Anda di halaman 1dari 19

”Pengembangan Instrumen Penilaian Tes Tertulis”

Makalah dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Evaluasi Pembelajaran

Dosen Pengampu Wiwin Arbaini Wahyuningsih, M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 3

PGMI 5A

1. Dite Puspita Sari (21591058)


2. Esa Indy Shintia (21591067)
3. Fhina Devira (21591075)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengembangan Instrumen
Penilaian Tes Tertulis” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada
mata kuliah Evaluasi Pembelajaran. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Pengembangan Instrumen Penilaian Tes Tertulis bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Wiwin Arbaini Wahyuningsih, M.Pd.


selaku dosen mata kuliah Evaluasi Pembelajaran yang telah memberikan tugas ini sehingga
dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami.

Oleh karena itu, kami senantiasa menanti kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak guna penyempurnaan makalah ini. Kami berharap makalah ini dapat
memberi apresiasi kepada pembaca dan utamanya kepada kelompok kami sendiri. Selain itu,
semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

Wassalamualaikumwarahmatullahi wabarakatuh.

Curup, 03 September 2023

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................2

BAB III PENUTUP.......................................................................................................14

A. Kesimpulan................................................................................................................14
B. Saran..........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................1

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Proses terakhir dalam kegiatan organisasi adalah penilaian atau evaluasi. evaluasi
adalah kegiatan penilaian dan pengukuran yang berupa kegiatan mengumpulkan dan
mengolah informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil suatu keputusan
untuk langkah berikutnya.
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mempunyai tujuan, tujuan
tersebut dinyatakan dalam rumusan kemampuan atau perilaku yang diharapkan
dimiliki siswa setelah menyelesaikan kegiatan belajar. Untuk mengetahui tercapai
tidaknya tujuan pengajaran serta kualitas proses belajar mengajar yang telah
dilaksanakan, perlu dilakukan suatu usaha penilaian atau evaluasi terhadap hasil
belajar siswa. Kegunaan evaluasi dalam proses pendidikan adalah untuk mengetahui
seberapa jauh siswa telah menguasai tujuan pelajaran yang telah ditetapkan, juga
dapat mengetahui bagian-bagian mana dari program pengajaran yang masih lemah
dan perlu diperbaiki. Salah satu cara yang digunakan dalam evaluasi diantaranya
dengan menggunakan teknik pengumpulan data tes, melalui tes kita dapat mengetahui
sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima pelajaran yang telah diberikan.
Tahapan pelaksanaan evaluasi proses pembelajaran adalah penentuan tujuan,
menentukan desain evaluasi, pengembangan instrumen evaluasi, pengumpulan
informasi/data, analisis dan interpretasi dan tindak lanjut. Instrumen evaluasi hasil
belajar untuk memperoleh informasi deskriptif dan/atau informasi judgemantal dapat
berwujud tes maupun non-test. Tes dapat berbentuk obyektif atau uraian; sedang non-
tes dapat berbentuk lembar pengamatan atau kuesioner. Tes obyektif dapat berbentuk
jawaban singkat, benarsalah, menjodohkan dan pilihan ganda dengan berbagai
variasi : biasa, hubungan antar hal, kompleks, analisis kasus, grafik dan gambar tabel.
Untuk tes uraia yang juga disebut dengan tes subyektif dapat berbentuk tes uraian
bebas, bebas terbatas, dan terstruktur. Selanjutnya untuk penyusunan instrumen tes
atau nontes, seorang guru harus mengacu pada pedoman penyusunan masing-masing
jenis dan bentuk tes atau non tes agar instrumen yang disusun memenuhi syarat

1
instrumen. yang baik, minimal syarat pokok instrumen yang baik, yaitu valid (sah)
dan reliable (dapat dipercaya).
Seorang guru yang baik perlu memiliki keterampilan untuk mengembangkan
berbagai bentuk instrumen guna mengukur ketercapaian kopetensi siswa dalam
makalah ini kami akan memfokuskan pembahasan tentang “Pengembangan Instrumen
Penilaian Tes Tulis” sehingga kita bisa mengetahui dan membedakan berbagai
instrumen penilaian tes tulis.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Tes Tertulis?
2. Apa saja Bentuk-Bentuk Tes Tertulis?
3. Apa saja Dasar-Dasar Tes Tertulis?
4. Bagaimana Penyusunan Instrumen Penilaian Tes Tertulis?
5. Bagaimana Menilai Kualitas Instrumen Penilaian Tes Tertulis?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Tes Tertulis
2. Untuk Mengetahui Bentuk-Bentuk Tes Tertulis
3. Untuk Mengetahui Dasar-Dasar Tes Tertulis
4. Untuk Mengetahui Penyusunan Instrumen Penilaian Tes Tertulis
5. Untuk Mengetahui Menilai Kualitas Instrumen Penilaian Tes Tertulis

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tes Tertulis


Tes secara harfiah berasal dari bahasa perancis kuno “testum” artinya piring
untuk menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau
latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan, pengetahuan,
kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki seseorang atau kelompok. Tes
juga dapat didefinisikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab atau
pertanyaan yang harus dipilih dengan tujuan untuk mengukur aspek perilaku
tertentu dari orang yang dikenai tes.
Tes tertulis merupakan tes soal yang diberikan kepada peserta didik dalam
bentuk tulisan, dan peserta didik juga memberikan jawaban secara tertulis.
Respons peserta didik dalam menjawab soal tidak selalu dalam bentuk menulis
jawaban, tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda,
mewarnai, menggambar, dan sebagainya. Instrumen tes tulis berupa soal pilihan
ganda, isian, jawaban singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen
uraian dilengkapi pedoman penskoran. Jenis tes tulis ada dua macam yaitu yang
pertama Tes obyektif dilakukan dengan cara memilih jawaban yang tersedia
(selected- response), misalnya soal bentuk pilihan ganda, benar-salah, dan
menjodohkan. Sedangkan jenis tes tulis yang kedua Tes subjektif membutuhkan
jawaban terbuka, yakni dengan meminta peserta didik untuk menuliskan sendiri
responnya (supply-response), misalnya soal berbentuk esai, baik esai isian singkat
maupun esai bebas. Tes tertulis yang termasuk dalam bentuk kedua adalah bentuk
pertanyaan uraian terbuka dan uraian tertutup, yakni bentuk jawaban singkat
(short answer) dan bentuk isian (completion).1

B. Bentuk-bentuk Tes Tertulis


1. Pilihan Ganda (multiple choice test)
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang
suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus
memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau

1
SUYADI. (14 juli 2021). Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran.hlm 125

3
Multiple choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian
kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan jawaban (option)
terdiri atas satu jawaban benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh.
2. Dua Pilihan (benar-salah, ya-tidak)
Tes benar-salah (true-false). Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan
(statement).Statement tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang
yang ditanya bertugas untuk menandai masing-masing pernyataan itu dengan
melingkari huruf B jika pernyataan itu betul menurut pendapatnya dan
melingkari huruf S jika pernyataannya salah.
3. Menjodohkan (matching test)
Matching test dapat kita ganti dengan istilah mempertandingkan,
mencocokkan, memasangkan, atau menjodohkan. Matching test terdiri atas
satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan
mempunyai jawaban yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas murid ialah
mencari dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga sesuai atau cocok
dengan pertanyaannya.
4. Isian atau Melengkapi (Completion test)
Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan,
atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada
bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus
diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.
5. Soal Uraian
Pengertian tes uraian adalah butiran soal yang mengandung pertanyaan atau
tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara
mengekspresikan pikiran peserta tes secara naratif. Ciri khas tes uraian ialah
jawaban terhadap soal tersebut tidak disediakan oleh orang yang
mengkontruksi butir soal, tetapi dipasok oleh peserta tes. Peserta tes bebas
untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Setiap peserta tes dapat memilih,
menghubungkan, dan atau menyampaikan gagasan dengan menggunakan kata-
katanya sendiri. Tes bentuk uraian bertujuan untuk mengukur kemampuan
siswa menguraikan apa yang dalam pikiarannya tentang sesuatu masalah yang
diajukan oleh guru.2

2
http://sidi-quintana.blogspot.com/2015/04/tes-tertulis.html?m=1. Tuesday, 21 April 2015

4
C. Dasar-Dasar Penyusunan Tes Tertulis
1. Tes harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses belajar
mengajar sesuai dengan tujuan instruksional ynag tercantum di dalam
kurikulum yang berlaku.
2. Tes yang tersusun benar-benar mewakili bahan yang telah dipelajari.
3. Tes hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar yang
diharapkan.
4. Tes hendaknya disusun sesuai dengan tujuan penggunaan tes itu sendiri,
karena tes dapat disusun untuk keperluan : pretes/postes, materi tes, tes
diagnostic, tes prestasi belajar, tes formatif, dan tes sumatif.
5. Tes hendaknya dapat diguankan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
6. Tes yang disusun mempertimbangkan proporsi tingkat kesulitan dan
kesesuaiannya dengan taraf kemampuan siswa.
7. Petunjuk pengerjaan soal jelas dan sesuai dengan persoalan yang
disajikan.
8. Tes disusun dengan mempertimbangkan kaidah-kaidah penulisan soal
pada masing-masing jenis soal.
9. Penulisan soal menggunakan bahasa yang benar.3

D. Penyusunan Instrumen Penilaian Tes Tertulis


1. Penentuan Tujuan Penilaian Tes tertulis
Dalam menyusun tes tertulis, pendidik harus menetapkan tujuan tes terlebih
dahulu. Tes yang memiliki tujuan untuk mengetahui penguasaan materi
pelajaran peserta didik setelah diajarkan, berbeda jenis dan isinya dengan tes
yang memiliki tujuan mengetahui kesulitan belajar peserta didik (diagnostic
test), penempatan (placement test), formatif, sumatif atau seleksi.
2. Penyusunan Kisi-Kisi Tes
Kisi-kisi adalah suatu format berbentuk matriks yang berfungsi sebagai
pedoman dalam penulisan soal dan perakitan tes. Dengan adanya kisi-kisi,
dapat dihasilkan soal yang sama (paralel) dari segi kedalaman dan cakupan

3
http://sidi-quintana.blogspot.com/2015/04/tes-tertulis.html?m=1. Tuesday, 21 April 2015
Tes Tertulis

5
materi. Komponen kisi-kisi terdiri atas identitas dan matriks. Identitas kisi-kisi
meliputi:
a. Jenjang pendidikan/Jenis sekolah/kelas/semester
b. Program/jurusan
c. Mata pelajaran
d. Kurikulum
e. Alokasi waktu
f. Jumlah soal

Matriks kisi-kisi meliputi kompetensi dasar, materi, indikator soal, level


kognitif, nomor soal, dan bentuk soal. Syarat kisi-kisi yang baik:

1. Mewakili isi kurikulum/kompetensi;


2. Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami;
3. Dapat dibuat soalnya sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang
ditetapkan.

Kompetensi Dasar (KD) adalah kemampuan minimal yang harus dikuasai


peserta digunakan oleh satuan pendidikan. Dari KD tersebut, diidentifikasi
materi yang akan diujikan dan dirumuskan indikator soalnya. Dalam
pembuatan soal, pendidik memilih materi esensial. Pemilihan materi dalam
penyusunan kisi-kisi hendaknya memperhatikan 4 aspek sebagai berikut:

1. Urgensi, secara teoritis materi yang akan diujikan mutlak harus dikuasai
peserta didik;
2. Relevansi, materi yang dipilih sangat diperlukan untuk mempelajari atau
memahami bidang lain;
3. Kontinuitas, materi yang dipilih merupakan materi lanjutan atau
pendalaman materi dari yang sebelumnya pernah dipelajari dalam jenjang
yang sama maupun antarjenjang; dan
4. Keterpakaian, materi memiliki daya terap dan nilai guna yang tinggi dalam
kehidupan sehari-hari.
3. Indikator
Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik,
kompetensi, mata pelajaran, dan satuan pendidikan. Syarat indikator yang baik
adalah:

6
1. Memuat ciri-ciri kompetensi dasar yang akan diukur
2. Memuat kata kerja operasional yang dapat diukur
3. Berkaitan dengan materi (bahan ajar) yang dipilih dan dapat dibuatkan
soalnya.

Terdapat dua cara dalam perumusan indikator soal, yaitu menggunakan


stimulus dan tanpa stimulus. Stimulus dapat berupa wacana/ilustrasi, tabel,
grafik, diagram, kasus, dan gambar. Satu stimulus dapat digunakan untuk
beberapa butir soal. Bentuk soal pilihan ganda menggunakan satu kata kerja
operasional dan bentuk soal uraian menggunakan satu atau lebih kata kerja
operasional.

Contoh format kisi-kisi penulisan soal tes tertulis

7
4

E. Menilai Kualitas Instrumen Penilaian Tes Tertulis


Untuk menilai kualitas instrumen penilaian tes tertulis, terdapat beberapa
komponen yang perlu diperhatikan, antara lain:
1. Validitas: Instrumen penilaian tes tertulis harus memiliki validitas, yaitu
sejauh mana instrumen tersebut dapat mengukur apa yang sebenarnya ingin
diukur. Validitas dapat diuji melalui pemeriksaan dari ahli bidang yang
relevan. Kata "valid" diartikan dengan "tepat, benar, shahih, absah". Jadi, kata
validitas dapat diartikan dengan ketepatan, kebenaran, keshahihan atau
keabsahan. Apabila kata valid itu dikaitkan dengan fungsi tes sebagai alat
pengukur, maka sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut dengan secara
4
Dr. Ahmad Zainuri M.P.d I, Drs. Aquami M.Pd.I, DrSaiful AnNur M.P.d.(24 januari 2022). Evaluasi Pendidikan
(kajian Teorik) Penerbit Qiara Media.Bukel, hlm 86

8
tepat, secara benar, secara shahih, atau secara absah dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur.
Pengertian validitas menurut Sumarna Surapranata adalah "suatu
konsep yang berkaitan dengan sejauh mana tes telah mengukur apa yang
seharusnya diukur". "Menurut Mudjijo, suatu tes disebut valid apabila tes
tersebut dapat mengukur apa yang hendak dan seharusnya diukur. Selanjutnya
menurut Nana Sudjana, validitas adalah ketepatan alat penilaian terhadap
konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang seharusnya dinilai.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu tes dapat
dikatakan valid yaitu apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak
dan seharusnya diukur.
Sedangkan yang dimaksud dengan validitas item tes adalah ketepatan
mengukur yang dimiliki oleh sebutir item (yang merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari tes sebagai suatu totalitas), dalam mengukur apa yang
seharusnya diukur lewat butir item tersebut. Macam-macam Validitas:
a) Validitas tes
Validitas sebuah tes dapat diketahui dari hasil pemikiran dan dari hasil
pengalaman. Hal yang pertama akan diperoleh validitas logis
(logicalvalidity) dan hal yang kedua diperoleh validitas empiris
(empiricalvalidity). Dua hal inilah yang dijadikan dasar pengelompokan
validitas tes adalah sebagai berikut: 1) Validitas logis. Validitas logis
mengandung arti logis/ penalaran, maka validitas logis untuk sebuah
instrumen evaluasi menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang
memenuhi persyaratan valid berdasarkan hasil penalaran dan sudah
dirancang secara baik, sesuai dengan teori dan ketentuan yang berlaku.
Ada dua macam validitas logis yang dapat dicapai oleh sebuah instrumen,
yaitu validitas isi dan validitas konstruksi, 2) Validitas Empiris. Dimaksud
dengan validitas empiris adalah memiliki pengertian pengalaman, sehingga
sebuah instrument dikatakan memiliki validitas empiris apabila sudah diuji
dari pengalaman. Dengan demikian validitas empiris tidak dapat diperoleh
hanya dengan jalan menyusun instrument berdasarkan ketentuan seperti
halnya validitas logis, tetapi harus dibuktikan dengan hasil analisis yang
dilakukan terhadap data hasil pengamatan dilapangan, terbukti bahwa tes

9
hasil belajar itu dengan secara tepat telah dapat mengukur hasil belajar
yang seharusnya diukur.
Ada dua cara untuk mengetahui apakah tes hasil belajar itu sudah
memiliki validitas empiris ataukah belum, yakni dari segi daya ketepatan
meramalanya (predictive validity) dan daya ketepatan bandingannya atau
"ada sekarang" (concurrent validity).
b) Validitas item
Validitas item dari suatu tes adalah ketapatan mengukur yang dimiliki oleh
sebutir item (yang merupakan bagian tak terpisahkan dari tes sebagai suatu
totalitas), dalam mengukur apa yang seharusnya diukur lewat butir item
tersebut. Sebenarnya 16 setiap butir item yang ada dalam tes hasil belajar
itu adalah merupakan bagian tak terpisahkan dari tes hasil belajar tersebut
sebagai suatu validitas dalam mengukur atau mengungkap hasil belajar
yang telah dicapai oleh masing-masing individu peserta didik setelah
mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu.
c) Teknik Pengujian Validitas Item
Sebutir item dapat dikatakan telah memiliki validitas yang tinggi atau
dapat dinyatakan valid, jika skor-skor pada butir soal yang bersangkutan
memiliki kesesuaian atau kesejajaran arah dengan skor totalnya, atau
dengan bahasa statistik: "Ada korelasi positif yang signifikan antara skor
item dengan skor totalnya". Skor total di siniberkedudukan sebagai
variabel terikat (dependent variable), sedangkanskor item berkedudukan
sebagai variabel bebasnya (independent variable).
Dengan demikian, maka untuk sampai pada kesimpulan bahwa butir-
butir yang ingin diketahui validitasnya yaitu valid atau tidak kita dapat
menggunakan teknik korelasi sebagai teknik analisisnya. Sebutir soal
dapat dinyatakan valid, apabila skor butir yang bersangkutan terbukti
mempunyai korelasi yang positif yang signifikan dengan skor totalnya.
Seperti diketahui, pada tes objektif maka hanya ada dua kemungkinan
jawaban, yaitu betul dan salah. Setiap butir soal yang dijawab dengan betul
umumnya diberi skor 1 (satu), sedangkan untuk setiap jawaban yang salah
diberikan skor 0 (nol). Jenis data seperti ini dalam dunia ilmu statistic
dikenal dengan nama data diskret murni atau data dikotomik. Sedangkan

10
skor total yang dimiliki oleh masing-masing butir soal merupakan data
kontinu.
2. Reliabilitas
Instrumen penilaian tes tertulis juga harus memiliki reliabilitas yang tinggi,
yaitu konsistensi dalam memberikan hasil yang sama jika diujikan pada
populasi yang sama. Reliabilitas dapat diuji melalui metode seperti uji retest
atau uji reliabilitas internal. Reliabilitas menunjukkan nilai- nilai yang
konsisten. Suatu instrumen yang mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi
dapat dipercaya untuk dijadikan dasar pengambilan kesimpulan dan
keputusan.
Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang
mempunyai asal kata rely dan ability. Reliabilitas sering diartikan dengan
keterandalan. Artinya suatu tes memiliki keterandalan bilamana tes tersebut
dipakai mengukur berulang- ulang hasilnya sama." Reliabilitas adalah
ketatapan atau ketelitian suatu alat evaluasi. Suatu tes atau alat evaluasi
dikatakan andal jika ia dapat dipercaya, konsisten, atau stabil dan produktif.
Jadi, yang dipentingkan di sini adalah ketelitiannya, sejauhmana tes atau alat
tersebut dapat dipercaya kebenarannya.
Penilaian tes tertulis dikatakan baik apabila telah memiliki reliabitas atau
bersifat reliabel. Apabila istilah tersebut dikaitkan dengan fungsi tes sebagai
alat ukur mengenai keberhasilan belajar peserta didik, maka sebuah tes
tersebut dapat dinyatakan reliable apabila hasil-hasil pengukuran yang
dilakukan dengan menggunakan tes tersebut secara berulang kali terhadap
subyek yang sama, senantiasa menunujukkan hasil yang tetap sama atau
sifatnya ajeg dan stabil."Ajeg atau tetap di sini tidak selalu harus sama, tetapi
mengikuti perubahan secara ajeg.
Dari beberapa definisi di atas, maka hasil pengukuran dapat dipercaya
hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap
kelompok subyek yang sama diperoleh hasil relatif sama, selama aspek yang
diukur dalam diri subyek yang diukur memang belum berubah.
a. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Reliabilitas
Beberapa faktor yang mempengaruhi reliabilitas adalah sebagai berikut: a)
Luas tidaknya sampling yang handal, b) Perbedaan bakat dan kemampuan
murid yang dites, dan c) Suasana dan kondisi testing.

11
b. Teknik Pengujian Reliabilitas
Dalam rangka menentukan apakah tes hasil belajar bentuk obyektif yang
disusun oleh tester telah memiliki keajegan mengukur ataukah belum,
dapat dilakukan dengan menggunakan tiga teknik yang dapat digunakan
untuk menguji tingkat reliabilitas butir tes, yaitu:
a. Metode Test-retest (metode bentuk ulang)
Metode ini digunakan untuk menguji dengan menggunakan alat
penilaian terhadap subyek yang sama, dilakukan dua kali dalam waktu
yang berlainan, kemudian dikorelasikan. Koefisien korelasi yang
diperoleh menunjukkan tingkat konsistensi instrumen yang sekaligus
juga merupakan nilai koefisien korelasi. Hasil uji teknik ini dapat
dipercaya bila instrumen tersebut mengukur variabel yang relatif
konstan.
Adapun langkah yang dapat ditempuh pada uji reliabilitas ini
adalah sebagai berikut: 1) Menyusun sebuah tes yang akan diukur
reliabilitasnya, 2) Mengujikan tes yang tersusun tersebut (tahap I). 3)
Menghitung skor hasil tes tahap I, 4) Mengujikan ulang tes yang
tersusun tersebut (tahap II). 5) Menghitung skor hasil tes ulang (tahap
II), dan 6) Menghitung reliabilitas tes tersebut dengan jalan
mengkorelasikan skor tes I dengan skor tes II dengan rumus Korelasi
ProductMoment Person.
b. Pendekatan equivalent form reliability (bentuk paralel)
Pendekatan ini dipakai dengan dua bentuk tes yang sama yang
dilaksanakan oleh satu kelompok pada waktu yang sama. Bentuk-
bentuk tes itu sama dalam arti, bahwa tes itu disusun untuk mengukur
kemampuan yang sama. Cara ini dapat digunakan untuk mengetahui
koefisien stabilitas tes dengan asumsi bahwa sistem yang diukur
dengan tes tersebut tidak akan berubah dengan hanya digunakan
dengan dua bentuk tes. Adapun langkah yang ditempuh adalah sebagai
berikut: 1) Menyusun dua buah tes yang ekuivalen, 2) Menyusun
kedua tes tersebut (dalam waktu yang bersamaan atau beriringan), 3)
Memberikan skor hasil tes yang telah diujikan, disusun dengan
memisahkan antara tes A dengan tes B. dan 4) Mencari koefisien

12
stabilitas kedua tes (A dan B) dengan jalan mencari korelasinya
melalui rumus Korelasi Product Moment.
c. Pendekatan split-half
Metode ini dipakai untuk digunakan dalam rangka menentukan
reliabilitas dengan jalan melakukan pengukuran terhadap satu
kelompok subyek, dimana pengukuran itu dilakukan dengan hanya
menggunakan satu jenis alat pengukur, sedang pelaksanaan
pengukuran itu hanya dilakukan sebanyak satu kali saja. Dengan kata
lain metode ini dilakukan dengan satu kelompok subyek, satu jenis alat
pengukur dan satu kali pengukuran; atau satu kelompok testee, satu
jenis tes, dan satu kali testing. Adapun langkah secara umum yang
ditempuh untuk mencari reliabilitas tes adalah: 1) Menyusun sebuah
tes setidaknya jumlah nomornya genap, sehingga bila dibelah
jumlahnya sama. 2) Mengujikan tes tersebut pada satu sampel, 3)
Menghitung skor masing-masing peserta didik dalam dua kelompok
skor, dapat dikelompokkan skor ganjil dan genap, dapat pula
dikelompokkan skor belahan atas dan skor belahan bawah, 4) Mencari
reliabilitas setengah tes dengan jalan mengkorelasikan kedua skor
tersebut dengan rumus Product Moment atau mencari deviasi pada
belahan ganjil genap, dan 5) Mencari reliabilitas satu tes penuh dengan
menggunakan rumus Spearman Brown, rumus Flanagan dan rumus
Rulon.
d. Internal konsistensi (internal consistency)
Untuk mengukur koefisien konsistensi dapat digunakan pendekatan
yang tidak membelah tes menjadi dua. Hal ini disebabkan oleh dua
kemungkinan; 1) jumlah item ganjil, sehingga tidak dapat dibelah
menjadi dua, 2) komposisi antara item-item ganjil dan genap tidak
homogen, sehingga bila dibelah cenderung tidak memiliki korelasi
yang positif.
Internal konsisten yang didasarkan pada homogenitas atau korelasi
antar skor jawaban pada setiap butir tes. Jika korelasi rerata antar butir
soal tinggi maka reliabilitasnya juga tinggi. Jika korelasi rerata
mendekati nol. Maka internal konsistensi nol pula dan reliabilitasnya
rendah. Terdapat beberapa teknik dan persamaan yang digunakan

13
untuk mencari reliabilitas dengan internal konsistensi ini yaitu; 1)
koefisien alpha,2) Kuder-Richardson, 3) Kuder-Richardson, dan 4)
teknik Hoyt.
3. Ketepatan pengukuran
Instrumen penilaian tes tertulis harus mampu mengukur apa yang sebenarnya
ingin diukur dengan tepat. Kriteria penilaian yang jelas dan terukur harus
disertakan dalam instrumen.
4. Kedalaman dan kelengkapan materi
Instrumen penilaian tes tertulis harus mencakup materi yang relevan dan dapat
menguji pemahaman siswa secara komprehensif. Materi yang diperlukan
untuk dipahami siswa harus disusun dengan baik dan mampu menggambarkan
tingkat pemahaman siswa yang diharapkan.
5. Waktu pelaksanaan
Instrumen penilaian tes tertulis harus memperhatikan waktu pelaksanaan yang
wajar dan mencukupi untuk siswa menjawab pertanyaan dengan baik.
Kebutuhan waktu yang disesuaikan dengan tingkat kesulitan soal dapat
membantu menilai kemampuan siswa secara akurat.
6. Keterbacaan
Instrumen penilaian tes tertulis harus mudah dibaca dan dimengerti oleh siswa.
Bahasa yang digunakan harus jelas dan sesuai dengan tingkat pemahaman
siswa.
7. Tingkat kesulitan
Instrumen penilaian tes tertulis harus memiliki tingkat kesulitan yang sesuai
dengan tingkat pemahaman siswa. Soal yang terlalu mudah atau terlalu sulit
dapat menghasilkan nilai yang tidak akurat.
Dengan memperhatikan komponen-komponen ini, kita dapat menilai kualitas
instrumen penilaian tes tertulis secara objektif.5

5
Jurnal Madaniyah, Volume 2 Edisi IX Agustus 2015 Khearudin, Kualitas Instrumen Tes Hasil Belajar. Hlm 215

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tes secara harfiah berasal dari bahasa perancis kuno “testum” artinya
piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah serangkaian
pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
ketrampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki
seseorang atau kelompok. Tes juga dapat didefinisikan sebagai himpunan
pertanyaan yang harus dijawab atau pertanyaan yang harus dipilih dengan
tujuan untuk mengukur aspek perilaku tertentu dari orang yang dikenai tes.
Tes tertulis merupakan tes soal yang diberikan kepada peserta didik
dalam bentuk tulisan, dan peserta didik juga memberikan jawaban berupa
tulisan. Respon peserta didik dalam menjawab soal tidak selalu dalam bentuk
menulis jawaban, tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi
tanda.

B. Saran
Dengan disusunnya makalah tentang Pengembangan Instrumen Tes
Tertulis, penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui mengenai
Pengemebangan Instrumen Tes Tertulis, untuk mengetahui lebih jauh, lebih
banyak, dan lebih lengkap tentang pembahasan Pengembangan Instrumen Tes
Tertulis, pembaca dapat membaca dan mempelajari buku-buku dari berbagai
pengarang, karena penulisanya membahas garis besarnya saja tentang
Pengembangan Instrumen Tes Tertulis. Disini penulis menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, sehingga keritik dan saran
yang membangun untuk penulisan makalah-makalah selanjutnya sangat
diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA

15
SUYADI. (14 juli 2021). Konsep Dasar Evaluasi Pembelajaran.

Zifatama Jawara.

http://sidi-quintana.blogspot.com/2015/04/tes-tertulis.html?m=1. Tuesday, 21 April 2015

Tes Tertulis

Dr. Ahmad Zainuri M.P.d I, Drs. Aquami M.Pd.I, DrSaiful AnNur M.P.d.(24 januari 2022).
Evaluasi Pendidikan (kajian Teorik) Penerbit Qiara Media.Bukel

Khaerudin, Kualitas Instrumen Tes Hasil Belajar Jurnal Madaniyah, Volume 2 Edisi IX
Agustus 2015,

16

Anda mungkin juga menyukai