Pemajakan
Penghasilan
UU PPh
Global/Unitary Schedular
Taxation Taxation
Pada dasarnya PPh itu menerapkan prinsip global
taxation, dikenakan atas seluruh penghasilan, dari
manapun asalnya baik dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia (world-wide income concept).
Namun UU PPh tidak sepenuhnya menganut unitary
tax system (suatu skedul tarif diterapkan atas seluruh
gunggungan penghasilan) dan comprehensive income
taxation.
Atas kategori penghasilan tertentu UU PPh masih
membolehkan penerapan schedular tax system yaitu
pengenaan PPh atas jenis dan sumber penghasilan
tertentu dengan perlakuan pengenaan baik sifat, tarif,
besar, dan tata cara secara tersendiri dan berbeda.
Pengenaan PPh yang bersifat final, berdasarkan teori
disebut schedular taxation.
Dasar pertimbangannya kesederhanaan pemungutan,
keadilan/pemerataan pengenaan, dan memperhatikan
perkembangan ekonomi.
Pasal 17 (7) UU PPh memberikan wewenang kepada
Peraturan Pemerintah/Keputusan Menteri Keuangan
untuk menerapkan tarif tersendiri.
Sistem skedular dengan tarif tunggal final akan
mengurangi potensi penerimaan pajak karena tidak
mempunyai sifat progresif dan mengesampingkan
rasa keadilan bila dikaitkan dengan income bracket.
Schedular tax system dengan tarif tersendiri diterap
kan terhadap penghasilan tertentu yang dikenakan
PPh berdasarkan ketentuan UU PPh
Global (Unitary) Taxation vs Schedular Taxation
Psl 4(2)
>12
Psl 22 Psl 15
1 5
PPh
Final
Psl 21 Psl 17(2)d
4 1
Psl 19
1
Pasal 4 Ayat (2) UU PPh
“Penghasilan di bawah
ini dapat dikenai pajak bersifat final :
a. penghasilan berupa bunga … dst … sampai e
yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Pemerintah”
TB
Pihak Pihak
Mengalihkan Memperoleh
TB TB
Rp
PPh FINAL
PHTB BPHTB
PPJBTB
PENGERTIAN
Pengalihan
HTB
1. Penjualan,
2. Tukar-menukar,
3. Pelepasan hak,
4. Penyerahan hak,
5. Lelang,
6. Hibah,
7. Waris, atau
8. Cara lain yang disepakati para pihak.
Ps 1 (2) PP 34
Pengalihan HTB dengan cara lain
yang disepakati para pihak
Sewa Guna Usaha dengan hak opsi (finance lease).
Sale and lease back.
Penyetoran modal saham dalam bentuk tanah dan
atau bangunan (inbreng, in-kind participation).
Penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
dan pengambilalihan usaha (merger, consolidation,
expantion, take over).
Pembubaran badan hukum (likuidasi).
Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuat-
an hukum tetap.
Penghasilan dari PPJBTB beserta Perubah-
annya ialah penghasilan yang diterima atau
diperoleh :
Ps 1 (3) PP 34
PENGHITUNGAN
PPh Final
Tarif
PHTB DPP
Pajak
PPJBTB
FORMULA
JBNPHTB
TARIF DPP
Ps 2 (1) PP 34
FORMULA UMUM
Selain pengalihan RS atau RSS yang dilakukan WP yang
usaha pokoknya melakukan pengalihan HTB
FORMULA KHUSUS
Pengalihan RS atau RSS yang dilakukan WP yang
usaha pokoknya melakukan pengalihan HTB
JBNPHTB
Jumlah Bruto Nilai Pengalihan Hak atas Tanah/Bangunan
RS dan RSS
Dibayar
sendiri
PPh Final
PHTB PPJBTB
Dipungut
DIBAYAR SENDIRI
A. PHTB.
OP atau Badan yang menerima atau memperoleh
penghasilan dari PHTB, wajib menyetorkan sendiri
PPh Final PHTB-PPJBTB terutang ke kas negara
sebelum akta, kesepakatan, keputusan, atau risalah
lelang PHTB ditandatangani oleh pejabat berwenang.
1. Terutang pada saat diterima sebagian atau seluruh
pembayaran PHTB,
2. Dihitung berdasarkan jumlah setiap pembayaran
termasuk uang muka, bunga, pungutan, dan pem-
bayaran tambahan lainnya yang dipenuhi pembeli
sehubungan dengan PHTB tersebut.
3. Wajib dibayar paling lambat tanggal 15 bulan
berikut setelah bulan diterimanya pembayaran.
4. Pembayaran PPh Final PHTB-PPJBTB dilakukan
untuk setiap PHTB.
5. PHTB kepada BUMN atau BUMD dengan tarif 0%,
tidak perlu mengisi SSP.
Ps 6 PMK 261
TEMPAT TERUTANG
Ps 8 PMK 261
TUGAS DAN KEWAJIBAN PEJABAT
YANG BERWENANG
Ps 7 PP 34
PELAPORAN
Ps 8 (1,2) PP 34
PPJBTB
1. Dalam hal terdapat pengalihan HTB melalui
perjanjian atau kerja sama antara pemilik TB dan
OP atau badan lain yang secara substansi
merupakan pembeli HTB, selanjutnya OP atau
badan tersebut mengalihkan HTB dimaksud
kepada pihak ketiga, perjanjian atau kerja sama
tersebut merupakan PPJBTB yang dikenai PPh
Final PHTB-PPJBTB.
2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh OP atau
badan pemilik TB dari OP atau badan lain yang
secara substansi merupakan pembeli sebagai
mana dimaksud butir 1 merupakan penghasilan
pihak penjual dalam PPJBTB
3. Penghasilan yang diterima atau diperoleh OP
atau badan lain yang secara substansi
merupakan pembeli sebagai mana dimaksud
butir 1 dari pihak ketiga merupakan penghasilan
pihak pembeli dalam PPJBTB.