Anda di halaman 1dari 13

Paper Pengantar Ilmu Kedokteran Hewan Tradisional

A Systematic Review of Complementary and Alternative Veterinary


Medicine: “Miscellaneous Therapies”

Disusun oleh: (Kelompok 4)


Cecillia Parhusip (2109511100)
Kivlan Satrio Pamungkas (2109511104)
Yan Agus Dharma Nataswara (2109511107)
Gabriella Panyuwa (2109511108)
Ni Komang Desi Anggelia (2109511131)
Keirrann Arthur Paskahadi (2109511134)
Justukada Andrew Azarya Ponno (2109611137)
Ayub Andreas Panahatan Napitupulu (2109511139)
Inggrid Laurentina (2109511144)
Shieny Yovita Pramudana (2209511010)
Audriel Lydia Hosana Nainggolan (2209511031)
Naura Anindya (2209511099)
Febina Eninta Putri Sembiring (2209511084)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


UNIVERSITAS UDAYANA
JIMBARAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
menganugerahkan banyak nikmat sehingga kami dapat menyusun paper Tugas Pengantar Ilmu
Kedokteran Hewan Tradisional ini dengan baik. Paper ini berisi tentang A Systematic Review of
Complementary and Alternative Veterinary Medicine: “Miscellaneous Therapies”. Kami sangat
berharap semoga paper ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca.
Bahkan, kami berharap lebih jauh lagi agar paper ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan
pembaca sehari-hari.
Dalam penyusunan paper ini, penulis menyadari bahwa hasil paper ini masih jauh dari
kata sempurna. Sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sekalian.
Jimbaran, 14 Oktober 2023

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................... 3
BAB II............................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN............................................................................................................................. 4
2.1 Aromaterapi......................................................................................................................... 4
2.2 Terapi Emas......................................................................................................................... 4
a. Indikasi Klinis.................................................................................................................. 5
b. Efek Klinis....................................................................................................................... 5
2.3 Homeopati............................................................................................................................5
a. Konsultasi dan evaluasi pasien.........................................................................................6
b. Pemilihan obat................................................................................................................. 6
c. Pengenceran dan pengadukan.......................................................................................... 6
d. Pemberian obat.................................................................................................................6
e. Prinsip hukum minim.......................................................................................................6
2.4 Terapi Lintah........................................................................................................................ 7
2.5 Terapi Lumpur..................................................................................................................... 7
2.6 Terapi Saraf.......................................................................................................................... 8
2.7 Mesoterapi............................................................................................................................8
2.8 Terapi Suara......................................................................................................................... 9
2.9 Terapi Getaran......................................................................................................................9
BAB III..........................................................................................................................................11
PENUTUP.....................................................................................................................................11
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................ 11
3.2 Saran...................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 12

2
BAB I
PENDAHULUAN

Pengobatan hewan komplementer dan alternatif (CAVM) adalah istilah yang


menggambarkan serangkaian terapi yang bervariasi dalam teori dan praktik. Hal ini terdiri dari
terapi yang sebagian besar diberikan oleh terapis tanpa latar belakang kedokteran hewan, dan
pada tingkat kecil atau tidak sama sekali oleh petugas kesehatan hewan. Dalam pengobatan
manusia, istilah CAM digunakan berbeda dengan “pengobatan konvensional”, yang
didefinisikan sebagai pengobatan berbasis bukti ilmiah atau “pengalaman yang terdokumentasi
dengan baik”. Perbedaan utama dibandingkan dengan pengobatan konvensional adalah bahwa
metode CAVM menggunakan model penjelasan untuk mekanisme kerja dan efek klinisnya yang
berbeda dari pengobatan konvensional atau masih diperdebatkan. Contohnya adalah model
penjelasan penyeimbangan energi yang digunakan dalam pengobatan tradisional Tiongkok
dibandingkan dengan aktivasi sistem endogen dengan pelepasan, misalnya neuropeptida berbeda
yang digunakan dalam akupunktur medis barat. Berdasarkan literatur manusia, terdapat terapi
tertentu yang tidak memiliki dukungan ilmiah yang cukup untuk menentukan kemanjuran klinis
namun mekanisme kerjanya dapat dijelaskan oleh ilmu pengetahuan alam. Terapi-terapi ini
mungkin lebih relevan untuk dieksplorasi secara ilmiah dibandingkan terapi yang hanya
bertumpu pada model penjelasan yang tidak sesuai dengan model ilmiah yang ada. Selain itu,
ada juga terapi tertentu yang terdapat bukti mengenai kemanjuran klinisnya pada manusia,
namun bukti terkait pengobatan pada hewan masih kurang. Dokumentasi juga terbatas mengenai
seberapa umum terapi CAVM digunakan. Beberapa penelitian melaporkan bahwa minat terhadap
CAVM telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.Selain itu, Bergenstrahle dan Nielsen
(2016) melaporkan bahwa sebagian kecil dokter hewan kuda, menjawab survei, telah mengambil
kelas CAVM selama kuliah. Lebih lanjut, pasokan layanan yang ditawarkan di klinik hewan
secara historis didorong oleh permintaan dari pemilik hewan. Karena adanya permintaan dari
pemilik hewan, dokter hewan dan petugas kesehatan hewan lainnya harus siap menghadapi
pertanyaan mengenai CAVM. Oleh karena itu, diperlukan informasi yang tidak memihak tentang
kemungkinan dampak dan konsekuensi penggunaan CAVM. Dalam paper ini, kami akan
membahas lebih lanjut mengenai Pengobatan hewan komplementer dan alternatif (CAVM).

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Aromaterapi
Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki keanekaragaman obat di dunia.
Sebanyak 40.000 jenis flora yang ada di dunia terdapat 30.000 jenis dapat dijumpai di Indonesia
dan 940 jenis diantaranya diketahui berkhasiat sebagai obat dan telah dipergunakan dalam
pengobatan tradisional secara turun-temurun oleh berbagai etnis di Indonesia. Jumlah tumbuhan
obat tersebut sekitar 90% dari jumlah tumbuhan obat yang terdapat di kawasan Asia (Masyhud,
2010). Salah satu dari sekian banyak tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional adalah
tanaman serai wangi (Cymbopogon nardus L). Serai wangi merupakan salah satu tanaman yang
memiliki banyak manfaat, hasil penyulingan daun dan batang serai diperoleh minyak atsiri dalam
dunia perdagangan dikenal dengan nama Citronella Oil senyawa utama penyusun minyak serai
yaitu sitronelol. Sitronelol dan geraniol, komponen ini menentukan intensitas bau harum
(Arianto, dkk, 2018) dan tanaman yang lainya yang mengandung minyak atsiri yaitu salah
satunya ada jeruk nipis.
Aromaterapi merupakan istilah modern yang dipakai untuk proses penyembuhan kuno
yang menggunakan sari tumbuhan aromatik murni. Tujuanya adalah untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan tubuh, pikiran dan jiwa. Sari tumbuhan yang dipakai melalui
berbagai cara pengolahan dan dikenal dengan minyak esensial atau minyak atsiri (Nurcahyo,
2016).

2.2 Terapi Emas


Emas telah digunakan untuk keperluan medis sejak zaman kuno. Penggunaan emas untuk
medis pertama kali dapat ditelusuri kembali di Tiongkok pada 2500 Sebelum Masehi (SM), dan
digunakan secara luas oleh dokter dan ahli bedah. Misalnya, emas murni digunakan untuk
mengobati bisul, cacar, dan luka di kulit serta untuk menghilangkan merkuri dari kulit dan
daging. Dalam sejarah modern, penggunaan emas di bidang pengobatan dimulai dengan
penemuan seorang ahli bakteriologi Jerman Robert Koch pada tahun 1890 bahwa senyawa emas
dapat menghambat pertumbuhan bakteri penyebab tuberkulosis.

4
Para peneliti kedokteran modern melakukan riset lebih intensif menyangkut khasiat emas
dalam penyembuhan penyakit, Emas suntik, paling sering digunakan untuk mengobati
osteoarthritis.

a. Indikasi Klinis
Indikasi Klinis yang diperuntukan untuk terapi ini adalah dalam dua seri kasus, anjing dan
kucing dengan tumor kelenjar susu alami diobati dengan terapi fototermal plasmonik (PPTT)
berbantuan nanorod emas, tanpa kelompok kontrol. Dalam satu seri kasus pada anjing, kabel
emas digunakan untuk mengobati serangan epilepsi. Empat studi yang tersisa, semua RCT,
menyelidiki efek manik emas atau implantasi kawat untuk anjing dengan osteoarthritis (OA).

b. Efek Klinis

Hasil histopatologis menunjukkan penurunan tingkat kanker dan remisi tumor. Studi kejang
(dengan risiko bias tinggi) menunjukkan tidak ada perubahan dalam rekaman EEG tetapi
perubahan yang signifikan pada pemilik melaporkan jumlah kejang antara periode pengobatan
dan kontrol.

2.3 Homeopati
Homeopati merupakan salah satu bentuk terapi alternatif dan juga merupakan salah
satu bentuk ilmu kesehatan tradisional. Tidak hanya pada manusia, homeopati juga dapat
diterapkan pada hewan. Homeopati adalah metode terapi yang melibatkan penggunaan zat
yang menghasilkan gejala yang serupa dengan penyakitnya. Pada metode terapi ini,
dipercaya juga bahwa semakin rendah dosis obatnya, semakin tinggi efektivitasnya. Hal ini
merupakan prinsip kerja homeopati sendiri yang dikenal dengan nama “like cures like”.
Sayangnya, homeopati masih dinilai kontroversial karena mekanismenya yang masih
“kurang jelas”.

Proses pengobatan menggunakan homeopati melewati beberapa tahap, di antara


lainnya:

5
a. Konsultasi dan evaluasi pasien

Pada tahap ini, dilakukan pengecekan dan konsultasi secara menyeluruh tentang
kondisi pasien, gejala yang dimiliki, dan riwayat penyakit. Tidak sampai situ, gejala
emosional dan psikologis juga diperhatikan.

b. Pemilihan obat

Obat-obatan dalam homeopati terbuat dari bahan-bahan alami, seperti tumbuhan,


mineral, atau bahan organik lainnya. Pemilihan obat didasarkan pada prinsip "like cures
like".

c. Pengenceran dan pengadukan

Obat homeopati awalnya memiliki konsentrasi yang sangat tinggi. Untuk


mengurangi toksisitas dan meningkatkan efektivitasnya, obat diencerkan berulang kali
dengan air atau alkohol, diikuti dengan pengocokan atau penggoyangan energik
(dinamisasi/succussion). Hasil akhir dari tahap ini adalah obat yang sangat encer dan
kemungkinan, substansi asli hampir tidak ada.

d. Pemberian obat

Pasien menerima obat dalam bentuk tetes cair atau tablet yang telah diencerkan.

e. Prinsip hukum minim

Homeopati mengikuti prinsip hukum minim. Artinya, semakin tinggi


pengenceran, semakin tinggi efektivitas obat tersebut. Konsep ini dianggap kontroversial
dalam ilmu pengetahuan konvensional karena pengenceran yang ekstrim dapat
menghasilkan obat yang tidak mengandung molekul zat asli sama sekali.

Terlepas dari kontroversinya, teknik homeopati sudah sering dipraktikkan pada


hewan-hewan, seperti anjing, kucing, kuda, dan hewan eksotis. Bahkan, penyakit kronis pun
dipercaya dapat disembuhkan melalui homeopati.
Praktik homeopati juga tidak terlepas dari efek samping. Efek samping ini dapat
terjadi apabila adanya penggunaan obat yang salah atau dosis obat yang terlalu tinggi.

6
2.4 Terapi Lintah
Terapi Lintah atau hirudoterapi adalah pengobatan menggunakan lintah obat.
mengatasi kelainan sistem saraf, masalah gigi dan kulit,meringankan nyeri, mengobati
peradangan, serta infeksi. Gigitan lintah itu akan meninggalkan bekas berbentuk huruf Y,
yang nantinya akan sembuh tanpa bekas luka. Lintah yang digunakan untuk pengobatan
adalah jenis Hirudo. Pada Kualitas Studi penelitian ini ditunjukan satu studi kohort
retrospektif yang melibatkan 57 kuda diidentifikasi.

Indikasi klinis pada studi tersebut menggambarkan pengobatan dengan 117 aplikasi
lintah dengan berbagai jenis protokol pengobatan, pada 57 kuda dengan laminitis. Skala
Obel menilai kemanjuran pengobatan. Berdasarkan studi tersebut menunjukkan efek klinis
pada terapi ini adalah sebanyak 84% kuda menunjukkan perbaikan klinis setelah perawatan,
berdasarkan studi bias risiko tinggi ini. Contoh Studi Kasus pada terapi ini adalah
penggunaan terapi lintah pada anjing. Anjing lahir dengan kelainan jantung yang disebut
patent ductus arteriosus (PDA), yaitu kelainan jantung yang terjadi saat duktus arteriosus
dan gagal menutup setelah lahir. PDA-nya tidak ditemukan sampai tekanan di jantungnya
berubah, dan aliran darah melalui PDA nya berbalik. Lalu ada juga studi kasus yang
membahas tentang PCV normal untuk seekor anjing adalah 37-55%, namun pasien anjing
tersebut memiliki PCV 75-80%.Setelah dilakukan terapi lintah pertamanya. Empat lintah
digunakan dan berhasil mengurangi sel darah merah ke persentase yang aman.

2.5 Terapi Lumpur


Terapi lumpur melibatkan perawatan kondisi dengan lumpur air yang kaya mineral.
Metode ini digunakan pada kuda untuk meningkatkan fleksibilitas dan gerakan sendi. Pada
salah satu contoh kasusnya hewan kuda dirawat dengan lumpur dari Danau HéaySayaz di
Hongaria 10 kali, dua kali sehari di malam hari. Sebelum dan sesudah percobaan dan
delapan minggu setelahnya, pengukuran diambil dari panjang langkah rata-rata dan jarak
terpanjang antara kaki belakang dan depan selama berjalan dan berlari, dan fleksibilitas
maksimal sendi lutut, hock, dan fetlock. Fleksibilitas maksimal setiap sendi diukur dengan
busur derajat sendi. Tidak ada kontrol yang dimasukkan dalam penelitian ini. Dari beberapa

7
sumber melaporkan bahwa perawatan lumpur memiliki efek positif dan tahan lama pada
persendian dan gerakan.

2.6 Terapi Saraf


Terapi saraf adalah perawatan di mana anestesi lokal disuntikkan ke lokasi tertentu di
tubuh. Indikasi klinis dari terapi saraf (NT) digunakan untuk dermatitis atopik anjing pada
18 anjing dan untuk sindrom nyeri di daerah pinggang dan pinggul pada 60 kuda. Efek klinis
dalam studi anjing (risiko bias tinggi), pengurangan pruritus signifikan dibandingkan
sebelum dan sesudah pengobatan. Studi kuda (dengan risiko bias tinggi) melaporkan bahwa
dari 60 pasien, 51 kuda dirawat dengan infiltrasi, dan 45 di antaranya dinilai setelah
perawatan. Tujuh diantaranya tidak lagi digunakan untuk kompetisi, dan pada empat kuda
waktu evaluasi setelah perawatan terlalu singkat. Dari 34 kuda yang tersisa, 26 dapat dilatih
dengan sukses dan memenangkan beberapa balapan selama tahun-tahun berikutnya,
sementara delapan kuda tidak pulih.

2.7 Mesoterapi
Mesoterapi adalah teknik non-bedah non-invasif yang menggunakan injeksi mikro
sediaan farmasi dan homeopati, ekstrak tumbuhan, vitamin, dan bahan lain ke dalam lemak
subkutan. Satu RCT yang melibatkan 15 anjing dan satu studi kohort retrospektif yang
melibatkan 20 anjing diidentifikasi. Kualitas Studi dari terapi ini ditunjukan pada studi RCT
dinilai memiliki risiko bias sedang dan studi retrospektif 5 memiliki risiko sedang hingga
tinggi, karena desain studi dan jumlah peserta yang rendah.

Indikasi klinis metode ini digunakan pada anjing untuk mengobati sakit punggung kronis.
Pada variabel hasil menunjukan Respon terhadap pengobatan, diukur dengan Canine Brief
Pain Inventory (CBPI) dan Hudson Visual Analogue Scale (HVAS), dievaluasi sebelum
pengobatan, setelah 15 hari, dan setelah satu, dua, tiga, empat, dan lima bulan.

Efek klinis Saat membandingkan hasil CBPI dalam studi RCT (dengan risiko bias
sedang), tidak ada perbedaan yang ditemukan antara kelompok perlakuan (TG) dan
kelompok kontrol pada awal hingga dua dan lima bulan. Perbedaan diamati pada bagian
CBPI setelah penghentian carprofen: pada tiga bulan untuk Pain Interference Score (PIS)

8
dan Pain Severity Score (PSS) dan pada empat bulan untuk PIS dan PSS, dengan kelompok
TG memiliki hasil yang lebih baik secara keseluruhan. Tidak ada perbedaan yang
didaftarkan dengan HVAS. Dalam studi retrospektif (dengan risiko bias yang tinggi), tidak
ada perbedaan yang diamati antar kelompok.

2.8 Terapi Suara


Terapi suara (musik) menggunakan suara dan musik bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan dan kesejahteraan. Indikasi klinis dari metode ini digunakan pada kuda yaitu
untuk mengurangi stres. Studi menggambarkan pengobatan dalam lima kelompok yang
berbeda (N=60; satu kontrol dan empat kelompok eksperimen) dengan musik selama satu
jam sehari, musik selama tiga jam sehari, pijatan pada hari sebelum perlombaan, dan setiap
hari pijat selama enam bulan musim balap, ditambah kelompok kontrol. Efek klinis studi
tersebut, dengan risiko bias yang tinggi, melaporkan bahwa memainkan musik relaksasi
selama tiga jam sehari memiliki efek yang lebih positif pada keadaan emosi kuda daripada
musik selama satu jam, dievaluasi berdasarkan detak jantung.

2.9 Terapi Getaran


Terapi getaran merupakan ketika getaran ditransfer ke tubuh melalui permukaan kontak
yang berada dalam keadaan bergetar mekanis dan berfungsi untuk meningkatkan sirkulasi darah,
relaksasi otot, menstimulasi proses penyembuhan melemaskan otot dan mengurangi nyeri.
Ketika getaran ditransmisikan ke tubuh, itu menyebabkan otot berkontraksi dan rileks dan jenis
getaran tertentu juga dapat menyebabkan tubuh menghasilkan lebih banyak osteoblas dan
getaran naik turun diyakini paling efektif untuk menghasilkan kontraksi otot yang cepat. Indikasi
Klinis satu studi kasus menyangkut perawatan kuda dengan ketimpangan kronis dengan getaran
seluruh tubuh (WBV). Satu studi kuda mengamati terapi getaran sikloidal pada kuda sehat,
sedangkan studi kuda lainnya menyelidiki berbagai jenis efek fisiologis WBV pada kuda sehat.
Satu studi kasus meneliti perubahan fisiologis pada anjing sehat.
Efek Klinis dalam studi pada kuda dengan ketimpangan kronis, tidak ada perbedaan
ketimpangan yang terlihat setelah 30 atau 60 hari WBV (risiko bias sedang hingga tinggi). Tujuh
studi pada kuda sehat (risiko bias sedang hingga tinggi), yang menggunakan radiografi yang
mengukur kandungan mineral tulang dan analisis darah laboratorium dari berbagai variabel

9
darah sebagai ukuran hasil, menunjukkan penurunan nilai gamma-glutamyltransferase, kortisol
serum, dan kreatininase, tetapi tidak ada perubahan pada variabel terdaftar lainnya.

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
metode Complementary and Alternative Veterinary Medicine (CAVM) menggunakan model
penjelasan untuk mekanisme kerja dan efek klinisnya yang berbeda dari pengobatan
konvensional. Dari hasil semua penelitian dan studi kasus yang dipublikasi menunjuka bawa
rata-rata metode terapi tersebut memiliki resiko bias sedang ke tinggi dimana hal ini disebabkan
karena jumlah peserta yang rendah. Metode CAVM bermacam-macam ini, juga menunjukan
efektivitas yang berbeda-beda tergantung dengan tindakan dan individu hewan uji.

3.2 Saran
Teks

11
DAFTAR PUSTAKA

YARAMIŞ, Ç. P., Issautier, M. N., & SAKA, S. U. (2016). Homeopathic treatments in 17 horses
with stereotypic behaviours. Kafkas Univ. Vet. Fak. Derg, 22, 793-799.

Anna Bergh, Irene Lund, Anna Bostrom, Heli Hyytainen, Kjell Asplund, Department of Clinical

Sciences, Swedish University of Agricultural Sciences, SE 750 07 Uppsala, Sweden,

Department of Physiology and Pharmacolgy, Karolinska Institutet, SE 171 77 Stockholm,

Sweden, Department of Equine and Small Animal Medicine, Faculty of Veterinary

Medicine, University of Helsinki, P.O. Box 57, 00014 Helsinki, Finland, and Department

of Public Health and Clinical Medicine, Umeå University, SE 901 87 Umeå, Sweden.

2019. “A Systematic Review of Complementary and Alternative Veterinary Medicine:

“Miscellaneous Therapies.”” A Systematic Review of Complementary and Alternative

Veterinary Medicine: “Miscellaneous Therapies”.

https://www-mdpi-com.translate.goog/2076-2615/11/12/3356?_x_tr_sl=id&_x_tr_tl=en&

_x_tr_hl=id&_x_tr_pto=wapp.

12

Anda mungkin juga menyukai