Tentang
“ITP, SOSIOMETRI DAN SKALA”
Oleh :
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih dan semoga Allah
Subhanawata’ala senantiasa meridhoi segala usaha kita, aamiin.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Inventori Tugas Perkembangan (ITP)
1. Pengertian ITP...................................................................................3
2. Tujuan dan Kegunaan ITP.................................................................4
3. Aspek Perkembangan ITP.................................................................5
4. Pengadministrasian ITP.....................................................................8
B. Sosiometri
1. Pengertian Sosiometri......................................................................9
2. Tujuan Sosiometri............................................................................12
3. Kegunaan Sosiometri.......................................................................13
4. Pengadministrasian Sosiometri........................................................13
C. Skala
1. Pengertian Skala...............................................................................14
2. Tujuan Skala....................................................................................21
3. Kegunaan Skala................................................................................22
4. Pengadministrasian Skala................................................................22
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................24
B. Saran..........................................................................................................24
KEPUSTAKAAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Inventori tugas perkembangan (ITP) adalah instrument yang
digunakan untuk memahami tingkat perkembangan individu. Penyusunan
ITP terutama dimaksudkan untuk menunjang kegiatan bimbingan dan
konseling di sekolah, namun dapat juga digunakan untuk mengetahui
tingkat perkembangan anak-anak dan pemuda. Pada umumnya Angket
Inventori Tugas Perkembangan memiliki beberapa karakteristik yang khas.
Program kegiatan, jenis layanan dan isi pelayanan konseling dirumuskan
atas dasar kebutuhan nyata dan kondisi objektif perkembangan subjek
layanan.
Sosiometri merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengetahui hubungan yang ada diantara anggota dalam satu kelompok.
Sosiometri tidak hanya mengungkap hubungan antar individu di dalam
kelompok, tetapi secara lebih luas dapat digunakan untuk mengungkap
berbagai pengalaman individu terkait dengan segala hal yang berkenaan
dengan hubungan sosial mereka.
Skala merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur aspek
afektif. Disusun berdasarkan indikator perilaku untuk mengungkap aspek
yang dimaksud. Teknik ini merupakan salah satu model yang sering
digunakan dalam asesmen pendidikan. Pada saat sekarang telah ada
sejumlah model skala yang dikembangkan dan diusulkan orang.
Penjelasan lebih lanjut mengenai inventori tugas perkembanga, sosiometri
dan skala akan dibahas di dalam makalah ini.
1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah yang
dikemukakan dalam makalah ini adalah:
1. Apa itu Inventori Tugas Perkembangan (ITP)?
2. Apa Itu Sosiometri?
3. Apa itu Skala?
C. Tujuan
Tujuan penulis yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Tentang Inventori Tugas Perkembangan (ITP)!
2. Untuk Mengetahui Tentang Sosiometri!
3. Untuk Mengetahui Tentang Skala!
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
3) Tingkat konformistik (Kof). Peduli terhadap penampilan diri dan
penerimaan sosial, cenderung berpikir sterotip dan kilse, peduli akan
peraturan eksternal, bertindak denga motif dangkal (untuk memperoleh
pujian), menyamakan diri dalam ekspresi emosi, kurang intropeksi,
perbeddaan kelimpok didasarkan atas ciri-ciri eksternal, takut tidak
diterima kelompok, tidak sensitif terhadap keindividualan, dan merasa
berdosa jika melanggar aturan.
4) Tingkat sadar diri (Sdi). Mampu berpikir alternatif, melihat harapan dan
berbagai kemungkinan dalam situasi, peduli untuk mengambil mandaat
dari kesempatan yang ada, orientasi pemecahan masalah, memikirkan
cara hidup, penyesuaian terhadap situasi dan peranan.
5) Tahap seksama (Ska) Bertindak atas dasar nilai internal, mampu melihat
diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan, mampu melihat
keragaman emosi, motif dan presfektif diri
6) Tingkat individualistic (Ind). Peningkatan kesadaran individualis,
kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan
ketergantungan, menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang
lain.
7) Tahap otonomi (Oto). Pandangan hidup sebagai suatu keseluruha,
cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun
orang lain.
2. Tujuan dan Kegunaan ITP
Program kegiatan, jenis layanan dan isi pelayanan konseling
dirumuskan atas dasar kebutuhan nyata dan kondisi objektif perkembangan
subjek layanan. Kondisi Objektif subjek layanan yang dapat dipahami
melalui analisis tugas perkembangan. ATP dapat menghasilkan profil
perkembagan sejak layanan yang menjadi dasar bagi pengembangan
program pelayanan konseling.
Pelayanan konseling harus didasarkan atas dan beriorientasi kepada
pencapaian tugas perkembangan subjek layanan . Pemberian layanan yang
4
tepat akan sangat besar manfaatnya bagi subjek layanan untuk mencapai
tugas perkembangan tertentu.
Untuk mengukur tingkat perkembangan atau pencapaian tugas-tugas
perkembangan subjek layanan dari setiap aspek perkembangan, maka dapat
digunakan ITP. Hasil pengelolaan ITP merupakan dasar dalam menyusun
program pelayanan konseling yang berbasis perkembangan subjek layanan.
Dengan memanfaatkan ITP diharapkan pelayanan konseling yang diberikan
kepada subjek layanan sesuai dengan kebutuhan perkembangan subjek
layanan. Selain itu dapat membantu subjek layanan berkembang sesuai
dengan tahap dan tugas perkembangannya.
Untuk mengukur tingkat perkembangan siswa atau pencapaian tugas-
tugas perkembangan dari setiap aspek perkembangan, teori perkembangan
diri. Adapun fungsi ITP yaitu:
a. Dari segi Perencana, yaitu menetapkan tujuan pelaksanaan asesmen,
menetapkan peserta didik sebagai sasaran asesmen, menyediakan buku
dan lembar jawaban ITP sesuai jumlah peserta didik sasaran, dan
membuat satuan layanan asesmen ITP.
b. Dari segi Pelaksana, yaitu memberikan verbal setting (menjelaskan
tujuan, manfaat, dan kerahasiaan data), memandu peserta didik dalam
cara mengerjakan sehingga dapat di pastikan seluruh peserta didik
mengisinya dengan benar.
c. Melakukan pengolahan data kuantitatif mulai dari menghitung hasil
dengan menggunakan format yang spesifik, berdasarkan skor yang
diperoleh menetapkan tingkat pencapaian tugas perkembangan, membuat
grafik aspek perkembangan, serta membuat deskripsi analisis kualitatif
pencapaian tahap perkembangan dan aspek perkembangan dengan
merujuk pada pedoman yang ada.
d. Melakukan tindak lanjut dari hasil asesmen dengan membuat program
layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi peserta didik.
3. Aspek Yang Diukur Dalam Inventori Tugas Perkembangan
5
Tingkatan perkembangan itu merupakan struktur kontinum
perkembangan diri dari yang sederhana sampai dengan yang kompleks.
Tingkatan dapat digunakan untuk mendiskripsikan keberadaan individu
dalam kontinum perkembangan. Setiap tingkatan dibangun atas dasar
tingkatan sebelumnya dan menjadi dasar bagi tingkatan berikutnya.
Peningkatan perkembangan sepanjang kontinum perkembangan
menggambarkan perbedaan kualitatif tentang cara-cara individu
berinteraksi dengan lingkungan. Kemudian di dalam ITP mengungkap 10
aspek perkembangan pada siswa SMP. Aspek-aspek yang diungkap
berdasarkan permasalahan dan kebutuhan akan perkembangan siswa yang
dihadapi dalam proses pendidikan di sekolah.
Ada 10 aspek perkembangan pada siswa SD dan SMP, serta 11
aspek pada siswa SMA dan mahasiswa PT. Aspek-aspek yang diungkapkan
berdasarkan permasalahan dan kebutuhan akan perkembangan siswa dan
mahasiswa yang dihadapi dalam proses pendidikan disekolah maupun
dikampus. Aspek-aspek ini sudah lebih banyak muatan empirik sesuai
dengan kondisi Indonesia.
1) Landasan hidup religius
a. Sholat dan berdoa
b. Belajar agama
c. Keimanan d. Sabar
2) Landasan perilaku etis
a. Jujur
b. Hormat kepada orang tua
c. Sikap sopan dan santun
d. Ketertiban dan kepatuhan
3) Kematangan emosional
a. Kebebasan dalam mengemukakan pendapat
b. Tidak cemas
c. Pengendalikan emosi
d. kemampuan menjaga stabiitas emosi
6
4) Kematangan intelektual
a. Sikap kritis
b. Sikap rasional
c. Kemampuan membela hak pribadi
d. Kemampuan
5) Kesadaran tanggung jawab
a. Mawas diri
b. Tanggung jawab atas tindakan pribadi
c. Partisipasi pada lingkungan
d. Disiplin
6) Peran sosial sebagai pria atau wanita
a. Perbedaan sosial laki-laki dan perempuan
b. Peran sosial sesuai jenis kelamin
c. Tingkah laku dan kegiatan sesuai jenis kelamin
d. Cita-cita sesuai jenis kelamin
7) Penerimaan diri dan pengembangannya
a. Kondisi fisik
b. Kondisi mental
c. Pengembangan cita-cita
d. Pengembangan pribadi
8) Kemandirian prilaku ekonomis
a. Upaya menghasilkan uang
b. Sikap hemat dan menabung
c. Bekerja keras dan ulet
d. Tidak mengharap pemberian orang
9) Wawasan Persiapan karir
a. Pemahaman jenis pekerjaan
b. Kesungguhan belajar
c. Upaya meningkatkan keahlian
d. Perencanaan karir
10) kematangan hubungan dengan teman sebaya
7
a. pemahaman tingkah laku orang lain
b. kemampuan berempati
c. kerja sama d. kemampuan hubungan sosial”
11) Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga
a. Pemilihan pasangan/teman hidup
b. Kesiapan menikah
c. Membangun keluarga
d. Reproduksi yang sehat
4. Pengadministrasian ITP
ITP dapat diadministrasikan secara kelompok maupun individual
dengan cara yang sama yakni:
1. Kepada responden dibagikan buku inventori beserta lembar jawabannya
2. Responden diminta mengisi identitasnya pada lembar jawaban.
3. Konselor membacakan petunjuk pengerjaan, sementara responden
membaca petunjuk yang terdapat dalam buku ITP.
4. Tanya jawab dan penjelasan lebih lanjut bila ada responden yang
kurang/belum memahami cara mengerjakan ITP
5. Responden dipersilahkan mengerjakan ITP dengan cara membaca dengan
cermat, memilih jawaban yang paling sesuai dengan dirinya, serta
menuliskan pilihannya pada lembar jawaban.
6. Waktu pengerjaan secukupnya (sesuai kemampuan peserta) yang penting
semua responden dalam kelompok itu menjawab semua butir inventori.
Tidak boleh ada yang mengosongkan jawaban atau menjawab lebih dari
satu pilihan dalam satu butir. Diperkirakan paling cepat 20 menit dan
paling lambat 40 menit.
7. Khusus bagi kelompok tuna netra, tiap butir pernyataan boleh dibacakan
oleh konselor namun harus dihindari hal-hal yang mempengaruhi pilihan
responden. Hal ini boleh dilakukan sepanjang ITP ini belum ditulis dalam
huruf braile.
8. Selesai pengerjaan, lembar jawaban dan buku ITP dikumpulkan. Buku
ITP diperiksa baik jumlah maupun kondisinya.
8
9. Lembar jawaban siap dikoreksi langsung atau dientry ke Komputer.
Pada waktu responden mengerjakan ITP, mungkin saja ada satu
atau dua peserta yang bertanya tentang materi ITP. Dalam hal ini konselor
boleh menjawab dengan ketentuan:
1. Jawaban konselor tidak mengganggu peserta yang lain
2. Jawaban konselor mempengaruhi pilihan peserta pata butir yang
ditanyakan
3. Pertanyaan hanya berkaitan dengan redaksi atau kalimat yang tidak jelas
atau masalah teknis seperti halaman kurang, huruf tidak jelas, buku sudah
ditulis dll.
B. SOSIOMETRI
1. Pengertian Sosiometri
9
sosial dan bahasa Latin "metrum," yang berarti ukuran (measure).
Sosiometri adalah cara untuk mengukur tingkat keterkaitan antara orang-
orang. Pengukuran keterkaitan dapat berguna tidak hanya dalam penilaian
perilaku dalam kelompok, tetapi juga untuk intervensi yang membawa
perubahan positif dan untuk menentukan tingkat perubahan. Dalam
kelompok kerja, sosiometri dapat menjadi alat yang ampuh untuk
mengurangi konflik dan meningkatkan komunikasi karena memungkinkan
kelompok untuk melihat dirinya secara obyektif dan menganalisis
dinamika tersendiri. Ini juga merupakan alat yang ampuh untuk menilai
dinamika dan perkembangan dalam kelompok dikhususkan untuk terapi
atau pelatihan.
10
metodologi untuk melacak vektor energi hubungan interpersonal dalam
kelompok. Bagaimana pola individu mengasosiasikan satu sama lain
ketika bertindak sebagai kelompok menuju suatu tujuan (Creswell di
Moreno, 1960, hal. 140). Moreno sendiri mendifinisikan sosiometri
sebagai "studi matematika sifat psikologis pada suatu populasi, teknik
eksperimental dan hasil yang diperoleh dengan penerapan metode
kuantitatif" (Moreno, 1953, hlm. 15-16).
11
seseorang (Bimo Walgito, 1987). Sosiometri adalah suatu alat yang
dipergunakan mengukur hubungan sosial siswa dalam kelompok (Dewa
Ktut Sukardi, 1983).
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian
sosiometri adalah suatu tehnik untuk mengumpulkan data untuk
mempelajari hubungan sosial individu di dalam kelompok, sebagai cara
untuk mengukur tingkat keterkaitan di antara manusia, yang merupakan
hubungan sosial seorang individu dengan individu lain, struktur hubungan
individu dan arah hubungan sosialnya dalam suatu kelompok. Dengan kata
lain sosiometri merupakan studi kuantitatif tentang hubungan interpersonal
dalam suatu populasi. Peneliti memiliki data yang kuat, untuk melakukan
intervensi yang tepat.
2. Tujuan Sosiometri
Sosiometri didasarkan pada anggapan bahwa kelompok mempunyai
struktur yang terdiri dari hubungan interpersonal yang kompleks. Posisi
setiap individu dalam struktur kelompoknya dan hubungannya yang wajar
dengan individu lain dapat diukur menggunakan sosiometri. Berikut ini
dikemukakan beberapa tujuan digunakannya sosiometri didalam pelayanan
konseling:
a. Untuk mengetahui intensitas pilihan antar anggota kelompok
b. Untuk mengetahui adanya hubungan social antar anggota tertentu
c. Untuk mengetahui kecenderungan yang ada dalam hubungan social
antar anggota kelompok dalam kondisi tertentu
d. Menemukan murid mana yang ternyata mempunyai masalah
penyesuaian diri dalam kelompoknya
e. Mampu meningkatkan partisipasi social diantara murid-murid dengan
penerimaan sosialnya
f. Membantu meningkatkan pemahaman dan pengertian murid terhadap
masalah pergaulan yang sedang dialami oleh individu tertentu
g. Untuk memperoleh bahan pertimbangan dalam menyusun program
layanan konseling.
12
3. Kegunaan Sosiometri
4. Pengadministrasian Sosiometri
2) Pelaksanaan
13
b. Membagikan angket sosiometri
14
macam pernyataan/pertanyaan yang diperlukan.
Menurut A. Muri Yusuf (2011: 118-119) beberapa langkah dalam
menyusun skala adalah sebagai berikut:
1) Komposisi item dalam satu kesatuan
3) Urutan butir
15
yang lebih tinggi, tidak berarti “lebih baik” dibanding pria, atau “lebih
banyak” dari pria. Kita boleh saja membalik prosedur pemberian kode
sehingga wanita berkode 1 dan pria berkode 2.
2) Skala ordinal
3) Skala interval
Merupakan salah satu jenis pengukuran dimana angka-angka
yang dikenakan memungkinkan kita untuk membandingkan ukuran dari
selisih antara angka-angka. Selisih antara 1 dan 2 setara dengan selisih
antara 2 dan 3, selisih antara 2 dan 4 dua kali lebih besar dari selisih
antara 1 dan 2. Contoh adalah skala temperature, misalnya temperature
yang rendah pada suatu hari adalah 40o F dan temperature yang tinggi
adalah 80o F. Disini kta tidak dapat mengatakan bahwa temperature
yang tinggi dua kali lebih panas dibandingkan temperature yang rendah
karena jika skala Fahrenheit menjadi skala Celsius, dimana C = (5F –
160) / 9, sehingga temperature yang rendah adalah 4,4o C dan
temperature yang tinggi adalah 26,6o.
4) Skala ratio
16
membandingkan magnitude angka-angka absolute. Tinggi dan berat
adalah dua contoh nyata disini. Seseorang yang memiliki berat 100 kg
boleh dikatakan dua kali lebih berat dibandingkan seseorang yang
memiliki berat 50 kg, dan seseorang yang memiliki berat 150 kg tiga
kali lebih berat dibandingkan seseorang yang beratnya 50 kg. Dalam
skala ratio nol memiliki makna empiris absolute yaitu tidak satu pun
dari property yang diukur benar-bnar eksis.
Teknik Penskalaan
17
disebarkan pada suatu sampel responden. Setiap responden diminta
membaca seluruh frase berkutup dua dan menandai sel yang paling
mampu menggambarkan perasaannya. Responden biasanya diberi
tahu bahwa sel-sel ujung adalah sel-sel objek paling deskriptif, sel
tengah adalah sel netral, dan sel- sel antara sebagai sel agak deskriptif
serta sel cukup deskriptif. Jadi sebagai contoh, jika seorang responden
merasa bahwa pelayanan bank A berkualitas sedang, maka dia akan
menandai sel keenam dari kiri.
3. Skala Thurstone
18
4) Kepada penimbang diharapkan mengelompokkan butir soal
yang terdapat dalam setiap kartu ke dalam 11 kelompok dan
memberi skor 1 sampai sebelas atau dari sangat tidak
menyenangkan (skor satu) sampai sangat menyenangkan (skor
11).
c) Penyekoran pertimbangan atau penaksiran skala interval
19
mencari skala nilai untuk tiap butir soal dan selanjutnya mencari
median untuk butir soal itu.
Contoh: sikap terhadap mengajar
Skala No. Pernyataan
nilai soal
10,5 1 Mengajar adalah salah satu cara yang paling baik
untuk membantu mengembangkan aspek-aspek
10,3 2 perikemanusiaan.
Mengajar lebih berpengaruh terhadap kemajuan
10,1 3 suatu bangsa dari pada profesi lain
Profesi mengajar dapat membentuk manusia
menjadi lebih baik dari pada yang lain.
20
2) Semua butir soal, diskor dengan cara yang telah ditentukan
terlebih dahulu.
3) Skor ditentukan untuk setiap responden.
c) Penyusunan skala
1) Susun suatu chart dengan butir soal sebelah atas dan responden
sebelah kiri.
2) Setelah semua responden selesai diskor, kegiatan berikutnya
adalah mengatur/ menyusun kembali menurut ranking dengan
tidak memperbaiki letak butir soal.
3) Setelah semua responden diurutkan, maka langkah berikutnya
adalah mengatur kembali butir soal dengan menempatkan pada
kolom pertama adalah butir soal yang terbanyak jawaban “ya”,
dan seterusnya dengan tidak merubah urutan responden.
4) Menghitung index reprodusibilitas
R = 1 – Jumlah kesalahan
Jumlah respon
R= Jumlah Reprodusibilitas
Jumlah kesalahan =jumlah kesalahan dalam skala, yaitu
jawaban di luar bentuk segitiga.
Jika index reprodusibilitas kecil dari 0,9, maka skala itu tidak
memuaskan untuk digunakan.
Index reprodusibilitas hanya mengukur ketepatan alat yang
dibuat, sedangkan koefisien skalabilitas menunjuk kepada
baik tidaknya skala itu digunakan.
Menghitung koefisien skalabilitas, rumusnya: Rs = 1 – e
21
Kalau index skalabilitas besar dari 0,6, maka skala itu dianggap
baik
2. Tujuan Skala
Menurut Sugiyono (2012) tujuan skala adalah untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial.
3. Kegunaan Skala
Pada dasarnya Skala ini berguna bagi kepentingan pemahaman diri
konseli melalui teknik observasi yang lebih khas diukur dari derajat
penilaian. Adapun keguanaannya terperinci adalah sebagai berikut:
a. Mencatat kemunculan sejumlah tingkah laku secara sistematis
a) Penetapan Topik
b) Penentuan Variabel
c) Penentuan Indikator
d) Penentuan Prediktor
22
e) Penyusunan pernyataan/item.
2) Tahap Pelaksananaan
a) Skoring
c) Kesimpulan.
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Sunaryo dkk, inventori tugas perkembangan (ITP) adalah
instrument yang digunakan untuk memahami tingkat perkembangan individu.
Penyusunan ITP terutama dimaksudkan untuk menunjang kegiatan bimbingan
dan konseling di sekolah, namun dapat juga digunakan untuk mengetahui
tingkat perkembangan anak-anak dan pemuda.
Sosiometri merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk
mengetahui hubungan yang ada diantara anggota dalam satu kelompok. Cara
lain yaitu dengan Qsort, semantic differential atau skala bertingkat. Sosiometri
ini mula-mula dikembangkan oleh Moreno (1934) dengan publikasinya “Who
shall survive”. Pendidik/guru dapat menggunakan teknik ini untuk mengetahui
struktur social kelas, pemilihan bintang kelas, teman belajar kelompok dan
sebagainya.
Skala merupakan instrumen yang digunakan untuk mengukur aspek
afektif. Disusun berdasarkan indikator perilaku untuk mengungkap aspek yang
dimaksud. Teknik ini merupakan salah satu model yang sering digunakan
dalam asesmen pendidikan. Pada saat sekarang telah ada sejumlah model skala
yang dikembangkan dan diusulkan orang.
B. Saran
Dengan diselesaikannya makalah ini penulis berharap makalah ini dapat
menambah wawasan dan pengetahuan pembaca. Selanjutnya penulis juga
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna peningkatan
kualitas dalam penulisan makalah ini.
24
DAFTAR PUSTAKA
Benedicta, Riyanti. 2007. Fear of Succes and Risk Taking Pada Wirausaha
Wanita Bali.
Komalasari, Gantina dkk. 2011. Asesmen Teknik Non Tes dalam Perspektif BK
Komprehensif. Jakarta : PT Indeks.
Purwoko, Budi dan Titin Indah Pratiwi. 2007. Pemahaman Individu Melalui
Teknik Non Tes. Surabaya: Unesa University Press.
https://wiwidelfita.blogspot.com/2019/09/sosiometri-dan-skala.html
http://repository.unimus.ac.id/3601/7/bab%207.pdf
25
26