AS LEARNING ORGANIZATION
Disusun oleh :
Alice Whita Savira (373392)
I Wayan Satwika K (373456)
I Gede Agus Abdi W (373666)
Whinda Dwi Saputri (374852)
Dalam organisasi, proses perubahan OL kerap kali diasosiasikan dengan fungsi sumber
daya manusia dan dapat ditugaskan pada satu peran kepemimpinan khusus, seperti chief
learning officer. Pada google jabatan seperti ini ada pada posisi chief culture officer (CCO)
yang sampai dengan sekarang dijabat oleh Stacy Savides Sullivan.
Bagaimana Google melakukan proses perubahan? Berdasarkan konsep Knowledge
Creation menurut Nonaka proses yang terdiri dari:
a. Intention
Formulasi dari intensi organisasi melalui komitmen kolektif
b. Autonomy
Tindakan otonom yang membawa peluang yang tidak terduga dan meningkatkan
motivasi karyawan
c. Fluctuation and Creative Chaos
Membuat detail dari rutinitas, kebiasaan, atau kerangka kerja pemikiran yang mengarah
pada chaos yang disengaja. Hal ini dilakukan untuk menciptakan tacit knowledge.
d. Redudancy
Adanya tumpang tindih informasi yang disengaja tentang kegiatan usaha, tanggung jawab
manajemen dan tanggung jawab perusahaan secara keseluruhan.
e. Requisite Variety
Keragaman internal untuk mencocokkan kolpeksitas lingkungan dengan menggabungkan
informasi yang berbeda, fleksibel dan cepat.
Google mengelola pengetahuan yang berkenaan dengan Knowledge Creation. Penjelasan
ini diadaptasi dari sudut pandang Knowledge Creation menurut Nonaka (dalam Alange, 2013)
tentang bagaimana menciptakan kondisi yang dapat memunculkan adanya penciptaan
pengetahuan (Knowledge creation). Kondisi yang dimaksud dalam hal ini adalah bagaimana
Google membentuk lingkungan yang dapat menciptakan pengetahuan melalui inovasi.
1. Intention di Google
Menitik beratkan pada kondisi dimana pemimpin harus mengetahui bahwa menciptakan
lingkungan yang mendukung inovasi adalah hal penting bagi mereka (pemimpin). Hal ini
dilakukan dengan memaksimalkan hasil dari pekerja-pekerja yang memiliki pengetahuan.
Hasil tersebut dapat diraih dengan cara:
Memilih dan mnyerap kandidat-kandidat terbaik
Menekankan pada eksekusi yang cepat dengan tim-tim kescil yang sengaja dibentuk
Memberikan kesempatan untuk menemukan dan mengembangkan ide-ide dimanapun
dan kapanpun.
2. Autonomy di Google
Autonomy dilakukan untuk mempertahankan karyawan berkualitas tinggi dan
menciptakan sebuah penyimpanan ide dengan motivasi sebagai prasyaratnya. Hal ini
dapat diraih dengan memberikan ruang untuk bekerja dan membangun ide. Tujuan
tersebut dicapai dengan cara:
Melakukan kontrol manajerial yang rendah (tidak ketat) dan memberikan tingkat
otonoomi yang lebih tinggi
Memberikan waktu untuk membuat investasi eksplisit dalam melakukan inovasi
Hampir setengah dari produk baru - Adsense , berita Gmail , Google adalah skunk
time invention.
Fokus pada tujuan hulu dan hasil hilir
3. Fluctuation di Google
Tahap ini dilakukan karena adanya sebuah rasa untuk memungkinkan adanya perubahan
dan mendorong gerakan seluruh tim. Hal ini dapat dicapai dengan mempromosikan
gerakan secara spiral dengan memperkuat komitmen antar tim. Hal ini dapat dilakukan
dengan:
Memberikan kebebasan untk bekerja dalam tim
Menempatkan pemikira-pemikiran yang cerdas bersama-sama dan memungkinkan
tim untuk mencari tahu dengan siapa mereka ingin bekerja
Meningkatkan kemampuan untuk melakukan hal-hal di seluruh proyek tanpa adanya
intervensi dari manajerial
4. Creating Chaos
Rasa sebuah kegagalan dan kekacauan dengan bakat dibutuhkan untuk menutup
kesalahan-kesalahan yang terjadi di Google, mereka akan mencari petunjuk-petunjuk
baru dan menutupi hal-hal yang hilang sehingga muncul penciptaan pengetahuan baru.
Hal ini dapat terjadi jika :
Kreativitas berasal dari orang-orang yang saling bertentangan satu sama lain dan
bukan dari sebuah rencana perjalanan yang runtut
Adanya budaya yang mengatakan bahwa “Please fail very quickly, so that you can try
again”
Adanya hasil dan jumlah mengesankan produk baru ( lebih dari 130 per info terbaru )
5. Redudancy di Google
Adanya platform teknologi yang dibagikan serta adanya pengetahuan yang dibuka untuk
pembelajaran. Platform ini disediakan dengan membuat data yang memiliki tujuan yang
bermacam-macam. Langkah-langkahnya antara lain:
1. Pekerjaan yang ada di Google lebih banyak dikelola dalam tim. Google
mengembangkan sistem komunikasi, sharing informasi yang mudah dengan
menganalogikan anggota tim merupakan “kaki” dari anggota tim yang lain, tanpa itu,
mereka tidak dapat berdiri dengan kuat. Tidak ada tarif biaya telepon, email yang
terlambat, dan waktu tunggu pembalasan email diperpendek. Google menyediakan
berbagai macam ruang konferensi yang dapat digunakan untuk diskusi tanpa
mengganggu rekan kerja lainnya. Googler dibiasakan untuk mendeskripsikan apa yang
sudah dikerjakan dalam seminggu sehingga memudahkan anggota tim yang lain untuk
memonitor progress dan melakukan sinkronisasi pekerjaan.
2. Googler menggunakan tools perusahaan secara intensif. Yang paling nyata adalah
Web. Web page ini berisi project-project dan tugas googler. Didalamnya terbuka ide bagi
semua googler
a. Sprinkle lecture
Lecturer dalam program GtoG menggunakan metode partisipatif learning dimana
lecturer hanya akan memberikan stimulus, dan meminta peserta yang hadir untuk
menemukan sendiri konsep suatu pembelajaran.
otaknya dan organisasi secara umum tidak mampu memanfaatkan pengetahuan yang
dimiliki oleh sumber daya manusianya. Organisasi, melalui KM berusaha memperoleh atau
membuat pengetahuan secara potensial menjadi berguna dan membuatnya mampu diakses
oleh siapa pun kapan dan dimana saja yang apabila secara tepat digunakan membuat
pengguna mencapai kemampuan maksimal. Hal ini secara positif akan mempengaruhi
Google sebagai sebuah perusahaan yang sedang menjalani dekade ketiganya dalam dunia
bisnis, telah melalui jalan yang panjang di tengah kedinamisan dan kemasifan persaingan
dalam bidang teknologi informasi. Apa yang telah dilakukan oleh Google, sepertti dalam
Untuk memahami KM dan OL, seseorang harus mampu memahami pengetahuan, proses
didefinisikan sebagai keyakina pribadi yang dibenarkan (justified personal beliefs) (King,
2009). Ada banyak taksonomi yang menjelaskan beragam jenis pengetahuan. Perbedaan
mendasar adalah antara pengetahuan ‘tacit’ dan ‘explicit’ (tacit and explicit knowledge).
Pengetahuan eksplisit eksis dalam bentuk kata, kalimat, dokumen, data yang terorganisir,
program komputer dan dalam bentuk eksplisit lainnya. Permasalahan mendasar dalam dari
KM adalah menjelaskan pengetahuan tacit (tacit knowledge) dan kemudian membuatnya
mampu diakses oleh orang lain (King, 2009). Salah satu pengorganisasian data yang
orang-orang, proses dan sistem dalam organisasi untuk memastikan aset yang terkait dengan
pengetahuan ditingkatkan dan digunakan. (King, 2009). KM secara luas adalah aktivitas
organisasional yang fokus pada apa yang para manajer dapat lakukan untuk mencapai tujuan
dari KM, bagaimana mereka memotivasi individu untuk berpartisipasi dalam mencapainya
dan bagaimana mereka menciptakan proses sosial yang akan memfasilitasi keberhasilan KM
(King, 2009).
Proses sosial sangatlah penting dalam karena untuk berhasil, pengetahuan harus selalu
ditransmisikan melalui kelompok sosial, tim dan jaringan (King, 2009). Google dengan
program Googler to Googler memfasilitasi hal ini dengan memungkinkan para Googler
KM Strategies
Ada dua strategi KM yang secara umum biasa digunakan oleh perusahaan (King, 2009).
strategi KM yang digunakan oleh Google. Contoh codification yang dilakukan oleh Google
adalah dengan membuat sistem Learning Machine dan Mailing List, sedangkan proses
Secara keseluruhan dengan usianya yang sekarang dan sistem KM yang berjalan, Google
memiliki KM yang matang, namun masih banyak ruang yang bisa dikembangkan.
Pengembangan yang dilakukan dapat dilakukan sebaiknya berorientasi ke masa depan dan
dimasukan dalam strategi jangka panjang perusahaan. King dkk. (2002) mengidentifikasi 10
isu-isu yang akan dihadapi organisasi di masa depan dalam melaksanakan KM.
sistem KM
dalam sistem KM
depan. Masa depan KM secara luas akan ditentukan dari bagaimana isu-isu tersebut diatasi.
King (2009) menyatakan OL adalah tujuan dari KM. OL melengkapi KM. Pandangan
awal OL adalah mengkodekan berbagai kesimpulan dari sejarah ke dalam rutinitas yang
memandu perilaku (Levitt dan March, 1988). OL acapkali dianggap sebagai proses
meningkatkan business practises melalui pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik (Fiol
dan Lyles, 1985). Secara lebih spesifik, OL menekankan pada bagaimana proses belajar
lingkungan yang berubah. Tinjauan pada uraian sebelumnya telah menjelaskan proses
penciptaan pengetahuan (knowledge creation) dalam perusahaan ini. Google telah mampu
1. Pertama, banyak dari diskusi awal mengenai OL adalah konsep abstrak daripada
resep nyata tentang deskripsi yang tepat tentang OL. Terlalu sering berfokus pada hal-hal
besar daripada hal-hal yang mendetail. Akibatnya, rekomendasi terkait terbukti sulit
memotivasi para Googler untuk terlibat dalam prosesnya, misalnya dengan Googler to
Googler.
2. Kedua, konsep itu ditujukan untuk para CEO dan eksekutif senior bukan untuk manajer
departemen yang lebih kecil dan unit kerja organisasi. Para manajer tidak punya cara
untuk menilai bagaimana tim mereka belajar, bagaimana mereka berkontribusi terhadap
organisasi secara keseluruhan. Adanya posisi khusus yang ditempatkan dalam struktur
organisasi yang dikhususkan mengurus OL dan KM di Google adalah salah satu bentuk
3. Ketiga, standar dan alat untuk penilaian yang kurang. Tanpa ini, perusahaan bisa
2013). The Googlegeist termasuk ke dalam sejumlah area yang berbeda, dan berisikan
tentang hal berbau inovasi, termasuk mendengarkan evaluasi dan ide-ide berkaitan
dalam sebuah laporan disesuaikan disebut "Mygeist," yang menunjukkan persepsi laporan
langsung dan tidak langsung seberapa baik proses yang berlangsung dalam perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Alänge, A. S. S. 2013. A Corporate System for Continuous Innovation: The Case of Google Inc.,
European Journal of Innovation Management. 16 (2). 243 - 264
King, W. R. 2009. Knowledge Management and Organizational Learning. Springer : New York.
King, W. R., Marks, P., & McCoy, S. 2002. The Most Important Issues in Knowledge
Management. Communications of The ACM 45(9): 93-97.
http://www.forbes.com/sites/lisaquast/2012/08/20/why-knowledge-management-is-important -
to-the-success-of-your-company/ diakses pada tanggal 16 November 2014 pukul 18:49 WIB