Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Metode berasal dari bahasa yunani metode yang berarti cara atau
jalan yang dicapai. Sehubungan dengan upayai lmiah, maka, metode tentang
masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu
yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai
tujuan, atau bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu. Metode
pembelajarana dalah suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh
para pendidik agar proses belajar mengajar pada siswa tercapai sesuai
dengan tujuan. Metode pembelajaran ini sangat penting dilakukan
agar proses belajar mengajar tersebut muncul menyenangkan dan tidak
membuat para siswa tersebut suntuk, dan juga para siswa tersebut dapat
menangkap ilmu dari tenaga pendidik tersebut dengan mudah. Metode
mengajar yang guru gunakan Salah satunya yaitu Role Play.
Role Playing adalah suatu kegiatan pembelajaran yang terencana
yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang
spesifik. Wikipedia (2012) menyebutkan bahwa peran bermain adalah
sebuah permaianan yang para pemainnya memainkan peran tokoh-tokoh
khayalan dan berkolaborasi untu merajut sebuah cerita bersama.
Pembelajaran model role playing ini adalah model pembelajaran
bermain peran yang dimana siswa harus berakting sesuai dengan peran yang
telah ditentukan. Model pembelajaran bermain peran penekanannya terletak
pada keterlibatan emosional dan pengamatan indera ke dalam suatu situasi
masalah yang secara nyata dihadapi, murid diperlukan sebagai subyek
pembelajaran,secara aktif melakukan praktik-praktik berbahasa (bertanya
dan menjawab) bersama teman-temannya pada situasi tertentu.

1
Kelebihan atau keunggulan menggunakan metode bermain peran,
diantaranya yaitu dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan
siswa, di samping menjadi pengalamam yang menyenangkan juga memberi
pengetahuan yang melekat dalam memoriotak. Sangat menarik bagi siswa,
sehingga memungkinkan membuat kelas menjadi dinamisdan antusias.
Kelemahan atau kekurangan metode bermain peran, diantaranya yaitu Role
Playing membutuhkan waktu yang relatif lama atau banyak dan kebanyakan
siswa yangsebagai pemeran merasa malu untuk memerankan suatu adegan
tertentu. Dari latar belakang diatas maka kami tertarik untuk belajar
tentang role playlebih lanjut yang bertujuan untuk membahas apa dan
bagaimana metode pembelajaran role playing atau bermain peran. Agar
lebih memahami tentang bermain peran, maka pemberian judul makalah ini
adalah “Metode Pembelajaran Role Playing”.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian model pembelajaran role playing !
2. Apa Tujuan model pembelajaran role playing !
3. Bagaimana prinsip-prinsip model pembelajaran role playing !
4. Bagaimana langkah-langkah model pembelajaran role playing !
5. Apa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran role playing !

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran role playing
2. Untuk mengetahui tujuan model pembelajaran role playing
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip model pembelajaran role playing
4. Untuk mengetahui langkah-langkah model pembelajaran role playing
5. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran role
playing

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Model Role Playing (Bermain Peran)


Role Playing adalah suatu kegiatan pembelajaran yang terencana
yang dirancang untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang
spesifik. Wikipedia (2012) menyebutkan bahwa role bermain adalah sebuah
permaianan yang para pemainnya memainkan pelari tokoh-tokoh khayalan
dan berkolaborasi bersama untuk merajut sebuah cerita. Jill Hadfield (dalam
Santoso,2011) menyatakan bahwa role playing adalah sejenis permaian
gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus melibatkan unsur
senanag. Sehubungan dengan itu, Santoso (2011) mengatakan bahwa model
peran bermain adalah suatu cara penugasan bahan-bahan pelajaran
melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Dengan kata lain
bahwa model pembelajaran dengan melakukan permainan peran yang
didalamnya terdapat aturan, tujuan, dan tidak senang dalam melakukan
proses belajar mengajar.
Menurut Miftahul A’la dalam bukunya Quantum Teaching (2011:49)
metode pembelajaran Role playing (bermain peran) adalah merupakan cara
penguasaan bahan–bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan yang dimiliki oleh setiap siswa. Pengembangan imajinasi dan
penghayatan dilakukan siswa dengan memerankan memerankan sebagai
tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini umumnya dilakukan lebih dari
satu orang, itu bergantung kepada apa yang di perankan.
Nama lain dari pembelajaran role playing ini adalah Sosiodrama.
Sosiodrama (Role playing) oleh Syaiful (2011:213) berasal dari kata Sosio
dan drama. Sosio berarti sosial menunjuk pada objeknya yaitu masyarakat
menunjukan pada kegiatan–kegiatan sosial, dan drama berarti
mempertunjukan, mempertontonkan atau memperlihatkan. Jadi sosiodrama
adalah metode mengajar yang dalam pelaksanaannya peserta didik
mendapat tugas dari guru untuk mendramatisasikan suatu situasi sosial yang

3
mengandung suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan suatu
masalah yang muncul dari suatu situasi sosial. Dalam buku Dasar-Dasar
proses belajar mengajar (1987: 84) sosiodrama dan role playing dapat
dikatakan sama artinya dan dalam proses pemakaiannya sering disilih
gantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam
hubungannya dengan masalah sosial.
Model pembelajaran role playing atau bermain peran ini merupakan
pembelajaran yang lebih permainan gerak dan siswa biasanya ingin
memahami, memperagakan setiap peran-peran yang di perankannya untuk
selanjutnya biasanya siswa di tugaskan untuk memberikan penilaian baik
kekurangan atau kelebihan dari peran yang dimainkan ataupun juga jalan
cerita yang diperankannya. Selain penilaian terhadap penilaian terhadap
jalan cerita dalam role playing tersebut biasanya dijadikan bahan refleksi
dalam model pembelajaran role playing misalnya menentukan apa isi dari
cerita tersebut, hikmah yang didapat dalam ceritanya dan lain-lain.
Menurut Zaini (2008), ada tiga aspek bermain peran yaitu : (1)
peran (Role Playing), tekanan ekspektasi sosial terhadap pemeran peran.
Contohnya aadalah pada hubungan keluarga (apa yang harus dikerjakan
anak perempuan) atau berdasarkan tugas (bagaimana seseorang agen
bertindak bertindak dalam situasi sosial); (2) Membuat peran (Role
Marking) yaitu kemampuan pemegang peran untuk berubah secara dramatis
dari satu peran keperan yang lain dan menciptakan serta memodifikasi peran
sewaktu-waktu diperlukan; (3) Tawar-menawar peran (Peran Negosiasi),
yaitu tingkat dimana peran negosiasikan dengan pemegang peran lain dalan
parameter dan pengaruh interaksi sosial.
Dalam teknik pengajaran berbahasa (1986:122) teknik bermain peran
sangat baik untuk mendidik siswa dalam menggunakan ragam-ragam
bahasa. Cara berbicara orang tua tentu berbeda dengan cara berbicara anak-
anak. Cara berbicara penjual berbeda pula dengan cara berbicara pembeli.
Fungsi dan peranan seseorang menuntut cara berbicara dan berbahasa
tertentu pula. Dalam bermain peran, siswa bertindak, berlaku, dan berbahasa

4
sesuai dengan peranan orang yang diperankannya. Misalnya sebagai guru,
orang tua, polisi, hakim, dan sebagainya. Setiap tokoh yang di perankan
menuntut karakteristik tertentu pula
Dari pendapat ahli diatas dapat disimpulkan metode pembelajaran
role playing adalah sebagian dari simulasi atau pertunjukan yang diarahkan
untuk mengkreasikan peristiwa yang terjadi secara aktual dengan
memerankan tokoh-tokoh tertentu baik yang terjadi pada masa lalu ataupun
yang terjadi pada masa mendatang.

2.2 Tujuan Model Pembelajaran Role Playing


Tujuan dari metode pembelajaran bermain peran ini menurut Oemar
Hamalik (2001:198) disesuaikan dengan jenis belajar, diantaranya sebagai
berikut :
a. Belajar dengan berbuat. Para siswa melakukan peranan tertrentu sesuai
dengan kenyataan yang sesungguhnya. Tujuannya adalah untuk
mengembangkan keterampilan-keterampilan interaktif atau
keterampilan-keterampilan reaktif.
b. Belajar melalui peniruan (imitasi). Para siswa pengamat drama
menyamakan diri dengan pelaku (elat) dan tingkah laku mereka.
c. Belajar melalui balikan. Para pengamat mengomentari (menanggapi)
prilaku para pemain atau pemegang peeran yang telah ditampilkan.
Tujuannya adalah untuk mngembangkan prosedur-prosedur kognitif
dan prinsip-prinsip yang mendasari perilaku keterampilan yang telah
didramatisasikan.
d. Belajar melalui pemgkajian, penilaian dan pengulangan. Para peserta
dapat memperbaiki keterampilan-keterampilan mereka dengan
mengulanginya dalam penampilan berikutnya.
Menurut Zuhaerini (1983:56), model ini digunakan apabila pelajaran
dimaksudkan untuk: (a) menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya
menyangkut orang banyak, dan berdasarkan pertimbangan didaktik lebih
baik didramatisasikan dan dari pada diceritakan, karena akan lebih jelas dan

5
dapat dihayati oleh anak; (b) melatih anak-anak agar mereka mampu
menyelesaikan masalah-masalah sosial-psikologis; dan (c) melatih anak-
anak agar mereka dapat bergaul dan memberi kemungkinan bagi
pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.

2.3 Prinsip-Prinsip Model Pembelajaran Role Playing


a. Prinsip dasar dalam pembelajaran bermain sebagai berikut : setiap
anggota kelompok(siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatuyang
dikerjakan dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua
anggota adalah tim.
c. Kelompok memiliki tujuan yang sama.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung
jawab yang samadi antara anggota kelompoknya.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
f. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan
membutuhkan keterampilanuntuk belajar bersama selama proses
belajarnya.
g. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dimintai peran secaramateri
individu yang ditangani dalam kelompokbermain

2.4 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Role Playing


Langkah-langkah atau prosedur dalam pelaksanaan model
pembelajaran role playing ini adalah :
a. Guru menyusun/menyiapkan elative yang akan ditampilkan
b. Menunjuk beberapa siswa untuk mempelajari elative dua hari atau
beberapa hari sebelum KBM (kegiatan belajar mengajar) guna
mempersiapkan peran yang terdapat dalam elative tersebut.
c. Guru membentuk kelompok siswa yang anggotanya 5 orang atau sesuai
dengan kebutuhan.

6
d. Memberikan penjelasan tentang kompetensi yang ingin dicapai dalam
materi tersebut.
e. Memanggil para siswa yang sudah ditunjuk untuk melakonkan elative
yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
f. Masing-masing siswa duduk di kelompoknya, masing-masing sambil
memperhatikan mengamati elative yang sedang diperagakan.
g. Setelah selesai dipentaskan, masing-masing siswa diberikan kertas
sebagai lembar kerja untuk membahas elative tersebut. Misalnya
menilai peran yang dilakonkan, mencari kelemahan dan kelebihan dari
peran tersebut atau pun alur/ jalan ceritanya.
h. Masing-masing kelompok menyampaikan hasil dan kesimpulannya.
i. Guru memberikan kesimpulan secara umum atau menjgevalusi seluruh
kegiatan.
j. Evaluasi/ refleksi.
k. Penutup

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Role Playing


Setiap metode pembelajaran tidak ada yang sempurna, karena masing-
masing memiliki kelemahan dan kelebihannya tersendiri. Oleh karena itu
peran pendidik penting dalam menyesuaikan metode mana yang sesuai
untuk di terapkan dalam menyampaikan materi tertentu. Adapun kelemahan
dan kelebihan dari metode pembelajaran Role Playing ini diantaranya
adalah :
a. Kelebihan Model Pembelajaran Role Playing
1) Melibatkan seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai kesempatan
untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama.
2) Siswa juga dapat belajar menggunakan bahasa dengan baik dan
benar.
3) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
4) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan
dalam situasi dan waktu yang berbeda.

7
5) Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan
pada waktu melakukan permainan.
6) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.
Disamping merupakan pengaman yang menyenangkan yang saling
untuk dilupakan.
7) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi
dinamis dan penuh antusias.
8) Membangkitkan gairah dan semangat elative dalam diri siswa serta
menumbuhkan rasa kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang
tinggi.
9) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan
dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya
dengan penghayatan siswa sendiri.
10) Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan elativenal siswa,
dan dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan
kerja.
Selain itu menurut Miftahul A’la (2011:93) metode pembelajaran Role
playing selain memiliki kelebihan yaitu melibatkan seluruh siswa
dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk memajukan
kemampuannya dalam kerja sama, kelebihan lainnya yaitu guru
dapat mengevaluasi pemahaman tiap siswa melalui pengamatan
pada waktu melakukan permainan. Permainan merupakan
pengalaman belajar yang menyenangkan bagi anak.

b. Kelemahan Model Pembelajaran Role Playing


1) Metode bermain peranan memerlukan waktu yang elative
panjang/banyak.
2) Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru
maupun murid. Dan ini tidak semua guru memilikinya.
3) Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu
untuk memerlukan suatu adegan tertentu.

8
4) Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami
kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi
sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai.
5) Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini.
6) Sebagian besar anak yang tidak ikut drama mereka menjadi kurang
aktif.
7) Memerlukan tempat yag cukup luas, jika tempat bermain sempit
menyebabkan gerak para pemain kurang bebas.
8) Kelas lain sering terganggu oleh suara pemain dan penonton yang
kadang-kadang bertepuk tangan.
Menurut Syaiful (2011:214) ada beberapa cara untuk mengatasi
kelemahan-kelemahan pada metode pembelajaran sosio drama atau role
playing ini diantaranya:
1) Guru harus menerangkan kepada siswa, untuk dapat memecahkan
masalah hubungan sosialyang aktual ada di masyarakat.
2) Guru harus dapat memilih masalah yang urgent sehingga menarik
minat anak. Ia dapat menjelaskan dengan baik dan menarik,
sehingga menarik minat anak.
3) Agar siswa memahami peristiwanya maka guru harus bisa
menceritakansambil mengatur adegan pertama
4) Bobot atau luasnya bahan pelajaran yang akan di dramakan harus
sesuai dengan waktu yang tersedia.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Model pembelajaran role playing ini merupakan model pembelajaran
yang melibatkan siswa untuk aktif dan siswa ikut berperan penting dalam
pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran role playing ini dapat
membuat suasana belajar menjadi lebih menyenangkan sehingga
memotivasi siswa dan siswa menjadi antusias saat pembelajaran.
Setiap metode tentu memiliki kelemahan dan kelebihannya asing-
masing begitupun dengan metode pembelajaran role playing ini, oleh karena
itu seorang guru atau pendidik perlu memadukan pembelajaran role playing
ini dengan metode-metode lain sesuai dengan materi atau standar
kompetensi yang hendak dicapai siswa. Dengan demikia selain dari siswa
yang termotivasi untuk belajar, proses pembelajaran berlangsung sesuai
dengan yang di harapkan guru pun akan terbantu dengan hasil pembelajaran
yang memang sesuai.

3.2 Saran
Pemaparan mengenai model pembelajaran role playing dalam
makalah ini tentu jauh dari sempurna, dan masih banyak kekurangan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah
selanjutnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

A'la, Miftahun. 2011. pengajaran kuantum. Yogyakarta: Diva Press.


Hardini, Israni dan Dewi Puspiasari. 2012. Strategi Pembelajaran Terpadu.
Yogyakarta: Keluarga.
Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Santoso, agus. 2010. Studi deskriptif effect size penelitian-penelitian di psikologi
universitas sanata Dharma.jurnal penelitian.
Tim Edukatif. 2006. Kompeten Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

11

Anda mungkin juga menyukai