Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“Konsep Dasar Pelayanan Kebidanan Komunitas”

Dosen :
ARINI PURNAMASARI S.ST, M.Kes

1. A. Eka Hastuti (B.22.06.344)


2. A. Nurhidayah Kamaruddin (B.22.06.345)
3. A. Nursinar A.R (B.22.06.346)
4. A. Tenriola Amram (B.22.06.347)
5. Ainun Nurfainna (B.22.06.349)
6. Aisyah (B.22.06.350)
7. Alvianda Alimin (B.22.06.351)
8. A. Erni Wahyuni (B.22.06.352)
9. Andi Haslinda Bahtiar (B.22.06.353)
10. Andi Masiawati (B.22.06.354)
11. Andi Reski Amalia Ulfa (B.22.06.355)
12. Andi Zarmilah (B.22.06.356)
13. Andriani Arsyad (B.22.06.357)

UNIVERSITAS MEGA BUANA PALOPO


FAKULTAS KESEHATAN
PRODI S1 KEBIDANAN
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke khadirat Allah SWT karena atas
ridho,taufik,dan hidayah-Nya.Penulis masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk
menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.Tak lupa shalawat dan
salam hendaknya penulis haturkan kepada nabi akhir zaman Rasulullah SAW beserta keluarga
dan sahabat yang telah membawa kita kezaman yang penuh rahmat.

Makalah yang berjudul “KONSEP DASAR PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS”. Makalah ini
dibuat untuk membantu mempermudah pemahaman dalam mendalami mata kuliah Asuhan
komunitas Makalah ini tersusun dengan dukungan dan bantuan beberapa pihak yang terkait .
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tidak terhingga pada semua pihak
yang telah membantu penyusunan makalah yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per
satu. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna ,maka penulis menerima
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di masa mendatang. Akhirul
kata,terimakasih dan

Wassalam.

Sinjai, Oktober 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata pengantar ..........................................................................................................................


Daftar isi ...................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar belakang ......................................................................................................................
2. Rumusan masalah ................................................................................................................
3. Tujuan penulisan ..................................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI


1. Pengertian kebidanan komunitas.........................................................................................
2. riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa Negara lain..................................
3. tujuan dari kebidanan komunitas.........................................................................................
4. karakteristik kebidanan komunitas.......................................................................................
5. pekerjaan kebidanan di komunitas......................................................................................
6. Indonesia sehat 2025 sebagai landasan fikir pelayanan kebidanan.....................................

BAB lll PENUTUP


1. Kesimpulan .........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Para ahli mendefinisikan komunitas atau masyarakat dari sudut pandang yang berbeda. WHO
mendefinisikan komunitas sebagai kelompok social yang ditentukan oleh batas – batas wilayah, nilai –
nilai keyakinan dan minat yang sama, serta adanya saling mengenal dan berinteraksi Antara anggota
masyarakat yang satu dengan yang lainnya.
Kebidanan komunitas merupakan konsep dasar bidan dalam melayani keluarga dan masyarakat di
wilayah tertentu. Kebidanan komunitas adalah bidan yang melayani keluarga dan masyarakat di luar
rumah sakit. Di dalam konsep tersebut tercakup berbagai unsur. Unsur – unsur tersebut adalah bidan
sebagai pelaksana pelayanan, pelayanan kebidanan, dan komunitas sebagai sarana pelayanan, ilmu
dan teknologi kebidanan, serta factor yang mempengaruhi seperti lingkungan, masing-masing usnur
memiliki karekteristik.
Pendekatan baru mengenai kualitas pelayanan menuntut pergeseran titik tekan pelayanan
kesehatan terutama kebidanan dari yang berorientasi target peencapaian menjadi berorientasi
penjagaan mutu pelayanan. Pendekatan semacam ini mengharuskan pihak pengelola program untuk
mengoordinasi semua kegiatan yang berbasis klinik seperti rumah sakit, puskesmas, klinik, swasta
atau yanh berbasis pada masyarakat seperti posyanddu, polindes, bidan di desa, petugas penyalur
kontrasepsi (CBD), dan lainnya.
Praktik bidan adalah suatu perwujudan dari kewenangan bidan dalam melakukan tugasnya
melayani pasien. Pratik bidan adalah salah satu kegiatan kebidanan komunitas, kegiatan praktik kerja
dikelola oleh bidan sendiri sesuai dengan kewenangannya. Dala kegiatan praktik ini, bidan dapat
dibantu oleh tenaga kesehatan atau tenaga lainnya yang kuallifikasi pendidikannya lebih rendah.
Bidan yang bekerja di desa mempunyai wilayah kerja atau wilayah pelayanan. Masyarakat yang
berada di dekat tempat aktivitas bidan merupakan sasaran utama pelayanan kebidanan komunitas
mendorong bidan bekerja aktif, tidak menunggu pasien dating ketempat kerjanya. Bidan harus aktif
memberi pelayanan terhadap ibu dan anak balita baik di dalam maupun di luar unit kerjanya. Untuk itu
bidan harus mengetahui perkembangan kesehatan masyarakat dari waktu ke waktu. Pemantauan
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya harus dilakukan oleh bidan komunitas.
Konsep kebidanan terdiri dari beberapa kompenen yang membentuk suatu konsep kebidanan
komunitas . unsur- unsur yang tercakup dalam keidanan komunitas adalah bidan, pelayanan
kebidanan, sasaran pelayanan, lingkungan dan pengetahuan, serta teknologi.
Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis. Populasi dapat
kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah kepala keluarga, jumlah laki-laki, jumlah neonates,
jumlah balita) dalam area yang dapat ditentukan sendiri oleh bidan. Analisis situasi merupakan proses
sistematis untuk melihat fakta, data atau kondisi yang ada dalam suatu lingkup wilayah.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kebidanan komunitas?


2. Bagaiamana riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa Negara lain?
3. Apa saja tujuan dari kebidanan komunitas?
4. Bagaimana karakteristik kebidanan komunitas?
5. Bagaimanakah bekerja kebidanan di komunitas?
6. Apa itu Indonesia sehat 2025 sebagai landasan fikir pelayanan kebidanan?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kebidanan komunitas.


2. Bagaimana riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan beberapa Negara lain.
3. Untuk mengetahui tujuan dari kegiatan kebidanan komunitas.
4. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik kebidanan komunitas.
5. Untuk mengetahui bagaiamana bekerja di kebidanan komunitas.
6. Untuk mengetahui apa itu Indonesia sehat 2025 sebagai landasan fikir pelayanan kebidanan?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian kebidanan komunitas


Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang ditujukan kepada
masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan
yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan
kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai
mitra dalam perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan.
Kebidanan komunitas memberi perhatian terhadap pengaruh factor lingkungan meliputi fisik,
biologis, psikologis, social, kultural, dan spiritual terhadap kesehatan masyarakat dan memberi prioritas
pada strategi pencegahan, peningkatan dan pemeliharaan kesehatan.
Kebidanan komunitas didasarkan pada asumsi berikut.
1. System pelayanan kesehatan bersifat kompleks.
2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder, dan tersier merupakan komponen system pelayanan
kesehatan.
3. Kebidanan merupakan subsistem pelayanan kesehatan, hasil pendidikan dan penelitian yang
melandasi praktik.
4. Focus utama adalah pelayanan kesehatan primer sehingga kebidanan komunitas perlu
dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan utama.

Kebidanan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan dasar yang melibatkan
komunitas secara aktif dans sesuai keyakinan komunitas. Beberapa keyakinan yang mendasari praktik
kebidanan komunintas adalah sebagai berikut.

1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau, dan dapat diterima semua orang.
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan, dalam hal ini komunitas.
3. Bidan sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan perlu menjalin kerja
sama yang baik.
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas, baik yang mendukung maupun
mengahambat sehingga hal ini perlu diantisipasi.
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan.
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang.

Tujuan umum kebidanan komunitas adalah meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat
menjalankan fungsinya secara optimal. Tujuan khusus kebidanan komunitas sebagai berkut.

1. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam pemahaman


tentang pengertian sehat dan sakit.
2. Meningkatkan kemampuan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam mengatasi
masalah kesehatan.
3. Menciptakan dukungan bagi individu yang terkait.
4. Mengendalikan lingkungan fisik dan social untuk menuju keadaan sehat yang optimal.
5. Mengembangkan ilmu dan melaksanakan kebidanan kesehatan masyarakat.

Kebidanan komunitas merupakan bentuk pelayanan/asuhan langsung yang berfokus pada kebutuhan
dasar komunitas, yang berkaitan dengan kebiasaan atau pola perilaku masyarakat yang tidak sehat,
ketidakmampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan internal dan eksternal. Intervensi
kebidanan yang dilakukan mencakup pendidikan kesehatan, mendemonstrasikan keterampilan dasar yang
dapat dilakukan oleh komunitas, melalui intervensi kebidanan yang memerlukan keahlian bidan (konseling
pasangan yang akan menikah, melakukan kerja sama lintas-program dan lintas-sektoral) untuk mengatasi
masalah komunitas serta melakukan rujukan kebidanan dan non kebidanan jika perlu.

Intervensi kebidanan tersebut difokuskan pada tiga level pencegahan yaitu sebagai berikut.

1. Prenvensi primer. Prevensi primer adalah pencegahan dalam arti yang sebenarnya, ketika
teridentifikasi factor risiko di masyarakat. Pencegahan primer mencakup peningktan kesehatan
pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit, health promotion, health education,
specific protection dan environmental protection. Contoh kegiatan di bidang prevensi primer,
seperti imunisasi, penyuluhan tentang gizi, dan penyuluhan untuk mencegah keracunan.
2. Prevensi sekunder. Pencegahan sekunder menekankan pada diagnosis dini dan intervensi yang
tepat untuk menghambat proses patologis sehingga memperpendek waktu sait dan tingkat
keparahan/keseriusan penyakit, contoh: mengkaji keterbelakangan tumbuh kembang seorang
anak/belita atau memotivasi keluarga untuk melakukan pemeriksaan kesehatan berkala termasuk
pemeriksaan gigi dan mata secara berkala.
3. Prevensi sekunder. Pencegahan tersier dilakukan pada kasus kecacatan atau ketidakmampuan
atau tidak dapat diperbaiki. Rehabilitasi sebagai tujuan pencegahan primer lebih dari upaya
menghambat proses penyakitnya sendiri, yaitu mengembalikan individu pada tingkat berfungsi
yang optimal dari ketidakmampuannya. Contoh: bidan mengajarkan kepada keluarga untuk
melakukan perawatan anak dengan kolostomi di rumah atau membantu keluarga yang mempunyai
anak dengan kelumpuhan anggota gerak untuk latihan secara teratur di rumah.

2.2 Riwayat kebidanan komunitas di Indonesia dan di Negara lain.

Pada zaman pemerintahan Hindia Belanda tahun 1807 pertolongan persalinan dilakukan oleh
dukun, tahun 1951 didirikan sekolah bidan bagi wanita pribumi di Batavia kemudian tahun 1953 kursus
tambahan bidan (KTB) di masyarakat Yogyakarta dan berkembang di daerah lain. Seiring dengan
pelatihan ini dibukalah BKIA, bidan sebagai penanggung jawab, memberikan pelayanan antenatal care,
post natal care, pemeriksaan bayi dan gizi, intranatal di rumah, kunjungan rumah pasca salin. Tahun 1952
diadakan pelatiihan secara formal untuk kualitas persalinan, tahun 1967 kursus tambah bidan (ktb) ditutup,
kemudian BKIA terintegrasi dengan puskesmas.

Munculnya gagasan kebidanan komunitas merupakan upaya tindak lanjut dari konferensi
internasional tentang Safe Motherhood di Nairobi tahun 1987, kemudian dilaksanakan suatu Lokakarya
Nasional tentang kesejahteraan ibu, yang menghasilkan komitment lintas – sektoral unruk menurunkan AKI
(Angka Kematian Ibu) sebesar 50% dari 450 pada tahun 1986 menjadi 225 per 100.000 kelahiran hidup di
tahun 2000.

Tingginya AKI di Indonesia ini dipengaruhi pula oleh belum memadainya cakupan persalinan oleh
tenaga kesehatan dan rendahnya cakupan penanganan kasus obstetric. Ada korelasi yang jelas Antara
cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dan AKI. Semakin tinggi cakupan pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan maka akan semakin rendah AKI suatu Negara. Salah satu analisis yang
melatarbelakangi keadaan tersebut adalah tidak adanya atau kurangnya tenaga kesehatan yanga da di
dekat masyarakat terutama daerah pedesaan. Salah satu upaya penting yang ditempuh dalam
mempecepat penurunan AKI dan AKB adalah dengan mendekatkan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat berarti menempatkan tenaga kesehatan di tengah-tengah masyarakat
Pada tahun 1989 pemerintah membuat kebijakan melaksanakan “cash program” secara nasional
yang memperbolehkan lulusan sekolah pendidikan kepeawatan (SPK) untuk langsung masuk ke Progran
Pendidikan Bidan yang dikena dengan Program bidan A (PBB A). lama pendidikan na 1 tahun dan
lulusannya langsung ditempatkan di desa-desa yang kemudian disebut sebagai bidan desa (BDD),

Namun selama bekerja didesa, tugas pokok BDD tidak hanya melaksanakan pelayanan
kebidanan, tetapi juga harus dapat melayani pengobatan umum. Masyarakat menganggap BDD tidak
hanya sebagai tenaga kesehatan yang menolong persalinan tetapi juga sebagai tenaga promotif, preventif,
dan kuratif yang sangat diandalkan oleh masyarakat desa. Bidan di desa dianggap sebagai ujung tombak
peningkatan status kesehatan ibu dan anak di desa/masyarakat yang mempunyai peran penting dalam
pembangunan investasi dini, yaitu penanganan kesehatan ibu hamil dan laktasi sebagai modal dasar
pembangunan sumber daya manusia (SDM). Pada awalnya BDD diangkat sebagai PNS, namun kemudian
dalam perjalanannya BDD di berikan status kontrak atau PTT sesuai dengan kemampuan daerah
setempat.

Puskesmas memberi pelayanan didalam dan diluar gedung dalam wilayah kerja. Bidan di
puskesmas memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk keluarga berencana (KB). Diluar
gedung pelayanan kesehatan kkeluarga dan posyandu yang mencakup pemeriksaan kehamilan. KB,
imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan. Instruksi presiden secara llisan pada siding cabinet tahun 1992
tentang perlunya mendidik bidan untuk ditempatkan diseluruh desa sebagai pelaksana KIA. Tahun 1994
merupakn ttik tolak dan koferensi kependudukan dunia di kairo yang menekankan pada reproduksi health
memperluas garapan bidan Antara lain safe motherhood, keluarga berencana, kesehatan reroduksi
remaja, Penyakit Menular Seksual (PMS) dan kesehatan reproduksi orang tua.

2.3 Tujuan dari Kebidanan Komunitas

Pemberian asuhann kebidanan di komunitas harus terarah atau mempunyai tujuanyang jelas, adapun
tujuan pemberian asuhan kebidanan dikomunitas sebagai berikut.

1) Tujuan Umum
Asuhan kebidanan di komunitas harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat
khususnya kesehatan perempuan di wilayah kerja bidan.
2) Tujuan Khusus
- Meningkatkan pelayanan kebidanan komunitas sesuai dengan tanggung jawab bidan.
- Meningkatkan mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalnan, perawatan nifas dam
perinatal secara terpadu.
- Menurunkan jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan risiko kehamilan, persalinan, nifas
dan perinatal.
- Mendukung program-program pemerintah lainnya untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu dan anak.
- Membangun jejaring kerja dengan fasilitas rujukan dan tokoh masyarakat setempat atau
terkait.
Prinsip pelayanan atau asuhan kebidanan komunitas.
1. Kebidanan komunitas sifatnya multidisiplin meliputi ilmu kesehatan masyarkat, social,
psikolgi, ilmu kebidanan, dan ilmu lainnya yang mendukung peran bidan di komunitas.
2. Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang menjunjung harkat dan martabat
kemanusiaan klien.
3. Ciri kebidanan komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit analisis. Populasi
bias berupa kelompok sasaran (jumlah perempuan, jumlah Kepala keluarga, jumlah laki-
laki, jumlah nonatus, jumlah perempuan usia subur dalam1 RT atau 1 kelurahan kawasan
perumahan/perkantoran.
4. Ukuran keberhasilan bukan hanya mencakup sebagai target sasaran pelayanan, namun
perubahan pola pikir dan terjalinnya kemitraan seperti: PKK, kelompok ibu-ibu pengajian
dan kader kesehatan.
5. System pelaporan kebidanan komunitas, berbeda dengan kebidanan di klinik. System
pelaporan kebidanan komunitas berhubungan dengan wilayah kerja yang menjadi
tanggung jawabnya.

2.5. Bekerja di Komunitas dan Jaringan Kerja Kebidanan Komunitas

Bidan yang bekrja di komunitas membutuhkan suatu kemitraan yang berguna untuk pengambilan
keputusan secara kolaboratif dalam rangka meningkatkan kesehatan dan memecahkan masalah-masalah
kesehatan ibu dan anak. Kemitraan dibentuk dengan klien, keluarga, dan masyarakat. Keterlibatan
komponen tersebut sangat penting demi keberhasilan upaya-upaya kesehatan yang dilakukan kebidanan.

Program kemitraan komunitas mencakup konsep pemberdayaan dan pengembangan komunitas.


Kemitraan adalah proses kompleks sebagai upaya untuk mengarahkan para akademisi, pemuka
masyarakat, dan pemberi pelayanan kesehatan untuk bersama-sama mencapai perubahan. Unsur yang
penting dalam menjalin jaringan di komunitass adalah sensitivitas terhhadap aspek kultural, yang berarti
bahwa pelayanan yang diberikan harus sesuai dengan presepsi masyarakat.

Ada 10 pelayanan kesehatan komunitas yang sangat penting dan dapat digunakan untuk menjamin
praktik kebidanan komunitas yang komperhensif.

1. Memantau status kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan melalui pengkajian


komunitas dengan menggunakan data statistk vital atau profil risiko.
2. Mendiagnosis dan menyelidiki masalah kesehatan komunitas dan hal-hal yang dapat
membahayakan kesehatan komunitas, contohnya pengawasan melekat di komunitas.
3. Menginformasikan, mendidik, dan memberdayakan masyarakat mengenai issue.
4. Memobilisasi kemitraan komunitas dan tindakan untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah
kesehatan contoh, mendiskusikan dan memfasilitasi kelompok komunitas untu promosi kesehatan.
5. Menyusun rencana dan kebijakan yang mendukung masalah kesehatan kounitas individu.
6. Mendorong kepatuhan masyarakat terhadap undang-undang dan peraturan yang melindungi dan
menjamin keamanan.
7. Menghubungkan masyarakat kepada fasilitas pelayanan kesehatan personal yang dibutuhkan dan
memastikan penyediaan layanan kesehatan tersebut.
8. Memastikan kompetensi petugas pemberi layanan kesehatan masyarakat atau individu.
9. Mengevaluasi efektivitas, keterjangkauan, dan kualitas layanan kesehatan individu dan
masyarakat.
10. Melakukan riset atau penelitian untuk mendapatkan wawasan baru dan solusi terhadap masalah
kesehatan masyarakat.

Bekerja di komunitas juga tidaklah mudah, agar dapat diterima masyarakat setidaknya seorang
bidan harus memliki profil berikut:

1. Mempunyai kemampuan intelektual yang luas berkaitan dengan kebidanan, kesehatan masyarkat
dan pengetahuan social.
2. Terampil dalam teknik kebidanan.
3. Menguasai teknik pemecahan masalah kesehatan dan prioritas pemecahan masalah kesehatan.
4. Mempunyai keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain (hubungan antar manusia).
5. Luwes dan melakukan pendekatan kepada masyarakat.
6. Memiliki kemampuan komunikasi yang bagus (komunikatif).
7. Memiliki kemampuan berorganisassi.
8. Memiliki kemampuan bekerjasama dengan orang lain.

Bekerja di komunitas mempunyi keunikan tersendiri. Ada beberapa strategi umum dalam
melaksanakan asuhan kebidanan komunitas yaitu:

1. Pendekatan pada masyarakat


- Pengenalan masyarakat (dengan cara survey tentang keberadaan masyarakat yang berkaitan
dengan kesehatan ibu bayi, dan anak serta kesehatan reproduksi dengan mengikutsertakan
masyarakat).
- Bersama masyarakat menganalisis survey dan melihat masalah yang ada di masyarakat.
- Bersama masyarakat menentukan proritas masalah kesehatan yang ada.
- Penanganan masalah kesehatan bersama dengan masyarakat.
2. Pemasaran social
3. Menginformasikan pelayanan kebidanan tingkat dasar dan rujukan.
4. Mengikutsertakan masyarakat dalam upaya peningkatan kesehatan serta pelaksanaan program
kesehatan di masyarakat.

Ruang lingkup kerja dikomunitas meliputi upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan
penyakit (preventif), pemeliharaan atau pengobatan (kuratif), pemulihan embali (rehabilitaif), serta
mengembalikan serta memfungsikan kembali individu, keluarga, kelompok masyarakat ke lingkungan
social dan masyarakatnya (resosiantitatif). Bidan dapat melakukan asuhan primer meliputi :

1. Pencegahan penyakit
2. Skrinining atau deteksi dini untuk di rujuk.
3. Asuhan kegawatdaruratan ibu dan neonatal.
4. Pertolongan pertama pada penyakit akut untuk kemudian dirujuk.
5. Pengobatan ringan.
6. Asuhan pada kondisi kronik.
7. Memberikan pendidikan kesehatan.
8. Mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Selain memberikan asuhan primer kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang dilakukan bidan di
komunitas adalah sebagai berikut :

1. Memberikan asuhan langsung kepada individu keluarga dan kelompok khusus.


2. Penyuluhan dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat.
3. Konsultasi dan pemecahan masalah.
4. Penemuan kasus
5. Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan.
6. Melaksanakan asuhhan kesehatan komunitas melalui pengenalan masalah, kesehatan
masyarakat, perencanaan kesehatan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan.
7. Mengadakan koordinasi.
8. Mengadakan kerjasama lintas program dan sektoral.
BAB III
PENUTUP

Kebidanan komunitas adalah pelayanan kebidanan professional yang ditujukan kepada


masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat
kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelayanan kebidanan.
Puskesmas memberi pelayanan didalam dan diluar gedung dalam wilayah kerja. Bidan di
puskesmas memberi pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) termasuk keluarga berencana (KB).

Saran
Kami sebagai penulis bahwa pembuatan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan maka dari itu
kami mengharapkan saran dan keritiknya, agar menjadi lebih baik lagi, dan kami harap pembuatan
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan pengetahuan wawasan yang lebih
luas mengenai ”KONSEP DASAR PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS”
DAFTAR PUSTAKA

Marmi, S.ST., M.Kes, dan Margiyati, S.SiT., M.Kes, 2014. Konsep Kebidanan untuk Mahasiswa
Kebidanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Soepardan, Suryani. (2006). Konsep Kebidanan. Bandung: ECG
http://kisnawati.wordpress.com/2011/06/24/makalah-paradigma-sehat/
Fadilah, Siti. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Tentang. Jakarta
Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
Saifuddin. A, Bari, dkk. 2001. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Swartz, Mark. H. 1995. Buku Ajar Diagnostik Fisik. Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta
Waspodo, Djoko dkk. 2002. Asuhan Persalinan Normal, Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan
Reproduksi : Jakarta.
Wiknjosastro, Hanifa, dkk. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai