Anda di halaman 1dari 8

STEP 6

Belajar Mandiri
STEP 7
Sasaran Belajar
1. Mampu menjelaskan perbedaan kegawatdaruratan trauma dan non-trauma
Terdapat tipe kasus yang sering terjadi di Instalasi Gawat Darurat ialah trauma
dan non-trauma. Trauma yang menurut definisi American Heritage Dictionary adalah
luka, khususnya yang disebabkan oleh cedera fisik yang tiba-tiba. Trauma merupakan
penyebab utama kematian pada pasien di bawah 45 tahun, dan merupakan penyebab
utama kematian nomor empat pada orang dewasa selain penyakit kanker. Cedera yang
tidak disengaja merupakan penyebab utama trauma terbesar mencakup tabrakan
kendaraan bermotor (MVC, motor vehicle crashes), jatuh, tenggelam, atau luka bakar.
Pada pasien non trauma tertentu seperti kegagalan sistem saraf pusat,
kardiovaskuler, pernapasan, dan hipoglikemia dapat menyebabkan kematian dalam waktu
singkat antara 4-6 menit, untuk itu dibutuhkan waktu yang relatif lebih cepat dalam
melakukan pertolongan untuk mencegah kematian biologis jika otak kekurangan oksigen
dalam 8-10 menit. seperti pada kasus obstruksi total jalan nafas dan juga henti jantung
(Musliha, 2010). Sedangkan kegagalan sistem organ yang lain dapat menyebabkan
kematian yang lebih lama
Nur Dahliana. Naskah Publikasi. Waktu Tanggap Perawat pada Penanganan
Pasien Trauma dan Non Trauma di IGD RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. 2015
2. Menjelaskan klasifkasi keracunan makanan
a. Keracunan Botulisme
Botulisme adalah suatu bentuk keracunan yang spesifik, akibat
penyerapan toksin/racun yang dikeluarkan oleh kuman Clostridium botulinum.
Toksin botulinum mempunyai efek yang sangat spesifik, yaitu menghambat
hantaran pada serabut saraf kolinergik dan mengadakan sparing dengan serabut
adrenergic, Toksin mengganggu hantaran saraf di dekat percabangan akhir dan di
ujung serabut saraf. Kuman clostridium botulinum masuk ke dalam tubuh melalui
saluran cerna melalui makanan yang tercemar oleh kuman clostridium. Biasanya
terdapat juga makanan kaleng yang sudah habis masa berlakunya. Angka
kematian akibat keracunan botulisme ini sangat tinggi.
b. Keracunan Insektisida
Insektisida digunakan untuk membasmi bermacam-macam hama (tumbuhan
maupun binatang) khususnya hama serangga yang dijumpai dalam kehidupan
manusia. Insektisida digunakan di negara-negara dunia ini untuk melindungi
tanaman dari kerusakan. Insektisida yang sering menyebabkan keracunan antara
lain:
 Insektisida Golongan Organofosfat (Cholinesterase Inhibitor Insecticides)
Insektisida golongan penghambat kolinesterase sangat toksis dan insiden
keracunan oleh bahan ini cenderung meningkat karena senyawa
organofosfat banyak digunakan sebagai bahan pengganti untuk DDT,
setelah pelarangan DDT di beberapa negara
 Insektisida Golongan Chlorinated
Organokhlorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari
beberapa kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang
paling populer dan pertama kali disinthesis adalah “Dichloro-diphenyl-
trichloroethan” atau disebut DDT. Insektisida golongan Chlorinated ini
dibagi menjadi 3 golongan antara lain Cyclodienes,
Hexachlorocyclohexan, derivat cglorinated-ethan
c. Keracunan Jengkol
Jengkol sering menimbulkan gejala keracunan. Yang menyebabkan keracunan
tersebut ialah asam jengkol, yaitu suatu asam amino yang mengadung belerang
yang dapat diisolasi dari biji jengkol (Pithecolobium lobatum). Timbulnya
keracunan tidak bergantung dari jumlah biji jengkol yang di makan dan apakah
jengkol itu dimakan mentah atau di masak lebih dahulu
d. Keracunan Singkong
Penyebab keracunan singkong adalah asam cyanida yang terkandung didalamnya.
Bergantung pada jenis singkong kadar asam cyanida berbeda-beda. Namun tidak
semua orang yang makan singkong menderita keracunan. Hal ini disebabkan
selain kadar asam cyanida yang terdapat dalam singkong itu sendiri, juga
dipengaruhi oleh cara pengolahannya sampai di makan. Diketahui bahwa dengan
merendam singkong terlebih dahulu di dalam air dalam jangka waktu tertentu,
kadar asam cyanida (HCN) dalam singkong akan berkurang oleh karena HCN
akan larut dalam air
e. Keracunan Minyak Tanah
Minyak tanah (kerosene) merupakan cairan bahan bakar yang jernih, tidak
berwarna, tidak larut dalam air, berbau, dan mudah terbakar. Termasuk dalam
golongan petrolium terdistilasi hidrokarbon. Memiliki berat jenis 0,79. Titik didih
163oC – 204oC, titik beku – 54oC. Efek toksis terpenting dari minyak tanah
adalah pneumonitis aspirasi.
f. Keracunan Bongkrek
Bongkrek ialah sejenis tempe yang dalam proses pembuatannya di campur dengan
ampas kelapa dan kacang tanah. Sering pada proses pembuatan ini terjadi
kontaminasi dengan Clostridium botalinum suatu kuman anaerob yang
membentuk spora dan Bacterium cocovenenans yang mengubah gliserinum
menjadi racun toksoflavin.
g. Keracunan Jamur
Jamur merupakan tumbuhan yang dapat dimanfaatkan dalam melakukan survival.
Rasanya enak dan bentuknya yang khas sangat mudah untuk dikenali. Jamur
biasanya hidup di alam bebas terutama muncul pada waktu musim penghujan atau
tempat lembab lainnya. Walaupun banyak diantaranya yang sudah dikenal sebagai
jenis jamur yang tidak berbahaya dan dapat dimakan atau digunakan sebagai
bahan ramuan obat, tetapi pada umumnya masih tetap merupakan jenis jamur liar
3. Diagnosis keracunan (primary survey dan secondary survey) dan tatalaksana
a. Keracunan Botulisme
Gejala Klinis
Botulisme dapat bervariasi sebagai penyakit yang ringan sampai dengan penyakit
yang berat dan dapat menimbulkan kematian dalam waktu 24 jam. Bila gejala
timbul lebih cepat, maka keadaannya lebih serius dan berat.
Gejala klinis tersebut dapat berupa:
 Mual dan muntah
 Rasa lemah, pusing dan vertigo (perasaan berputar-putar)
 Rasa kering pada mulut dan tenggorokan, kadang-kadang disertai rasa nyeri
 Gejala neurologis berupa gangguan penglihatan (mata kabur), disfagia,
kelelahan dan diikuti dengan gangguan otot-otot pernafasan.
Penatalaksanaan
Pasien dengan botulisme dapat meninggal karena kegagalan pernafasan. Tindakan
segera yang kita lakukan adalah:
 Menjaga jalan nafas tetap terbuka dan mengontrol vital sign
 Muntahkan korban, bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek
muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam.
(Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif
(asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.
 Bilas Lambung
 Pemberian susu dan air kelapa dapat dipertimbangkan
 Segera rujuk ke RS

b. Keracunan insektisida
1) Insektisida golongan organofosfat
Gejala Klinis biasanya muncul dalam 2 jam setelah kontak. Gejalanya
antara lain:
 nyeri kepala, mata miosis, kekacauan mental, bronchokonstriksi,
hipotensi,
 Kejang yang diikuti dengan penurunan kesadaran dan depresi
pernafasan
 Penglihatan kabur, kejang perut,mual, muntah dan diare
 Perangsangan kelenjar sekretoris menyebabkan rinorea, hipersalivasi,
banyak keringat
 Pada kulit menimbulkan gatal-gatal atau dapat menimbulkan ekzem
Penatalaksanaan
 Cegah kontak selanjutnya misal melepaskan pakaian, cuci kulit yang
terkontaminasi
 Bilas lambung bila racun tertelan
 Beri atropin
 Kontrol vital sign
 Segera rujuk ke rumah sakit terdekat
2) Insektisida golongan Chlorinated
Gejala permulaan keracunan akut adalah
 rasa mual dan muntah,
 sakit kepala, pusing, gelisah, tremor dan kelemahan.
Gejala ini berkembang dengan cepat dan terjadi :
 hipereksitabilitas susunan saraf pusat secara umum dengan delirium
dan kejang klonik
 atau tonik.
 Fase ini kemudian diikuti oleh depresi yang progresif, paralysis, koma
dan kematian
Penatalaksanaan
 Control vital sign
 Bilas lambung
 Muntahkan bila perlu
 Rujuk ke rumah sakit

c. Keracunan Jengkol
Gejala Klinis yang timbul disebabkan oleh hablur (kristal) asam jengkol yang
menyumbat tractus urinarius. Keluhan pada umumnya timbul dalam waktu 5-12
jam setelah memakan jengkol. Keluhan yang tercepat 2 jam dan yang terlambat
36 jam sesudah makan biji jengkol. Gejala yang terjadi dapat berupa:
 Merasa nyeri perut, kadang-kadang disertai muntah
 Adanya serangan kolik pada waktu berkemih
 Volume air kemih juga berkurang bahkan sampai terjadi anuria. Kadang-
kadang terdapat hematuria.
 Nafas dan urine berbau jengkol.
Penatalaksanaan
 Jika gejala penyakit ringan (muntah, sakit perut/pinggang saja) penderita
tidak perlu dirawat, cukup dinasehati untuk banyak minum serta
memberikan natrium bikarbonat saja. Atau pasien bisa dianjurkan untuk
meminum minuman bersoda seperti cola, dll.
 Bila gejala penyakit berat (oliguria, hematuria, anuria dan tidak dapat
minum) penderita perlu dimuat dan diberi infus natrium bikarbonat dalam
larutan glukosa 5% dengan dosis 2-5 mEq/KgBB selama 4-8 jam
 Antibiotik jika ditemui infeksi sekunder
 Anjuran untuk tidak memakan jengkol

d. Keracunan singkong
Gejala Klinis biasanya gejala akan timbul beberapa jam setelah makan singkong.
Gejala keracunan singkong ini antara lain:
 Gangguan saluran pencernaan seperti mual, muntah dan diare.
 Sesak nafas, takikardi, cyanosis dan hipotensi
 Perasaan pusing, lemah, kesadaran menurun dari apatis sampai koma.
 Renjatan (kejang)
 Syok.
Penatalaksanaan
Pengobatan harus dilakukan secepatnya. Penatalaksanaannya antara lain:
 Bila makanan diperkirakan masih ada di dalam lambung (kurang dari 4 jam
setelah makan singkong), dilakukan pencucian lambung atau membuat
penderita muntah.
 Natrium thiosulfat 30% (antidotum) sebanyak 10-30 ml secara intravena
perlahan.
 Sebelumnya dapat diberikan amil nitrit secara inhalasi.
 Bila timbul cyanosis dapat diberikan 02.
 Beri 10 cc Na Nitrit 5 % iv dalam 3 menit
 Beri 50 cc Na Thiosulfat 25 % iv dalam 10 menit.
 Bila gejala sangat berat, bawa ke Rumah Sakit.

e. Keracunan minyak tanah


Gejala dan tanda klinis utamanya berhubungan dengan saluran napas,
pencernaan, dan CNS. Awalnya penderita akan segera batuk, tersedak, dan
mungkin muntah, meskipun jumlah yang tertelan hanya sedikit. Sianosis, distress
pernapasan, panas badan, dan batuk persisten dapat terjadi kemudian. Pada anak
yang lebih besar mungkin mengeluh rasa panas pada lambung dan muntah secara
spontan. Gejala CNS termasuk lethargi, koma, dan konvulsi.
Efek Toksik Minyak Tanah
1) Efek pada paparan akut minyak tanah :
 Kontak kulit : kering, dapat iritasi, menyebabkan rash
 Absorbsi kulit : jarang
 Kontak mata : iritasi, dapat menyebabkan kerusakan permanen
 Inhalasi : iritasi, sakit kepala, pusing, mengantuk, intoksikasi
 Ingesti : sakit kepala, pusing, mengantuk, intoksikasi
2) Efek pada paparan kronis minyak tanah :
 Secara umum : kulit pecah-pecah, dermatitis, kerusakan hepar/kelenjar
adrenal/ginjal, dan abnormalitas eritrosit

f. Keracunan bongkrek
Gejala timbul setelah 12-48 jam. Biasanya sekaligus beberapa anggota suatu
keluarga terkena. Kematian bisa timbul dari 1 -8 hari. Gejala intoksikasi yaitu :
 Pusing, diplopia, anorexia
 Merasa lemah, ptosis, strabismus
 Kesukaran bernafas, menelan atau berbicara.
Penatalaksanaan
 Kontrol Vital Sign
 Bilas Lambung atau muntahkan korban
 Antitoxin yang disertai dengan pemberian glukosa intravena. Pemberian
glukosa intravena ini sebaiknya disertai dengan larutan garam fisiologis dan
plasma. Cairan ini harus diberikan secepatnya bila ada persangkaan.

g. Keracunan jamur
Gejala klinis keracunan jamur antara lain:
1) Keracunan yang diakibatkan makan jamur, yang mengandung racun
muskarin mempunyai gejala-gejala:
 setelah 5-10 menit si penderita akan mengeluarkan air mata, peluh
atau ludah.
 penyempitan pupil mata, sesak nafas, buang air, pusing,
 lemah, kollaps, koma, diikuti kejang-kejang, apabila tidak segera
ditolong dapat menimbulkan kematian.
2) Keracunan akibat racun yang lain, mempunyai gejala-gejala :
 setelah 4-6 jam si penderita akan menjadi haus.
 sakit perut, muntah-muntah dan berak encer, shock, apabila tidak
segera ditolong dapat menimbulkan kematian
Penatalaksanaan
 Muntahkan korban
 Bilas lambung
 Jika berat, kirim ke Rumah Sakit dan diberi antidotum Atopin
4. Komplikasi
Dhamayanti FA. Efek Neurobehavioral akibat Paparan Kronik Organofosfat
pada Petani. J Agromedicine. 2018; 5(1): 498-502.
Beberapa organofosfat dapat berinteraksi dengan enzim lain, disebut neuropati target
esterase (NTE). Aktivitas NTE banyak ditemukan di otak dan medula spinal chord.
Hal ini diyakini sebagai kejadian awal untuk pengembangan chronic organophosphate
induced neuropsychiatric disorder (COPIND). COPIND adalah salah satu gangguan
degenerasi pada sel saraf otak yang disebabkan oleh organofosfat, terdiri dari proses
nekrosis dan apoptosis. Salah satu tanda dari COPIND adalah melambatnya atau
menurunnya waktu reaksi. Waktu reaksi adalah salah satu parameter fisiologis yang
penting untuk mengetahui seberapa cepat respon sadar seseorang terhadap stimulus.
Pengukuran waktu reaksi visual atau uji kecepatan visuomotor seseorang biasanya
digunakan untuk evaluasi waktu pemrosesan pada sistem saraf pusat dan koordinasi
antara sistem sensorik dan motoric.
Pada pestisida golongan organofosfat dengan bahan aktif 2,4-dichlorophenoxyacetic
acid (2,4-D), toksisitas akut pada manusia dapat menyebabkan neurotoksik pada
paparan melalui inhalasi dan oral, serta timbulnya kudis dan dermatitis pada kontak
melalui kulit. Toksisitas kronik pada manusia belum terlaporkan, namun toksisitas
kronik (non kanker) pada hewan uji melalui paparan oral dapat menyebabkan
penurunan kadar Hb, gangguan fungsi hati dan kelainan pada ginjal.

5. Edukasi
Keracunan makanan merupakan kondisi yang dapat dicegah dengan melakukan pengolahan
makan yang baik, menghindari makanan yang berbahaya, dan menjaga higienitas. Hal-hal ini
perlu diedukasi kepada pasien agar ke depannya tidak terulang kembali. [42,43]
a. Membersihkan Tangan
Membersihkan tangan dilakukan selama minimal 20 detik di air mengalir dan
menggunakan sabun untuk menghilangkan patogen. Sabun yang digunakan tidak perlu
sabun antiseptik. Setelah dicuci, tangan dikeringkan dengan handuk bersih.
b. Membersihkan Peralatan Memasak
Gunakan handuk bersih untuk membersihkan permukaan meja. Setelah digunakan, handuk
perlu dicuci dengan air panas. Peralatan memasak perlu dibersihkan dengan air panas dan
sabun setelah digunakan dan sebelum berpindah ke bahan makanan lain. Pembersihan
dengan klorin dapat digunakan sebagai tambahan.
c. Membersihkan Bahan Makanan
Bahan makanan seperti sayur dan buah perlu dicuci di air mengalir dan tidak perlu
menggunakan sabun atau pembersih lainnya. Daging, unggas dan telur dalam kemasan
tidak perlu dicuci karena akan mengkontaminasi tempat cuci jika ada cipratan air dari
daging atau unggas.
d. Memisahkan Bahan Makanan dengan Makanan Matang
Daging mentah, unggas, dan hewan laut perlu diberikan tempat masing-masing dan
dipisahkan dengan makanan lain, terutama makanan matang. Pemisahan ini berlaku saat
berbelanja dan saat penyimpanan. Peralatan masak untuk daging mentah, unggas, dan
hewan laut juga sebaiknya dipisahkan dengan makanan matang.
e. Masak Makanan sampai Matang
Makanan perlu dimasak sampai suhu internal cukup tinggi untuk membunuh patogen
penyebab keracunan makanan. Hal ini hanya dapat dipastikan melalui temperatur makanan.
Suhu internal makanan yang ideal adalah 62oC.
f. Penyimpanan Makanan
Makanan sisa disimpan dalam kulkas dengan suhu dibawah 4 o C. Simpan makanan yang
mudah rusak dalam waktu 2 jam setelah proses memasak. Makanan dari kulkas yang akan
digunakan kembali dapat diencerkan dengan air dingin atau microwave. Makanan tidak
boleh dibiarkan terbuka pada suhu ruang karena bakteri akan multiplikasi secara cepat pada
kondisi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai