilakukan terhadap orang mukmin


yang meninggal dunia.Cara pelaksanaan sholat ini berbeda dengan
sholat pada umunya.

13
E. Sholat Jama’ah dan Keutamaanya

Pelaksanaan șalat secara berjama’ah ini sangat dianjurkan (sunat


muakkad dan ada yang berpendapat wajib) terutama di masjid. Pada suatu
ketika Nabi Saw pernah berniat hendak membakar rumah orang yang
menentang șalat berjama’ah (HR. Muttafaq ‘alaih). Meskipun șalat
berjama’ah ini tidak wajib, namun dia lebih afḑal dikerjakan dengan
ganjaran pahala duapuluh tujuh derajat dibanding dengan șalat sendirian
(HR. Muttafaq ‘alaih).

Ṣalat berjama’ah banyak mempunyai manfaat yang mendalam. Yang


terpenting diantaranya adalah memperlihatkan kesamaan, kekuatan barisan,
kesatuan bahasa, pendidikan untuk mematuhi peraturan-peraturan atau
keputusan bersama demi mengikuti pemimpin dan mengarahkan kesatuan
tujuan yang maha tinggi, yaitu mencari keriḑaan Allah Swt. Melalui șalat
berjama’ah akan terbina sikap saling mengenal, saling menasehati dan
memberikan pelajaran, tumbuhnya rasa kasih sayang dan tolong menolong
atas kebaikan dan taqwa.

Perkumpulan yang lebih luas lagi dilakukan sekali dalam seminggu


melalui șalat jum’at. Kewajiban mingguan ini diwajibkan Allah secara
berjama’ah. Pada pertemuan mingguan (șalat Jum’at) terkandung banyak
pelajaran. Disini kaum muslimin dapat saling bertatap muka, saling
mengingatkan, memperbaharui perjanjian, mewujudkan persaudaraan yang
ramah, memperkuat persatuan dan menggalang kekuatan.

Lebih luas lagi perkumpulan itu terealisir dalam șalat hari raya. Ṣalat
ini dimaksudkan oleh Islam untuk menyemarakan dan menumbuh suburkan
kelompok serta merupakan festival besar bagi kaum muslimin yang
mengumpulkan penduduk negeri disuatu tempat. Kalau pada șalat Jum’at
berkumpul hanya laki-laki saja, maka dalam. hari raya baik laki-laki atau
perempuan sekalipun berhalangan berkumpul bersama-sama.

14
BAB II
PENUTUP
A. Simpulan
Sunah-sunah shalat adalah perbuatan atau tindakan tambahan
yang dilakukan oleh Rasulullah SAW selain dari rukun dan wajibnya
shalat. Sunah-sunah ini tidak wajib, tetapi dianjurkan untuk dilakukan
agar shalat lebih sempurna. Misalnya, gerakan-gerakan tambahan
seperti tasbih pada ruku' dan sujud, serta bacaan-bacaan tertentu di
dalam shalat.
Shalat jama'ah adalah pelaksanaan shalat yang dilakukan
bersama-sama oleh sekelompok orang, dipimpin oleh seorang imam.
Keutamaan shalat jama'ah termasuk pahala yang lebih besar,
meningkatkan rasa persaudaraan, serta memperkuat ikatan
kebersamaan dalam komunitas Muslim. Rasulullah SAW juga
menekankan pentingnya shalat berjama'ah dan memberikan hadis-
hadis yang menunjukkan keutamaan dan keberkahan dalam
melaksanakannya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abror, D. K. (2019). M.H. FIQIH IBADAH, 84-100.


Al-Buhuti, Kasyf Al-Qina‟ „ala Main al-Iqna‟,jilid I,Dar al-Fikr, 1982 M/1402 H,
h. 450-460, Ibn Qudamah, Op.Cit., jilid I
Dr. Jamaluddin, M. Ag. 2002. FiqihIbadah. Tasikmalaya. Penerbit Latifah.

16

Anda mungkin juga menyukai