Oleh :
RISNA MAITA
171151165
Oleh :
Risna Maita
NIM : 171151165
(Program Studi Teknik Industri)
Menyetujui
Tim Pembimbing
………………………..
Pembimbing I
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Industri
i
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................i
DAFATRA TABEL..................................................................................................vi
ii
2.1.8.1 Kelebihan Dan Kekurangan SEM......................................................53
iii
3.2.8 Ujia Validitas Dan Reliabilitas....................................................................79
3.11 Keterbatasan.......................................................................................................81
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................82
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.3 (A) Variabel laten eksogen dan (B) variabel laten.................................54
Gambar 2.4 Contoh Multy Block Model ..................................................................64
Gambar 2.5 Kerangka Berfikir...................................................................................73
Gambar 3.1 diagram alir langkah-langkah metodologi penelitia...............................73
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Penjualan Rumah Makan Sate Bagja Tahun 2020............................3
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Kebutuhan manusia dibagi menjadi tiga bagian antara lain primer, sekunder, dan
tersier. Kebutuhan primer merupakan kebutuhan pokok yang harus terpenuhi salah
satunya pangan (makanan). Makanan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia
yang perlu untuk mempertahankan hidupnya dan menjamin eksistensinya sebagai
mahluk hidup. Seiring dengan berjalannya waktu perkembangan zaman yang semakin
modern, menyebabkan perubahan yang cukup signifikan pada pola hidup masyarakat
terutama di daerah perkotaan. Perubahan pola hidup ini berpengaruh terhadap pola
konsumsi masyarakat secara umum, terutama yang berkaitan dengan konsumsi
pangan.
Salah satu usaha yang banyak sekali inovasi dalam segi prodak pelayanan dan
fasilitas adalah pengusaha kuliner, hal ini ditandakan dengan banyaknya produk-
produk baru maupun produk-produk lama yang diinovasi serta didukung oleh fasilitas
yang lengkap. Salah satu contoh dalam hal ini rumah makan menjadi usaha yang
banyak sekali perubahan secara produk, pelayanan dan fasilitas. Rumah makan
merupakan pasar kuliner yang mempunyai pangsa pasar yang sangat baik hal ini
dikarenakan beberapa faktor antara lain kualitas pelayanan, fasilitas dan inovasi
produk.
Maka dari itu persaingan yang semakin ketat ini menuntut para pelaku bisnis
untuk semakin meningkatkan kualitas pelayanannya agar dapat bersaing di pasar.
Pelaku bisnis dituntut untyk selalu memahami dan mempelajari apa yang tmenjadi
kebutuhan pelnggannya. Salah satu bisnis yang persaingannya semakin ketat adalah
bisnis perdagangan. Khususnya bisnis perdagangan di bidang kuliner, pelaku bisnis
harus selalu memperhatikan berbagai aspek seperti kualitas layanan, harga dan lokasi
usaha agar dapat memuaskan pelanggannya dan dapat bersaing di pasar.
1
2
Purwakarta merupakan salah satu kota yang ada di provinsi Jawa barat yang
letaknya tidak terlalu jauh dengan ibukota Jawa barat yaitu Bandung. Dimana
Bandung terkenal dengan kota fashion dan kulinernya, sekarang Purwakarta suda
mulai ramai dengan usaha di bidang kuliner. Bisnis rumah makan ini termasuk suatu
bisnis yang paling digemari. Hal ini dapat dibuktikan dari banyaknya rumah
makanyang baru di Purwakarta. Setiap rumah makan berusaha menonjolkan keunikan
mereka masing-masing, baik dari susana rumah makan maupun gaya penyajian atau
menu yang disajikan. Salah satu usaha kuliner yang ada di Purwakarta adalah Rumah
Makan Sate Bagja Purwakarta. Rumah makan yang berlokasi sangat strategis yaitu di
jalan alaternatif by pass cibungur,wanakerta,purwakarta. Rumah Makan Sate Bagja
menyediakan olahan makanan sate marangi khas purwakarta dengan harga yang
bervariasi. Tentunya juga dengan tempat yang nyaman dan cita rasa yang enak yang
menjadi tujuan dari para konsumen. Ditengah-tengah persaingan bisnis olahan
makanan sate marangi yang semakin tinggi, pihak manajemen rumah makan sate
bagja diharapkan dapet melakukan langkah yang tepat untuk dapat meningkatkan
kualitas pelayanan dan melakukan langkah yang tepat untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dan pemasaran jasa sehingga dapat mempengaruhi kepuasan dan loyalitas
konsumen.
Manajemen rumah makan sate bagja dituntut untuk dapat membaca keinginan
dari komsumen, sehingga denggan begitu dapat memberikan kepuasan kepada para
konsumennya dan konsumen yang telah memutuskan untuk makan atau minum tidak
merasa kecewa sehingga pada akhirnya pembeli merasa puas. Dengan demikian, akan
lebh mudah untuk bertahan dalam menghadapi persaingan bisnis yang ada, tenrutama
bisnis kuliner di kota purwakarta. Adapun data penjualan di rumah makan sate bagja
satu tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut ini:
3
Tabel 1.1 Data Penjualan Rumah Makan Sate Bagja Tahun 2020
Dengan tabel diatas dapat dilihat bahwa penjualan di rumah makan sate bagja
selalu mengalami penurunan dari bula ke bulan. Penurunan penjualan terbesar
adalah pada bulan september sebesar 432.000 dan pada bulan mei, juni, juli, oktober
dan november rumah makan sate bagja tutup dikarenakan terjadi pembatasan sosial
berskala besar(PSBB). Hal ini harus diperhatikan oleh perusahaan dengan
menganalisa keluhan-keluhan pelanggan, seperti misalnya pengerjaan dan penyajian
makanan dan minuman yang terkadang memakan waktu relatif lama dan cita rasa
yang terkadang kurang memenuhi permintaan pelanggan atau mungkin para
karyawan rumah makan sate bagja kurang ramah dan kurang rapi dalam berpakaian.
Pihak perusahaan juga harus mampu memahami keinginan para pelanggannya serta
mempelajari faktor-faktor ynag mempengaruhi kepuasan para konsumennya serta
meningkatkan loyalitas konsumen. Maka dari itu peneliti mengajukan penelitian ini
dengan judul : “ANALISI PENGARUH KUALITAS PELAYANAN, HARGA
DAN LOKASI TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN SERTA LOYALITAS
PELANGGAN PADA RUMAH MAKAN SATE BAGJA PURWAKARTA”
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah ,
tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini berisi tentang referensi terkait penelitian yang di lakukan, yang di
dapatkan dari berbagai jenis buku, jurnalnpenelitian maupun sumber-sumber lainya
yang mendukung hasil dari penelitian.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Pada bab ini berisi tentang langkah-langkah yang di lakukan dalam penelitian
dan dibuat dalam sebuah diagram alir yang disusun secara singkat mengenai langkah-
langkah yang digunakan
BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini berisi tentang data permasalah, pengolahan data dan pembahasan.
Tentang analisi dari hasil pengumpulan dan pengolahan data yang telah dilakukan
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian dan
saran-saran yang dapat diajukan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Manajemen pemasaran berasal dari dua kata yaitu manajemen dan pemasaran
Menurut Kotler dan Armstrong (2008) pemasaran adalah analisis, perencanaan,
implementasi, dan pengendalian dari program-program yang dirancang untuk
menciptakan, membangun, dan memelihara pertukaran yang menguntungkan dengan
pembeli sasaran untuk mencapai tujuan perusahaan. Manajemen adalah proses
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuaring)dan
pengawasan. Jadi dapat diartikan bahwa manajemen pemasaran adalah
analisis,perencanaan,implementasi,dan pengendalian dari program-program yang
dirancang untuk menciptakan, membangun, dan memelihara pertukaran yang
menguntungkan dengan pembeli sasaran untuk mencapai tujuan pemasaran.Dari
uraian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah sebagai
kegiatan yang direncanakan, dan diorganisasikan yang meliputi pendistribusian
barang, penetapan harga dan dilakukan pengawasan terhadap kebijakan-kebijakan
yang telah dibuat yang tujuannya untuk mendapatkan tempat di pasar agar tujuan
utama dari pemasaran dapat tercapai dikutip dari (Fifyanita Ghanimata,2012).
6
7
1. Barang
Barang-barang fisik merupakan bagian terbesar dari usaha produksi dan
pemasaran kebanyakan negara. Setiap tahun, perusahaan-perusahaan AS saja
8
memasarkan miliaran produk makanan segar, kalengan, dan beku, selain itu
juga jutaan mobil, kulkas, televise, mesin dan berbagai pilar ekonomi
modern lainnya. Berkat internet, bukan hanya perusahaan yang memasarkan
barang, bahkan individupun dapat memasarkan barang secara efektif.
2. Jasa
Ketika ekonomi maju, semakin besar porsi aktivitas ekonomi yang berfokus
pada produksi jasa. Jasa mencakup pekerjaan maskapai udara, hotel,
perusahaan penyewaan mobil, tukang pangkas dan salon, tenaga perbaikan
dan pemeliharaan, dan akuntan, banker, pengacara, dokter, dan konsultan
manajemen.Banyak tawaran pasar yang terdiri dari perpaduan antara barang
dan jasa di restoran cepat saji misalnya, pelanggan mengkonsumsi baik
produk maupun jasa.
3. Acara
Pemasar mempromosikan acara berdasarkan waktu, seperti pameran dagang,
pertunjukan seni dan ulang tahun perusahaan. Acara olahraga dunia seperti
olimpiade dan piala dunia dipromosikan secara agresif baik kepada
perusahaan maupun penggemar.
4. Pengalaman
Dengan memadukan beberapa jasa dan barang, sebuah perusahaan dapat
menciptakan, memamerkan, dan memasarkan pengalaman.Walt Disney
World's Magic Kingdom merupakan contoh pemasaran pengalaman ini,
dengan mengijinkan pelanggan mengunjungi kerajaan peri, kapal bajak laut,
atau rumah hantu.Ada juga pasar untuk pengalaman khusus, seperti
menghabiskan satu minggu di kamp baseball atau mendaki di gunung
Everest.
5. Orang
Pemasaran selebriti adalah bisnis yang besar artis, musisi, CEO, dokter,
pengacara dan ahli keuangan kelas atas di bantu oleh para pemasar selebritis.
9
6. Tempat
Kota, negara bagian, kawasan dan seluruh bangsa bersaing secara efektif
untuk menarik turis, pabrik, kantor pusat perusahaan dan pemukiman baru.
Pemasar tempat mencakup spesialis pengembang ekonomi, agen real estete,
bank komersial, asosiasi bisnis lokal, serta agen periklanan serta hubungan
dengan masyarakat.
7. Properti
Properti adalah hak kepemilikan tak berwujud atas properti yang sebenarnya
atau property finansial.Properti dibeli dan dijual, dan pertukaran ini
membutuhkan pemasaran. Agen real estate bekerja untuk pemilik atau
penjual property, mereka juga bias menjual atau membeli real estate untuk
pemukiman atau untuk perdagangan.
8. Organisasi
Organisasi secara efektif bekerja untuk membangun citra yang kuat, disukai,
dan unik dibenak publiknya.
9. Informasi
Informasi adalah apa yang dihasilkan, dipasarkan, dan didistribusikan oleh
buku, sekolah, dan produk universitas dengan harga tertentu kepada orang
tua, siswa dan komunitas.
10. Ide
Setiap penawaran pasar mengandung sebuah ide/gagasan dasar.Produk dan
jasa adalah landasan untuk menghasilkan ide/gagasan.
Ada lima konsep yang bersaing yang dijadikan sebagai pedoman oleh organisasi
untuk melakukan kegiatan pemasaran: konsep produksi, konsep produk, konsep
penjualan, konsep pemasaran, konsep pemasaran sosial.
10
1. Konsep Produksi
Konsep produksi adalah salah satu konsep bisnis tertua. Konsep produksi
berpendapat bahwa konsumen akan lebih menyukai produk yang tersedia
secara luas dan murah. Para manajer perusahaan yang berorientasi produksi
berkonsentrasi untuk mencapai efisiensi produksi yang tigggi, biaya yang
rendah, dan distribusi secara masal.Mereka mengansumsikan bahwa
konsumen terutama tertarik pada ketersediaan produk dan harga yang
rendah.Orientasi itu dapat sangat cocok di negara-negara berkembang,
dimana konsumen lebih tertarik untuk mendapatkan produk daripada
fiturnya.Orientasi itu juga berguna ketika perusahaan ingin memperluas
pasar. Beberapa organisasi jasa juga beroprasi berdasarkan konsep
produksi.Banyak praktek perawatan medis dan gigi diorganisasikan
berdasarkan prinsip lini-perakitan, demikian pula beberapa lembaga
pemerintah. Walaupun dapat menangani banyak kasus per jam, orientasi
manajemen seperti itu mudah dituduh sebagai penghasil jasa yang bermutu
rendah dan kurang menghargai manusia.
2. Konsep Produk
Perusahean-porusahaan Ian dipanda oleh konsep produk, yang berpendapat
bahwa konsumen akan menyukai produk-produk yang menawarkan fitur
yang paling bermutu, berkinerja atau inovatif. Para manajer erganisasi itu
memusatkan perhatian untuk menghasilkan produk yang unggul dan
memperbaiki mutunya dari waktu ke waktu.Mereka mengansumsikan bahwa
para pembeli mengagumi produk yang dibum dengan baik serta dapat
meniali mutu dan kinerja. Akan tetapi, para manajer itu kadang-kadang
terperangkap dalam kecintaan akan produk mereka. Perusahaanperusahaan
yang berorientasi produkn sering percaya bahwa para rekayasawan mereka
dapat mendesain produk-produk yang luar biasa hebat. Mereka mendapat
sedikit atau tidak mendapat sama sekali masukan pelanggan, dan sering
sekali mereka bahkan tidak mengamati produk-produk pesaing.
11
3. Konsep Penjualan
Konsep penjualan merupakan orientasi bisnis umum lainnya. Konsep
penjualan berkeyakinan bahwa para konsumen dan perusahaan bisnis, jika
dibiarkan, tidak akan secara teratur membeli cukup banyak produk yang
ditawarkan oleh Organisasi tertentu. Olehkarena itu, organisasi tersebut
harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif.Konsep itu
mengansumsikan bahwa perusahaan memiliki banyak sekali alat penjualan
dan promosi yang efektif yang dapat merangsang lebih banyak pembelian.
Konsep penjualan itu merupakan contoh umum pemikiran Sergio Zyman,
mantan wakil dirut pemasaran Cola-cola: Tujuan pemasaran adalah menjaul
lebih banyak bahan kepada lebih banyak orang dengan lebih sering membeli
sehingga perusahaan mendapatkan lebih banyak uang dan menghasilkan
lebih banyak laba. Konsep penjualan itu paling gencar dipraktekkan pada
barang-barang yang tidak dicari, barang-barang yang pada umumnya tidak
dipikirkan untuk dibeli, seperti asuransi, ensiklopedia, dan tempat
penguburan.Industri-industri itu telah menyempumakan berbagai teknik
penjualan untuk mencari calon pembeli dan berusaha keras melakukan
penjualan berdasarkan manfaat produk perusahaan.Konsep penjualan juga
dipraktekan dibidang nirlaba oleh para pencari dana, kantor penerimaan
mahasiswa perguruan tinggi, dan partai politik. Kebanyakan perusahaan
mempraktekan konsep penjualan ketika mereka mempunyai kapasitas yang
berlebih. Tujuan mereka adalah menjual apa yang mereka hasilkan dan
bukannya menghasilkan apa yang diinginkan oleh pasar. Dalam
perekonomian industry modern, kapasitas produktif telah dibangun dengan
anggapan bahwa kebanyakan pasar merupakan pasar pembeli (pembelinya
dominan) sehingga penjual harus berjuang untuk mendapatkan
pelanggan.Para calon dihujani dengan siaran iklan TV, iklan surat kabar,
surat langsung, dan telepon penjualan. Pada tiap kesempatan dimana saja,
seseorang berusaha menjual sesuatu.Akibatnya publik sering
mengindentifikasi pemasaran sebagai penjualan dan periklanan yang keras.
12
Akan tetapi, pemasaran yang didasarkan pada penjualan cara keras memiliki
resiko tinggi. Pemasaran mengasumsikan bahwa para pelanggan yang
dibujuk supaya membeli produk aka menyukainya, dan jika mereka tidak
menyukainya, mereka tidak akan menjelek-jelekkan produk atau mengadu ke
organisasi konsumen, mereka akan melupakan kekecewaan mereka dan
membelinya lagi. Itu merupakan asumsi-asumsi yang tak dapat
dipertahankan.Sebuah kajian menunjukan bahwa para pelanggan yang tidak
puas bias menjelej-jelekkan produk kepada 10 atau lebih kenalan, berita
buruk itu sekarang lebih cepat menyebar karena adanya internet.
4. Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran muncul pada pertengahan tahun 1950-an dan menantang
berbagai konsep sebelumnya. Sebagai ganti filosofi “buat dan jual”, yang
berpusat pada produk, kita bergeser ke filosofi “pahami dan
tanggapi”.Sebagai pengganti “berburu”, pemasaran adalah
“berkebun”.Pekerjaan pemasaran bukan untuk menentukan pelanggan yang
tepat bagi produk anda, melainkan menentukan produk yang tepat bagi
pelanggan anda.Seperti yang dikatakan oleh pemasar langsung terkemuka,
Lester Wunderman, “Teriakan Revolusi Industri adalah teriakan pabri yang
mengatakan, inilah apa yang saya buat, apakah anda ingin membelinya.
Tuntutan Jaman Informasi adalah pelanggan mengatakan, inilah apa yang
saya inginkan, apakah anda bias membuatnya”. Konsep pemasaran
menegaskan bahwa kunci untuk mencapai sasaran organisasi adalah
perusahaan harus menjadi lebih efektif dibandingkan para pesaing dalam
menciptakan, menyerahkan dan mengkomunikasikan nilai pelanggan kepada
pasar sasaran yang terpilih. Konsep pemasaran telah dikristalisasikan pada
pertengahan 1950-an dan diekspresikan dengan berbagai cara:
a. “Penuhilah kebutuhan dengan cara yang mendatangkan laba”
b. “Temukan keinginan dan penuhilah”
c. “Cintailah pelanggan bukan produk”
d. “Lakukan dengan cara anda”(Burger King)
13
Loyalitas adalah sebuah keputusan konsuman secara sukarela untuk terus menerus
berlangganan pada sebuah perusahaan tertentu dalam periode waktu yang panjang.
Dalam konteks bisnis loyalitas dapat digunakan untuk menjelaskan kesediaan
konsuman untuk berlangganan secara terus menerus pada sebuh perusahaan dalam
jangka waktu yang lama, pembelian dan menggunakan produk atau produk berulang
dan secara sukarela Sukma Wijaya,).
Pelanggan yang loyal atau setia adalah orang yang melakukan pembelian ulang
dari perusahaan yang sama, serta memberikan informasi yang positif kepada pihak
potensial lain dari mulut ke mulut (Andreassen dan Lindestad, 1998: Bowen dan
Chen, 2001: Evan dan Laskin, 1994).
Malai dan Speece (2002) selanjutnya mengemukakan bahwa agar pelanggan tetap
loyal, maka perusahaan harus meyakinkan pelanggannya bahwa perusahaan tersebut
mampu memberikan produk atau jasa yang bernilai secara terus menerus. Dalam
18
konteks ini, Malai dan Speece (2002) menguraikan 4 (empat) fase atau tingkatan
loyalitas, yaitu:
1. Cognitive loyalty
Di sini, loyalitas terbentuk berdasarkan informasi semata.Loyalitas kognitif
lebih didasarkan pada karakteristik fungsional, terutama biaya, manfaat dan
kualitas. Jika ketiga faktor tersebut tidak baik, pelanggan akan mudah pindah
ke produk lain. Pelanggan yang hanya mengaktifkan tahap kognitifnya dapat
dihipotesiskan sebagai pelanggan yang paling rentan terhadap perpindahan
karena adanya rangsangan pemasaran (Dharmmesta, 1999).
2. Affective loyalty
Sikap merupakan fungsi dari kognisi pada periode awal pembelian (masa
sebelum konsumsi) dan merupakan fungsi dari sikap sebelumnya ditambah
dengan kepuasan di periode berikutnya (masa setelah konsumsi). Pada
loyalitas afektif, kerenta-nan pelanggan lebih banyak terfokus pada tiga
faktor, yaitu ketidakpuasan dengan merek yang ada, persuasi dari pemasar
maupun pelanggan merek lain, dan upaya mencoba produk lain (Dharmmesta,
1999).
3. Conative loyalty
Konasi menunjukkan suatu niat atau komitmen untuk melakukan sesuatu.Niat
merupakan fungsi dari niat sebelumnya (pada masa sebelum konsumsi) dan
sikap pada masa setelah konsumsi.Maka loyalitas konatif merupakan suatu
loyalitas yang mencakup komitmen mendalam untuk melakukan
pembelian.Hasil penelitian Crosby dan Taylor (1983) yang menggunakan
model runtutan sikap: keyakinan — sikap — niat memperlihatkan komitmen
untuk melakukan (niat) menyebabkan preferensi pemilih tetap stabil selama 3
tahun.
4. Action loyalty
Aspek konatif atau niat untuk melakukan berkembang menjadi perilaku dan
tindakan.Niat yang diikuti oleh motivasi, merupakan kondisi yang mengarah
19
1. Suspects
Mencakup semua orang yang akan membeli barang/ jasa pada tahap ini
konsumen akan membeli tetapi belum mengetahui mengenai perusahaan dan
barang yang ditawarkan.
2. Prospects
Orang yang memiliki kebutuhan atas jasa tertentu dan memiliki kemampuan
untuk membelinya. Tahap ini konsumen belum melakukan pembelian tetapi
telah mengetahui keberadaan perusahaan dan jasa yang ditawarkan
3. Disgualified Prospects
Orang yang telah mengetahui keberadaan barang dan jasa tertentu tetapi tidak
mempunyai kebutuhan akan barang dan jasa tersebut dan tidak mempunyai
kemampuan untuk membeli
4. First Time Customers
Konsumen yang membeli untuk pertama kalinya.
5. Repeat Customers
Konsumen yang telah melakukan pembelian suatu produk dua kali atau
lebih.Membeli semua barang / jasa yang ditawarkan yang mereka butuhkan
dan konsumen telah melakukan pembelian secara teratur.
6. Advocates
Konsumen yang telah membeli semua barang / jasa yang ditawarkan secara
teratur dan mendorong teman — teman lain untuk melakukan pembelian ke
perusahaan itu.
20
i. Word of Mouth
Merupakan pernyataan yang disampaikan oleh orang lain selain perusahaan
kepada pelanggan. Biasanya rekomendasi atau saran dari orang lain tersebut
cepat diterima karena yang menyampaikan adalah pelanggan yang dapat
dipercaya karena pernah merasakan kinerjanya.
j. Past Experience
Pengalaman masa lampau meliputi hal-hal yang telah dipelajari atau diketahui
pelanggan dari yang pernah diterimanya di masa lalu. Berdasarkan perspektif
psikologi, terdapat dua model kepuasan pelanggan, yaitu model kognitif dan
model afektif.
1. Model Kognitif
Pada model ini penilaian pelanggan didasarkan pada perbedaan antara kumpulan
dari kombinasi atribut yang dipandang ideal untuk individu dan persepsinya tentang
kombinasi dari atribut yang sebenarnya. Dengan kata lain,penilaian tersebut
didasarkan pada selisih atau perbedaan antara yang ideal dengan yang actual. Apabila
yang ideal sama dengan yang sebenarnya (persepsinya atau yang dirasakannnya),
maka pelanggan akan sangat puas terhadap produk/jasa tersebut. Sebaliknya, bila
perbedaan antara yang ideal dan yang sebenarnya (yang dipersepsikan) itu semakin
besar, maka semakin tidak puas pelanggan tersebut. Jika perbedaan tersebut semakin
kecil, maka besar kemungkinannya pelanggan yang bersangkutan akan mencapai
kepuasan. Persepsi individu terhadap terhadap kombinasi dari atribut yang ideal
tergantung pada daur hidupnya, pengalaman atas produk/jasa, dan harapan serta
kebutuhannya. Jadi indeks kepuasan pelanggan dalam model kognitif mengukur
perbedaan antara apa yang ingin diwujudkan oleh pelanggan dalam membeli suatu
produk/jasa dan apa yang sesungguhnya ditawarkan oleh perusahaan. Berdasarkan
model ini, maka kepuasan pelanggan dapat dicapai dengan menggunakan dua cara
utama. Pertama, mengubah penawaran perusahaan Sehingga sesuai dengan yang
ideal.Kedua, meyakinkan pelanggan bahwa yang ideal tidak sesuai dengan kenyataan.
Beberapa model kognitif yang sering dijumpai amara lain:
23
Menurut teori ini, seseorang akan puas bila rasio hasil (outcome) yang
diperolehnya dibandingkan dengan input yang digunakan dirasakan fair atau adil.
24
Dengan kata lain kepuasan terjadi bila konsumen merasakan bahwa rasio hasil
terhadap inputnya proporsional terhadap rasio yang sama (outcome disbanding input)
yang diperoleh orang lain (Oliver dan DeSarbo, 1988).
Teori ini dikembangkan dari hasil karya Weiner (1971, dalam Oliver dan
DeSarbo, 1988: Engel et al., 1990).Teori ini menyatakan bahwa ada tiga dimensi
(penyebab) yang menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu hasil (outcome),
sehingga dapat ditentukan apakah suatu pembelian memuaskan atau tidak
memuaskan. Ketiga dimensi tersebut adalah:
2. Model Afektif
Pemantauan dan pengukuran terhadap kepuasan pelanggan telah menjadi hal yang
sangat esensial bagi setiap perusahaan. Hal ini dikarenakan langkah tersebut dapat
memberikan umpan balik dan masukan bagi pengembangan dan implementasi
strategi peningkatan kepuasan pelanggan dalam mengukur kepuasan pelanggan
terdapat empat metode sebagai berikut:
Dari persamaan diatas dapat diketahui bahwa ada dua variabel utama yang
menetukan kepuasan pelanggan, yaitu expectations dan erceivedperformance.Apabila
perceivedperformancemelebihi expectations, maka pelanggan akan puas, tetapi bila
sebaliknya pelanggan akan merasa tidak puas. Tse dan Wilton juga menemukan
bahwa ada pengaruh langsung dari perceivedperformance terhadap kepuasan
pelanggan. Pengaruh perceived performance tersebut lebih kuat dari pada
expectations didalam penentua kepuasan pelanggan.
pengukuran tingkat kepuasan pelanggan, mulai dari yang sangat sederhana hinga
yang sangat kompleks. Teknik itu sendiri dapat menggunakan metode statistik seperti
analisis regresi, anova (analysis of variances), analisis diskriminan, analisis cluster,
analisis factorial, analisis conjoin, dan lain-lain.
Strategi kepuasan pelanggan menyebabkan para pesaing harus berusaha keras dan
memerlukan biaya tinggi dalam usahanya merebut pelanggan suatu perusahaan. Satu
hal yang perlu diperhatikan disini adalah bahwa kepuasan pelanggan merupakan
strategi jangka panjang yang membutuhkan komitmen, baik menyangkut dana
maupun sumber daya manusia (Schnaars, 1991). Ada beberapa strategi yang dapat
dipadukan untuk meraih dan meningkatkan kepuasan pelanggan:
Suatu garansi yang baik harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya meliputi:
a. Realitas dan dinyatakan secara spesifik, misalnya garansi berlaku untuk
jngka waktu 1 tahun.
b. Sederhana, komunikatif, dan mudah dipahami.
c. Mudah diperoleh atau diterima oleh pelnaggan.
d. Tidak membebani pelanggan dengan syarat-syarat yang berlebihan.
e. Terpercaya, baik reputam perusahaan yang garansinya itu sendiri. Misainya
garanai yang berbunyi badan anda akan susut 30 kg dalam 2 minggu. Bila
tidak, uang Kembali. Cenderung sulit dipercaya.
f. Berfokus pada kebutuhan pelanggan.
g. Sungguh berarti, artinya disertai ganti rugi yang bayaran signifikan dan
disesuaikan dengan harga produk yang dibeli, tingkat keseriusan masalah
yang dihadapi, dan persepsi pelanggan terhadap apa yang adil bagi mereka.
h. Memberikan sstandar kinerja yang jelas (misalnya”Dalam waktu kurang
dari 15 jam, paket anda akan sampai tujuan”).
4. Strategi penanganan keluhan yang efisien (Schnaars, 1991). Penanganan
keluhan memberikan peluang untuk mengubah seorang pelanggan yang
tidak puas menjadi pelanggan produk perusahaan yang puas (atau bahkan
menjadi pelanggan abadi). Proses penanganan keluhan yang efektif dimulai
dari identifikasi dan penetuan sumber masalah yang menyebabkan
pelanggan tidak puas dan mengeluh (lihat gambar 2.2). Langkah ini
merupakan langkah yang sangat vital, karena menentukan efektivitas
langkah-langkah selanjutnya. Sumber masalh ini perlu diatasi,
ditidaklanjuti dan diupayakan agar dimasa mendatang tidak timbul masalah
yang sama. Dalam langkah ini, kecepatan dan ketepatan penanganan
merupakan hal yang krusial. Ketidakpuasan bias semakin besar apabila
pelanggan yang mengeluh merasa keluhannya tidak diselesaikan dengan
baik. Kondisi ini dapat menyebabkan mereka berprasangka buruk dan sakit
hati. Yang terpenting bagi pelanggan adalah bahwa pihak perusahaan harus
menunjukan rasa perhatian, keprihatinan, dan penyesalannya terhadap
34
Salah satu pendekatan kualitas pelayanan yang popular dijadikan acuan dalam riset
pemasaran adalah model SERVQUAL (Servis Quality) yang dikembangkan oleh
Parasuraman, Zeithaml, dan Berry (1990).SERVQUAL dibangun atas adanya
perbandingan dua factor utama, yaitu persepsi pelanggan atas layanan nyata yang
mereka terima(Percived Servis) dengan layanan yang sesungguhnya yang
diharapkan/dinginkan (Expected Servis).Jika kenyataan lebih dari yang diharapkan,
maka layanan dapat dikatakan bermutu, sedangkan jika kenyataan kurang dari yang
diharapkan, maka layanan dikatakan tidak bermutu. Apabila kenyataan sama dengan
harapan maka layanan tersebut memuaskan.
38
Definisi umum tentang service gualityatau yang sering kali disebut SERVQUAL
dinyatakan oleh Zeitham! (1990) yaitu “a customers judgment of the overall
excellence or superiority ofa service”.
Dikutip Tjiptono (2005) kualitas atau mutu dalam industri jasa pelayanan : “Suatu
penyajian produk atau jasa sesuai ukuran yang berlaku di tempat produk tersebut
diadakan dan penyampaiannya setidaknya sama dengan yang diinginkan dan
diharapkan oleh konsumen”. Dari definisi diatas bahwa mutu pelayanan berpusat
pada upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan
penyampaiannya untuk mengimbangi harapan konsumen, yaitu adanya kesesuaian
antara persepsi atas harapan konsumen dengan standar kerja karyawan, adanya
kesesuaian antara standar kerja karyawan dengan pelayanan yang diberikan, adanya
kesesuaian antara pelayanan yang diberikan dengan pelayanan yang dijanjikan dan
Udanya kesesuaian antara pelayanan yang diterima dengan yang diharapkan dengan
komsumen (Danang Sunyoto : 2012). Berdasarkan penelitian-penelitian yang
dilakukan Parasuraman etal.dalam Tjiptono (2005:67-70) ditemukan 10 (sepuluh)
pelayanan atau service gualiry, yaitu :
1. Reliability, mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja (performance)
dan kemampuan untuk mampu dipercaya (dependability). Hal ini berarti
memberikan jasanya secara tepat semenjak saat pertama. Selain itu juga
berarti bahwa perusahaan yang bersangkutan memenuhi janjinya, misalnya
menyampaikan jasanya sesuai dengan jadwal yang disepakati.
2. Responsibility, yaitu kemauan dan kesiapan karyawan untuk memberikan
jasa yang dibutuhkan pelanggan.
3. Competence, setiap orang dalam suatu perusahaan memiliki keterampilan
dan pengetahuan agar dapat memberikan jasa tertentu.
4. Acces, meliputi kemudahan untuk dihubungi dan ditemui. Hal ini berarti
lokasi terlalu lama, saluran komunikasi perusahaan mudah dihubungi.
5. Courtesy, meliputi sopan santun, respek, perhatian dan keramahan yang
dimiliki para contant personel (missal resepsionis, operator telpon).
6. Comunication, memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang
dapat mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan
pelanggan. Hal ini berarti lokasi fasilitas yang mudah dijangkau, waktu yang
tidak terlalu lama, saluran komunikasi perusahaan yang mudah dihubungi.
41
2.1.5 Harga
Di dalam ekonomi teori, pengertian, harga, nilai dan utiliry, merupakan konsep
yang saling berhubungan. Yang dimaksud dengan utility jalah suatu atribut yang
melekat pada suatu barang, yang memungkinkan barang tersebut, dapat memenuhi
kebutuhan (needs), keinginan (wants) dan memuaskan konsumen (sutisfaction).
42
Value adalah nuai suatu produk untuk ditukarkan dengan produk lain. Nilai ini
dapat dilihat dalam situasi barter yaitu pertukaran antara barang dengan barang.
Sekarang ini ekonomi kita tidak melakukan barter lagi, akan tetapi sudah
menggunakan uang sebagai ukuran yang disebut harga. Jadi harga (price) adalah nilai
suatu barang yang dinyatakan dengan uang.
Menurut Kotler & Amstrong (2006) harga merupakan sejumlah uang yang
dibebankan atas suatu produk atau jasa atau jumlah dari nilai yang ditukar konsumen
atas manfaat-manfaat karena memiliki atau menggunakan produk atau jasa tertentu.
Harga bisan diungkapkan dengan berbagai istilah, misalnya iuran, tariff, sewa,
bunga, premium, komisi, upah, gaji, honorarium, SPP, dan sebagainya.Dari sudut
pemasaran, harga merupakan satuan moneter atau ukuran lainnya (termasuk berang
dan jasa lainnya) yang ditukar agar memperoleh hak kepemilikan atau penggunaan
suatu barang atau jasa.Pengertian ini sejalan dengan konsep pertukaran (exchange)
dalam pemasaran.Harga merupakan komponen yang berpengaruh langsung terhadap
laba perusahaan. Hal ini terlihat jelas pada persamaan seperti berikut:
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada tingkat harga tertentu, bila
manfaat yang dirasakan konsumen meningkat, maka nilainya akan meningkat pula.
Demikian pula sebaliknya pada tingkat harga tertentu, nilai suatu barang atau jasa
akan meningkat seiring dengan manfaat yang dirasakan. Seringkali dalam penetuan
nilai barang atau jasa, konsumen membandingkan kemampuan suatu barang atau jasa
dalam memenuhi kebutuhannya dengan kemampuan barang atau jasa subtitusi. Pada
dasamya ada empat jenis tujuan penetapan harga menurut (Fandy Tjiptono, 1997)
yaitu:
Secara umum, ada dua faktor yang utama yang perlu dipertimbangkan dalam
menetapkan harga, yaitu faktor internal perusahaan dan faktor lingkungan eksternal
(Kotler dan Armstrong, 1994 dalam Tjiptono, 1999).
1. Faktor internal perusahaan
a. Tujuan Pemasaran Perusahaan
Faktor utama yang menentukan dalam penetapan harga adalah ujun
pemasaran perusahaan. Tujuan tersebut bisa mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan, meraih pangsa pasaryang besar,
berupa maksimisasi laba, menciptakan kepemimpinan dalam hal
kualitas, mengatasi persaingan, melaksanakan tanggung jawab
sosial, dan lain-lain.
b. Strategi Bauran Pemasaran
Harga hanyalah salah satu komponen dari bauran pemasaran.Oleh
karena itu, harga perlu dikoordinasikan dan saling mendukung
dengan bauran pemasaran lainnya, yaitu produk, distribusi dan
promosi.
c. Biaya
Biaya merupakan faktor yang menentukan harga minimal yang
harusditetapkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
2. Faktor Eksternal Perusahaan
a. Sifat pasar dan permintaan
Setiap perusahaan perlu memahami sifat pasar dan permintaan yang
dihadapinya apakah termasuk pasar persaingan sempurna,
persaingan monopolistik, oligopoli atau monopoli. Faktor lain yang
tidak kalah pentingnya adalah elastisitas permintaan.
b. Persaingan
Menurut Porter (1985), ada 5 kekuatan pokok yang berpengaruh
dalampersaingan industri, yaitu persaingan dalam industri yang
bersangkutan, produk subtitusi, pemasok, pelanggan dan ancaman
pendatang baru.
47
2.1.6 LOKASI
Lokasi fasilitas jasa merupakan salah satu faktor krusial yang berpengaruh
terhadap kesuksesan suatu jasa, karena lokasi erat kaitannya dengan pasar potensial
penyedia jasa (Tjiptono dan Chandra, 2005).Secara garis besar, ada dua kemungkinan
pertimbangan dalam hal lokasi fasilitas jasa.Pertama, pelanggan mendatangi lokasi
fasilitas jasa dan yang kedua adalah penyedia jasa yang mendatangi pelanggan.Selain
itu, penyedia jasa dimungkinkan mengkombinasikan keduanya.
49
Menurut Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra (2005), pemilihan lokasi fisik
memerlukan pertimbangan cermat terhadap faktor-faktor:
Data dari responden kemudian diproses dan diolah lebih lanjut dengan
menggunakan Analisis Structural Equation modelling (SEM) yang merupakan teknik
statistika multivariat yang mampu menganalisis variabel indikator, variabel laten dan
kekeliruan pengukuran variabel yang pada alat analisis statistika sebelumnya belum
ada (Bachrudin dan Harapan, 2003). Metode SEM yang dipilih peneliti adalah
metode Partial Least Square (PLS dengan menggunakan software SmartPLS 3.0)
model dengan efek mediator maupun moderator, model dalam bentuk non-linear dan
kesalahan pengukuran (Chin 1998, p vii; Gefen et al. 2011, p.iv; Garson 2012, p.6).
keuntungan model persamaan struktural dibandingkan teknik analisis multivariate
biasa seperti analisis discriminant regresi linier berganda, general linear model dan
sebagainya adalah bahwa SEM mempunyai fleksibilitas yang tinggi dan
memungkinkan peneliti untuk menghubungkan antara teori dengan data penelitian
(Chin 1998, p. vii, Garson 2012, p.5). lebih spesifik SEM memampukan peneliti
untuk:
4. Studi yang mendalam mengenai teori yang berkaitan menjadi model dasar
untuk pengujian aplikasi SEM.
2.1.8.2 Variabel Dalam SEM
Adapun jenis-jenis variabel dalam SEM adalah sebagai berikut:
a. Variabel Laten
Variabel laten merupakan konsep abstak, sebagai contoh perilaku
seseorang, sikap dan motivasi. Variabel laten hanya dapat diamati secara
tidak langsung yaitu melalui efeknya pada variabel indikator. Terdapat dua
jenis variabel laten yaitu eksogen dan endogen. Variabel laten eksogen
dinotasikan dengan (ksi) dan variabel laten endogen dinotasikan dengann ŋ
(etha) (Wijayanto, 2007).
Eksogen (ξ ) Eksogen(ŋ)
A B
Gambar 2.3 (A) Variabel laten eksogen dan (B) variabel laten
b. Variabel Teramati/Variabel Manifest
Variabel teramati merupakan konsep abstrak yang langsung dapat diukur.
Seperti contoh inflasi langsung dapat diukur dengan angka indek harga
konsumen, kinerja perusahaan dapat diukur langsung dengan laba, dll.
Variabel ini digunakan untuk membentuk variabel laten yang diwujudkan
dalam pertanyaan skala Likert. Variabel ini untuk membentuk variabel
laten eksogen yang diberi symbol X sedangkan variabel laten endogen
diberi symbol Y
55
No Simbol Penjelasan
1 Kotak yang menggambarkan
X Y Variabel Manifes
1. Model Struktural
Model struktural merupakan seperangkat hubungan antar variabel laten dan
hubungan ini dapat dianggap linear, meskipun pengembangan lebih lanjut
memungkinkan memasukkan persamaan non-linear. Dalam bentuk grafis,
garis dengan satu kepala anak panah menggambarkan hubungan regresi
dalam karakter Greek ditulis "gamma" untuk regresi variabel eksogen ke
variabel endogen dan dalam karakter Greek ditulis "beta" untuk regresi satu
variabel endogen ke variabel endogen lainnya, sedangkan garis dengan dua
kepala anak panah menggambarkan hubungan korelasi atau kovarian yang
dalam karakter Greek ditulis "phi" untuk korelasi antar variabel eksogen.
Pada model ini menghasilkan validitas prediktif (predictive validity).
2. Model Pengukuran
56
Model pengukuran merupakan bagian dari suatu model SEM yang biasanya
dihubungkan dengan variabel-variabel laten dan indikator indikatornya.
Hubungan dalam model ini dilakukan lewat model analisis faktor
konfirmatori atau confirmatory factor analysis (CFA) dimana terdapat
kovarian yang tidak terukur antara masing-masing pasangan variabel-
variabel yang memungkinkan. Model pengukuran ini dievaluasi
sebagaimana model SEM lainnya dengan menggunakan pengukuran uji
keselarasan.
Proses analisis ini hanya dapat dilanjutkan jika model pengukuran valid. Pada
model ini menghasilkan validitas konvergen (convergent validity).
Ghozali & Fuad (2008: 8), mengajukan tahapan pemodelan dan analisis persamaan
struktural menjadi 7 langkah, yaitu:
a. Konseptualisasi Model
Langkah pertama dalam SEM adalah melalukan identifikasi secara teoretis
terhadap permasalahan penelitian. Topik penelitian ditelaah secara
mendalam dan hubungan antara variabel-variabel yang akan dihipotesiskan
harus didukung oleh justifikasi teori yang kuat. Misalnya saat akan
melakukan penelitian terhadap kepuasan pelanggan, peneliti harus
memahami teori pemasaran mengenai hal-hal apa saja yang akan
mempengaruhi kepuasan pelanggan. Hal ini dikarenakan SEM adalah
untuk mengkonfirmasikan apakah data observasi sesuai dengan teori atau
tidak. Langkah ini mutlak harus dilakukan dan setiap hubungan yang akan
digambarkan dalam langkah lebih lanjut harus mempunyai dukungan teori
yang kuat. Pernyataan dalam hubungan antar variabel dalam model harus
memenuhi syarat kausalitas (Gudono, 2006:4). Tiga syarat kausalitas
tersebut adalah:
a. Antara dua variabel (misalnya X dan Y) sama-sama berubah
nilainya. Dengan kata lain, ada kovarian ataupun korelasi antara X
dan Y. Namun demikian syarat ini saja tidak cukup bilamana
ternyata ada variabel ketiga yang menjadi penyebab keduanya.
Misalnya dalam kasus perubahan jumlah pelanggan yang
menyebabkan perubahan tarif telepon dan tarif SMS. Jika fokus
peneliti hanya pada tarif telepon dan tarif SMS saja, peneliti akan
terkecoh mengenai hubungan keduanya.
57
Hal yang berkaitan dengan masalah identifikasi model struktural adalah ketika
proses estimasi berlangsung, sering diperoleh hasil estimasi yang tidak logis. Cara
melihat ada atau tidaknya problem identifikasi adalah dengan melihat hasil estimasi
yang meliputi:
a. Adanya nilai standar eror yang besar untuk satu atau lebih koefisien.
b. Nilai estimasi yang tidak mungkin, misalnya variansi eror yang bernilai
negative.
c. Adanya nilai korelasi yang tinggi (>0.90) antar koefisien estimasi.
Ketika masalah identifikasi terjadi, maka model tersebut menjadi unidentified.
Untuk memecahkan suatu sistem persamaan agar memperoleh solusi pada SEM,
maka model tersebut harus teridentifikasi. Ada 3 kemungkinan identifikasi yang
terjadi pada model SEM, yaitu :
a. Model unidentified
Model ini terjadi jika parameter-parameter model tidak dapat diestimasi
b. Model just identified
Pada model teridentifikasi, estimasi yang didapatkan adalah tunggal/unik
c. Model just identified
Pada model teridentifikasi, estimasi yang didapatkan adalah tunggal/unik
g. Modifikasi model
Ketika model telah dinyatakan diterima, maka peneliti dapat
mempertimbangkan dilakukannya modifikasi model untuk memperbaiki
penjelasan teoritis atau goodness of fit. Modifikasi dari model awal harus
dilakukan setelah dikaji banyak pertimbangan. Jika model dimodifikasi,
maka model tersebut harus diestimasi dengan data terpisah sebelum model
modifikasi diterima. Pengukuran model dapat dilakukan dengan
modification indices. Nilai modification indices sama dengan terjadinya
penurunan Chi-square jika koefisien diestimasi.Tahap ini, segala modifikasi
59
hipotesis dengan model prediksi). Perbedaan mendasar PLS yang merupakan SEM
berbasis varian LISREL atau AMOS yang berbasis adalah tujuan penggunaannya
SEM berbasis bertujuan untuk menstimasi model untuk pengujian atau atau
pengukuran teori. Karena itu PLS merupakan alat prediksi kausalitas yang digunakan
untuk pengembangan teori.
Beberapa literatur (Tenenhaus, vinzia, Chatelin dan Lauro, 2005) menyebutkan
bahwa PLS merupakan alat yang andal untuk menguji model prediksi memiliki
keunggulan dibandingkan AMOS, dan OLS, yaitu tidak mendasarkan pada berbagai
asumsi, dapat digunakan untuk memprediksi model dengan landasan teori yang
lemah, dapat digunakan pada data yang mengalami penyakit" asumsi klasik (seperti
data berdistribusi normal, masalah multikolinearitas dan masalah autokorelasi), dapat
digunakan untuk ukuran sampel kecil, dan dapat digunakan untuk konstruk formatif
dan reflektif
PLS menggunakan iterasi algoritma yang terdiri atas seri OLS untuk menghindari
masalah identifikasi model yang besifat non-recusive (model yang bersifat reciprocal
antara variabel independen dan dependen), yang tidak dapat diselesaikan oleh SEM
berbasis kovarian. Selain itu distribusi skala data yang tidak sama (misalnya dalam
suatu model penelitian terdiri dari tipe skala nominal, ordinal, dan interval), pada
penelitian prilaku missal masalah dalam pengujian alat statistika. Namun PLS dapat
mengkur data dengan skala berbeda secara bersamaan. PLS dapat dijalankan pada
data set berukuran kecil, yaitu sepuluh kali skala dengan jumlah terbesar dari
indikator yang bersifat formatif sepuluh kali jumlah part (jalur) yang menunjukan
hubungan kausalitas antara variable laten.
2.1.9.3 Model Spesifikasi PLS
Model spesifikasi PLS dalam analisis jalur terdiri atas tiga tipe hubungan, yaitu
inner model, outer model, dan weight relation. inner model menunjukan spesifikasi
hubungan kausal antara variable laten (model structural). outer model menunjukan
spesifikasi hubungan antara indikator atau parameter yang di estimasi dengan
variable latennya (model pengukuran). weight relation menunjukan hubungan nilai
varian antar indicator dengan variable latennya sehingga diasumsikan memiliki nilai
61
mean sama dengan nol (0) dan varian sama dengan satu (1) untuk menghilangkan
konstanta dalam persamaan kausalitas.
a. Inner Model
Inner model atau model strukturral menggambarkan hubungan kausalitas
antar variable laten yang dibangun bersdasarkan subtansi teori. Model
persamaan inner model dapat disusun sebagai berikut :
ŋ = ß0 +βŋ +ſξ +ζ
Dengan
ŋ = vektor variabel laten endogen (dependen)
ξ = vektor variabel laten eksogen (independen)
b. Outer Model
Outer model adalah model yang menggambarkan hubungan antara variabel
laten dengan indikatornya. Outer model biasa disebut sebagai outer relation
atau measurement model. Pada outer model terdapat dua model yaitu
model indikator refleksif dan model indikator formatif.
Model refleksif sering disebut sebagai principal factor model yang berarti
variabel indikator dipengaruhi oleh variabel laten. Persamaan model
indikator refleksif adalah sebagai berikut :
x=ʎxξ+ɛx
y=ʎyŋ+ɛy
Dengan x dan y adalah indikator untuk variabel laten eksogen (ζ) dan
varabel laten endogen (ŋ). Sedangkan ʎ x dan λ y merupakan matriks
loading yang menggambarkan seperti koefisien regresi sederhana yang
menghubungkan variabel laten dengan indikatornya.
Menurut Jarvis, Mackanzie dan Podsakoff (2003) dalam Ghozali
(2011 :13), terdapat beberapa kriteria untuk menentukan formatif model
atau refleksif model, yaitu :
1. Apabila terjadi perubahan pada variabel laten, maka variabel
indikator pada model formatif tidak akan mengalami perubahan,
62
Wkb dan Wki adalah bobot K yang digunakan untuk mengestimasi variabel laten εb
dan ŋi. Estimasi variable laten adalah linier agregat dari indikator yang niklau
bobotnya diperoleh dengang estimasi seperti dispesifikasi inner model dan outer
model. ŋ adalah vektor variabel independen dan ε adalah vektor variabel dependen ζ
merupakan vektor residual dan β serta ſ adalah matrik koefisien jalur
63
Untuk memperoleh ketiga estimasi ini, PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap
dan setiap tahap iterasi menghasilkan esttimasi. Tahap pertama menghasilkan weight
estimate, tahap kedua menghasilkan estimasi untuk inner model dan outer model, dan
tahap ketiga menghasilkan estimasi means dan lokasi (konstansta).
Pada dua tahap pertama proses iterasi indikator dan variabel laten diperlakukan
sebagai deviasi (penyimpangan) dari nilai means (rata-rata). Pada tahap tiga untuk
hasil estimasi dapat diperoleh berdasrkan pada data metric, oridinal, hasil weight
estimate dan part estimate pad tahap kedua merupakan jantung dari algoritma PLS
yang berisi prosedur iterasi yang selalu akan menghasilkan weight estimate yang
stabil. Komponen skor estimate untuk setiap variabel laten didapat dengan dua cara.
Melalui outside approximation
64
X1 X2 X3
Ksi 1
Eta 2
Eta 1
X7 X8 X9
Ksi 2
X4 X5 X6
Gambar 2.4 terdiri dari empat block (dua variabel exogen –ksi dimana satu
variabel menggunakan refleksif indikator dan satu variabel dengan formatif indikator
sedangkan dua variabel endogen –eta) keduanya menggunakan refleksif indikator).
Sebagai langkah awal iterasi algoritma adalah menghitung outside approximation
estimatedari variabel laten dengan cara menjumlah kan indikator dalam setiap block
dengan bobot yang sama (equal weight). Weight untuk setiap iterasi diskalakan untuk
mendapatkan unit variance dari skor variabel laten untuk N kasus dalam sampel.
Dengan menggunakan skor untuk setiap variabel laten yang diestimasi dilakukan
inside approximation estimate variabel laten.
Ada tiga skema inside approximation weight yang telah dikembangkan untuk
mengkombinasikan variabel laten tetangga (neightboring LV) guna mendapatkan
estimasi variabel laten tertentu yaitu : centroid, factor dan path weighting, walaupun
setiap skema weighting mengikuti logika tertentu tetapi hasil kajian empiris
menunjukkan bahwa apapun pilihannya hanya mempunyai pengaruh yang kecil
terhadap hasil yaitu 0.005 atau kurang untuk structural path dan 0.05 atau kurang
untuk measurement path (Nooman dan Wold, 1982). Skema weighting dengan
centroid merupakan prosedur asli yang digunakan oleh Wold. Metode ini hanya
65
Skema dengan path weighting membobot variabel laten tetangga dengan cara
berbeda tergantung apakah variabel laten tetangga merupakan anteseden atau
konsekuen dari variabel laten yang ingin kita estimasi.Dengan hasil estimasi variabel
laten dari inside approximation, maka kita dapatkan satu set weight baru dari outside
approximtion. Jika skor inside approximation dibuat tetap (fixed), maka dapat
dilakukan regresi sederhana atau regresi berganda tergantung apakah block indikator
berbentuk refleksif (model A) atau block indikator berbentuk formatif (model B).
Oleh karena ksi 1, eta 1 dan eta 2 berbentuk model A dengan arah hubungan
kausalitas dar variabel laten ke indikator maka setiap indikator dalam setiap block
secara individu diregress terhadap estimasi variabel latennya (skor inside
approximation). Dalam kasus ksi 2 yang berbentu laten maka dilakukan regresi
berganda untuk mengestimasi ksi 2 terhadap indikatornya. Keofisien regresi
sederhana dan regresi berganda kemudian digunakan sebagai weight baru (new
weight) untuk outside approximation setiap variabel laten. Gambar 2.19
menggambarkan alur logika proses iterasi ini
Setelah skor variabel laten diestimasi pada tahap satu, maka hubungan jalur (path
relation) kemudian diestimasi dengan ordinary least square regression pada tahap
dua. Setiap variabel dependen dalam odel (apakah variabel laten endogen atau
indikator dalam model refleksif) diregress terhadap variabel independen (variabel
66
laten lainnya atau indikator dalam bentuk formatif). Jika hasil estimasi pada tahap
dua menghasilkan nilai yang berarti (perbedaan nilai means, skala, dan variance
memberikan hasil yang berarti), maka parameter mean dan lokasi untuk indikator
dan variabel laten diestimasi pada tahap ketiga. Hal ini dilakukan dengan cara mean
setiap indikator dihitung lebih dahulu dengan menggunakan data asli (original data),
kemudian menggunakan weight yang didapat dari tahap satu, means untuk setiap
variabel laten dihitung dengan nilai mean untuk setiap variabel laten dan path
estimate dari tahap dua, maka lokasi parameter untuk setiap variabel laten dependen
dihitung sebagai perbedaan antara mean yang baru saja dihitung dengan systematic
part accounted oleh variabel laten independen yang mempengaruhinya.
67
Judul Penelitian
No Penelitian Metode Variabel Hasil Kesimpulan
Terdahulu
1 Alli PENGARUH HARGA, (SPSS) Harga, kualitas Harga berpengaruh
Sukma KUALITAS PRODUK Regresi produk,kualitas positif terhadap kepuasan
Wijaya DAN KUALITAS Linier pelayanan, pelanggan, kualitas
PELAYANAN Berganda loyalitas produk berpengaruh
TERHADAP pelanggan,kepuas positif terhadap kepuasan
LOYALITAS an pelanggan pelanggan,
PELANGGAN kualitaspelayanan
MELALUIKEPUASA berpengaruh positif
N PELANGGAN terhadap kepuasan
PADA COUNTER HP pelanggan, kepuasan
“JATI BIRD" pelanggan berpengaruh
SEMARANG positif terhadap loyalitas
pelanggan.
Semakin tinggi
tingkat kepuasan
yang diterima pelanggan
maka
semakin tinggi pula
tingkat loyalitas
pelanggan tersebut.
3 1 Nyoman PENGARUH (SPSS) kualitas Kualitas pelayanan
Rinala, I KUALITAS (SEM) pelayanan,kepuas akademik berpengaruh
Made PELAYANAN AMOS an mahasiswa, signifikan terhadap
Yudana, AKADEMIK loyalitas kepuasan mahasiswa, dan
I Nyoman TERHADAP mahasiswa kepuasan mahasiswa
Natajaya KEPUASAN DAN berpengaruh signifikan
(2013) LOYALITAS tetapilemah terhadap
MAHASISWA loyalitas mahasiswa,
PARIWISATA NUSA Kualitas pelayanan
DUA BALI PADA akademik secara
SEKOLAH langsung berpengaruh
tidak signifikan namun
secara tidak langsung
melalui kepuasan
terhadap loyalitas
mahasiswa, Faktor
tangible, reliability,
responsiveness dan
empathy merupakan
faktor yang memberikan
efek kuat, dan assurance
memberikan efek lemah
pada kualitas pelayanan
akademik
4 Aliftia PENGARUH (SEM) Kualitas Kualitas pelayanan
69
pelanggan, Secara
simultan variabel kualitas
pelayanan, harga dan
lokasi memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap
kepuasan pelanggan
2.4 Hipotesis
Pengujian hipotesis adalah suatu prosedur yang dilakukan dengan tujuan untuk
memutuskan apakah menerima atau menolak hipotesis itu.Dalam pengujian hipotesis,
keputusan yang dibuat mengandung ketidakpastian, artinya keputusan biar benar atau
74
METODOLOGI PENELITIAN
75
76
Untuk memperoleh hasil penelitian yang dapat dipertanggung jawabkan untuk itu
diperlukan langkah-langkah pemecahan masalah yang optimal terperinci serta
sistematis. Beikut langkah-langkah yang dipakai dalam menyelesaikan persoalan
pada penelitian ini adalah.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja
yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehinggan memperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya(sugiyono,2009:60)
Variabel Indikator
1.Karyawan rumah makan sopan dan
ramah saat memberikan pelayanan
2. Karyawan rumah makan cepat
dalam penyajian makanan
Kualitas Pelayanan(XI) 3. Karyawan rumah makan tanggap
terhadap keluhan n pelanggan
Sumber: Danang Sunyoto,2012 4. Fasilitas-fasilitas yang disediakan
rumah makan lengkap, rapih dan
bersih 5. Rumah makan selalu
menjaga kebersihan dan kesegaran
makanan dan minuman.
1. Harga yang ditawarkan terjangkau
oleh daya beli pelanggan
Harga (X2)
2. Harga yang ditawarkan lebih
rendah dari pada harga pesaing
Sumber: Oldy Ardana,2010
3. Harga yang ditawarkan sangat
bervariasi
1. Keamanan di sekitar lokasi rumah
makan terjamin
Lokasi(X3)
2. Arus lalu lintas menuju lokasi
rumah makan lancar
Sumber: Oldy Ardana, 2010
3. Tempat duduk rumah bagi para
pelanggan
Kepuasan Konsumen (Y) 1. Pelangan merasa rasa makanan
rumah makan sesuai dengan yang
Sumber: Leonardo Budi diinginkan.
Hasiholan,2015 2. Kenyamanan yang dirasakan
78
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi
tersebut.Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari ygmua yang ada
pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti
dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Teknik pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling yaitu
yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu (Sugiyono,2017). Sampel yang
diambil dalam penelitian ini adalah sebanyak 136 orang pelanggan Rumah Makan
sate bagja purwakarta yang sudah pernah atau beberapa kali makan dan minum di
rumah makan tersebut.
Kuesioner akan disebarkan pada konsumen atau pelanggan yang berkunjung dan
makan ataupun minum di Rumah Makan sate bagja Jalan alternatif bic,purwakarta.
Pada tahap ini dilakukan pengujian awal data hasil kuesioner yaitu keharusan
kuesioner bersifat valid dan reliable. Apabila data tersebut bersifat valid yaitu kondisi
dimana alat ukur mampu mengungkapkan kondisi yang akan diukur dan reliabel
yakni dimana jawaban responden konsisten dari waktu ke Waktu, maka data tersebut
dianggap telah lulus uji sehingga dapat digunakan Untuk analisis berikutnya dan
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, Analisis dimulai dengan uji validitas
butir diikuti dengan uji reliabilitas.
Tujuan utama analisis faktor adalah mendefinisikan struktur suatu data natrik dan
menganalisis struktur saling hubungan (korelasi) antar sejumlah besar Variabel (test
score, tesi item, jawaban kuesioner) dengan cara mendefinisikan Iatu sct kesamaan
variabel atau dimensi dan sering disebut dengan faktor. Analisis taktor
mengindentifikasi struktur hubungan antar variabel atau responden dengan Cara
melihat korelasi antar variabel atau korelasi antar responden (Ghozali,2007). Uji
reliabilitas digunakan untuk mengukur jawaban dari suatu pertanyaan atau kuesioner.
Suatu kucsioner dikatakan reliabel jika jawaban responden memiliki (onbach alpha
lebih dari 0,60.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
sumbernya, yakni data yang diperoleh dari responden melalui kuesioner
yang berisi pertanyaan mengenai hal yang berkata dengan kualitas
pelayanan, kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak lain selama
responden dalam hal ini adalah pihak perusahaan yang diteliti. Data
sekundernya meliputi data jumlah pengunjung yang datang, gambaran
umum perusahaan, struktur organisasi perusahaan, job description, dll.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Adapun cara yang digunakan untuk mengumpulkan data yaitu dengan kuesioner
dan dokumen
a. Kuesioner : pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mendistribusikan kuesioner kepada responden. Pada penelitian
ini, kuesioner dibagikan kepada responden selanjutnya diwawancarai untuk
80
No Keterangan Skala
1 Sanggat setuju SS Diberi nilai 5
2 Setuju S Diberi nilai 4
3 Kurang setuju KS Diberi nilai 3
4 Tidak setuju TS Diberi nilai 2
5 Sangat tidak setuju STS Diberi nilai 1
Ghozali (2012: 25), suatu kolerasi dapat dikatakan memenuhi validitas konvergen
apabila memiliki nilai loading sebesar lebih besar dari 0,7. Output menunjukan bahwa
loading factor memberikan nilai di atas nilai yang disarankan yaitu sebesar 0,7
Sehingga indikator-indikator yang dipergunakan dalam penelitian ini telah memenuhi
validitas konvergen (convergent validity)
3.7 Uji Validitas
Pada indikator reflektif perlu dilakukan pengajian validitas diskriminan
(discriminant validity) dengan membandingkan nula pada tabel cuss loading, Suatu
indikator dinyatakan valid jika mempunyai nilai loading faktor tertinggi kepada
konstruk yang dituja dibandingkan nilai kading faktor kepada konstruk lain.
: Erlangga.
Aliftia Rizki Annisa. 2014. Pengaruh Kualitas Pelayanan Jasa Verifikasi Importer
hadap Kepuasan Dan Loyalitas Pelanggan di PT Surveyor Indonesia Persero.
Institut Pertanian Bogor
82
Laksana fajar. 2008. Manajemen Pemasaran: Pendekatan Praktis. Yogyakarta.Graha
Ilmu
Leonardo Budi Hasiholan. 2015. Analisis Kualitas Pelayanan, Harga Dan Lokasi
Terhadap Kepuasan Konsumen Pada Rumah Makan SBC. Semarang.
Universitas Pandanaran. Journal of Management. Vol.1. No.1
Oldy Ardhana. 2010. Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan, Harga Dan Lokasi
Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada Bengkel Caesar. Semarang.Universitas
Diponegoro
Subagyo Anita Devi. 2011. Pengaruh Bauran Pemasaran Dalam Bisnis Restoran
Terhadap Kepuasan dan Loyalitas Konsumen Rumah Makan Lestari
Jember.Universitas Jember. Jember
83
Tjijptono. F, Chandra, G & Adriana, D. 2008. Pemasaran Strategik.Yogyakarta.Andi.
Zeithaml, Valeria A.; A. Parasuraman, and L.L. Berry (1990) Delivering Quality
Service Balancing Customer Perseptions and Expectation, New York: The
Free Press.
Bitner, Mary Jo, Zeithaml, Valarie A, (1996). Services Marketing. Edisi1. Boston.
MCGraw-Hill.
Tjiptono, Fandy dan G. Chandra. 2005. Service, Quality, & Satisfaction. Yogyakarta:
Penerbit Andi
Prof. Dr. H. Imam Ghozali, M.Com, Ph.D, Ak, 2006: Structural Equation Modeling.
Metode alternatif denangan Partial Least Square. Edisi 2. Badan Penerbit
Universitas Diponogoro: Semarang
Prof. Dr. H. Imam Ghozali, M.Com, Ph.D, Ak & Hengky Latan, SE, 2015. Partial
Least Square Konsep, teknik dan Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS
3.0. Semarang. Badan Penerbit - Undip
84