Anda di halaman 1dari 7

1.

* Penjelasan tentang kemampuan yang harus dimiliki oleh pengusaha kecil yaitu
kemampuan untuk “Melihat Lebih dalam” yang merupakan kemampuan seorang
entrepreneur dalam mengidentifikasi atau mencium adanya peluan usaha, baik berupa
permintaan yang sudah muncul ataupun yang masih tersembunyi dari peristiwa yang mereka
lihat ataupun yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Pengusaha kecil yang berhasil
pada umumnya mampu melihat dan memahami, secara lebih mendalam, kondisi dan apa
yang terjadi, dalam lingkup usaha mereka. Mereka pada umumnya sangat menghayati
kegiatan yang mereka jalankan dan juga situasi yang terjadi di sekeliling mereka sehingga
mereka mampu menemukan peluang usaha, yang kemudian terbukti berhasil, dari hal-hal
yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan oleh orang lain.
* Jenis kemampuan tersebut yaitu:
1. Kemampuan Membaca Peluang Usaha yang bisa muncul dari: a. Kebutuhan menggantikan
fungsi, b. Kebutuhan untuk menghubungkan, dan c. Kebutuhan akan jenis produk/jasa
tertentu karena terjadi perubahan atau karena suatu kondisi khusus.
2. Kemampuan Membaca atau Memahami Hal Mendasar dari Produk atau Jasa.
3. Kemampuan Membaca Potensi ataupun Keterbatasan Diri.
4. Kemampuan Mengusahakan Kesesuaian.

2. Contoh dari tiap jenis kemampuan tersebut yang membuat pengusaha kecil dapat berhasil
adalah, sebagai berikut:
A. Kemampuan Membaca Peluang Usaha
Kemampuan mengidentifikasikan atau mencium adanya peluang usaha, baik berupa
permintaan yang sudah muncul ataupun yang masih tersembunyi dari peristiwa yang mereka
lihat ataupun yang mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.
Contoh kasus dari jenis kemampuan membaca peluang usaha misalnya adalah kasus “Ibu
Rumah Tangga Sekolah S-2” berikut ini.
IBU RUMAH TANGGA SEKOLAH S-2
Suatu hari, seorang dosen di sebuah perguruan tinggi memasuki kantor tempat ia menjadi
pengelola program Pasca Sarjana S-2, Sejumlah mahasiswa S-2 berkerumun di depan pintu
masuk kantor itu.
Mahasiswa S-2 ini pada umumnya berusia sekitar 30 tahun, pada umumnya sudah bekerja,
sedang berusaha membangun karier, sehingga berusaha meningkatkan pendidikannya agar
dapat meraih masa depan yang lebih baik. Sebagian baru menikah 3 sampai 5 tahun, dan
beberapa di antaranya sudah mempunyai anak yang masih usia balita.
Tepat di pintu masuk, sang dosen masih sempat mendengar obrolan yang sangat menarik,
dari dua orang ibu muda, keduanya mahasiswa program S-2:
Ibu A : “kamu kok kelihatan agak kusut?”
Ibu B : “iya, sialan, lagi musim ujian begini, mertua datang, sudah dua hari!“
Mendengar dialog yang sangat unik ini sang dosen mengurungkan niatnya masuk ke ruangan
kantor. Ia malah menghampiri kedua mahasiswa S-2 itu, dan kemudian bertanya: “Ibu, apa
sebabnya ‘sialan’ kalau mertua datang?”
Kedua ibu muda itu tertegun, Ibu B akhirnya menjawab: “Pak, kalau suami saya, dia paham
betul bahwa saya sedang sekolah, dan sedang sibuk menghadapi ujian, karena dia juga dulu
sekolah di sini. Jadi, kalau saya tidak sempat memasak dengan serius, dia juga bisa
memaklumi. Tapi, ibu mertua menginap sudah 2 hari, mustahil saya suguhi makan mie instan
tiap hari!”
Ibu B malah kemudian menambahkan: “di mana kita bisa memesan makanan rumah yang
bisa diantar? Andaikata ada, ‘kan melayani mertua jadi mudah!”
Kasus Ibu Rumah Tangga Sekolah S-2 ini memberikan gambaran bahwa gagasan mengenai
peluang usaha ternyata bisa muncul dari peristiwa yang kita alami sehari-hari. Secara khusus
kasus ini menunjukkan munculnya peluang usaha, apabila ada pihak yang tidak dapat
menjalankan fungsi yang biasanya ia jalankan. Ibu rumah tangga yang biasanya tinggal di
rumah, menyediakan makan untuk keluarga, meninggalkan fungsi yang biasa ia jalankan
karena menjadi mahasiswa S-2.
Kebutuhan yang mudah terlihat adalah yang bersifat konsumtif, karena jelas seperti makanan
dan pakaian, sehingga merupakan jenis gagasan usaha yang biasanya muncul pada para
pengusaha kecil baru. Karena itu, akan lebih mudah apabila pengusaha baru mencari gagasan
lain di luar jenis usaha yang bersifat konsumtif. Secara lebih lengkap, peluang usaha bisa
muncul dari berikut ini.
a. Kebutuhan menggantikan fungsi
Kebutuhan bisa muncul apabila ada pihak yang terpaksa meninggalkan tugas atau fungsinya
sehingga perlu digantikan, seperti contoh yang telah ditunjukkan melalui kasus Ibu Rumah
Tangga Sekolah S-2 sebelumnya.
b. Kebutuhan untuk menghubungkan
Kehidupan manusia modern jauh lebih rumit dibanding kehidupan manusia di jaman dahulu.
Di masa sebelumnya, manusia cenderung harus menyediakan seluruh komponen
kebutuhannya sendiri. Memakan makanan yang ia tanam ataupun hasil perburuannya sendiri,
mengenakan pakaian yang ia buat sendiri, dan seterusnya. Sementara, manusia modern tidak
lagi memiliki kesempatan untuk memenuhi sendiri seluruh jenis kebutuhannya. Manusia
modern mengonsumsi nasi yang berasal dari padi yang ditanam oleh orang lain, memakan
daging yang berasal dari peternakan yang tidak dikelolanya sendiri. Kebutuhan berpakaian
juga tidak lagi dipenuhi sendiri, manusia modern tinggal pergi ke toko dan membeli pakaian
yang diproduksi oleh pihak lain. Kesimpulannya, semakin modern tingkat kehidupan,
semakin banyak pula komponen kebutuhan manusia yang tidak dapat diusahakan sendiri dan
perlu disediakan oleh orang lain.
Berbagai jenis komponen yang dibutuhkan tersebut memang dibuat atau disediakan oleh
pihak lain. Tetapi, karena pihak yang membutuhkan ternyata memiliki keterbatasan waktu,
tempat tinggalnya terlalu jauh dari lokasi penyedia, ataupun tidak memiliki pemahaman yang
memadai untuk memilih sendiri, dan juga berbagai alasan lainnya, menyebabkan pihak yang
membutuhkan tidak tepat apabila mencoba mendapatkannya secara langsung dari pihak
penyedia. Kondisi seperti ini mendorong munculnya kebutuhan akan fungsi perantara, yang
menghubungkan pihak yang membutuhkan dengan pihak penyedia, sehingga pihak yang
membutuhkan menjadi terbantu untuk memperoleh komponen-komponen kebutuhannya.
Dengan bantuan fungsi perantara, pihak yang membutuhkan tidak perlu mencari, memeriksa,
memilih sendiri, ataupun mendatangi lokasi yang jauh untuk mendapatkan kebutuhannya.
Pihak yang membutuhkan akan memperoleh kebutuhannya dengan mudah, akan tetapi ia
perlu membayar jasa dari pihak yang menjadi perantara. Semakin modern kehidupan
manusia, maka semakin banyak komponen kehidupannya yang akan lebih mudah diperoleh
melalui perantara. Karena itu, peluang untuk menjalankan fungsi perantara banyak dijumpai
di kota besar. Kebutuhan akan fungsi perantara ini bisa dijumpai hampir pada seluruh aspek
kehidupan manusia, seperti digambarkan pada contoh kasus berikut ini.
DELIVERY MAKAN SIANG
Gendut, mahasiswa sebuah perguruan tinggi teknik, perantau dari sebuah kota kecil di Jawa
Timur, tinggal bersama belasan mahasiswa lainnya di sebuah rumah kos sederhana dekat
kampus. Tempat kos Gendut tidak menyediakan makan bagi para penghuni, tetapi tidak
menjadi sulit bagi Gendut dan kawan-kawan karena rumah kosnya bersebelahan dengan
sebuah toko kecil yang menjual berbagai jenis kebutuhan sehari-hari, juga sebuah warung
makan yang murah dan cukup enak.
Mahasiswa yang serumah dengan Gendut, ternyata kebanyakan berasal dari bidang Teknik
Kimia, yang kegiatan sehari-harinya relatif sibuk. Sehari-hari, selain mengikuti kuliah di
kelas, para mahasiswa Teknik Kimia ini banyak mendapat tugas praktikum di laboratorium.
Kegiatan praktikum sangat banyak menyita waktu dan perhatian para mahasiswa Teknik
Kimia ini. Sebagian praktikum hanya membutuhkan waktu 3 jam, tetapi beberapa jenis
praktikum lain membutuhkan waktu yang lebih panjang. Salah satu praktikum membutuhkan
waktu hingga 10 jam, dilakukan mulai jam 7.00 pagi hingga jam 17.00 sore, dengan waktu
istirahat antara jam 12.00 hingga 13.00.
Di awal pelaksanaan praktikum, mahasiswa sudah sibuk dengan keharusan mempersiapkan
Laporan Pendahuluan dan menjalankan Tes Pendahuluan, yang seluruhnya harus selesai
sebelum kegiatan praktikum yang sebenarnya berlangsung. Selama pelaksanaan praktikum,
kegiatan dan pikiran para peserta praktikum terkonsentrasi pada berbagai percobaan kimia
yang harus mereka jalankan. Karena itu, tidak mengherankan jika pada saat istirahat yang
hanya diberikan selama 1 jam sering kali tidak mencukupi. Pada saat istirahat yang pendek
itu, peserta praktikum harus melakukan pengolahan data hasil praktikum, dan mempersiapkan
Laporan Akhir yang harus diserahkan di akhir praktikum. Karena itu, waktu yang tersisa
untuk keperluan pribadi para peserta praktikum ini sempit sekali. Kebanyakan peserta
praktikum biasanya hanya sempat melaksanakan ibadah salat, tetapi jarang yang bisa
membeli makan siang. Ini juga diakibatkan karena lokasi kantin agak jauh dari laboratorium
mereka.
Peserta praktikum yang tinggal di rumah sendiri biasanya sengaja membawa bekal makan
siang dari rumah. Tetapi, mahasiswa yang tinggal di rumah kos seperti Gendut, kebanyakan
akhirnya terpaksa menahan lapar, dan baru bisa mengisi perut setelah praktikum usai, jam
17.00 sore.
Kondisi semacam ini menyebabkan munculnya gagasan “bisnis” di kepala Gendut. Ia
memutuskan untuk menjadi penyedia makan siang, yang akan diantarkan langsung kepada
para pemesan di laboratorium tempat praktikum berlangsung. Tetapi, Gendut tidak
membayangkan akan memproduksi makanan sendiri, ia tidak punya keterampilan memasak
yang memadai, tidak memiliki peralatan, dan ia sendiri juga harus kuliah.
Gendut mencoba menawarkan jasa tersebut kepada para mahasiswa Teknik Kimia yang
tinggal serumah dengannya: “kalau mau, saya bisa sediakan makan siang buat kalian, diantar
jam 12.00 ke laboratorium. Tapi, harganya beda sedikit dari yang biasa ya!”. Kemudian ia
mencoba berunding dengan Ibu pemilik warung makan di sebelah rumah kosnya, yang
ternyata setuju untuk menyediakan makanan yang dipesan Gendut, asalkan dibayar di muka.
Usaha Gendut berjalan lancar. Peserta praktikum ternyata merasa sangat senang, bisa makan
siang tanpa kehilangan waktu, harganya juga termasuk “miring”, dan mereka juga bisa
memilih makanan yang diinginkan sesuai selera dan kantong mereka. Pemesanan dilakukan
seminggu sebelum praktikum dengan pembayaran di muka. Daftar pesanan itu kemudian
diserahkan kepada Ibu pemilik warung. Pada saat praktikum berlangsung, Gendut
mengantarkan sendiri pesanan makanan itu ke laboratorium.
Lama kelamaan hampir seluruh peserta praktikum memesan makanan dari Gendut, juga
termasuk para asisten, dan akhirnya juga para dosen. Gendut akhirnya mulai lagi berpikir: “di
kampus ini banyak sekali laboratorium dan tentu saja praktikum”. Gendut mulai berpikir
untuk menjajaki kemungkinan pengembangan usahanya.
c. Kebutuhan akan jenis produk/jasa tertentu karena terjadi perubahan atau karena suatu
kondisi khusus
Berbagai jenis perubahan selalu terjadi dalam kehidupan manusia maupun dalam masyarakat,
baik perubahan yang terjadi karena situasi yang memang bergeser, ataupun karena peraturan
pemerintah. Berbagai perubahan tersebut sering kali disertai dengan munculnya kebutuhan
tertentu yang mungkin bisa dimanfaatkan sebagai peluang usaha. Beberapa contoh perubahan
yang menumbuhkan peluang usaha antara lain sebagai berikut.
1) Perubahan Tegangan Listrik, menyebabkan munculnya kebutuhan akan transformator
Step-up Step-down yang mampu mengubah tegangan listrik, dari 110 volt menjadi 220 volt,
dan sebaliknya.
2) Perubahan Peraturan Lalu Lintas, yang mewajibkan pengendara sepeda motor mengenakan
helm ataupun pengendara mobil menggunakan sabuk pengaman, menyebabkan munculnya
berbagai jenis usaha yang berkaitan dengan kedua jenis perangkat tersebut.
3) Pengetatan Penagihan Pajak, sementara aturan dan formulir untuk membayar pajak
pengisiannya relatif menyulitkan bagi pembayar pajak, menyebabkan tumbuhnya kebutuhan
akan konsultan pajak.
4) Meningkatnya minat untuk melanjutkan pendidikan di sekolah ataupun perguruan tinggi
yang dianggap bermutu menyebabkan munculnya usaha bimbingan tes maupun les privat.

B. Kemampuan Membaca atau Memahami Hal Mendasar dari Produk atau Jasa
Setelah memilih jenis produk ataupun jasa yang hendak diusahakan (menggunakan
berbagai instrumen yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya), perlu dimiliki kemampuan
untuk memahami hal mendasar (esensial) dari pengusahaan produk atau jasa tersebut.
Pemahaman akan hal mendasar dari produk atau jasa akan membuat pengusaha memahami
secara lengkap sifat dari produk atau jasa yang diusahakannya, sehingga akan mampu
menonjolkan hal-hal penting maupun melindungi aspek-aspek yang rawan dari usahanya.
Sebagai contoh, dalam kasus Antena TV sebelumnya, pada saat Ibu Ocid menawarkan
bantuan Hamonangan untuk membetulkan tiang antena TV yang patah, calon klien, yaitu Bu
Yanto, sama sekali tidak bertanya mengenai keahlian atau kompetensi yang dimiliki
Hamonangan dan justru bertanya mengenai kelakuannya: “Siapa Bu yang mau bantu?
Orangnya baik?”
Ini menunjukkan bahwa hal mendasar yang dibutuhkan oleh calon klien dalam usaha jasa
seperti yang dijalankan oleh Hamonangan adalah rasa aman. Setelah terbukti berkelakuan
baik, selanjutnya Hamonangan berulang-kali diminta membantu melakukan berbagai jenis
perbaikan di rumah Bu Yanto, memasang kabel listrik, membetulkan pagar, memasang bel,
membetulkan engsel pintu, dan lain-lain. Dengan demikian usaha jasa seperti yang dijalankan
oleh Hamonangan ini perlu dipromosikan dengan menonjolkan jaminan rasa aman bagi para
pelanggannya.
Kegagalan pengusaha, terutama yang berukuran kecil, sering kali terjadi karena tidak
memahami hal-hal mendasar dari produk atau jasa yang diusahakannya, sehingga saat
memasarkan ataupun menawarkan produk atau jasa tidak tepat ataupun tidak secara lengkap
menonjolkan aspek-aspek yang diinginkan konsumen, ataupun cenderung hanya
menonjolkan aspek teknis.

C. Kemampuan Membaca Potensi ataupun Keterbatasan Diri


Setelah memiliki pilihan produk atau jasa dengan prospek yang baik dan juga memahami
hal mendasar dari produk atau jasa tersebut, selanjutnya perlu dipahami kesesuaian pilihan
tersebut dengan potensi ataupun keterbatasan diri pengusaha ataupun usaha yang
dijalankannya.
Sering kali dikatakan bahwa seseorang sebaiknya menjalankan bidang usaha yang betul-betul
ia pahami dan juga sesuai dengan potensi ataupun keterbatasan dirinya. Menjalankan usaha
tanpa pemahaman akan memaksa pengusaha tersebut mempekerjakan pihak lain dengan
keahlian yang lebih tinggi. Akibatnya sering dijumpai perusahaan tidak terkendalikan dengan
baik karena pengusaha didikte oleh pihak yang lebih ahli.
Selain itu pada umumnya sering terjadi kekeliruan dalam memahami arti potensi diri. Potensi
diri sering kali hanya ditafsirkan sebagai “keahlian teknis”, misalnya keahlian menjahit,
mengelas, main musik, dan sebagainya, yang sulit dan perlu waktu panjang untuk dikuasai.
Masih banyak jenis potensi diri lainnya, yang mungkin sudah bertahun-tahun kita miliki
tanpa sadar, dan ternyata memungkinkan untuk dimanfaatkan dalam mengembangkan
perusahaan, seperti sifat ramah, sifat sebagai perunding (negosiator), memiliki pergaulan
dengan network yang luas ataupun pergaulan di kalangan elite, sehingga bisa dimanfaatkan
untuk memasarkan suatu jenis produk atau jasa yang sesuai seperti yang digambarkan pada
kasus berikut ini. Kasus ini memberikan gambaran bahwa tanpa disadari seseorang mungkin
sudah berada dalam pasar, dengan daya beli yang kuat dan juga sudah sangat dikenal,
sehingga tinggal memikirkan produk ataupun jasa yang tepat untuk ditawarkan.
IBU JENDERAL BUKA CATERING
Istri seorang Jenderal (Ibu Jenderal) merasa bahwa ia harus banyak mensyukuri kebahagiaan
yang diberikan Tuhan kepada keluarganya. Sekarang mereka sekeluarga hidup nyaman di
Jakarta, uangnya banyak sehingga mereka mampu memiliki sebuah rumah yang besar di
daerah elit, sudah sering jalan-jalan ke luar negeri (paling sedikit setahun sekali), karier
suami bagus, dan yang luar biasa ketiga anaknya juga bisa dibanggakan, sekolahnya maju –
bahkan anak sulungnya diangkat menjadi dosen di sebuah perguruan tinggi negeri terkemuka,
dan mendapat bea-siswa untuk mengikuti program doktor di luar negeri; sementara anak
kedua dan ketiga juga sedang menyelesaikan pendidikan mereka di perguruan tinggi negeri
yang lain.
Ibu Jenderal masih ingat bagaimana di awal perkawinannya dengan Pak Jenderal, mereka
hidup sangat sederhana. Waktu itu, suaminya masih berpangkat sersan-mayor, harus pandai-
pandai berhemat karena gaji suami relatif kecil. Tetapi, pangkat suaminya naik tingkat demi
tingkat, hingga akhirnya mampu menjadi jenderal, dengan tugas yang relatif “empuk”
mengelola berbagai jenis perusahaan milik tentara di berbagai daerah di Indonesia. Tanpa
korupsi-pun penghasilan suaminya sudah cukup besar untuk bisa hidup nyaman, seperti yang
mereka nikmati saat ini.
Pergaulannya juga berubah, istri jenderal tentunya bergaul dengan ibu-ibu jenderal juga.
Dulu, waktu pangkat suaminya masih rendah, pergaulannya dengan ibu-ibu bintara, dan
obrolan waktu arisan tentang kiat menghemat agar gaji sebulan bisa cukup; sekarang berubah
sekolah anak di luar negeri, bowling, parfum, shopping, Paris, Singapura, dan lain-lain.
Tetapi, karena ia pernah merasakan hidup dari “bawah”, urusan dapur bukan hal yang luar
biasa bagi Ibu Jenderal, bahkan boleh dibilang bahwa jika ia memasak hasilnya sangat enak.
Pada suatu hari, si Ibu Jenderal sibuk di dapur memasak, karena ia mendapat giliran
menyelenggarakan acara arisan istri-istri tentara. Undangan yang datang juga tentunya
kebanyakan ibu-ibu jenderal, dan banyak peserta arisan yang pada saat hendak pulang
memberikan pujian: “Jeng, masakannya enaaak sekali!”
Beberapa minggu kemudian, si Ibu Jenderal ditelepon oleh seorang rekannya, anggota arisan:
Rekan Ibu Jenderal : “Jeng, waktu arisan yang lalu, masakannya enak sekali. Dari catering
mana ya?”
Ibu Jenderal : “Bukan catering Jeng, saya sendiri kok”.
Rekan Ibu Jenderal : “Oooh, tadinya saya pikir catering. Tadinya saya mau pesan, kebetulan
mau sukuran, si sulung baru pulang dari Amerika, sekolahnya sudah tamat”.
Ibu Jenderal akhirnya menawarkan bantuan agar ia yang memasak untuk acara sukuran
rekannya itu, yang ternyata berakhir sukses karena para tamu merasa puas dengan
hidangannya yang enak. Tidak berapa lama kemudian, beberapa istri jenderal yang lain juga
minta bantuan memasak, sehingga akhirnya si Ibu Jenderal dikenal sebagai ahli masak yang
ulung di kalangan rekan-rekannya.
Suatu saat, si Ibu Jenderal ditelepon oleh seorang rekannya: “Jeng, minta bantuan masak lagi
ya, kebetulan perusahaan Bapak mau meresmikan gedung baru. Tolong bikinkan kalkulasinya
ya. Tolong yang agak ‘wah’, soalnya Ibu Panglima juga mau hadir”.
Lama-kelamaan kegiatan si Ibu Jenderal menjadi perusahaan catering yang laku keras.
Langganannya, mula-mula ibu-ibu jenderal, berbagai kesatuan militer, perusahaan-
perusahaan milik tentara, kemudian menjalar ke perusahaan-perusahaan swasta murni.
Jadilah usaha si Ibu Jenderal catering besar yang sangat menguntungkan.
Suatu saat Bapak dan Ibu Jenderal berangkat ke luar negeri untuk menjenguk anak sulung
mereka yang sedang mendapat tugas belajar. Kembali ke Indonesia, mereka bawa
seperangkat radio komunikasi CB (Citizen Band) untuk anak bungsu mereka, pemuda,
mahasiswa sebuah perguruan tinggi negeri ternama di Jakarta. Peralatan komunikasi seperti
ini masih langka dan belum banyak dijual di Indonesia pada saat itu. Dua tahun kemudian, si
bungsu juga ternyata menjadi pengusaha. Ia membuka toko yang menjual dan menyervis
radio CB. Dua tahun sebelumnya, radio CB dari orang tuanya segera ia operasikan. Kawan-
kawannya banyak yang tertarik, mula-mula mencoba, dan akhirnya ingin memiliki. Anak
jenderal biasanya bergaul dengan anak-anak muda yang daya belinya kuat. Karena ia yang
paling pertama memiliki radio CB, teman-temannya banyak yang bertanya tentang cara
mengoperasikan, minta bantuan memasang, dan juga membeli perangkat radio CB, sehingga
akhirnya menjadi perusahaan!

D. Kemampuan Mengusahakan Kesesuaian


Pilihan jenis produk atau jasa perlu sesuai dengan corak permintaan pasar, dan juga sesuai
untuk dijalankan oleh usaha kecil (terutama sesuai dengan potensi maupun keterbatasannya).
Kesesuaian ketiga unsur tersebut merupakan kunci keberhasilan berdirinya usaha kecil.
Pemahaman mengenai corak permintaan pasar, corak proses produksi, hal-hal yang mendasar
dari produk atau jasa yang diusahakan, dan juga paham potensi maupun keterbatasan usaha
kecil yang dijalankan, secara keseluruhan berawal dari “kemampuan melihat lebih dalam”.
Pada bab 4 halaman 8 telah dijelaskan bagaimana cara-cara yang disarankan untuk
mengembangkan kreativitas. Kreativitas dibutuhkan untuk menemukan jenis produk atau jasa
yang akan diusahakan. Selanjutnya, diperlukan kemampuan melihat lebih dalam untuk
memahami cara yang tepat untuk menjalankan usaha.
Di lapangan, perjalanan para pengusaha kecil yang berhasil dilalui dengan banyak melakukan
kesalahan. Mereka berulang kali melakukan berbagai kekeliruan, tetapi kemampuan melihat
lebih dalam akhirnya membuat para pengusaha berhasil, bisa memiliki pemahaman yang
lebih lengkap untuk mengerti cara menjalankan usaha secara lebih baik, yaitu cara yang
mampu mengusahakan kesesuaian antara ketiga unsur yang telah dibahas sebelumnya.

Sumber referensi : BMP/EKMA4370/KEWIRAUSAHAAN/MODUL 5/HAL. : 5.15 – 5.22

Anda mungkin juga menyukai