Penjelasan mengenai tujuan coaching dan counselling adalah, sebagai berikut :
Sejalan dengan perkembangan bimbingan dan konseling maka tujuan bimbingan dan konseling pun mengalami perubahan dari yang sederhana sampai yang lebih komprehensif. Perkembangan yang mengacu pada perubahan positif pada diri individu merupakan tujuan dari semua upaya bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling bertujuan agar klien dapat mengikuti saran-saran konselor, mengadakan perubahan tingkah laku secara positif, melakukan pemecahan masalah, melakukan pengambilan keputusan, pengembangan kesadaran dan pengembangan pribadi, mengembangkan penerimaan diri, dan memberikan pengukuhan diri konsele. Dalam kaitan ini bimbingan dan konseling membantu karyawan untuk menjadi orang berguna dalam organisasi tempat ia bekerja yang memiliki berbagai wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya. Secara khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami oleh karyawan sebagai konsele. Kita tahu permasalahan konsele bermacam ragam jenis, intensitas yang masing-masing bersifat unik. Oleh karena itu tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk masing-masing individu bersifat unik pula. Tujuan bimbingan dan konseling seorang individu berbeda dari dan tidak boleh disamakan dengan tujuan bimbingan dan konseling untuk individu lainnya. Sederhananya, tujuan dari coaching sendiri dilaksanakan sebagai upaya peningkatan kinerja karyawan, baik sebagai individu maupun anggota kelompok di dalam organisasi. Sementara itu, tujuan dari counseling dilaksanakan sebagai upaya pemecahan masalah, meningkatkan efektivitas individu dalam pengambilan keputusan secara tepat, pemenuhan kebutuhan, menghilangkan perasaan yang menekan/mengganggu, dan perubahan sikap dan tingkah laku.
2. Penjelasan dari proses coaching dan counselling yaitu :
Proses coaching dan counseling memang sering kali dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Meskipun demikian, terdapat perbedaan yang mendasar di antara kedua proses ini. Sebagai sebuah proses yang bertujuan membantu karyawan agar bisa menunjukkan kinerja yang optimal, coaching dan counseling dibedakan berdasarkan jenis sumber masalah yang menghambat kinerja seseorang. Coaching merupakan sebuah proses bantuan yang dilakukan ketika karyawan mengalami masalah kinerja yang disebabkan oleh keterbatasan pemahaman terhadap tugasnya. Sedangkan Counseling, merupakan proses bantuan yang dilakukan ketika karyawan mengalami masalah kinerja disebabkan oleh adanya masalah dalam kehidupan pribadinya. Secara singkat, proses dari coaching yaitu: atasan yang mendengarkan dan menentukan apakah yang dikerjakan karyawan sudah benar atau masih salah; memberikan umpan balik dan memperlihatkan bagaimana sebaiknya hal tersebut dilakukan atau dicapai. Sedangkan, untuk proses dari counseling sendiri yaitu: karyawan yang mengevaluasi situasi dan perilakunya. Atasan mendengarkan dan mendorong agar perasaan terungkap jelas. Atasan membimbing karyawan sampai pada alternatif solusi. Timothy Gallwey seorang pendidik kesohor dari Universitas Harvard. Beliau menjelaskan esensi "coaching" sebagai kegiatan melepas tali potensi diri seseorang dengan tujuan memaksimalkan kinerja yang diinginkannya. Dari kedua definisi tersebut bisa kita artikan coaching sebagai sebuah proses yang dilakukan coach untuk memotivasi dan meningkatkan kreativitas serta memberi inspirasi kepada klien untuk memaksimalkan potensi personal dan profesionalnya. Coaching juga merupakan sebuah relasi yang berfokus pada tindakan setiap klien untuk merealisasikan visi, sasaran, dan keinginannya. Dalam prosesnya, coaching menggunakan kalimat tanya dan penemuan personal (process of inquiry and personal discovery) untuk membangun tingkat kesadaran dan tanggung jawab dan kemudian menyediakan kepada klien berupa struktur, dukungan, dan umpan balik. Proses coaching membantu klien dalam mendefinisikan dan mencapai tujuan serta sasaran profesional dan personal dengan lebih cepat dan lebih mudah serta relaks daripada bila keduanya dilakukan tanpa proses coaching. Konseling sendiri, dapat diartikan sebagai proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya mengatasi masalah tersebut (Saefudin, Abdul Bari: 2002). Atau konsultasi biasa dikenal sebagai pembimbingan atau penyuluhan, artinya adalah pembahasan/penyelesaian suatu masalah yang sedang dialami oleh seorang pegawai dengan dibantu oleh organisasi yang bertujuan untuk mengatasi masalah tersebut dengan sebaik-baiknya. Jadi konseling adalah bantuan kepada orang lain dalam bentuk wawancara yang menuntut adanya komunikasi, interaksi yang mendalam dan usaha bersama antara konselor dengan konseli (klien) untuk mencapai tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan ataupun perubahan tingkah laku/sikap dalam ruang lingkup pelayanan pengembangan karier. Menurut paradigma manajemen perubahan (change management), keberhasilan organisasi terletak pada kemampuannya beradaptasi terhadap berbagai perubahan yang muncul di lingkungan. Pemberdayaan karyawan menjadi penting dalam upaya membentuk pribadi yang mampu beradaptasi terhadap perubahan. Penerapan coaching yang efektif oleh pemimpin akan membantu karyawan untuk selalu belajar mengatasi masalah secara mandiri, dan pada akhirnya melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan pribadi mereka secara berkesinambungan. Selain itu, karyawan akan lebih mudah menghadapi perubahan yang terjadi di organisasinya apabila kebutuhan rasa aman mereka secara pribadi dapat dipenuhi. Rasa aman karyawan dapat ditumbuhkan jika organisasi membuktikan dengan tulus bahwa karyawan selalu mendapat perhatian secara pribadi. Hal ini bisa dicapai lewat aktivitas counseling, di mana pemimpin membangun hubungan personal dengan membantu karyawan menghadapi masalah pribadinya. Menjadi pemimpin saat ini tidak lagi cukup bermodalkan visi, misi, sistem penghargaan, maupun sistem hukuman yang jelas. Sekarang, pemimpin juga menjadi figur yang bertugas mengasuh anggota unit kerjanya untuk bisa bekerja secara maksimal sesuai potensinya masing-masing. Menjadi tanggung jawab pemimpin apabila anggota unit kerja tidak bisa menunjukkan kinerja terbaiknya. Oleh karena itu, hendaknya pemimpin bisa lebih proaktif dengan bersedia turun tangan untuk membantu karyawan mengatasi masalah-masalahnya. Ketika karyawan telah berhasil mengatasi satu masalahnya, maka satu beban masalah pemimpin juga ikut terangkat dan tentunya pemimpin juga memperoleh nilai tambah dalam kariernya.
ILMU PERUBAHAN DALAM 4 LANGKAH: Strategi dan teknik operasional untuk memahami bagaimana menghasilkan perubahan signifikan dalam hidup Anda dan mempertahankannya dari waktu ke waktu
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional