Anda di halaman 1dari 3

1.

Penjelasan mengenai tujuan coaching dan counselling adalah, sebagai berikut :


Sejalan dengan perkembangan bimbingan dan konseling maka tujuan bimbingan dan
konseling pun mengalami perubahan dari yang sederhana sampai yang lebih komprehensif.
Perkembangan yang mengacu pada perubahan positif pada diri individu merupakan tujuan
dari semua upaya bimbingan dan konseling. Bimbingan dan konseling bertujuan agar klien
dapat mengikuti saran-saran konselor, mengadakan perubahan tingkah laku secara positif,
melakukan pemecahan masalah, melakukan pengambilan keputusan, pengembangan
kesadaran dan pengembangan pribadi, mengembangkan penerimaan diri, dan memberikan
pengukuhan diri konsele. Dalam kaitan ini bimbingan dan konseling membantu karyawan
untuk menjadi orang berguna dalam organisasi tempat ia bekerja yang memiliki berbagai
wawasan, pandangan, interpretasi, pilihan, penyesuaian dan keterampilan yang tepat
berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya.
Secara khusus bimbingan dan konseling merupakan penjabaran tujuan umum tersebut yang
dikaitkan secara langsung dengan permasalahan yang dialami oleh karyawan sebagai konsele.
Kita tahu permasalahan konsele bermacam ragam jenis, intensitas yang masing-masing
bersifat unik. Oleh karena itu tujuan khusus bimbingan dan konseling untuk masing-masing
individu bersifat unik pula. Tujuan bimbingan dan konseling seorang individu berbeda dari
dan tidak boleh disamakan dengan tujuan bimbingan dan konseling untuk individu lainnya.
Sederhananya, tujuan dari coaching sendiri dilaksanakan sebagai upaya peningkatan kinerja
karyawan, baik sebagai individu maupun anggota kelompok di dalam organisasi. Sementara
itu, tujuan dari counseling dilaksanakan sebagai upaya pemecahan masalah, meningkatkan
efektivitas individu dalam pengambilan keputusan secara tepat, pemenuhan kebutuhan,
menghilangkan perasaan yang menekan/mengganggu, dan perubahan sikap dan tingkah laku.

2. Penjelasan dari proses coaching dan counselling yaitu :


Proses coaching dan counseling memang sering kali dilakukan dalam waktu yang bersamaan.
Meskipun demikian, terdapat perbedaan yang mendasar di antara kedua proses ini. Sebagai
sebuah proses yang bertujuan membantu karyawan agar bisa menunjukkan kinerja yang
optimal, coaching dan counseling dibedakan berdasarkan jenis sumber masalah yang
menghambat kinerja seseorang.
Coaching merupakan sebuah proses bantuan yang dilakukan ketika karyawan mengalami
masalah kinerja yang disebabkan oleh keterbatasan pemahaman terhadap tugasnya.
Sedangkan Counseling, merupakan proses bantuan yang dilakukan ketika karyawan
mengalami masalah kinerja disebabkan oleh adanya masalah dalam kehidupan pribadinya.
Secara singkat, proses dari coaching yaitu: atasan yang mendengarkan dan menentukan
apakah yang dikerjakan karyawan sudah benar atau masih salah; memberikan umpan balik
dan memperlihatkan bagaimana sebaiknya hal tersebut dilakukan atau dicapai.
Sedangkan, untuk proses dari counseling sendiri yaitu: karyawan yang mengevaluasi situasi
dan perilakunya. Atasan mendengarkan dan mendorong agar perasaan terungkap jelas.
Atasan membimbing karyawan sampai pada alternatif solusi.
Timothy Gallwey seorang pendidik kesohor dari Universitas Harvard. Beliau menjelaskan
esensi "coaching" sebagai kegiatan melepas tali potensi diri seseorang dengan tujuan
memaksimalkan kinerja yang diinginkannya. Dari kedua definisi tersebut bisa kita artikan
coaching sebagai sebuah proses yang dilakukan coach untuk memotivasi dan meningkatkan
kreativitas serta memberi inspirasi kepada klien untuk memaksimalkan potensi personal dan
profesionalnya. Coaching juga merupakan sebuah relasi yang berfokus pada tindakan setiap
klien untuk merealisasikan visi, sasaran, dan keinginannya. Dalam prosesnya, coaching
menggunakan kalimat tanya dan penemuan personal (process of inquiry and personal
discovery) untuk membangun tingkat kesadaran dan tanggung jawab dan kemudian
menyediakan kepada klien berupa struktur, dukungan, dan umpan balik. Proses coaching
membantu klien dalam mendefinisikan dan mencapai tujuan serta sasaran profesional dan
personal dengan lebih cepat dan lebih mudah serta relaks daripada bila keduanya dilakukan
tanpa proses coaching.
Konseling sendiri, dapat diartikan sebagai proses pemberian informasi obyektif dan lengkap,
dilakukan secara sistematik dengan panduan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan
penguasaan pengetahuan klinik yang bertujuan untuk membantu seseorang mengenali
kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi, dan menentukan jalan keluar atau upaya
mengatasi masalah tersebut (Saefudin, Abdul Bari: 2002). Atau konsultasi biasa dikenal
sebagai pembimbingan atau penyuluhan, artinya adalah pembahasan/penyelesaian suatu
masalah yang sedang dialami oleh seorang pegawai dengan dibantu oleh organisasi yang
bertujuan untuk mengatasi masalah tersebut dengan sebaik-baiknya. Jadi konseling adalah
bantuan kepada orang lain dalam bentuk wawancara yang menuntut adanya komunikasi,
interaksi yang mendalam dan usaha bersama antara konselor dengan konseli (klien) untuk
mencapai tujuan konseling yang dapat berupa pemecahan masalah, pemenuhan kebutuhan
ataupun perubahan tingkah laku/sikap dalam ruang lingkup pelayanan pengembangan karier.
Menurut paradigma manajemen perubahan (change management), keberhasilan organisasi
terletak pada kemampuannya beradaptasi terhadap berbagai perubahan yang muncul di
lingkungan. Pemberdayaan karyawan menjadi penting dalam upaya membentuk pribadi yang
mampu beradaptasi terhadap perubahan. Penerapan coaching yang efektif oleh pemimpin
akan membantu karyawan untuk selalu belajar mengatasi masalah secara mandiri, dan pada
akhirnya melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk meningkatkan kemampuan
pribadi mereka secara berkesinambungan. Selain itu, karyawan akan lebih mudah
menghadapi perubahan yang terjadi di organisasinya apabila kebutuhan rasa aman mereka
secara pribadi dapat dipenuhi. Rasa aman karyawan dapat ditumbuhkan jika organisasi
membuktikan dengan tulus bahwa karyawan selalu mendapat perhatian secara pribadi. Hal ini
bisa dicapai lewat aktivitas counseling, di mana pemimpin membangun hubungan personal
dengan membantu karyawan menghadapi masalah pribadinya.
Menjadi pemimpin saat ini tidak lagi cukup bermodalkan visi, misi, sistem penghargaan,
maupun sistem hukuman yang jelas. Sekarang, pemimpin juga menjadi figur yang bertugas
mengasuh anggota unit kerjanya untuk bisa bekerja secara maksimal sesuai potensinya
masing-masing. Menjadi tanggung jawab pemimpin apabila anggota unit kerja tidak bisa
menunjukkan kinerja terbaiknya. Oleh karena itu, hendaknya pemimpin bisa lebih proaktif
dengan bersedia turun tangan untuk membantu karyawan mengatasi masalah-masalahnya.
Ketika karyawan telah berhasil mengatasi satu masalahnya, maka satu beban masalah
pemimpin juga ikut terangkat dan tentunya pemimpin juga memperoleh nilai tambah dalam
kariernya.

Anda mungkin juga menyukai