ILMU SASTRA
Jan van Luxemburg . ,
Mieke .Bal ;1;.
.,
,.:rIi·I·~,~)f~ ,
.' ~..."•. ~., . r~. "
" If' " ,
1EGABl1l\,d\
"'0 ,~. . ~. ~"".uttl\·· '
-
Gii
)cllcrbil PT Gramcdia, Jakarta, 1984
:~
Judul asli:
Inleiding in de Literatuurwetenschap
Dick Coutinho B.V. Uitgcvcr, Muid,'rhqg, 19B2
KATA PENGANTAR IX
\'
zi,.
5: i Setlliotik Sastra ala' P'eirce 45
5.2 Semiotik ala Lotman 47
VI ILMU TEKS 86
I. Pengantar 86
2. Tcks I tu Apa? 86
3. Teks dan KOllleks 90
3.1 Pemancar dan Pcnerima 90
3.2 Konteks 91
3.3 Kode dan Kontak 92
3.4 Teks sebagai Pcsan 94
4. Berbagai Jenis Tcks 94
4.1 Teks Acuan 96
4.2 Teks Eksprcsif 96
4.3 Tcks Persuasif 9(i
4.4 Teks-tcks Mcngenai Tcks 97
VI
'~
G TEKS-TEKS NARATIF
J. Pengantar
2. Teks dan J uru Bicara
2.1 Menguiip
119
119
120
121
2.2 Penampilan 125
2.3 Pcndengar 129
3. Ccrita, Visi Terhadap Duriia Rekaan 130
S.I FokalisatOr 131
3.2 Obyek yang Difokalisasi,
Susunan Dunia Rekaan 137
·4. Alur 149
4.1 Peristiwa-pcristiwa ISO
4.2 Para Pclaku 153
IX TEK~TEKSDRAMA 158
I. Pcngantar 158
2. Situasi Bahasa 160
2.1 Dialog 160
.{ 2.2 Mutlakkah Drama I tu? 164
2.3 Teks Sam ping 166
3. Penyajian 167
3.1 Pcristiwa-pcristiwa 168
3.2 Penggarapat:1 Waktu 169
3.3 Tokoh-tokoh 171
VII
3.4 Ruang 172 .
4. Tcori Drama dan Praklek Drama In
INDEKS 221
~~
VIII
~~~1.f~~;'~~;''::''~'C:t'>?:,.r';&: ilF."'''·;f'''''':-IfJ'':'i~.'it::f{ .••~<_·,~L;'::_,_, ':>.~ ,,:.' ".
,
... ,,;;
KATA PENGANTAR
Di 'sini, kala orang. si jahat mcnghadapi kctakutan dan yan~ bcrakal IUnJ5
kcgcmbiraan.
.'.;;-.. Schiller
IX
para guru pcngajar sastra .d~n para peminat sastra pada umumnya
dapal dibantu olch buku 1111.
Dalam mcnulis buku ini kami rncngandaikan bahwa para
pcmakainya tid~k tahu ban yak mengcnai sastra. Kami memberik""n
eontoh-contoh yang menurul hemat kami sudah diketahui oleh para
mahasiswa atau yang tcrus dapat dimengcrti sambi I membaca teksnya.
Setiap bah diakhiri dengan daCtar puslaka yang dibcri catalan
sekcdarnya.
Semua bab dalam buku ini kami anggap scbagai tulisan bersama,
biarpllll pada bab-bab tcrtcntu musing-masing menyumbangkan
gagasan-gagasan scndiri. Pengantar ini kami lulis berdasarkan
pengalaman di universitas di·. Amsterdam dall.,.."Utrecht, tingkat
pcrsiapan. Kami banyak berhutang budi kepada rckan-re)<.an dosen,
letapi juga kcpada para mallasiswa yang mcmbcrikan reaksinya
lerhadap kuliah-kuliah kami serla sarana-sarana pcngajaran yang
kami gunakan. Adanya mala kuliah ini discbabkan karena pcngurus
berbagai Cakultas sena kcluarga-kcluarga mahasiswa sccara aktif
memajukan studi mengcnai ilmu sastra umum.
Kami mengucapkan lcrima kasih kcpada Karel Hupperctz untuk
nasihat-nasihatnya mengcnai bab lcntang teks-leks drama. Dengan
tcliti Eric Vos mcngolah register dan mcmberikan ban yak bantuan
dalam mcnyusun danar pustaka. Hans van der Veer pun, samhil
mengctik naskah buku ini, mcmbcrikan nasihat-nasihat yang berguna.
Terutama kcpada Anncke Albers serta Wim van den Berg kami
ucapkan terirna kasih, karena mercka memberikan komentarnya yang
luas dan sangat kritis. Berkat catatan-catatan dari sahabat-sahabat
dan rekan-rekan, kamimernbuat perubahan-perubahan dalam naskah
asli yang karni anggap scbagai perbaikan-perbaikan· sernata-mata.
Kami mengharapkan agardapat rncl1erirna kornentar kritis lcbih lanjut
dari para rekan dan pcmakai bllku ini.
x
CATATAN DAR I PENERJEMAH
,~;,"
XI
:.
XIII
,;..
I';'
I
SASTRADAN ILMU SASTRA
Robert Scholes
1. Pengantar
BENTUK-BENTUK sastra sepcrti dongcng, drama,' dan sajak-sajak
ternyata cepat dikenali anak-anak. Pada umur muda mcrcka mulai
mcngenal sifat-sifat "sastra" serta unsur-unsur yang dcngan tcratur
selaJu muncul kcmbali. Mcrcka mcngcnal puisi dalam bcnttlk rima,
sajak do/anan anak-anak, dan lagu-lagu. Anak-anak balita suka
bc~ccrita dan lebih suka lagi mcndcngarkan sr.buah ccrita atau
dongcng. Metcka ccpat mcngctahui bagaimana dalam dongeng
dongeng tertenlu, scpasang kakak bcradik selatu g~gallalu disusul olch
scorang' kakak atau kakak tiri yang. bcrhasil, Dari ·tclevisi mereka
mengenal scbuah bentuk campliran antara cerita dan drama. Mcrcka
sendiri juga diajak bermain drama atau pentas untuk anak-anak, dall
khusus Cli Pulau Jawa mcrcka bcrkcnalan dcngan dunia wayang dan
watak-watak tcrtcntu. Oi kcmudian hari mcrcka bdajar membedakan
antara ccrita fiksi dan laporan pcristiwa yang sungguh-sungguh terjadi.
Pada suatu saat mercka berkcnalan dcngan sastra yang
scsungguhnya, yang'rupanya sangat dihargai olch para orang tua dan
para pcndidik. Di sckolah-sckolah di ncgcri Bclanda yang mengikuti
kurikulum lradislonal, pcralihan kc sastra sungguh-sungguh scring kali
tcrjadi dcngan mcndadak. Oi SMTP mcrcka bclajar mrmbaca dcngan
baik, lalu di SMTA dcngan mendadak mcrcka dihadapkan d(~ngan
saslra. Oalam kurikulum modern pcngajaran sastra scring mcrupakan
bagian dari pengajaran bahasa dan pcngkajian teks.
Oalam bab ini kami bcrusaha mcncrangkan ballwa mcmang masuk
akaI untuk membcrikan tempat terscndiri bagi sckclompok teks yang
dapat kita namakan saslra, untuk mcmbcdak,1I1 alltam sastra dan
jenis-jenis tcks lainnya. Tetapi sekaligus kami tekankan, bahwa garis
demarkasi antara sastra dan bukan-sastra tidak begitu tetap dan pasti.
Maka dari itu kami berpcndapat hahwa pengajaran sastra p<:riu
dibcrikan sccara tcrscndiri, tctapi adajuga alasan untuk mcmbaurkan
pcngajaran bahasa dan pengajaran saslra.
Ilmu saslra mcncliti sifat-sifat yang lcrdapat di dalam teks-teks sastra,
lagi pula bagaimana leks-leks tcrsebul bcrfungsi di dalam masyarakat.
Hila dalam buku ini dipakai istilah ilmu sastra, maka yang
dimaksudkan ialah ilmu saSlra umum, scbuah tdaah sistematik
mcngcnai saw'a dan mcngcnai komunikasi sastra. yang pada
prinsipnya tidak mcnghiraukan batas-batas antarbangsadan antarkc
budayaan. Mcmang, yang ditckunkan ialah sastra llarat dan
pcngcrtian tcntang sClstra scpcJti sckarang bcrlaku di dunia Barat.
Adanya sebuah ilmu sastr:.. terscndiri dibcnarkan antara lain karcna
dalam tclaah-tc!aah ilmiah tClltang ballasa dibcri banyak pcrhatian
kcpada sastra, Tetapi kcdudukan saw'a di tcngah-tcngah studi bahasa
tidak lanpa sanf,gahan, Pcrhatian untuk sastra untuk sebagian
disebabkan karen a raktor-raktor historik dan sosial. Pcrnah dikatakan
bahwa pcngajaran sastra dipcrgunakan unluk mcncruskan nilai-nilai
yang tclah ada, tanpa tcrlalu mcngriliknya. Ada scmclltara orang yang
karena alasan tcrscbut hanya mcnyediakan lcmpat sC,dcrhana l.mgi
sastra di dalam rangka pcng~aran lcks. TClapi dapat juga diajukan .
alasan-alasan untuk mcnycdiakan tcmpat yang pcnting bagi
pengajaran sastra di dalam rangka pendidikan univcrsitas dan dalam
rangka pcnclitian bahasa. Nilai apa yang kami bcrikan kcpada
pengajaran sastra akan kami coba mCllcrangkan pada akhir bab ini.
Mempel;~ari sirat-sinlt lcks-teks sastra sccara sistemalik scrta
fungsinya di dalam masyaraki\l dapat mcmbantu kita untuk mcngcrti
teks itu dcngan [cbih baik schingga kila,lcbih tcrtarik juga untl.lk
membaca sastra. Tcntu saja dipcrlukanlcbih banyak pcngcrlian untuk
,menjadi scorang pcnggcmar sastra, yakni napsu ingin tahu dan
kesabaran, pengalaman dalam mcmbaca karya-karya sastra dan
pcngalaman mcngcnai hidup itu sClldiri, dan iLU scmua lidak bcg-itu
saja dapat disalurkan kwat buku-buku pclajaran. Mcmpelajari saSlra
tak pcrnah dapat dibatasi pada suatu pcndckatan formal dan sistcmatik
saja, tetapi studi formal dan sislcmatikjuga tak dapal dikcsampingkan.
KC"'bcratan yang pCl'llah diajukan kcp,;da ilmu sastra umum ialall
tidak adanya perhatian untuk yang bcrsifat individual, untuk karya
sastra sebagai scbuah karya scni yang unik. Katanya, ilmu sastra hanya
mau mencari skcma-skcma" bagaimana mcnccritakan scsuatu.,
konvcnsi-konvcnsi dalam puisi sCl'Ia mo.,9ul-modul komunikasi, tanpa
mcnghiraukan ccrila atau 'sajak yang satu-satunya itu, yang tak dapat
...... ,
diganti oleh sebuah ccrita atau s~iak lain. Krncratan tcrsebut dad satu
pihak tidak bcnar dan d~ri lain pihak tidak Illcnyin.ggung pcrsoalan
yang sebctulnya. Tida" mcnyinggung pf'rsoalan, ~arena ~eliap
ilmuwan, jadi juga scorang ilmuwan sastra, bcrusaha ul1luk
merumuskan pcngcrtian-pcngcrtian .umum. la ingin lahti, sililt-smll
mana mcrupakan tiri khas bagi scmll<l karya Saslra ataupun
sekclompok karya sastra. lagi pula kaidah-kaidah scrta konvcnsi
konvcnsi mana sccara khusus bcrlaku hila kitamenghadapi teks-teks
saslra. Sclain itu usaha mcncari kaidah~kaidah dan sislem-sislem tidak
mcrintangi pcrhatian bagi scbuah karya sastra individual. Scorang
yang ,secara s~mbang mcnckuni ilmu sa~;tra pasli akan scnang
mcmbaca banyak kara:1gan saslra. Sambil mcmhaca, karya-karya
saslra itu ia dapat mcncrapkan pcng(~rtian-pcngertian tcorelik yang
telah ia pcrolch. dan scbaliknya dengan memhaca karya-karYiI saslra
scrla kritik-kritik saSlra ia dap<ll mt~mp(Tdalam al<lu mrngol'eksi
pcngcrtian-pengcrtian tcorctik tcrscbu t.
Kcbcratan tadijuga l:dak benar. I1mu saslra tidak hanya mcnekuni
kaidah~kaidah, sistcm-sistcm, scrla l1lodul-modul. Scorang pendili
sastra yang ada minat tcrhadap s<:jarah tidak hanya mcmj)crhatikan
, sis.tcm-sistem sena pcrkembangan sastra, iajuga akal1 memperhatikan
Ciri-ciri khas yang tcrdapat dalam karya-karya saslra' masing-masing.
Ini juga bcrlaku hagi scorang p(!nclili yang r:lcnckuni ilmu
pcrbandingan sastra. '
Dalam pcnc:ilian sa~ltra yang bel'sifat l!ermeneuitik (mencrangkan
teks) pcnar...,ir,m scrta pcnilaian tcrhadap karya-karya sastra
scndiri-scndirijustru mcnjadi kaneah perhatian,lni bukan pendekatan
dalam buku ini, tClapi kita lidcik perlu membesal'-nesarkan
pcrtcntangan antara usaha mcnafsirkan scbuah karya sastra yang
dilakukan di dalam kritik sastra di satu pihak dan iimu sastra umum di
pihak lain. Nanti-daiam scbuah, bab lain kita mcmang akan
mcmpcrbincangkan scjauh mana pcnafsiran itu harus bcrsifhl ilmiah.
lagi pula ken:ungkinaCl mcmpcrhatikan aturan lalu lin las ilmiah
bi'lamana kita mcngatakan sesuatu mcngenai arli dan makna sebuah
karya sastra atau karra seni' pada umumnya.
2. Pengertian "Sastra"
2.1 Masalah·masalah yang Timbul Bi/amana Mau Mendefinisikan
"Sastra"
Usul-usul.unluk mcndcfinisikan "sastra" tak tcrbilang jumlahnya,
tctapi usul-usul yang mcmuaskan tidak banyak. Adapun alasan
alasannya scbagai bcrikut:
3
( I) Scring orang ingin mcndclinisikan terlalu.bany<!.k sekaligus.
Scring dilupakan bahwa ada sualu pcrbcdaan an tara scbuah delinisi
dcskriptif mcngcnai saslra - yallg membcri jawaban tcrhadap
perlanyaan: sastra itu apa? - dan scbuah ddinisi cvaluatif, yang ingin
menilai apakah sebuah karya sastra termasuk sastra yang baik atau
tidak. DC'l1gall sia-sia orang mcneari scbuah dcfinisi yang mencnlukan
apakah Aljuna Wiwalza, karangan Mpu Kanwa, Icrmasuk sastra atau
,tidak, dan yang sekaligus dapat menclltukan bahwa Layar Terkembang,.
karangan Takdir Alisjahballa, ICTmasuk sastra, scdangkan Atjulla
,\I/ell(nri Cinla, tulisan Yudhistira Ardi Nugraha, tidak.
(2) S.:rillg orang mcneari scbuah dclinisi "ontologis" mClIgenai
sastra, yaitu scbuah dclinisi Yill1g mengungkapkan hakikat sebuah
karya sas.la sambilmclupakan bahwa saw'a hcndaknya didclinisikan
oi dalam situasi para pcmakai alau pembaca sastra. Norma dan
dcskripsi scring dicampurbaurkan. Juga tidak disadari bahwa
semen tara karya bagi orang ini tennasuk sastra, scdangkan bagi orang
la i 11 tidak.
(3) Yang bcrkaitan dengall itll, serillg anggapan mengenai sastra
tcrlalu ciitcnlukan oJch contoil sastra Barat, khususnya scjak zaman
Renaissance, tanpa ll1('nghiraukutl bcntuk·bcntuk sas.tra yang khas
seperti terdapat dalam lingkungan kebuclayaan di luar Eropa, di dalam
zaman-zaman tcrtclltu alau di dalam lingkungan sosial tcrtcntu.
Misalnya konscp lelliang sas~.fa yang ditcrapkan bagi zaman klasik
Eropa dan bagi lingkungan k2budayaan di luar Eropa sekaligus juga
mau ditcrapkan bagi lingkullgan kcbudayaan Eropa-Amerika modern.
(4.) Pcrnah diberikan dcfinisi-dclinisi yang kurang !cbih memuaskan
bcrkaitan dengan scjumlah jenis sastra, tetapi yang kurang relcvan
kalau diterapkan pada sastra I>ada umumnya. Dcmikian misalnya
disajikan sebuah dcfinisi yang coeok bagi puisi, scdangkan yang dicari
ialah scbuah dcfinisi.yang cocok bagi sastra pada umumnya.lni antara
lain "ernail tcrjadi dcngan heberapa aspck dalam pcngertian sastra
romal1tik, seperti nanli masih akan kaml bical'akan.
Pcndek kala, pcngertian tentang sastra scndiri sering dimutlakkan
dan dijadikan scbuah toluk ukur universal; padahal pcrlu diperhatikan
kcnisbian historik scbagai tilik pangkal.
4
sifat-sifat sebOah karya sastra sepcrti kita jumpai pa.da ulasan-ulasan
tentang puisi, dewasa.ini pun masih sering kita temukan .dalam
kritik-kritik, dalam uraian-uraian tcntang sastra, pun pula· dalam
omongansehari-hari mengcnai sastra. .' .____._ .
Pengertian ten tang sastra yang bcrlaku pada zaman omantlk ~Idak
merupakan suatu kesatuan. Tidak2..<:~ua to~()h_g.m:':ln~~~._~~r.!1i~Tly.~~
pendapat yang sarna ~en~<:~L sastl:~. Sekalipun demikian kita dapat
mcnyebut beberapa ciri. yang sclalu muncul kembali.
(a) Sastra merupakan sebuah ciptaan, sebuah Imasi, bukan
pertama-tama sebuah imitasi. Sfng seniman mcnciptakan scbuah
dunia baru. mencruskanproses. pcnciptaan di dalam scmcsta alam,
bahkan menycmpurnakannya. Sastra terlltama mcrupakan suatu
'!uapan emosi Jang sponlan. Dalam puisi tcrungkapkan napsu-napsll
kodrat yang bernyala-nyala, hakikat hidup dan alamo Menurut ucapan
Wordsworth daiam "Kata Pengantar"-nya bagi LyfcalBaliads (1800):
"Poetry is lhe spontaneous overflow ofpow'erfull feelings". Unsur krcatidtas
dan spontanitas - biarpun tidak terang-tcrangan - dewasa ini pun
masih sering dij,:,dikan pedoman.
(b) .Sastra bersifat olonom, lidak mengacu kepada sesuatu yang lain;
sastra ~idak bersifat komunikatif. Sang penyuir ha!lya mencari
keselarasan di dala.m karyanya sendiri. DaHl ini masih bergema di
dalam hampir. setiap pendekatan tcrhadap sastra. Fungsi puisi sepcrti
diutarakan olchj1ikobson -Hhat di bawah - masih berkaitan dcngan
dalil terscbut. fada tahun"1948 IiIsuf Prancis, Sartre, menu lis bahwa
.kata-katadalampuisi tidak mcrupakan "Ianda-tanda", melainkan
"bencla-benda" 1m~ls:choses).
(c) Karya sastra yang "otonom" itu bercirikan suatukohmnsi.
Pengertian koherensi itu pcrtama-tar,pa dapat ditafsirkan scbagai suatu
keselarasan yang meridalani antara bentukdan lsi. Setiap isi bcrkaitan
denga~ suatu bentuk atau u;ngkapan tertcntu. Dalam pandangan ini
puisi dan' bcntuk-bentuk sastra laiml)'a "mcnggambarkan" isi,
bahasanya bersifat pfastis. Tokoh Romantik berkcbangsaan Inggris,
Coleridge, mdihat kohercnsi itu sebagai suatu kaitan ol'ganik (seperti
terdapat antara anggota-anggota tubuh manusia misalnya): Scabad
sctelah Coleridge meninggal dunia, kritikus sastra Amcrika, Cleanth
Brooks, menu lis: "One oflhe crilicaldiscoveries ofour time- perhaps il is nol a
discovery bUI merely a recovery- is lhat parts ofapoem have an organic relation to
each other". Dan scpcrti bentuk dan isi saling berhubungan, dcmikian
bagian dan kcscluruhan kait-mrngait sccara erat sehingga saling
mencrangkan. .
5
(d) Saslra mcnghidangkan schuah sinltsa anla,ra hal:-hal yang saling
bencntangan. PCnCl1langan-pertcntangan tersebut aneka rupa bcntuk
nya, ada pcrtentangan antara yang disadari dan yang tidak disadari,
antara pria dan wanita, antara roh dan benda, dan setcrusnya,
Pcndapat bahwa puisi mempersatukan pertentangandalam sebuah
sintesa, umum kita jumpai pada aliran New Critics di Amcrika ("The
language ojpoetry is ihe language ojparadox ") dan pada kri tik struk turalistik
Prancis tahun cnam puluhan abad ini. ,
(e) Sastra mcngungkapkan jang-iak-terungkapkan. Oleh puisi ,dan
bentuk-bcntuk sastra lainnya ditimbulkan aneka maeam asosiasi dan
konotasi. Dalam scbuah teks sastra kita berjumpa dengan. sedcretan
arti yang dalam bahasa schari-ha.ri tak dapal diungkapkan. Pandangan
romantik tcrscbut masih kita jumpai dalam scbuah ucap'an Roland
Barthcs; mcnurut dia, menafsirkan sebuah teks sastra tidak boleh
menunjukkan satu ani saja, rnclainkan mcmbeberkan apeka
kemungkinan.
Istilah-istilah dari zaman Romantik, seperti kreasi. eksprcsi,
otollomi, kohercnsi, sintesa, dan yang-tak-tcrungkapkan masih tetap
kita jumpai dalam ulasan-ulasan tentang sastra. "
Berdasarkan penilaian mereka terhadap siCat otonomi sebuah karya
sastra. maka aliran Romantik sanga! mcnghargai bentuk, yaitu eara
sebuah karya saSlra mcngungkapkan scsuatu. nagi kaum Jormalis,
sekelompok tcorctikus sastra dari Rusia pada awal abad ini, maka eara
pengungkapan mcrupakan ciri khas bagi kcsastraan. Kesastraan
(literaturllost) ditcntukan olch cara bahannya disajikan. Dalam hal puisi,
maka bahan itu ialah hahasa yang dipakai sena subyeknya, dalam hal
teks-teks naratif ialah scjarah atau peristiwa yang diceritakan.
Lain daripada kaum romantisi, maka kaum formalis tidak
mcnganggap bahasa kiasan scbagai ciri khas bagi sifat kesastraan.
Dalam bahasa schad-had pun kita mcmakai kiasan-kiasan, tetapi di
sini, dcmikian kaum formalis, crck kiasan itu justru mcmpercepat
pcngcrtian.. Ucapan "huah biblr" dengan lcbih ccpat dan lebih efisien
mcnerangkan scsuatu daripada kctcrungan "bcrlta itu diwturkan oleh
scmua orang". Tctapi dalam bahasa sastra kiasan justru memper
lambat, efeknya mengasingkan. Scbagai contoll dapat diajukan kalimat
ini dari Rc~dra dalam Empal Kumplllan Sajak:
Ranjang bulan, ranjang p(·ngalltin.
G
bcrtanya:. apa ini artinya? Efck pcnyufapan Inl Juga bersifal
deotomatisasi: dalam bahasa schad-hari sctiap kala- sudah ada- arti
tcrtentu, tetapi dalam bahasa sastra kita mcmpcrolch su'atu pand~ngan.
baru dan tak terduga tcrhadap kenyataan dan barang-barang.
Demikian misalnya menurut Sjklovski; Toistoj dalam ceritanya
"C:holstomer", menimbulkan pcngasiligan dcngan mcnampilkan
seekor kuda scbagai si aku yang bcrccrita. Scorang pcngarang Belanda,
K.. S'chippcrs, pcrnah mcngisahkan, bagaimana scorang' bayi
mengamati dan mcncerap ·apa yang dikatakan dan dipcrbuat olch
orang~orang dewasa. Dal~.m hal puisi "sulapan" yang paling biasa
dipcrgunakan ialah metrum, mcngulangi bunyi-bunyi scrta kiasan.
Tetapi kemungkinan-kcmungkinan lcbil1 banyak lagi. Pcnyair Inggris,
E.E. 9ummings misalnya, mcmpcrgunakan sarana-sarana grafik dan
sinlaktik, schingga artinya Icbih mcnimbulkankrjutan. Dcmikian
misa1l.1ya dalam sajak yang kami sajikan eli bawah ini, pcmakaian
huruf-huruf bcsar scrta urutan sintaktik, mcnggambarkan bctapa
"Me" menjulang di alas si iikus:
Me up al does
out of the floor
quictcly Start"
a poisoned mouse
still who alh'c
is asking \Vhal
have 'j done tbal
You wouldn't have
(dari 73 plXms)
7
<..
Dwight (Ike) Eisenhower mencalonkan diri sebagai presiden; adapun
slogan itu bcrbunyi: "INk, Ike". Pengulangan kata dan bunyi diattir
dengan lihay. .
Bagaimana kita dapat mengclahui adanya fungsi puitik itu?
Menurul Jakobson landa pcngcnalnya ialah bilamana 'muncul
ekuivalensi, persamaan atau pertcntangan yang mcnyolok at au yang
bcrsirat sistcmalik. Ekuivalcnsi "scmpurna" tcrjadi bilatnana
pcrsamaan dan pcrtcntangan itu nampak dcngan bcrbagai eara dan di
dalam segala lapisan: da/am mctrum, bunyi, sintaksis, dan semantik.
Schagai contoh dapal kami ajukan misalnya "Bcrdiri Aku" karangan
Amir Hamzah:
lkrdiri aku di s(,',in SCIl)'ap
COlmar mdaran!{ mcncpis buih
:\'ldllr,,11 bllkau 1l1(,II~urai Illlllt'lIk
Bcrjulallg d:uang lIhur It'rk(,l1lban~
B
~;.
9
kumpulan sajak yang di loko buku kita cari di bagian "Sastra".Juga
bac(lan yang dijual di kios-kios atau di terminal bis dan stasiun tidak
langsung bcrtujuan pragmatik, artinya supaya langsung dapat
clipcrgunakan, mdainkan ditawarkan sebagai baeaan hiburan, maka
dad itu juga terangkum dalam deskripsi ini. Tetapi dalam balasan
d$s.k'!:p~i ini lak. ada tcmpa t bagi cer~ta-cerita mengenai sesuatu ya.n.g
~a_rl~[~al11i sendiri, sckalipun .e_erit.~. itll dalam susunanriya tidak jauh
f?cr.bed.a. .9 c,ngan _eerita-cerita Y.a..~~g ditulis dengan teknik-teknik
ler~entu. Ini juga berlaku bagi slogan-slogan dari dunia iklan. Tetapi
dalam batasan dcskripsi ini Iclueon-lelucon tidak perlu disingkirkan.
(2) Bat;i sastra Barat dewasa ini kebanyak·an teks drama dan ccrita
mengandung unsur jiksionalilas.'Bila teks-teks rekaan kita sebut sastra,
kita tidak mcmberikan suatu penilaian; baik Arjuna Wiwalta maupun
Arjulla /v/Cllcari Ginto tcrmasuk saSlra rekaan.l}agi.2!:u.!}g.Y'!D.?nid(!.lwlu
~al~.Li.ks.ion,!lil~l,HiQg..~_r.c.l~ntu~_.l!lembatasipl::ngertiansastra; ~i
Cina zaman dahulu teks-teks rckaan Jli'stru-tidak dianggap sastra.
(3) Puisi lirik tidak begitu saja kil<l namakan "rckaan". Di sini
kalegori yang lebih suka kami pakai ialah konvensL4i:l:,lansi: kila sepakal
ul1wk mengambiljurak, schingga tidak setiap sajak yang menampilkan
seorang "Aku" dcngan begitu saja kita· anggap scbagai -sebuah
pcngakuan pribadi sang penyair. Konvensi ini masih kami biearakan
dalam bab wntangpuisi. .
(4) Dalam sastra bahannvadiQlah seeara istimewa. lni berlaku baik
I .,_" _ _ _ ... -. '.
10
(5) Sebuah karya sastradapat kita" baea mcnurut tahap-tahap arti
yang berbeda-beda. Dalam sebuah novel misalnya. kita tidak h:anya
menjadi maklum akan pengalaman dan hidup batin tokoh-tokoh flktiC
tClapi lewat peristiwa-peristiwa itu kila juga mcmpcroleh pcngertian
mengenai tema-tcma yang lcbih umum sifalnya, misalnya tern a sosial,
penindasan"dalam masyarakat, praktck-praktek korup, einta kasih da~)
pengorbanan seorang 'ibu, dan setcrusnya. Dalam puisi dan
novel-novel kita berjumpa dengari ucapan-ucapan mcngcnai dunia.
Sejauh mana"tahap-tahap arti itu dapalkita maklumi sambil membaca
sebuah karya sastra tergantung pada mutu karya sastra yang
bersangkutan dan kemampuan pcmbaca dalam bergaul. dengan
teks-teks sastra. . "
(6) Juga karya-karya yang/bcrsifat nonfiksi dan yang juga tidak
dapat digolongkan pada puisi, karcn~. ada kemiripan, digolongkan
pada karya sastra. Yang kami maksu"dkan ialah karya-karya yang
bcrsifat naratif" seperti biografi-biografi atau karya-karya yang
mcnonjol karena bcntuk dan gayanya. Dcmikianjuga surat menyurat
antara dua orang sastrawan'lebih mudah kita golongkan pada sastra,
daripa,~a surat menyurat antara dua scjarawan. Dalam buku iili
golongan karya tersebut hanya scpintas kilas kami singgung.
(7) Tcrdapat karya-karya yang semula tidak dianggap scbagai
suatu karya sastra, tctapi kcmudia 'imasukkan kc dalam katrgori
sastra. Karya scjarawan Inggris,Gibbons, Hi.f'o~y oJille Decline and Fall
oj Ihe Roman Empire (1781) kini tidak pcrtama-tama dibaca scbagai
sebuah penuiisan sejarah, mclainkan karena sifat-sifat gaya bahasa kita"
dekati, dari sudut sastra 'Inggris. Demikianjuga kakawin Nagarakerlaga
rna dapat dibacascbagai suatu laporan' pc~jalanan dan kisah
masyarakat Jawa pada pcrtcngahan abad kc-14, maupun scbagai
's~buah karya sastra. Epos Ramayana kita baca scbagai scbuah cerita,
dan tidak pcrtama-tama sebagai suatu uraian mcn'gcnai kodc dharma
scorang ksatria atau scbagai suatu informasi mcngcnai in\'asi bangsa
Asia kc scmcnanjung. India. Orang Krist('\1 mC'mbaca Kitab Injil
dengari cara lain daripada orang non-KristC'n.
Dalam uraian di atas trlah kami scbut mC'ngapa teks-teks tcrtcntu
digolongkan pada kclompok sastra. Di sana sC'cara langsung atau tidak
langsung, kita sekaligusjllga mcnilai scbuuh tC'ks. Sckarang, butir dcmi
butir, kami dcngan bcrhati-hati ingin mcncrangkan bagaimana kami
pribadi rnenilai sastra.
(a)' Karena sifat rckaannya, sastra sccara langsung tidak mcngata
kan scsuatu rncngenai kcnyataan danjuga tidak mcnggugah kita untuk
langsung bertindak. Justru o[rh karcna itu sastra mcmbnikan
II
kCffil:!.llgki,,],!n ~_l!-n kclcluasaan ~mtuk mcmpcrhatikan dUllia-durli~.lliin,
kCllyataan-kcnyataanyang hanya hidup dalafn anga:n-angan,
sistcm-sistem nilai yang tidak dikcnal atau yang bahkan tidak dihargai.
(b) Sambil mcmbaca scbuah karya sastra kila dapat mcngadakan
idcntifikasi dcngan scorang tokoh, dcngan orang-orang lain. Buku
Catalan Harian karangan Annc Frank yang mcngisahkan suka-duka
sebuah kduarga Yahudi yang terpaksa mcnycmbunyikan diri di atas
IOlcng scbuah rumah waktu pcndudukanJcrman, mcnimbulkan !cbih
banyak reaksi daripada suatu pCl1crangan dokumentcr yang panjang
Ichar.
(c) Bahasa saw'a dan pcngolal1an bahall Icwal sastra dapat
mcmbuka batin kila bagi -pcngalaman-pcngalaman baru atau
mcngajak kita unluk mcngatur pcngalarnan tcrscbut denga.n suatu cara
baru. Olch kaurn rOl'malis illi discbul oeotomatisasi pcnccrapan kiln,
Lcwal proses pcngasingan kita clapal mcncapai cmansipasi,
mclcpaskan diri dari cara-cara bcrpikir yangJama. ~1cn~~c.IJ.~J
dramawan Jerman, k~~i_~. jgcglQgi ~lal~,rTl saSlra tidak diungk.;m~!l:!~
S_~~,<l,!,?_I_angsullg, m~1aJ.nkan lcwat sa.lur!il) .~.s.\.cti_k.,
(d) seliln Itu bahasa"sastra dan sarana-sarana s~stra ,masih
1)1£I1'lp.E.I!..t~Lsll~_l:!i@L tcr.!.~n.9lri, Filsuf Kant dan tokoh-tokoh
Romantik sclalu mcnckankan dan mcrumuskan kcmba'ii pcngalaman
cstclik; illi mcrupakan bag-ian dari pcrgaulan kit-a dcngan sastra dan
bcntuk-bcntuk scni lainllya, Bellluk-bcntuk itu lcrasa sedap, cp'ra
sesuatu ·dikatakan mcnycl1angk~n) cara sesuatu dcngan tak tcrd'uga
disajikan atau dikaitkan, illl scmua mcnycnangkan. Kita merasa
scnang karena barang ilu scndiri, untuk scmentara kita tidak
mcmikirkan kcgunaan, kita mcrasa senang mcngamati dan meman
dangnya.
(c) Kita tidak perlu mencari jauh~jal1h untuk mcnclapkan, bahwa
dalam lingkungan kcbudayaan kila sastra mcrupakan scbuah sarana
yang sering dipcrgunakan untuk mcncctuskan pcndapat-pendapat
yang hidup di da'lam masyarakat kita, Ini tidak bcrarti bahwa
pcndapat-pcndapat tcrscbut sclalu bermlltu. Sastra dapat disalah~
gunakan guna mcngungkapkan hal-hal yang tidak diinginkan atau
untuk mcmbela pcndirian-pcndirian yang amoral.
TClapi barang siapa ingin mcngctahui nilai.-nilai apa yang hidup di
tengah-tcngah suatu Iingkungan kcbudayaan, hcndaknyamcmpclajari
dengan saksama sastra yang dihasilkan olch lingkungan kcbudayaan
terscbut.
Scpcrti. tdah dikatakan di alas, maka Qalam i1mu sastra kita mcncliti
sifat-siCat yang nampak da lam leks-teks sastra dan bagaimana sastra itu
1:2
'~, .....
hcrfungsi di dalam masyarakat. Dalam cmpat bab bcrikut kami
mcmbicarakan hcbcrapa' masalah yang hcrkaitan clengan sinll ::"astra
dan dengan komunikasi lcwat sastra. Masalah-masalailterschuCkami
hubungkan dcngan hcbcrapa aliran penting da'lam ilmu sastra.
Dalambah dua kami mcmpcrdalam huhllngan-hubungan yang
(dapat) diadakan antara ~nJlra dan ken),nlaan. ~(,l1yataan kami tafsirkan
mcnurut a'rti kata yang scluasnya: segala scsualu yang bcrada eli luar
karya sastra dan yang diacu olch kal'ya sastra ilt!.
Dalam hab kniga clihicarakan hcherapa aliran dalam ilmu sastra,
scmcnjak formalisme di Rusia sampai dengall scmiotik; aliran-aliran
tcrschut mcnditi labial schuah kan>n s(7Jlm st'rta komunikaJi snstra.
Dalam bab kc-empat dibahas h(~)('rapa aliran clalam krilik saslra
yang mcnckuni' pcnalsiran karya-kaf)f(\ sastra. Bcrkaitan dengan itu
lulu dibicarakan masalah-masalah penalsiran dan pcnilaian. Mcnalsir
kan dan mcnilai mcrupakan aklivitas clari pihak bUill kritisi dan
pcmbaca. Si pembaca I11cnduduki tcmpal lC'rhormat' clalam bab ilu.
Yang !cbih lcrarah lagi kcpada si pcmhaca ialah tdaah-tdaah rescpsi
yang diu\as dalam bah lima.
Catatan Kepustakaan
13
Mengenai kaum formalis lihal catatan pada bab iI L Fungsi puitik al?
Jakobson diuraikannya sendiri dalam karangan "Linguistics and Poetics"
dalam Sebeok, ed. (1960). Ia memberikan definisi ini: "The poetjeJunetion projects
lhe principle ofequivalencefrolll the axis ofselection into the axis ofcombination. "Delinisi
ini hendaknya dimengerti di dalam kerangka teori bahasa strukturalistik yang
berkisar pada konsep seleksi dan kombinasi ((ihat bab Ill). Teori Jakobson
dibicarakan oleh Culler (1975) dan Lodge ( 1979). Mengenai strukturalisme di
Ceko lihat Mukarovsky (1977) dan (1978).
Pengertian fiksionalitas dibicar,*an dcngan panjang Icbar dalam bab II.
_./''''',
14
II
SASTRA DAN KENYATAAN
Yang disrbut umum manus;a",; hukan umUlll <I"all hukan manlls;awi. Syukurlah
pcngcrtian Icrscbu! hanya mc:rupakan sehuah khayalan. Ictapi sayang srhllah
khayalan yang «<Iah mclahirk:lll krsalahpaharnan.kcs,,\ailpah"llliin yang mCllee
lakakan.
J. Grcshof
1. Pengantar
DALAM bab ini kami mempcrdalam hubungan antara sastra dan
kcnyataan. Scpcrti telah dikatakan, maka kata kel~)I(llaan di sini dipakai
dalam arti yang scluas-Iuasnya: scgala scsuatu yang" berada di luar
'karya sastra dan yang diacu olch karya sastra, scpcrli misa:lnya
benda-bcnda yangdapat kila raba-raba, bcnluk-bcntuk kcmasyarakat
an, pcrasaan, pikiran, dan juga tradisi sastra. Dalam bab ini kami
pcrhatikan tiga hal yang bcrbcda-bcda:
(I) p<;ngcr.tian mimesis dan lcmpat yang diduduki pcngcrtian ini dalam
aliran-aliran scni dan saslra scmcnjak Plato dan Aristotclcs;
(2) masalah )lksionalilas;
(3} pcndckatan tcrhadap sastra yang langsung mcnghubungkan sastra
dan imasyarakal, khususnya kritik sastra mcnurut aliran marxis.
2. Mimesis
Scmcnjak orang mcmpclajari saslra sccara krilis limbul pcrtanyaan,
scjauh mana saslra mcnccrminkan kcnyataan. Scring dikatakan,
bahwasastra memang mcnccrminkan kcnyataan, seringjuga dituntut
dari sastra agar mcnccrminkan kcnyataan. Kcdua pendapat ini discbul
pcnafsiran mimelik mcngcnai sastra.
Pcngertian mimesis (Yunani: pcrwujudan atau jiplakan) pcrtama
tama dipergunakan dalam teori-tcori tcntang scni scpcrti diutarakan
olch Plato (428-348) dan Aristotclr.s (384-322) dan dad abad kc abad
sangat mcmpengaruhi tcori-tcori mcngcnai scni dan sastra di Eropa.
15
\.~:
Ulasan pertama yang cukup panjang mengenai mimesis kitajumpai
dalam karangan Plato tentang Ntgara'(kitab kesepululi). Oi sini Plato
memperlihalkan sikapnya yang ncgalifterhadap seni, karcna menurut
pcndapat filsuf Yunani itu, seni hanya menyajikan suatu i1usi
(khayalan) tentang kenyataan dan tetap jauh dad "kebenaran".
Adapun jalan pikirannya sebagai berikut: dalam kenyataan yang dapat
kita amati setiap benda terwujud menurut berbagai bentuk,tetapi
setiap benda mencerminkan suatu idr yang asli (gambar induk);
terdapat ancka macam bentuk ranjang dan mcja, tctapi itu semua
berasal daTi ide atau gambar induk mengenai scbuah ranjang dan
sebuah meja. Bila seorang tukang membuat sebuah ranjang ia
men}iplak ranjang seperti Icrdapat dalam dunia Idc-ide.Jiplakan atau
copy itu selalu ticJak mcmadai aslinya; kcnyataan yang dapa.t kita amati
dcngan pallcaindria sclalu kalah dcngan dunia Ide. Tetapi seorang
lUkang Icbih dckat pada kcbcnaran daripada scorang pclukis atau
penyair. Mcreka mcnjip!ak kcnyataan yang 9apat disentuh dengan
paneaindria, atau dengan lain perkataan: mereka menjiplak suatu
jiplakan, membuat copy dari sebuah copy. Jiplakan mercka tidak
bermutu. Satu-satunya yangdapat mereka capai ialah gambar-gambar
yang kosong, yang mengambang.
Mcnurut Plato maka tukang-tukang yang mcmbuat barang-barang
Icbih berguna daripada orang-orang yang hanya melukiskan
barang-barang itu. Para penyair kalah penting dibandingkan dengan
para pembuat undang-undang, penemu-penemu, panglima-panglima,
dan seterusnya. Karena mereka hanya menggambarkan sesuatu, maka
mereka tak pcrnah dapal dijadikan contoh ataupun tcladan. Maka dari
itu menurut Plato para pcnyair tidak ada gunanya di dalam sebuah
negara ideal. Mereka bahkan harus dikcluarkan dari negara itu,
apalagi karcna puisi mcmbcri umpan kepada cmosi dan meredupkan
aka! budi. .I tu sebabnya mengapa puisi menghalangi usaha manusia
untuk menjadi lebih bahagia dan scjahtera. Satu-satunya bcntuk puisi
yang bolch dilaksanakan ialah puisi yang berisikan pujian tcrhadap
para dewa dan tokoh-tokoh yang bcrguna bagi umat manusia; puisi
scrupa itu mengarahkan manusia kcpada aspek-aspek positif di dalam
tata negara.
Sekalipun ucapan Plato itu hendaknya kita baca dalam konteksnya
(yang ingin digambarkannya ialah scbuah negara yang ideal, yang
utopis), tetapi penolakan Plato terhadap puisi eukup mcnghcrankan.
Plato tidak mclilui.t kcnyataan bahwi;! scorang scniman, bila ia
mclukiskan scsuatu, sckaligus juga mellciptakan sesuatu. Dengan
16
'----'"
~~
Ii
scdikit diuhah. Pada zaman Renaissance kita berjumpa dengan suatu
talsiran mcngenai konscp mimesis ~la Plato yang tclah dipengaruhi
okh pandangan Plotinlls, seorang filsurVunani yang hidup pada abad
ke-3 M. Tcori ini menarsirkan seni tidak sebagai suatu pencerminan
ten tang kenya tan indrawi, mclainkan sebagai suatu pencerminan
lallgsung mcngcllai Ide-ide. Pandangan ini kemudian mclahirkan
pendapat, bahwa susunan kata daJam scbllah karya sastra tidak
.n(·I~iplak hcgilu saja sccara dangkal kcnyataan indrawi, me!ainkan
menccrminkan Sualu kenyataan hakiki yang lebih luhur. Lewat
pcncerminan kila dapat menyclltuh scbuah dimensi lain yang lebih
mcnda1am. Pendapat ini dijabarkan sccara tematik dalammotif
cermin. Cermin mcmbuka kes~mpatan untuk mcmasuki sebuah dunia:."
lain. Kita ingat misalnya akan buku-buku karangan Lewis.Caroll Alice's'
Adventures in Wonderland dan Through the Looking Glass.
Konsep mimesis ala Aristotclcs sering ditafsirkan seeara sempiL
Menampilkan yang universal dalam pcrbuatan manusia lalu
ditafsirkan seolah-olah seorang pengarang menciptakan tipe-tipe sosial
yang khas bagi suatu tempat alau kurun waktu tenentu. Ini antara lain
terjadi pada zaman Renaissance. Pada zama'n tersebut "jmitasi"
terhadap suam gaya hidup tertentu d~kaitkan dcngan suatu gaya sastra
tertcnLu. Sebuah karya tragedi mjsalnya mcnuntut ditampilkannya
tokoh-tokoh yang berkedudukan Linggi di dalam masyarakat,
sedangkan komcdi orang-orang dad rakyat jclat3. Menurut kritikus
Inggris, Samuel Johnson yang hidup pada abad ke-l8, maka,
Shakespeare pantas dipuji karena, sekalipun ia mcngindahkan kaidah.
tersebul, namun tokoh-tokoh,nya. "act and speak b..v the influence, 01.lhose
general passions and principles by wlzich all minds are agilt'ted.... I I '
" Semenjak zaman Romantik tcori mimesis yang klusik digeserkan.
Aliran Romantik memperhatikan yang anch-arich, yang tidak riil, yang
tidak masuk aka!. Apakah dalam s(~huah kurY<J seni kcnyataan indrawi
ditampilkan sehingga kila dapat mcngenalnya ~embali, tidak.
diutamakan lagi. Telapi dalam ilmu sastra modern tcori Aristotclcs'
mengcnai mimesis dipcrhalikan kembali. Di sarnping pendapat, bahwa
sastra mel1ciptakan sualu kcnyataan scndiri, terdapatjuga suatu teori,
bahwa saSlra membuat scbuah madill (bagcli'i) mengenai kenyataan.
Tekanan yang dibcrikan kepada struktur scbuah karya sastra dapat
dilacak kcmbali pada Arislotcks. Samhil mcmbahas drama Yunani,
pujangga itu. mcngatakan, biihwa el,Q! alau alur drama bukan suatU
urutan pcristiwa bclaka yang lak ada Illtbungan yang satu dcngan yang
lain, mclainkan mcrupakan scbuah kcsatuan organik; justru karcna
. '-'--- '_H_ _ "_'_"_'~ ,. - - - - - -_ _ .. _ _
18
k('hcrt3utannya, drama itt! nwmaparkan sllattl pPllgcrtian mengcnai
p('rlma ta il-perbllalan ma n lIsia. \
lkrbagai teori mimesis itll mcmpunyai saw unsur yang sarna:
perhatian diaralikan kcpada hubungan antara gamhar dan apa yang
qigambarkan. Tolok ukllr estetik pertama ialah sejauh mana gam bar
ilu sesuai dengan kenyataan. Arabh kenyataan itu mrl'upakan duni;:t
ide, dllni'a yang universal atau dunia yang khas. illl tidak begilll
penting.
3. Fiksionalitas
Sejauh ini, dalam bah 'dua 1111, terutama kita rnempcrhatikan
pendapat, bahwa sastra merupakan scbuah crrmin at;w gambar
mengenai kcnyataan, 13agaimanakah ;~eori ini herkaitan dengan teori,
bahwa sastri\'.menciptakan sel)Ua-h dunia sendiri ("scbuah dunia
dengan kala-kala")' sehllah dunia yang serbil bartl, yang kurang lebih
lepas dari kenyataan? Pertctl tangan an tara tcori E!i!~£i:f dan teori ~reati.!!.,
sebetulnya tidak begitu tajam seperti kita bayangkan. Aristotcles tclah
mcnerangkan bahwa srorang pengarang jllstrll kal'('na daya cipta
arlislik-nya mampu mcnampilkan pcrhuatan manusia yang universal
(bandingkan pcndapatnya bahwa puisi lehih bermutll daripada
, s<Uarah). Pcnd,lpat yang serupa kita jumpai di tcngah-tcngah kaum
kritisi marxis: karena slIsunan artistiknya maka scbuah karya sastra
dapat menampilkan suatu gamharan menyduruh tentang kenyataan.
Sckalipun tC:Jri mimesis <ian tcori crealio saling mclcngkapi, namun
jclasjug;\ bahwa dalam dunia sastra dilllkiskan banyak hal yang dalam
kcnyataan lak pcrnah ada. Bila kita membaea lekS-leks sastra, kita
berhadapan dengan tokoh-Iokoh dan situasi-situasi yang hanya
terdapat dalam ~khayalan si pcngarang. Sri Sumarah (tokoh novelet
Umar Kayam; dan pendaratan orang Mars di bumi, sebetuli1ya tak
pernah ada. Tcks-teks yang mengandung unsur-unsur khayalan
discbut teks~tcks fiksi (-onal).
Tctapi ti<iak sctiap leks yang mcngllndung 11l1SUr khayaJan, lalu
rncnjadi leks liksi. Hila S('Onlll!; wartawan mclipul pertcmuan antara
dmtnegarawan, maka ia mr.laporkan apa yang n1C'nurul p'cngamatan
nya' terjadi' dafam ·kenyataan. Ia mcnampilkan laporannya sebagai
sesualu yarlg sung-guh tel:iadi dan demikian juga langgapan pihak
pemhata. Kita <iapat mencrk apakah tulisan wartawall itll hcnar atau
tidak, karena 5i w;utawan'mcmrunyai prctensi meiaporkan sesuatu
yang juga dapat diC('k ol('h orang lain. Tenlu s;~ia si wartawan <iapat
herkhayal - misalm';t ]lcrtemuan antara Sada! dan Ikgill yang
J9
scbctuln ya cukup dingin, dilaporkannya scbagai suatu pcrtcmuan yang
sangat mcsra - tctapi dcngan bcrbuat itu ia menurunkan
krcclibilitasnya sebagai seorang wartawan (ia tidak dipcrcaya lagi).
Dalam mcmbuat suatu laporan tcntang scsuatu yang sungguh terjadi ia
mcmbuat kcsalahan .dan dengan tepat pihak pembaca dapat
menuduhnya sebagai seorang wartawan yang memperkosa kenyataan.
Pers picisan atau pers sensasi mcmang pandai berkhayal; sebuah
peristiwa yang scbctulnya sepclc diberitakan scbagai suatu peris,liwa
yang mcnggcmparkan; mengcnai hidup pribadi scorang tokoh
tcrkemuka disiarkan isyu-isyu yang tidak benar.
Tctapi 'cialam sebuah cerita atau novel hubungan antara tokoh-tokoh
atau situasi-situasi yang clilukiskan di satu pihak dan kcnyataan di lain
pihak, bcrIainan sarna sckali. Pada umumnya tak dapat di.cck, apakah.
scbuah situasi scpcrti diccritakan dalam scbuah novel sesuai dcngan
kcnyataan, dan biarpun hal itu dapat dicck kembali, namun ini tidak
ada gunanya, karena dengan demikian tcks,it~ tidak bcrtambah kadar
kcpercayaannya (kredibilitasnya). Dalam roman Kejahatan dan
Hukuman,. pcngarang Rusia Dostojcvski menyebut jumlah langkah
Raskolnikov dari pondokannya ke rumah si nenek tua yang rcntenir,
itu dan yang kemudian dibunuhnya. Su'atu pcnclitian yang pcrnah
dilakukan di kota'Leningrad (dulu Petersburg) membuktikan bahwa
jumlah langkah itu tcrnyata klop dengan kcnyataan danjarak itu tidak
dikhayalkan otch Dostojevski, tetapi deti! ini tidak menjadikan roman
itu lcbih bcrmutu. Andaikata'DSstojevski tidak mcnycbut 730 langkah,
melainkan sebuah angka lain, maka hal itu pun dapat kita tcrima.
Pertanyaan mengenai jumlah langkah tidak relevan, karena roman itu
menciptakan sebuah dunia tersendiri yang di sana-sini sclaras dcngan
kenyataan, tetapi tidak menurut semua detil. Dunia roman atau novel
berdiri di samping dunia nyata dan merupakan suatu dunia lain yang
mungkin juga berupa demikian. Tak ada gunanya mencek fakta yang
dilukiskan dalam novel itu.
Bila kita mcncgaskan, bahwa scbuah teks fiksi menciptakan suatu'
dunia sendiri yang harus kita bedakan dari kenyataan, maka seketika
timbul pertanyaan bagaimana hubungan antara dunia itu dcngan
kenyataan. Dengan lain perkataan: sejauh mana clunia fiksi berbeda
dcngan dunia nyata.
Dunia fiksi itu sebagai suatu dunia lain berdiri di samping
kenyataan, tetapi menurut bcberapa aspek mcnunjukkan persamaan
juga dengan kenyataan. Sckalipun scorang pcngarang mclampiaskan
daya khayalnya dcngan mcnciptakan makhluk-makhluk yang tidak
ada, yang hidup di dalam suatu lingkungan khayalan namun tetap ada
20
kailan-kaitan tencnlu ant'ara lokoh-tokoh, clan pcrbualan mercka,
yang claral dimcngerli..olch pcmbac:a dan dapal dilcrima bcrd:.asarkan
pengcrtiannya rncngcnai dUllia nyala, scpcrli rnisalnya hubungan
ruang dan waklu; hu:mngan scbab dan akibat; po\a-pola bercaksi
secara psikologis. Tidak benar hahwa scbuah leks liksi mcnciptakan
suatu dunia yang scrba baru, Ini hahkan mustahil, karcnaandaikata
dunia itu serba haru, ilu bcrani bahwa tcksnya tidak dapal dimcngcrti.
Duniayang diciptakan pengarang oleh pt:mbaca sclalu dialami
bcrdasarkan pcngctaht:annya tcntang dunia Ilyala, lerrna~lUk pengela
huannya tcntang lradisi sastra. Kadang-kadang dUl1ia ciptaan ilU
mi'rip dcngan kenyataan (novel yang realistik alau otobiogralik),
kadang-k,adang mcnyimpangjauh (science fiction dan dongeng). Pcmbaca
yangberflfdapan dengan scbuah teks fiksi Icrus mcncmpatkan diri di
dalam scbuah kerangka bayangan fiksional. Artinya: kadar liksionalitas
yang dapat dilaksanakan oleh teks. Dalam sebuah dongeng lerjadilah
hal-hal yang tidak dapaltcrjadi di dalam sebuah roman st:iarah, karcna
di dalam dongcng itu k.::rangka bayangan lcbihjauh dari kenyataan dan
dimcnsi fiksi mcmbcrikan pc/uang gcrak yang Icbill luas. Dalam dunia
dongeng dapat saja J::rjadi binatang-binalang bcrbicara atau pun
manusia mcnjadi bindtang. Pcmbaca mcnerima hal itu karcna' ilu
scsu~i dcngan kcrangka bayangan scbuah dongcng. Tetapi ini tak akan
ditcrima andaikata hal illl le~jadi di dalahl sebuah roman- sejarah.
Seekor binatang yang bcrbicara tidak lcrbcntur pada hukum-hukum
yang bcrlaku dalam dunia clongeng, tt~tapi mcmang mclawan hukum
yang berlaku bagi dur.ia scbuah roman s{tiarah. Andaikala di dalam
roman scjarah muncu~ scckor binatang yang berbicara, maka dunia
ciptaan pengarang tidak serasi lagidcngan dunia ciptaan roman
sejarah. Bila hukum-hukum clilanggar kita mcrasa ada sesuatu yang
tidak coeok. Scorang tokoh yang se,panjang novel ilU selalu bcrbuat
jahat, dalam bab tcrakhir tidak tiba-tlba dapal mcnjclma scbagai
scorang manusia yang baik hali. Dalam sebuah cerila rcalistik tidak
balch tcrjadi hal-hal yang sangat kehctulan. Dalam mcnilai hal-hal
tersebut ~ila meng1lkur dunia liksi dcngan bayangan kita ten tang
'k ---._-- -,--..---...----..-.-.-...-,--- - "'-,-- -
. enyatae.l2·
Kadang-kadang mcmang sukar untuk membedakan sebuah tcks fiksi
dari scbuah leks nonli;';si. Sebuah kasus perbatasan kitajumpai dalam
olobiografi si pcngarang. Pcngarang mclaporkan f'akta dari hidupnya
sendiri, ia bcrprctcnsi :nelukiskan kcnyataan. Tctapi mungkinjuga ada
hal-hal yang diciplakannya atau.yang dilukiskannya lain daripada apa
yang sungguh terjadi. Pembaca lalu memuluskan, apakah olobiograli
itu dibacanya scbagai sebuah eerita riksi (novel si Aku), atau nonfiksi.
21
Kalau dibacanya sebagai fiksi, maka pertanyaan "Sungguhkah itu
tcrjadi?" tidak relevan. Kalau dibacanya sebagai otobiografi mcnjadi
sangat penting.
Masalah-masalah serupa ilU terjadi bila kita membandingkan
novel-novel historik dan telaah-tclaah historik. Scbuah telaah historik
terikat akan kcnyataan dan tidak bolch menyimpang, sedangkan
kerangka bayangan fiksi yang membatasi sebuah novel historik
mcndckati kenyataan, tela pi memberikan pcluang juga untuk
fiksionalitas. Tokoh-tokoh, per'istiwa-peristiwa, dan tempat-tempat
telah ditcntukan oleh kenyataan dan tak dapat diubah lagi. Tetapi ada
pcluang bagl daya khayal dalam bidang perbuatan, misalnya dalam hal
omongan dan hubungan psikiS' antara para pelaku. Sebagai contoh
dapat kita ajukan cara Tolstoj menampilkan Napoleon dala.m novclnya
Perang dan Damai. Kala-'kata ter~entu yang diucapkan sang kaisar serta
bebcrapa pcrbuatannya mcmbcrikan kesan yang tidak simpatik;
kata-kata tcrscbut tak pcrnah diucapkan .. Napoleon (sekurang
kurangnya tak dapal dibuktikan), tctapi dikhayalkan oleh pengarang.
Banyak pencliti sastra berpendapat, bahwa perbedaan antara fiksi
dan nonfiksi paralcl dcngan pcrbedaan antara teks sastra dan
nonsastra. Fiksionalitas dijadikan tolok ukur unlUk menenlUKan, apa
yang termasuk sastra dan apa yang tidak. Namun pcrlu diperhatikan,
bahwa unsur fiksi tidak hanya terdap'at dalam bidang sastra.
Lclucon-Ielucon misalnya mcrupakan ungkapan yangkhas fiksi. Di
lain pihak tak mungkin mcngcluarkan scmua teks nonfiksi dari wilayah
sastra. Kakawin Nagarakertagama bukan fiksi, tctapi tak seorang pun
akan mengenyahkannya dari ruang sastra Jawa Kuno.
Mengapa unsur fiksi demikian memikat perhatian kita (kecuali:
untuk teks-teks ini juga bcrlaku bagi film cerita misalnya)? Suatu
jawaban yang definitif sukar diberikan. Salah saW sebab mcngapa'
unsur fiksi demikian menarik ialah karena kcnyalaan sepcrti diketahui
oleh pembaca untuk sebagian bcnumpang tindih dengan dunia fiksi.
Scorang tokoh khayalan yang bcrtindak di dalam suatu dunia'yang kita
kenaI menycdiakan kemungkinan untuk mengidcntifikasikan diri
dengan tokoh tcrsebut. Idelllifikasi ilU diperkuut karena sccara singkat
diungkapkan bcbcrapa data, sering in tim, mengcnai tokoh utama,
sehingga dcngan mudah sekali kila turut mcrasakan suka dukanya.
Dunia-dunia yangdiciptakan sccara muluk-muluk, scperti misalnya
dunia para ksatria dan putri-putri ayu dihargai sebagai suatu
kenyataan yang membahagiakan dan yang' turut kita rasakan, ataupun "
yang memberi pcluang lIntuk mclarikan diri dari kenyataan kita
scndiri. Inijuga berlaku bagi cct;il1l-ccritaJamcs'Bond misalnya. Sastra
22
yang "serius" pun dapat bcrsilat "eskapistik" (to map, = melarikan
diri). lngat misalnya akan kisah-kisah para ksalria Ahad Prrtc:mgahan
(Robin Hood misalnya) scpcni diciptakan ol('h pcngarang Rotnantik,
Walter Scott. Atau cerila-ccrita horor yang ditulis olch Edgar Allan
Poe.
Sebuah teks fiksi tidak melukiskim kenyataan, tctapi mcnampilkan
segala macam hubungan dan kaitan yang kita kenai kcmhali,
bcrdasarkan pcngalaman kita scndiri mcngenai kCl1yataan. Itulah
scbabnya mengapa teks fiksi sangat cocok unluk mclukiskan segi-scgi
yang khas dalam kcnyataan. Dengan I'l1clukiskan sehuah peristiw(I
yang jarang terjadi, maka leks fiksi clapat mcmpcrlihatkan
ma.l\(i,tah-masaJah dad i:mujiwa yang hcrlakullmum, atau suatu aspek
dari:mdup manusia pada umumnya. Dan eli sini kita kemhali lagi
, kcpada .Aristotclcs yang, seperti tclah dischlll eli (ltas, mclihat f1i.1ai
sastra dalam kl~milmpuannya mempcrlihatkall yang tipik, yang khas,
di dalam suatu peristiwa individual, schingga pcngcrt"ian kita mcngcnai
k~nyata~n makin ~iperdalam. Mcnarik juga bahwa di sini fiksi dan
mimesis, dua pengertiar. yang rupanya bcrtolak hclakang, bcrgandcng
an tangan. ,c.,
23
(:::
pembaca, dunia pencrbitan, dan seterusnya. Faktor-faktor kontelts ini
~<':!~j"ari oJ~~!!!.g~~l~E_'!1J]Pir.iLy~ng tidak memp<!r~.~i~~E
pendekatan ilmu sa~~@. Hal-hal yang bcrsangkutan dengan sastra
memang diberi patokan dengan jelas, tetapi ditcliti dengan
metoda-metoda dari ilmu sosiologi. Tentu saja ilmu sastra dapat
mempcrgunakan hasil sosiologi sastra, khususnya bila ingin mcneliti
perscpsi para pembaca.
(b) Yang diteliti ialah hubungan an tara (aspck-aspek) leks sastra
dan susunan masyarakal. Sejauh mana sistem masyarakat serta
perubahannya terccrmin di dalam sastra? Sastra pun dipergunakan
scbagai sumber untuk mcnganalisa sistem masyarakat. Semcntara ahli
sosiologi sastra sering bcrtolak dari suatu pandangan sosial atau politik
tcrtentu. Mcrcka mcmpunyai suatu pendapat yang jela:;. bagaimana
scharusnya masyarakat itu dan bersikap kritis terhadap tata
masyarakat yang scdang bcrlaku. Mcnurut hemat mereka sikap kritis
itu bcrkaitan erat dcngan pcnilaian kita tcrh<\dap sastra yang sedang
ditcliti. Pcnilaian itu tidak hanya berdasarkan norma-norma cstetik,
mclainkan juga norma-norma politik dan ctik. Pencliti tidak hanya
menentukan bagaimana pengarang mcnampilkan jaringan sosial
dalam. karyanya, mclainkan juga menilai pandangan pengarang.
..........
4.1 Marx, Lenin, dan Realisme Sosialis
Kritik sas.tra marxis berdasarkan filsafat Marx, khususnya teorinya
mengenai materialisme historik dan dialcktik. Menurut Marx susunan
masyarakat .dalam bidang ekonomi, yang dinamakan bangunan
bawah, menentukan kehidupan sosial, politik, intdcktual, dan kultural
bangunan atas. Sejarah dipandangnya sebagai suatu perkcmbangan
terus-menerus; daya-daya kekuatan di dalamkenyataan secara
progresif merekah dan ini semuanya menuju masyarak'at yang ideal
tanpa kelas. Evolusi terscbut tidak berjalan dengan hal us, tctapi sccara
terscndat-sendat. Hubungan-hubungan ckonomi mcnimbulkan bcrba
gai kelas yang saling bcrmusuhan; ini mcngakibatkan pcrtcntangan
kclas yang akhirnya dimcnangkan olch sualU kdas tcrtcntu. Hubungan
produksi yang baru sctcrusnya mcnimbulkan suatu kclas baru yang
mclawan kclas yang sedang bcrkuasa dan dcngan dcmikian tercapailah
suatu tahap baru dalam pcrtcnlangan kclas. Dalam tcori ekonominya,
Marx terutama mcncrangkan, bagaimana pertcntangan antara kaum
borjuis dan prolclarsccara niscaya mcnuju rcvolusi yang menghancur
kan sis tern kapitalis; kaum prolctar yang jaya akan melaksanakan
masyarakat tanpa kclas. PcrubahaR dalam bangunan bawah
mcngakibatkan pcrubahan dalam bangunan alas. Bagi Marx, sastra
24
sarna dengan gcjala-gcjala kcbuda;yaan lainnya mcnccrminkan
hubungan ckonomi; scbuah karya sastra hanya clapat dirnl'ngcr~! kalau
itu dikaitkan dcngan hubungan-hubungan !erschut. '
Diiri surat-surat scrta karangan-karangannya nampaklah, bctapa
Marx menghargai sebuah lukisan mengcnai keny:naan masyarakat di
dalam sastra yang sesuai dengan contohnya, nam'Jn ia juga tidak buta
tcrhadap nilai-nilai sastra. Ia menolak pandanga:1 dcterministik yang
scmpit, seolah-olah pcrubahan dalarn bangunan atas langsung
diakibatkan olel1 pcrubahan dalam bangunan hawah. Kadang-kadang,
demikian Marx, hubungan antara produksi ekonoml di saW pihak dan
produksi artistik di lain pihak, tidak scimbang. Shakespeare misalnya
menwis pada suatu zaman, ketika taw sosial-ckQnomi masih kurang
berkcmbang.
Lenin dapat dipandang sebagai pdetak dasar bagi kritik sastra
Marxis. Ia menulis lebih banyak daripada MilTx tentang masalah
mas.alah teoretis yang berkaitan dengan sastra dan' mengembangkan
suatu visi yangjclas tentang sastra.. lni tcrutama discbabkan, karena ia
berpendapat bahwa sastra (dan seni pada umumnya) merupakan
suatu sarana· penting dalam pcrjuangan proletariat mclawan
kapitalisme. Dari Marx, Lenin mcminjam pandangan, bahwa sastra
terikat akan kclas-kclas yang ada di dalam rnasyarakat, bahwa sastra
meneerminkan kenyataan sebagai ungkapan pertcntangan kcIas,
Bocaccio melawan bum Tohaniwan reodal dalam 'kumpulan ceritanya
Decamerone yang mcncIanjangi kebejaian flara rr:.hib, Pada zamannya
Tolstoj melawan dunia orang-orang gedc sambil melukiskan dalam
, Anna Karenina akibat tragik sebuah pernikahan yang tidak bahagia.
Tetapi sastra tidak..l!.ant~~!1cermi!!.~~.n.~e~yataan, ~astra d~P-£It
~an harus turut membangun masyaraka~; ini telah diuraikan dcngan
panjang lebar olch panikrltisrs·istrii.' Rusia pada abad ke-19. Lenin
terutama dipengaruhi oleh Tsjernysjevski (1828-1889) yang menem
Piltkan sastra .di bawah perubahan-perubahan yang harus terjadi di
dalam masyarakat; ~.'!~.U:LlLa.r.us._b-<:rpSJ:'.llL 3ebligai.gl.l.ru, rarus
m<;..njalankan f:.tngsi didaktik. Sastra hendaknya tidilk hanya membuka
~ata-orang bagTkekurarig-;n-kekurangan di dalam tata masyarakat,
telapi juga mcnunjukkan ja'ian ke luar. Tsjerny~jevski memaparkan
ide-idenya mcngenai sastra dalam sebuah novel yang cukup skematik
dan moralistik Apa yang Harus Diperbuat? Oleh Lenin tulisan ini
dipandangnya sebagai salah satu karya terpenting abad ke-19.
Dalam' sebuah karangal1 yang <;iitulisnya pada tahun 1905 Lenin
rricmaparkan apa yang diharapkannya dari sastnl. Tulisan ilu berjudul
"Organisasi Partai dan Sastra Panai". Dalam karangan tersebut Lenin
25
tidak secara eksplisit membahas sastra, melainkan terutama
mcncropong tulisan jurnalistik dan publisistik. Sekalipun demikian
karangan tcrsebut telah dijadikan batu sendi resmi bagi policy
kebudayaan di U ni Soviet dan ucapan-ucapan Lenin diberlakukan
dalam suatu bidang yang lebih luas. Dala'm karangan itu Lenin
mengutarakan pengcrtian mengenai "ikatan partai" yang menetapkan
tiga syarat bagi sastra: (I) sastra harus mempunyai suatu fungsi sosial;
(2) sastra harus mengabdi kepada rakyat banyak; (3) sastra harus
merupakan suatu bagian dalam kcgiatan partai komunis. Deogan
demikian sastra dijadikan suatu bagian "di dalam mekanisme
sosial-demokratik, yang digerakkan olch gugus depan segcnap kelas
kaum pekerja yang sadar akah politik", sebuah unsur organikdan
sebuah senjata ampuh di dalam perjuangan sosialistik ..
Sclama tahun-tahun ncrtama scmenjak Rcvolusi, pengarang
pengarang di Uni Soviet masih agak ,bcbas dalam hal karang
mcngarang. Partai disibukkan oleh hal-hal lain yang Icbih penting
(keadaan ckonomi yang gawat serta perang saudara), apahLgi Trostski
dan Lunatsjarski ddak mcntah-mcntah mcnolak gagasari-ba"Iiwa
seorang seniman harus diberikan sckedar kebcbasan artistik. Namun
lambat laun partai makin menggenggam dunia kebudayaan; semua
media massa langsung diawasi oleh partai dan para pengarang
dihimpun dalam satu organisasi yang dipimpin olch partai pula. Pa,da
kongres pertama Himpunan Pcngarang pada tahun 1934 diletakkan
dasar bagi realisme sosialis yang sampai sckarang ini mclandasi
pandangan resmi mcngcnai kcsenian di U ni Soviet.
Aliran realisme sosialis, 'sesuai dengan pandangan Lenin,
mengandaikan adanya .,suatu hubungan dialektik antara sastra dan
kenyataan. Dari satu pillak kenyataan tereermin dalam sastra se~ingga
sastra dianggap menyajikan suatu tafsiran yang tepat mengenai'
hubungan-hubungan di clalam masyarakat (realisme), di lain pihak
sastra juga mempengaruhi kcnyataan schingga mcmpunyai tuga~
mendampingi partai komunis dalam pcrjuangannya membangun
suatu masyarakat baru yang Icbih baik (sosialistik). "Rcalisme sosialis
menuntut dari para pcngarang-agar mc1ukiskan keny,ataan da.:tam
perkembangan rcvolusioncrnya, scJaras dcnga'n kebenaran dan fakta
scjarah. Selain itu pclukisan yang bcrsifat artistik itu hendaknya
digabungkan dengan tugas mcndidik kaum buruh sesuai .dengan
semangat komunis." Dengan demikian sastra dibebani dua tugas yang
berbeda,-beda: sastra hcndaknya mclukiskan kenya-taan selaras dengan
kebenaran, tetapi sekaJigus kenyataan itu ingin diubahnya.
26
Prinsip-prinsip rcalismc sosialis dapat diJacak kcmbali pada tcod
marxis mcngcnai proses pcrkcmbangan scjarah •.lagi pula: pada'
pandangan Lcnin bahwa partai harus mcmainkan pcranan scbagai
pemimpin dalam proses tcrscbut. Pengarang-pcngarang pun harus
tunduk kcpada pimpinan partai. Dalam pandangan Lcnin ini tidak
mcnimbulkan kcsukaran, karena scorang pcngarang baru bcbas
sesungguh-sungguhnya bila ia mcJcpaskan diri dad individualismc
borjuis dan mcngabdikan diri pada pcrjuangan komunis. Atau, scpcrti
dirumuskan pada kongrcs kcdua Himpunan Pcngarang, tahun 1954:
"Scbagai pengganti sc:nboyan borjuis yang palsu dan munalik
seolah-olah sastra itu Icpas dad masyarakat dan bahwa seni harus
. didptakan d,cmi seni itu scndiri, maki.t para pcngarang kita dcngan
bangga mcngutarakan pcndirian idcologis mcrcka yang mulia, yaitu
banwa scni harus mcngabdi kcpada kcpcntingan rakyat balJyak"
Pcncntuan sikap ini langsung mcng;;lkibatkan sistem sensor. Dalam
pandangan partai itu dapat dimengerti - siapa' yang tidak mau
rnemberikan sumbangan bagi pembangunan ncgara yang ideal adalah
tidak berguna (il)gat Plato), tctapi bagi. para pcngarang dan sastra
scndiri clalil tc~sebut mcngakibatkan mala pctaka. Kematian alau
pcngucilan adalah hurga yang harus dibayar oleh banyak pengarang,
dan"para kritisl rC,smi pun scpakal, bahwa saslra Soviet tidak alatl
bclum meneapai tarar saslra Rusia pada abad kcsembilan belas,
27
bangunan atas yang bcrsifat idcologik, tctapi ia mclawan kaum "marxis
picisan" yang 'mcngira bahwa pcrkcmbangan ckonomi seeara mekanik
dan niscaya mengakibatkan bangunan atas. la sctuju dcngan pcndapat
Lcnin bahwa terdapat suatu hubungan timbal balik antara bangunan
bawah dan atas, dcngan catatan bahwa akhirnya bangunan bawah
sclalu mcncntukan.
Scbagai dasar bagi matcrialismc dialcktik itu Lukacs mcngutarakan
tcorinya mengenai "p(~nccrininan": "Uila kita menyadari adanya dunia
luar, itu lak lain daripada pcnccrminan kenyataan di dalam gagasan,
gambaran, pcrasaan, dan sctcrusnya di dalam manusia; adapun
kcnyataan itu mandiri tcrhadap kcsadaran manusia". Bcrdasarkan
lcori ini Lukacs mcngcmbangkan idc-idcnya mcngcnai cara kcnyataan
itu harus -dilukiskan dalam sastra.
Mcnurul Lukacs kcnyataan mcmpunyai bcrbagai tahap. Kulit dunia
luar sccara langsung dapat diamati, tctapi tcrdapatjuga unsur-unsur
dan keccndcrungan-keccndcrungan dalam kcnyataan yang terus
mcncrus berubah, tctapi yang sccara tcratur, mcnurut suatu hukum
tcrtClHu, selalu kcmbali. Adapun tugas kcscnian ialah mcn~mpilkan
kcnyataan datam kcscluruhannya. Scni yang scjati tida:k mcrckam
kcnyataan bagaikan scbuah tustcl fOlO, tctapi mclukiskan kcnyataan
dalam keseluruhannya. Yang mcrupakan aspck yang paling pcnting-di
dalam kcnyataan ialah masalah kcmajuan manusia, Scorang
pcngarang bcsar yang mclukiS'kan kcnyataan dalam kcsc!uruhannya,
tidak dapat mcngabaikan masalah tcrscbul dan harus mcngambil sikap
tcrhadap masalah itu, ia harus mc1ibatkan diri. "Scorang pcngarang
yang tidak mcrasa antusias terhadap kcmajuan, yang tidak membenci
rcaksi, yang tidak mcncintai kcbaikan dan yang tidak menolak
kcjahatan, tidak dapal mcmbcdakan dcngan tcpat b~rbagai unsur itu,
khusus kalau ini dilihat dalam kcsc1uruhan pcrkcmbangan ma
syarakat", . .
Pandangan Lukacs lcrhadap saslra yang mcnampilkan yangkhas
dan universal mirip dcngan pandangan Aristotclcs. Dcngan
mclukiskan yang khusus dipcrlihatbn yang hakikat schingga sastra
mcnciptakan tokoh-t{)koh, situasi-situasi, dan pcrisliwa yang knas
(tipikal) karcna mcnampilkan kcnyataan sosial dalam kcscluruhannya.
Bcrdasarkan hubungan anlara yang khusus dan yang umum, maka
Lukacs lebih mcnyukai pcn'garang-pengarang rcalis dari abad kc-19
(Balzac, Toisloj) dan mcnolak pcngarang-pcngarang naluralis, karena
menurul Lukac;s kaum naturalis hanya mclukiskan kulit kenyataan
secara dangkal. I ni.] uga bcrlaku bagi para pcngarang avant-garde (gugus
28
depan - Kafka dan para surrcalis), karcna mcr('ka dcmikian lcrikat
kepada teknik kcpengarangan, schingga tidak mcnycntuh htlkikul'
kcnyataan dan hanya bcrkisar pad a kulit gt:iala-gcjala. '
_ Kegemaran Lukacs tcrhadap aliran rcalismc abad kc-19 dan
pcnolakimnya terhadap kaum avant-gardis tdah menimbulkan hcrhagai
pcrimg pena di dalam kalangan kritisi sastra marxis. Polcmik yang
paling menarik ialah rang terjadi antara Lukacs dan pengarang drama
Jerman, Bertolt Brc'cht. '
Seperti Lu gcs Illaka-, BrcchLp.un_,b,erp.cmi~2!!.L __ ~_ahw~__s~?!~ns
pengarang tidak dapa! bersikapJlttt;al. .~ harus mcmperiuang~.,!n
Eepentingan kaum.huruh... Tctapi JTlcnurut Brecht, pada abad, kc-20 ini
ti<:iak dapa t d iperj uangkan dcngan bcrkiblat pada rcalismc abad kc-19.
Kc.a?aan masyarakat tcl.ah berubah sccara mcndalam dan mcnunlul
bentu'k-bcntuk kescnian lain, yang scrasi, dcngan pcrkembangan
masyarakat. Sclaku scorang scniman yang aktif B;ccht tidak bcgitu
dogmatik scperti Lukacs yang hcrtcori saja. Brecht bahkan
mempertanyakan pcndapat Lukacs bahwa seni harus mcnccrminkan
kenyataan. Menur!!t Brecht seni hat:.Y.Lbmill.®.!l_Q!l~!~_mcngubah
,!!!s¥ara~at. Oalam karya~karya pcnlasl1ya llrccht mclaw'an-tcatcr'
tradisional yanghanya mcnyajikan scbuah ilusi, yang mclapisi
.keny'ataan dengan gula manis. Karya llrccht bcrcirikan '.Ji£L
J?engasinga.n", memperlihatkan pcrlentangan-pertcnlangan yang
menyangkut masalah-masalah pokok. Tamafllya sering lerh'uka, artinya
penon ton sendiri dipersilakan me~ib__ J?~!l:l.£.c,ll.!:~n. Para pclaku
dengan scngaja mempcrlihatkan, bahwa mereka hanya main
sandiwara saja, schingga identifikasi dipcrsukar, baik penoriton
maupun pelak:! tidak demikian saja mcmpcrsatukan peJaku dengan
perannya. Teks pentas disclingi dcngan film dai1 nyanyian, sehingga
para penon ton dirangsa~g untuk mcr~nungkan secara aktif dan kritis
situ~si masyarakat.
29
sistcm idcologik yang scdang bcrkuasa. Dalam tclaahnya Le dieu cacM
(Tuhan yang tcrscmbunyi) ia mencliti titik-titik pertcmuan antara
sastra Prancis abad ke-17 (Racine, Pascal) dengan aliranJansenisme di
bidang Gercja dan Ncgara. Mcnurut pencliti sastra~a y'angbe~asal
dari Ceko tctapi tinggal di hcgcri Bclanda, rriaka dalam sosiologj.~:i!:~!a
l?aril~.!.~.~~~cng.?-_Ilc!alli!ln a~ya suat.~.ll.I}~!ogi a,t~.t,l
kemiripan antara teks ~~,~.i_,d~l!. ~.cr:tyalaan. I,a berscdia m.c;:~rin:t?i_
a,<:lanE-~l:!.~LuJIybu!l1L~n, teJa~I!J:a ~~I~!:.!:>_ai~.~~~.s. !!!~~p_~n ~?n~~~s
sosial dilukiskan scbagai slruklur-slruktur .
.. -,.-.-.- ..
--~.-. --.-~ ...
,""-' ".'
30
Catalan Kepustakaan
-
Telaah Atkins (-1961) dan Fuhrmann (1973) llH'nguraikan dcnga,) baik
pandangan Plato dan Aristotdcs mengelwi mimesis. Selain itu kcdua tclaah
rersebut dapat pula membcrikan inrormasi umum mrngcnai teori sastra pada
zaman klasik di Eropa. Trks karangan Aristotel('s Potfica disajikan ol('h
Russell-Winterbottom (1972), Dupont-Roc dan CallOl (19ROl..dan deng-an
komentar Irbih singkat ol('h Dorsch (1965). l\\cngcnai pt'"rkcmbangan ten tang
konsep mimesis sampai zaman Romantik, lillat Pr(,lllingcr ('975). khususnya
karangan "Theories or Poetry" dan '" mitaliu". Kamng,tll 'terakhir ini juga
mcnunjukkan dari segi mana "imitatio" /fanls diilrdakan ,dari "mimesis".
Pada zaman Renaissance. tctapi khususnya dalilm aliran Klasisisnl!~,
pengertian imila/io makill dilerapkan pada' nlOc/t'l-lllodt'1 sas(ra yang telail
dibakukan. khusu;;nya dalam Sa~1rl1 Latin klasik.
Scbuah p('ngantar mengcllai pnmasalahan u~nlallg fiksionalilas dip:lparkan
oleh Van Zoest (1980). Mengcn;(j hublll~gan ;rnt'lra roman dan kcnyataan,
Iillat a,t. Mooij (197%), khllSIIS bah li)!;<l d,ln empal. :-'I('ng(·nai kcrangka
bayangan IlksionaI dibahas nlril Blok (I !lH), Smith (197S) llH'mpcrtr.ntangkan
pemakaian hahas;l \)iasa. dcngan pr.makaian fiklir yan)!; IlH'ncakllp bahasa
puitik d'ln nunpuitik.
Istilah "rr.alismc" dipakai dmgan b~'rhllgai ani. Sri>llah ikhtisar singkat
dihr.rikan oleh Srhippcr (1979), Irbih lUllS (lleh Kohl (1977).
Zima memhahas pemi>rdaan-prmbcdaan yang dapal diadakan di dalam
sosiologi sastra. Dj sana ia juga mcnyajikan !('orinya sendiri men)!;(~nai
hubungan lIlltara struktlll' teks dan Slruklur masyarakal. S(:buah ikhtisar
mengcnai kritik sastra marxis dibcrikall olcir Fokkrma dan Kunne-lbsch
(1977), Sebuah pengantar awal disajikan oleh Eagleton (1976). Dasar-dasar
kritik sastra mands dibr.berkan 01ch Dcmetz (1967), sr.dangkan Vaughan
James (1973) mengantar pembaca ke dalam tcori rralisme sosialis sambil
menyajikan leks lcngkap lulisan Lenin "Organisasi Partai dan Organisasi
Sastra".
Pendapat Lukacs dilerangkan oleh Brouwers (1971) sf'dangkan karangan
Lukacs sendiri lcrdapat dahlm Bronzwaer. Fokkema, dan I bsch (red.) (1977).
'Polemik alltam Lukacs dan Brt'"cht d<:llHall palljallH lehar dibahas ol!'h ZnwHHc
(\969).. Sejumhlh leks dilri kritisi silslrill;larxis dilllua! dalam Vogelaar (1972).
Dahtm sosioiogi saslra terdapal aliran-alimn pemillg laill yang tidak dilmlras
di sini. Yang pcrlu disebut ialah 1llazlrah neo-llHlrxis s('kitar LOllis Alihusser
dengan muridnya Balibar (1975): yanH tcrakhir ini a.!. nwmhahas pf'nganrh
timbal balik' antara saSlra dan pendidikan.
31
:~:
III
TEKS DAN KOMUNIKASI
DALAM ILMU SASTRA
V!ktor Sjklovski
Sctiap kali aku mClIluuat slIatu catatan. aku h'lrus bcrpikir lllcllgcnai kaitannya
dcngan sclusin catalan lain.
Virginia Woolf
L Pengantar
DALAM bab ini dibahas beberapa ali ran yang mcncmpatkan karya
sastra dalam pusat perhatian, dan dari sana 1alu diikutscrtakan ~eluruli
P.~~§.-krun1!.!lj~asi: [ormafumc, s.trukturalisms, itmu sastra linguistjk,
dan scmiotik. Aliran-aliran ini mcncliti siCat-siCat umu.zn dalam sastra.
Itulah scbabnya mcngapa aliran-aliran tcrscbut dapat kita bcdakan
dari aliran-aliran yang discbut !!G.0sentrik, yaitu aliran-aliran yang
meneropong karya-kary'a sastra sendiri (karya = ergon, Bhs Yunani)
serta pcnaCsirannya. Scyogyatlya, aliran ini, yang mcngarahkan
pcrhatiiUlnya kepada scbuah karya tel'tcntu, kami bahas dalam bab
mengcnai kritik dan pcnafsiran.
2. Formalisme
Formalisme yang timi?ul di Rusia untuk scbagian dapat kita pandang
scbagai suatu rcaksi tcrhadap ali ran positivismc pada abad kc-19 yang
mcmperhatikan "kctcrangan" biografis. Formalisme ini mencntang
kecendcrungan di Rusia untuk mcnelit.i sastra sebagai ungkapan
pandangan hid up atau iklim pcrasaan dalam masyarakat.
Kaum formal is - sejumlah teoretisi sastra dan linguis di Leningrad
dan Moskwa - terutama aktifdari tahun 1914 sampai 1930. Sesudah
tahun 1930 keadaan politik mcngakhiri kcgiatan mcreka. Tokoh-tokoh
32
lllama daTi aliran ini ialah ~iklt5:vski, Ty'!~j(ln(~\~, dan J:l~!bs(:?!l' Par;
lormalis lidak merupakan suaW kclompok yang homogcn dan kompak
Pandangan-pandangan nwrcka hcrbcoa-Iwda; sclairl itu dalar
pcrkcmbangan scjarah mrngalami suatu perkcmbangai') yang jela!
Mcrcka sendiri mcnckankan, hahwa suatu ilmu yang hidup tidak dap;:
diikat pada scjumiah kcbcnaran. Mcrcka tidak ingin mcnyusl'ln secar
apriori bebcrapa tcori yang bcriaku umum, mclainkan herdasarka
st:iumlah analisa pada bchcrapa prinsip yang bcrlaku scmcntara saj;
Prinsip-prinsip tcrsrimt hcndaknya dipcrtahankan sclama tcrnya l
dapat diterapkan'paoa 'ba'han yang scdang ditcliti.
Para formal is mcmbuat sc:iumlah bcsar analisa tcntang karya-kar~
sastra. Hal itll mcrcka lakukan di dalam kcrangka bcbcrapil dalilllmll
mcngenai kurya saslra. Yang mcrupakan ciri khas dalam pcncliti;
mcrcka ialah perhatian £lada apa yang dianggap khas sa~;tra at;
kcsastraan (literalunlo.rl) dalam leks yang bersangkutan', lvlereka lid
sCtuju kalau dibcdakan dengan cermat antara bcnluk dan isi. Ju
unsur-ullsur yang biasanya discbut termasuk isi, dupat didekati seca
formal, yaitu bila kita mcmpcrhatikan I'ungsinra dalam pcnyusun
karya saslra, ISlilah keJ'(I.ftraan bcrasal dariJ akobson, yang pada wa~
. ia mcnganul pandangan rormalis, mclclakkan dasar bagi tcori fun,
puilik sr~pcrti dipaparkan dalam bab pCl'tama buku inL
Mcnurlll pandangan (lrmalis siiill kesastraan limbul' d('n~
mcnyusun dan mengubah "bahan"nya yang bcrsirat nClraL Dalam I
puisi bahaH itu ialah hahasa "biasa", dalam hal ccrila bahan illl ia,
riwayal yang disajikan, Pen)lIla/J(1II alnu cara pcngolahan mcrllpa~
bahan 'yang nelr,,1 serara cstetik untuk mcnghasilkan scbuah ka
saSlra. Cara-cara pengolahan puitik ialah mel rum, rima, maca
macam bClltuk paraldismc dan pCrLCnlangan, gaya bahasa dan kias
.Juga kata-kala "tanpa arti" yang dipergllnak,in para penyair rutl
menarii< perhatian kaum f()rmalis dan mcmainkan pcranan dal
usaha nH'reka m(:mbatasi pcngertian "kcsastraan", Ilu rcrllt;)
kan'na bum rllluris nH'll1l1luskttll pcrtalian clcllgan kcnyat
kongkr~t dan mcnciptakan "suatu baha~a yang sLlprakOIlS(:plllal, y
!l1(:ngat.asi pengcrlia II".
Yanl{ darar dianggap scha.u:ai pcnyulapan dalam prosa na
misalnya mUllipulasi dengall \Vaktll, Iwrgeseran prrspcktir
pemakaian bahasa sdlari-hari dalam leks si pcnutur. TClapijuga 11
yang mcnyangkut "isi" yang llarus memheri mOlivasi hagi pcnywil
cerila, dapal dianggap scbagai pcnyulapan. Dcmikiall misa
~jklovski I11cndekati krrctakan jiwa si Don Kisot tidak Sf
psikobgis. mclllinkan sebagai SUlllU "slIlapan", PCrlCIlI:llIgan al
sjfal konyol dan lcrpdajar dalam diri sang bangsawan bagi Cervantes
merupakan sualU sulapan sastra. Sifal inlc1ck sang bangsawan
membuka kcmllngkinan, agar Don Kisot dcngan cukup masuk akal
dapal berbicara len lang soal-soal IiIsafal dan sastra.
Para formal is lclah memperkenalkan bcbcrapa pengcrtian untuk
analisa leks cerita, yakni: fJJ:PU,[ sebagai krsatuan lerkccil dalam
pcristiwa yang diccrilakan; j~P...If:.~q scbagai rangkaian motif dalam
urulan kronologis, dan sll2jet sebagai penyusunan artistik mOlif-mOlif
tcrscbut, akibal pencl'apan j)cnyulapan lerhadap rabula.
Yang mCI~adi pusat pcrhatian dalam pandangan kaum formalis
mcngcnai sastra ialah pcngertian jJetl,t;asingrlll. Yang mcmpcrkcnalkan
istilah lcrscbul ialah Sjklovski; ia berpendapat. bahwa sastra, sarna
sepcrti seni-seni lainnya, mempunyai kemampuar; untuk n~empcrlihat
kan kcnyataan dcngan sliatu cara bartl, sehingga'sil~1l olomatik dalam
pcngamatan dan pcnccrapan kita didobrak. Dcngan dcmikiall kila
menjadi Icbih sadar akan kenyataan menul'ut ~ifat yang sesungguhnya.
Sjklovski memakai istilah pengasingan bila scbuah karya saSlra
memakai gaya bahasa yang menol~jol atau mcnyimpang dari yang
biasa, atau mcmpcrgunakan tcknik bcrccrita yang bart!. Tcknik
berccrita yang baru itu misalnya ditemukannya dalam karya Laurence
Sterne ..
Pada awal kisahnya yang ber:judul Tristram Shandy Sterne
mcmbiarkan si pembaca meraba-raba arti pcrtanyaan ibu Shandy
yang anch itu: "Manisku, tidakkah kau lupa mcmutar jam dinding?"
Pertanyaan terscbut m{~nyusul suatu uraian umum tctapi singkat
mengenai tabiat orang tuanya yang mudah mclupakan sesuatu. Tidlik
jelas apa yang dimaksudkan sang ibu dengan pcrtanyaan tadi. Scmula
kita mengira, bahwa ia mcnycla suaminya. Slerne bcrmain-main
dengan salah paham yang mungkin juga kita buat. "Astaga," SCi'll
ayahku, sambil mC:engkingkan suaranya, tetapi sl"kaligus juga
t"j1~n:fl"IIHi";~ H/'. ';Ik,~' '";cnl 'l,P:l :';-"('i' :1(,! i~lk t' <.=, dirilJ :~
i)~:nL Inc ]"'!a l\l~t!l Ii.'.:;.l !f:nt ;Ui :<' t.;\ryaa!~ ';\ .p; .\\(~g'}!'>
itll,n ,dcnYilsullah sw',(u uraian I'Ilt,~llgt'I1"i J,::k-I!ak 1);"';\ janin dalaFl
kandungan ibunya. Baru cmpat halamall kcmudian kila dilH!1'i
keterangan mcngcnai scluruh konstruksi ccrita ini: lcrnyatalah hanya
pada hari Minggu pcrtama ayah si Tristramtidur bt:rsama dCl1gan
istrinya, dan pada malam yang sarna ia mcmutar jam dinding..Dcngan
demikian dalam bcnak wanita itu tcr:iadi suatu asosiasi yang tak
terelakkan: sekctika ia mcnd:engar bahwa jam dinding diplItar,
timbullah gagasan akun scsuatu yang lain sarna s,(~kaJi, dan s(~baliknya.
Dengan demikian dalam ('('rila Tristram Sltall~'J' kita m('lihat, bahwa
34
semertjak, permulaan urulan waklu<d,iputarbalikkan.· Akibat banH
menyusul sesudah schab.,pcngarang s(,lldiri Illempel'siapkan ~criltlng
kinan agar pcmbaca mcnarik kcsimpulall yang kcliru. Menurut
Sjklovski ~~_nik:!.cknik scrupa illl m~Hgaklilkan perl1,!!i,ansi pem~ac.a.
Dalam karya-karyanya yang It-bih dahuluSjklo\'ski secant
bcrlebil~an mcnamakan karya seni itll "pcnjllmlahan akal sulapan"
,l)alamtahap lebih lanjut di kemlldian hari aliran formalis lebih
mcmpcrhatikan JungJi stllapan itu, tidak hanya dalam sebuah karp
sastra, tetapi dalam scluruh "sislcm" sastra dan dalam pcrkcmbangan
atau cvolusi saslra. Mcnurul Tynjanov sl'liap 1lllStlr dalam scbuah
karya saSlra mcmpullyai sualll rclasi ganda: (I) rclasi dengan
unsur-unsur lain dalam karya saslra illl dinamakannYH ,~}'IIfill/gsi
unsur-unsur. (2) relasi dengan unsur-unsur sCl'llpa dalam sistem sastra.
(lulofimgsi: Cara-cHra kala dipakai (lcksikoll) di dalam scbllah kal'ya
tcrtcntu mempunyai hubungan syn'tllllgsiollal de,ngan melrUIll, rima,
gaya, komposisi, dan scbagainya dalam karya yang sama, lelapi jllgll
suatu hubungan' autofungsional dcngan sl'iuruh Icksikoll sastra: ada
ciri yang mcmbcdakannya dari pcmakaian kata saslra pada un1umnya.
Fungsi sulapan (yang bcrubah-ubah) di dalam {'\'oJllsi sastr)t akan
dibicarakan dalam bah scbclas.
Pada umumnya kaum formalis Rllsia dipalldang schagai pdelak
dasar bagi ilmu sastra modern. Bartl pada talulIl l'Il<llll puluhan karya
mcreka discbarluaskan kc dllnia BanH, Scbclumnya pandangan
mc;rcka diolah olch kaum strukturalis Ccko. Terhadap pandangan
kaum formalis pernah diajukan kcberatan-k{'beratan. Kebcratan pihak
marxis ialah bahwa para form,ilis kurang memperhatikan syaral-syarat
yang memungkinkan lumbuhnya suatu karya sastra. Kebcratan ini
ditolak olch kaum fbrmalis; mcrcka mCllrgaskall. bahwa bukanlah
tugas i1mu sastra untuk mcncrangkan pertumbuhan karya-karya
scnL IImu sastra menaruh pcrhalian kepadll tcmpat dan fungsi karya
itu di dalam sislem sastra. Kebcratan lain yang pel'l1ah di,ijukan ialah:
kaum formalis kurang mempcrhatikan isi dan tema sastra. Hila kita
hanya mcmpcrhatikan cam kisah Don Kisot itu disusun, maka
,perhatian untuk scgi-scgi psikologik dan sosial-historik d..iabaikan.
Dad sudut pcngamat teori rcsepsi (suatu aliran dalam ilmu sastra
yang menc1iti bagaimami scbuah karya sastra di-rescpsi olch pem baca:
diajukan kcberatan lain tcrhadap para lormalis. lvlcrcka mengutara
kan, bahwa penyulapan-pcnyulapan yang sClllula ada cfck estctil
(menambah kac!ar kcindahan), olch angkalan-angkatan di kcmudial
hari iidak lagi dialami sebagai sestlalll yang hersifat sastra. sebaga
'J
scsuatll yan~ indah, dan st'baliknya, pcnyulapan-pcnYlilapan yang
Lelah kuno dapal diaklilkan kern bali. Krilik ini lidak lCpal. Tcori kaum
formal is mcngcnai cvolusi sastra didasarkan pada prinsip, bahwa
dampak pcnyulapan itu lcrbatas dan mcngalami pasang. surut.
Sumbangan kaum formal is bagi ilmu sastra yang tak dapat
dihapuskan ialah bahwa s('cara prinsip kita mcngarahkan pcrhatian
pada unsur kesastraan dan f'ungsi ruitik, pcngcrtian-pcngcrtian se.Qcrti·
pcnyulapan dan pcngasingan, istilah-istilah dalam mcncrangkan
-" , . !I1cngcnai cvolusi sastra. ".;.
3. Strukturalisme
.
Dalam ilmu sastra pcngcrtian "st:'ukturalismc" slidah djpcrgunakan
d(:ngan bcrbag-ai cara. Yang dimakslIdkan dcngan istilah '::!.Jruk!l~r"
i<d;d~ ..kf}i!.l!tl-k{/it{/!I tftap anlara kelO.t!ljiOk,:k,flom/!f2.~Jl,ejalt1; .. Kaitan-kaitan
Ccrscbut diadakan oleh seorang pcm:lili bcrdasarkan obscrvasinya.
Misalnya: pdaku-pclaku dalam scbuab novel dapat dibagikan mcnurut
kclompok-kdompok scb<lglli bcrikul: tokoh utama, mcrcka yang
mclawannYiI, IlwrC'ka yang m('mhanlllllya, dan sctcrusnya. Pcmbagian
mCllurut kclompok-kclompok clidasarkan alaskaitan atau hubungan:
Antara pclaku ulama dan para pdakll prlldllkullg terdapat hubungan
asoJiasi (balltuan, duktlngan, krpcl1lingall bersama). anlara pdaku
utama dan para lawan h}!bungan opoJi,\'i. Hubungan-hubungan
tcrscbut brl"si[ilt fe/ap, .arlin}'<l ticlak u:rg,lIltung pada scbuah novel
tcrtcnlu,
Kcbanyakan pcnganut aliran slrllklUl'alis sccara langsung atau tidak
langsung b.crkiblal ~.a.. -.:<;~~~~.~_I:~}.iSI}~£ __c!_alarn ilmu bab,;,tsa .Y.~rlg
~~rintis 0Lc!.:._~c')i?_u_s.~_lJr,c., Adapun dua pCllgcriiTln"kcmbal' dari ilmu
linguislik strukturalis iaJah: sig!}ijJ.a.nt:.s..ignijii dan /loradigm..1:vntngTfltl.
Sfgllijian( berarii: yang mcmbcri arti, jadi aspck bcntuk dalam tanda
atau [ambling; sigflijiibcrani: yang diarlikan. Tanda bahmill tcrdiri ata.s
Ul1sur pembcri arti dan unsur yang diartikan; dcngan mcnggabungkan
dua unsur ilu kita dapat mcngatakan ~CSIHlIU Il1cngcnarhal-hal yang
tcrdapat di dalam kcnyataan. Hubungan antara pcmbcri al'li dan yang
dibcri ani biasanya dilakukan dcngan scwcnang-w(~nang dan mcnurut
konvcnsi-konvcnsi, jadi lidak bcrkc:mbang·dari "alam kodrat" atau
dcngan scndirinya. Bunga yang sarna dalam bahasa Inggris discbut
"rose" dan dalam hahasa Indonesia "mawar". Islilah "Jignijian(': dan
"signijii" kadang-kadang juga dipcrgunakan clalam ani yang lebih
luas, yaitu hubullgan antara karya scni dan obyck kcnikm:tlan cstctis
(lihal3.1), .
:;6
Adapll~l IIub~lllgall/)amdigmt1tik ialah hullllngan <lntara IlIlSm-lIllsur
yang :mling brrkailan karena kcmiripan siSlcmalik. J)rmikian'~misllinya
"a);illl=hi'liHh-kakak-adik" mCl'upakan Sli<ltllpclradigma s('lllailtik {ada
hllbllngan krkduargaan (crtrnlu). "lkli-sC'/li-trri-srmi" Il1rrupakan
suatu paradigma lrrdiri alas kala-kata b('rima: "akll-l·tlgbll-dia,,,"
adalah paradigma kala·kala gallti, Sehuah ,!I'II/a.l!.lI/a tl'l'jarli hila kiln
"r:nr.l}ggil..9!mg}:;I}l.11 ns ur-IIIlSlI rya ng cfisarflig (hirlh·j'bag;; i 1)<1 rad igma.
Sellap kalimat misalriyil:rrH'l'lI pakan sdmilh syntngma; ..;\ ya h m('I)1I)('li
scbuah sepeda motor him haru", rnisalnya. Pilihan dari pal'adigma itu
saling memhalasi: clari dcrrtan "hdi-mr.mhdi-dilwli-dil'lelikan·' kila
mcmilih "mr.mbeli" karena sllbyeknya ialah ayah. Karcna kita
mcngaclakan ,pilihun di anlara paradigma-paradigmOl dan nwngga
bUllgkannya mcnjadi synlagma, maka kaum s!rukturalis bcrbicara
'tenlang P{)ro,;~-s>dr..ksUiiJ~1l porosparadigmatik) dall Voros kombinasi
(':'.i:'U _.!?~~~()~_l'j~n legITI<.!,ti_k). ,Olch .J akohsoll pcng-i'r\ ian-pcng(:rt ian
tersdmt dipergunakan lIntuk mernba!asi limgsi j>lIilik (Iibat calalan
pada bab pcrtama).
Di hawaII 1111 akan dibahas bum slniklmalis Ceko dan
strukturalismc dalam analisa cerita. !
3;
mengalami pcrubahlln scdangkan ohyck ('stctik selah.! hcrubah. Oleh
bum strukturalis arfffoci bant dipl'l;~jari pada Iahap kcdua. misalnya
hila kila ing-in mClllpclajari huhungan antara Japisall IJIIl1yi dalam
sebuah sajak dan pClllbawaannya. Yang pcrtama-tama mer('ka sdidiki
ialah obyek estetik. rir/ejnct itu diccrap (diamati, diterima) olch
pembaca dan ditalsirkan mcnurut pcngetahuan dan pcngalamannya
scndiri yang bcrkaitan dcngan konvrnsi litercr yang berakar di dalam
'karya itll scndiri serta konvcnsi-kollvcnsi yang C\ik('llal oldl pembaca.
Dcngan dcmikian pembaca mf!Jlgkungkretkall al'teji!ct dijadikan obyek
estetik. Tidak ada sebuah kongkn'tisasi yang tepat atau ideal, antara
lain karcna pengalal11an dan konvCllsi litercr scrta situasi sosial historik,
baik dari pihak pt'llgarang I\laupull dari pihak pcmbaca, clapat
b(-,.beda-bcc\a. Telapi ada pcmbatasan-pcmbatasan, akibat bcntuk dnn
bahan art~lact s~rta konvcnsi-konvC'n:;i litercr yang di,;cl'gunakan.
Sebuah dongeng magis misalnya tak dapat dikongkretisasikan secara
realistik. Istilah "kongkrctisasi" olch kaurn st~uktllralis dipinjam dari
Roman Ingarden, seorang filsuf Polandia (Dns liferarische Kunstwerk,
1931), t('(api I ngardcn bcrpendapat bahwa sliatu kongkretisasi ideal
tidak mustahil dilaksanakan. MCllurut Mukarovsky artefact harus
memiliki suatu nilai atau sifitt universal tertcntu yang menyebahkan
pem baca-pem baca dari bcrbagai zaman selalu nwngkongkretkannya'.
Menurut dia nilai universal tcrjadi tidak karcna al'tefact mCllul~iukkan
kepada fakta sejarah, melainkan kcpada hakikat pokok dalam
pengalaman manusia yang lidak terikal kcpada salah saw kUl'un waktu
tertcnlU.,
38
Dalam karya Shakespeare, King H(,III)' 1"111, babak liga. kal'dinal
Wolsey mcinbC'rikan pandangallnya hctapa I;mitlah kcma~;~'IHlran
manusia. Keccmcrlangan dan kemasyhuran adalah lima' (raill).
Kcfanaan ini digarisbawahi olch rima "vain /lamp" yang mcnyimpang
dari polajambe biasa.
Vain.pomp and "lory "I' Ihis world. I h.t!<, 't·
I fed my hean ne\\' op"ned. (). hOI\" \\TI'ldwd
is [hal poor 111;1n Ihal hlllgs Oil I'ril1C'l'''s E"'o\1rs!
:EI
::.f'
Pandangan strukturalis mengrnai prose'S evolusi dalam saslra yang
berkaitan dtngan pandangan kaum fbrmalis, akan dibicarakan dalam
bah sebelas. Dalam beberapa bab lain ,lkHIl kita lihat,·~h.wa bcberapa
penger'tian pokok seperti dibahas di atas. dapal dimanfaatkan untuk
mcnganaJisa sebuah teks atau prost's mcmbaea. Namun dapal
dil'agukan kemungkinan untuk menunjukkan dcngan lepat sifat-siliJ.t
mana di dalam artIfact sclalu menimbulkan pcrsepsi estetik; dengan
perkataan lain, silal-sifal mana di dalam leks yang rnenycbabkan sifat
"klasik" dalam sebuah karya sClli. Nilai-nilai cstetik timbul karena
hubungan antara pcmbaca dan leks. Bila kita mencantumkan schuah
karya di dalam kolcksi karya-karya klasik, maka kHdang-kadang
faktor-faktor lain di luar teks rt;Jcmpengaruhi kila.
)
;';."
41
ilmu SaSlra lillguislik berkcmbang dcngatl bebat, hiarpull singkat. Di
sini karni rnembatasi diri pada tigajcllis pctlclilian t\'nlang ilmu sastra
yang dipcn~aruhi (licit ling-llistik.
Pcrtama-tama tcrdapat usaha-usaha untuk mcnYllsun s(~macam lala
bahasa ..astra yang dapal rnendcskripsikan scrta mcmpcr
tangg-llngjawabkan g<:iala-gejala bahasa lC'rtC:l1tu yang mcnonjol dan
ytlflg dianggap khas bagi saSlra menurul iSlilalt-islilah lata bahasa
p,eneralij Iralls/onl/(/Ji. !:khflgai scbuah CUlllOh dapat diajukan pcnclitian
Bicrwisch (1965) yang- membcdakan antara kaidah-kaidah P(uitika)
yang mclukiskan kelcralUntn iSlinH:wa dan kaidah-kaidah P yang
dapat mcmpcrtanggungjawahkan pcnyimpangall-pcnyimpangan.
Contoh mCllg-enai kaidah P pcrtama misalnya kaidah ekuivaknsi dari
Jakobson yang dapal dirumuskan kembali sebagai bCl'ikul: dalam
suatu lIrlllan It'rdapat kcsatuan-kesatuan yang nH'mpunyai ciri-ciri
lbnologik, sinlaklik, dan s('Il1<lntik. Bcrdasarkan kadar kcrniripan,
maka urutan tcrscbut dapat kita bcrikan tcmpal t('l'tcnlU pada skala
(tangga) kcpuitikan. Tcntu saja, lata bahasa saslra lidak mcmutuskan
mana yang Icbih puitik. Pcnilaian tempal mana dapal dibcrikar: pada
tangga itu discrahkan kcpada p('mbaca yang berpclIgalaJ!lan dalam
membaca puisi, tctapi kaidah gramalik mcnjabarkan pc:nilaian.
pcmbaca. Ivlcnurut dugaan Bicrwisch, maka pal'alclismc total akan
kalah bila dibandingkan dCl1gan kombinasi paralclisme dan oposisi,
seperli terdapat dalam kalimat ini dalam scbualt sajak Bn::cht
(terjemahan):
Kila ldah Il1cninggalkan susah payah P<,!(lII11lllg<ln.
Kila mcnghadapi susall payah dal·atan.
42
Udara panas mrn"apa raUl IlHikaku,
Kelakulan bcrdrrrl.H\ drngan krtakulan. "
Schingga rUllIah-rumah trrkcjul. srkalipun di dalam ruang hawaII air liur Illt'rt'ka
mcngalir.
Angin mcngisyaratk.1Il supaya aku lulUp Illulul.
43
Tcrbuklilah bahwa dcngan istilah-islilah d:lll kaidah-kaidah dari
tala bahasa tcks, kilH dapal menerangbn d;1Il mdukiskan heberapa
g€:i;j' haJl :sa s(;':ir;~ ··'~ng:':, ic" :!t i;' ,f'L:::\. 1!~; ',;~:,sus b,'rj::'
5. Semiotik Sastra
Scbclulnya apa yang dinamakan S(:llliOlik sastra bukanlah saw
aliran, Bcrbagai ali ran dalam ilmu sastra, seperLi slrukturalisme dan
ilmu sastra linguistik, dcngan lcpat atau tidak tcpat, mcnamakan diri
semiotik, Adapun semiolik itu (kadang-kadang juga dipakai iSliiah
semiologi) ialah ilmu yang secara sistcmatik mempclajari tanda-tanda
dan lambang-lambang (semeion, bhs Yunani = landa), sistcm-sist('m
lambang dan proses-proses pcrlambangan. Dcngan dcmikian ilmu
bahasa p.un dapat dinamakan ilmu scmiotik. Adajuga bahasa-b<thasa
44
yang diciptakan '1lallUsia srndiri. j.icli yang tidak berkc.mbang dengan
scndirinya, dan yang dapat dil1amakan sislcll1 lambang. Fpcrti
misalnya landa-tancla lall! lintas aUlU sistcm Ul1sm dan kaidall yang
berlaku dalam ilmulogika. Tcrdapat juga sislcm-sislcm lambang
sekunder yang be::fulIgsi di <lalam rangka scbuah sistCln primn, scpcrli
misalnya <Ii dalam bahasa-rMhasa alamiah. Di daliim rangka scbuah
sislem lam bang kita mcngartikan g(:iala-gc.iala IcrtcnLU (gerak-gcrik,
kiasan, kata-kat::l., kalimal, dan sClcrusnya) hcrdasarkan schuah kaidah
alau scjumlah kaidah. Kaidah-kaidah ilU Illtrupakan sebuah kode.
yailu alasan alau dasa.r mcngapa kila mcngartikan suatu gc.iala bcgini
atau begitu, se:lingga ~cjala iw menjadi snalU tanda.
Menurul pandangan ini saslra merupakan scbuah sistcm tanda
sekunder; scmbtik saslra mcmpelajari bahasa alami yang dipakai
dulam saslra, misalnya hahasa Indonesia alau Inggris, lelapi juga
sislcm·sislcl11 tanda lainl1ya, llllLUk m~l1emuk;ul koclc-kodcnya.
Berdasarkan kOllvcnsi-konvensi mClrurn, gaya, clan pcdode kila
mengartikall g~ala-gcjala lerl(,lIlu, scpcrti telah kila lihal pada conlah
"vain pomp" di alas. Kalau im ternyaltl masalahnya, maka kila
berhicara tcntang kode rnetr:1l11, kodc gaya, alau kodc period!! (yang
sebctulnya sukar clilCnlllkan), scperli rnisalnya kodc naturalislik.
Seliap karya saSlra bercirikan pemakaiall berbagai kodc. Bila kila
nwnganalisa scbuah karya sa~;tra rnaka scbctulnya kila lidak dapat
mCI1(,lllukan bcrapa kc)(ic yang ingin atau harus kila pclajari sambil
menganalisa karya yang bcrsangkutal1. Sila kila menganalisa Harimau!
Harimau! karya Mochtar Lubis kila dapat mcmbatasi diri pada kode
narasi, sis[(~m unluk m:;nccritakan scsuatu serta daya perlambangan.
nya. TClapi analisa lerscbul dengan mudah dapat kita perluas dengan
mengadakan p,erbandingan dengan aliran·aliran lain sepcrti misalnya
kode 5urrealislik yang dipakai hyan Simalupang dalam Koong,
misalnya. '.< •
45
tanda-tanda bahasa. Menllrul Peircc ada liga raklOr yang mcnenlukan
dclanya schllah lallda, yailll landa illl !wlldiri, hal yang dital)dai dan
scbuah tanda bam rang Irrjadi d,lIam hatin si pcnt'l'ima. Tanda ilu
mCl"upakall suatu g{ja ta ya ng da pa I din'rap a ta u pun sllall! grJala yang
lewal pcnalsiran dapat din'rap, Amara tanda pcrtama dan apa\:)'lmg
ditandai (yang diaru) lndapat suatu hubungan reprcsclliasi (to
I'l'pl"i'JI'I/I=IlH'ughadirkan, Il1cwakili). Tanda l\H~JA nwwakili sei-mall
pnahol rumah, nH'Il.({aCIl kqJflda pcrabol itll. Unsur dari kCllyataan
yang diwakili okh tanda iiL, din;lI11akan "ohyek" alau denol(llum.
DcnotatUnl ilu dapal mcrullakall scslIalu yang kOllgkrcl, IClapi ini lidak
perlu. Scgala scsu:tlll yang rncnurul tlnggapan kjln ada alall clapal ada,
mllngkin nttrupakan s("buah .dCllotalU111. Tanda dan rcpresenlasi
IWl"sama-sama mrnuju inlnprctasi (talsiran). JIllcrprcwsi. mcrupakan
SLla111 IUllcia hanl. yailu SCSllalU yang dihayangkan olch si I)('nerima
tanda bila ia llH'llcrima aWl! nH"llccrap (nH"llgamati) lallCla pcrtama ilU.
Hasil inlcrpretasi ilU olch Peirce dinamakan illterprt'lant. Contoh
COlllol! inln'jJl"fI(l1l1 clalarn ulasan sasl!"a ialah rillgkasall scbuah leks
saslra, tafsiran tradisiollalllH"ngcllai leks illl atau c\'alu;lsi leks itll yang
biasanya clirull1l1skan dCllgan kata-kata, Ringkasall. illtnprctasi. dan
cvaluasi m:tsing-masing mcrupakan lancia-Landa bal"\!.
Dalam penerapan scmiotik ala Peirce illl tcrhadap ilmu s(lslra scring
dip<:rgunakall juga istilah ikoniJilas. Olch Peirce kOllSCP illl dibcri
tcmpat dalam lipologi lalldallya: I-iubllllgan alltara tallda dill1
denota'tuntllya hiasanya hnnya Iwrsi[;11 senwna-nwlla aratl b("rciasarkan
konvC!nsi. Hallya bcrdasarkan kOI1\"{,llsi schuah peralJol l('\"t('nlll kila
llamHkan r'dE.JA. Tanda yallg dilwl1luk ole-h janji alaI! kOI1\'clIsi oleh
Peircc dinamakan simbol. Sislcm bilhasa unlllk bagian besar
mcru pakan sislcm sim bol kOl1\"CllSional. Trta pi kadang-kadang landa
dcnotatum mcmperlihalkan kcmiripan. Dalam hal itu lcrdapal sualu
hubungan ikonis dan tanda St~rllpa illl oleh Peirce dinamakan ikon
(eikoon bhs Yunani = gamlmr). S(:buah pew rnerllpakan landa ikonis,
sarna scpcrti scbuah rolo alau lllkisan. Dalant sa5tra bentuk lipografi,
susllnan kalimat dan spsunan leks dapal mcnggamharkan isi leks.
Suatu gagasan yang bcrbclil-bclil dapat diungkapkan olch struklur
sintaktik yang herbc1il-lJrlil. Dcngan rncrangkaikan bebcr-apa
enjambemm Milton mcnggambarkan jaluhnya clcwa HephaislOs dari
surga (dalam Paradise LOJI; kutipan dalam terjcrnahan):
.... dall ill"lapa iii jatuh
Dar; sur!(". tlnllikian dOIl!(·"gnya. !("rl("nl!,;" oklt Illurka .Jupilel"
Dari h'mboK kris!al yallg cunllll: dar; pagi
$(tnlpai sian~ had ia jatuh. dari :-;jang sampai stOnja hcn'mbull,
4()
"'~ .. .
' ' ....
5.2 Semiotik ala" Lotman
Scmiotik sastra di Uni Soviet hanya t1ntuk scbagian dipcng<truhi olch
Peirce. Konsep ikonisitas juga dipcrgunakan. Mcnurut tokoh'scmiotik
sastra Rusia,Joeri Lotman, maka pcrbcdaan antara bahasa sehari-hari
daR bahasa sastra discbabkan karena rungsi ikonisitas dalam sastra.
Tahap-ta"llap formal di dalam lcks mcnggambarkan isinya. Untuk
sebagian semiotik Soviet hcrakar dalam lormalisme, tctapi ada
pengaruh juga dari mazhab Praha dan bahkan dari strukluralismc
Prands.
Pandangan LeHman dapat diringkaskan 5ebagai berikut: seni adalah
salah"sall! cara mallu~ia menjalin hubungan rlcngan dunia sekitarnya.
Seni merupakan suatu sislcm tanda-landa YUJi,g menerima informasi,
mcnyimpannya lalu mcngalihkannya. Sebu,il\' kitrya seni mcrupakan
sebuah "leks". Ini bcrlaku bagi setiap hcnlllkkesenian. SCliap cabang
kescnian dapal kila palldang scbagai sualll bahasa. Karya-karya saslra
nle:rupakan "leks-leks" dalall1 bahasa alami. Sekclompok leks, sepeni
ll1isalnya komedia Rusia pada abad ke-I g atau puisi Inggris yang
melatisik dad abaci ;';e- [7, dapat dillamakall sclmah "leks".
'" Scpeni sctiap bc"ntuk s('ni n1Hka saslra pun merupakan sislem
sekunder. Sastra mcmpcrgunakan sistem landa primer sepcrti tcrdapal
daiam bahasa alami, telapi lieiak t('rbalas pada tanda-landa primer.
Oleh L(Hman saslra dall caballg:cahang seni lainnya disebul !;istem
sckundcr, karena tcrsusun menurul cara (scrupa clcngan) bahasa
alami. Dalam scni bahasa dan seni nOllbahasa terdapat kaitan-kaitan
paradigmatik dan syntagmalik, sama scpcrti dalam bahasa alami (lihat
:i. 0. Sama dcngan sctiap sislem semiotik, maka sastra pun mcrupakan
scbuah sistt:m y;mg mcmbuat modul-modul. Scni tidak membuat
scbuah copy dad kcnyalaan, tetapi mcngcnakan scbuah modul pada
kcnyataan, -atau R1cngungkapkan kcnyataan Icwal scbuah modu\.
Dengan bah an yang diambil dad bahasa alami, scorang saslrawan
mcmbuat struktur-struktur artistik yang bcrbclit-bclit dan dengan
demikian, menurut Lotman, ia dapat mcnyampaikan inlormasi
inlqrmasi yang tidak dapal disampaikan andaikata ia hanya
! mempergunakan unsur-unsur asasi dari struktur bahasa saja.
Kcmampuan informasi yang istimcwa itu scpcrtllcrdapat dalam sastra
disebabkan karcna scorang sastrawan mcmpcrgunakan bcrbagai kodc
sckaligus, scperti misalnya kodc bahasa, kode mClrum, kodc sintaktik,
kode gaya, dan sctcrusnya.
Lotman tidak hanya mcmpclajari hubungan-hubungan illiralekslual
di dalam scbuah karya sastra. mclainkan juga hubungan ekslral(kslual.
47
~»
Bagi r,otman analisa leks sccara inl ralckslIlal merupakan tilik pangkal
dan tugas ulama bagi ilmu !laslra. I a mcnganalisa scGualt lrks menurut
berbagai lahap alau sub-leks; rnclt'tlm <Jail rilme, lahap fonologi, tahap
morfi>logi-silllaksis, dan lahap scmantik. Tahap-lahap lcrscbul lidak
dilclilinya scndiri-scndiri, lctapi lcrulama menurul hubungannya
dcngan lahap-lahap lainnya. Sepcrli rara slrukluralis Ccko ia
mcmpclajari hubullgan anlara rima dan arti, antara susunan sinlaktik,
rima, dan ani. Lotman hcrpcndapal. bahwa anlara unsur-unsur formal
dan unsur-unsUf scmantik tcrdapat stlall! huhungan ikonis; di lain
tempat ia mengatakan b'ahwa ltllSUr-llnSllr dan hubungan /()rmal
disemantisasikan. Dalam puisi. dcrnikian LOlman, Ullsur-unsur pcnghu
bung scpcrti di, bila, per-, jJl'llg:, jJe-, dan (Ida mcmperolch suaLU arti
"Jcksikal" tcrscmliri bila okh istirahat dalam metl'um kata tcrschut
scolah-olah di-isolasikan, dijadikall scbuah kata lerscndit:i, misaillya:
Uiia kita mcmpcl'~iari hubungan <llltara Icks dan apa yang ber;lda di
luar teks, yailu hubungan ckslratekstual, maka kita dapat
mcmbedakan antara hubullgan saslra dan nOllsaslra.
Dalam hal hubungan sastra kila darat mcmb,indingkan scbuah
soncla eiptaan Amir Hamzah dengan SOllcta-soncta lain yang
diciptakannya. Tctapi son eta itu dara! kila lihatjuga dalaM hubungan
dengan mode soncta yang mcrupukan ciri pcriode Pujangga Uaru
atau dcngan bcntuk-bcntuk nOllsoncla yang tcrdapatpada tahun dua
puluhan dan tiga puluhan. Kita dapal juga mcngarahkan pcrhatian
kita kcpada bentuk soncta pada IImumnya. l3ila kita mcngadakan
pcnelitian saSlra pcrbandingan, maka menurul LOlman ada gunanya
bila kila mcmakai katcgori eSletika ke.relara.ran dan e.rlelika per/(lw(lTul1i.
Dalarn scni rakyat dan pad a zaman-zaman kesaslraan lerlcntu, scpeni
sastra Pujangga Baru, cstclika kcsdarasul.llah yang jaya: para
pengarang mcnaati norma-norma dan sis tern kaidah terlcntu (hqrus
ada rima misalnya) dan para pembacajuga mengharapkan itu. Scbuah
pcntas harus tunduk kcpada kOllvcnsi kesalu.an lcmpat, waktu, dan
perbuatan. TClapi cSlctika pcrlawanan mcndobrak jenis-jcni.s yang
mapan itu (scpcrti dilakukan olch Chairil Anwar dan Angkatall 45),
Dan pcndobrakan lersebut pada gilirallnya dapat mcrupakandasar
lagi bagi konvensi-konvensi bam (ingat akan s,~jak-s,~jak yang dibulll .
para rcmaja sambi! meniru Chairil Anwar).
~
48
{;,
Catatan Kepustakaan
49
d(:ngan pcngenian Jakoi>s()!l \t'ltfang ('kui\'al(,llsi. ~'lrng("lIai ihnu saslra
linguistik lihat a.1. Sebcok, ed. (19(iO), Chatman, la. (1971), dan I hwe, Hrsg.
(1972/1973). Ide-ide Ohmann terdapat dalam Ohmann (1971). Dclinisi Levin
tcnlang puisi t{'rdapal dalam Levin (1975). Karya-karya Lotman yang
terpenling dilcrjemahkan ke d.llam bhs Inggris (1977). Pcngantar Lotman
mengenai praktck analisa dari 1972a dilerjcmahkan kc dalam bahasa Inggris
1976.
.-:.~
50
IV
KRITIK DAN PENAFSIRAN
"Our interpretation of a work and our experience ofits value arc mutually dependent,
and each d:pends upon what might be called the psychological 'sct' of our encounter
with it. If ~i!} .
1. Pengantar
SEMENJAK tahun dl,la puluhan tugas ilmu sastra sering dianggap sebagai
menafsirkan dan mcnilai (cvaluasi) tiap-tiap karya sastra
sendiri-sendiri maupun scluruh karya scorang pengarang terlcntu.
Kctika di Eropa Timur, khusus dalam alirim rormalismc dan
strukturalisme, pcrhatian utama dicurahkan kepada sirat-sifal umum
dalam kesastraan, maka di Eropa 13arat, kcmudian di Amerika Scrikat,
muncullah aliran-aliran yang mcnekuni analisa, tarsiran, dan evaluasi
tiap-tiap karya saslra. Pendekatan serupa itu dinamakan ergosenlrik:
karya sendiri (bhs Yunani: ergon) merupakan kancah perhatian. Sering
juga dipergunakan istilah krilik sastra dalam arti criticism (Inggris) .
51
2. Empat Bentuk Kritik Sastra
52
scbuah kamlls yang dapal nlcmbrrikan kqHllliSatl. Kala-kala yang
pcrnah dipcrgllnakall se/alu salillg 11lcmpcngaruhi dan IllpUI i,iari ani
yang dibcrikan dalarn kamus-kamus, Ani dihalasi olcll konlcks, Apa
yang dikalakan dalam leks-leks silslra lak dapat dipisahkan dari cara
hal ilu dikalakan. '
l'\"lcnurut Br:)oks kcsaluan yallg merupakall ciri khas schuah sajak
tidak dapat dipararrasekan, diuraikall dCllgan cara "hiasa". Schuah
sajak daral dil;mpamakan d(,lIgan sebuah drama. \)ala111 schllah s:~iak
pun dipcntaskan S(!SUaIU, lerdapal kClcgangan-kClcgangan <ttllara
unsur-linsurnya dan kctcgangan tcrscbut dipccahkan Icwa! konllik,
Kcsaiunn sajak illl ICljacli karclIa scgala macam IIIlS111' 'paradoksal
tcrpaul mcnjadi salll. Aliran Romantik g<t,'11ar sckali akan puisi
paradoksal; ('ungsi paracJoks ialah nl('nempalkan kenyalaall yang sLidah
hiasa dalam suatu cahay" banI. Karena al<ls1I11 yang sarna para penyair
ncoklasik pun mempergunakal1 paradoks. Dalarn "The Essay on Man"
pcnyair Inggri:;, Pope, mclukiskan manllsia dalam kckerdilallnya lelapi
sCkaligus dalam keagungannya sebagai wan dunia ini (f'ragmcn dalam
te~jemahan): '
la diciplakan, st'liagian lInluk naik k.- alas, scba.~iall lIllluk jlltuh;
Dipcflllan Agung tc:rhadap scgala m,.khluk, I.·tapi sckali.Ilus juga umpannya;
Ha;lya dial.dl rang mrnjadi wllsir dalam Kd,cllarall. sdalll dilipuli kcscsalan;
KCnluliaan. CCfllO(lh. <Ian Tcka-lcki dunia ini,
Aliran New Criticism gemar sekali nwnditi pllisi para penyair dari
hcrbagai zam,ln yang ha:;il bryanya dcngan scng;~ia disu:mn seeara
paradoksal, sepcrli misalnya Donne dan T.S. Eliot. Tetapi semua karya
saSlra yang baik bercirikan /)flradoks atau ironi.
Brooks misalnya mcmperlihalkan, bagaimana sebuah pcrbandingan
yang paradoksal dan sukar dalam Macbeth scrasi sckali dcngan suslman
dramatik-paradok.sal sclul'llh pcnt<\§ ilu: Macbeth mcmang akan
menjadi raja, tetapi karcna scbuah ramalan, ia tahu bahwa
anak-anaknya tidak akan menggantikannya sebagai raja dan
kcnyataan itu tidak clapat ditcrimanya. Macbeth mcmbunuh raja
Duncan agar ia scndiri dapat naik tahta. Dalam adcgan kctujuh babak
pcrtama ia mcngumpamakan rasa kasihan bagi korbannya yang
scdang timbul dalam hat'inya dcngan scorang orok yang baru saja
clilahirkan dan yang dcngan langkah-Iangkah besar menanlang
prahilra:
And pity, like a naked new-born babe
Striding the blast.
Rasa bclas-kasihan mcnyerup"i scorang bayi yang; leianjallg, yang
tidak bcrdaya, tctapi sckelika lamha"ng kdemahan nH'njadi lambang
53
kekuatan. Pertanyaan yang timbul: adakah rasa belas kasihan Macbelh
itu Icmah atau kuat? Menurut Brooks kedua·duanya. Paradoks
tcrtanam dalam sitllusi scndiri. Apa gunallya bila Macbeth menutupi
perbuatannya deng,1n sclimut kegclapan, "ijthe elementalJorces that ride
the winds will blow the horrid deed in every eye"?
Adapun jasa para New Critic.! bahwa mereka mengarahkan kembali
perhatian kita kepada teks sastra sendiri. Analisa-aIlalisa yang mcrcka
buat tetap bernilai karena rritmpcrtajam pengcrtian kila mengenai
puisi yang kadang-kadang sukar dipaharni. Ikrharga sekalijuga Lisaha
scmcntara New Critics supaya analisa-analisa mercka dapal dibaca oleh
kalangan pembaca yang !cbill luas, khusllsnya para siswa dan
mahasiswa. •
Tctapi cara mereka ingin mclukiskan "hakikat" puisi'kurang jclas
dan tajam. Brooks, karena terus-meneru~ hanya menekankan unsur
paradoks dan irolli, sering sampai pada tarsiran-tar~iran yang
dibuat-buat. Tidak seliap pembaca akall tnerasakan irOlli di mana
Brooks mclihalnya. Para New Critics lerlampau mempcrlawankan
rungsi pengetahuan sastra dengan bCllluk-bcntuk pcngctahuan
lainnya. Selain itu dengan tepat juga pcrnah diajukan kcberal<,ln,
bahwa mercka terlalu pilih kasih dan menganakcmaskan puisi.
Akhirnya para New Critics kurang mcnyadari atau ridak mau mengakui,
bahwa tidak hanya Ihe words on tlte pa,t;e metlgemudikan larsiran mcreka,
mc!ainkan juga cita-cita mereka scndiri sena praduga-praduga
mereka.
2.2 Merlyn
Di negcri Bclanda majalah Merl.yn (nama seorang rcsi dari legcnda
Raja Arthur) telah rncnjadi tcrkcnal karena mcnar.~irkatl puisi dan
novel-novel Belanda sccara crgosctltrik, Majalah ini lerhit antara
tahun 1962-1966. Menllrut dua aspek Mnf:J'1I mcw~ikili sualU
pcndekatan tcrhadap sastra yang memusalkall prrhalian kcpada karya
itu sendiri. Kdompok ini lidak banyak menaruh pcrhalian secanl
sistcmatik bagi komunikasi'sastra, lagi pula pcrhatian tlntuk teks scn
diri dibarcngi olch pcndapal yang cukup longgar; pcnarsiran lcrhadap
karya sastra pcrtama-lama harus didasarkan atas data yang terdapat di
dalam karya illl scndiri. Yang mercka tunlul ialah olonomi karya
sastra. Yang mcnjadi titik wlak mercka ialah siluasi mcmbaca, bukan
situasi mcnulis. Tcrdapat scbuah teks saslra "yang digumuli olch
pembaca. la ingin lahu apa yang terpampang di sana lalu mcmbcrikan
penilaiallllya" .
54
--.
Merlyn mcmperhatikan ciri*ciri yang khas bagi sa~ltra. Yang f!1cnjadi
sasaran scorang kritikus ialah ana lisa kcsastraan lall! dcngan bcr,lUmpu
pada analisa itu, mcmbcrikan pcnilaiannya. Cam lv/ax Havelaar, karya
Multat.uli itu, cisusun dan bagian*bagiannya kail-mcngait, mcnentu
kan nilai sastranya. Yang merupakan kriteria dalam pcnilaian itu ialah
kesatuan ~arya, seJauh mana kerangka fiksional dipertahankan sccara
konsckucn, serta konsistcnsi dalam komposisi, gaya, dan "psikologi'\
Untuk mcnilai konsistellsi psikologi, maka yang mcnjadi pcrsoalan
bukanlah apakah sesllatll sccara psikologi masuk a~al, mclainkan
apakah dalam perwatakan yang telah dipilih ada konsistensi,
Pcr6ualan-pcrbuatan atau silill-sifat scorang Max Havclaar sendiri
tidak pcrlu masuk akal, tetapi yi-ng penting ialah apakah antara
pcrbuatan-perbuatannya ada kcsinamhungan. O,'crsleegcn, rcciakmr
majalah Mer~yn, tidak menyangkal bahwa hukll Max /lave/nar ada
dampak sosialnya, tctapi tllgas scorang ;\11 a Iis sastra ialah
mcnunjukkan saran1\-sarana saSlra mana yang ciipcrgunakan scorang
pcngarang, schingga bukunya mempunyai dampak sosial yang
dcmikian istimewa.
Bagi kclompok Ma(YTI ilU, scbuah karya saslra ciiciekali cicngan
lepat hila kila mempcrgunakan {]1wlisa S/l7lklurnf. Mcnllrut ddinisi
mcrcka struktur itu ialah "cara yang lInik segala aspek bentllk cian isi
kait-mcngail". Dalam dcfinisi ini kala "ullik" ditckankan, schingga
cicfinisi ini mcnyimpang ciari ddinisi 7ciclinisi yang telah dibcl'ikan
dalam bab tiga. Kebcrtautan yang unik ilu dapal kita tcmukan dcngan
mcngadakan c/OSl! reading: eara memhaca yang bcrtitik lolak dari
pcndapat, "bahwa sctiap bagian leks mcndudllki tempat (atau harus
mcnduduki) di dalam scluruh struktur schingga kait-mcngait sccara
masuk akal". Scbuah karya sastra merupakan suatu "kescluruhan
Kata-ka,ta yang kait-mcngail sccara masuk aka1; dalam kcscluruhan itu
dilukiskan atau dihadirkan sualu kcnyataan yang tidak langsung
mcngacu kepada suatu kcnyataan yang ada di luar karya sastra itu",
Efck sebuah karya sastra ditcntukan olch apa yang dapal dipcrhuat
scorang pcmbaca dcngan teks itu. Bagi scorang pcmhaca schuah kal'ya
sastra' penting bila "kctcgangannya scndiri, termasuk - masalah
masaiilh yang hidup dalam kcsadarannya, ditampakkan dalam karya
itll, di dalam suatu situasi yang bukan situasi si pcmbaca, lela pi yang
papat dihayatinya". "Sccara historik scbuah buku adalah penting, bila
dalamjangka \'Vaktu yang cukup panjang hid up dalam batin pembaca
dalam memroycksikan - atau m.emccahkan, mempertajam, mcmpcr
bcsa'r, atau menciptakan sendiri ....:.. ketcgangan-kctegangan yang oleh
pembaca diabi sebagai ketegangan asasi".
55
"
Yang penting s('kali hagi kelompok Mf.1'~J'f1 itu ialah mcngcluarkan
pendapat-pcndapal yang dapal dicek. Mereka mcntari suiltu
pcnalsiran yang sedapat mungkill bcrsi!iu ilmiah. lv1enurut mereka
scbuah penilaian dapat didukung dan diperkual dcngan mcngajukan
analisa serta penalsiran scbagai bukti. Tetapi kritcria yang mcrcka
utarakan unluk Il1ctnperjclas pcngcrtian "nilai" lidak b(:gitu mlldah
dapat ditcrapkatl. Cukup sukar mcnuujllkkan adanya kcsatuan,
konsckucnsi. Sckalipun kita mendukung pendapat l1lel'C'ka bahwa
sebuah karya salltra harus mcrupakan sualu kcsatuan dan harus
bcrsifat konsistcn - dan pcndapat ini iidak dianul oleh seliaI' orang
- maka tidak s('liap orang akaH mcngenal adanya kesatuan dan
konsistcnsi dalam ullsur-ulIsur.dall stl'uktlll'-struktur yang sama.
Sama.scperti NI'IV Critics, maka kelotnpok Mer[l·n telah b~ljasa llckali
dengan mcmbuat analisa-analisa cerda:; Ilwllgenai puisi yang kclihatan
mudah, lrtapi yallg scbctulnya sukar: Selain itu tnercka juga
mcnafsirkan scjutnlah novel dellgan Illcndalam sekali, antara lain
karangan lvlulwwli dan Vcstdijk. Allalisa dan penalsiran m(~reka
semua menampilkan satu Sir:lt khas, yaklli pCllalaran mereka dapal
dikontrol dan dicck: kcpada pembaca diberi kesempatan lIntuk dcngan
;'!;JS;l: rlj'-~i"· '::11 i ~ll: : ti,!; h it ('11\ !1!111"
56
~.
terbuka bagi pcnat~~iran ked tla dan bcri kUlnya (fonnotlllions). lkngan
mcmilih salah satll cara tlntuk mcmbaca clan mcnganalisa schuah
karya sastra, maka sang kriliklls secara implisittclah menentukan hasil
analisanya. Telapi sikap suhycklil' ilu tidak :nenyampingkan suatu
mctode yang kritis dan "obycklil". Kalau seorang kritikus (dah
mcmilih salah satu pcndekiHan lent'lllll, misalnya penclckal<lll
sosiologik, maka di dalam kcrangka pendekatan itu ia harus nWlljaga
agar modulnya bersifat :;li;ohcl'en, logis, dan "menyduruh". "I'vlc
nycluruh" artinya da:am modul-analisa ilu harus diungkapkall, hahwa
segala unsur dalam karya ilU mempunyai makna dan ani.
Para pcnganul Nouvelle Crilique - hiarpun berbcda-beda dalum
mengajukan pcrtanyaan-pertanyaan yang kritis - sc1alu ingin
menunjukkan slrul(lur-slruklur. Dalam schuah struktur kdihatall tala
susun:U1 scrta keberkaitan inlern. Bagian-bagian baru nll~l1lpc\'()I(:h 'ani
kalau dipandang dari kcscluruhan, dan kcscluruhan haru dapa I
dimengerti kalau kita mempcrhatikan hagian-bagiannya. 13ila kila
membaca scbuah. teks maka bagian-bagiannva kila tal'sirkan secant
lokal dan scmcnlara saja; suatu pengartian yang Icbih lcngkap baru
tcrjadi bila kita mcnafsirkannya dalam lillgkaran-lingkaran kontcks
yang makin luas. Ucapan seorang lOkoh d,d·am sebuah tragedi
hcndaknya ditcinpatkan dulu dalam konlcks adegan, kcmudian dalam
kontcks babak, lalu dalam kontekssduruh lra.~edi; lragedi lertcnlu itu
kcmudian kita lempatkan dalam konlcks. semua lragedi yang ditulis
oleh pcngarang yang bersangkutan dan ukhirnya datam visi manusia
. yang terus-mcnerus berkcmbang. Nouoelle Crilique menamakan diri
strukturalislik. Apu yang dimaksudkan olch bum krilisi ilU dengan
slruktur-struktur da/am sebuah kurya lertcnlu? Penjaharan kongkrct
mengenai konscp sl~uklur pada umumnya yang. seperli dikalakan di
alas. bersangkulan dengan kaitan-kaitan lClap anlara kdompok
kclompok gcjala. Y1enurut Banhcs, kritik mcnciptakan ani-ani
scdangkan i1mu sastra mclukiskan hcrdasarkan penalaran mana
arti-arti ilu dihasilkan.
Struklur scbuah "teks yang sudah dipatri~all di alas kenas" baru
mcnjadi jclas dan dapat dirasakan olch pcrtanyaan-pertanyaan yang
diajukan oleh kritikus. Dcngan membaca leks yang sama dCllgan
cara-cara yang berbeda-bcda, kclihalan slrukLUr-slruklur yang
bcrlainan pula. T('ks yang sama dapat didekali olch seorang ah/i
r.'
,)
sosiologi, scorang psikoanalitikus, seorang linguis dan seorang peneiiti
gaya bahasa dan hasil penclitian mereka berbeda-beda. Setiap
pendekatan mCllampilkan struktur·struktur yang berbcda-beda dan
pcnalsiran karya itu bcrbcda pula. Sebagai contoh dapat diajukan
penafsiran lcrhadap karya Racine, pen~arang tragedi Prancis, abad
ke-17. Mauron, scorang ahli ilmu jiwa rnencmukan keberkaitan dan
garis pcrkernbangan dalam tragedi-tragcdi Racine dcngan mengelom
pokkan tokoh-tokohnya mcnurut kritcrium agrcsivitas (nafsll untuk
mcnyerang). Dengan demikian ia mencmukan dua rangkaian lokoh,
"para pemburu" yang bersenjata serta mercka "yang diburu", yang
tidak bersenjata atau dengan sic.-sia diselljalakan. Dalam pcndekatan
Barthcs ditekankan liga kailan.; kaitan kekuasaa~, persaingan, .Qan
cinta. Bagi Goldman, seorang mands, ani pokok dalam k,!-rya Racine
harus didekati secara sosiologik: struklllr karya Racine hendaknya
dirnengcrti dari situasi rcligiusnya, scbagai seorang penganut aliran
Jansenis yang bcrturnpu pada hubungan-hubungan ekonomis dan
sosial tertentu.
Yang pantas diperhatikan ialah p~lacakan t-.1auron, mcncari
"metafora yang mempcsonakan" di dalam karya scmcntara pengarang
Prancis, serta perhatian Darthes bagi "teks-leks yang sllkar". Mauron
membandingkall beberapa l(~ks dari pcngarang yang sama dan
mencatat kata-kata mana paling sering muncul 'kcmbali. Tanpa
mempcrhatikan arti kata-kala ill! menurUl kontcksnya, ia hanya.
mencatat kemiripan alau kcbcrtautannya. Setelah kata·kata ilU
dikelompokkan ia mcnyusun suatu "jaringan arti", jaringan
konsep-konsep atau ide-ide yangdapat dihubungkan dcngan kata·kata
tersebul. Berd asarkan jaringan-jaringan lalu menjadi je\as, "mctafora
pesona" manakah yang merupak<in ciri khas bagi karya seorang
pengarang tertentu dan apa yang mcnarik perhatian pribadinya.
Demikian dalam karya Mallann{~ ia mCllemukan jaringan "kematian,
kcagungan, kcjayaan, dan ketcrtawaun" yang rupanya mcmpcsollakan
pengarang dan yang secant ll1l'taforik lalu muncul dalao: karyanya.
Darthes membedakan karp yang dapal dibaca (Usible) dari karya
yang dapat ditulis (scriptib/e). Scbuah karya yang dapat dibaca,
misalnya sebuah novel realistik, pada umumnya akan kita baca dengan
sehcla napas, dari awal sampai akhir. Kita ingin tahu 'bagaimana
tamatnya, pemecahannya. Derla3"'anan dcngan membaca sebuah te~s
"yang dapat dibaca" secara horisontal adalah membaca sebuah teks
"yang dapat ditulis" s{:cara "vcrtikal'~. 'l'eks yang dapal dilulis
scdcmikian rupa, sehing-ga mengajak kita untllk mcnulisnya kcmbali,
58
memproduksinya kembali. Karena tidak jelas, maka terbukalah
kesempatan: bahkan keharusan, untuk menganalisa leks itti kata demi
kiita 'dan kalimat demi kalimat. - Sambi I mcJakuhn' itu kiiii
menghasjlka~ arti-arli baru. Kita "menulis" sebuah teks baru, karena
teks pertama tidak dengan serta merta dapat kita artikan. Contoh
mengenai scbuah teks yang dapal ditulis kembali ia/all sajak-sajak
Sutardji Calzoum Baehri atau sementara eerpen karya Danarto.
Barthes, da!am karangannya yang paling popu1cr, yaitu SIZ, pernah
juga mengcbrak-abrik sebuah teks yang dapat dibaea, yaitu novel
Balzac Sarrasine. Cerita im dipeeahkannya menjadi 561 kesatuan baca
(lexies), laJu tiap-dap kesatuan dianalisa rnenurut berbagai kemungkin
an untuk mengarti~jinnya. Ia mempcrlihatkan, bagaimana sebuah teks
realistik pun mengandung berbagai konotasi simbolik dan lain-Iainnya.
Dengan me:nbaca dan mcnganalisa teks itu serara vcrtikal Barthcs
menyusun kembali teks itll, dan dijadikan scbuah leks baru. Dipandang
dari sudut ini Barthes mempunyai titik-titik pertcmuan dcngan
kelompok poststrukturalis di Amcrika.
Bebcrapa dalil dari kdompok Nouvelle Critique mcnimbulkkan
masalah-masalah yang dapat dipertanyakan kcbcnarannya. Deskripsi
merck a mer:genai proses interpl'ctasi, cara bagian dan kcseluruhan
saling mcne:1tukan, sebctllinya berbau filsafat dan tidak bcgitu saja
dapat dibuktikan. Ini juga berlaku bagi pendapat-pcndapat yang
serupa dari aliran-aliran hcrmcncutik lainnya. DaHl bahwa segala
sesuatu mempunyai arti dapal menghasilkan suatu penafsiran yang
dibuat-buat'mengcnai detil-dctil di dalam modul peneJitian yang kita
pilih. Kege:naran mcrcka bagi. "teks-teks yang dapat ditulis"
mengakibatkan kita tidak lagi sccara polos dapat mcnilai sebuah teks
realistik. Te~api Nouvelle Critique bcrjasa sekali karena mereka telah
menelanjangi subyektivitas seorang kritikusl mercka memperlihatkan
bahwa sebuah penafsiran juga tcrgantung pada pertanyaan
pertanyaan yang diajukan mengenai teks yang bersangkutan.
59
perbedaan dalam intcrpretasi yang timbul bila pembaca-pcmbaca
dcngan pengetahuan bahasa yang hcrbeda-bcc1a, pengalaman li'tercr
yang bcrbcda dan pandangan hidup yang berbcda, mcmbaea teks yang
sarna. Syair agung Milton, Paradise Losl, bagi seorang pembaea Kristcn
Icbih kaya dan luas isinya daripada bagi seorang atheis. Pengalaman
Adam ketika ia jatuh dalam dosa dapat turut dirasakan oleh scorang
pcmbaca Kristen. 'Arti schuah teks tidak tcrdapat di dalam teks itu
sendiri atau dalam strukturnya; arti mcrupakan sebuah proses, sesuatu
yang tcrjadi bila kita membaca teks tcrsebut. .
Kaum poslslruk.luralis, sekclompok kritikus di Universitas Yale,
dengan lebih tcgas lagi mcnolak p'al1dangan New Criticism. M(:reka ingin
mendckol1struksikan teks lalu merekonstruksikan sebuah leks baru.
Beberapa lokoh dari kclompok Yale itu ialah Paul de Man d.an J. Hill.is
Miller.
Para 9ckonstruksionis menolak pendapat bahwa teks mencerminkan
kenyataan. Sebaliknya, demikian mereka tega~kan, teks membangun
kenyataan. Sebuah novd karangan George Eliot tidak meneerminkan
masyarakat Inggris pad a zaman Ratu Victoria: kesan scolah-olah
mas)larakat itu sUllgguh hadir, discbabkan oleh kcmampuan bahasa
untuk menghadirkan Sesuatu yang tidak ada, scolah-olah ada. Bahasa
mcnciplakan kcnyataan. Oalam leks itu scndiri tidak tcrdapat
tokoh-LOkoh atau pcristiwa-peristiw;l, hanya bentllk-hl'lltuk bahasa
yang mcnghadirkan tokoh dan'1)('ristiwa dalam :lngall-angan kita.
Pendapat mcngcnai bahasa ini sangat dipengaruhi oleh Jacque's,
Derrida, scorang filsur Prancis.
Seorang kritikus tidak dapat sccara polos mcncntukall "arti~' sebuah
teks. Scbuah teks mcrupakan suatu tenunan (bhs Latin: lexturn) yang
tersusun dari berbagai ulas benang. Dila kita mcngikuii satu utas suja
kita sampai pada kcsimpulan yang keliru. Tctapi juga bila kita
mengikuti berbagai utas, kita tidak dapal mcilelllukan arli yang
dcliilitir. Kritik mcnuju suatu aporia (bhs Yunani: 'tak ada jalan kc
luar'), kita mengakui bahwa kita lidak mengctahui jalan ke luarnya.
Hillis Miller mcnjdaskan pandallgan iili dcngan c('rita mcngcnai
Ariadne yang mcmberikan scutas bcnang kcpada kekasillllya supaya ia
dapa t kcluar dari jaringan labirint (tcrowongan-tcrowongan gclap),
Tctapi scorang kritikus tidak mcnunjukkan julan ke IlIar, ia justru
mcngantar kita ke dalam perut bumi schingga kita tidak tahu lagijalan
kc lliarnya.
Yang mcnjadi sasaran d('konstruksi ialah mcmperlihatkan; seJauh
mana scoran~ pcn~arallg mempcrguna.kan pola-pola bahasa dati
pcmikiran ~una mcrnhcri bcnluK kcpada suatu visi 1(,l'tCl1tu.
60
DrkonSlruksi bcrarti pClleiitiall m('ngcnai infn/ek-iflialifaJ, .ITIel1cari
bekas-bckas leks-Irks ialll, S('oran~ krilikus yam:; nwngik.JJ.ti paham
dckonstruksi ITIcnguraikan struktur-struktl~r relorik yang dipakai,
mencari pcng;lruh.pengarllh rlari lcks-wks yang dull! p(~rnah ada,
mcncliti climoJogi kata-kala yang rliprrgtlllakan lalll hrrusaha agar
dari teks yang sudah rlihongkar iw clisliSUll scbuah leks banI.
Contcih sederhana yang diajukan Hillis Miller ialah leks "The
Triumph oC Life", karangan Shelley. S(:jumlah k:'ilisi lradisional pun
telah meiwnjukkan, bahwa rli dalam leks illl terdapal bckas-bckas dan
gema-gema teks-leks !chill dahulu, yallg"dislIslJl: kcmhali dan sukal'
dapat dikcnal kemba~i, Tugas lerpcllling seorang dekonslruksionis
ialah terus-mcnerus melacak kerni>ali bekas-hebs lama illl, Untllk
menyusun syairnya Shelley lrlah mcmbongkar leks-Irks lama lall1
mcmpcrgunakan 'unsur-uns\lrnya bagi schuah leks banI. Tetapi
teks-tcks lama pun bcrakar dalam teks-teks yang lcbih lua lagi,
Scbaliknya syair Shelley itu kita lemukan kemhali dalam leks-teks di
kemudian hari.
Dad Pci:janjian I.ama salllpi.i 1'...jan,iil1l1 Bani, dari kital, nahi F.l,<'ki,'1 sampai kilah
Wahyu, siIIllpai Dantl', 1\"ioSlo dan SpI'neer, sampai ~Iiltqll, ,;,mpai R"mseau,
,ampa; Worrlsworth dan Coll'rirl!:,', rillllikaianlrk,-wks im akhirnya 1lH'IWjU ke "Thr
Triumph uf Lif,,", S,'termnya s),air illl; 'Hall karya Sheiki' paela Ilmlll1l1lya, had;r
dalillll karya Hill'lly a!;lU Yeals iHiHI SlI'Hns dan lIH'ruj.>Ilkilll bagian dahlll1 ,'lillll
I<II~jUlan dalam' tcks-l"k, Iwsar dalal11 alil"all nihilism.- RUI11i1l1lik, h'rlllils'uk Fn'lld,
Nicl7.srhc, Hcidcggcr. dau llianchol, i<'rIlS-IlU"H'nlS lI(,ll!:lIl1gkapKilll KI'mhali
huhungiln al1H1m Itmn rllmah dan parasil Yilu!<ju!:a lI'rilenluk <Ii rlalalll kritik sa>ifa
dewasa inL
Jadi, juga teks kritik sastra merupakan scbuah mala ranlai dalam
sualu rantai yang tak ada ujungnya,
Alirall dckonstruksionalisme mengatakan, bahwa mcreka didukung
oleh :matu liIsafat Icrtcnlu serta scbuah pandangan mengcnai bahasa
yang di sini lak dapat kami bahas SCCrlTa kritis, Di dalam praktek kritik
kaum dckonstruksionis cukup mCllgacuukan, Ada banyak pclllang bagi
spekulasi su byekliC dan dcngan lerus-mellcrus nwlacak Iwkas-hekas
teks lama, maka setiap bcnluk asosiasi dapat mcrcka pergunakan. Lama
kclamaan bcntuk kritik ini sangat terikat akan pcngNailllan dan
pribadisang kritikus, Mcnyangkal bahwa di bclakang lrks ada sllalu
kcnyalaan - menurut ucapan Dcrrida: Tak ada scsuatu di Illar wks
mudah sekali dapat dimullakkan, Gaya mClafora yang dipakai oleh
kaum dckonstruksionismc dapal memcncilkan kritik saslra ini, Stlkar
mel'lgalihkan mctodc ir:i karcna tak ada natas hagi usaha mencari-cari
hunungan dengan Irks-leks lain, Yang dapat dianggap 5cbagai
sumbangan positif dari kclompok ini i.alah perhatian bagi 5ilftt bahasa
61
yang dapat mewuj ud kan kenyataan sena pcmbukaan krealir terhadap
tradisi litercr.
Di atas kami membahas pandangan-pandangan dan cara kerja
sejumlah aliran krilik sastra. Sekarang kami akan memaparkan
sistematik dalam penalsiran serta masalah-masalah yang kita hadapi
bila ingin mCllilai karya-karya saslra.
~,
62
iDo..
s~pertisemua bentuk pener:maan, merupakan bahan penelitian bagi
ilmu sastra, khusus mengenai hubungan an tara teks dan ~mbaca.
63
:~
(4) Tar.-;iran-taisirall yang d~'lIgal1 .\"adar disusun dcngan bertitik
tolak pada pandanganllya sendiri JlI('ngcnai sastra. lni sering kali
dilakukall dcngall pn·tf'lIsi balma kila dapat rncnunjllkkan ani leks
yang pokok. Ihlalll kdol11pok iIli kila jumpai penafsiran marx is dan
reminis. rV('llurUI slIatu p('1ldckal:ln marxis, maka George Eliot dalam
llovdnya 711(' ,\lilt 01/ ill(' Flo.lx (18tiO) lewal bcntuk Iitercr ingin
mcmpercialllaikan pcrtel1tangall a III a I'll kapitalisnw kota dcngan
individu-indi\'idll eli dalam masyarakat dcsa yang dipeJ'as okh kota,
"Kcsatu<lll organik" yang «~r\'n~itld dalam bCHlllk lil('rer diharapkan
mclerai konllik-konf1ik id(·ologi. [kmi kakaknya TOIll, r...laggi(' bUlluh
diri dan clt'lIgan b('rbuat itll ia sckaliglls mcmilih kcbcbasall inni\'idu
dan nwngulamakall Tom "yang dinodai olch kota dan kapiraJisl11c".
Konflik dirnlllpkall (llch bcntllk Ii 1('1'('1'. Dad sudut ka.um f(:minis
diarahkall plTllalian kt'pada citra wanita pad a z.aman Ralu Victoria; in;
jU.l~a mClllpl'llg;ll'uhi i>(,llgarall),'; wallita, Eliot iw: dalam wlisan
tulisallllya sa Ill!; ltlkoh \\';\nila talllpil s!'ilagai scprang pCllolong, sc()rang
pamong yall~ lcnlll saja sclalu akall Ilwndampillgi slIaminya.
(5) Talsirall-lalsir:11l yallR l)('rtitik 1);IIIgbi pada suatu problcm:pik
tcrtcntu, misalll\'a PlTlll;lSillahall psiknlogi atilu sosiologi. [)cllRan
dcmikian Icrj;l{ii pl'llar:,irall-ha~iall: bukan kcbcnaran yang ingin
dilampilkall, l11('iaillkall sahllva SlIatll pCllarsirall pada suatu hidang
tcrba las.
(6) Ta!sirall-tafsirall yang !idak langsung berusaha agar secara
memadai schuah leks dianikan, melainkan Ilanya illgill mCl\ulljukkan
kernullgkin<ln-k('11111llgkillan ya1lg tcrcantum dalam leks, sehingga
pcmbaca scndiri clapat mcmt!sirkallnya. Pendckatan yill1g bcrkiblat
pada pembaca discbut eslelik-reseplij. Pcngarang .mempcrgunakan
sarana-sarana struktural, rctorik. dan stilistik, tctapi ada juga
bidang-hidang yang dibiarkannya "kosong": pcristiwa-pcristiwa tidak
diccritakan sccara Icngkap, tokoh-lOkoh tidak dilukiskan dcngall bulat,·
diajukan tcka-tcki tClapi tidak dijawab. Samna yang dipergunakan
serta hidang-bidang "kosong" lllcngaktilkan pcmbaea. Tafsiran
tarsi ran estetik-rcscptir bertujuan lllcnunjukkal1 di mana clan'
bagaimana teks Ilwmaksa pcmbaca ullluk bcrsikap aktir, agar tek5 itu
dapat ditarsirkan scbagai teks' pcmbaea sendiri. Scring juga
ditunjukkan di mana I(:ks membalasi kebebasan pembaca dalam '
menarsirkannya.
64
harus dilakukan pcnafsiranjilologik. B;t1a tc"i\s yang bcrsangkutan tidak
utuh lagi atau bila ada vcrsi-vcrsi yang bcrbcda-bcda, maka pCl1afsiran
filologik ingin mGnyusun kembali leks yang asli. Sclain ilU scorang
molog' mCf!erangkan juga ullsur-unsur yang tidak jclas, akibat tahap
pcrkembangan bahasa, atau yang bcrsangkutan dengan latar bdakang
historik. Contoh-eontoh dapa t kita jumpai pada karya para ahli yang
meny.unting leks-leks dari saslra Jawa Kuno misalnya. TcnLU s<l:i a,
kalau teks yang dihadapir.lya sangat tidak Icngkap, .maka pandangan
dan penafsiran subyektif sang pcnyunting lurut berpcran. .
Bilajuru tafsir ingin mcnyampaikan suatu ungkapan mengcnai arli
teks yang memadai alau sah, maka sccara skcmatik dapat dibedakan
empat tahap, yang dalam praktck ~cring tumpang tindih:
(I) mencntukan arli langsung yang pl'imcr;
(2) hila perlu mcnjdaskan arti-arti implisit;
(3) menenlukan tema;
(4)' bila perl.1,l mcmperjclas arti-ani simbolik dalam leks.
Dcngan pengctahuan kita mcngcnai bahasa, maka arli primer
'sebuah teks untuk bagian besar dapat kita lcnlukan. Telapi arli primer
tidak untuk semua orang sama. Arti terjadi karena pembaca mcmhcri
arti kepada satu atau 1cbih banyak Landa. Setiap pembaca dibimbing
olch pcngetahuannya t<:nlang bahasa, oleh pengctahuannya (en tang
dunia, ~Ieh pengalamannya scndid serla prasangka-prasangkanya dan
t~rutama ol.eh harapannya mcngenai leks-teks saSlra serla jcnis-jenis
sastra. Tetapi ada faktor-faktor lain· di luar kila yang menentukan
periafsiran kita, Di dalam lingkungan kebudayaan tertentu, tetapijuga
di ]uarnya, bersama-sama dcngan orang. lain, kita memiliki
pengetahuan dan pendapat-pendapat yang sama. Dengan demikian
menurut garis-garis bcsar kita memahami te~s-tcks dengan cara yang
sama seperti qrang-orang lain. Kitajuga dapat mencoba apa kiranya
maksud pcngarang. Seorang pengarang yang illgin menyapa para
pembaca mempergunakan sarana-sarana b;thasa dan sulapan-sulapan
sastra. Ia tahu sarana dan suJapan mana diharapkan oleh sidang
pembaea yang disapanya. Sebaliknya pemhaea mcndckati sebuah teks
dengan harapan tertentu mcngenai sarana ';)ahasa yangolch pengarang
dipcrgunakan dalam sebuah jcnis lulisan tertenlu pula,
Bcrbagai teks saslra menimbulkan perlanyaan-pertanyaan bila kita
iogin menentukan arti primcrnya, sekaliplln kita mengcrti teks itu kata
demi kata. Banyak teks sastra bersil;tt ambigu (bcrmuka dua), dapat
diarrikan dengan berbagai eara dan mcminta dad pembaca keaktifan
sendiri. Teks-teks itu mcngandung sejumlah unsur arri implisit yang
oleh pcmbaca ataujuru tafsir dieksplisitkan. Bila kita bc~jumpa dcngan
65
sebuah metafora, sintaksis yang mcnyimpang atau scmantik yang lain,
daripada yang lain, terjadilah keharusan untuk mcmperjclas hal itu.
Keharusan itu timbu' pada bagian-bagian dari teks itu, letapijuga bila
kita ingin menyusun kern bali artinya yang menycluruh .. Arti yang
menycluruh itu dapat kita ·'acak dcngan mempclajari ekuivalensi
dalam scbuah teks sastra.
Kesatuan semantik yang kita andaikan dalam sebuah teks
dinamakan tema yang meresapi scluruh karya. Dengan istilah tersebut
kita maksudkan ide atau perbuatan yang dapat dipakai scbagai
ringkasan terpendek mengenai sebuah teks. Misal novel Harry Mulisch
(seorang pengarang BcJanda) Dua Wanila, tcmanya yakni dnta antara
dua wanita. Dalam bab tentatlg ilmu teks akan kami perlihatkan,
bagaimana kita dapat menentukan sebuah tema.
Sclain itu arti implisit dan tematik kadang-kadang masil'i dapat
dijabarkan menjadi arti simbolik. Pencarian arti simbolik kitajumpai
misalnya dalam tafsir alcgorik ten tang Alki tab (The Holy Bible).
Membaca sebuah leks secara alegorik terjadi bila juru tarsir sccara
konsekuen membaca seluruh teks atau bagian-bagian besar mcnurut
arti kiasan. Demikian misalnya Perjanjian Lama (bagian pertama dari
Alkitab) pcrnah diartikan sebagai suatu penggambaran alcgorik
tentang Perjanjian Bam. Pengorbanan Ishak.olch Ibrahim menggam~
barkan pengorbanan Kristus olch Allah Bapa. Di samping pengartian
simbolik teks tentu saja dapat diartikan seeara harliah. Seorang kritikus
pernah menafsirkan Dua Wanita sebagai laporan mengenai hubungan
antara ayah dan anak perempuannya; scorang' kritikus lain melihat
dalam novel itu pergulatan antara cinta rohani dan dnta inc;!rawi.
Contoh ini memperlihatkan, bahwa penafsiran simbolik berbcda2bcda
bagi masing-masing pembaca atau kritikus. Penaf$iran simbolik
merupakan sesuatu yang sangal pribadi sifatnya, lcbih daripada
proses-proses dalam tahap-tahap yang disebut di atas. Sebetulnya
setiap penafsiran apalagi penafsiran simbolik, mcngandung suatu
penilaian positif mengenai karya yang bersangkutan.
66
sastra. Tentu saja dapat diusahakan, agar daJam menyusun sebuan
laporan ten tang penafsiran kita bertindak seeara "ilmiah't, artinya:
sebuah laporan yang dapat dieek, yang terbuka bagi suatu diskusi
antar-subyek. DaJam laporan itll 'dapat diperlihatkan bahwa
penafsiran yang diajukan mencakup karya sastra dcngan sebanyak
mungkin detil dan struktur, dan bahwa liada unsur-unsur yang
"digelapkan". Selain itu dapat ditunjukkan berdasarkan unsur teks
mana dan penalaran apa kita menarik suatu kesimpulan tertentu.
Penting juga bahwa seorang kritikus menjclaskan pandangan mana
inengenai sastra yang dianutnya. Hila seorang kritikus scbelumnya
menandaskan batlwa ia mengharapkan suatu kebersambungan yang
logis dan runtut dari scbuah karya sastra, maka kita dapat memahami
dengan lebih baik, men'gapa ia bersikap ragu-ragu terhadap scbuah
brya avant-gardistis.
. Proses penafsiran pernah dilukis~an scbagai suatu gerak mclingkar
dan karena ilmu mengenai penafsifan juga dinamakan hermencutika,
maka juga dipakai istilah lingkaran hermeneulik. Kcseluruhan karya kita
mengcrti dari bagian-bagiannya, dan bagian-bagian itu dari suatl!
pcngertian ten tang keseluruhan yang lambat ,Iaun terbina. Yang
merupakan titik pangkal iaJah penafsiran mengcnai suatl1 delil
(ertentu, tetapi penafsiran ini pun sudah diarahkan oleh suatu
pengharapan menyeluruh mengenai teks-teks sastra pada umumnya
dan jenis-jenis sastra pada khususnya.
Sebuah deskripsi lain mengenai proses penafsiran dipinjam dari
psikologi perkembangan. Semua proses pengetahuan, tcrmasuk
penafsiran, mempergunakan skema-skema yang dapal dikoreksi. Sebuah
skema mengandung ramalan-ramalan dan' harapan-harapan yang
dibenarkan atau disangkal, dilengkapi atau dikoreksi sambit
mengetahui dan memaklumi teks yang bersangkutan.Juga pengharap
an mengenai jenis-jenis sastra dapat dipandang sebagai suatu skema.
Dengan demikian penafsiran merupakan suatu proses konstruksi dan
koreksi. Cabang psikologi yang mempelajari bagaimana kita
memperoleh pcngetahuan, dapat mcmberikan pengertian mengenai
eara proses penafsiran itu berlangsung, seeara empirik diteliti
bagaimana kila mencerap teks-teks sastra.
67
mcmpelajari lakta dan rclasi-rclasi mana diungkapkan dalam scbuah
penilaian. Dila kita irlt'ngatakan: (1) 'Ramqyana merupakutl karya saslra
dunia. tcrbaik, maka ucapan itu, scpcrti sctiap pcnilaian, mcngandung
bcbcrapa implikasi. Pertama-lama penilaian itu mt'mbandingkan.
Scmua karya lilcrcr lainnya dianggap Icbih rcndah daripada Rmna)'an~.
Bita kita mcngatakan: (2) Ramayana adalah karya sastra Sanskcrta
tcrbaik~' maka pcrbandingan ilU lidak bcrjangkau bcgitu jauh, tctapi
mcmallg diirnplikasikall sllalu pcrbandill~an dcngan karya~karya
Sanskcna lainnya. .
Scbuah pcnilaian yang l11<lsuk akal fWlldaknya mcmpcrhitungkan
scjauh mana obyek yang satudapat dibandingkan dcngan ohyck yang
lain. Perballdillgan misalnya I~ndakn>fa dilakukall dalam baUlS saw
pcriodc lertl'l1lu alall dalam batas salU jCllis sastr" lCl'lcnlll. Bila kita
l11engadakan p(,rbandingandi luar batas sualu p!:riode at:lll jt'llis
sastra, maLt baikllya dikatakall. hutir-bulil' malla atau aspek-aspck
mana yang ingill dibanclingkan. Syair Ramayana dalam teks Sanskcrta
misalnya clapat dihandingkan dengan versi Jawa Kuno atau vcrsi
dalamJawa il.lodcl'Il (Semt Nama). Dialog-dialogdalam karya scorang
pengarang Ill!-u~ri:; dari abad ke-17 dapat dibandingkan dcngan
dialog-dialog <lalam karya Graham Greene misalnya. Sdain itu, kalau
kita ingin l11mgadakan perbandingan dan penilaian, maka seyogyanya
dipcrl~itun~blljuga palldallg~n mengenai sastra yang dapat bcrubah
dan sidang jJ('mbaca yal~g drsapa olch sC('lrang pengarang. Sebuah
legenda dari zaman dulu jangan dibandingkan dcngan ecrita dongeng
bagi anak-:lnak zaman sekarallg.
Sclain itu. kedllH pCllilaian tcrscbllt di alas ddak Icngkap. ~ustahil
kita buktikan. bahwa Ranw)lana merupakan karya saslnl dunia terbaik,
tctapi juga bila kita mcmbatasi did pada sastra Sansk<:nll, maka
penilaian kita tidak clapat dilerim<t. Sebclulnya lIeapan sub (2) di atas~
merupakan singkatan dari kaiill1<ll ini: (2a) Saya bcrpendapal bahwa
Ramayana mcrupakan karya Sanskcrta lcrbaik, atau: "banyak ahli"
dan lain scbagainya. S('tiap pClli'raian untllk st'hagian si>lalu bersilht
subyektir dan lerikat akan p!'ndckatall suatll zaman tcrlcntu. Ada
s<:'mcntara ahli l1Iisalnya yang mCllilili Ma/wlilwrala lebih linggi
daripada Rama.l!ana dan s(:tcrllsnya.
Sclaill itu. sllatu p{,llilaian sclalu mt'llimbulkan dua pcrttlnyaan:
Kl'itcria mana di!J(·rgllnakan sang kritikus dalam pcnilaiunnYll? Dan
alasan-alasan mana dapat diajukannya lInluk mendukung pcnijaian
nya? Krit{'ria dan alasan, scrla siral pcnilaian yang lerikal kcp<ida
pribadi kritikus scrta zamannya. akan dibahas dcnganlcbih mC'ncialam
di bawah ini.
6H
4.2 Pengaruh Zaman dan Subyek
Penilaian-pcnilaian lidak lctap sarna dari I.aman kG. zaman.
Semen lara senimal1 ,idak dihargai olrh orang-orang sczaman dan haru
di kemlldian hari diakui kcbcsarannya. Ada juga kurun-kurun waktu
sebuah karya lertenlu scolah-olah dilupakan. Matheus Passion (Kisah
Sengsara Kristus) ciptaan Bach haru "ditemllkan kembali" oleh
Mendelssoh:1pada tahun 1829. Karya-karya sastra yang kini dianggap
sebagai puncak-puncak kesaslraan, dulu din'mchkan. Hamlet karangan
Shakespeare olch Voltaire dianggap lulisan seorang yang s(~dang
mabuk, letapi lima puluh tahun kemudian Victor Hugo m('nilai
Shakespeare lebih tinggi daripada karangan-karangan Racine, "ck"wa"
drama Prancis. Hallam, scorang kritikus Inggris dari awal abad ke-I9,
menulis ten tang soncta-soneta Shakespeare: "It is impossible not to wish
thai S/takespe1re had lIot written them". Atau .singkatnya: Lchih baik
Shakespeare tak pernah men utis soneta-sonetanya"" Pada abad kc-19
penilaian yang senegatif itu dianut oleh kcbanyakan kritikus.
Pcrubaha"\1 dalam pcnghargaan mcnjdaskan, }nlhwa tak ada satu
karya yang mcmiliki siral-sifat yang mcnjamin bahwa karya illl
sepanjaJ'lg masa akan dijllnjung tinggi. Namull dapat diduga bahwa
Karya-karya yang sering dan unlukjangka waklu yang cukup p<\I~ang
dinilai tinggi, mcngandung unsur-ullsur dan slruklur-struktur yang
pantas dinilai tinggi. Tetapi sampai sckarang tak ada scorang pun
.untuk kal'Y;':' apa pUll yalig nll'ngajukan alasan-alasan yang
l1leyaldnkan, . bahwa karya itll nwmiliki struktur-struktur dan
, 'uns~r-unsur yalig harus dinilai linggi .untuk selama-l~manya.
Perubahan dalam penilaian tentu saja berkaitan dengan perubahan
daJam keadaan sosial dan hislorik masyarakat Ul1lum dan dengan
pandangan mengcnai sastra yang bcrubah. Aliran Romantik menolak
soneta-soncta Shakcspeare karen a aliran terscbut suka akan segala
sesuatu yang alami dan spoman, pkaahal soneta-soneta Shakespeare
tcrsusun dengan cukup berbclit-bclit. Pcnghargaan yang berubah
dapaljuga discbabkan karcna panafsiran baru yang (dapat) dilakukan
tcrhadap salah salu karya lerlcntu. Abad yang kc-20 ini mcncmukan
dunia dalam lubuk hati kita yang lidak kila sadari (Freud,] ung, Adler)
dan ini mcnycbabkan pcnghargaan barn lerhadap karya Dostojevski.
Perub~han dalam pcnilaian ditcliti oleh ilmu sejarah resepsi.
Perbedaan dalam penilaian tidak banya" terjadi dari zaman ke
zaman, tetapi dalam kurun waktu yang sama kclihatan juga antara
pcmbaca-pcmbaca dari berba.e;ai aliran. Bandingkan saja resellsi
rescnsi dalam bcrbagai majalah, agar kila mcqjadi yakin men~enai
69
'.":~: -. ""'.' .
"," ;'" ~.'.
kebenaran pepatah ini: "The beauty a/the thing is in the eye ofthe beholder".
Keyakinan pribadi, sosial, rdigius, dan politik dapat menyebabkan
perbedaan dalam pcnilaian. Novd-novd Fran~ois Mauriac dan
Graham Greene pada tahun empat dan lima puluhan disambut dengan
positif sekali oleh pihak Katolik. Lagu-Iagu pcrjuangan dari Amerika
Scla tan dinilai tinggi okh kaUIll ccndckia wan kiri. Sclain itu peru bahan
dalam pandangan mcngcnai sllstra ada pcngaruhnya juga. Hila kita
bcrpegang pada fiksiollalitas scoagai norma sastra, maka lagu·lagu
pcrjuangan tidak akan dinilai linggi. Kritisi yang mCltiunjung tinggi
kesatuan logik dalam scbuah karya sastra pasti tidak suka akan prosa
ckspcrimental. •
Hila kita ingin mcmabami' dCllgan Icbih baik pcrbedaall-pcrbedaan
besar yang terdapat antara bcrbagai periodc dan ingin mc~clili scjauh
mana pcnilaian-penilaian dapat dipcrtahankan. maka ki ta harus
mcninjau kritcria mana yang dipcrgunabn. Sclain ilU ada gunanya
juga mcrumuskan bcbcrapa syarat yang harys dipclluhi oleh suatu
penilaian yang dapat dipcrgunakan.
kngk<':' al,H' s{'c;;.ra li. i];al (lIl{:;\:anpi!!-.,ln r: "cil'i y; 'g kl."'s). 13i i ;,
seol'uhg kritikus mcngharapkan dad sa~;tra, suptlya kcnyataan
dipcrjclas, maka kritcrium inilah yangdipcrgunakan atau diutamakan.
Pandangim ini juga bcrpcngaruh hila d1harapkan agar sastra sccara
tidak lan!S,sung mcmantulkan kcnYataan. Kritcrium ini bcrkai~;111 Juga
70
dengan kritcria kognitif yang mcngukur mutu .scbuah karya sastra
sekcdar dcngan pcngctahuan yang disampaikari. '
Kelompok kritcria kctiga langsung mcngaitkan pcndap~t pihak
kritikus dan karya sastra. Scorang kritikus dapat mcmpergunakan
kritcria politik rcligius atau moral. Sebuah karya dinilai baik bila karya
itu mengambil sikap yang diharapkan olCh kritikus, atau bila karya itu
menyor0t~,situasi-situasi yang dianggap pcnting olch pihak kritikus,
seka/ipunitu tid~k ditckankan olch pcngarang scndiri. Kritcria itu
dijunjung tinggi bila fungsi sastra ditcmpatk.an dalam bidang
pendid.ibn atau cmansipasi, ataupun bila diharapkan agar sastra'
mengainbil iikap yang lcgas, terhadap kcadaan-kcadaan tcrtcntll,
mclibatkan diri dalam situasi itu.
Ada kritcria yaiig untuk scbagianbcrkaitan dcngan kritcria di alas
tadi, yaitu kritcri'a yang mcmpcrharikan kCmampll<lll karya untuk
mcngasyikkan pcmbaca, atau yang clapal' mC'narik perhatiannya
ataupun dapat il1cngharukan hatinya: kritcria emolivilas. Dalam
pcnclitian s.astra yang hcrpangkal pada psikoanalisa diarahkan
1.
pci'hatian kcpada kemampuan saSlra untllk mcn('airkan kct('gangan
dalam hati pcmlJaca, atau untuk mcngalirkan atau bahkan
mt·mcc;ahkannya. . .
Kclompok kclima diarahkan kcpada karya itu scndiri. Krilcria
slruklur itu memperhatikan susunan-, kcbcrkaitan, dan kcsatuan (atau
justru tcrpccah-pccahnya) karya sastra. Kcccndcrungan untuk
mcrigutamakan kritcria ini didukung olch suatu pcndckatan tcrhadap
sastra yang mcnitikbcratkan karya scndiri, yang lcbih mcmpcrhatikan
"bagaimana"nya daripada "apa"nya, jadi yang mcndckati sastra
.secara estelik.
Akhirnyakritcria tradisi mcnilai scbuah karya mcnurul daya
pcmbahatuannya ataujustru scbaliknya, scjauh karya itu setia kepada
tradisi dalam hal gaya dan pcriodc. Kritcria ini ditonjolkan oleh kaum
kritisiyang mcmusatkan pcrhatiannya kcpada unsur kcsastraan di
dalam sastra.
Bila scorang kritikus mcmpcrgunakan kritcria tcrtcntu ini tidak
dcngan scndirinya mcncntukan pcnilaiannya. Misalnya dalam
pendckatan struktural, maka cara scscorang mcnafsirkan unsur-unsur
tertcntu mempcngaruhi juga pcnilaiannya apakah unsur-unsur
tersebut mcmpcrkuat ataupun mcnggariggu kcsatuan karya. Dalam
novel Max Have/aar Multatuli mcnampilkan scorang biograr, Stern,
yang pada dasarnya hanya dapat menafsirkan para pclaku "dari luar",
tctapi sckalipun dcmikian Stern itu olch Havclaar bcbcrapa kali
ditampilkan "dari dalam". Sotcmann,scorang ahli dalam studi
71
','
tentang Mul!atuli, ml'nunjukkall satll bagiun yang dapat diang'i~ap
'''sebagai sualu kdcmahall sUllgguh-silllgguh karena 'mcrllpakan
kerctakan dalam struktur". Tetapi dalam uraian yang sclanjutnya
Sotcmann meninjau kcm!>ali pendapal itu dan 1I1(:llganggap bagian itu
scbagai suatu bukti bctapa Multatuli sclalu berusaha unluk mcmikat
perhalian p<:mbaca dan dengan bagian yang dllpal dianggap kmah
justru mcyakinkan pemhaca Imlnva apa yang clicerilakall itu
sungguh-sungguh pernah wrjadi. Unsur-unsur liksiollal hendaknya
mcnjamin bahwa pcrhalian pemlJaca "dapal bcrlahan l('rhadap
tekanan rakta yang makin II1cningkal". Scrara struklural "kesalahan"
tadi bukan lagi suutu kesalahall, mclainkan scbuah sarana kon
vensional-li!crer yang dCllgan '~wllg,lja dipcrgunakan oleh "pcnga
rang yang maha-lahu". Bila kila IIH'nyctlljui p<'ndapal b.ahwa lugas
saslra ialah mcnampilkan kCllyal:l:lll, maka illi l'iclak berarti bahwa
delli-deli! yang :lama kita ta(sirkatl s('cara mimclik. Karya Henry
Miller pemah dilalsirkan scbagai rcalistik" !clapi pendapat yang
scbaliknya pernah juga dik('mukakan,
72
scmCntara karya Dard schagai "s,tslra picisan", scdangkan tulisan
Highsmith dapat dinilai s('bagai "bcrball sas! ra". T('[(ipi pada
dasarnya pcmbagian ini mr.ngandaikan norma-norma sena harapan
akan jcnis-jenis saslra. Mungkin juga semcnlara orang juslrll !cbih
menyukai suatu dunia impian dcngan tokoh-tokoh yang masing- ;
masing tahu tempatnya.
Akhirnya dapat disebut beberapa syarat yang seharusnya dipenuhi
oleh scbuah laporan evaluasi yang ideal:
(a) Sang kritikusharus menunjukkan, r.ntah dalam kritiknya entah
dalam suatu uraian umum, rungsi mana diharapkannya dari sastra dan
kritcria mana (olch' karenanya) dipcrgunakannya.
(b) Ia harus menjclaskim kriterianya sambil mengutarakan juga
contoh-contoh. Kriterium "orisinalitas" hcndaknya dipcrjelas. Orisi
nal kalau dibandingkan clrngan apa; sr.huah pr.nilaian scperti
"memikat" harus ditolak karena tidak dapat· d ikontrol:
(c) Kritik harus dapat dibuktikan dcngan mengajukan data dari
teks,
(d) Sedapat mungkin hendaknya dipergunakan berbagai kritcria
yang saling melcngkapi. Scbuah penilaian negatif yang menitikbcrat
kin moral seyogyanya diperkuat dcngan suatu argumentasi struktural,
misalnya dcngan mengamati pemakaian bahasa.
(e) Setiap kritik hcndaknya sclalu mempcrhatikan argumcntasi
.struktural: bcntuk seni yang disr.but sa5tra menuntut agar isi dengan
sadar dituangkan dalam bcntuk tcrtentu.
(l) Kritik terhadap karya hendaknya didukung dcngan mcncmpat
kan karya itu di dalam kcscluruhan karya-karya pcngarang yang sama,
ataupun di dalam suatu jcnis sastra tcrtcntu atau aliran tcrtentu.
Bila scbuah kritik tidak memcl1lilli syarat-syaral tcrscbul, maka
tulisan itu masih clapat bcrnilai dokumcnlcr, yaitu scbagai sr.buah
laporari rcsepsi. Sclain itll prihadi kritikus dapat mcnjamin, bahwa
pcnilaiannya masllk akal dan clapal clipcrtanggungjawahkall. Tr.tapi
pcrlimbangan :ni bcrdasarkan argllmcll!asi wihawa, dan \lalam ilmu
.tidak ada tr.mpat bagi p('nalaran S('fllpa il\!.
Catatan Kepustakaan
Sebuah antologi luas mengcnai literary criticism Icrdapat dalam Lodge, ed.
(1972). Sebuah ikhtisar yang singkat dan jdas mengcnai New Criticism
dibcrikan olel1 Halfmann (1971). P('ftanggullgjawaban yang tcoretis·kritis,
Krieger (1963). Krilis dan bcrhaluan marxis ialah Weimann (1962). Seillin
Brooks New Critics juga mcliputi I\lIt'l\ Tate dan John Crowe Ransom, tulisan
73
mereka diterbitkan masing-masing 1971, 1955, dan 1941. Sentuk populer
untuk pengajaran terdapat dalam Understanding Poetry (·Brooks dan Warren
1976). Polemik-polcmik sekitar Jallacies berasal dari 1946 dan 1948, dan
terkumpul dalam Wimsatt dan Beardsley (\954). New Criticism sangat
dipengaruhi oleh tulisan Richard Principles ojLiterary Criticism ( 1924) dan karya
kritis penyair T.S. Eliot, The Sacred Wood (1920). MajaJah Inggris Scrutiny
(1932-1953) penting bag! scjarah kritik sastra Inggris. Kritikus terkenaJ dad
majaJah itu ialah F.R. Leavis, yang terutama disoroti ialah analisa prosa dan
eenilaian kembali tcrhadap "Great Tradition" dalam sastra Inggris. Kritik
Inggris-Amerika juga sangat dipengaruhi oleh karya William Empson Seven
Types ojAmbiguity (1930). Ambiguitas mcliputi "any wbat nuance, however slight,
which gives room for allernative reac#ons to the same piece oj language".
Di negeri Belanda majalah Mqlyn tcrbit antara 1962 dan 1966 di bawah
redaksi Kees Fens,Jessurun d'Oliveira, dan Oversteegen. Sebuah reOeksl"dari
tiga redaktur itu ditcrbitkan th 1973. Senapas deflgan kclompok Merlyn Blok
(1960) membahas struktur roman Coupcrus Mengenai Orang-orang Tua.
Setemann (1966) mencliti struktur Max l/avelaar.
NoulJelle Critique dibda o!eh Doubrovsky (1966) terhadap scrangan pedas
dari "akademikus" Picard (1965) sambi! sekaligus mcmbebcrkan cara kerja
dan sasaran N.C. itu. Sebuah ikhtisar dalam Poll mann (1971), demikianjuga
dalam Culler (1975), Fokkema dan Kunne-lbsch (1977) scrta Lodge (1979).
Pengantar baik mengcnai alam pikiran Barthcs terdapat da!am karanganJohn
Sturrock dalam Sturrock, ed. (l979). S/Z (1970) diterjemahkan ke dalam bhs
Inggris 1974.
Untuk memahami aliran poststrukturalisrne dan dekonstruksi kita harus
menyelami karya filsuf Prancis Jacques Dcrrida yang cukup berbelit-belit.
Sebuah pengantar disajikan olch Culler dalam Sturrock, ed. (1979). Comoh
dari Hillis Miller terdapat dalam Critical Inquiry (3/1977). Sebuah antologi
pada Bloom dkk. Deconstruction and Criticism (1980). .
Istilah filologi sering dipakai dalam arti yang lebih luas, seperti misalnya di
·Belgia dan Jerman, dan diterapkan pada scluruh bidang penelitian sastra.
Teori mengenai penafsiran terutama diuraikan oleh Heide Geitner (1973).
Teori mengenai penafsiran hermeneutik pada Staiger ( ! 955), Cadamer (1960),
Hirsch (1967) dan (19'76). Tentang penafsiran estetik-reseptif lihat catatan
pad a bab 5. Diskusi mengenai "sifat hipotcsa" dalam tafsiran-tafsiran antara
lain pada Mooij (1976b), kemudian Overstcegen (1971), Cottner (1973), dan
secara kritis sambil merangkum Anbc~k (1976) dan Oversteegcn (1978).
Kebera tan mendasar diajukan oleh Verdaasdonk (1974/75). Lingkaran
hermeneutik diterangkan dan diterapkan o!eh Spitzer (1948). Kritik a.1. pada
Hirsch dan Cottner. Pendapat mengenai "skema yang dapat diperbaiki"
pertama diajukan o!eh Piaget dan pleh Combrich dimasukkan ke dalam ilmu
seni (1962). Pembe\aan pada Hirsch (1976). Mengenai proses-proses yang
menambah pengetahuan sambi! membaca teks-teks sastra, baca pengantar
pada Van Dijk (1979). Majalah Forum der Damn September 1979 menyajikan
berbagai ,karangan mengenai teori dan praktek penafsiran.
""t.,_
74
Penafsiran"marxis yanK dikutip berasal dari Eagle:on (1978), interpretasi
feminisdari Millet (19781. Penafsiran simbolik mcngenai Dua Wanitaberasal
dad Kees Fens dan Carel Peeters.
Pustaka filsafat mengeaai putusan yang menilai di sini tidak dibicarakan.
Pandangan-pandangan '!stetik menyeluruh dari berbagai zaman sejak
Aristoteles dipaparkan oleh Stolnitz, ed. (1965). Baga:mana penilaian terikat
pada kea~aan zaman diterangkan Mukarovsky (1978'). Penting juga sebuah
karangan dari tangan Barbara Hemnstcin Smith (1979). Kriteria penilaian
sccara khusus d:bicarakan o'leh Markiewicz (1961), dalam sebuah karangan
dari Mooij (1979b) dan ::Ialam Boonstra (1979). Bobot argumentasi dalam
putusan yang menilai dibahas oleh Weitz, mutu ilmiahnya dibicarakan oleh
Van der Paard: (1978 dan 1980) dan Schaap (1981), Contoh mengenai
Multatuli berasal dari Sotemann (1966). Sifat obyektif dalarn sebuah penilaian
dilawan oleh George Watson (178).
~;..
75
V
TEKS DAN PEMBACA
Thomas Aquino
1. Pengantar
HILA di dalam ilmu sastra disebtll peranan pembaca, maka yang
dimaksudkan dapat bcrbeda-bcda. Yang pokok ialah pcrbeclaan alllara
pcmbaca "di dalam" teks dan pcmhaca eli Ill'll' leks.
Pcmbaca "eli dalam" leks, pembaca implisit dan cksplisit, dibahas
dalam pasH! kcdua. Bila dibicarakan pcmiJaca eli luar'lcks, maka harus
dibedakan anlara pembaca yang diandaikall dan pcmbaca sungguh
sungguh. Pcmbaca.Vlll/g dialldaikllll dijumpai da!am uraian tentang puisi
dan dalam inlcrprelasi-illICrpf,ctasi. Di sana ~ering disehllt-sebut
"sang" pcmbaca dan yang dimaks\ldkan ialah pcmbaca yang dil;;~pa
atau yang scharusnya ctisapa ol('h pClIgarang. Pcmbaca yang
diandaikan dibicarakan dalam pasal t{,!ltang t'stctika pen;haca.
Pembaca yang scsungguhnya nH~rupakan ohyck pweliti:m rcscpsi.
ckspcrimclltal. Dalam pcnclitian scrupa itu disdidiki bagaimana
teks-leks tcrtcnlu ditcrima atau di-resrpsi ol(;h pcmba~a dan bagaimana
hubungan antara tcks dan rcsepsi. Yang dilakukan ialah baik pCllclitian
historik mcngcnai dokume!l-dokul1lel1 maupull pcnclitian lcrhadap
para pembaca dari sudUl sosiologi clan I)sikologi. Pembaca y<ing
sesungguhnya akan dibahas dalam pasal kccmpat dan kclima.·
76
i'mplisil merupakan sehuah kOllSCpp.okok dalam tJietika resepsi yan/lt- .•
bcrmaksud u:1tuk mcncrangkan, krgiatan malla yang seharusnya
dikembangkan olch r;.cmbaca ag.H leks lcrlentu dapal ditarsirkan
sedemikian n:pa sehicgga mcnjadi teksnYil sendiri.
Iser, seorang ahli eSletika rcsepsi memberikan contoh nama'seorang
tokoh pcndeta dari nc-vel karangall Fielding, joseph Andrews (1742).
Nama pend eta itu i,dah Abraham Adam dan dcngan demikian
pcmbaea dipersilakan untuk menyclaraskan iman kepercayaan sang
pendeta (yang dilamhangkan oleh llama Abraham) dengan segi-segi
manusiawinya (Adam:1ya). Pengertian mengcnai "pembaca imptisit"
juga dipcrgunakan untuk mdllkiskan sesuatu yang ironis; di dalam leks
hcndaknya dicari isy~rat-isyarat yang dipallcarkan k.cpada pcmbaca
untuk menafsirkan sesuatu scbagai ironi. Dalam byuT) Time, karangan
. Deryl Bainbridge, diccritakan bagaimana lokoh Binny dan kawan
putrinya Alma, waktu hujan clanjalan raya penuh [<tlu lintas, bertcduh
dalam sebuah warung kopi dengan harapan akan disuguhi kopi. Telapi
sikap mereka oleh pela)'an dianggap lancang (bold) dan ada urusan lain
'yang Icbih penting. Ungkapan-ungkapan serupa ilu dapat mengajak
scorang pembaca untuk mcmbaca adcgan itu pcnuh ironi. Tctapi
scbctulnya ironi Icbih baik dipclajari dcngan konsep-konscp dari tcori
narasi yang m.~nyediakan sarana-sarana untuk mcnganalisa pandang
an-pandangan yang saling bcrtentangan.
Pembaca implisit sering juga disebut namanya, menjadi pcmbaca
eksplisit, yaitu pendcngu rekaan yang disapa olchjuru dongeng rckaan.
Pcmbaca dapat disapa sccara langsung, misalnya dengan kalimat,
. "Marilah pcn:baca' budiman, kita bcrsama-sama mcninggalkan saja
ruang duka ini .... " Kadang-kada.ng pcmbaca dapat disinggung secara
tcrsclubung, sepcrti misalnya dalam .~pilog lv[ax Havelaar; di sana
Multatuli mcnyapa pcmbaca lanpa mcnycbutnya secara terus tcrang,
"Y,;\, aku, Multatuli yang tdah banyak mendcrila, sckarang angkat
pena dan saya tidak minta maar karcna bcntuk buku ini". Pada awal
\lovelj .D. Salinger, The Catcher in the Rye, kita mcnjumpai scbuah kritik
lcrhadap cara pembaca disapa dalam novel-novel dari abad kc-19.
Kalau kall sungguh ingill Ulcllclrngar mcngcmli pCrlSuwa itu, kall mungkin juga
pertnm;Hana ingin tahu eli mana aku clilahirkan. dan bagaimana masa
kanak-kanakku yang kcparat itu. <Ian apa yang clikcrjakan orang tuaku dan apa yang
mcrcka perbuat scbclum merck" cliorhani akll dan segal" tctck hengck segala ala
David Copperfield; tctapi oila kau ingin mcngctahui kchcnaran. aku tidak ocrsedia
mcmaparkan scgalanya illi.
77
implisit yang lchih tahll kwat pembaca eksplisit yang dianggap naif. Ini
misalnya terjadi dalam novel Louis Ferron, Si Pengiris Balu d(lri
Fichtenwald; sang pcnutur mcngungkapkan apa yang terjadi di dalam
"sanatorium" Fiehtcnwald, tcmpat diadakan cksperimcn dcngan
orang-orang yang eaeat mental, "Konon kabarnya semak beh..ikar
penuh dcngan kawat-kawat listrik tckanan tinggi, tctapi tentu saja itu
semua isapan jcmpol bdaka". 1;enelitian mcngenai pcmbaea ckspJislt
dilakukan olch narawlogi (baG> VIII).
3. Estetika Pembaca
Scmcnjak zaman bahcula pa-ra ahli pikir sibuk mcneari fungsi yail~
scharusnya dipcnuhi teks saSlra tcrhadap pcmbaca. MenJ.\rut pcny'a:ir
Latin Horatius (65 sM-8M), maka para penyair ingin membuat
sesuatu yang berfacdah bagi pembaea atau yang mcnyenangkannya
(prodwe atau delectare). Puis! tcrbaik ialah puisi yang mcmperpadukan
yang berguna dcngan yang mcnyenangkan (qui miscuit utile dulc.i).
Tradisi yang mcnilai scbllah karya sitstra mcnurut kemampuannya
agar dapat menyenangkan atau mcngajarkan scsuatu kcpada pcmbaca,
mcmang bcrlangsung berabad-abad lamanya. Sampai zaman
Romantik tekanan silih berganti diberikan kcpada unsur hiburan atau
unsur kegunaan. Syarat-syarat tcrscbut seeara' global diuraikan dalam
buku-buku yang disebut poetika, buku-buku pedorrian bagi para calon
pengarang dan pen yair. Yang dianggap mutlak perlu untuk
mendukung unsur hiburan ialah bahasa kiasan, fantasi, dan
persajakan.
Di samping tradisi yang bcrpangkal pada Horatius kita dapati
sebuah tradisi lain yang diilhami olcb Aristotclcs. Dalam buku
karangan Aristoteles yang bcrjudul Poetica terdapat dasar bagi teori
katharsis. Menurut ahli filsafat YUllani iui'scbuah pentas tragedi yang
menimbulkan rasa belas kasihan dan kctakutan dapat membersihkan
(katharsis) alam emosi kita. Salah saw tafsiran mcngenai teks ini
mengatakan, bahwa sebuah tragedi memperlihatkan kcscngsaraan
yang dcmikian hcbat, schingga tidak lcrjangkau olch cakrawala
pengalaman kita. Penonton yang sccara intensif turut mcngh~yati
penderitaan sang pahlawan lalu merasa bahwa pcnderitaannya scndiri
sebctulnya bclum apa-apa, schingga {crasa lebih ringan.' Dalam
tafsiran ini dapat kita lihat scbuah reaksi terhadap pcndapat Plato yang
negatif mengcnai pcngaruh scni.
Dad sudut psikoanalisa pur para ahli pernah mcmpelajari efek
sastra (~alau itu ada), khususnya sastra fiksi, terhadap pembaca.
78
Menurut Simon Lesser sastra agung berkaitan dengan masalah
masalah emosional kita sendiri, sehingga "sambil membaca ~arya itu
kita dapat bertatap muka dengan masalah-masalah kita scndiri yang
paling mendcsak, pun pula dengan problema yangbiasanya pura-pura
tidak kita maklumi". Sambil membaca sastra itu maka secara tidak
sadar ktta dapat mcngerti makna tersembunyi ~erita itu. Ada
unsur-urisur dalam cerita itu yang mengungkapkan keinginan dan
emosi kita yang tcrsembunyi.· .
Sebuah contoh mengenai pcndekatan psikoanalisa itu kita dapati
dalam tafsiran mengenai Hamlet.Jones, seoral)g pcnganut teori Freud,
ingin menerangkan mcngapa Hamlet ragu-ragu membunuh pamannya
Claudius, yang pernah membunuh ayah Hamlet s~r.::;:\iri lalu kawin
dengan ibunya. Menurut Jones kcragu-raguan itu timbul karena
Hamlet srcara tidak sadar dihinggapi olch komplcb Oedipus, sehingga
scbetulnya dia sendiri ingin mc:akukan apa yang diperbuat Claudius,
yaitu membunuh ayannya dan kawin dengan ibu:1ya. Kalau Hamlet
membunuh Claudius maka ia mcmbunuh scbagian dari dirinya
sendiri. Para penon ton mcnghayati baik keragua-n maupun keinginan
Hamlet terhadap paman dan ibunya masing-masing, tetapi dengan
rela menyerahkan pclaksanaan keinginan tersebut kepada sang
pahl<iwan di atas panggung. Karena di samping identifikasi yang
dipcrlukan agar pcnghayatan dapat memberslhkan emosi kita,
diperlukan pulajarak tcrhadap 5eorang pclaku fiktif, agar emosi-emosi
yang menggelombang hcbat itu, dapat kita tahan.
U ntuk sebagian Lesser memperkuat teorinya dengan meneliti sikap
dan reaksi 'para pembaca dan pe.nonton. Penelitian serupa itu - yang
juga kitajumpai daJam penelitian mengenai "fungsi eskapisme" dalam.
sastra picisan - tidak lagi mcmfokuskan diri pada pembaca yang
diandaikan, mclainkan p,!da pembaca sungguh-sungguh.
79
~,
(b) laporan profcsional;
(c) tcrjc';'ahan dall sadurall;
(d' saduran eli dalam sebuah mcdium !.ain, sepcni misalnya IiIm yang
bcrdasarkan scbuah novel;
(e) rescpsi produklil: llriSUr-llllSUI' dari sciJuah karya S(lslra diolah
dalam sehllah karya baru;
(£) rcsensi;
(g) pcngolahan dalam bukll-bllku st:iarah sastra, cnsiklopcdi, dan
scbagainya;
(h) dimuatnya scbuah tragmen oalatl\ scbuah bun.~a rampal, bllku leks
ulltllk sckolah, darlar bacaall w;~iib hagi pd;~jar dan mahasiswa;
(i) laporan mCllgenai <lngkcl,'pcnt'lilian sosiologik dan psikologik.
Bcbcrapa bCflllIk n'scpsi "ang juga clin:llnilkan /1I~flgQI(lIt(/1I leks akall
dibahas lehih lanjul <lalan! pasal hnikut.
Pcnclilian mcngt'llai rcst:psi lH'rcalJang rlu.a, yaklli s(:iarah rcsepsi
dan penelitiall tcrhadap orallg-orang SCZal1l<lll. Sejamh rest/lsi mcncliti
bagaimana scbualt leks alan st'kt'lolllpok leks, scjak dilcrbilkannya,
diterima, dan bagaimallu reaksi para pembaca atau sckelompok
pembaca. Judi oalal11 s~jarah ITscpsi ada dua aliran: yang satu
bcrkiblat kcpada leks !lcndiri, yang laill llH'IH:rupong para pcmbaca.
Kedua aliran ttTsebut mempclajari Il/Iblll/.f~1I11 al1tara leks dal! pembaca.
Yang selalu d ipcrsoalka n ialal! ba~ail11alla ka i Ian an fara leks dan reaksi
pcmbaca. S(tiarah rcsepsi nH'nlpakall salah sail! bellluk s(~arah !las Ira
yang mcnyimpang dari bentuk Iradisional st:iarah saslra yang disuslln
menurul pcngarang dan alir;!IL
Scjarah rcsepsi yang (crarah kepada leks adalah peneiitian terhadap
rcsepsi scbuah karya atau srkt'lompok karya olch pcmbaca atau
sekclompok pembaca scpanj;1I1g s(tiarah. Beberapa contoh mengcnai
penclitian serupa ilU disajikall eli bawah.
Kita dapa! mempclajari bagaimana Ilias, karangan Homcros,
diterima pada masa jayanY4\ .dcmokrasi di kOla Athena lalu
membandingkan pencrimaan ilU dCllg-an rcs(!psi pada zaman
Renaissance atau dengan resepsipada zaman kita'sckarang ini. Bag.i
resepsi di kala Athena kila mcmiliki sebagai bahan rcaksi-rcaksi
pengarang-pengarang lain. baik yang pasii' maupun yang produktir.
Zaman Renaissance mcmperlihatkan pcrhatian bcsar bagi sastra
Yunani yang baru saja dilcmukan kcrnbali; ini tercermin dalam
berbagai lerjcmahan /lias scrta pcngaruh Homcros tcrhadap pcnulisan
cpos-cpos n:4sion,tI. Pada 7.<lm;1I1 kiw illi langgapan-tanggapan dapal
~ .
80
kila jumpai dan sejurah-sejarah s"astra, program pcngaJaran, serla
pcmbclaan bagi pcng<l:jaran sastra klasik. ' .
Tcks yang kita baca sr.karang ini lidak (epat santa dengan leks yang
diba<;a atau didcngarkan oleh orang-orang Alhena pada abad ke-4 a tau
ke-5 sM. Yang mer.yo!ok ialah bahwa kebanyakan di al1lara kita
membaca !lias lcwat scbuah lCIjemahan atau sebagai bagian dalam
sebuah .bunga rampaL Tcks ilu Iwrubailiagi bila misalnya "Perpisahan
antara Heklor dan Andromache" kita baca dalam sebuah bunga
rampai tcntang "kisah-kisah asmara dan saSlra dunia". Tetapi yang
Icbih ban yak mengalami pcrubahan ialah para. pcmbaca. Bagi orang
Athena Homcros mcntpakan pcnyair nasi6nal yang mcnyampaikan
nilai-nilai serta pcdoman-pedoman; sarna sepcrti A!kitab bagi orang
Kristen. Pada zaman Renaissance, Homcros dial1ggap scbagai pcletak
dasal: bagi snatu lraclsi agung-. Yan~ memhaca Homeros pad a abad
kc-20 ini ialah pcncinla sastra yang tclah dibina .Olell suatu tradisi
::lastra dari abad ke abaci (dcngan dcmikian dapal Il1cnemukan dalam
karya Homeros !cbih ballyak daripada pcmbaca pada zaman dahulu),
atau pdajar-peh~ar yang mcmbaca Homcros k~rclHJ. lercantum dalam
danar bataan wajib.
Conloh lain bagaimana rcscpsi dapal bcrubah ialah reaksi-reaksi
tcrhadap novd D.H. Lawrence Lady ChaUerly's Lover. Buku ini .tei-bit
pada lahun 1928 dan sidang pembaca mcrasa digoncal}gkan karena
. adcgan-adcgan scks [;m:)a lcdcng aling-aling diceritakan, lagi pula
dipcrgunakan kata-kala porno. 13ahkan pada lahun 1960 pun edisi
Penguin y,ang m('ny.~jikall tcksnya seeara tJ.luh diajukan ke pengadilan.
Tetapi lambal !aun n:oral umum yang dalam.hal seks menJadi lebih
longgar mcnyebabkan bahwa buku ini tidak lagi mengalami
perlawanan. Kini maksud Lawrence dilaCsirkan lain daripada yang
dahulu dan serta merta orang'percaya akan ucapan Lawrence, bahwa
ia bermaksud "to make the sex relation valid and precious .instead ofshameful".
Telapi.tak lama bcrsclang gcrakan fcminis mcngccam karya ini karena
siCat "scksislik" dalam pclukisan Lawrence mengenai hubungan
asmara antara putri scorang bangsawan dan sinder kebunnya.
Kcberalan serupa - da:1 mungkin dcngan lebih tepal - diajukan
ternadap Henry Miller yang pcrnah disanjung sebagai nabi kebebasan
seks yang lclah berhasil "menu lis secara alami lenlang scks". Tetapi
Kate Millett mengecam .Miller karcna "the anxiety and contempt which
Miller registers toward t.~( female sex".
Dalam resepsi terhadap karya Homeros dapal di!inat pcrgeseran'
yang fundamental mcngenai lalar bclakang sosio-kultural para
pcmbaca; untuk scbuah l::arya yang sudah berumur liga ribu tahun
81
lcbih ini mcmang tidak menghcrankan. Dalam rcsepsi tcrhadap karya
Lawrence dapat dilihat pcrgcscran ·moral. Pergeseran politik pun ada
pengaruhnya, sepcrti misalnya pcrubahan politik sesudah 1945
mempengaruhi rcsepsi lerhadap Havelaar.
Dalam sejarah resepsi yang berkiblat pada pembaca dilcliti peru bahan
perubahan dalam kebiasaan dan car-a membaca para pembaca at au
sekelompok pembaca. Penclitian scrupa itu hanya ada artinya bila
ditujukan kepada sekclompok pcmbaca yang cukup homogen, seperti
misalnya sckclompok pelajar. Pcnditian serupa itu dapat me
nyumbangkal1 data untuk mcmperbaiki peng,~aran sastra misalnya.
Pcnclitian rescpsi hislol'ik ,tcrbentur pada bcberapa masalah
metodologik. Bahannya scbeittm abad kc-18 hanya sedikit, dan
scsud; lIlya ')all; nil)'; aga~' kr,Jctu!;;":': lunyai. ;~(;'lksi-rcab:
tcrbal.:s pad,' SU;I~ll tarsal! sosial yang cuku;' : i, ,is. ScI; iq itu lidak a(b
kc~imllnbungal1 dalam rcaksi. Sclain itu kcbanyakan kongkretisasi
perlu dilafsirkan secara (clili. Dan sumb.er-sumber pun perlu
dipergunakan dengan bcrhati-hati. Di negeri Belanda misalnya pcrnah
ada dua pengarang wanita yang hidup pada pcrtcngahan abad kc- J8.
Mercka mcnulis sebuah novel dan tokoh novel ito mcmperdcngarkan
pcnilaiannya terhadap kal'ya Goethe. Bcltlm t.CnlU bahwa pcndapat
pelaku itu sarna dengan pcndapat kcdua pcng;arang tadi.
Kita harus !cbih bcrhati-hati lagi lcrhadap lulisan-tulisan yang
mengandung unsllr-unsur polilik atau idcologi. Pada zaman Jerman
Hitler ada bcberapa pcngarang yang lcwat majalah yang mcrcka asuh
(lnnere Emigration) berusaha untuk mengutarakan kritik tel'selubung
terhadap rezim dcwasa ilU, letapi para kritikus Nazi tcrnyata kebal
tcrhadap kritik yang halus itu, lalu bahkan mcmuji karya mercka
sebagai dllkungan bagi ideologi Nazi.
Dalam pcnclitian terhadap para pcmbaca sczaman dapat
dipcrgunakan juga mctodc angket dengan pcndekalan psikologi dan
sosiologi. Dapat disclidiki misalnya asosiasi mana ditimbulkan olch
semcntara metafora atau perasaan apa dibangkitkan o\eh sajak.sajak
tertcntu. Di sinijuga dapat disclidiki apakah seorang "pcncinta sastra"
memberikan rcaksi lain atau "Icbih baik" daripada pcmbaca biasa.
5. Pengolahan Teks
Beberapa pcngolah teks pan4!-s diperhatikan sccara khusus karena
pengaruhnya tcrhadap kchidupan sastra.
Saduran kadang-kadang lcbih berpcngaruh daripada teks asli,
seperti misalnya saduran yang dibuat untuk kaum rcmaja mengcnai
82
Robinson Cnisoe, Tijl UilensjJif,f:tf. dan felt/ll(ol/g(1Il (;uflil:rr, Tradisi
Shakespeare untuk sebagian bcrdasarkan Tall'Jji'Olll SllIlkfJpea-[f (IR07)
karangan Charles Lamb. Scmcillara saduran,juga yall!{ discbul hanl
in,i, karena pcrtimbangan moralistik dibersihbn dari bagian-bagian
yang mungkin membcrikan "sandungan",
Sensor polilik pun mcnyd)abkan diadakanllya pnubahan-pcruhah
an dalam leks, kadang-kadang lJahkall ci<-ngan sensor sebclumnya oleh
pcngarang scndiri untuk nWJ)\'damalkan karytlnya, T)clllikian
misalnya kmbaga sensor di Spanyol \\'aklll pcmcrinlahan Franco
mcncorct bagian-bagian yang rnengandung kritik tcrhaclap dasar
dasar rezim, gercja, dan kduarga (misalnya pembenaran lerhadap
p<:makaian alal-alat konlrascpsi). i"asibsepcrti illljuga nwnimpa Saltlli
lIJu/zan karan 6 an Ahdul I\luis.
PCl'ubahan kllusus t('~iadi hila schuah karya dicanlllmka·n clalam
scbuah anlologi. Sajak "Burllllg-h(~rung", karangan 0Jijholl' pnnah
dical1lumkan .dalam scbnall bunga I'ampai yall.~ hany<l 1lH'll1ual
sajak-sajak mcngenai burullg-burung seilillgga isi dan belar poliliknya
dikurangi.
Diskusi-diskusi scki,lar [('t:icmahan saslra sering Iwrpusal pad a
unSUl'-unsur yang khas hagi SlIa!u iJ;.ilasa dan rang tak dapat
dilctjemahkan. Diskusi ini ada lemp:tlnya <Ii dalam ilmll tCljemahan.
Yang mcnarik bagi ilrnu sastra ialah lilllg.~i t('l:jemahal1 rlalal11 SWill!
lirigkungan kebudayaan asing serla pcngarllh yang dialami pCllgarang
olehnya.
Resep.ri produktif beriwda daripada saduran. Scbuah sadman
memberikan suatu bcntuk bant kcpadil scbuah· cerita alau
mempersingkat bahan asli, sedangkan rcscpsi produktifterjadi bila.
scoral1g pcngarang mC;,mp('rgunakan lema, gaya pellulisan, dan
unsur-unsur lain dari scorallg pcngarang scbclumnya bagi sebuah
produk krc<ltif yang haru. JII(lul U(llJseJ md;\mballgkan bagaimana'
James Joyce secant produktir mCJl{'rima karya !-Iomcms. (Ulysses,
nama seorang tokoh dalam cpos karang,ill Hnmeros). Sckcdar contoh
dari sastra Indonesia: syair "Hang Tllah"' karangan AmiI' Hamhah
secara produktif mcnerima cpos sastra Mclayu Klasik. Epigonisme
tcrjadi hila !\corang pcngarang riwnirll s;~ia !icorang pcngarang lain
yallg dikagumillya. P/a,c;inl t('l:jacii bila s('orang pcngarang mcngopn
scsuatu dad 5corallg pmgarang lain, \("Iapi Iidak mall mrngaklli hal illl.
Resensi-rcsensi dalam smal kahar dall majalab merllpakall salah
satu 'bcntllk kritik saslra. Fllngsi rC~('!lsi ilil. b('rmaClIlll-maCmn;
inlc)rmasi, k{:trrangan, an,iurall posilif', alau ncgaliC Hanya 11('\)('I'ap"
sllral kahar dim minggllan nH'lly.~iikan inl{lrmaSt yang sist('malik Yan,!!;
8:-1
dapal di:tndalkall nH'\lgenai t('rhilall prosa dan puisi hant. Dalam sural
kabar yang sama kila kadang-kadang juga b<'rjumpa dcngan usa Ita
unluk menalsirkan scbuah karyCl saslra. COllloh mcngcnai pCllafsiran
simbolik lcrhadap /)/1(( Wani({I yang dikulip eli alas, l)Crasal dari scbuah
resensi dalam SlIrat kalmr. 13ila scofllng krilikus mcngat~iurkan scbuah
huku untuk dihdi nail dihaC<l ia lcntll saja nwmpcr.~lInakan kritcria
subycktif: tClapi kritcria yang dibahas di alas mengenai pcmbagian
pcnilaian-pcnilaiall ll1utlcul kembali eli dalam rescllsi-rcswsi. nita
seorang kritikus dcngan saelar illgin mcmajllkan kep<'lltingan komcrsial
scorang pengarang atau penerllit, maka itu wk lain daripada iklan sajiL
Pcnelilian !lH'llg('nai pcngarqh resensi hallya scdikil dan itll pun
lidak selalu clapal dipcrcaya. SN)Uah pcnclilitn tcrbaws yang- pcrnah
dilakukall eli .J(,l"lll:tn nlCtlg('nai krilik tcr}wc!ap 1)(:Ilg-arang Herbert
Achlcrnbusch lidak nwnllnjllkkall aclanya Ituhung-an alltara krilik oan
pcnjuHlan. T(·\;tpi Richard Oillnallll d(,llgall ({'gas mCllyimpulkan
hahwa dalam s(,l11bilan dari sc[)uluh kali scbuah bahasClIl (biarpun
ncgalif) dalam lampiran Nfl!' York Tillli'S.mrrllpakan syar<lt agar scbuah
bllku hisa dijadikall sdlUah "twit Jflll'l"', Schllah l)llkll baru dilwri
lempat dalam kategori "sastra", yakni bllkll-bukll yang masih dibaGl
juga hebnapa t,dlun s('sudah lnbil, scsudah dibaltas dalatn
rnajablH11aj;tlalt intdcktual scpcrti .'I/ru' York Rn'il'w of 80okf.
Pcngajar<lll saSlra tnullgkin merupakan Iwntuk yang paling
bcrpeng;ll'ltll dalall1 p('ng-olahar~ saSI.ra. PCllg,~illran saslra I11cmper
gunakan hchcrapa sarana banlu<tll, s{:f)('rti s(~iarah saslra dan
antologi-antologi yang sama scpcrti rcsensi-rcscnsi bcrpengaruh dalam
proses kano!lisasi sastra (kanon= dartar karya-karya baku), yaitu proses
yang harus dijalani sebuah buku scbelum diangkal dalam kclompok
buku sastra. Pengarang-pcngarang dari zaman bahcula turun temurull
dianggap scbagai ,pcngarang klasik antara lain karena karya mcrcka
bcrguna dalam pcngajarall.
Sasaran alall objectives bagi pengajaran saslra hanya dapat disusun
bcrdasarkan pendapat prihadi 1l11'llgcnai si/;I! dan rlln~~;i saslra.
Snsaran traclisional bah\\';! pellgajaran saslra Il1cwariskan harta
kcbuc\ayaall disel'tai olch pl'llwkaian s~iarah-s(:iarah sastnt. Sasaran
kcdua - yang killi Illakin dilerillla - ialah nwmbiasakan si anak c1idik
agar scnang l11emhaca. K('sellangan terschut dikembangkan· :Itltara
lain dCllgall mdat~iulkan hahall bacaan yang sudall dikenal ol('h
murid-f11l1rid: 11IIkll-buku remaia, komik, dan saduran-sadHrall
mcng-cllai karya-karya klasik. Illl dijadikan h;.ltll luncatan agar pclajar
dapat Il1t:raih Ilahall bacaan yang "/Chill ling-gi".
84
Karcna sastra I11cmiliki huhull,e;an khas d('ll.l~'U1 kcny;n<l311l. maka
pcngajaran sas.\ra clapat ll1cmp!'riihatkan dunia-dUllia lain dCllgan
norma-norma lilill. Dcng;lI1 c\rmikial) pcn.~a.ial'all saslra <lapal
mcmbantu si anak didik ul1luk menclrkali norma-norma dan pola-pola
pcmikiran masyarakatnya sendiri dcngan krilis. Sil~1l saSlra yang
mcnyoroti pola-pola pcmrranan serla hubullgan-huhull.l';<l1l sosial
dapat dipergunakan dcngan baik sckali ll11wk mcnyadark'll1 sf'orang
rcmaja mcngcnai kedudukannya di tcngah masyarakal. 1111111 saslra
dapat mcmbantu pcngajaran pada umumnya dcngan nl!"l1yajikan
pcngcrtian-pcngrrtian mcngenai sifiu-sifill sastra. Pcndckat<ln saW-a
secant intr.rprctatif hCl'guna lll1\uk menggali llorma-nornlH dall
pendapat-pendapat yang terserr(Hlnyi di dalam saSlra .
. Catatan Kepustakaan
Sering satu. istilah saja, estetika rrsep.ri. dipakai 'baik mcngenai estetik rcsepsi
maupun mengenai telaa:h-tdaah rcsr.psi yang lebih bcrsifat cmpirik. Kedua
alii-an mencTuskan karya kaum strukturalis di Praha, Bandingkan misalnya
kar:ya Mukarovsky dan Vodicka (1976),
Berbagai ragam pembaca dibahas dalam karya Wolfgang Iscr yang
,mendasari aHran estetika rcsepsi. Karangan-karangannya yang utama
terdapat dalam antologi Re:::eptionsiisthetik, susunan Warning (1975). Penting
juga !ser (1976) dan Grimm ((977). Dalam bahasa Bclanda kumpulan Rien
Segers (I978). Mengenai tcori-leori mengenai sikap pcmbaca pad a zaman
klasik, baca Russell-Winterbottom (1972) dan Fuhrmann (1973), Tentang
pengaruhnya, Abrams (1977). Pendekatan psiko-analitik, lihat Lesser (1975)
dan VerhoefT (1981). Penafsiran tentang Hamlet berasal dari Jones (1949).
Teori mengenai sejarah rcsepsi berawal pada sebuah ceramah yang
- diada~an Jauss tahun 1967 Literabqgeschichle als Provokalion der Lile
raturwissenschafl. Dalam bentuk yang sedikit lain teksnya terdapat pada
'Warning. Secara mendasar dan sistematik, sekalipun agak panjang,
masalah-masalah tentang scjarah rcsepsi dan cstctika rcscpsi dianalisa oleh
Grimm. Link lebih sede;rhana tctapi di sana-sini clapat dibantah. Sebuah
antologipadaWarning.
Teori mengenai pencernaan teks dibicarakan olch Wienold (1972). Contoh
tentang sensor terdapat pada t\bel!;in (1978).
Kritik tajam terhadap pcngajaran sastra di negeri Belanda dilontarkan oleh
Van Dijk (1978) dan dibantah oleh Van Luxemburg dan Vogel (1978), De
Meijer (1978), dan Tempelman (1978). Mengenai hubungan antara i1mu
sastra dan pengajaran sastra pcrnah, diuJis Van der Harst (1979). Dari dunia
pendidikan Kruithoff secara kriris meneropong pcrkembangan dalam
pengajaran sastra.
85
VI
ILMU TEKS
"
"Tet;!pi nlari!ah kita membal\ll~ intinya ,,'bdlllll "ktl l1H'n\'illlpaU!( dad leb."
Pieler Langendijk
1. Pengantar
II.MU sastra IlH:ncliti sddompok H:ks ICl'tclltu. Ini bcrarti bahwa
s('lmrtlsnya ilmu sa~;tra mCl'upakan cabang, scbuail ilmu lcks pada
umulllllya. Tnapi ilillu y,\Ilg kbih UlnUll1 ilU baru saja dikembangkan,
scdangkan !Imu sastl',a dapat mengalldalkall suallllradisi yang leramat
lama, schingga juga 1<:l>ill m,~u dalall1 pcndiliannya. Dalam pniktck
silUasi kini malah s('baliknya: di dalalll bidang pcnditian ilmu .!)Clstra
baru-baru ini timbul s(:jumlah pcrmasalahall yang berkaitan d~11gan
sirilt-sifal leks pada urn umnya, jadi tidak per se dengan sifal leks sastra.
Cabang ilmu ini dinamakan ilmu tekJ. Dalam bab ini abn dibahas dulu
ciri-ciri tcks. K('/l1udian ditil~all teks eli clalam rangka rUl1gsinya.
TI'ks-lcks ditinjau scbagai pcsan-pcs:L1l di dalam siluasi komullikasi.
PCtldapal ini mcndorol'lg kita Ullluk mcmbiearakan rungsi lcks.
Kemudiall akan diuraikan sarana-sal'ana yang dapal dipergunakan
para pellgarang leks untuk mcncapai tuiuannya. Di san:1 akan
disinggullg bellcrapa garis h(:~ar rctorika': Pembahasan mcngcnai
~ct11enlara pcnclapat len tang gaya akall llH'IH:rallgkall, h('tapa pcnling
c:ara s\'orang pr.llgarang mcnjabarkan hcril<lllya.
86
.Pragmalik, bagaimana bahasa dipergunakan dalam Suall! konteks
sosial tertentu; teks merupakan suatu kesat'uan bilamana 4.ngkapan
bahasa oleh para pcserta komunikasi dialami sebagai suatu kcsaluan
yang bulat. Adapun pragmatik itu ialah ilmu mengenai perbuatan
yang kita lakukan biJamana bahasa dipergunakan dalam suatu konteks
terten tu. J adj, istilah ini tidak sinonim dcngan praktis seperti
dimaksl,ldkan dalam penggunaan bahasa schari-hari. Pada umumnya
cukup sukar menentukan, bilamana' seseorang mengalami suatu
derctan ungkapan bahasa sebagai suatu kesaluan, karcna kontcksl1ya
dapat berbeda-beda. Bcbcrapa contoh dapal menerangkan, apa yang
dimaksudkan dcngan "dialami scbagai sualll kcsatuan yang bula l". I tu
terjadi bilamana kita mcmbaca scbuah ccrita yang ada awal dan
akhirnya; sebuah sajak yang rada satu halaman tcrpampang sebagai
suatl! kesatuan; scbuah berila di dalam sural kabar dan yan~ diawali
dcngan "dari korcspondcn kami di Teheran" dan yang diakhiri dcngan
scbuah garis tidur, aSlcris, alau singkatan nama pcngarang; scbllah
teks drama yang diawali dcngan nama para pclaku dan bcrakhir
dcngan kala "Tall1al",
Mcmbaca sebuah teks merupakan saW tindakan yang bulat yang
berakhirdengan, "Nah, sclesailah sudah aku mcmbaca cerita ini n , Bagi
pembaca (penerima) teks tadi merupakan ~l'Uatu kescluruhan, Bagi
penyiar, yaitu pembicara alau rcngarang kriterium pragmatik yang
dipcl'hatikan ialah bahwa leks diungkapkan o\('h salu orang pcmhicara
s.0a. TClapi ini tidak sclalu hcrlaku, Dalam salu lcks kita dapat
berjumpa dengan lebih dad saru orang pcmbicara, scperti misalnya
dalam sebuah'dialog, Dan sebuah dialog oleh pcmbaca juga dialami
scbagai salu teks, sekalipun di dalam dialog ada bcbcrapa pembicara.
Jadi rupanya sebuah lcks dapal lcrsusun dari sedcrelan tindak bahasa
yang berasal dari bcrbagai juru bieara. Di sini dapat diajukan
kriterium, bahwa tindak-tindak bahasa itu yang bcrsama·sama
merupakari satu leks, harus saling bertaulan, mcrupakan rcaksi yang
satu tcrhadap yang lain. Dua buah monolog yang lepas sama sekali
yang satu dan y.ang lain, tidak dapat dipandang scbagai saw leks.
Namun dapal terjadi, 'bahwa bebcrapa mqnolog ditcmpatkan dalam
suatu kerangka pragmatik yang Icbih luas, schingga mcrupakan bagian
dari suatu kcscluruhan, seperti lerjadi dalam semcntara drama modern
(Putu Wijaya). Monolog-monolog yang lepas yang salu dari yang lain
terangkum olch rungsi pragmatik, yaitu menggambarkan situasi
nonkomunikasj antara para pclaku.
Tindak bahasa, seperti tclah dikatakan dalam bab tiga, dapat
dirumuskan sebagai sesuatu yang kita perbuat bila mcmpcrgunakan
87
~j.
bahasa. Jkrjallji dan IlH'l1gaIlC;lIll. nWIllI)('rikall dan 1lH'l1crangkan.
m('larall~ dUll tncllyellijui. IlH'mhaplis dan 1lll'llyalakall pcrallg, itu
sCllwa mcrupakall liJl(I'lk hallas.\. Kcdlla lilldak hahasa lcrakhir
dengun jdas bcrakar dalam sualil klllhaJ:;a (agama dan polilik). lni
bcrarti bahwa ada :;yarat-syaral yang Iwrkail<ln dellgan tindak hahasa
illl, Bukan :;cliap oran.~ dapat mt'lllhaplis alall Inellyalaktlll pcrang,
dan iJarallg siapa I)(:n\'('nall,~ lH'rhllill hal lcrs('illll tidal: sc1alu dapal
be ri lila I Ital itll dan I('rhalas juga kt'I1l11llgkinall lcrilatiap siapa ia
rnclakukan itu. [IIi jug,\ Iwlaku Ilagi tillClak-tilldak hahasa lainllya,
13arallg siapa illgitl nH:lll'ntllgkall S('SlIatll hal'lIS IlH'l1Iaklurili hal yallg
illglll ditnallgkililuya dall hanls 1lH'IHlud\lki !lOS lSI sehingga
kctnaltgalillya dapat dilcrilll,\ olt-I! rckan \-viean\. Barang siapa
Illcltjalljikall scslI:Jlll lia!'lIs 1lH'lI1l'lllihi janjill\'a,
Secanl sinlaklik sebuah teks I!anls m<:mpcrlihatkan kebertalltan.
Kcbertautan it!! antara lain namp,lk hila unsur-unsur pcnunjuk seeanl
kOIlSistcll eli pngulla kan, "Tn t i non Ion Iii til, I a I1lt'rasa keccwa," Kala
"ia" Illcllunjllkkall kepacia TUli; kalan tidak. maka kita hcrhadapan
dCllgan cilia kalill1at yallg lrpas yang :-;;\111 dari yang lain. Kd'{'rtalltall
ini clemikian gamhlallg seilillgga kita tidak I1Iwyada!'illya cla1am
pCllggulla;l1t'hahasa sdwri-I!ari. Sec;!!'a lid"k sadar kit:! lI1el1lp(~rglllla
kan kritcrium illi bila 1l1t'l1liJaca dan l\\clIlal!,\lui IIngkapall-ungkapan
bahasa. Anclaikata illl lidak lcr:iadi. l1laka Pt'l1ggllllaall bal!asa jauh
!cbill mCllyusahkan. Segala ptTtalian lalu hartls dicksplisitkan.
Unsur-llllsur bahasa yallg nwmpllllv;li rllngsi scbagai pClllilljuk intern
dan yang menghematkan usaha ullluk mcngcksplisitkan sesuatu,
scperti "ia" dan "nya" disc\)ul'flllnjina, Dalam saw leks selllua unsur
anaforik harus menunjukkan kcpada antesedcn yang sama (misalnya
kata "ia" harus mcnunjukkan kepada orang yang sama).
Kcsaluan .remalllik yang dillmtllt sdJUah leks ialah lema global yang
mclingkupi !leoma lInSlIr. J)('ngal1laill pnkalaall: 1('llIa atall perbllatan
yang berrungsi sebagai ikhtisar teks alau perulllus:ln sill1bolik!~y,l.
Tcma yang nwngikhlisarkan sU:llU la!loran pcnalldingall alllhra
Persija dan Pcrsibaya dapat dirumuskan scbagai: Persija mengalahkan
Persibaya. Scbuah diskusi panjang Iebar dalam DPR mengenai sebuah
RUU PClldidikan dapat dirumuskan sebagai, "DPI{ menyctujui RUU
Pelldidikan". Hila teks mengandung laroran mcngenai peristiwa
pcristiwa, maka lema harus mellcerminkan juga perubahiw itu,
"Dengan susah payah RA Karlini mcmperjuangkan emanisipasi
wanita". Kalau leks yang bersangkulHn bukan suatu cerita maka
bentuk dan lema juga lain. Scbuah rcb misalt,lya yang mcncela
pcmakai:\n ganja clapat dipnsillgkal Illcnjadi, "K('caman lerhadap
Hg
pClllakaiall gan.l:l . Kad·at1g.bd;;~)g trma srhuah sajak dapat
dirumuskan orll,r;an salu kala saja, s('pcni misalnYiI: alalll !'lnla
kemaliall. <llill! dt'llgall Slla(1I pcrtcnlallgan: muda-tu;\. k('ilidlql<ln <Ii
kota-krhidupan di pcdcsaall. Tema scbuah dialog yang nH'll\'a,iikall
sualu perang Jiclah dapat dirumuskall scbagai. "Deoat mrllgclI<li iliang
kdadi".
Meml'njukkan tema saja tidak nwmadai hila kita ingat abn
kompleksilas scmai1tik scouah ICks, bahbn sebaliknya. l\laka
pcngertiall "tema" liclak d~maksllclkan agar serara 'lTwmatiai
menyajikan kornpleksitas scmantik itll. Biia kita merumllskan sdHlah
(ema, kitn hat'll Il1cmhrrikan suatll pf'llafsiran mCllydllrt.dl yang
mcmullgkinkall kila 1l1l1llk mcnil~aukks itu sl'hagai saW knwhrrllilall.
Kcmudiall kita dapal 1l1C'lIinj.lU hagaimana tcma illl ICl'SIlSIIIL
Bcrclasarkan data Illana kita IllCl'lIlnUskall 1('lIla illl! Kcsalllilll
kcsaluan I('hih kecil vang
~. . hnSall1il-SanHI I1wwujlldkalll('IlI<l
. illl. disrillit'
lcks-tcks naratif' dan lekS-leks drama, whap-tahap ittau periodC'
pcribde. Dalam riwayal hidul) RA KiII,tini yang tl'manya dis('blll di
alas,. kita dapal mCl1llwc\akan pcriodc-pcrio(i<- schagai heriklll: Illasa
pingilan - 'sural-mcnyurat dengan wanita Bdancla - pc~iumpaan
dcngan pcjabal-pcjabal Bclanda usaha pcrtama bagi cmansipasi
wah.ita Indonesia - pcrnikahan dcngall bllpali Rembang
r;c:rjuangan diteruskan scslIfiah ia mati.
Dalam t('kS-leks yang ingill rncyakinkan pcmbaca alau pcndcngar,
mak:!' kcsatu<ln·k('s;I!II<1J1 illl ialah alasall-;I!asal\ yang cliajllkan. l\laka
dad itu dipcrlukan scbllah istilah yang lebib Ilmum dan yang
mcnulljt'lkkan kcsaillan-kcsatll<ln sCl11alllik s('liap leks. ISlifah (crschllt
ialah ·mo/if. lstil<lh ini telah kila jutnpai dalam karya para formalis
Rusia. Yang di sini dil11~kslldka!l dengan istilah "molif~' ialah s(,tiap
kcsalUan scmanlik ynng hcrsama-sama (lcngan krsalUan-kcsaluan
sdnantik lainllya di dalam leks, mr.wujlldkan tema. Pcngertian ini
mcncakup sliatu wngga kcsalllan-kesalUan. SlIaw kriterillll) pasti
unluk nH'mhalasi masing-ma:-;ing kriteriul11 lidak dapat diherikilll. Ini
tcrganlllng dad niat kila scjallh mana kit a ingin nwngallalisa l('b y;lIlg
hcrsallgkutan, apakah cpismk-cpisodc alaukah kcsalllan-knmtllan
Icksikal (kala-kala) yang kita ainhil sebagai k('sallliln. Sclain illl
panjallg leks IlWl1lhalasi pClIditian, Dalam sehuah sa.iak \'allg
panjangnya hanya (,mpat helas haris hampir sctiap kala nwngandllll,~
schuHh motif; scbuah nOH'1 yang lerdiri dari liga jilid liclak c1apal
dian,disa sampai s<:iclimci illi.
Motif:motir sccara langsllng dapal disimplilkan dari Irks dan
hiasanya Iwrsiliil kOIl,/Ikrt'l, Tcmanya sCl1c1iri tidak d(,lIgan srllciirillya
89
harus c1irllmuskatl s('cant cksplisil dati oias<lnya her:>ililt IIhs/rak.
'!\'manya dapat disil1lpulkan dari k('scllll'llhan nlOtir dCllgan
mencml>alkall motif-mOlir ilu rli bawah saW pt'll~crtiall lewat jalan
ahstraksi. Bila dalam se-Ialah sajak nampak m()ti(~lltotirsq)erti "musim
rOrlLok", "kubul":lIt", "pcralihan", maka tema yang- dapat disimpulkan
ialah knnatian atau ketlltlltci 11 rail, iJiarpull kala "kclllatiall" atau
"kemunrluran" tidak kita jumpai di d.t/am teks.
Scbualt mOlil" yang mdukiskan scbuait situasi disebut slatik,
sedangkan motiryang mellunjukkan pCt"ubahan, seperti misalnya suatu
pcristi\"'a, <liscbu't dillamik.
90
dimaksudkan srba~ai haraan yang komik cl'Lpat mrngharukan si
pembaca. Daripada merasa dihibLlr (maksud pcmbaca (hin pmga
rang), ia mcngucurkan air mala. Darnpak dan tujuan tidak sarna,
namun tc~jadi komlillikasi yang Iwbat. Tl'rnpat yang diduduki scbuab
teks di tcngah-tengah masyartlkat, ialah fungsinya, clarat hcrlainan
sama sckali daripada apa yang dirnaksudkan baik 011'11 pcngarang
maupun olch pcmhara.
3.2 Konteks
SCliap ungkapan b:1hasa, lcrmasuk sdmah teks, Illcugacu kcpada
scsuatu. SeplTti sCliap sis(('m lancia, maka bahasa pun mcrnputlY.li
fungsi aeuan. Apa yang cliacu olrh Irks mcrupakan ha.t;ian gamharan
mcngcnai dunia y<lllg ada clalam angan-angan kila. Pestln ill! kila
kaitkan dCIl)!an seilagiall pikiran, pcrasaan, dan ide-ide l1lcn,e;cnai
scgala sCsualU yang ada alau yang mungkin dapal ada. l3agian itt!
dinamakan hl/lrks peSall. lsi rCS<ln dengan salah satll cara herkaiwll
dcngan kont:·ks ilU. Ini tidak bcrarti bahwa isi leks bcrsifill riil
scdangkan tcksnya l'ealislik. lni Iwrani bahwa sctiap isi hanya dapal
dimcngcni ~alau dapat dilcmpatkan dalam scbuah konlcks.
Kcjadian-kc::iadian fanlastik dahlm scbuah dongcng lidak dapat tCI:iacii
dalam kcnyat<lan, tetapi unsur-unsurnya herkaitan dengan rcngcl'tian
kita mcng\:nai kcnyataan. Anjing serigala lidak dapat bcrhicara, lctapi
kita tahu apa itu scrigala (dalam kcnyataan) clan apa ilU IWl'bicara
(dalam kcnyataan). Kita juga tahu apa itu bcrdus!il, Illcnginginkan.
mc,rayu, dan membohongi. Maka dal'i iLU kita dapal mcngerti motif
fantastik rncngenai "serigala yang mcnginginkan putcri yang
berkcrudung mcrah, lalu memhohonginY<I dcngan kala-kala rayuan".
Kontcks tcrdiri dartbayangan kita mengcnai dunia l1yata atau dunia
yang mungkin ada, lagi pula mengcnai pala kcjadian dalam dunia it~ .
. Dunia sepcrt: nampak pada suatu saat tencntu, jadi kalau clilihat
secara sinkroll, dilukiskan dalam leks-teks olch motir·11l0Iif'stalik. Pota
krJadian dalam urutan diakronik, dilukiskan dalam mOlil~motir
dinamik. Senuah teks tidak sclalu mengacu dengan tcran~ atau 1ncnurut
satu arti ~aja. Sekalipun demikian namun si pcmbaca sdalu dapat
mcngadakan kaitan, bctapa rumit pUll, antara leks dan konteksnya.
Andaikat;t'ia tidak darat mcngailkall~apa yangdibac.anya dengan salah
satu konteks, maka bagi pemhaca itu teks tadi huka lagi sebuah leks
menurul bata.~an yang discbut di alas tadi. "Teks-tl'ks" yaJl~ lidak
nerisikan apa pun dan yang tidak dapal clihuhungkan dcngan kontcks
. apa pun, tidak tcrjangkau lagi oleh cldinisi bahasa van.t; mel'llpakan
91
scbuah' sislem lall1 Ilallg". Ucapall-Ul'apan scrupa illl disebul dcrClan
bunyi-bullyi saja.
9'1
~""
Telapi pada z.:\man Romalllik balas-balas antara bcrbagaijrnis sastra
itu menjadi kahur. .
pada zaman Romilnlik balaS-hal,\S antara brrhagai jcnis saSlra illl
menjadi kabur.
Syaral material agar dapat ICI:iacii komllnikasi ialah salah salu
benluk konlnk Para PCS('rtH dalam scbuah wawancara hams dapat
saling mcnd<:ngarkan. Kalau mcrcka duduk tnlalujauh yan~ satu dari
yang lain, atau berhicara kUl'ang kcras, atall pellcicng-aran nwrcka
kurang baik l maka tak mungkin ada kOl11unikasi lisan, keCllali blau
. dlpergunilkan media (pcngcras suara, mike. cia Il schagaill~·a). 1\ [eng(,lIai
leks-teks yang dimakslldkan eli sini, mcnurllt arti tcrba!as. maka syarat
utama ialah SlJpay,1 dapal dihaca (i"t:llg<lll cukup mud,~~. jacli hanls
ditlllis dcngar. .icia;;, ll1<llIpllll ciicctak.
Pcrbedaan Ulama antara knl1ll1llikasi lisall dan {('rluli); ialall r(';;('psi
di/JPrfambal. T,~ks illl pariplll'lIa hila suclah dipapilrkan eli hadapall
pcmbaca. Dengan rraksinya pnnbdca tidakdapilt 11lrmprngarllhi
p~rkcmbangall teks selcrusllya. Hanya hila leks dihidangkall <lalam
bCflluk ('erita hersami>llng clalamsurat kahar. maka I)('ngaruh illl
mungkin .
. ,Scmentara :)('ngarang nwraSil perlu I11cl'cntlllgkall dan mCI1.l:{olah
rcaksi yang mlll1gkin timbul dari pihak pembaca. l)al<ll11 leks yang
mcreka IlIlis mereka nwmhrnltik citra 1)('1)1bacll. yailll pcmbaca
implisit. yan.1:{ k(,ll1udiHIl olch p('milaca kongkrci dapat diambil alih,
diterima s('hagai cilranya s(·Ilt/iri. .
I3anyak leks masih dil)aca iWl'ahad-abad scslldah cfi!ulis. Pcrbedaan
antara makslld pcngarang dall dampak sclHlah teks tertcntu terhadap
pcmbaca akan 'Icbih bcsar dari sc~edar jarak waklu, ruang, dan
kebudayaan. Sel1lell!ara puis; mistik pernah juga dilar:,irkan sccara
crotik,'sepcrti misalnya Madah Agung (bagian dari Pe~ianjian Lama).
Tokoh Krcsna di India lain pcranannya daripada di PulauJawa dalam
pertunjukan wayang. Kaidah moral yang dianut dalam salah satu
masyarakat tcrtcntu turut mcmainkan pcranan .
. Masalah lain yang ada sangkut pautn)'" dcngan kOlllak ialah
pemasaran. J)it(,l1l11knllnya teknik cetak-nwJ1c('tak mengakihalkan
peruhahan be:;.;lr di datmn komullikasi literer, PCI11<lsaranllya. mcnjadi
[(,bill [uas, lctapi sckaligus lalll juga )UpUI dari pcngawasiln. Siclang
pcmbaca scon'.ng pengarang mcnjadi kbih IlIas, letapi pcngarang
scring kalijllga tidak tabu lliapa yang mcmbaca karyanya sehingga ia
harus mcnycst:.aikan diri kcpada kcadaan yang hcrnbah illl.
Sccara. IinaDlliaJ pUll kedudukan llcorang pengnran.g I)('ruhah.
Dahulu ia scring ten;alllllllg pada seoran!! dnrnawan. scorang
9:{
Maecenas; sebagai balas jasa dermawall itu, seorang raja alau
pangcran, talu di!ukiskan secara positil~ disanjung-sanjung, dan
idc-idenya tidak discrang. Di kemudian had scorang pcngarang sangat
lcrgan!lIng pacla pel1nbitnya. Ketergantun~an bani ini mcngikutserta
kan macam-macam komplikasi finansiai yang dapat mcmpengaruhi
leks.
94
dampaknya. Fungsi dapat diukur sejauh mana tujuan leks (yang dapat
clibaca dari teks) bersatu padu dengan dampaknya (scjauh m~na ini
dapat dilaeak). Jelaslah bahwa yang tcrakhir ini sulitiwkali.·
Kadang-kadang kita hanya dapat mcngandaLkan pcngalaman kita
sendir-~dalam membaca leks-tcks atau pengalaman suatu kdompok
keci!. Dalam pembagian teks-teks ·itu kita harlls mcmbatasi diri pada
fungsi-fungsi ulama. Pcmbagian pasal-pasal be:-ikut bcrdasarkan
fungsi-rungsi utama itu .. Sclain itu setiap teks, di samping fungsi
utamanya, Juga memiliki bcberapa fungsi samping yang tidak boleh
diabaikan.
95
,~"
tcrsrhlll. Buku-bukll pegangan, bllku-bllkll pcl,~ial'all dan buku-buku
pctunjuk (C;tr<l memakai srsllatu) t(~rmllstlk jrnis ini.
.9()
spiritual dan material schuah rnasyaraka!. T('ks-1Cki; scrllp;! ilu dapat
kita nilai menurut isi semanlikn)'<l alan mel1ll1'ul !llralcginya:, Bila isi
lcks itu. tidak menyr:nangkan pcmbaca, maka pCllilaiannya akan
bersifat negatif. lni belum berarti bahwa teks it\! sccara kualitatifjuga
buruk.
Pcnclitian mengenai slralcgi lI~ks-tcks pcrsll<lsir dapat ditujllkan
kepada dua pcrtanyaan yang bcrbeda·beda nH'llurul tujuan yang
ditcntukan oleh penclili. Bila penelili' ingin tahu apakah leks itu
"jujur", dengan lain pcrkataan apaka.h cukup 11t'rsilat diskursiC maka
ia memperhatikan apakah alasan-alasan dengan cksplisil dinalarkan.
Teks-teks persliasifyang mempergullakan alasan·alasall implisil (jadi
tidak dapat d ikon trol) discbul pe/'suasij:'l).anipulali/ lkl urn tentu a pakah
ini hants diccla; hampir tidak dapatc1ihindarkan bahwa kita mem
pergul1akan scdikil ban yak rnanipulasi, ,misaln)'a dalam, pendidikan
dan pengajaran. Sejauh mana manipulasi dapat djterima, kila ukllr
mcnurut isi yang kila handingkan dcngan pcndirian kita sendiri.
Penanyaan lain ialah scjauh mana teks-leks pcrsuasif mempul1yai
dainpak. Penelilian serupa ilU dilakukan misalnra olch sebuah instansi
atau perusahaan yang ingin tahu apakah leks-teks iklan yang d'ilJayar
dengan mahal, ada Cfek atau dampaknya. Sebuah leks yang ditolak oleh
sescorang yang menjunjung tinggi kebenaran, akun disambut baik oleh
scorang yang mcmpunyai kepentingan pada manipulasi. Sebuah
penilaian lak pcrnah lepas dari pendirian seseorang. Yang cfcktif dan
haik (secara moral) lidaksdalu bcrsatn padu.
97
tnl'la-jJuiJi scperti masih akan kila lihal dalam bah mengcnai puis!.
Dalam novel 1+·lItheriTl.~ lIe(eJIiJ (karallgan l::lllily Brollte) Lockwood
mcmuji Ellen Dean, scorang P(~ITlhanlu fllTl1ah tangga, karcna gaya
ceritanya. "Kecuali bcllcrapa ullsur logal daerah yang tidak bcgiLU
peming, hallasalllll lidak I11cmpunyai eiri-ciri yang biasanya kudengar
dari s{;orang yang scderajal kamu." Dengan dcmikian Ellen dinilai
sebagai scorangjuru ccrita yang mcmadai, sckalipun ia hanya scorang
pclayan. Kalimal serupa ilu mcmpunyai rungsi meta-naratir, tcmanya
ialah bagaimana scorang pcrempuan dari golongan rcndah mencerita
kan sesuaLU . .J lIga teks-teks yang' mCllyinggllng konvc:nsi gellre yang
meneakup teks itu sendiri, atau koc\c-kode lain, mcmpunyai suatu
lungsi mcta-kornunikalil: sepn1i misalnya kala penganl,lr bagi suatu
aUlobiografi liksional, yang menckankan, bClapa sumbernya dapat
dipcrcaya. .~ .
'" am sorry to trouble )'ou. J~m(:s." said til,· brmlirr, "gathering thcm up, but-"
"Oh! You have something to s<\y. I knew that. Well? .....
"Well?" he rcp"atcd sharply.
9B
kebudayaan I ndol1csia, bila kila hc~jllmpa dCllgan orang lain, kita
benanp, "Kc mana?" Sebetulnya kita lidak ingin lahll orang illl kc
mana, kita hanya mcnanyakan itll IImuk IlH'lIjalill kOlllak sosial.
99
bahasa clapal dipcrgunakan juga dua hidang yang bcrdckatan ialab
ilmu argumcntasi scrta rctorika. Pcmakaian kedua i1mu ini dapal
bersi!iH rasional (dapal dikontrol) aWu manipulasi (lidak dapal
clikon trol).
lImu argumcntasi merupakall suatu cabang ilmu logika dan
mcnganalisa berbagai bellluk pcnalaran serta mcngccck scjauh mana
penalaran itu memenuhi syarat-syarat logika. Dcngan dibantu oleh
ilmu ini seorang pembaca sccara kritis dapat meninjau argumentasi
argumentasi yang diajukan dan dapa! mcmperlebal daya kebal
tcrhadap manipulasi. Pcngarang-pengarang yang menu lis teks-teks
persuasiC khususnya leks-teks diskursiC dapat menimbadari ilmu
argumcntasi untuk mcmperb~liki pellalarannya. Tetapi s{'orang
pcngarang lidak hanya dapat memahirkan tcknik-leknik penalaran
"yang baik", iajuga mcmpergullakan tckllik-lenik yang "hilruk". I3agi
ilmu saslra retorika Iebih Iwrfhedah daripada ilmu argunH'n!asi.
Menurut asal usulllya retorika lllerupakan ilmu untuk menyusun suatu
uraian yang tcpat dan yallg mellcapai silSamnn}'il, tetapi sckarang tclah
mcrosot dan hanya menyajikan Ilt'rhagai akal dan slilapan.
Sejak dahulu retorika l11ellgCllaJ ciua cai>ang, cahang illstrllklif:
bagaimana mcnyusun scbuah leks yang baik, dan scbuah cabang
informatir yang l11elukiskan, bagaimana teks itu disllsun. Khusus
cabang kedua illi relcvan bagi ilmu sastra. Dalam pasal-pasal bcrikut
sccara singbt abn dibahas garis-garis besar rctorika deskript~r
100
bahan pcrbandingan kadang·kadang disinggung dalam baris·baris
pcmbukaan. Dalam scbuah satirc, obyck yang digarap. dan seri.ngjuga
alasannya, disinggung pula. Esci Susan Sonntag On Photograp.iydiawali
dcngan scbuah kalimat yang sekaligus mcmuat bahan dan inti
kritiknya:
Uma'l manllsia, tanpa mengubah sikaplIya scdikit pun, tCtllp manghl dalam gila
Plato, mcn!(gcmari kcbias"annya yang l~run·tcmurun yailu mengamati gambaran
gambaran mcngcnai kebcnaran.
101
Perhatian pendengar atau pembaca dapat diperoleh dengan
berbagai cara. Tema karangan sendiri dapat disajikan sedemikian rupa
sehingga menggiurkan (delectare). Atau pcngarang menjclaskan bahwa,
dengan mcmbaca karangannya pembaca menjacli makin pandai dan
diperkaya clalam pengetahuan (docere). Selain itu pengarang atau
pembicara clapat menimbulkan simpali bagi perkaranya atau bagi
pribadinya sendiri (movere). Fungsi exordium untuk memikat perhatian
pembaca dalam praktek tidak palu langsung dikaitkan dengan tema
seluruh karangan at'!-u pidato.
Narratio alau pcmaparan fakta disw;un berdasarkan fakta yang
tersedia, prCj.s~jarahnya, atau dalil yang harus dibuktikan sesuai
dengan lema. Pemaparan fakla bcrtujuan unluk menjadikan pembaca '·:a
makJum. Ia dibcri informasi mcngellai keadaan sehingga ia dapat
memhuat suatu p(:ndapal atau penilaian. Scbuah leks ilmiah atau
instruktifatau diskursifseyogyanyajuga menlll~jukkan bagaimana teks
sendiri tersusun sehingga pembaca clapat mcnycsuaikan diri, dan
dcngan Jebih mudah clapat mengikuli uraian seterusnya. Dalam
teks-teks sastra ini tidak selalu dilakukan, bahkan 'kalau informasi
terlalu jelas, maka dampaknya c1apat bcrsi/i1.t ncgatif dan rasa ingin
tahu dikurangi.
Uraian pokok (conjinnatio atau argumenlalio) mcngandung episode
episode atau argumen-argumcn. 13agian ini meliputi bagian tcrbesar
dalam sebuah teks. Mengcnai uraiatt [Jokok dalam sebuah karya sastra
tidak dapat dikatakan banyak sccara umurn. Nanti dalam bab-bab
mengenai tiap-tiap jcnis sastra akan diberi informasi sclanjutnya.
Fungsi uraian pokok ini ialah' mcmenuhi jallji-janji yang tclah
diberikan dalam exordium. Bila pada awal dijanjikan scbuah kisah yang
menarik, maka sckarangJah kisah itu harus rlipaparkan. Bila pada
bagian awal diajukan sebuah pcrtanyaan. mHka sekarang jawaban
harus diberikan. Bita dipcrtahallkan sebuah pcndirian, maka
sekaranglah itu harus dibuktikan. Dapal tc~jadi bahwa antaru
pemaparan fakla (narratio) dan uraian pokok tCI:iadi schuah pcrgeseran.
Contoh terkcnal kita jumpai dalam pidato Marc Anthony, seorang
sahabatJulius Caesar (dalam drama Shakespeare). Scmula ia rupanya
memuji Brutus, biang kcladi dalam pembunuhan terhadap Julius
Caesar, tetapi lambatlaun nadanya makin mengancam. Kalima.t yang
selalu diulangi. "Brutus is an honourable man", kedcngaran makin pahit.
Dalam exordium pendapat Marc Anthony bclum dapat diungkapkan
karena pada saat itll para pcndengar. bclum siap menerimanya.
Perubahan pada bagian-bagian uraian menunjukkan fungsipcrsuasif.
102
'.
Dalam sebuah teks ilmiah atau informatif pcrgcseran serupa itu pasti
tidak pada tcmpatnya. . .
Penutupan atau peroratio mengajukan ~uatu kcsimpulan r.le'r)gcnai
datil yang tclah diuraikan, membcri jawaban tcrhadap scbuah
pertanyaan, meringkas argumcntasi atau mclaporkan akhir ccrita
(misalnya, akhirnya mcreka" dapat mcnikah dan masih hidup bahagia
puluhan tahun lamanya). Fungsi bagian ini ialah mcnyampaikan
kepada pembaca atau pendcngar pcndapat mcngcnai seluruh tcks yang
selaras dengan tujuan pengarang. Dalam scbuah pidato pembclaan,
bagian inibcrfungsi mcmpcngaruhi pcrasaan hadirin atau haki"m
sehingga mcrcka bersikap simpatik tcrhadap tcrdakwa. Teks-tcks
naratif pun dapat ditutup dcngan scbuah adcgan yang mengharukan.
Dapat tcrjadi scsuatu yang tak tcrdug/;' Dalam scbuah ccri:a dctcktif
diungkapkan siapa pcnjahatnya yang biasanya lain daripada sangkaan
pcmbaca, Kadang-kadang scbuah ccrita diakhiri "secara tcrbuka",
artinya tidak jclas bagaimana pcmccahannya 'dan ini dapat dinilai
sccara positif. Misalnya bila pada akhir ccrita sang ayah menghantam
putcranya scbingga dia jatuh tcrsungkur, tctapi tidak diungkapkan
apakah pcm\.!da itu mati atau hidup tcrus. Dcngan scngaja itu tidak
dijclaskan, supaya akhir ccrita tidak tcrlalu mclodramatik. Tctapi
kadang-k,tdang tamatnya tcrasa tawar, cedta bcrakhir scpcrti scbuah
lampu yang mati karena kekurangan minyak. Bila teksnya bersira~
pcrsuasif, maka dengan akhir serupa itu tujuan teks tidak tercapai.
Sebuah akal yang scring dipergunakan ialah menamatkan cerita
dcngan scbuah pertanyaan. Pcrtanyaan tidak dijawab, pembaca
tergugah untuk berpikir sendiri dengan mempergunakan bahan
argumentasi yang telah disajikan sebclumnya. Pembaea merasa dirayu
olch imbauan pengarang untuk menegaskan pendiriannya sendiri,
makll dcngan mudah jawaban yang disarankan oleh pengarang
diambil alih olch pembaca.
Dalam retorika klasik yang sebetulnya mcrupakan buku 'pedoman
bagi calon-calon pembawa pidato. dibeda-bedakan tahap-tahap dalarri
proses penulisan pidato. Penulisan sastra pun tcrjadi mcnuru"t
tahap-tahap itu yang dikuasai oleh "cstetika idcntitas"; kaidah-kaidah
itu diperhatikan dengan lebih ketat daripada sekarang. Bagi penulisan
sastra pun terdapat buku-buku pedoman yang disebut '''poetika'' dan di
saria pun dibedakan berbagai tahap dalam proses penulisan.
Tahap pertama dinamakan inventio, mencari bahannya, entah
dengan memilih dari bahan yang sudah terscdia, entah dengan
mengkhayalkan scbuah isi fiktir. Dalam tahap disposilio bagian-bagian
isi itu diatur dan diolah. Menuturkan bahan yang sudah diatur itu
103
<;,
5.2 Gaya
PengerLian IClllang gaya s!'I'la hnbagai pendapal lcnlallg gaya
dibahas sebagai Sllalu bag-ian I,(,lllrib. Illi Iwrarli bahwa gaya
dianggap sebagai salah salu saran;! yang dapal dipcrgunakan
pengarang IIntuk mCllcapai lu.iuanny;\. Tnlladap anggapan ini dapal
diajukall kcbcratan-kc:bcraICin. SCliap 'Ieks Il'1cmpllnyai suatu gaya,
entah itu dengan sadar dipilih clan diar;dlkan olcll pl'ngarang. Telapi
bila ini dipandang dari SudUI pCllIlJaca. rnaka dapal dilalldaskan
bahwa gaya schuah leks sclalu nlC'OlllpC'ngarlihi clampak a.tau r;(ekny'.t,
jadi mem~engarllhi hllbungan alllara efck dan lujuan yang disebut
fungsi.
Tidak mudah mcmberikan balasall ,tlall ddinisi mengenai gaya.
Terdapat berbagai pcndapal. Sccara -kasar pcndapal-pendapat iLu
dapat dibagi mCnUI'1I1 pClldapal-pclllial)al llIollixlik dall dualislik.
Menurul pandangan mOllislik maka helltuk dan isi tal dapat
dipisah-pisahkall dan hanya untuk SCl1lClllara, )'ailll karen a dianalrsa,
dapat ditinjau ~;ccara lcrpisah. Bila gaya diubah. maka isi sceara
otQmatis pun berubah. Ivlenurut para pcndukllng ll1onis, maka kalimal
yang berbunyi, "Scbrang kau dapal puLing". lain isinya daripada
blimal, "Enyahlah dari sini". Ivkll lIrll I pandangan dllalis hanya
gayanya lain, lelapi isinya sarna. Pandangan relorik yang sempil,
seolah-olah gaya hany" menghias saja (o/,//(/flls) yang sekedarjenis leks
harus menghiasi agar dapal Illcnycll:l Ilgk-,l 11 , hams I1lcngilarllkan agar
dapaL meyakinkan alau mcncrangkan agar dapal 'l11cng,~iarkan
104
scsuatu, bersil~lt dualislik. Juga tcori yang mcmandang gaya scbagai
suatu penyimpangall dapat dipandang sdmgai dualistik. 1<.csukaran yang
ditimbulkan olch tcori ini ialuh bagaimana mcncntukan norma'~yang
"disimpangi" olch gaya. Ada scmentara orang yang mcmakai bahasa
pcrgaulan schari-hari sebagai norma, lain lagi ulasan ilmiah yang
dianggap sebagai inrormatif mclulu. Kcdua pcndapa: ini tidak dapat
dipcrtahankan. Bahasa pergaulan tanpa gaya syukurlah tidak ada. Di
lain pibak teks informatif pun dirumtlskan oleh scorang subrck yang
juga ada gayanya.
Pcndapat yang paling umum dianutialah yang mcndcfinisikan gaya
sebagai uariasi. Gaya ialah scgala sesuatu yang mcmberikan ciri khas
kepada sebuah leks, mcnj~ikan teks itu sqnacam individu hila
dibandingkan dcngan tcks-(cks lainnya. Dalam par:dangan ini tidak
ada norma yang tctap schingga teori ini dapat discbut baik monistik
. maupun dualistik. Variasi dapa. dijumpai di daJ.am ungkapan saja
(dualistik) atau di dalal11 kcscluruhan ungkapan dan isi (mpnistik) .
. Sejumlah variasi yang dapat dipcrgunakan pcrnah diklasifika~ikan
dan dikcnal sebagai pola-pola ga,..YlI, Pola gaya dapat dilukiskan scbagai
transformasi yang dialami struktur teks.
Transformasi-transformasi yang dapat dilakukan ialah:
(1) pcnambahan at.au pcngulangan;
(2) penukaran;
(3) penggantian;
(4) penghapusan.
Transformasi-transformasi ini dapat diterapkan terhadap segala
bidang teks. Bebe~apa contoh dapat menjelaskan betapa luasnya
kcmungkinan mengadakan kombinasi-kombinasi. Tidak mungkin dim
tidak bcrguna untuk menycbut di sini puluhan pola-pota gaya yang
ada. Pengulangan bunyi tcrjadi datam rima. Pengulangan struktur
slntaktik discbut paralclismc. Pcngulangan isi dinamakan redundansi.
Pcnukaran sintaktik discbut inversi (Kuninglah padinya). Metafora
dan pola ani lainnya tcrmasuk pcnggantian isi. Suatu bentuk
pcnghapusan ialah clips (rncnurut isi), misalnya scbuah pcristiwa yang
scharusnya tcrjadi di dalam sejarah dilcwati dahm ccrin. Zcugma
ialah scbuah pcnghapusan sintaktik schingga tcrjadi pcngaitan.
Pak Gcndul lelah mcninggal,"
dalam rumah dan damai Tuhan.
105
Sesudah catatan-catalan mcngenai teks-leks pada ul11umnya, kini
akan dibahas tigajenis sastra. Mcngapa kira membedakan adanya liga
jenis sastra dan bagaimana itu terjadi di daJam perkembangan scjarah,
akan dibal1as dalam bab berikut.
Catatan Kepustakaan
106
VII
JENIS~JENIS SASTRA (GENRE)
Tcori tent:uig Jcnis-jcnis tclah IIlcnjadi suatu SiSICIIl. pcngolakim yang kllsarj
bcroagai bcnda yang bcrlainan sama sekali dipaksakan kc dalanHl~a.
~,
Ernst Robert Curtius
1. Pengantar
D~LAM bab mengenai "ilmu teks" tclah dibahas bcrbagai tipe teks.
Tcks-tcks dikcJompokkan menurut fungsinya. Kritcrium ini tidak
coeok unluk pembagian lebih lanjut bagi kclompok teks-leks sastra
yang dcmikian luas dan terbuka, Seeara menycluruh leks-teks sastra
mempunyai rungsi yang sarna.
Semenjak zaman baheula tclah banyak ditulis mer.genai jenis-jenis
sastra. Tradisi dalam bidang ini demikian kaya dan dcmikian
mcmpengaruhi produksi sastra sehingga tidak mungkin me
nyampingkannya. Sering kali pengarang-pengarang berusaha untuk
menyclaraskan karya mcreka denganjenis-jenis sastra yar..g sudah ada.
Pembagian itu sering kali puta tid~k melulu bersifat deskriptif,
mclainkan preskriptir, membuat peraturan-peraturan, sehingga
scorang pengarang merasa bangga bila ia dapal memenuhi
pcraturan-peraturan tersebut. .
Sikap ini dinamakan estelika idenlitas. TNapi juga dalam zaman
estelika oposisi atau pcrtcntangan yang mendobrak pcratt.:.ran itu,
pcmbagian tradisional berpengaruh, sekalipun karen a alasan yang
sebaliknya! Pengarang-pengarang justru ingin mclawan peraturan
dahulu sehingga terjadi jenis-anti.
Aliran kJasisisme di Prancis merupakan contoh jclas bagaimana
norma-norma klasik mengenaijenis-jcnis itu diikuti. Cotneillc menulis
karangan-karangan panjang lcbar untuk mcnunjukkar. bahwa
karyanya scrasi t1engan pcraturan-pcraturan klasik, aekalipun ini
ditentang oleh scmenta:ra pihak. Drama borjuis yang bcrkembang pada
abad kc-18 mcndobrak norma-norma Aristotcles bagi pentas tragedi.
107
Pcrbualan atau "ae/ion" tidak lagi teljadi alltam toknh-wkoh ningrat,
melainkan lcrjadi di dalam lingkungan kaum borjuis, golollgan yang
bukan ningrat lctapi yang cukup berada, sepeni kaum usahawan dan
bankir. O\Ch burna itll berubah pula sifiu perbuatan.
Lain halnya roman pada abad ke-! 8. Biia dipandang dari slIduL abad
ke-20 roman-roman itll dapat dischut anti-roman (seperli Tristram
Shand), karangan Sterne dan Jacques Ie Falalisle karangan Didcrol).
Dalam karya-karya tnsebut pengarang selalu menelalljangi sifat
rek,aan yang dibuat-buaL Telapi pada saal illljellis roman aLau novel
belum eukup berakar, schingga bcrsilal liar. Jcnisnya masih bebas,
tidak terikat akan norma-norma kuno atau contoh-contoh Lcrmasvhur.
Maka dari itu dengan scb,;basnya dapat dilakukan&:spri'men
cksprimen. 13ila pada tahun lima puluhan abad ini pai'a pcnganllt
aliran nouveau roman (roman harll) kcmbali rnendanjangi UIllHlI' rckaan
yang dibuat-buat, maka yang mercka lawan ialah suatlljcnis pcnl1lisan
roman yang Lelah "ditahbiskan", yakni rumall rcalistik. Di sini istilah
anti-roman lebih tepat dan juga dip('rgllnakan o1eh pcngarang
pengal'ang sendiri. Sybrcn Polet misalnya mcnampilkan scorang tokoh
yang meninggal, tctapi beberapa halaman kcmudian mUllnd kembali
dalam kcadaan scgar-bugar,
Jenis-anti juga mcrupakan suatu brnluk jcni's. Justi'll dengan
mclawan kaidah-kaidah mapan pcngarang-pcngarang ini menunjuk
kan, betapa pcntingnya jcnis-jenis itll. Tanpa ad:mya ,ienis-jenis
tersebl1t, maka jcnis pcnulisan nwrcka tidak ada akamya.
Menurut Aristotclcs tcrdapat dua jcnis saslr,!, yakni yang bcrsifat
ccrita dan yang bcrsifat drama. Teks-Lcks yang mcnampilkan satu
orang juru bicara saja, yang kadang-kadang dapat ll1cng<0ak
tokoh-tokoh lain unluk mcrritbuka mulutnya, tctapi yang pada
pokoknya merupakan sang dabng tunggal, LcrmaslIk jcnis naratif.
Tcks-teks yang mcnampilkan bcrbagai tokoh dcngan ungkapan bahasa
mercka scndiri-sendiri tcrmasuk jenis dramatik. Mengenai lirik !idak
dibahas olch Aristotclcs.
Di sam ping ilU Arislotclcs ll1enckuni sarana-sarana pCllulisan: prosa,
sajak-sajak, bcrbagai bahasa, dan tingkat bahasa. Sclain illl ia
mcmbnhas obyck-obyck yang dapa! diwl1jlldkall. Di sini ia
mcmbcdakan antara pcrbuRtali yang luhur dan p('rbuatan schad-hari,
tokoh-lOkoh agung dan lokoh-lokoh yang hina atau yang seden0at
dcngan kita.
Di kemudian hari scgi-scgi ini mall dil'aksakan kr. <lalam saw sistr.m.
Pcrbcdaan antam epik dan dnima sebclllinya Iwrsi!;ll lem'illik (baru
kemudia!l ditambahkan lirik), {Cl<llli oleh St'll1Clllara komenlator t-wcara
108
prinsip mau dikailkan dengan perhcdaan anlara adanya satu orang
juru bicara dan berbagai juru hicara, yaitu para aktor atau pdaku.
Yang dibahas Aristotclcs dan para pcngikulnya ialah contoh-contoh
dari zaman mercka scndiri. Perbedaan temalik dapat dilerapkan
lerhadap sastra ilu. Telapi :-,ila pada zaman sckarang ini dua kriteria
ilU, yangpada pokoknya lak ada sangk~lI paul yang salu dengan yang
lain, kita pergunakan untuk memoedak~n leks-leks syair, drama, dan
narasi, maka berbagai siluasi sastra kita tar.~irkan dcngan eara yang
ditentukan oleh keadaan hislorik. Secara prinsip tidak ada larangan
unluk menu lis scbuah eerita l11ollolog, dan hCl1tuk-bcntuk ini memang
aela. Dcngan meneampllradukkan Icori dan contoh tcrjadi sualu
pembagi~ jenis yang sebclulnya bcrdasarkan dua kriteria. Secara
kcliru pembagian ilu elipanelang scbagai ahistorik, scbagai suatu
klasifikasi yang bcrakar dalam utlsur-unsur universal. Olch karena jlu
kita bcrhadapan dcngan sualU Iradisi hislorik yang pcnting yang tidak
dapat diabaikan, tctapi sckaliglls dcngan suatu pembauran kritcria
yang hampir tidak darat dijcrnihkan. Tcntll saja dalam praktck ini
mcnimbulkan kesukaran-kcsukaran besar. lvlaka dari itu diusahakan
dahulu agar bcrbagai kriteria pcmhagian dibeda-bcdakan.
109
Bila terutarna satu orang bcrbicara, tetapi dia dapat "rnernpcrsila·
kan" pelaku-pelaku lain untuk bcrbicara, maka teks bersifat narati
'menceritakan scsuatu. "Mcrnpersilakan bcrbicara" bcrarti pula bahw,
pcmbicara pertarna rnengutip kata-kata para pclaku. Yang mcrupakar
ciri khas bagi scbuah tcks naratir lalah adanya kctidaksarnaan antan
pcrnbicara utarna, si juru dongcng, dan para pelaku. Yang pcrtarn.
dapat mcngutip kata-kata para pclaku. tctapi tidak sebaliknya. Par.
pclaku "tidak tahu" bahwa kata-kata rnercka dicangkokkan dalarr
laporan si juru dongcng. Kriteriurn situasi bahasa rncrupakar
satu-satunya tolok ukur yang dapal diasalkan dari Aristoteles tanpa
rncrnperkosa maksud aslinYi\.
Sceara skernatik situasi bahasa dalarn berbagi~ jcnis sastra dapal
digarnbarkan scbagai bcrikut: .
monolog
sajak
Pr -----+ Pr » Pa 1---+) Pa
penyair "aku" pendengar pembaca puisi
lirik pembaca
subyek "engkau",
"anda" yang
disapa
dialog
drama
Pr----~ Pr -------+ Pa Pa
pengarang drama pembaca drama
aklor ( aktor penonton
;,,;.'
110
pencangkokan
Pr '~ I Pr - I Pr - Pa 1 - Pa Pa
pambaca
pengarang roman I juru aktor - aktor pendengar I roman
dongeng pembaca
..,
""l1li'
dalam leks
III
~~
TANAH KETIGA
Sambil bcrdcndal1g dan lanpa inllatan
Klllinggalkan tanah p~rlama.
bcrdcndang dall tanpa ingat"n
~urnasuki t.mah kedua.
011 Tuhan. aku tid"k tallu kr. malla aku p<'rgi
Kt:tika kumastlki !allah ini.
O. Tullan, aku tidak tallu ke mana aku prrgi.
Telapi biarkan ilku pergi dad tanah ini
O. hiarkan aku lanpa ingatan
Dan sambil bcrdrnclang lllcmawki lallah hli!;.!.
2.3 Tematik
Dalam pcrkcmbangan scjarah, berbagai lema silih bcrganti
digcmari. Tema pengasingan misalnya oleh Brccht dibahas dalam
perspekliC masyarakat. scdangkan olch Sartrc sccal'a cksislcnsial. Ada
tema yang sccara idilis membahas kchidupan di pcdusunan, hidup
scorang gcmbala atan pastor (pas/oraTe). i3unyak roman bcrtcmakan
pcrkcml?ungan scorang pcmuda menjadi dcwasa scpcrti dilukiskan
112
dalam Bildungsroman. Ada kisah-kisah pcrjalanan. roman-roman yang
bertemakan filsafat (Crolla Azura). puisi deskriptif: dan mada~-!nadah
ratapan (I"egi). Dalam jcnis sastra yang disebut (POS kita berjumpa
dengan pcrbuatan agung seorang leluhllr. Ada roman dctektif dan ada
ungkapan lirik, ini scmua dapat termasuk sastra.
Dalam saslra Barat terdapat beberapa tema yang sclalu hadir, ada
juga yang hanya kadang-kadang muneul. Kadan/!:-kadang kita
menyaksikan semacam mode. Ocmikian misalnya pada akhir tahun
1979 terbitlah di negeri Bclanda. empat buku yang scmuanya
bertemakan kematian scorang ayah. Gt;jala ini bclum memberikan
cukup alasan unluk berbieara tentang jcnis roman yang bertemakan
~ematian seorang ayah. Telapi kalau dalam penelitian sClerusnya
nampak bahwa tema ini sceanl leratm pcrnah muneul kembali, dan
. bahwa pada tahun delapan puluhan abad ini dllapuluh novel akan
membahas tema yang sama, maka gejala ini pasti mempengaruhi
pertimbangan kita .
. Pembagian-pembagian tematik mustahil disusun secara deduktif.
Pertama karena pada dasarnya dapat dibayangkan seribu salu tema.
Tidak mungkin secara ekshaustif meramalkan tema-lema yang
mungkin dapal dibahas. Kedua, penyebaran sebuah tema terikat akan
teinpat d~nwaktu. Ada lema-tema yang sclalu m,uneul kembali, ada
tema-tcma yang lcnyap. Di negeri yangsatu sebuah tema lcbih sering
di~raikan daripada di negeri lain (pengarang-pcngarang Inggris
misalnya mempunyai babt menulis biografi-biografi). Ketiga,
tema-tema itt! sering tumpang tindih. Kematian merupakan tema
dalam roman delektif, dalam sastra pengasingan, dan dalam drama
klasik Yunani. Jadi tak ada gunanya untuk menyusun suatu Sistem
.hirarki, tema mana yang lebih luhur, tema mana yang lcbih rendah.
Kategori-kategori selalu simp.ang siur. Masala:h kecmpat yang muncul
bila kita ingin mengadakan pembagian menurut tema ialah pembagian
ini tidak dapat dihubungkan ciengan pembagian ahistorik menurut
situasi bahasa seperti lclah diuraikan di atas. Yang paling ba:1 ter dapat
dikatakan ialah bahwa sejak dahulu beberapa tema tertentu dilUlis
dalam bentuk tertenlu, scpcrti misalnya clcgi, epigram, ballad a, dan
scbagainya. Tetapi ini hanya berarti bahwa pada suatu saat tertentu
orang berpendapat, benluk tersebut~cbeok dengan tema tertentu, dan
pilihan itu dipertahankan seterusnya. Demikian tcrjadilah jenis-jenis
penulisan sastra.
Dalam teori-teori mengenai jenis-jenis sastra s~iak dahulu memang
. dikaitkan situasi bahasa dengan tcmatik. Demikian pada abad ke-18
terjadi pembagian klasik an tara lirik, epik dan dramatik. Tiga jenis
I J3
sastra illl dikaitkan drngan bcoerapa lema yang mcmang penting bagi
sejarah kcbudayaan [':ropa Baral, t('lapi yang scbetulnya Ink ada
sangkul paulnya dCllgan sualu siluasi hahasa Wrtentu. Dalam lirik
pengungkapan perasaan pribadi dipandang scbagai tema tcrpcnling.
Dalam drama perbualan yang I11cmuncak dalam scbuah konflik
dianggap pokok, scdangkan dalam epik pcrhuatan dahsyal scorang
Iduhur yang mcncnttlkan nasib bangsa kelurunannya.
Jclaslah bahwa liga jcnis ini tidak sel'asi. [ni antara lain
bcrhuhllngan dengan rungsi kliiturat yang bnbcda-beda scpcrti
dimainkan oleh liga jcnis illi pada masa jayanya. Scbuah drama
dipenlaskan. Pemcntilsan drama bcrasal dari upacara rcligius schillgga
pada zaman halH'ula para dcwa ttlnlt serta datam pcr~uatan drama.
Kcmudian hari kOllnik p;olitik I1lcrupakan lema pokok dalam
pemel1laSan drama. Kon/lik yang dip(·ntaskan dapal bersifill pribacli.
Pcnonton yang lurllt mcrasakan cmosi"cmosi sang pdaku utama dapat
mcnyalurkan tekanan-tckanan jiwanya.
Pada Abad Pcrtcngahan di Eropa ccrila-c:erita epik dibawakan olch
dalang-dalang, sering dalam puri scorang bangsawan yang sckaligus
merasa dihormali karena cpos ilU bcrtcmakan riwayat hidup seorang
tcluhurnya. Scmllla leks-leks terscbUl mcrupakan scmacam pel1ulisan
sejarah, lenlu saja dcngan raja dan blUm ningrat scbagai pclaku
utama. Epos Yunani pcrnah juga dipandang scbagai suatu bcnluk
pcnulisan s('jarah.
Mengenai asal-lisul puisi. lirik lidak ada ban yak informasi. Pada
zaman Ylinani kuno iSlilah terscbut hanya menul~ukkan bahwa leks
dibawakan dcngan iringan alat musik lira. Kcmudian hari istilah ini
dipakili dalam hubungull dengan pengungkapan f)ribadi. Ungkapan
iru sering juga dapat dipesan, scperli misalnya surat cinta pcsanan.
Tcmatik bcrbagaij('nis sastra ini b('rubah dari zaman ke zaman dan
menyesuaikan diri dcngan perubahall dalam fungsi, keadaan, publik,
dan medium. KhuSllS dengan ditcmukanll),a mcsin cctak, pcmbawaan
lisan makin rerdcsak dan ini memberi kebebasan kepada seorang
pengarang dalam hal i>cnluk, p<llljangnya scbuah tcks, serta scluk
bduknya. Dcngan munrulnya kallll1 bo~illis maka licnluk cpos terdesak
olch romall rcalistik. Para cikal-bakal sesuaru wangsa tidak
diperhatikan lagi, mclaillkan dampak kapitalisme lcrhadap ma
syarakat. Pada zaman kita ini pcngarllh film dan tclevisi besar sekali.
Yang menghcrankan ialah bahwa sampai pertcngahan abad ke-~O ini
masih juga diadakan usaha untuk' mcmhcrlakukan pcmbagian jcnis
sastra·~sccam lematik schagai suatu patokan universal.
J 14
2.4 Gaya ."
Pembagian global mCllt1rut PUIS! dan prosa sebclulnya bersirat
stilistik. Oalam pandangan ini pllisi dianggap tcratur mcnurufirama.
Pengaruh anggapan tersebut terhadap sejarah sastra eukup bcsar.
Tetapi bila sckarang kita membandingkan sebuah sajak "modern"
(sepcrti dalam kumpulan sajak Sapardi Djoko Damono, Aquarium)
dengan prosa Mdayu Klasik misalnya, maka kentaralah bahwa
ciri-ciri yang dianggap k~as bagi puisi dan prOS(l sarna sekali tidak
universal dan abadi.
Oalum buku-buku poctika klasik 'juga dibcdakan sccara stilistik
antara gaya tinggi dall gaya rendah, gaya yang puntas bagi seorang
ningrat dan gaya yang weok bagi seorang pet ani. Pcrnah juga
dibedakan an tara gaya simbolik dan gaya realistik. Dalan{tcori klasiJ..
gaya tinggi dihubungkan dengan pentas lragedi, sr.dangkan gaya
rendah dengan komcdi. Dernikian juga dibcdakau antara epos dan
roman rakyat. '
Dampak stilistik sebuah leks tcrgantung dari hara pan pembaea.
Para ,zaman naturalisme orang-orang merasa tersinggung oleh gaya
penu1isan Zola yang dianggap kasar dan jorok dan juga karena ia
mcmakai dampak bahasa sehari-hari. Pemakaian bahasa sehari-hari .
dalam prosa kini demikian biasa s~hingga tid~\k dipersoalkan lagi.
Sebaliknya kini ga)'a bahasa Gerard' Reve yimg agak resmi itu agak
menyolok.
.115
terjadi sambil menOllloll )Kmr.lltasalllragcdi YUllani kUllo. Scbaliknya
kebanyakan leks nwmpunyai cfck gallda lerhadap pembaca. Sdain
rasa terharll tragedi juga nwnimbulkan rasa tegang dan kenikmatan
cstetik. Pembagian jcnis~jcnis saslra Illt:nurut dampaknya harus
memcnuhi dua syarat. Perlama hams dibcclakan antara d('k primer
atau ef'c:k dominan, dan r.kk sampillg. Sdaill ilu pemhagian harus
terikat pada sliatu perioclc s(~jarah tCrlClllll.
I I (j
dapat dipandang scbagai perkrmbangan historik. Dari sudut ilU
pembagian-pembagian tcrscbul mcrurakan sarana yang bcr'guna,
khusus dalam pcnditian pcriodisasi. PCl11bLlgian itu lidak mCl.lptll1yai
status tcorctik, tClapi mcmungkinkan pcmbagian 1cbih lanjut yang
Icbih I·umit. Pcmbagian samping itu lUmpan~ tindih satu dcngan yang
laill, dan juga dcngan kcdua pcmnagi~1l pcrlama yang \Chih bcrsirat
tcori. Akhirllya pcmbagian hislorik ilU hergull<l bila kila ingin mcnclili
hubungan antara bcrbagai' jcnis, yailll inlertckstualitas.
Keliga ban bcrikul tidak pcrtama-tama mcnyajikall suatu ikhtisar
mcngcnai Icori-tcori yang bcrkaitan dcngan masing-masing jcnis,
tClapi dimaksudkan sebagai suatu modul i1llalisa yang scdapat
mungkin sccara konsistcn dirancangkan bcrdasarkan saw pendapat.
Kegunaan pni:klis bagi scorang mahasiswa sastra diutamakall, ia dapal '
mCIllI)Crgunakan modul itu untuk mcndeskrirsikall {(,ks-teks.
Scpcrti ldah dikatakan di alas, jcnis-jcnis sastra ·i\tl tidak tcrpisah
yang satu dari yang lain. Maka masuk akal bila pcngcrtian-pcngcrlian
yang dibahas bcrhubung dcngan suatu jcnis tcrtcntu, rclcvrin juga
untuk. mcnganalisa jcnis·,jcnis lain.
Catatan Kepustakaan
1.17
jalan psikuanalilik. Pcrbedaan, misalnya antara tra~edi dan komedi dapat
diterangkan dClIgan kcsaclaran akall kcsalahan. Dalam tragl~di kesalahan dan
closa t('r1ctak pada anak laki-Iaki, senangkan dalam komedi pada pihak ayah.
SdlUah ikhtisar disajikan olch Vnhoerr (190 I) .
... J:
TE6lRAYAMA
...
~~'f ~ , .' .. ', ..
. • (j,O....
J 18
;~.
,
VIII
TEKS·TEKS NARATIF
Emily Bronte
Jean Rhys
1. Pengantar
YANG dimaksudkan dengan leks-teks naralif ialah semua tcks yang
tidak bersifat dialog dan yang isinyamcrupakan suatu kisah sejarah,
scbuah dcrelan pcrisliwa. Tidak dibcdakan anlara roman, cerita
pendck, dOllgcng, catatan harian, (aUlO-) biograli. anekdot, lelucon,
romandalam bentuksurat-mcnyural, cerita /;ll1lastik maup\ln realiSlik,
Raml!yana atnu pun'A/juna Mencari Ollla. YanK termasuk jenis nanuif
tidak hanya sastra, mdainkanjuga sctiap bcnluk warla berita, laporan
dalam surat kabar alau lewat tclcvisi, bcrita aeara, sas-sus, dan
sebagainya. Semua bentuk ungkapan bahasa tcrscbul dapat dianalisa
dengan cara yang akan dipaparkan di bawah ini. Contoh-contoh
lcrutama dikutip dad karya-karya sastra.
Berturut-turut akan dibahas liga aspek dalam leks-teks naratif.
(a) .Situasi bahasa yang tidak homogen, dcngan adanya penutur
primer dan sekuncJer yang merupakan ciri khas bagijcnis ini; maka dari
itu dipcrlukan suatu penelitian mengenai cani pencampuran sehingga
leks tidak homogen. Pertanyaan yang harus dijawab ialah siapakah
yang bercerita mengenai dunia lcmpat peristiw.a-pcristiwa itu terjadi
(dalam kebanyakan ieks sastra dunia ilu bersifal Iiktif)? Aspck ini
menyangku~t n.g. kapa~ de~gan 'kal.tt-kata, segi ,bahasa" teksny~. .
(b) Perla ¥~.p J>iYiJ.lWalah bag¥iana waph duma (likuf) ItU
l
]19
~~
120
Yang dimaksudkan semata-mata kebergantungan naratif seorang juru
bicara terhadap yang lain. '
2.1 Mengutip
Juru bicara primer, sangjuru ccrita, melaporkan. Schagian laporan
itu merupakan kala-kala yang diucapkan para pclaku, ie. mcngutip
kata-kata mereka. Teks pclaku itu dicangkokkan di dalam leks sang
pencerita. Proses mengutip ini tidak dapal dipularbalikkan. Scorang
pclaku tidak dapat mcmpersilakan pcnccrita unluk mencruskan
ceritanya. Andaikata ilU tCl:iadi, maka kita mcrasa hcran. Sijuru ccrita
bcrtindak sehagai pcrantara antara <;Iunia fiktif(dcrctan pcristiwa yang
mcnampung para pclaku) dan dunia pcmbaca (alamat (erita ilU). Pada
prinsipnya para aklOr "lidak tahu" bahwa kala-kata mercka dikutip .
. Hirarki ini mencntukan pcrtanggungjawahan mcngcnai ungkapan
ungkapan bahasa .. Di dalam arus pcristiwa-peristiwa para aktor
bcrtanggung jawab atas tcpatnya ungkapan-ungkapan bahasa yang
dikutip itu, tetapi juru bicara primer bertanggung jawab mengenai
tcpalnya pengulipan itu, lengkapnya, Scrta konteks yang memberi arti
kepada kata-kata itu. Pcna/siran leks pelaku diarahkan olch
pcrantaraan si junl cerita. Misalnya, seorang pclaku bcrkata, "Aku
tidak mcmbunuh orang itu." Apakah 'pembaca pcrcaya akan
k~bemlran ucapan illl, tcrgantung pada cara si juru cerita mcngantar
kata-kata. tcrsebut. J IIru ccrita dapat mcngatakal1, "Tcrdakwa
bcrdusta", atau "Rcmaja yang sirnpatik itu mcngatakan sesuai dcngan
kcbcna.ran", atau "Pcnuh kcbingungan ia bcrkata", atau hanya, "Ia
bcrkata"',Atribusi, c.ira scorang pcnccrita mcngutip kata-kala seorang
pclaku, dapat bcrbcda-bcda mcnurut bcntuk dan isinya. Dapat bcrupa
garis lidur scbdum kutipan, dapat bcrupa satu kalimat pcngantar,
bahkan salu alinca scluruhnya.
Dalam roman l'IIulhering Heights, karangan Emile Bronte, scorang
pclaku mud a, Cathy Heathclifr, mcnjawab pertanyaan apakah akan
dipcrbuatnya dengan s<:iumlah anak anjing kecil yang baru dilahirkan,
"They are not mine." Schetulnya jawaban itu nctral sifiltnya. Rupanya
berita itu "tepat". Tetapi arti jawaban illl !mru kill! pcroleh dcngan
mcmpcrhatikan, bagaimana kUlipan itu disajikan, " 'Tlle..y are not mine,'
said the amiable hostess mare repellingly than Heal/lcli)] himsd/ cauld have
replied". Apakah kila pcrcaya si juru cedla; itu lain soal. Kita tidak
tahu apakah kala-kata Cathy itu dikutip sccara "Icngkap", apakah
"memang" diucapkan dcngan kurang ramah. Dalam scbuah teks
fiksional pertanyaan-perlanyaan maCam itu lak ada aninya. Hanya
apa yang kila baca mctlcntuk<in ani. Yang di sini pcnting ialah bahwa
121
I11cnurul Lockwood, Calhy ilu kents dan tidak sirnpalik. Kala-kala
Calliy ilU bcrf'ungsi nl('llimllllikan kesall bahwa para pf'llgiluni
VVlllhcring Heights illl Ill:t:ji""i! agrt'sir dan dcrellsii'.
Hila dalam sebuah medium yang- b('rprCI('lIsi menvampaikan
krlJ!'llarall (sepcrli sural kahar alau lIlajalah illlliall) kita nwngulip
kala-kata scseorang, mab pCllting sekalilah apa yang persis dikalakan
olch orang itu. Pcmhicara yang r1iklllip tc:rgantullg pada wartawan dan
itulalt scbabnya scring dibahas mcngcnai tanggllng jawab clis dan
sosial swrang Wllrtawan. Dalam teks-leks fik:;ional tiada ullgkapflll
bahasa yallg "sungguh" diucapkall alall dikutip drngan "lcngkap".
Hanya. kala-kala yang tt:rtC'ra dahlm leks 'diucltpkan okh scnrall,g
pC'laku, Salunya ya!lg dapat kita simpulkan ialah bahwa Cathy s;)ma
sckali tidak mcngira bahwa kala-kalan)'<l dikutip. fa tidak 1;Jllu
Lor.kwood mcmiliki scllllah buku catalal1 harian <1:111 h:illW:1
kala-katanya dcngan penar;;~:<tl1 yang kuratlg ramah, akhirnya llkan
disimpan di sana. Lockwood tahuscllluanya itu. Maka dari illl puda
prillsipnya ada ketidaksamaralaan antara pcnccTita primer dan
jUnl-juru bir.ara sc:kundcr dalam sciluah lCks Ilara.lil:
Perianyaan apakah Cathy I.ahu bahwa jawahannyn terdengar
kUl"<lng ramah tidak mcmpcngaruhi dampak tl'ks terhadap pemhal'tl·.
Pcmbaca mcngandaikan hahwa ,fl1r1l I)icara primer tidak ll1cmpunyai
alasan unluk mellllllarbalikkan situasi, s<lmpai ada indikasi-indikasi
yang menuqjukkan k(,balikannya. ])alall1 scbuah drama scmua juru
bicara sama rata. Bila cit alas 1);!Il!:mllllg )i('scorang, dengan ragu-ragu
dan bergap:ap-gagap 11lC'llga!akall "/ hllll, no /usitfltirm in .r(~ving," maka
kita scndiri Iltcnilai IIcapan iUI.schagai slJalu dusla. Dalam scbuah teks
naralif kiia membacl1 " '/ h,wf /II} hf.fi/nlioll ill Sfl.ving, , rl!/}lied Mr Elton,
though /il!sitntillg a good deal while he j'JIoke". Uane Austcn, Rmma). Kesan
iucu yang dipcrolch pcmbaca mengenai si Elton ditcnlukan olch
kalimat atribusi; kala "'!tough" rncnggarisbawahi j>crlenlangan antara
ucapan dan kdakukan si Elton. Pena/siran illl disajikan kcpada kita,
seolah-olah dipaksakan. Mcngenai lluansa-l1uansa dalam kdakuan
Elton (tahukah dia bahwa kelakuannya Incu? sadarkah dia
scpclIuhnya, atau hanya sctcngah-sctcngah sadar, atau sama sekali
tidak sadar?) pembaea lidak dapal mcngajukan pertanyaan
pcrlanyaan. Mengenai hal-hal itu ia tidak dibcri ketcrangan apa PUll,
Selain komenlar yang mC'ngantar leksnya, pcnecrila dapat juga
mengadakan seleksi dcngan sewenang-wcnangnya terhadap lcks para
aktor dan dcngan sangat hatus mcnyu5un kutipan-kulipannya..Jclaslah
bahwa dcngan dcmikian si juru ccrita <lapat bcrmanipulasi dcngan
lduasa.
122
Tanap-la/zap bm:eriLa
Prinsip pencangkokan ungkapan bahasa dalam tcks:tcks paratif
mengakibatkan tcrjadinya pcrbcdaan antara tahap-tahap bct1::crita.
Pcnccrita primer mcngutip scorang juru birara kcdua, dan dia pad a
gilirannya dapat mcngutip orang lain, yaill1 juru bicara kc tiga.
Dalam kcnyataan pun tcrjadi pellcrmgkokall dalam bcrccrita.
Kcmungki,nanpcncangkoka'n dalam mcnccritakan scslIatu dibalilsi
olch kemampuan daya ingat kita. Hila dcrclan kala I('ramat panjang,
kita tidak lagi pcrcaya .bahwa kata-kala yang dikl:lip t"lap bq~illl.
Dalam tcks"icks fiksi kcmungkinan-kcmullg-kinan .1rbih bcsar. K ila
scnlUa mengcnal cerita-cc.rita kader ~tau bingkai, scpcrti Scrihu Salu
Malam. Sheherazadc mcnccritakan bahwa Sinbad mcnec:rilakan
bahwa Ali menccritakan .... Pacla prinsipnya, tll'lillya seenra lckltis,
kcmungkinan pcncangkokan lak ada batasllya. ·Saw-sillunya batas
ialah krcdibilililS, sejauh mana ilU masih dapal ~Iipcrcaya dan ini
mcrupakan kritcrium realislik, lidak rncnyangku! lcknik bcrct'rita.
S.trukmr pcncangkokan dapal lcrsusun sedcmikiun rupa schin).{ga
sccara prinsip jumlah lahap lidak dibatasi scpl'rti nalam cerita Ali Baba
dan kecmpat puluh penyamun. Para'pcnyarnun duclllk bcrsama-sama
dall salah scorang periyarnun ben:crila mcngcnai Ali Baba kcpada
kcempal puluh pcn),amun yang du·duJ.:"bcrsarna. Salah scorangangkat
bicara· ... dan seterusnya. Pada abacl k~-18 pun proscdt pcncangkokan
ini sudah disebut-sebul dan dirmmakan proscde "kolak-kolak saran~('.
Dabm roman rVulhering Ht'(/ihlS Lockwood. pcncerila primer,
mcnccrilakan kisah Nelly Dean dalam buku catatan hariannya.
Sebagai pcncerita sekunder ia mcnccrilakan kepada Loc:kwood suatu .
cerita panjang yang dikutip kala demi kala dalam buku hariannya.
Nelly pada gilirannya mcngulip orang-orang lain, para pcni.:erita
tcrsict; cli antara mercka Heathcliff ketika dia masih mud~ dan Nelly
scndiri kctika itu masih seorang kanak-kanak. Oalam teks Nelly si
HcathcliIT muda. pada gilirannya mcnglltip orang tlla Linton. Ilubh
pcnccrita tahap keempat.
Membeda-bedakan tahap-lahap cerita itu bergtlna bagi. amdisa
struktur-struktur yang rumit. Pcm baca IYul/UTill,/!. Heighlof kada ng
kadang bingung, tokoh mana bertanggungjawab mengcnai salah salt!
informasi. Semula Nelly mengumpamakan HeathdilT dcngall si iblis;
tetapi kemudian ia mcmberi komcntar yang cukup manis,
Pcrtentangan ini hanya dapat kiln pecahkan bila mcmbcda-bcdakan
tahap-tahap dalam penccritaan. Kctika masih muda Nelly bclum .
clapal .mcmbayangkan malapclaka apa akan diakibatkan olch
Heathcliff yang Icbill LUa .itl!.
123
Iden/i/as
Pertanyaan mengcnai siapa yang scdang bcrbicara bdum (Iijawab
sl:pl:nuhnya. Bagaimana status bcrbagai juru' bicara itu tcrhadap
kisah?
Semen tara juru bical'(l tidak hanya bcrtindak sebagai penccrita,
mdainkan scbagai aktor turut scrta dalam perkembangan pcristiwa
pcristiwa. Guna membedakan kcdua kcdudukan itu dipakai dua istilah
yaitu eks/ern dan in/I'm. Scorang juru bicara disebut intern bila ia, di
samping selaku juru bieara, juga bertindak sclaku aktordalam
peristiwa yang dilaporkan dalam cerita.
lstilah-istilah ini hanya bcrarti dalam huhungan dengan, pcristiwa
yang diccri takan olch penceri ta yang I)crsangkutan. Jad i bersi('at nisbi.
Lockwood bertindak sebagai pCllcerita intern bila dalam buku harian ia
mclaporkan pcristiwa-pcl'istiwa yang I'llrll saja dialaminya. Tctari
tcrhadap laporan Nelly Deall yallg dilaporkan dalam buku harian itu ia
bertindak sebagai pcncel'ita ekslcrn. Dalam perisliwa ilu ia sendiri
tidak muncul sdaku scorang akLOr.
Scorallg pellccrit<l sekumkl' lidak dengan scndirinya harus hadir
sccara intern di dalam cerita yang dilulurkannya. 1a mcmang
bertindak scbagai aktor di dalam peristiwa-pcristiwa lahap pertama,
tetapi bisa juga ia menceritakan sesualu yang sarna sekali tidak
mcnyangkut diri pribadinya. Andaikata Nelly Dean tidak hadir sendiri
di dalam pcristiwa-pcrisliwa yang teJadi di WUlhcring Heights, tetari
hanya mcndengar dari orallg lain mengenai apa yang ter:iadi di sana,
maka sebagaijuru cerita sekunder ia dapatjuga menulurkan kisah itu
kepada Lockwood. Ia lalu bcrtindak sebagai juru cerita ekstern
sckundcr. Perbedaan anlara pcnccrita intern dan ekstcrn tidak sarna
dengan pcrbedaan antara pencerila primer dan sekundcr. Pellcerila
ckstcrn sckundcr kita jumpaj dalam kisah-kisah Decmnerone karangan
Boccacio. D~mikian misalnya dalam bagian ke lujuhjuru ccrita primer
mempersilaka'n Filostrata, seorang wanita ningrat, mellceritakan
bagaimana seorang "wanita rakyal" main scrong sccara licik.
Sila seorang penccrila menduduki posisi ckstern, itu tidak bcrarti
bahwa di dalam teks kita tidak mencmukan bekas-bekas dari si j uru
cerita. Seorang pencerita ekslern dapat menyebut dirinya sendiri
dengan mcmpcrgunakan kala ganli danpelunjuk-pcttmjuk lain
mengcnai pribadi pertama. Kcbanyakan roman Doslojevski mcnam
pilkan seorang pcnecrita ekstern sebagai "aku", sepcrti misalnya di
dalall1 Saudara-saudara Karal/lr/::,ulJ. PCllcerit<l ckslcrn dapal mcmperluas
" f'ungs.i ke-aku-an" ilu. la clapal Il1cmberikan in!clrmasi [(~rperil1d
mcngcnai dirinya scn<iiri, palldalll-{illlllya, lalar bdakangllya scndiri.
124
:,:.-'!'II
2.2 Penampilan
Pcrbcdaan-pcrhedaan yang sampai sckarang ini dibuat berhubung
an dcngan laporiHl-laporan iangs.ur{g mengenai ungkapan bahasa.
Tctapi ungkapan bah as a para akim dapal .iu~a dlampilkan sccara
tidak langsung.J uru ccrita primer tetap b(~rlindak sr.bagai juru bicara.
125
Ia tidak hanya bcrlanggungjawah mengcnai kata-kata yang dipilihnya
bagi seorang aklOr serta eara ia menafsirkan kata-kala· ilu. la j.uga
bertanggungjawab atas kata-kata ilu sendiri. Pen'arnpilan tidak
langsllng dapat berbcda-beda.
12G
~~
.....
scor~mg guru O1cngutip kata-kata scoran~ S\5wa, misalnya "Si Tono
111cngatakan, bah'wa pcriHuran Pak Dirt·ktur dianggapnya: lahi
kucing", maka kita percaya bahwa si Tono sung-gull mcmakai~kata
"tahi kuci ng':.
KemungHnall untuk menirnbllikan ilusi illl dalam diri scorang
pcmbaca hanya dapat dipergunakan, 'hila g,iya bahasa si pclaku sudah
dikcnal.Jadi scbelumnya sudah harus dikutip secar::! lang-sung. Sdain
itu kcdua gaya bahasa harus cukllp bcrlainan. IVlisalnya kal<lu gay a
bahasa 5i pelaku mcmpcrlihatkan ciri-ciri pribadi ataulogatrcgional.
'Gaya bahasa si j uru ccrita berwarna IIclral, s(:dangkan gaya bahasa si
pclaku sang<\t khas. Kcbalikannya juga dapal dihayangkan. Scorang
pendllduk dcsa dalnm eCi'itanya dapat mengutip kata-kata .,eol'ang
pcjabat rlari pusal dcng,1I1 logal hah;Jsa Indonesia I'csrni scpeni kiw
dcngar dalam pidato-pidalO. KCmllll);killtlll IIfllUk nwnil'u gaya bahasa
scorang pc:laku clalnIH prnuturan tidak lilngslln~. 11H'1l1ang I('rbatas,
yakni karcna pcngulipan itu hal'us mcmakai kala "ciia" ..1awaban tadl,
"Nggak tahu" (bllkan bahasa Indunc3ia 'yallg baku), tidak dapa!
dilampilkan secanl lidak langsung, !Janis lang-sling.
127
;,;."
111\
mcmperlihatkan ciri-ciri yangkhas. Kalal! dikatakan. HIa m('l1nlak" ...
ini hukan SCSll<ltll yang istimewa. Tctapi kalau 6tulis... rV{l'l1tah
menlah ia. menolak" ala u "] a bcrsikcras, t~taP tidak mall", ini
memperlihatkan ciri-ciri yang khas.
2.3 Pendengar
Di mana ada tutur bahas<l, di sana ada p'cnutur ala'J pcmbicara pula,
seorang "aku", entah ia disebut alau lidak. Dan bila ada scorang
pcmbieara, maka ada p.l!la seorang pendcngar, sC':)rang "cngkau".
enlah ia disebul (l!au tidak.
Antara pembicara dan pendcngar tcrdapat suatu simetri, mereka
mcrupakan sepasang kcmbar. Sepeni dalam bab ini tidak dibahas
mengenai pengarang riil dan hislOris, demikian pula ~idak disinggung
pembaca riil. Yang ingin kami tinjall ialah pcnccngar pada !almi> ccrita
pcrtama. Pada lahap ini'Penccrita primer mmyapa S4'orang pelldcngar
primer. la tidak perlu discbut, letapi dapatdiacu. Bila pcncerita primer
ekstcrn' mcngacu pad a dirinya scncliri, ia dapat ~engactl kcpada'
pendengar primer ("Pembaca budiman"). Acuan ~idak sClalu cksplisit.
Sctiap sind,iran yang mcnyangkul moral umum, "Sunggtih ketcrlalu
an;H suatu renungan scperti, "Ya, hal-hal itu bi~a tet:iadi," pemakaian
kala '''kita'' atau "kami" mcrupakan sualu usaha :.tnluk m'dibatkan
pend~ngar' pada pandangan pcncerita. PcndengRr ekstcrn primer,
sama sepcrti penccrita ekstern, dapat diwu,iudkan s('C'ara kongkrC't
dcngan bcrbagai eilra, scpcrti misaln>'Cl, "Mari, kira linggitlkan rumah
. duka ini," atau "Pcmbaca ma~ih ingat, bukan?" atau HUayangkan
betapa hatinya tersayat," dan schagainya,
Kadang-kadang pendcngar primer hampir idcntik dengan pcneerita
primer. Dalam buku catatan harian bUKU ilu dapal disapa dcngan,
"Temanku yang sc'tia" misalnya; fungsinya ialah s!:bagai "altcr ego"
pcnulis ca talan harian.
'Perbcdaan-pcrhcdaan yang ldah dihllat bagi macam-macam juru
ccrita bcrlaklljuga bagi pcndcngar-pendengar. Kaku calatanharian si
Lockwood Uadi dia scndiri) mcrupaka n pendengar primer, maka orang
yang disapa Nelly Dean adalah pcndcngar sckundcr..J uga Lockwood,
tctapi bukan Lockwood yang dalam 9.uku catatan hariannya mengutip
pemhicaraan dengan si Nelly, '.
Pendengar-pcndengar tcrsier ialah para pciaku yang disapa olch
berbagai pcncerita tcrsicr. Dalam dialog-dialcg penecrita dan
pcndcngar sHih berg-anti. Silih hcrganli mcrc~:a berbkara dan
mendengarkan. Hal yang scrupa t('~jadi dalam nm:!'! yang hcrhcntllk
129
surat menyurat. Dua orang yallg salmg mcnglflmKan surat Slllh
bct;ganti bcrfungsi ,scbagai pcncerita dan pendengar.
Bila dalam pcnarnpilan ungkapan bahasa tidak langsung, pencerila
primer mcngambil alih langgungjawab bagi ungkapan-ungkapan para
pelaku, maka rungsi pendcngar pun diambil alih olCh pcndengar
primer. Pemlengar pada lahap kedua, yaitl! si pclaku yang mcrupakan
alamat dari ungkapan bahasa 'yang direkam itu, tidak ditampilkan
secara cksplisit.
Pcnclitian mcngcnai susunan situasi yang terbaur itu mcnyangkut
pertanyaan, siapakah yang bcrbicara? Siapakah yang mcnceritakan
cc::rita? Pcrtanyaan ini mcnyangkul identitas orang yang Icwat bahasa
mcnyampaikan pesan naratir. Dalam pasa! berikut disclidiki r:lengan
lcbih mendalam pckngkap pcrlanyaan iLU yang mutlak perlu, yakni apa
yang diccritakan si juru ('crila dan alas nama siapa?
131)
'engamatankita tcrgantung dari sekian bany~I(' raktor sehingga
austahillah mcncapai obyektivitas. Jarak,terbadap obyck yang kita
mati,. terang redupnya cahaya matahari, itu scmua mempengafuhi
tengamatan. Demikian juga apakah peristiwa itu tcrjadi dengan
iba-tiba at<!-u sudah diramalkan sebclumnya. Dcngan rasa takut atau
\engan rasa ingin tahu kita mendekatinya? Bila dua orang bertengkar,
naka orang _ketiga yang tidak memihak mcmpersilakan mereka
nasing-masing menceritakan "cerita"nya, memaparkan visi mcreka
nasing-masing terhadap pcr.istiwa tertentu.
Dalam scbuah ccrita unsur-unsur pcristiwa disajikan d~ngan cara
:ertentu. Kcpada kita disajikan suatu visi terhadap deretan peristiwa
_ttl. Bagaimana visi itu, dari siapa visi itu bcrasal? ltulah
pcrtanyaan-pcrtanyaan yang dibahas dalam pa~al ini. Hubungan ;-. )
I:H
Bila fokalisator itu sama dcngan scorang tokoh, maka sccara teknis
tokoh. itu lehih berunwng daripada tokoh-tokoh lainnya. Pcmbaca
yang turut rpelihat dcngan tokoll itu pada prinsipnya ccnderung
menerima visi yang lcwat tokoh itu disajikan kepadanya.
Terikatnya seorang fokalisator kcpada seorang tokoh mengakibatkan
sikap yang berat sebelah dan keterbatasan. Dalam novel karangan
Henry James, What Maisie Knew, fokalisasi hampir seluruhnya
dilakukan oleh Maisie, scorang gadis cilik yang tidak banyak mengerti
mengenai masalah-masalah dalam hubungan antara para pclaku.
Pembaca menyaksikan pcristiwa-pcristiwa Icwat visi terbatas seorang
anak sehingga baru lambat laun ia mengerti apa yang sesungguhnya
tc~jadi. Tctapi biasanya pembaca itu bukan seorang gadis cilik. Data
yang disajikan olch Maisie diolah olch p(~mbaca scndiri;sendiri dan
penafsirannya .juga lain..Yang dalam pandangan Maisie hanya
mcrupakan suatu pCl'buatan aneh, bagi pembaca dcwasa mcrupakan
'suato adegan erotik. Perbcdaan antara visi scorang gadis cilik tCl'hadap
pcristiwa-peristiwa di, satu pihak dan pcnafsiran scorang pcmbaca
dcwasa di laill pihak, mcnclltukan e!'ck khas yang dihasilkan olch novel
itu.
, Fokalisasi yang terikat akan seorang tokoh dapat herganLi, bcralih dari
:\. tokoh ya'ng satu kcp.lda tokoh yang lain. Dengan dcmikian kita
, , kadang-kadang c1apat rm'mperoleh suatll gambaran yang jclas
mengcnai sehab mllsabab scbuah konnik. Kim melihat bagaimana
bcrbagai tokoh bCi'hadapan dcngan pcrisliwa yang sama. Pcrgantian
fokalisasi itu dapat c1iadakan bab dcmi bab. Teknik terscbut dapat
mcngakibatkan sikap nctral tcrhadap bcrbagai tokoh, sckaliplln
pengarang dapat juga mcmperlihatkan kcpada siapa simpatinya
diarahkan. Misalnya kalau dalam bab pl'rlama dan bab pcnutup
fokalisasi diiakukan olch takaJ) yang sama, maka mall lidak mall tokoh
itu kita anggap s('bagai lokc;h !llama.
Dalam banyak ccrila kila mcnyaksikan bagaimana fokalisasi ckstcrn
yang terikal kcpada juru ccrita dapat gantian dcngan saLU atau
berbagai fokalisator intern yang terikat kcpada seorang tokoh.
Kadang-kadang sclul'uh ccrita difokalisasikan oleh scorang fokali~,llor
ekstern yang tidak discbul. Dan bila pcngungkapan tidak diwarnai'
secara subyektif olch komcntar si juru ceriCa, l1'iaka kisall ilU kclihatan
obycktif, nctral, knrclla peristiwa-pcristiwa tidak disajikan dari suatu
sudut yang dapal dikcnal dcnganjcl:ls. Scbagai conloh clapat cliajukan
bebcrapa ccrila karangan Hemingway, s('p('rli misaillya "Hills like
White 'Ekphallts" clan "TI1(' Killers".
132
/'
Juga dalam ccrita-ccrita yang menampilkan $chagai juru cerita
;corang "aku", mab dapal disaksikan pergantian antara Cokalisator
~kstern dan intern. Fokalisator ckstern itu ialah sang 'Jaku" )'ang
Jiasanyu sudah tamnah usia dan yang dari luar membcrikan vislnya
:erhadap peristiwa-peristiwa yang dahulu, ketika ia masih muda,
:lijkutinya. Ia mcmangckstcrn tetari terlibat. Pada saat-saat tertentu ia
:lapat menyajikan visi alter egonya yang lcbih muda.
Seorang rokalisator intern bahkan dapat Icwat visinya sendiri lr
mcnampilkan visi scorang tokoh lain. Dalam scbuah kisah rcalistik ia '-7
tidak dapat mcmasuki pikiran orang lain, tctapi ia clapat \,
mcngandaikannya. Dcngan kuat ia dapal l11cngadakan idcntifikasi \.
dcngan orang lain itu sehingga secara meyakinkan ia dapat
menampilka·n perasaan orang lain itu. Misalnya scbagai lokalisator
ckstern seorang ayah melukis~an bagaimana anaknya untuk pertama
kalinya terjull ke dalam kolam renang. Ia ingat akan pel'asaannya
scndiri ketika ia masih muda sehingga dari dalam ia dapat mclukiskan
perasaan anaknya pad a saat itu " .... seOrang diri di atas, di r.1cnara
lompal... sunyi". I3agaimana seorang l()kalisator memperoleh
inrormaslnya tidak penting sclama itu tidak disinggung. Yang penting
dalam con toll ini bahwa baik lokalisator ckstcrn maupun Cokalisator
intern, sckunder (sang ayah yang mcnyaksikan saat yang tegang itu)
tidak bcrada "di atas", schingga kesunyian hanya dapa\' dirasakan
(dj((jkalisasikan) oleh ail<lk illi.
Dalam cerita-ccrita yang menampilkan seorang "aku" s('bagai juru
cerit'afokalisasi biasanya terbalus pada pergantian antara fokalisalOr
ekstern yang Icbih tua dan rokalisator intern yang Icbih muda;
kcdua-duanya disebut "aku". Fokalisasi sang aku Inuda dapat dikenal
karena visinya yang masih polos atau nair, bclum tahu banyak. Bila
I'akta diberi arti yang baru di kemudian hari darat dikctahui, maka kita
tahu bahwa sang aku tua mengadakan fokalisasi. I ndikasi scrupa itu
misaJnya diberikan dalam ungkaptln, scperli "Pada saat itu belum
kuduga .... "
----~
T6hap-lahap Fo~i
~lihat bahwa di dalam teks berbagai juru bicara dapat
dicangkokkan. Demikian pula dalam I<}kalisasi ada bcrbagai tahap.
l'ada awa! pasal ini telah discbut bahwa orallg yang mcnccrilakan
scsuatu, sclalu mclakukan hal ilu dar! sualU sudut tertcntu. Maka dari
ilU, demikian kami tegaskan, fokalisusi primer dilakukan okh pencerila
primer. Dalam contoh mcngcnai unak yang unluk pertama kalinya
akan melompat kc kolam rCn<lllg. maka ItlkalistllOr pertama ialah sang
13:~
ayah yang ingat akan lompatannya sendiri dahulu. Sang ayah yang
menyak!)ikan adalah fQkalisator intern pada tahap kedua. Ia
membayangkan, bagaimana anaknya, fokaiisator kctiga, merasakan
kesunyian "nun jauh di alas". Dalam ccrila ini dicangkokkan tiga
tahap fokalisasi, yakni sang ayah yang ingal, !lang ayah yang
mcnyaksikan, dan anak yang mengalami scndiri.
Tahap-lahap penceritaan dapat kita kenai karena bentuknya yang
jclas, yailu bcntuk pcnuluran langsung. Kata-kata kcrja seperti
"bcrkata" dan sinonim-sinonimnya mcnunjukkan bahwa suatu lahap
pcneeritaan kedua dieangkokkan pada tahap pertama. Bila fokalisasi
dicangkokkan terdapa.t juga indikasi-indikasi. Kala-kata kClja yang
berkaitall dengan pengamalan menunjukkan lahap fokalisasi kcdua,
seperti misalnya "mclihat", "m'cndcngar", dan sebagainya. Tetapi
tidak scmua bentuk fokalisasi tcpat sama dcngan p£!igamatan UllikJ
P~~!;.:~~~!l .. t?!'iikQ.lQgiLPun, sepcrti "ingal", "berpikir", "bcrpcnda
pat", pol:oknya scmua kala kerja yang mcnunjukkan suatu visi, suatu
bentuk kesadaran, mcnunjukkan kepada subyck kcsadaran tadi, yailu
sang fokalisator. Scketika di dalam leks muneul scbuah kata kelja
serupa i[U atau sinonimnya ("menurul pcndapalnya"), maka kita
berhadapan dcngan tahap fokalisasi yang dicangkokkan .. Pola-pola
peneangkokan serupa itu dapat menimbuikan c.i~~a.ug..te.~ terduga;
at<:~~ . .p.Y.}:U'-iills....!!!.~n.g!~~.l:I,~~'::_ P~ya-S;:~-bclulnya sangiii"oiaSa,
sepcrti clapal diiihat dari eontoh bcrikut, "Kulihat.ia mcnyadari bahwa
temannya merasakan adanya scsualu yang unch pada pipi kirinya."
Oalam sebuah karya Vladimir VoikoO' Le Relournemelll (1979) kita
jumpai contoh scbagai berikul, "Dari sudUI mat.a kanan kulihat dia
mclihat bahwa aku mclihat bahwa diu mclihat aku."
Oalam pasal scbclumnya lclah dibicarakan berbagai bcnluk yang
dapat dipakai untuk merckam bahasa sccara lidak iangsung. Datam hal
itu sebetulnya tidak ada lahap berecrita yang kcdua karcnajuru bicara
tetap sarna. Tetapi bila steara tidak lallgsllng ditampilkan kala-kala
atau pikiran-pikiran seorang peiaku, ITI<lka scringjug I visi si pciaku itu
diungkapkan. Oalam hal ilU tidak Icrdapal lahap bcrcerila kcduu,
tetapi ada fokalisalor kedua yang dicangkokkull. Contoh karangan
Henry James, What Maisie Knew,juga brrlaku di sin:, Kartna fokali~asi
di cangkokkan, maka pcmbaea mel1aisirkall data lain daripada si
Maisie, sckalipun data ittl disajikan Icwat penrl'opongan Maisie.
Fokali!iasi juga dicangkokkan dalarn bel1l1:k pCllUlurali tidak
langsung seeara bcbas, scperti dapal dilihat clad fragmen bcrikut
(dikutip dari Sellill,t; lhe W01.'d ()II Fire. karangan Angus Wilson). Hubert
bcrpi,kir-pikir mengcnai adik iparnya, R~wnary, yang tadi berusaha
134
~.i'
/
mtuk mcmbclokkan arus pcrcakapan dari masafah-masalah keluarga
~epada masalah kcuangan dan perdagangarr. "Sekalipun Hubert
;eorang bankir, namun ia tidak yakin bahwa penggeseran cepat -pari
nasalah pendidikan seorang anak kedl kepada urusan dagang, tiGak
Jibuat~buat.J claslah, adik iparnya ito tidak berhasil selaku seorang ibu
- bukankah sudah dupat diduga sebclumnya, ia berasal dari keluarga
~olongan: ~cngah yang hidup dari hari ke hari, sedangkan kakak
aki.laRirlya sclalu gaga\. Bagaimana Jerry, adik laki-lakinya sendiri
fang .begito baik. dapat nikah dengan seorang perempuan yang
:lemikian tolo!!" .
I :Li
berbagaiinstansi. Misalnya "Nyonya Sutanti" oleh pencerila ekstern,
"-Mami" oleh suaminya dan ','Tan ti" oleh kekasihnya. Dipakainya
salah saW nama tertcntu menunjukkan adanya pergescran dalam
fokalisasi, sekalipun juru ceritanya tctap sarna.
Sekalipun scmua petunjuk ini diperhatikan, namun dapat terjadi,
bahwa tidak dapiit ditentukan siapakah yang mcngadakan fokalisasi.
Fokalisawr ekstern ,dapat turul mengamati dengan scorang tokoh, tetapi
fokalisasinya tidak discrahkan sepenuhnya kepada tokoh itu. I ni terJadi
hila scbuah obyck difokalisasikan, bila lokohnya dapat mengamati,
tclapi tidak dijclaskan, apakah tokoh itu juga sungguh mcngamati.
Contoh rnengenai fokalisasi ganda itu kita jumpai dalam novel Cekov,
Nyonya dengan Anjingrrya.
(1) Diceritakan bahwa ada sl:orang yang baru muncul dijalan raya, seorang nyonya
dengan anjingnya. (2) Dimitri Dmitrisj Gurow pun, setclah dua minggu tinggal di
Yalta, merasa kerasan di sana dan mula; me~pl:rhatikan wajah·wajah baru. (3) la
duduk di warung kopi Verne! kctika dijalan raya itu dilihatnya seorang wanita muda
ya'ng berambut kuning; tubuhnya agak kl:cil dan kepalanya, tertutup oleh baret; ia
dibulltuti scekor anjing yang putih. (4) Sesudah itu setiap hari ia berpapasan dengan
wani:a itu di taman raya. (5) Selalu ia berjalan sendirian, selalu memakai baret yang
sama dan dibuntuti'anjing putih itu; tak seorang pun tahu siapakah dia itu. maka da'ri
itu ia disebut saja. nyonya dengan anjing,
[3{)
luru ecrita ckstcrn, lainlagi bila itu dipandang dari sudut seorang tokoh
yang terbatas pemandangannya. Pergesen~n halus dalam, sudut
presentasi dapat dilaeak. Di bawah ini akan disclidiki a~kah
akibatnya Icrhadap eara penyajian atau prcscntasi. Gambaran yang
kita perolch ditentukan oleh bentuk presentasi yang dipilih. Dalam
pasal-pasal berikllt akan dibahas bagaimana gambaran itu dapa!
dianalisa.
Tokoh- tokoh"
Tokoh-tokoh pertama-tama dieirikan oleh eara mereka mcmandang
hal ikhwal sekitar mereka. Maka dari itu pcnclitian mcngenai subyek
fokalisasi perlu agar kila dapat menganalisa profit tokoh itu. Mereka
memilih obyek-obyek yang mcreka mitlati dan ini memberikan
informasi mengenai tokoh yang bcrsangkutan. Olch karena itu
hubungan antara subyek dan obyek fokalisasi menarik unluk ditinjau.
Akhirnya eara tokoh itu dipandang (oteh fokalisator ckstcrn atau oleh
tokoh-Iokoh lain) mencntukan pandangan kita scndiri terhadap dia.
Agar seorang tokoh secara Icngkap dapat dilukiskan profilnya, maka
perlu ditinjau:
(I) bagaimana ia bcrfokalisasi? maksudnya apa?
(2) apa yang dilokalisasi? apa yang diteropong?
(3) olch siapa dia sendiri difokalisasi dan bagaimana?
(4) bagaimana kclakllannya?
Pcrtanyaan I, 2, dan 4 mcmberikan informasi tidak langsung
mcngenai tokoh yang bcrsangkutan;:-ini disebut karaktcrisasi tidak
langsung. Butir nomor tiga membcrikan inCormasi langs'_lIlg dan
menghasilkan karakterisasi langsung.
Untuk mcnganalisa akibal fokalisasi lerhadap scorang tokoh kita
meninjau isi gambaran tokoh itll dan baga.imana isi illl tcrwujud dahtm
I:H
perkcmbangan cerita. Setiap tokoh diberi riri-ciri khas. Ciri-ciri ulama
kita kumpulkan. Menyaring ciri-ciri ('clevan tcrjadi biJa dari scmua ciri
yang disebut kita hanya meninjau ciri-ciri yang bagi scbanyak mungkin
tokoh dapat mcncntukan isi gambaran tokoh, entah sccara negalif
entah secara positif. D~ri ciri-ciri yang hanya kelihatan pada bcberapa
tokoh saja atau pun hanya pada seorang, hanya ditinjau ciri-ciri yang
"kuat". yaitu yang mcnonjol atau yang bcrsifat istimewa atau yang
berkaitan dengan suatu perisliwa istimcwa. Sesudah diadakan sdcksi
mcngenai ciri-ciri yang rclevan maka bcrdasarkan itu dapal dibuat
sebuah pcta mengcnai kcmiripan dan pcrtcntangan antara bcrbagai
tokoh. '
Beberapa kualifikasi'mdekat p:lda pCrHnan sosial atau kekcluargaan.
Scorang lokoh misalnya menjabat pctani atau ayah. Kcdua pcran itu
cukup mencntukan kualilikasinya. Dalalll scbuah ccrita 'tradisional
lokoh macam im pasti kuat.. kClja kcras, dan bersikeras. Kuat
berlawanan .. dengan lemah, kcrja kents berlawanan dcngan maias,
bersikcras bcrkonlras dengan pemurah. Ujung lain pada poros-poros
ilu mungkin diisi olch scorang lokoh yang p€'rannya juga jclas. Maka
dari itu tidak menghcraflkan bila pelalli yang kuat .illl dihadapkan
dengan putcranya yang !emah dan "kminin", yang bclajar sebagai
mahasiswa di kOla. Dan menurut praduga, pUlera itu pasti malas.
Kualifikasi "pcmurah" tidak dapal diisi olch anak 1'.1ki-laki ilu; scbagai
scorang anak ia tidak menduduki posisi yang memungkinkan ia
bersikap keras atau pemurah. Ujul1g itu hanlS diisi, bClapa lidak, oleh
sang ibu. Bila secara skcmatis wkoll-tokoh dan kualifikasi ilU mau kita
gambarkan. maka lcrjadilah skcma scbagai bcrikut:
kualiflkasl
tokoh
peran kuat rajin pemurah
petani/ayah + + -
anaklmahasiswa - - (2)
ibu (2) (2) +
+ ujung positlf
ujung negatif
(2\ ujung menonjol
138
'1 EGARllYAMll
+'t,) ~e"
' t J!' ~ 117 ..,'l.iIt·
/' ,
140
...
)rang tokoh mengatakan scsuatu mcngcnai scscorang hi'n, maka ini
,pat mcngakibatkan suatu konfrontasi. .
Contoh kctiga mcngcnai kualifikasi ckstcrn ialah ya~g diucapk"an
eh suatu instansi yang bcrdiri di luar dcrclan pcriSliwa, pcncerita
,stern, yang merumuskan pcndapatnya mcngenai scorang tokoh;
Imusan terscbut menyajikan visi scorang fokalisator ckstcrn, tctapi ini
111 dapat di,andalkanatau pun disang~kan.
Bilaseorang tokoh disajikan lewat pcrbuatan~pcrbua:annya, maka
u dapat dijadikan sumber kualifikasi. Kualifikasi yang tidak langsung
anirriplisit itu dinamakan kualijikasiJungsional. Kualifikasi scrupa itu
cndaknya sclalu dipandangdalam kcscluruhan. Scorang prajurit yang
!clarikan diri dcngan' scndirinya dikualifikasi scbagai se,:>rang
cngccut. Scorang pcjuang rcvolusi yang turut bcrpcst!i~pora den'gan
crbuatan itu dikualifikasi sebagai scorang munafik atat: scorang yang
dak bcrtanggung jawab. Sclain itu scorang tokoh lain dapal bcrbuat
~suatu ferhadap scorang tokoh tcrtcntu dan dcngan pcrbuatan itu
)embcri ciri tcrhadapnya atau mcmbujuknya agar mcmbcri kualifikasi
cpada dirinya scndiri. Kita dapat mcncuri scsuatu dari scorang yang
ikir atau bcrbual scolah-olah kila mcncuri scsualu daripadanya.
~cpanikan yang mcnghinggapinya dcngan scndirinya mcnclapJangi
ya sebagai seorang ya,ng kikir, scpcrti dalam Si Bachil karangan
Aolicrc. Sualu bentuk lain mcngcnai kua\ifikasi implisit ialnh fokalisasi
,Ich scorang fokaiisalor intern, Pcrubahan-perubahan dalam watak
okoh-tokoh mungkin benepalan dcngan peristiwa-peristiwa tenCnll!
lalam pcrkcmbangan kisah itu. Karcna suatu pcristiwa profil
lsikologis scorarig tokoh dapal bcrubah dan hubungan-hubungan
mtara bcrbagai tokohdapat berubah pula. Scbalikr.ya perubahan
lalam watak seorang tokoh dapal mempcngaruhi pcrkcmbangan
)cristiw'a-pcrisliwa dan mcnentukan arusnya.
Scmua data lerscbut oleh pcmbaca selah! dipandnr.g bcrdasarkan
larapan dan gcncralis<lsi. Pengctahuan pcmbaca scbch:mnya,
pmbaran kcbudayaan serta kcdudukannya dalam s{jarah sangat
ncncntuka~ dampak tokoh-~okoh tcrhadap pembaca.
Pcnclitian mcngcnai ciri-ciri berbagai tokoh dapat j"Jga dipcrguna
:<an bagi analisa sosiologi sastra. Dalam hal ini pcnclitian dapal
:tipcrluas schingga mcncakup sualu kclompok leks-I,eks yang !chih
besar, atau mcncakup suatu :<erangka lcrtcntu. Misalnya dapat dilditi
hubungan antara berbagai ciri dan peran tokoh-tokoh dalam
masyarakat dan kcluarga, Apakah jenis kclamin tcrtentu sdalu dapat
clikaitkan dcngan sikap icicologis tertentu? DalalT. roman-roman
asm,\ra di tanah Prancis pad a abad ~e-17 dall ke-IS dogal! jcl'L~ dapat
14!
dilihat hubungan an tara kaum Adam dan ideologi militeristik. Tetapi
dalam kerangka itu tidak· ada hubungan 'an tara kaum Hawa dan
cita-cita pasifisme, seperti misalnya kita lihat dalam komedi
Aristofanes, Lysislrala (Pemogokan kaum Hawa). Dalam roman-roman
Prancis tersebut poros militerisme-pasifisme tidak bercirikan. Timbul
pertanyaan apakah bercirikan tidaknya suatu pords tertentu dalam diri
seorang tokoh atau dalam sekelompok tokoh (misalnya yang semuanya
memainkan peran yang sama) ada artinya.Jawabannya, tidak dengan
sendirinya ada arti dan juga tidak dengan sendirinya tak ada arti.
'Bahwa dalam roman-roman dari abad ke-17 kaum wanita tidak dengan
jelas mengambil sikap terhadap perang, dapat dianggap penuh arti,
misalnya bahwa dalam masyo.rakat mereka tidak turut berbicara.
~-. .,....~
,.... Ruan~ .
.
--Ca'mbaran yang diperoleh pembaca mengenai ruang, yaitu tcmpat
penstlwa tcrtentu lerjadi, juga ditentukan oleh fokalisasi. Yang
dimaksudkan dcngan ruang ialah tempat-tempat atau lokasi
peristiwa-peristiwa, scperti diamati oleh fokalisator, entah yang ekstern
atau intern.
Maka dari itu setiap analisa mengenai wang hendaknya diawali
dengan menentukan sudul pengamatan si fokalisator. Kadang-kadang
ada perbedaan-pcrbcdaan besar antara visi fokalisator ekstern dan
intern. Pada prinsipnya visi scorang fokalisator ckstcrn tidak terbatas.
Dari tern pat yang tinggi ia dapat mcnjangkau suatu wilayah yang luas,
dcngan cepat ia dapat pindah dari tcmpat yang satu ke tempat yang
lain. Bila dipandang dari sudut ini, maka scorang fokalisator intern
terbatas, sekurang-kurangnya dalam llovel-novel rcalistik. Biasanya
subyektivitas dalam visi lcbih bcsar bila seorang fokalisator intern
mengarnati pcristiwa-perisliwa; selaku scorang tokoh ia bcrdiri di
tengah-tengah ruang itu. Misalnya dalam scbuah novel dilukiskan
bagaimana scorang gadis dusun rncninggalkan kamp!lng halamannya
untuk mcncari pekcrjaan di kota (Eva nleh Carry van Bruggen). ~
stasiun difokalisasinya scbagai tempat pcralihan dari kehidupan yang
an1ai'1,'"tctap\n'ionc)ton:"a"a:fam Iingkungan kcluarga mcnuju kc suatu
bentuk kchidupan yang ramai, mcnakutkan, tctapi mandiri.
Metafora-metafora dalam deskripsi gedung stasiun itu menggarnbar
kan dua visi 'yang bcrlawanan.
Empat indera tcrutama bcrsangkutan dalam pengamatan ruang,
?;, yaitu penglihatan, pendcngaran, perabaan, dan pcnciuman. Krempat
-I bersama dapat turut mcnyajikan wang dalam ccrita. Dcngan
penglihatan diamati bcptuk-bcnluk, warna-warni, dan ukuran, dan ini
142
,~
,-'
selalu daram suatu fokalisasi tcncntu. Bunyi-bunyian dapat turut
mCl1ciptakan kesan mcngcnai ruang,biarpun dalam hal ini kalah
dengan penglihatan. Bila seorang tokoh mC:1dengar suara-~uara
mariusia yang tidak .iclas~ maka ia mungkin agak jauh dari tcmpat
mcrcka bcrkumpuL Kalau kata demi kata dapat ditangkap, ini berarti
bahwa ia sudah dckat, bcrada daJam kamar yang samaatau di
bclakang sebuah sekat. Lonccng gercja yang berbunyi di kejauhan
memperbesar jarak, suara yang bcrbisik-bisik mcnunjukkan bahwa
kita dekat pada seorang pembisik. lndcra peraba tiba pada kedudukan
nomor tigai' pcngamatan lewat pcrabaan dan penciuman biasanya
hanya scdikit bcrperan dalarn mcnggambarkan ruang.
Antal'a leks naratifyang satu dcngan yang Jain ada perbedaan besar
dan ini dilcntukan olch cara dunia dilukiskan 5ccara cksplisit.
Kadang-kadang, tcrutama dalam roman-roman'rcalislik dan natura
listik dari, abad ke-19, kita jumpai deskriFsi-dcs~dpsi ruang yang
panjang Icbar. Kadang-kadang ruang itu disinggung scpintas kilas
s~ia. I ni tidak berarti bahwa kcsan bagi pembaca lab kurang berbobot.
Scbuah contoh parad()ksal kilajumpai dalam Wutnering Heights. Barang
siapa mcmbaca roman itll tcrkcsan sckali oleh alam raya yang buas dan
dahsyal, lapangan bcrumput yang luas, prahara-pmhara, h~jan salju,
pcngcmbaraan si HcathclifTmuda dcngan Cathy. TClapi dcngan sia-sia
akan kila cari sllatu dcskripsi yang tcrpcrinci. Gamharan alam
terwujud oleh pcnyajian pcristiwa-pcrisliwa yang tc~jadi di dalamnya.
Ba11dingkanjuga bagaimana Maria Dermout dcngan tclili mclukiskan
alam Maluku lcwat novclnyu Taman Kale-kale; juga Wildan Yatim
dalam novel Pergolakan.
Pcnampilan gambaran ruang hanya dapat IcIjadi olch karena ada
pcngaruh timbal-balik antara inlormasi yan;~ disajikan olch leks dan
apa yang olch pcmhaca sudah dikclahui scbclumnya, dan yang lalu
disambung olch teks. Bila sualu pcrisliwa tcrjadi di kola Surabaya
misalnya, maka lain artinya bagi pcmbaca yang mcngenal kota itu
deugan baik, lain lagi bagi pcmbaca yang hauya tahu hahwa Surabaya
mcrupakan kOla pclahuhan bcsar diJawa Timur. Bagi pcmbaca yang
cukup lama tinggal di Surabaya maka gambaran tcnlang "makan
angindi Tanjung Pemk", "putar Kayun" dan "mccunggu diJcmbatan
Mcrah" cukup lcrpcrinci. Pcng;lruh timbal bajk ilU mcmang
~crdasarkan ciri-ciri umum yang mclckal pada sellap kota bcsar atau
sctiap kOla pelabuhan. Inijuga bcrlaku bagi dacrah pcdalaman, scbuah
dcsa, scbuahrumah, dan sCliap kalcgori umum. Makin tcrpcrinci
ruang ilU digambarkan, makin hany.ak dri kll<ls ditambahkan kcpada
14:r
sifat-sifal umum. Sifal-sifat umum makin kurang mcnonjol, tctapitctap
berpengaruh. ~
Bahkan bila ruang yang disajikan merupakan suatu dunia yang tak
kelihatan dan tak tcrjangkau, scperti dunia kekuasaan dan birokrasi
dalam karangan-karangan Kalka, maka apa yang sudah dikctabui
pembaca sebclumnya juga dimanfaatkan. Kita hanya dapat
membayangkan dunia scperti dilukiskan Kalka bila kita sendiri pernah
berpengalamall dengan aparat birokrasi, bila kita scn'diri pernah
di-pingpong-kan dari instansi yang satu kc instansi yang lain, bila kita
sendiri pernah bcrhadapan dengan schclai formulir yang isinya tidak
jelas, bila kita scndiri pcrnah tcrbcntur pada kckuasaan yang anonim
dan tak tcrjangkau.
Ruang itu lcbih cksplisit lagi ditampilkan dalam cerita:cerita yang)
pcrkcmbangan pcristiwanya sangat dipengaruhi atau bahkan
ditcntukan oleh ruang. Ruang itu JaJu dijadikan lema, cerita itu .
membahas tentang r:uang, seperti misaJnya, dalam Robinson Crusoe, \
daJam cerita-cerita mitoJogik mengenai peralihan dari dunia yang satu
ke dunia lain (dari pratala ke surga misalnya), dalam novel-novel
"scirmce-Jiction" (pencrbangan ke planit-planit lain). ./
Penyajian ruang dapal memcnuhi berbagai fungsi terhadap arti
cerita yang bersangkutan. Dengan memusatkan pcristiwa-peristiwa
tcrtentu di dalam ruang-ruarig tcrtentu dapat ditimbulkan pcrtentang
an-pertentangan. Scorang tokoh dapal mel'asa aman di dalam rumah,
dan merasa lcrancam di luar. Bagi dia ruang-ruang ilu mcmpunyai
suatu nilai yang pOSilif alau ncgalif. Dahlm pcrkcmbangan cedla
pcmbagian nilai dapat berubah dan bahkan daral dibalikkan. Scmula
scorang tokoh misalnya mcrasa aman di dalam rumah seorang teman,
tetapi lambat laun rumah itu tcrasa sebagai scbuah penjara sehingga ia
melarikan diri untuk dapat bernapas kembali dengan bcbas. Dalam hal
ini ruang lalu memperoleh suatu arti simbolik. Simbolik itu
kadang-kadang dcmikian kual schingga mcnjadi sualu ramalan.
Dalam "The story of an Hour" Kate Chopin baru mcncrima bcrita
bahwa suaminya yang tcrcinta tcwas dalam suatu kccc!akaan. Dalam
kcadaan bingung ia lalu duduk di luar, mclihat tumbuh-tvmbuhan
baru yang sedang bcrscmi, mcnghirup udara segar akibat hujan yang
baru turun, langit yang kclihatan biru kcmhali. I'ada saal itu sang
wanita bclum sadar akan rasa lcga yang sebentar lagi akan'
dirasakannya. Sckalipun dcmikian pclukisan alam mcngandung sckian
banyak simbol yang mcngisyaratkan !larapan baru sehingga akhir
ccrita sudah diberitahukan.
~
IH
Penyajian perisliwa-perisliwa
Ruang adalah dunia yang menampung para tokoh. Apa yang
dilakukan tokoh-tokoh itu di dalam dunia lerscbul meruIiakan
riwayatnya, isi pokok leks. Pcrisliwa-pcristiwa pun, seperti unsur
unsur lain dalam riwayal, disajikan berdasarkan suatu visi. Di sini pun
ada manraatnya untuk men:njau siapakah yang memrokus sehuah
pcristiwa. Catatan-catatan yang mcngandung suatu evaluasi alau
interpretasi kadang-kadang mengakibatkan, bahwa pcristiwa sendiri
kalah pcnting kalau dihandingkan dcngan cara si rokalisator
memandangnya. Pcngaruh fokalisator t~rhadap dampak sebuah cerita
antara lain dapat mcngakibalkan salah paham pada pihak pcmbaca
yang kurang mcngerti ani scbuah pcrbllatan atau pun dapal
mC1ljadikan suatu pcrbualan yang kurang simratik, men.iC!di simpatik.
Mcngapa misalnya. dalam mjak Ajip Rosidi simpati kita hampir
dcngan sendirinya ((~rarah kepada Jante Arkidam, si hromocorah?
Identifikasi dan kctcgang-,an antara lain dapat aiakibatkan, hila
inrormasi sedikit dcmi scdiki't dibcrikan olch bcrbagai tokoh yang
tcrsangkut dalam proses komunikasi naratH: Memberi inrormasi
dcngan bcrtolak pada pandangan fbkalisator intcrn mudah mcngaki
balkan bahwa pembaca mcngadakan idenlijiknsi dcngan tokoh terschut.
Bilaada dua tokoh yang saling berlawanan. maka lokoh yang diberi
kescmpatan unluk memaparkall visinya sendiri kcmungkinan bcsar
mcmpcrolch simpati dari pcmbaca.
Ketegangan tct:ladi bila diajukan pertanyaan-pertanyaan yang tidak
laJigsungdijawab. Pertanyaan-pcrtanyaan tcrsebut: diulangi dalal11
pcrkembangan sctcrusnya. Pcrtanyaan scrupa ilU tidak perlu diajukan
sccara eksplisil, tetapi dapa·. ditimhulkan bcrdasarkan pcrisliwa f\lau
situasi yang tidak dimcngerti. Ada berbagai macam kctcgangan, sejauh
pcmbaca, alau wkoh atau kcdua-duanya belum mencrimlf jawahan
tcrhadap pcrtanyaan mercka. Hila kcdlla-duanya tidakmencrima
inrormasi yang mereka perlukan ul1tuk menjawab pcrtanyaan, maka
kita bcrhadapan dcngan sehllah Lrk(1-(cki. Dillam ccrila-cerila dClektif
baik pcmhaca mauptlll bcberapa tokoh bclllllllahu siapa si pembunuh.
Hila pcrribaca tahu. t('lapi tokoh yang bcrs:lngkuiall tidak tahu, maka
le~iadi ancaman atall hahaya. Pcmbaca misalnya tahu bahwa s.i
pcmbunuh mcnycmbllllyikan diri eli dalam hlltan tClOpat $i anak mati
main-main. Kita scolah-olah mall Iwr(.criak, ".lang-an kc sana, jangan
kc sana." Scbuah ancaman dcngan Jnudah dapilt bcrbalik dall
mcngakibatkan dampak kornik. Tokoh A misalnya mcmasang tcling-a
pa<ia Illbang kunci pinlll UllilIk nWlldengarkan apa yangclibicarakall <Ii
dalam .bilik, 1al1l tiba-tiba plll1!1 dihuka ....
I+:i
Bila pcmbaca tidak memiliki informasi tcrtentu tctapi tokoh yang'
bersangkutan memiHkinya, maka tcrjadi rahasia. Dalam roman Louis
Couperus, Mengenai Orang-orang Tua bcberapa tokoh tahu akan suatu
pembunuhan yang dahulu pcrnah terjadi atau dilakukanolch seorang
tokoh, tctapi pembaca tidak tahu. Sindiran-sindiran yang dilontarkan
menimbulkan napsu ingin tahu pada pihak pcmbaca. Scdikit demi
sedikit rahasia itu kemudian diungkapkan dalam pcmbeberan
selanjumya. Bila baik pcmbaca maupun tokoh itu tahu, maka tiada
kctegangan.
Rasa tegang dapat ditakar. Pertanyaan-pertanyaan hanya untuk
sebagian dijawab, pcmecahan tidak lengkap atau kcliru, timbul
pertanyaan baru. Baru pada llkhir ccrita dibcrikan jawaban yang
sepenuhnya.
146
Sebuan susunan konvensional mengawali cerita'in medias res, artinya
pada awal novel pembaca diterjunkan ke tensah-tengan pusaran
peristiwa. Dalam epos Yunani llias kita langsung berhadapan :?engan
Acnilles yang bernapsu ingin membalas dendam. Dari situasi itu
dilacak kern bali mengapa ia ingin membalas dendam, dan dari titik itu
cerita dituturkan kurang lebin secara kronologik sampai akhirnya
("Demikianlah terjadi mengapa si Achilles penuh rasa dendam").
Sebuan penyimpangan waktu dapat mengacu kepada masa lampau
maupun kepada masa sekarang. Kalau arahnY<:l ke belakang, maka ini
disebut relroversi, kalau arahnya ke depan ini dinamakan anlisipasi.
"Jangan-jangan perbuatan ini nand disesalkannya" merupakan suatu
antisipasi. Sering kali pola-pola waktu itu sukar ditunjukkan karena
pembaca belum tanu bagaimana perkembangan Feristiwa-peristiwa
kelak, seningga jsyarat-isyarat tidak ditangkapnya. Su'paya ketegangan
dikendorkan maka antisipasi-antisipasi sering diselubungkan atau
disamarkan. Dalam sebuan roman detektif petunjuk~petunjuk dapat
diabaikan karen a bentuk' atau sifatnya nanya sepde saja, seningga
nanya seorang pembaca yang sangat ccrmat akaCl menemukannya.
Sebaliknya petunjuk-petunjuk scmu dapat menyesatkan para
pembaca, seperti terjadi dalam ban yak roman detekt:f, seperti
misalnya karangan-karangan Agatha Christie. Scorang pelaku yang
tidak bersalan disangka melakukan Rembununan :<arena banyaknya
indikasi, tctapi yang tcrnyata scmua rrienycsa tkan. Antisipasinya salah,
kcliru. Peristiwa yang dalam kalimat pertama sebuah novel Garcia
Marquez, Seralus Tahun Sendirian, diisyaratkan ("13ertahun-tahun
'kemudian, sambil berdiri di depan regu penembak, kolonel Aurelio
Buendia berpikir ... ), ternyata tak pernan t.;:rjadi. Pclaku yang
bersangkutan menemui ajalnya dalam scbuan pcristiwa yang lain sarna
sekali.
Fung'si sebuah retroversi seringkali menerangkar. sesuatu, misalnya
membcrikan informasi-informasi pclengkap yang lebih menjelaskan
"masa kini", misalnya mcngapa seorang pemuda mcmbenci ayannya.
Beberapa roman merupakan seouah retroversi bcsar-bcsaran yang
sebetulnya mcrupakan pokok ccrita. Pcristiwa-pcristiwa yang
mcngawali dan 'mengakhiri cerita itu tidak mempunyai fungsi ap,!-apa
dan hanya merupakan scmacam bingkai untuk mcnyajikan peristiwa
pcristiwa dari masa silam. Proscdc illi sering dipergunakan dalam
aliran realisme pada abad kc-19.
Daik retroversi maupun antisipasi dapat berjangkar;.an dalam
beberapa detik, tetapi juga bertahun-tahun sampai bahkan bcrabad
ah'.ld lamanya. 13erapa lama t(~pat diisyaratkan oleh pcnyimpangan
147
waktu udak selatu dlsebutkan.Jugajarak terhadap peristiwa-inti dapat
berbeda-beda., Kalau dikatakan, "Tahu'n yang lalu saya tinggal di Bali
selama sa,tu bulan," maka jangkauan retroversi itu satu bulan dan
jaraknya satu tahun. Dalam roman karangan Couperus yang berjudul
Mengenai Orang-orang Tua sering diacu kembali pada sebuah peristiwa
yang pernah terjadi di Indonesia. Retroversi itu berjarak enam puluh
tahun (pasangan suami-istri yang kini sudah lanjut usia dahulu pernah
tcrlibat dalam peristiwa pcmbunuhan asmara) sedangkan jangkauan
waktu yang demikian singkat sena kcharusan mutlak untuk
menycmbunyikan pcmbunuhan itu menjadikan roman itu penuh
ketegangan.
Di samping penyimpangan waklu, irama naratirpun mcmpengaruhi
cara bagaimana dunia fiktifitu scrta pcristiw:;t-pcristiwa yang tcrjadi di
dalamnya disajikan. Pcrhatian pcmbaca dapat ditarik sccara global
sepanjang ccrita atau dipusatkan pada bcbcrapa bagian saja, tctapi
bcntuk penyajian sclalu sHih bcrganti bcrupa eemaparan panjang Icbar
atau singkatsaja. Kita dapat mcmbandingkan lamanya scbuah
pcristiwa dcnganjumlah kalimat yang mC'tlccritakannya. Dialog-dialog
dapat dipakai sebagai tolok ukur untuk mencntukan iramanya. Dalam
dialog-dialog, dcmikian kita mcngandaikan, lamanya pcristiwa sarna
dengan waklll pCllyajian Uumlah kalimat). llerdasarkan prinsip ini kita
darat mcncntukan kil'a-kira apakah tcr:iadi pcnyingkatan, apakah
pcristiwa diikhlisal'kan saja atau dihcberkan sccara panjang lebar. l3ila
pcristiwa lidak discblll maka lama pcristiwa mcnjadi (ak tcrhingga hila
dibandillgkan dcngan lamanyu pcnuturan. llila pcristiwa dipcrsingkat,
maka laman}'a pcristiwa !chill panjang daripada lamanya penuluran,
tetapi lidak mClljadi sampai tak lcrhingga. Dalam scbuah adegan bcntuk
pcnyajian sarna lama dcngan lamanya peristiwa ilU; ini mcndckati
situasi dialog. Bila pcristiwa hanya singkat saja ktapi bCl1wk pcnyajian
panjang lebar, tcrjadi pelamh:~tan! letari bentuk ini jarang terjadi.
Lamanya pcristiwa !cbih singkat daripada waklll penyajian. Dalam
bClllUk .refillgall lamanya pnisliwa tak tcrhinggakan Ichih singkal
daripada waklll pcny,~iall, Pdukisan mcngcnai bcnda-bcnda mali,
alam, dan schagainya mcrupakan sclingan.
Akhirnya ~dHlah pcrisliwa d'apat discbut satu, dwi kali sampai
bcbcrapa kali dalam ccrita yang sama. f\tcngtiJangi scbuah pcristiwa
dapat mcnggarisbawahi pcntingnya pcrisliwa ilu. Kcbalikan lcrjadi
bila scbuah derelan pcristiwa hanya disdmt saW kali. Demikian
misalnya scbuah karangan Proust <Hawaii dcngall kalimat ini, "Lama
juga .saya terhiasa mClsuk lidul' sore Ifari."
14B
Mcnganalisa hubungan-hubungan waktu dapat ffi'~nghasilkan data
lang mendukung scbuah pcnafsiran, tctapi kalau analisa itu rnenjadi
.ebuah tujuan terscndiri, maka hasilnya scbuah pcnjumlahan baris
rang tak ada gunanya. '
Pcnelitian mengcnai aspek-aspck mila bcrkaitan dengan pertanya
tn, apa yang diecritakan dan atas nama siapa? Pcrtanyaan ini
ncndasari pengertian mcngenai eara sebuah informasi sampai pada
)cmbaea. Cambaran mengenai dunia (fiktif), kcsan yang kita perolch
nengcnai pcristiwa-pcristiwa, mcngenai hubungan-hubungan, menge
lai keadilan dan ketidakadilan, i tu scmua ditcntukan oleh aspek-aspck
:ersebut. Dalam pasal bcrikut kita ingin mendalami susunan dunia
:liktif) itu, pcristiwa-pcristiwa, para pclaku, dan hubungan antara
)cristiwa dan pclaku.
1. Alur
Yang diriamakan alur ialah konstruksi yang dibuat pcmbaca
nengenai scbuah dcrctan peristiwa yang sceara logik dan kronologik
laling berkaitan dan yang diakibatkan atau dialami olch para pclaku. Si
Keci! membuat'siasat untuk mcnyclamatkan dirinya scndiri bcscrla
adik-adiknya. Ini dilakukannya sesudah ia mcndcngar rcncana orang
•
tuanya yang ingin mcninggalkan anak-anaknya. Ia mcmbuat siasat itu
karena, iajuga mcndcngarkan pcmbicaraan orang tuanya. Hubungan
kronologik antara pcristiwa-pcristiwa itu mcnjadikannya scbuah
rangkaian yang dcmikian saling berkaitan, schingga pcmbaca mcngerti
bahwa urutan kalimat yang membahas pcristiwa-peristiwa itu saling
bcrgayutan, sckalipun pcristiwa-peristiwa itu tidak disajikan sccara
kronologik. "Si Kecil rnembuat sebuah siasat. la mendengar bahwa
orang tuanya bcrmaksud untuk mcmbuang .;.tnak-anak mcrcka."
Hanya scorang pcmbaca yang mcngandaikan bahwa kcdua kalimat itu
dapat dihubungkan dengan kata "karcna" atau "scsudah", dapat
mcngcrti bahwa "ia" itu sarna dcngan "si Kccil", dan bahwa siasat itu
adalah jawaban si Kccil tcrhadap rcneana orang tuanya. PemDaea
tidak berkcbcralan bahwa akibat Icbih dahulu discbut, baru kcmudian
scbabnya. Pcmbaca dapat mcngcni babwa urutan pcrill,tiwa dalam
alur ,tcTnyata scbaliknya.
Ahir'lebuah ccrita dapat disimpulkan dad data yang disajikan dalam
teks. 'Secani inluitif ini dilakukan o1ch scorang murid yang
ITIcnecritakan kembali apa yang dibacanya. Atau olch scorang
mahasiswa di fakultas sastra bila ia membuat scbuah ikhtisar mcngcnai
sebuah novel yang tcrmasuk daftar bacaan w'~iib. Sccara polos ia
H9
..,
~~
menceritakan pcristiwa-peristiwa dalam urutan kronologik ("kemudi
an", "sesudah itu") sekalipun -dalam buku yang bersangkutan urutan
itu dimanipulasi dengan berbagai akal. Dalam sebuah ikhtisar kita
hanya menuturkan peristiwa-peristiwa penting, tanpa embel-embcl,
sekalipun embel-embel itu merupakan hakikat pok6k sebuah novel.
Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam Taman Kate-kate, karangan
Maria Dcrmout, dapat diikhtisarkan dalam satu halaman saja, tetapi
bukan itulah yang menjadikan novel itu sebuah mutiara dalarri dunia
sastra.
Ini tidak berarti bahwa alur mcndahului cerita yang akhirnya
diterbitkan sebagai sebuah buku, seolah-olah pengarang mcnciptakan
dahulu alur atau mcngumpulkan datanya, lalu mcngolahnya dcngan
berbagai akal dan akhirnya mcnulis scmuanya itu. Modul analisa kita
tidak ada sangkut paut dengan anggapan gcnctik yang naiftadi. Sering
kali -kita tidak tahu bagaimana scorang pcngarang menciptakan
karyanya. Proses kreatir bcrbcda-beda untuk masing-masing penga-'
rang, bahkan untuk masing-masing karya.Tetapi yang dapat dilacak
ialah isi apa yang disar:ikan seorang pcmbaca dari sebuah teks. Inilah
sebuah bentu'k abstraksi. Alurnya masih dapat diikhtisarkan lagi.
Ungkapan-ungkapan mengenai tema, mengenai maksud, dan moral
sebuah teks lebih mengabstraksikan isinya. Abstraksi-abstraksi serupa
itu tidak lagi mencerminkan aspck perubah an dalam peristiwa-peristiwa,
I tulah sebabnya mcngapa scbctulnya abstraksi-abstraksi scrupa itu
tidak lagi- tcrmasuk bidang naratologi.
Sejauh mana sebuah analisa mcngcnai aIm mcmpcrlakukan teks itu
dengan "adil", tergantung: dari kcdudukan alur dalam kcscluruhan
sebuah novel. Sering tctjadi bahwa jalur alur hanya samar-samar
sedangkan pesona teks disebabkan karcna aspek-aspck yang bcrlaipan
sekali scpcrti misaillya pclukisan yang ind;lh, ungkapan yang lirik,
ekspcrimcn dcngan bentuk, pcndirian idcologik yang kuat, yang dalam
alurnya hanya digambarkan srpintas kilas saja. Ada laktor-faktor yang
Icbih pentingdaripada alur. Di sini kami hanya mcmaparkan bagaimana
scbuah alur dapat dianalisa; st;jauh mana analisa itu releuan, itu lain
soal.
4.1 Peristiwa-peristiwa
Yang discbut peristiwa ialah pcralihan dari kcadaan yang satu
kcpada kcadaan yang lain. Dcngan berptdoman pada ddinisi ini kita
dapat membedakan kalimat-kalimat yang mcnyajikan scbuah
peristiwa dari kalimat-kalimat dcskriptif'dan dari kalimat-kalimat yang
mcngungkapkan hal-hal yang umum, kalimat-kalimat c1iskursir. Telapi
150
,'~
· /
[engan eara ini mustahillah mcngumpulkan scmua pcristiwa agar
lapat menyaring alur pari teks. Kumpulan pcristiwa tcrlalu besar,
:chingga tak dapat ditangani lagi. Maka dari itu kita harus memi;)Uat
:ebuah seleksi. '
°eristiwa Fungsional
Dalam seleksi pertama kita hanya memilih peristiwa-pcristiwa yang
;eeara menentukan mcmpengaruhi pcrkembangan alur. Peristiwa
)ahwa Pangeran Diponcgoro sedang bcrtapa, tidak langsung
ncmpengaruhi perkembangan sctcrusnya. Pcristiwa bahwa ia lewat
,cbuah Jubang dalam pagar batu meninggalkan "Dalem"-nya,
.nemang menentukan perkcmbangan setcrusnya.
Kcputusan apakah scbuah peristiwa bcrsifat fungsional atau tidak
baru dapat. diambil setelah scluruh alur diketahui. Di lain pihak kita
mcnyusun gambaran kita mengcnai alur itu bcrdasarkan peristiwa
peristiwa fungsionaL Maka tidak mustahillah bahwa dengan analisa
serupa ini kita ter.masuk perangkap lingkaran setan. Namun di lain
pihak analisa ini membuka kcmungkinan ulltuk mcringkas alur itu
scdemikian rupa sehingga kcmudian dapat dicek kebenarannya.
l(aitan
Terdapat juga pcnst!wa-pcflstlwa yang mcngaitkan pcristiwa
peristiwa penting. Contoh-contoh misalnya pcrpindahan dari
lingkurigan yang satu kc lingkungan lain, pcnampilaJl pdaku-pclaku
baru, adegan-adegan singkat bila tidak terjadi scsuatu yang penting.
Sekalipun pcristiwa-pcristiwa itu kclihatan scpc1c, namun sangat
pcntingjuga agar scbuah ccrita 'dapat dibaca dcngan cnak. Bila hanya
disaJikan pcristiwa-pcristiwa fungsional, maka perhatian pem baea
terus-mencrus ditcgangkan, dan karena itu tidak mungkin, maka mau
tidak mau perhatian silih bcrganti dikendurkan sehingga mungkin
bagian-bagian penting dilcwatkan. Silih berganti menakarkan hal-hal
pokok dengan hal-hal yang tidak begitu penting merupakan salah satu
sifat yang menjadikan sebuah teks naratif berhasil.
.Peristiwa Acuan •
Ihnyak peristiwa tidak langsung bcrpcngaruh bagi perkembangan
sebuah alur, tidak turut menggerakkan -jalan cerita, tetapi mengacu
kepadaunsur-unsur lain, seperti misalnya bagaimana watak seseorang,
bagaimana suasana yang mcliputi para pclaku, dan scbagainya.
Bacalah misalnya Taman Kale-kate, karangan Maria Dcrmout.
Bukannya jalan cerita dan pcristiwa-pcristiwa yanK paling pentinKI
J.'">/
z.;:
melainkan bagaimana suasana alam dan batin dilukiskan. Dalam
cerpen Umar Kayam, "Musim Gugur Kembali di Connecticut"
ingatan akan musim gugur di negeri yang jauh itu merupakan
gambaran atau bahkan ccrmin bagi peristiwa pencmbakan mati di
hutan karet yang daun-daunnya juga mulai menguning. Gambaran
atau pcristiwa serupa itu kadang-kadang meramalkan dengan
isyarat-isyarat apa yang nantinya akan terjadi, tetapi tidak
mengakibatkannya.
152
:lapat dilcpaskan dari hubungan antara para pe-iakuyang mcngakibat
~an atau mengalami bcrbagai pcristiwa. .
1;):1
Tetapi kekuasaan itu juga dapat berupa kongkrct: seorang raja yang
membcrikan puterinya kepada scorang pangeran, orangtua yang
menghalangi anaknya untuk mempersunting puteri pilihannya scndiri.
Kekuasaan itu tidak selaJu hanya satu, tetapi dapat berbeda-beda,
saling kerja sama atau saling menghalangi. Dalam roman-r~man
naturaJistik dad bagian kedua abad yang lalu kekuasaan negatif
(struktur masyarakat) sering diserang oleh kekuasaan positif, yakni
semangat sang pejuang. Biasanya masyarakatlah yang paling
berkuasa, lalu menang. ,
Dalam perkembangan alur si pejuang dibantu atau dihalangi' oleh
pelaku-pelaku lain atau beberapa segi dalam watak para pelaku itu
(rakyat yang bersemangat revolusioner). Terjadi campur-tangan yang
tidak menentukan bcrhasiltidaknya perjuangan, scperti halnya dengan
kekuasaan, melainkan yang menentuka'n perkembangan'alur, tegang
tidaknya, serta episode-episode yang membcntangkan alur itu dalam
waktu tertentu. Pembantu (adjuvant) dan penghalang (opposant) hany~_
secara insidental mempengaruhi pcrjuangaif. Faktor-faktor itu tidak
selalu bersifat manusiawi. Sebuah scnjata pus aka dapat mcmbantu
sang pejuang. Pembantu-pembantu itu sering kali lebih kongkret
daripada kekuasaan. Kadang-kadang ada bcrbagai pcmbantu, tetapi
kadang-kadang seolah-olah sama sekali tak ada seorang pembantu.
Faktor pembantu atau pcnghalang itu lalu tidak diwakili oleh berbagai
pelaku, melainkan sudah tcrtanam dalam sifat perjuangan itu sendiri.
Enam kelompok ini, pcjuang, tujuan, kckuasaan, orang yang
dianugcrahi, pembanlu, dan pcnghalang, kalau dipandang dalam
hubungannya dengan perjuangan, discbut actants (para pembuat).
Actant itu ialah peran-pc'ran abstrak yang dapal dimainkan olch scorang
atau bcberapa pelaku. Dalam setiap alur dapat ditunjukkan enam
actant.J umlah pelaku yang tampil dapat bcr-variasi dari scorang sampai
tak terhingga. Kadang-kadang terjadi bahwa seorang pelaku ingin
mencapai tujuan yang tcrdapat dalam dirinya sendiri, sepcrti misalnya
kebijaksanaan, tClapi kcbodohannya scndiri merupakan kekuasaan
yang menghalanginya untuk mencapai tujuan ilU. Kesalahan
kcsalahan, tctapi juga sinar-sinar keccrdasan dapat mcrupakan
penghalang ataupun pcmbantu. Scbaliknya terjadi dalam roman
Coupcrus, Mengenai Orang-orang Tua. l'tjuangnya dua orang, ialah
suami-istri. Tujuan mcrcka ialah mcrahasiakan pcmbunuhan yang
dahulu pcrnah mcreka lakukan tctapi ini dihalangi o1ch napsu itlgin
tabu dari anak-anak mcrcka. Tctapi anak-anak ilU juga mcrupakan
pembantu karcna clapat menyimpan rahasia orang luatlya dan
bcrusaha untuk mcnulup-nutupi pcris-tiw;\ dari masa silam. Tctapi
154
r'
laktu merupakan kekuasaan yang akhirnya mcnggagalkan usaha atau
lerjuangan .rnereka.
J adi, attant itu tidak sclalu sama dengan pelaku. Kita mempei,?leh
uatu pengertian mcngenai jaringan reiasi-rcIasi bila menempatkan
lara pelaku menurut ked.udukan actantnya. Relasi-relasi itu hjt
ncngait dan bersifat intern. Bila kita menunjukkan seorang pelaku
ebagai pejuang, maka pelaku-pclaku lain kita kelompokkan menurut
elasi mereka terhadap perjuangan pclaku satu itu. Barang siapa
ncnghalangi perjuangannya tcrmasuk kelompok penghalang .dan ini
idak tergantung daripada rasa simpati kita. Dalam pandangan kita
eorang pcjuang mungkin sangat tidak simpatik, dan pcnghalangnya
:ita nilai scbagai simpatik, tetap'i orang simpatik itu tetap seorang
lenghalang.
~oinplikasi
Menunjukkan seorang pejuang tidak sclalu mudah. Kadang-kadang
lejuang dengan jelas dapat ditunjukkan (Arjuna, Dr. Samsu, Sri
;umarah). tetapi sering kali ada beberapa pclaku yang sama-sama
)enting (para Pendawa) atilU pun simpati kita terarah kepada seorang
Jelaku tertentu. Daiam cerita mcngenai sang profesor dalam Taman
'(ate-kate sukar ditentukan apakah sang profcsor atau Raden Mas
;uprapto merupakan sang pcjuang, bahkan mungkinjuga dalam cerita
ni tak ada scorang pejuang. Selain itu, seperti telah dikatakan di atas
adi, seorang pa.hlawan dapat bcrwatak tidak simpatik (Napoleon
nisaJnya) scdangkan seorang pelaku yang simpatik hampir tidak
Jerperan dalam perkcmbangan cerita. Pcnafsiran intuitif yang telah
<ita lakukan ketika memba:ca cerita, selalu mcmpcngaruhi pilihan kita
lila harus mcnunjukkan siapakah si pcjuang utama.
Tetapi ini tidak mcrupakan pcnghalang ~untuk membuat scbuah
malisa. aktansial yang dapat dicek kebcnarannya karena yang
:lipentingkan dalam lTlodul itu hubungan timbal balik di antara para
pelaku. SekaJi scorang pejuang dipilih, maka kcdudukan para actan lain.
juga sudah ditctapkan. Bila kita bimbang dalam mcnunjukkan scorang
pcjuang, maka ada gunanya mcnyusun bcbcrapa skema yang
masing-masing menampilkan seorang pelaku lain sebagai pejuang. Bila
skema-skema itu dibandingkan maka nampaklah bahwa skema yang
satu memperlihatkanjaringan hubungan yang lebih menarik alau yang
lebih masuk aka! daripada skema-skema lainnya.
Sebuah masaiah lain ditimbulkan oleh scbuah alur yang rumit alau
majemuk. Bisa terjadi ada beberapa perjuangan, sehingga s~ruktur
struktur aktansial juga bukan hanya satu s~ia. Hubungan antara
1;"1:1
bcrbagaiperjuangan itu dapat diana lisa scbagai suatu pcrkcmbangan
yang pa'ralel, atau yang mcnyilang, karcna pejuang-pcjuang saling
mcnghalangi. Dapat juga sam bung mClIyambung (serial kisah
kepahlawanan scpcrti dalam Api di Bukil Menoreh) atau ccrita yang satu
dibungkus dalam ccrita lain sepcrti dalam Wuthering Heights.~
Catatan Kepustakaan
Yang dibahas dalum bab ini pernah dibicarakan dengan lcbih Iduasa oleh
Bal (1980a) dan dikritik oleh Bronzwaer (1979) dan Van Buuren (1979).
Dalam majalah Forum der LeUeren, edisi yang sarna, keberatan-kcbcratan tadi
ditanggapi. Tutur langsung dibahas oleh Glowinsky (1974). Yang dikatakan
dalum bab tentung drama mengenai dialog dan pemakaian bahasa, juga
berlaku untuk tutur langsung dalum teks-teks naratir. Mengen~i pencangkok
an lih"t Bal (1980d). Mengenai tutur tidak langsung bebas Uuga dinamakan
"Erlebte Rede") ada berbagai pendapat. Altcrnatirtcrpenting ialah pendapat
Banfield (1973; 1978) yang terikat ketat akan ilmu bahasa (tata bahasa
transgeneratir). Kemudian pendapat bahwa tutur tidak langsung bebas
merupak,\n bagian dari "interrerensi teks" yang artinya lebih luas. Pengertian
ini juga dibahas oleh Doleiel (1973), dalam bahasa Belanda lihat Bronzwaer,
Fokkema d an I bsch (1980). Sebuah ikhtisar jeJas mengenai berbagai pendapat
disajikan oJeh McHale (1978). Mengenai pendengar, lihat Prince (1973).
Konsep "inlerrcrensi leks" juga dipergunakan oleh banyak teoretisi resepsi,
scperti misalnya Link (1976);
156
,.'
Penelitian mengenai alur-alur yang mempunyai susunan yang sama
diilhami oleh Propp (1928), dijabarkan olch DolcZel (1972), dan dibahas
secara kritis serta 'ditera'pkan oleh Van Luxemburg (1974). Penelitian f,abov
(1972) mengenai susunan kisah-kisah ~·ang·secara spontan dituturkan (natural
narrative) sangat menarik. Bremond (dalam Bronzwaer, Fokkema, dan Ibsch
1980) memberikan scbuah contoh mengenai berbagai usaha kaum sfrukturalis
menyusun sebuah model deduktir mengenai segala macam alur yang mungkin
dapat diciptakan. Barthes dan kawan·ka~.an (1977) memberikan sebuah
model analisa yang sering diterapkan. .
Modei aktansial dalam bentuk yang scdikit berlainan. sudah pernah
diusulkan oleh Propp. Model serupa itu dijabarkan bagi drama. Model yang
paling sering dipakai ialah yang dibuat olch Greimas (1966) yang dtsajikan
dalam buku inL Kemudian hari Grcimas mengusulkan perubahan-perubahan
y~ng menurut hemat kami bukanlah perbaikan. Culler (1975) secara kritis
membahasa berbagai modul alur strukturalistik.
~'.
157
IX
TEKS-TEKS DRAMA
""
Memang, ia seorang pahlawan, te!api ia tidak dapa! bercerita.
Maksim Gorki
William Shakespeare
1. Pengantar
YANG dimaksudkan dengan leks-leks drama ialah semua teks yang
bersifat dialog-dialog dan yang isinya membcntangkan sebuah alur. Oi
sini ticlak dibedakan antara komedi dan tragedi, drama borjuis dan
banyolan, drama epik dan drama absurd. Juga novel dalam bentuk
surat-sural dari berbagai penulis dapat disebut dramatik. Yang
termasuk jenis drama ini lidak hal1ya drama-drama yang berbobot
sastra, melainkanjuga panggung terbuka, ''play role" di sekolah, bahkan
sidang di pengadilan sebetulnya juga merupakan drama-drama.
Modul analisa yang dibicarakan dalam bab ini clapat diterapkan
lcrhadap scmua jcnis ungkapan bahasa yang disebut cli atas tadi.
Oalam analisa ini kita dibatasi oleh kenyataan bahwa ilmu sastra hanya ..
clapat mcmbahas leks-teks tenulis, sekalipun beberapa sifat yang
dibahas dalam bab ini juga dapat dikaitkan dengan pantomim,
commedia dell arte, ballet, opera, ketoprak, dan ludruk.
J
158
."
tu teks drama berkiblat pada pementasan. Dal'.lm b~ ini dibicar~kan
)eberapa kemungkinan maupun pembatasan. Pementasan itu sendiri,
)agaimana kongkretnya dckor, kostum, dan penafsiran yang dibetikan
Ii atas panggung mengenai drama yang bersangkutan, itu semua tldak
.ermasuk teori drama, melainkan ilmu teater. Di sini kita tidak dap.at
nendalami masalah-masalah khas yang bersangkutan dengan bidang
Jrofesional itu, tetapi secara sirigkat dapat disebut aspek-aspek
Jementasan mana yang tidak tel'kandung di d.alam teks drama.
Pementasan sendiri merupakan sebuah sintesa dan mengimbau pada
)eberapa indera sekaligus. Pementasan didukung oleh berbagai orang
)ersama-sama. Selain pengarangnya tcrdapat para pemain, sang
utradara, para teknisi, dan lain-l~in. Pementasan bersifat multi
!imensional. Ruang panggL:lng kongkrct mcngajukan. beberapa
untutan khas kepada permainan para pelaku; mereka misalnya tidak
erus-menerus dapat berbicara den~an membelakangi. para penonton.
)an akhirnya, dan inilah masalah yang paling berat, pemetltasan itu
'anahle, berbeda-beda. Tak ada dua pementasan yang sarna. Ada
lerbedaan dalam gerak-geriknya, dalam suara dan dalam penggunaan
'uang panggung.Jelaslah bahwa ini merupakan suatu bidang kcahlian
ersendiri yang di sini tidak akan kita dalami. Tetapi dalam bidang
Imu sastra pun ada masalah tentang pembatasannya. Tapa! batas
mtara teori drama dan naratologi tidak tetap, dapat berubah-ubah.
:.ranya untuk sebagian ini discbabkan karena pe:nbagian tugas.
~aratologi dan teori drama saling bersentuhan mcnurt:t aspek-aspek
:ebagai berikut:
a) dalam analisa mengenai berita yang disampaikan ol~h seorang
utusan misa!nya; dia menjelma sebagai seorang juru cerita.
Seketika dalam sebuah drama diceritakan sesuatu (dan i;Ii se!alu
terjadi), maka dapat dipcrgunakan kategori-kategori dari
naratologi.
b)' menganalisa alurnya mcnyangkut baik cerita maupun drama.;.
Kebetulan saja bahwa penelitian mengenai hal ini terutama terjadi
dalam kerangka naratologi.
c) car a penampilan ccrita dan drama dapat dibanding-bandingkan.
Pementasan yang secara khusus melekat pada penampilan drama,
diatasi dengan bcrbagai cara. Bila perbedaan-perbcdaan itu
diselidiki lebih lanjut, maka kita dapat memperoleh suatu
pengertian yang Icbih mendalam mengenai kcmungkinan
kemungkinan yang disajikan olch kcdua jenis sastra ini.
J59
;>
(d) tcori drama penting bagi naratologi, khusus dalam menganalisa
dialog-dialog yang dalam tcks-lcks cerila disajikan dalam bentuk
tidak langsung.
Dalam sebuah modul analisa drama, tiga aspek hendaklah ditinjau:
situasi bahasa, pcnyajian, dan alurnya. .
(I) Mcnurut situasi bahasa dialog atau teks pokok menjadi paling
penting. Telapi petunjuk-pctunjuk bagi pemcntasan atau teks
samping juga lermasuk leks drama.
(2) Penyajian unsur-unsur alur, seperti para pemain, peristiwa,
jangkauan waktu, dan ruang terjadi secara khusus.
(3) Segi-segi alur di sini tidak dibiearakan lagi. Yang telah dikatak,an
dalam bab 8 juga berlaku bagi drama':~':r'
2. Situasi Bahasa
Dalam scbuah drama dialog merupakan situasi bahasa utama.
Dialog-dialog mcrupakan bagian terpcnting aalam sebuah drama, dan
sampai taraf tcrtcntu ini juga bcrlaku bagi monolog-monolog. Pada
pokoknya scbuah drama tcrdiri alas tcks-leks para aktor, dan tak ada
s~orangjuru cerita yang langsung mcnyapa para penon ton. Para aktor
'saling mcnyapa. Mcnurut konvensi drama mcreka tidak langsung
menyapa para pcnonton, lctapi konvcnsi tcrsebut sering dilanggar,
khusus dalam drama modern. Pctunjuk-pctunjuk untuk pcmentasan
bCl'sifat sckullder karcna sclama pcmcntasan tak pernab diueapkan,
tctapi dikongkrctkan lcwat isyarat-isyarat nonbahasa.
2.1 Dialog
Dia log terika t pad a pclaku. U ni t-uni t dialog yallgj uga d isebut giliran
pieara diueapkan olch scorang pclaku yang mempunyai fungsi dalam
alur. Scbllah dialog sccara minimal terdir~ atas dua giIiran bicara yang
didukung olch sekUl'ang-kurangnya dua pclaku; bahan pembicaraan
tidak balch bcrubah. Kalau syarat-syarat ini dipenuhi, maka para
pescrta bicara bcrada di dalam situasi bcrsama, yaitu di sini dan sekarang.
Antara dialog dan pcrbuatan tc~jalin suatu hubungan yang majcmuk
dan intcnsif. Giliran-giliran bicara itu scndiri mcrupakan tindak-tindak
bahasa yang ada hubungan dcngan pcrbuatan-perbuatan dan yang
dapat mcngakibatkan pcrbllatan-perbuatan.
160
/
pelaku dengan sopan menantikan gilirannya dan tidilk saling potong,
tidak menyimpang dari bahan pembicaraan, setiap kata ada artinya.
Suasana dialog yang ideal ini (tctapi yang sebctulnya".:. agak
dibikin-bikin) diperlukan, agar para penon ton atau para pembaca
dapat mcngikuti pcmbicaraan. Salah satu konvensi yang paling
penting dalam seni drama ialahjangan mcmpcrsoalkan suasana dialog
yang ideal itu, tetapi konvensi ini pun kini sering dilanggar.
Bila komunikasiyang ideal itu diganggu karena para pelaku angkat
bicara dengan tidak teratur atau tidak membkarakan bahan yang
sarna, maka mustahillah tercipta "dialog" (dalam artikata sosial) yang
sesungguhnya. Ini terjadi dalam \eater absurd (Ionesco, Beckett, Putu
Wijaya, Ikranegara); dalam pcntas-pentas merekasua:sa:r .\ dialog yang
ideal itu justru didobrak. Penyimpangan ini scbctulnya sudah diawali
olch Chekov. Dan dalam obrolan sccara santai dialog itu juga hanya
bersifat semu.
Para pe1aku saling menyapa mcnurut kata ganri kcdua. SHih berganti
mercka bcrperan sebagai "aku" dan "cngkau". Dalam scbuah teks
cerita berita dan komentar menonjol, tctapi dalam sebuah'teks dra'ma
dialoglah yangmendudukitempa\ utama: tindak-tindak bahasa tidak
rfrembahas sesuatu,melainkan berbuat scsuatu, menimbulkan rcaksi
para la~an bicara. Tindak bahasa yang paling sering kita jumpai.ialah
pertanyaan dan perintall. Yang discbut pertanyaan ialahpcrmintaan agar
dibcri informasi, jadi yang mcmancing sebuah berila, Perinl9.h, atau
permintaan dan bentuk lawannya yang bcrupa larangan, memancing
suatu perbuatan pada lawan bicara. Dalam mini-drama berikut kita
menyaksikan bagaimana tindak-tindak bahasa itu dapat diper
padukan. .
PtrikJa hamil
+ Ketika 'masih kedl peman menderila tbe?
Tidak, Oak.
+ Malaria?
Tidak, Oak.
+ Penyakit Inggris atau polio?
Ec... tidak Oak.
+ Nyanya lahu, polio itu apa?
- Astaga, bagaimana bisa tahu?
+ Lalu mengapa Nyanya mcnjawab "Tid~k"?
Saya takut, kalau saya menjawab, "ya," Ooktcr akan bcrtanya lcbih lanjut.
+ Tetapi Nyonya kan juga bisa mcnjawab, "saya tidak tahu."
- Jadi, itu juga dipcrbolchkan?
+ Berapa kali Nyonya pcnah hamil?
- Saya tidak tahu, Ook.
161
+ Tidak tahu!!??
o ya, Dok, sudah ddapan kali.
+ Delapan kali!?
o bukan, Dok, scbclas kali.
+ Sungguh yakin, Nyonya?
Scbctulnya saya sangsi, Dok.
+ Tetapi sckurang-kurangnya Nyonya dapat membcritahukan, berapa anak sudilh
Nyonya lahirkan?
Aduh Prof, kok scperti intcrogasi. Say a menjadi bingung, sungguh.
+ Saya bukan scorang prof. Saya hanya scorang asisten.
E, e, e. Tempo hari tcmanku juga dibantu oleh scorang asisten waktu melahirkan.
Bisa akrab dan santai. .
+ Tcntu saja, teman itu pasti tahu berapa kali ia sudah hamil.
Atau asisten itu tidak bcgitu scram dan tditi.... Ha, sckarang Dokter tcrscnyum.
Lcgalah aku. Tadl dcngan kadmata dan bcrkas itu Doktcr kclihatan scram sckali.
Nah; tcpatnya kini sayamcmpunyai tujuh anak, satu dilahirkan lemas dan dua lain
gugur. Dokter bisa mcnjumlahkan scndiri? •
+ Dan, eh ... mensnya yang tcrak'hir, kapan itu terjadi. kini·kira saja Iho. Scbelum
atau sesudah bulan Puasa?
Tc;patnya tanggal 28 Juni.
+ Tanggal 2B Juni?
Va, tanggal 28Juni.
+ 28 Juni!!!! ????
Va. mcmang. tanggal 28 Juni. Sd,!ku seorang wanita saya tahu hal-hal'itu.
162
lelukiskan bagaimana tepamya situasi itu. )ni <;kfpat dilakukan
engan berbagai cara.
Di sini dapat dibedakan sarana-sarana langsung dan tidak langsyng.
rang dimaksudkan dengan sarana langsung ialah berita-ber:ita,
ermasuk pembeberan apa yang sedang terjadi, informasi mengenai
ebab musabab yang mengakibatkan situasi seperti- sekarang ini.
)emikian misalnya pada awal pementasan Hamlet ada berbagai·
mgkapan yang menerangkan, bagaimana Hamlet sampai bisa
)erjumpa dengan arwah almarhum ayahnya. Para penjaga malam
.nelihat arwah itu di tengah malam, mereka memanggil Hamlet yang
<cmudian turut berjaga. Ditekankan ·bahwa sudah larut malam.
Kemudian si arwah muncul. Para penonton sudah dipersiapkan secara
mental dan seolah-olah sudah menantikan kedatangan sang arwah.
Sarana tidak langsung untuk memberi wujud kongkret kepada latar
ialah pemakaianbahasa yang khas, yang mengisyaratkan situasi sosial
atau psikologis tertentu. Ragam bahasa yang dipa~ai di kalangan
istana atau di kota metropolitan, dalam kalangan kaum ningrat atau
kalangan hamba,. sudah mengisyaratkan di mana kita sedang berada.
Dalam mini-drama di atas sudahjclaslah bahwa para pembicara ialah
scorang dokter dcngan pasiennya. Pembicaraan langsung di kamar
konsu Itasi sang dokter. H ubungan mereka tidak seimbang. Sang dok ter
merumuskan pertanyaannya secara tep~t dan cfisien, si wanita gugup
dan merasa diintimidasi. Oi tengah percakapan situasi bcrubah, sang
dokter "turun", menje1ma scbagai seorang manusia biasa dan si wanita
pun dapat membuktikan "keahliannya". Jalannya dialog ditentukan
oleh hubungan antara para lawan bicara dan bahan pembicaraan
mereka di satu pihak i dan di lain pihak oleh situasi yang mcliputi
pembiearaan. Maka dari itu ada gunanya untuk menyelidiki
petunjuk-petunjuk mengenai liltar dialog dalam teks penga::'ang, di
sam ping sifat tindak bahasa.
163
aaJam alur ccrtla. Hugo mulai mcrasa bimbang mcngcnai
)JClltlllg 01
tugasnya, ialah mcncmbak mati si Hocdcrcr, karcna dialog
melunturkan pcrtcntangan yang scbdumnya sangatjelas. Dan ketika
ia toh melepaskan tembakan, itu tidak lagi tcrjadi karcna alasan
ideologi yang scbdumnya'dianutnya, mdainkan karcna salah paham.
Mcninjau kcmbali dan menisbikan pertcntangan yang terlalu mudah
dimutlakkan, itulah pokok ccrita. Scbaliknya tcrjadi bila pcristiwa
peristiwa mempengaruhi dialog. Dalam drama Bajazet, karangan
Racine, Roxane sudan tahu apa yang akan tcrjadi bila Bajazct menoJak
lawaran cintanya. I tulah sebabnya mcngapa Roxane melipatgandakan
bujukannya, dan ini menentukan sirat dialog mercka, ,
Sebagai contoh betapa besarnya pcngarun tindak bahasa lcrnadap
alur cerila, maka dapat dikutip kata penlltup dalam drama Racine
Icrsebut. Kata tcrakhir yang diucapkan Roxane ialah "Kcluarlah".
Perintah itu mcrupakan vOllis kcmatian. Bajazct tidak tahu, tctapi para
pcnonton tabu 'bahwa di luar semang pc(ugas sudah siap untuk
m('mbunuh laki-Iaki itu sckctika ia kc luar. Pitra p(,l1onton lebih tahu
daripada seorang pdaku, dan pcrimbangan yang berat scuelah itujuga
disebut ironi dmmnlik, Kctcg-angall yang ditimbulkan dapat disamakan
dcngan ketcgangan )'a!l~ dalam bab sebdllmnya discbut ancaman.
!1i4
suatu pendapat atau pcnafsiran', Sarana-sarafla tefsebut, ditekannya
unsur fiksionalitas scrta informasi di dalam fiksi, itu semua akan
dibahas di bawah inL
,
165
awal. Sebuah monolog dapat juga mcnyimpulkan scbuah keputu~an
yang melahirkan adegan berikut.
Dcngan menjelaskan ul1sur fiksionalitas dapat diberikan informasi
mcngenai· situasi dan watak-watak, seperti diungkapkan dalam
nama-nama seperti Si Bachil, Si Gepeng, dan seter~snya. Ada
pelaku-pelaku yang fungsinya seperti semacam piring gema bagi para
pelaku utama, atau untuk memberi komentar terhadap per.l:>uatan
mereka·sendiri yang mercka lakukan berdasarkan fungsi yang mereka
pegang dalam dunia rekaan iw: Si Badut, Si Hambar, Si Inang dapat
berfungsi sebagai mala rantai antara emosi*emosi yang bergelora di
dalam hati para pclaku utama serta perasaan para penonton biasa: Si
Badut dan kawan-kawannya (ingat akan para "punakawan" dalam
dunia wayang) mewakili akal sel~at. Selain itu mereka dapatmet(...bujuk
para pelaku utama unluk memberikan informasi yang mcnerangkan
perbuatan mercka. Sclain ilu sebuah paduan suara atau "koor" dapat
memberikan komentar lanpa mcrusak suasana rekaan. Si Komentator
bertindak sebagai pencrima (rcsipien) ideal yang disetujui olch
penontC1n. Ucapan-ucapan yang mcngandung suatu kebenaran umum
dapat memainkan rungsi serupa, sepcrti misalnya ucapan Hamlet,
"Thus consciousness makes cowards of us alt."
166
~.
cintaku karangan Duras, informasi yang dibcrikan ~am teks samping
sangat terperincj. Seperti dalam seluruh karya pengarang wanita ini
saat-saat berdiam diri lebih banyak daripada saat-saat para pelaku
berbicara. Petunjuk-petunjuk menentukan gerak-gerik yang s~mgat
rumit dan hal us yang melengkapi ~omunikasi dan teks samping itu
lebih panjang daripada teks pokok. .
laki-laki
Kau tal; mclihat muatu pun dt Hiroshima: Tal; scsualu pun.
Tmerah apa mau dipergunakan. alau lidale.
Sua'ra $lorang wanila, Ime/uhung, datar, seperti mendaras/can sebuah leks, tanpa pungluasi,
mqrjawah.
pertmpuan
KuJihat segala-galanya. Stgala-galanya. ", I,," . ,
Mu.ri/c FUSco lerdengar /cemhali, iepal' stlaJl~"(~gan wanila masih mtnggenggam htihunya.
Kemudian diltpaskan dan dibe!ai1!Ja,
Latu di hahu yang kuning itu keUka Ian bekas kuku tangan putih.
Bila dalam teks sam ping diberi ketcrangan mengeriai penafsiran, arti
simbolik, dan sebagainya, maka di dalam pergelaran pctunjuk
petunjuk tersebut dapat dilaksanakan. Tcks itu dituJis sebagai suatu
petunjuk menyeluruh bagi sutradara yang harus mewujudkan ani-arti
itu dengan caranya sendiri, maupun bagi pembaca. Peralihan dari
drama-drama dengan teks-teks samping yang melimpah, lewat
drama-drama yang pertama-tama dimaksudkan untuk dibaca dan
yang sukar dipcntaskan, sampai novel-novel yang penuh dialog, tak
dapat dikotak-kotakkan, Pcrbatasan antara jenis-jcnis tersebut sangat
nisbi.
3. Penyajian
Dalam sebuah drama alur tidak diceritakan, melainkan secara visual
dipanggungkan. lni ada pengaruh bagi penyajian unsur-unsurnya. Di
siniakan dibahas aspek-aspek pcnyajian yang of:rsifat khas bagi sebuah
drama. Scjauh ada kemiripan antara pcnampilan dalam sebuah drama
dan daiam'teks-teks naratif, pembaca dapat mcmbuka kcmbali' pasaI
. tiga dalam· bab delapan. Bagi penelitian drama tak ada kcsukaran
khusus mengcnai fokalisasi misalnya. Sctiap giliran bicara mengikut
sertakan giliran fokalisasi. Setiap tokoh mcnyuarakan' visinya sendiri.
Fokalisasi tidak langsung hanya terjadi dalam sebuah ccrita. Bila
dalam sebuah drama scorang tokoh menampilkan visi orang lain, maka
ia mulai bercerita. Tetapi da'lam teks-teks drama ini jarang terjadi. Di
bawah ini akan dibahas pcnyajian peristiwa, cara waktu, tokoh-tokoh,
scrta' ruang digarap.
167
3.1 Peristiwa-peristiwa ,,.
Dad bcbcrapa segi drama lcrikat olch konvensi, yaitu kata sepakat '
implisit antara pengarang drama serta para penon ton schingga apa
yang dipentaskan tcrjadi sekarang dan di sini juga.
Konscntrasi
Hanya bcberapa jam saja para penonton dapat mengikuti
pementasan dcngan pcnuh pcrhatian. Scluruh dcrctan pcrisliwa harus
terjadi datam kurun waktu beberapa jam saja. hulah sebabnya
, mengapa dalam drama tradisional dipentaskan sebuuh krisis. Pcrisliwa
yang schelumnya mcngakibatkan krisis secara langsung alau lidak
langsung dib{~ilahukan, entah dalam scbuah prolog yang melukiskan
situasi, entah Icwal sebuah dialog alau monolog yang bersilat
informasi. "Action" S(,lldiri lcrba las pada krisis serta pemccahannya.
Tetapi mcmadatkan alur demikian rupa tidak mutlak perlu. Scbuah
alur atau deretan peristiwa panjang dapat dipentaskan datam waktu
beberapa jam saja. Pernah dikatakan bahwa dafam dunia drama
waktu' alur (waktu yang dipentaskan) sarna lama dengan waktu untuk
mementaskan peristiwa itu, tetapi pernyataan ini pun berdasarkan
konvcl\si. Adegan-adegan mempcrlihatkan suatu kOl1scnlrasi, atau
pemadatan, hukan alur yan,lS dipadatkan mclainkan pcnampilannya.
Hanya yang paling penting dilleapkan dan dilakukan. Setiap
perbuatan, seliap ucapan' mcrupakan suulu Landa. Perbuatan
perbuatan di alas panggung mcwakili sesuatu yang Schclulnya makan
waktu yang lcbih lama. Maka d;lri itll sellap pcrhualan dan ucapan
dapal dianggap rcprcsentalij. Apa saja yang dikalakan dall diucilpkap
saral dengan unSllr dramatik. Menarik juga lllltuk 1l1('nganalisa sinH
simbolik yang terdapal dalam ber'bagai unsur drama, Penanyaan yang
selalu harus diajukan ialah, mcngapa ini dikalakan:' t\pa yang diwakili
oleh keterangan tCrlCnlu? Apa yang diaeu okh ullsur illi?
Jumlah peristiwa di,batasi olch daya tampung para pCllonto!l. Hila
jaringan peristiwa lerlalu padal, kila tidak lagi dapal mengikuli
jalurnya. Pemba/asan ,ini tidak begitu [('rasa dalam lekS-leks naraliryang
lebih palljang karena pcmbaca daral mel1yampill~kan buku ullluk
merenungkall apa yang dibacallya, alau mcn.lbuka lagi halaman
halaman sebclumnya. 13ahkan scluruh leks dapat dihaca kembali.
Motiuasi
Dalam dunia drama liada seorall~ .iuru enila yang rnembc:rikan
komclllar (kceuali dalam drama yallg Iw!':;i(i\l epos), Akiball1ya, dialog
dan monolog harus menampilkall/llO(h'(/JI s('hing-ga pCl1lhaca/pcnonlon
168
,/
,apat mengerti dan menerima apa yang teI]adi.' Hubungan antara
~atak dan perbuatan harus diperhatikan secara istimewa. Setiap tokoh
nelakukan sesuatu karena ia mcmpunyai watak tertenm. Sebali~nya
>erbuatannya memberi gambaran mengcnai wataknyit. Dilam
eks-teks drama hubungan ini biasanya lebih kuat daripada dalam
,eks-teks naratif. Yang disebut deus ex madlina, pcristiwa atau perbuatan
fang seolah~olah jatuh d'ari surga dan discbabkan karena intervensi
;eorang dewa, tidak berdasarkan motivasi, tidak dengan logik
berkaitan dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya.
Pengertian molivasi berasal dari teori drama Aristoteles. Dalam
drama modern yang bersirat eksperimcntal motivasi tidak diperlukan.
Bila tidak terdapat motivasi bagi sebuah perbuatan, maka terjadi
situasi yang absurd (Beckett). '
Bercerila
Dalam berbagai drama pcnsttwa-penstlwa yang terjaci di lain
tempat ataupun di lain waktu diccritakan olch seorang ulusan atau duta.
Fungsi ini memasukkan unsur-unsur naratir kc dalam drama. Ingat
saja akan cerita pa~jang Icbar yang di.liampaikan olch scorang gcmbala
mcngcnai asal usul raja Oedipus dalam drama karangan Sophoklcs.
Tetapi bcrita-bcrita singkat juga bcrsirat naratir. Dcngan dcmikian
kemungkinan-kemungkinan drama dipcrluas, sekalipun ada pemba
tasan, yakni dinamika drama jtu scndiri. Kalau terlalu banyak
diceritakan maka pcrhatian para penon ton dik:::ndurkan, karcna
169
perbuatan-perbualan di alas panggung untuk sementara waktu
dihentikan.
Acuan di dalam Alur
Kenangan-kenangan akan masa Jampau, impian mcngenai hari
dcpan, rencana-rencana, scbuah nubuat, itu semua mcrupakan
peristiwa-peristiwa yang tcrjadi di dalam alur dan yang berkaitan
dcngan masa depan atau silam. Maka dari itu sesuai untuk
dipergunakan sebagai sarana guna menggeserkan waktu di atas
panggung. Mcngcnal kembali scscorang yang disangka sudah hHang
atau meninggal (Raden Panji misalnya) mcngacu kcpada masa silam.
Scorang yang pulang scsudah lama mcranlau membuka pandangan
tcrhadap masa yang lalu schinMa dimensi alur d1rma itu diperluas.
Alur ilU diperluas sampai masa depan lewal impiin-imp~an maupun
ramalan dan sebagainya.
frama,
Ccpat lamanya drama ditentukan olch penyajian di atas panggung.
Sepeni telah dikatakan di alas, maka konscntrasi dapat memperccpat
irama kalau dibandingkan dellgan waktu hislOrik, dcngan waKtu yang
dipcntaskan. Contoh tcrkcnal mengenai konsentrasi itu kita dapati
dalam drama karangall Marlowe, Dr Faustus.Jam tcrakhirdalam hidup
Dr. Faustus dipcntaskan dalam waktu bcbcrapa mcnit saja.
Efek sebuah adegan dapat mengalami pcn:epalan atau pcrlambala'n,
sckalipun hubung'ln antara waklu pernenlasan dan waktu yang
dipentaskan tidak diubah secanl jclas. Dengan mcmutuskan
kalimat-kalimat, dcngan mcnyisipkan saat-saat berdiam diri, dapat
ditimbulkan kcsan, Beolah-olah waklu bc!jalan dengan lamban.
.Sebaliknya, bila tanggapan-tanggapan silih bcrganti dcngan gencar,
maka tcrasa seolah-olah waktu lcwat dcngan ccpatnya. Ini antara lain
tc~iadi bila para pdaku bertcngkar; setengah kalirnat saja diucapkan si
lawan, kontan dibalas dcngan sanggahan yang tepat. Bandingkan
misalnya pcrt!:llgkarall antara Martha dan George dalam Who is Afraid
of Virginia 14'oo!f, karangall Edward Albee.
Selillgan
Pcmbagian sebuah pentas mel1urut babak-babak dan ad egan
adegan juga mernberikan kC!H'mpalan untuk mcraih masa sHam atau
untuk mengadakan manipulasi dengan waktu. Dalam babakpertama
misalnya dipelliaskan perdcbatan scru, apa yang harus dilakukan
terhadap scorang pC'l'wira yang membclot. Dalam babak kedua
dipentaskan adq:('an lw!ilbdotan yang tCljadi bcocrapatahun yang
170
. ;I .
lalu, kemudian dalam babak ketiga dipentask'n bagaimana keputusan
terhadap perwira itu. Dalam teks sam ping kita lalu menjumpai
petunjuk-petunjuk, misalnya "beberapa minggu yang lalu/{ Bila
lompatan waktu agak besar, bertahun-tahun misalnya, ma~a dalam
teks pokok pun harus ada beberapa petunjuk.
J.J Tokoh·tokoh
Kita pergunakan istilah lokoh bila yang dibahas ialah sifat-sifat
pribadi seorang pelaku, sedangkan istilah aklor atau pelaku bila kita
membahas instansi atau peran yang bertil1dak atau berbieara dalam
hubungannya dengan alur peristiwa. Dalarri bidang penokohan pun
sebuah pentas dibatasi karena tiadanya seorang komentator yang
bereerita. Tetapi di siriiiifpun seni drama· masih ada beberapa
kemungkinan. Beberapa di antaranya tclah kita lihat dalam teks-teks
naratif .
Teks Samping
Dalam teks samping diberi petunjuk-petunjuk mengenai watak para
tokoh. Ini dapat bervariasi' dari petunjuk mengenai umur, pakaian
171
sampai pclukisan watak yang lcrperinci yang scmata-mata dimaksud
kan untuk liutradara dall pembaca untuk ditalsirkan.
Analisa tokoh-tokoh dalam' drama dapat dilakukan menuntt
garis-garis yang kita pakai u\llUk menganalisa tokoh-tokoh dalam
teks-leks narali[ Perbedaannya lerulama terdapat dalam eara
mclukiskan walak sescorang. Pcrmasalahan yang dengan bcrguna
dapat disclidiki ialah bagaimana kita mcmpcroleh gambaran mcngcnai
tokoh ini? Dari mana dalangnya inlormasi? Analisa lcnlang para aktor
yang menditi hubungan anlal'a para pcla~u dengan alur, dapat
dilakukan sama sepcrti halnya dct1gan teks-tcks naratif.
3.4 Ruang
Sukal' mcnganalisa ruang tanpa menghubungkan ini dcngan
pcmenlasan . .J uSl ru karena pcntas lCI:iadi d i dalam smt III ruallg
tertcnw, maka kita tidak dapal Illcngo(ak-ngotakkan teks drama dan
pcmcntasall. Yang mcnarik unwk disdidiki i;dah ungkapan-ungkapan
mana di dalam tcks elrama yang mellgalldung indikasi-indikasi tClltang
rLlang. Tidak hanya dalam teks samping ('rdapat indikasi-indikasi
lcntang ruang. Dalam leks yang diucapkan olch para aktor terdapat
ungkapan-ungkapan yang mengalldaikan indikasi mengcnai mang.
Juga bcrdasarkan ucapan ini si pembaca mcmbayangkHl1, bagaimana
ruung itu. Dcngan mcncliti inclikasi-indikasi itu akan tampillah
hubungan erat anlara leks dan pemcntasan.
Dalam drama naturalistik, ruang diliru secanl mcndclil menUl'llt
ruang fiktir, dan ini pada gilirannya mirip dellgan kcnyataan. Dalam
drama cpik ruang panggulIg .iclas brrsifal fiktif. Drama yang
dipclllaskan dijalan raya atau di rnuka scbuah gecJung mcmprrsatukan
ruang panggung dan ruang yang clipanggungkall.
Dekor dan R e k w i s i t . •
Ruang panggung dibatasi 01(;11 kcmulIgkinan-kcmungkinan leknis.
Pcnggantian dckor hanya mungkin bila satu babak sclcsai. Pel1lbalasan
ini mcmpengaruhi susunan drama. Alur harus tCljadi di dalam ruang
yang lerbatas ilU.
Ituang panggung dibual dari. dekor dan rckwisit yang mCl'upakan
landa-landa. 13ahkun dalam drama naluralistik pun dekor hallya lercliri
alas scjumlah ullsur-unSllr n:J.lresenl<llif' v;ing (crbatas. Rekwisit
rckwisit pUll bersilin simbolik yang nwngisyaratkan jlcriJU:Jlan
perhuatan yang nkan dilakukall dcngan barnng-barallg i!ll. Ingat
misalnya akan f'ullgsi simbolik sclJilah kcris, scbuah cillcin. sclcll1har
seklldallg. clan scilagaillya.
In
Memperluas Ruang
, .I
Dalam teks-teks naratif dapat dipaparkan pemandangan-p~man
dangan yang luas, sebuah panorama. Dalam drama ini tidak mu~gkin,
atau sukar untuk diJaksanakan, tetapi di sini pun ada akal-akal. Di
samping bagian-bagian naratif yang mengisahkan suatu ruang yang
lebih luas, terdapat juga kemungkinan fokalisasi. Seorang tokoh
melihat ke luar, lewat jendela atau dat;'i balkon, misalnya. Teknik ini
disebut lei'Choscopie.
Selain itu ruang dapat ditampilkan lewat perbuatan para pelaku,jadi
tidak lewat ucapan-ucapan mereka. Seorang pelaku yang membungkuk
sambil berjalan mengajak kita mcnggambarkan Idrong sempit dan
rendah yang harus dilewati misalnya. Dalam drama modern tcknik
suara dan proyeksi dckor yang bcrbcda-bcda membuka kemungkinan;: . . '{,.
kemungkinan luas, sehingga batas-batas konvensional hampir tidak
terasa lagi.
Catatan.Kepustakaan
Sebuah pcnganlar yang jelas mengenai tt'ori drama c!ibcrikan okh
Plalz-Waury (1978) yang banyak mengilhami bab ini. P(."ngamar stIng.il
sederhana oleh Harman (Hl77). Yang nwnonjol ialah karangan Scgrc (1980)
yang dalam bebcrapa halaman saja secara gcmilang mcmbahas masalah·
masalah drama yang paling pokok. Scbuah pengantar c!alam bahasil Bdanc!a
dilulis olch Van den Bergh (1979) yang menckankan Sir.lt drama yang tt'rluju
173
kepada pementasan. Banyak perhatian dicurahkan kepada pembatasan
drama. Beberapa model analisa pun dibahasnya. Pengantar lain ditulis oleh
Van Kesteren (J 981) yang memaparkan sebuah kerangka umum bagi teori
drama dan memperhatikan dialog-dialog. Kedua buku saling melengkapi.
Teori ten tang drama diberikan dorongan baru oleh kumpulan karanga.1
Van Kesteren dan Schmid (1975). Karangan-karangan Veltrusky, Mukarov
sky, dan Link sangat dasariah, demikian juga Pfister (1977}.
Sebuah model analisa strukturalis disajikan oleh Jil.Osen (1968), demikian
juga Schmid (1973). Komunikasi dengan penonton yang terlanam dalam leks
drama dibahas oleh Angermeyer (1971). Perbedaan antara membaca teks
drama dan menonton pementasannya,jadi antara obyek Icori drama dan ilmu
pen las, dibicarakan oleh Hogcndoorn (1976). Drama modern, khusus
pemakaian bahasanya. dibahas. olch Evans (1977). Diskusi. tlH:ngenai
pemhagian tugas anlara tcori drama dan ilmu pentas tcrdapat dalam Maatje
(1977) dan Van den Bergh (1977):
li ¥
. \."
,I
-
I " ~ : <
., l,' ,.'
174
T'E6ARAYA~A
.•{~ eO'"
:, t1.filli"'~~."·
, /
,,
X
TEKS PUISI
Milan Kundera
1. Pengantar
YANG dimaksudkan dengan teks-teks puisi ialah teks-teks monolog
yang isinya tidak pertama-tama merupakan sebuah alur. Selain itu leks
puisi bercirikan penyajian tipografik tertentu. Di sini tidak dibedakan
berbagai jenis cabang, seperli misalnya ode, epigram, soneta, kwatrin,
puisi klasik yang"teratur" dan puisi modern yang "bebas". Definisi ini
mengenai teks-teks puisi tidak hanya mencakup jenis-jenis sastra,
melainkan pula ungkapan bahasa yang bersifat pepatah, pesan iklan,
semboyan politik, syair lagu-lagu pop, dan doa-doa.
,Cid puisi yang paling menyolok ialah penampilan tipografik.
Seketika kita melihat sebuah teks yang larik-lariknya tidak terus sampai
kc tepi halaman; kita mcngandaikan bahwa teks-teks itu bcrupa puisi.
Pengandaian itu mempengaruhi sikap baca kita.
" Mcrribedakan puisi dari jenis-jcnis sastra lainnya bersifat
problematik, penuh dcngan bcrbagai kcsukaran. Aspek-aspek yang
semula kelihatan tcrmasuk ciri khas puisi tcrnyata juga kita jumpai
dalam teks-teks nonpuisi dan di lain pihak ada teks-leks puisi yang
tidak memperlihatkan ciri-ciri khas itu: Ciri-ciri ben tuk seperti metrum
dan rima juga kita dapati dalam teks-teks drama tertentu,
scperti misalnya karangan Vondcl dan Corneille. Sekalipun cemikian
leks-teks drama tersehut biasanya ,~idak kita perhitungkan sebagai
puisi'. Mengingit!~ama dan riman,Ya;. teks-teks tcrsebut mcmailg
liI'iIllY£HAiJ!
~"'" ~ ..
.....q ~c
,'l'>
.,; ~ .' ~
r 175
~
tcrmasuk pUISI, IClapi mcnurut aspek-aspck lainnya juga cukup
bcrbeda. Sclain itu ada teks-Ieks puisi yang sama sekali tidak
mcmperlihatkan aspck-aspck yang biasanya kila anggap ciri khas puisi.
Bctapa kita harus bcrhati-hati dcngan mcnarik garis-garis pcmisah
yangjclas, antara lain dapal digambarkan dengan fabcl-fabcl (dongcng
hcwan) La Fontaine (yang pcrnah juga ditcl:jemahkan dengan indah
sckali olch Trisllo Sumardjo ke dalam bahasa Indonesia). Fabcl-fabd
ilu biasanya dianggap scbagai puisi. UCl\tuknya singkat dan pcnyajian
-tipografik mcmperlihalkan riri khas puisi. Ada rima clan ada melrum,
lelapi situasi bahasa dan isi nwnckkatkanjcllis saslra ini pada teks·teks
naratif. Seorang juru dongcng herccrita, kadang·kadang mempcrsibl
kan para pclakll, yailll hewan·IH'\...·an, lllllUk bcrbieara. lsinya
mcrllpakan sebuah aim, s(:i1ingga t('kS-leks ini ocngan alasan yang
sama kuat dapat c1igllloJlgkall pada IrkS-It,ks naralil'. [I.·li'nat pendili
akan mcncnlukan segi malla yallg paling <limillali.
Jadi, tidak mungkin mdukiskan ciri·ciri .puisi pada umumnya.
scperti Lelah kita lakukall tcrhadap ciri rCfita dan drama. Yang clapat
kita lakukan ialah mcmhahas Iwbcrap:\ .:iri yan~ rupallya <Ii clalam
jcnis puisi Icbih string kelihatan daripada di dalarn.ienis-.icnis lainnya.
Pada hakikatllya g(tiala·g(~iala t('rscill11 tidak (kngan scndirinya
mcnllnjukkan mana eiri-ciri Y;lIlg khas bagi puisi, tClapi balHva
gt:iala-g(jala ilu rdalil'snillg mlllll'ul scklll'<lllg-klll'angilya mcrupakall
salah salU ciri khas bagi lJan)"ak sajak.
Pandangall kami (Jail vall I.lIxemburg dan kawan-kawall) mcngenui
puisi sangal dipcngaruhi olcl1 pengal;IIlHIIl kami dengan puisi Uarat
pada abad kc-19 dan kc-20. Lapallgan lcrsebut lcrbalas dan ditcntukan
olch s~jarah. 13allyak cirinya IcI.>ih ltmum siiillnya, lctapi ini bclum
bcrarti bahwa jltga lwrlaku SCC<lra universal. Kami mcngandaikan,
bahwa pembaca pc-rtama-tama suclah Iwrkcnalan dcngan saja~·sajak
dari dunia Barat.
Dalam hab ini pCl'lanla-lama dibalws tematik yang mcrupakan ciri
umull1 dalam pl1isi yallg tdah kiln kenai ilu. Tematik illl kila jllmpai
dalam apa yang disehl1l lirik. 'Silllasi hahasa yang IWl'si!ill n1onol()g
dikcmbangkan nWlljadi lllJgkapall si Aku-lirik yang dillljukan kcpada
scOt'allg pcncicllgar. S('orang kckasih, g(:iala ;!larn yallg clipcrsollilikasi
kan (Phai Awan, sampaikall p(~sanku kcpada kckasihku"), pen yair
s(~ndiri. atau I)('mlla('a.
Pcmhallgllnan ICl1l:! Icrj,l(li dcngall cara-cara yallg lain daripada
dalam Irks-leks nar;nii'al<lll drama. Banyak lidak diungkapkan set:ara
eksplisit. Kaidah-kaidah logika bahas;i ticlak bel'laku.
17(;
Kemudian akan dibahas aspck-aspek semal'itik Ian formal. Dalam
dunia puisi pota-pola semantik diperlukan scdemikian rupa, sehingga
pembaca sendiri harus mcnafsirkannya. Lapangan arti dan Illakna
dipcrluas olch bentuk sajak dan hubungan tekstual yang diakibalkan.
Mengcnai pola-pola makna hanya dibiearakan yang paling sering
muncul: Variasi dalam hal sintaksis, bunyi, dan bentuk sajak
mcrupakan gcjala-gejalaformal yang juga mcmpunyai artinya. Secara
singkat ini akan dikupas dalam pcnutup bab ini.
2. Susunan Tematik
Yang pertama-tarna diperlukan untuk menyusun tematik dalam hal
puisi ialah menggambarkan wajah sijuru bicara yang disu·arf.kan oleh
ungkapan bahasa yang bcrsifat monolog. Gambaran tersebut b:asanya
batiniah saja, karcna ciri-ciri lahiriah jarang diberikan. Yang jug!1
penting bagi tematik itu ialah pendengar serta hubungan antarajuru
bicara dengan pendengar yang dilukiskan atau disarankan. Kategori
katcgori lain yang penting untuk menyusun tematik itu ialah waktu dan
ruang. Akan dibilhas fungsi waktu secara gramatikal dan tematik scrta .
pclukisan, ruang -yang dalam puisi hampir sr.lalu bcrsifat global saja.
Dalam puisi ada tiga ciri khas untuk mengcmbangkan sebuah tema.
riga akan dibicarakan, ialah lewat momen pcrbuatan, lewat kontras,
dan Icwat penjumtahan.
177
kan kata-kata seperti "aku", "-ku". Kala-kata ini dapal menycrtai
pelukisan pengalaman atau perasaan yang sangat pribadi. Telapi
kombinasi inl tidak selalu perlu, seperti nampak dalam sajak Roland
Holst ini,
HIDUP DAN MATI
Sila berhadapan mata dengan mati
apa yang lebih dapat diinginkan
daripada - sebelum mata ito pceah
sekali lagi. sesudah ban yak pengembaraan.
di waktu senja musim panas
tinggal sendirian
lalu mati paripurna
dengan hidup di mub mata. •
178
Dalam soncta-soncta Shakcspcare scring'mulcuJ seorang "dark
la~V".Bcrabad-abad lamanya 'para ahli tclah berusaha untuk
mcngetahui siapa si "dark lady" itu, tctapi segala hipotesa :.tidak
menambah pcngertian kita mcngenai soncta-soneta itu senCir\.
lni tidak berarti bahwa kita membcla suatu pcndekatan yang
scmata-mata bcrdasarkan data di dalam karya itu sendiri. Sekalipun
kita dapat melacak kembali arti sebuah sajak tertentu berdasarkan
kata-kata,namun pcngetahuan mcngenai hidup pribadi penyair, karya
lainnya:, tradisisastra dalam masyarakatnya, itu semua dapat
membantu kita dalam mcnafsirkan sajak-sajaknya;
Kadang-kadang penyair dengan sengaja menciptakan jarak antara
aku yang sesungguhnya dan si subyek lirik. Gejala il1if1isebut slilisasi
diri. Dalam "The ~ovc Song oU. Alfrcd Prufrock" karangan T.S. Eliot
judul scndiri sudah menunjukkan bahwa si Aku yang tampil dalam
siijak itu bernama J. Alfred Prufrock. Dan karcna· kumpulan sajak
berjudul Prufrock, kita boleh menarik kcsimpulan bahwa Alfred
Prufrock-lah yang bcrbicara dalam semua sajak yang terkumpul dalam
bendel ini. Demikian juga dalam Pengakuan Parfyem jelaslah bahwa si
Aku-lirik itu bukan Linus Suryadi AG.
Dalam kumpulan sajak yang be~judul Poems (1920, ditulis Eliot pada
Llsia 32tahun) lerdapat sau sajak yang bcrnama "Gerontion", Di sini
Eliot menampilkan scorang tua renta' sebagai subyek lirik.
Here I am, an old man in a dry month.
Being read to by a boy. waiting for rain,
179
luilah sajakkll,
1'''llIne( "1;',,, clarm"L
.·\pilkah :Il'!ill"" 1"1"11<1"'1"<'11(1;, k""'n;;1I1
hi 1:, (CI'pi,:,h dari d"rit;, lilll:kunl:;ltI,
.-\pakah .mill,'a lwrpikir
hi I.. (('I'pi",11 dill'i tI""illilh kt-hidujlall,
Kqmd'lIllll aku 1>.... ':111\';\.
Chairil Anwar
\lcnyaclari ""k,'liruall
aklJ meras.. kl'SI'piall,
S .... ilsa akll nH'I',jadi 1'.... lIsak,
:\h-njacli sumhn l)Cuea"a,
Rendra
Idfrlgar
;t1!Jvck lirik nH'Il\'apa s('scorang, yakni rcnrlcngar. K;Hlang-kadang
ldengar langslIng' dapat- kita saring dari leks hila dipakai kala-kala
lcni "(:Ilgkall", "kawan", clan schagainya. Juga Ilcrdasarkan
'tanyaan. ajakan, pnlUgasan. dan S(:tcrusnya. TClapi alldaikata
gkaran-ungkapan set'llra lidak ada, l1laka l)('rdasarkan leks sendiri
a lOil <laral llH'mllayangkan \\'ajah pcndcngar. Kadang-kadang
ak dilujukan kcp;lda scjumlah pClldcllg:ll:" hailkan kcpacla kltalayak
nai pacia UIl1t1I1lIl\';t,
Srmua ini -han),iI trrjadi dalanl sd:·uah sajak ., /
p;lg srntill1l'11tal. Yakni krlika pasuJ:j; hrrakhir,
dan (lku mrnggrrntll. "mas:h tcrsisa harllm Il'hermu";
dan kill! tilk. mrnyahlltkll.
Oi pant(li. tapi mrman,e; tinggal {rrll111 bu,
hijau (mun,e;kin kelahu).
Angin amis. Dan
di laut susut ilu, uku lahu,
lak ad'l.la,e;i jcjakmu. .>,
Goenawan Mohamad
Rendra
Subagio Sastrowardoyo
Tidak hanya orang perorangan yang disapa oleh subyck lirik, tetapi
jl.lga ide-ide tertcntu, grjala-gejala, para dewa. awan, angin, samudera,
scbuah kOla. Dalam sapa;m retorik subyek lirik mcmang mcnyapa
scscorang atau sesuatu, tctapi tidak mcngharapkanjawaban: ungkapan
181
rupa ini discbut a/JoslroJt. Apm;tro(c lerhadap sCSllalll yang tidak
:rnyawa mcngandaikan pmoniflkasi (Iihat pasal 3).
2 Waktu
'aktu Gramalikid
Berbeda dcngan bahasa Arab dan bahasa-bahasa Indo-Eropa, maka
Ita bahasa Indonesia tidak mcngandung krmun.t;kinan-kcmungkinan
ntuk mcnerangkan pcrbedaan waktu Iewat brntuk kala kClja. Dalam
ahasa 1nggris misalnya saya dapat mengatakall 1 see - I saw - / have
:m. Dalam bahasa Indonesia, srjauh ini harlls diungkapkan lewllt
arana tata bahasa, ini tidak ml}ngkin.
prorcsor Tecuw dalam Terg(lIlilmg /Jar/a Kala Illcmllahas Jiga sajak
arangan Sapal'di Djoko Damono dan mrmpcrlihatkan, bagaimana
Icnyail' ini pandai sckali mcmaparkan persprktil'waktll. s(:kalipull tata
lahasa 1ndonesia tidak mcnycdiakan saralla-sarana untuk mcwujud
:an pcrbcdaan waktu. Sajak-sajak Sapardi saral dengan waktu.
Iengan kata-kata yang langsung atau tidak langsun,l; hcrhubungan
!cngan waktu. Pcmbaca hudiman dipersilakan mel11baca scneliri
naian Pror. Tccuw yang baglls itu, yang be~iLldlll "Tritunggal tC!ltang
Naktu" dalam Tergantllng jJadn Kala (19RO).
LJ Ruang
Sclain waktu, ruang pun Iwrf'ungsi lllltlik nlCllyusull srilllah sajak
;ceara tcmatik, sckalipun rdukisannya serba nWlldclil. Trtapi scring
{ali ruang itu hanya dilukiskan sccara glo/lal saja. bahbn tak ada
II1dikasi di mana pcristiwa itll tnjadi atau eli malla pcnyair wHklU itu
bcrada ...
Dalam sajak "Si Anak Hilang" karangan Sitor Situmnrang, scorang
Batak, pcmbaca scndiri dapat nwnyimpulkan balm'a danHlI yang
disingglll1g elalam siljak {CrS(,\)lll adalah l)all<lU Toim.
lil2
;-~
2.4 Pengembangan Tema '
/
Sering kali aspck pokok dalam tema scbuah sajak sudah disebut
dalam judul inaupun larik pcrtama sajak itu. Dalam teks-teks pujsi ada
ciri-ciri khas untuk mcngcmbangkan tcmanya. Oi sini hanya akan
disebut tiga"cara saja, yakni mengembangkan tema berdasarkan'
sederetan momcn pcrbuatan, berdasarkan kontras, dan lewat suatu
pcnjumlanan. Oalam "puisi momen perbuatan tidak diarahkan kepada
hasil perbuatan (Akhirnya mercka saling bcrjum?a) atau kepada
'ketcgangan dalam cerita ..Ini semua kalah dcngan tcmanya scndiri.
Oalam sebuah sajak, pcrbuatan-pcrbuatan. atuu kejadian dapat
diumpamakan dcngan suasana batin atau dcngan deskripsi keadaan
alam. Peristiwa-peristiwa yang disebut dalam "Si Anak Hilang"
,' . karangan Sitor mendukur.g atau mr:tggarisbawahi suasana batin 5i
Aku-lirik.
Di panwi pasir berdrsir gdornban!{
Tahu si "«flak linda pulang.
\W-I
dalam s('iluail rt'i('n'lI, juga P(~;:hllalilll-p('rll11alallnya \'ang nebel
disehut salu per saw. dijumlllhkan. s('hillgga I('!'papal' galllharan si
Janie yang cukup \(,llgk'lp. Prosedl' yallf{ s,lI11a juga ciipl'l'g'llllakan
Rendra dalam "S<~jak Lisong", Bl'I'lIlallg-llla11g, hahkall d('ngal1
bCrlubi-ltlbi disoroli nasi!> dclapanjutil <lllak-,lnak tanpa p('ndidikan di
salU pihak, dan sikap lak p<:duli ·clari dlla liga CUkOIl,I{. <:Jari
penyair-pcnyair salon, dari sarialla-s,q:jalla diktat. "Aku IWrlannl ....
Aku bnta11ya .... Apakall aninya .... :\pakah arlinya .... Kcpa<ialllll akll
bCrlanya,"
Scorang pcrnhaca saslra c('ndcl'Ullg tllendekali leks yang Iwrs.lllg'kul
an dcngall prasangka hah",a <Ii ba\\'aIJ ani \<llll{ naillpak po\(la klllii.
masih lcrpcllclam SlIalll arti·· l('Illalik \all,!!; Ichih 11H'1l(laLIll1.
~~~~
K('ccntil'rllllgall illi palin,g lnasa hila kil;) 1lll'lltilaca pllisi. b,rell;1 eli silli
"ccril,,"-nya llH'nduciliki l(,lllpaIS('klllltil'r, s('hill,!!;.ga d('ll~all s(,lldirinya
pcrhaliall kila lnarah k('pada S(,Sll<lIIl.\·anl{ [aill, C;II'" P('Il,t;IIIl~bpall
mcnyal'ankan kl)ih banyak daripad<l apayaJl,L; s{'('ara lala h;thasa
,dimaksudkall,
BiasHllya ilnalisa Il'ks-leks puisi IlH'lllp('rliltalkali k('('CIHkl'llligan
unluk I1wmp('t'olch kq)astiun ~'allg sl'hanyak Illllllgkill llH'llgcllai "'Irli
srSUll.gguhllya" sdJllah sa.iak, (;(:iala Insl'iHJl kil:t <llllali dalam
bcrhagai kclompok kritik saSlra, Sl'Illl'lljak .\'fl, , (:rilin SillIlP;li d(,llgall
krilik puisi 1l1Otkl'll yang lH'rh;tillLlIl Sl'llliolik, Ib.!!; i Illl'I'l'b sl'li"p ;'~pck
dalam sl'IJUah sajak I1lCTup;tkall sehllalt lilllda,jadi adajllg'l Illilkll,\llya,
KaUIll hilisi dari halililll·itaillilil In.-it'bllt 1lIl'Ill;lIl!l'IJl.L; sl'llIl;,'!t Il'ks
plIisi )whagai sl'iluah leks \'allg hcrisikall salldi yallg harlls diuraikall.
diallgkal sduhungllya.
13agaimanil pUll juga palldangall kila nH'II,Ltl'lJai IWlllllk kl'ilik ini,
I)"ndekatan I<TSci>ul pasli IJlIkall salll-satllIlY .. kI'llltlll.l{kiliali. :\da puisi
yang Sal1la sckali lid"k Illl'llgaliciulig IllOlklla 11'1'1>('11(\;1111. l'all~
dilckallkan clalalll pllisi illl 11iisidll\<I 1lll'1I1hillll~kilkall l'11Hlsi-nllosi
Icwat struklur-slruklur hllll\·i Bat.:·j Ddilll Thollliis lIlisalmii al'li
kala-kalH lwrla lal1lhalig-lillllhalig kalah I"'lllill.l; d(,llgall "III,' m/,ull' oj'
.1(O'ill,1! ",
DaripadH rlwncari-cari lllilkllil-m;lkll;1 tnp<'IHI;IIlI kif" dapilljllg;t
IlH'll('lllpuil jalall lilill, !\Iaklla lalll kitil :-,illlpldkilll dill'i gci.i1;l-!'.(':iitia
~'ang kclihalall pad;t IHTlllUbal1. Pilih;111 kalil-k;ila \all.g Ill<'llgl:jlllkall,
urutall kala {('l'Il'lllli, klllllhillasi k;lta·kalil "ntil pob-I'"L, hllll\·i
1lJ('mpl'rluas lll('(lali makllil. lill ~,'hill)ll\'a 1l1l'llg.lllil t:l:iala-gl:iilla
snupa illl kita Ilalllilkilll poLI-pola m;I"-";!. Illi "killi cliI"lli;ls t\;t\;I111
pas:!1 hnikill.
Ill-!
3. Pola.pola· Makna ., ./
Terdapal berbagai pola makna. Yang bagi puisi merupakan gejala
yang paling khas yakni makna tambahan yang lcrjadi berda-&arkan
bentuk sajak. Ini akan dioahas dalam pasa\ mcngcnai scmantik sajak.
Kiasan yang Icbih scmpi't, pola-pola makna berdasarkan pili han
kala-kala sena kombinasi kala-kala kita dapati tcrutama dalam
metafora, metonimia, dan sinekdoke. Akhirnya masih dibahas
beberapa cara pcngungkapan lidak langsung.
Goenawan Mohamad
III:,
·"t •.•.
(;
~
/
3.2 Bahasa Kiasan
Bahasa kiasan scring dipandang sebagai ciri khas ::>agi jenis sastra
yang disebut puisi. S~kalipun ada puisi yang hampir \tidak
mcnampilkan kiasan-kiasan, tetapi dalam banyak sajak kiasan itu
penting bagi susunan makna. Oleh karena ilU pol·a :ersebut dibicarakan
di sini., walaupun juga dalam teks-teks naratif dan drama, bahkan
dalam bahasa sehari-hari pun, kita juinpai kiasan ..
PeI)clitian mengenai bahasa kiasan merupakan bagian penting
dalam pengkajian bahasa. puitik. Bahasa kiasan secara .mendeti!
dikelompokkan dalam buku-buku pelaj aran retc·rika. Beberapa
kategori dibicarakan di sini.
Kebanyakan pencliti mcmbcdakan dua katcgori pokok, di satu pihak
l)1etafora dan perumparTHla:J, di lain pihak mctonimia dan sinekdoke.
Kedua-duanya mcmpcrlihatkan gejala bahwa sua:u ani tcrtcntu
dialihkan kepada suatu hal lain sehingga timbul suatu arti yang baru;
pengertian yang satu dipcrgunakan daJam arti lain dEn dibandingkan
dengan yang pertama. Pcralihan arti itu dapat terjadi ::,ila apa yang
dikatakan dan apa yang sebctulnya dimaksudka:1 ::Iapat dikaitkan satu
dcngan yang lain. Hila kita mcmakai mctafora dan pcrumpamaan,
pcngcrtian-pengcrtian dibandingkan. Identitas dititikbcratkan. Dalam
metonimia dan sinekdokc pcngcrtian-pcngcrtian yang bcrdekatan
saling dihuhungkan. Kontiguitas dititj,kberatbn. Sclain pola-pola
tcrsebut akan dibahas juga simbol pultik.
187
wmping- aspck pl'rlilldullgall dapat ju~a diba~'an~kall aspck
wkoh-kual.
Kalal! kala P('lIg!Jubllllg dilcnyapkan pCr\lInpama;11l dipnsempil
mcnjad i "ru ma It ku bell t engk ti" (II!)' hOI/sf is lI~r castle). k(~d uu pcngcrlia II
:Iisamakan, ad'l icknlilikasi, Artillya apa yang diballdillgkan juga
dapat dihapus.lalu Irr/);IGI "1)(,llICllgku", (Illgat misalnya akanlulisall
eli mllka s('huah pOlldok eli pcgullullgan), {('<ilia ucapan l('rakhir ini
disehullI/Plajom, Motirharus kita car; sendiri, Ibn oalam kaStlS tcrakhir
apa yallg dibandingkall !Janis disilllptlikan dari kOl1tcks, .-Ir/i scbuah
1lH'lal(lra lel:iadi $chagai Iwsil kOllrronlasi \'<lllg nH'nyallgkut
11llsur-UllSllr y;wg Intihal dalalll proses Illcl:tli)rik. i\(clH'lltllkan arti
scring Icrjadi I)('roasarkall asosii1si priiJadi,
Dalall1 puisi, IlH'talc)J';I-!l1Cla IC)1'a :,;rrillg hcrl)('lil-Iwlil. Ini antara lain
dis('haiJkall kar!'lla <Ipa yang dihalldillgkall hams disll11pitikall clari
kOllt('ks. Dall p('Il\'air-p('Il\'air sITing suka 11H'IlCiptakall I'kk \'BllP;
1IH'l1lcralljalkall, karena dell.t;;}!! lak Intiuga IIl('ttgailkal1 oilyck-obyrk
~'all,t; s:tllgal b('rlH'cia-l)('tia, ,\lIdr(' ,Bn'lolI, s('()ran,t; prllyair Prallei:;
yang heritaiU,1II sllI'l'ealislik penwl! l1H'l1gatakan bahwa ''Tugas
lerpmlill,t; dall lcrmlllia ba.t;i puisi ialal! 1\I('lllballdillgkall dlla oi>\'('k
~'ang 111('11 lII'li I siElI dan I!akikalll\'a palillg- jiluh, aialljllln dCI1.t;;tn
nWlooe laill dall sccara lilla-lilla Illt'llgollfrolllasikall (l1l\Tk-nhyl'k
I(TScbllt", C()lIlOh 11Tkl'lIai \·al,l.gdiIHTikallllya s(,llt\iri llt'rhulI\·j s('iJagai
Iwriklll "/)i .i('lllilal:llI scII'll'S l'llthllll bl'rk('pab kliCillg 1)('lilla
nH'lIga~·tlllkall eli"i", .
Secara lala 1>:1I1;lsa 111<'1;11,)1'01 dapal di\\lIjlldka!! dt'lI.gall IH'rbagai
cant. Sdaill kala-kala benda, Illaka kala k('lja alatt kala Lllllhahall pllll
dapal dipngllllakall SIT;lra nWlal'll'ik, Sdaill illl di d:ti;11ll sl'hnall
kOllsll'lIksi IlH'I:t!clrik 1)(,l'b;l.g;li IIlt'IOIlc)r;1 clapal diktlillbinasibll,
S('orallg 1)(,1I~';l'ir llt-Ianda pl'l'lIi1hllll'llIakai 1IIH,:kap;tll S('/);I,l!;ai hn:ikul.
"Lor()Il.~-I'lnlllg- tid1lr Yallg 11IIi". ~1('1;1f()ra .galHb illi dillraibll dahlllu
1lH'lIjatii dlla, ~'ailllioroll~ lidllr<iaulorllllg IlIli. Kl'1ll11diall kil;IIlH'lll'lili
kala-kala 1)1,'11111'111 arti h"rliah (/;111 ;ll'1i ki;1S;\l1. ;\irllgillgal klltlll'bll\'a,
llIaka "Io,'ollg Il1li" 1'I11';11I\'a dip"k"l llH'lIl1l'1lt ;ll'li kins;lll. sl'd;lngkall
"lidtlr" 111('11111'\11 ;mi ";ldial!, 1,,,lal1 kil" Illl'nilijau "Iomug Ildi"
It'l'Sclltiiri. l1laka "'ormlg" dapal di;lIl.gg;q) sl'h;lgai liltsill' ,'I;,diall,
sl'dangk;1I1 "llIli" sl'hagai schnall IlH'I;lfill'a, Kl'll1lHliall kil;1 \JCI'lIsalta
IIH'!H'!;lpk;lII apa \';jllg dih;UHlillgk;1l1. ;lrtill\;I Illl'lll'ari k;I\;,·k;lla laill
seIJagai 1H'lIgg;lIl1i "llIli" <1;111 .. Iol'ollg .... ~wllingga II'J'jadi Silaill
1I11gkapall \';jl1g 1111'Illll'lii arti Ii;lrli"h 1lll'lIlpllll\ai arli. "1.;'l'tlllg Illli"
lalll d;lpal dilalsirkall sella.gai IllI'Ollg::lllI'ollg \'allg 1l'l'lllt1lP hagi
knl\·;ttaall, sl'pnli (lrallg-{)r;lIl!.~ luli .illga Inpisa" dari lillgkllllg;1I111\·;1.
I Ill!
"Lorong tidur" dapat diartikan scbagai ka~J.sall ~ang kita \intasi
waktu tidur (bermimpi). Jadi apa yang dibandingkan ialah "bagian
mimpi yang terpisah dari kenya:aan". :.
Dalam proses melaforik pembanding dan apa yang dibandin'gkan
saling dikonfrontasikan. Akibatnya ialah aspek-aspek arti dari
pembanding dapal dialihkan kepada apa yang dibandingkan (dan
scbaliknya). Sclanjulllya dapal juga ditanyakan, bidang semantik
mana yangmcliputi pcmbanding dan ~pa yang dibandingkan. Sering
kali aspck-aspek dari scsualU )'an~ kongkrct dialihkan kepada sesuatu
lain yangjuga kongkrct, scpcrli dalam ('onloh tadi. I'umah dan hcntcng.
Kadang-kadang sualu lwn,licrtian kongkrct dan abslrak salin.li
dibandingkan. scpcni dalam melafi)ra "pclita harapan", "kcping
keping waktu". dap scbagainya, '{
Sebuah bcntuk mctali)ra yang juga scring kita jumpai ialah
pemmijikasi: Aspek ani dari St'SU,1l1l yalig hidup dialihkan kepada
scsuatu yang tidak bcrnyawa. Dalam sastra .Jawa Kuno bcnwk
mclarora ini sering sekali dipakai. Telapijuga dalam hidup sehari-hari
kita mcmakai mctalilnl, S!'j)(Tli misalnya dalam ung-kapan "kaki
langil", "mala air", "illli kOla", "alma maIer". d,\!1 sdm,gainya. Dalam
puisi pcrsonilikasi scring kali lehih segar dan bukan klisc. Dalam pasal
sebclumnya sudah dikatakan bahwa apostl'OlC mcrupnkan salah salt!
bentuk mClalix<l.
Dalam sineslesi kita Ilcl:jlll1lpa dl'Il,~al1 sualU kOJllI)inasi lain dalam
bidang scmantik. Asrek clari illd~'ra yang salu dihubllngkan dcngan
i ndcra lain, scpcni misa Illya "SlIa1'a yang hangat". "\\,<ll'IIa l;~am", dan
sebagainya. Contoh-coll(oll sinesr.esi dal'i dunia puisi misalnya "loud
perjiune" (Donne), "blind lI/(JUllis" (J\lillOl1), atau dari Baudelaire:
Harum. warn... dati !lad" "dillA I1lrniawah,
Iml
Putih", Dalam puisi aspek \VakIli s('l'in~ dipakai secara mctonimik.
:;cpcrti misalnyCl " l'villsim gugur mCllulup julan-jalan dengan
pcrmadani kuning dan coklat", maksudnya "Di musim gugur
pohon-pohon rncnutup jalan-jalall dr.ngan daun-daun yang hcrwarna
kuning dan coklat".
Yang dipcntingkall dalam sinckdokc ialah huhungan anlara bagian
dan kcsduruhan. Pot a-pol a tcrkenal ialah film pro loto, bagian mewakili
kcscluruhan, alau lotum /)1'0 /)(1rle, kesell1l'uhan Illcwakili bagian,
i'vlisalnya "Diadakan sensus jiwa n. "I ndolll'sia n1l'ngalahkan Malay
sia". Pars pro 1010 \cbill seringdigunakan. apalagi kalau h<lgian illl cukup
Il1Cl10lljoi. Misalnya "Bcrilah aku hatimu". 13ukan hallya hati yang
diminta nwlaink<l11 sduruh pribadi kckasihnya.
Lamballg
Dalam krilik saslra istilah lamball)!; alall silllbol tidak sdalu
dipcrgunakall nwnurllt ani yang sama sq)('rti ~Ialalll scmiotik. Dalam
scmiotik simrwl mcrupakan tanda yang 1lll'lllpunyai rclasi kOllYCllsio
nal dcngall <lpa yan~ ditalldakan. Dalam kritik sasl1'a kila mcngcnal
lumbang-Iambang yang hanya salll kali diJlakai clanlamballg-Iamhang
konvcnsiollal. Yang dimaksudkan dCll~<\ll lamhang ialah sualll pola
ani, schingga antara apa yang dikalaKall dan :Ira yang dimaksudkall
ICI:jadi SlIalll hllhungan (lJosirui. Lal1lhang s('ndiri lidak lallgsllng
mCl\unjllkkan seSllalll. Kitalah ~'allg' nwnglwbllllgkalllarnballgdcllgan
apa yang dilambangkan. Sua!1I ulIgkapall simbolik dapat diartikan
harliah dan schagai snalU kiasilil. Pada SlI<l1lI hari raya ICl'\cl1tu
diaelakall rcrarakan dari kraton Yog\,;IKarta kr llH'sjid dan scorHng
pangcl'<ln mc/rmparkan llang reedl eli 1(,Il)!;ah-I(,Ilg:ah rakyal.
Pcrbuatan l<'nwhUI aela aspck harliah. 11H'll~Tbarkal1 \lallg reedl, dan
ael,a aspck sil1liJolik, ialah mmy('ilarkall herkal Sultan. Dalam clllilia
pllisi lalllhall)!;-lamhang \'allg dipcl'gllll:,kall S('(>l'al1.(; prllyair s('l'ill~ kali
sallgat prihadi dan subr dimrnp;('rli. Illi al1lan! lain dapat kita amali
dalam kHrya Yrats, Rilkc, dan Baudelair!', Scp(,l'li kchanyakan
p('I'sollilikasi Illaka lamballg-Ialllbang pUll pad a lInHllllllya bcrsilill
mClalbrik, Nalllun banyak simbol kOllV(:llsiollal (I('ngkol'ak scbagai
lambang kClllaliall, salih scbagai lamhall.l!; ag:lll1:l Krislt'll dan palu arit
scbagai lall1hang kOl1lunisnH') rncllIjlullyai alasan IlH'WlIi!11ik . .J uga
dalam pcnalsiran teks yang lH'rpangkal pada psiko,lllalisa dipcrguna
kan peng('rtian lcnlallg lalllhang-. l\ll'IlUnll haillan ini pUll ada
lamballg-Iambang yallg' 11H'l1lpllllyai ani "tl'I:IP" (lIlisalnya lallI, Iclllk,
kaput laval' schagai larnhang k('\\';tllilaalll. 1('lapi di salllping arti ilLl
lal11ballg I('lap !11l'mpull\'ai arti harfiah.
J911
I;'
3.3 'Pengungkapan yang Tidak Langsung ,
/
Di daJam puisi hanyak hal diungkapkan secara tidak langsung;
Maeam-maeam ueapan kiasan merupakan bentuk pengung1<apan
tidak langsung. Dikatakan "A", dimaksudkan liB". Tentu saj~ ini tidak
berarti bahwa semua obyek kongkret dan pelukisan selalu mempunyai
arti lain daripada arti harfiah, tetapi biasanya arti itu tunduk kepada
tema pokok sajak yang bersangkutan.
Dengan'mempcrgunakan bahasa kiasan juga dimaksudkan suatu
unsur. alogis. Dalam "Gat-oloeo" Goenawan Mohamad menulis, .
Aku bangull dcngan 7.000.000 sistem matahari
bcrsa!u pada suatu llagL
Kalau arti sajak ini ingin kj~a simpulkan dengan bcrpcgang pada
ilmu logika, kita pasti mcnghadapi sualu jalan bunlu.
Kadang-kadang ani sebuah sajak atau bahkan lemal1)'<1 sukar
ditcntukan, scpcrti misalnya banyak sajak Sutardji Calzoum 13achri
secara semantik ticlak mencntu.
eara kctiga !>wrang r(~nyair dapat mengungkapkan diri secara tidak
langsung ialah dengan irani. Arti harfiah scbuah' ucapan sang subyck
lirikjelas tidak serasi dcngan maksudnya. Efek ironik dapat timbul bila
keadaan dibesar-bcsarkan, seperti misalnya dalam "Cocktail Party"~
nya Toeti Heraty. ~
191
;:;,
1ron! ticlak hallY" kita jumpai dalalll pllisi, No\'(~l-llovd pUll dapal
men~alldlln~ ironi, ckmikian pilla drama-drama (Oscar \Yildr), lugal
juga akan pentas Rend!'a ,)'pku'ildn:di silli ironi hahkanlwmpir nwnjadi
sarkasme,
4. Sintaksis
Tdah clikatabll bah\\:! dalal1l sclmah sajak kala-kala pertallla-tama
lunduk kepada siruklur rillllik sl'huah larik dan lidak k"llClda strllklur
silliaklik s('iJuah kalilllal. Dalalll puisi 1lI11dah 1('I:iadi sfl'llklllr-Sll'uktlll'
silliaklik ranI-{ lain claripada Slrtlkll1l' silltaklik dalam i>ahasa
~\('Ilari-hal'i, Kadanl{-kadang po)a' iltl kdillal;\n agak dibikin-bikill,
1Ir1llall kala dihalikkall cirrni I'im<t alau mClrur(, Samil sqKrti
as[>t'k-aspt'k ill'lllllk laillllya pilla sinlaklik clapa! IlwlIlj>IHlyai Ii lIlg-s i
snna 11 Ii k,
Pola-pola sinlaklik <lapal dibagi Illclljacii cilia:
(a) kaidah-kaidah silltaklik l>ahasa diahaikah (illf'rasll'tlklurasi),
(b) po[a-pola tcrlcnlu diulang--ulang sehillgga [('I:jadi keltraluran
tambahan (slIprastntkIUrasi),
ilwersi, mcngubah ul'ulan kala yang lal.im, tcrm<lsuk poln pert:tma,
Dalalll ':Janle Arkidam" karangan Ajip Rosidi, kita Il1cnjumpai illvcrsi
schaga i brri kII t:
Tajalll I an,l(;I II I\\':\ leland" l(nhang
Bert'hahall tlli>lIh-llIhllh klan): eli .. I('balll( ,
19'2
d(llam bui) nH'llgrnai ilmu lck!> alall p('I\gkajiallltcb.1Jla-vola sinlaklik
I(T!>chul mcmpunyai rick srlllalllik, \'"illl kala-kala tcnenlll alau
ungkapal1-ungkapall lertcntu lebih nWllonjol. i\klH'l1lukan e,kngan
lqnll d('k m;}cam apa diakibalkan hallya dapal dikkukan bcrdas;irkan
konlcks,
5. Bun'yi
Dalam iJasal liga tci(lit, :Iiuraikall I>all\\'(\ kala-kala s('ilu,lil sajak
clara\ saling dihulllll1gkan bnclasarkall pn~a111aall dalam hun)'i.
SIIJU;/f/I/ Inll~ri l)('rkaital1 ('rOll dl'lIgall tallap .~('llIalltik, I\'arcn;\ ada
kcmiril)(ln clalam IlUllyi maka disarankitll,illga kC111iripali dalam ani,
;',- .';"',("4;.
f)':¥r;lhku 1I1<'ll,,('llI,,1 Iwbl, ,\kn 1I1l1l1'''I-p,'d;1I
Chairil Anwar
6. Versifikasi
Dalam I'asal ini akall eli)ah;1s hclH'r:'1l:l ('i1'i Ii: I'\ll<l I y,lllg 1I\('lcbl
Ilada lillisi, sC]Jl'I'ti I:lrik s;ljak. 1IH'lrtllll, 1'ill11l'. clall rilll;\. \a11l1l11 IH'I'111
I~n
," .
kita ingat hahwa hl~b('J'apa ciri lin'mal itll lidak l<'friarat c1alam saSlra
Indonesia, H.B, Jassin dalam mcmberikan petunjuk untllk pcne~ic
mahan buku ini alltara lain mcngatakan, "Karcna mcmang tidak ada
mctrum dalam puisi Indonesia, maka hagian yang mcngcnai mctrum
bisa dihilangkan saja. Kita pun tidak mcngcnal kaki sajak (uersuoet) dan
dengan s(,lldirinya.illga tidak mcngcnal pola-pola Iroc/weus, anapest, dan
lain-lain, Namul1 sekcdar untuk ilmu p(,llgclahlian umum mcngcnai
kesusastraan bagian-bagian itu pun' bisa saja turut diterjcmahkan
dengan 1t'l:IP mcmpcrgunakan contoh-contoh aslinya tanpa diter
jemahkan,"
Perlu kila pcrhatikan pula :.tpa yang dillliis Prof. Tceuw dalam
Trrg(lJllung jwd(l Kala (halaman 23), "tvlCnllrtll yang s'1~;a kctahlli
sampai sekarallg bdum pcrnah,~dikcmukakan s('slIatu yang whan uji
dari segi ilmiah mc'ngcnai soal irama dalam bahasa Indonesia. Yang
jelas, krit<'ria dall dcfinisi yang berdasarkan baJwsa-bahasa BanH tidak
rckvHn lllllUk pllisi Indollesia, Satuan yang mcrupakan clasar larik
sajak Indonesia adalah kala, bukan Silk u kala (a lau ka ki sajak, en tah
apa maknanya)? Jarli cldinisi irama hanls mcmpcrhalikan S1Jsunan
kala yang dalall1 bahasa Indollesia biasanya terdiri atas clua sampai
cmpal sukll kala (a!au kbih baik discbut l11enganclung dua sampai
cmpal \'okal saja). l\lcllurut ,kcsan saya (lcl:Ipi in; hanya mcrupakan
k('san y,1I1~ sangal scnH'ntara) oalalll plIisi Indonesia s(,liap kala pClluh
(lid/ lPorrl) rlircrlukan snlkan-akan nH'llllHlI1\'ai kCfJanjangall slruklllral
yang sa III a dalal111arik sajak: kata-kata s('akan-akanlllcrupakan saLUall
yang sama panjangnya, aela kOT('Spnllcit-l1!ii langwllg antara jumlah
\"obl schuall kala dan kcccpalanilya dalallliarik; kala yang lcrdiri dari
cilia vokal s,~a dapal dikalakall kala Illlt/rlll/i', lal11bal, sedangkan kala
b<:rvokftl liga nH'rupakan kala (l1I1'/!Jo, da1l kala ben'okal ('l1lpat
/1H'rupakall kata 1110110 alltl;ro. Perlllkaaran kala pan.i~ng dan pendek
dapa! dipnmaillkan oil'll pcnyair 1I11111k llH'!llpc~rc('pal awu Il1rmper
lalllhat gnak sajak illl."
I ~H
6.1 Sajak Suku Kata , /
. Dalam puisi Jepang kita mcngenal bcntuk haiku yang terdiri atas
tujuh belas suku kata, dibagikan menurut tiga lari~ yang
masing-masing mcngandung lima, tujuh, dan lima suku kata. Contoh
bcrikut digubah oleh Matsuo Basyo (1643-1 694}.
Furu-ike yn Kolam Y"l1g tua
kllwazu tobikornu Scckor katilk tcrjull
rni7.u .no 010 Air bcrsliara.
sajak tekanall (akscn), suku kala yang dibcri lckanan (akscn) ticlak,
sHih bcrganli menurul pola-pola tcrtcl1lU. Tipe sajak ini lcrulama
dikcnal dalam bahasa Jerman, 13clanda, Spanyol, dan Rusia.
sajak kllanlitatiJ, SUktG';'·.Cllil yang panjang dall pendck silih bcrganti
mcnurul pola-pola lcrtcntll, scpcrli dalam puisi Jawa Kuno,
Sanskerta, Yunani, dan Latin.
sajak bebas, tidak bcrcirikan prinsip-prinsip tertcntu, sekalipun
larik-Iarik mcrupakan satuan-satuan yang bulat yang kadang-kadang,
lctapi tidak sclalu. sama dcngan scbuah kalimat.
195
-"'"
Rima asonansi
mantri polis; bcrdiri di sisi kiri
Ajip Rosidi-
196
7. Tata Muka
, .I
, Cara sebuah teks dimuat secant tipografik menurut larik-Iarik sering
merupakan satu-satunya tanda bahwa teks tersehut termasu~ puisi.
Eila leks dicelak scbagai sebuah sajak, maka pcmbaca mcnd!:kati teks
itu dengan sikap tcrtcntu. Pembaca mcncrima teks itll sepeni puisi dan
mcmbaeanya scbagai puisi. Culler pcrnah mcmbahas sebuah contoh
dari Cohen, seorang kritikus Prancis ~:.~lJlg mcmperlihatkan bagaimana
sebuah leks yang dibaca sebagai prlisi. Bcrbcda dengan teks yang
didckati sebagai prosa bclaka. Cohen mcngutip brrila dari surat kabar
sebagai berikut:
Kcmarin, di jalan nasional nOlllOI" tujllh
scbllah mobif
yang mc!uncur'{x:'ngan kcccpalan sera IllS kilolllt'lrr
Icrl('mpar pada schaliBlg poholl j;ni
srhil1.~ga kccmprl! pCl1umpang
s('kelika mali, '
EHa bcrita tersebul kita baca schagai puisi, maka lnaknanya menjadi
lebih kaya. Pcnama-tama sifatnya sebagai perisliwa yang sungguh
terjadi, dilcpaskan, dan menjacli rckaan. Tidak p('llting "pakah
kccclakaan tcrsebut sUllgguh lcrjadi alau tidak. Blikan pcdsliwa
sendiri yang penting, mclainkan SeSUallJ yang bcrkaitan (kngan
pcristiwa itu atau yang digambarkan olch peristiwa itu. "Kemarin"
tidak lagi mcnunjukkan kepada saat yang terjarli sekian jam sehdum
bcrita terbaca, melainkan kcpada sq~ala macam "kcmarin". Pcristiwa
illl seolah-olah digcncralisasikan, sclulu bisa lel:iadi, diberi ani yang
lebih umum dan luas.
Sclain itu, cara leks tersebut dicetak mcnurut larik-larik,
menciptakan suatu arti tambahan. Kata "terlempar" mencka:1kan sifat
kebctulan scrta pasivitas para· pcnumpang. Dalam terjemahan
Indonesia joti bcrima dengan mati sehingga unsur kcmatian diberi
akscn tambahan.
Ani tambahan dipcrkuat olch pcny,~iian t'ipografik. Kadang-kadang
bentuk tipogralik itll dcmikian clipentingkan ~;('hingga IlH'ngg('srrkan
ani kata dun kalimat. lni terutama tc~iadi pad.. kllfllll·kurun waklu
bila puisi clikaitkan dcngan scni lukis dan dalam Iingkullgan
kcbudayaan yang b<:rsangkutan tcrdapat perhatian umul11 bagi
scgi-scgi grafik dan piktural. Sehagai conloh dapat di<~ukan zaman
Barok dan puluhan tahun pertama abad ini. Pada pcriodc tcrakhir ini
juga timblll apa yang discbut puisi ikollis yaitu bila terdapat
kcscpadanan an tara bentuk gralikal dan isi sajak. Kadang-kadang
aspek grafikallcbih mcnonjol daripada isi. Bandingkan misalnya sajak
Sutardji "Tragedi Winka & Sihka",
197
kawin
.kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka f·
winka
sihka
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
sih
ka
Ku
~8
;.1;"
Catatan Kepustakaan
, ./
199
,~;.,
Sastra itu (ak p('rnah haIlY;\ Kcscniall saja. puisi yan!( S('mcnjak hiahirallllya suda"
m(,l~iemb;ltani 5cgala zamllll lidak ada.
Heinrich Mann
1. Pengantar
DALAM scjarah sastra dibahas pcriodc-pcriodc kcsusastraan, alir
an-aliran, jcnis-jcnis, pcngarang-pcngarang,' dan dcwasa ini juga
rcaksi dari pihak pcmbaca. Ini scmuanya dapat dihubungkan dcngan
pcrkembangan di luar bidang sastra, scpcrti misalnya pcrkcmbangan
.sosial dan msarat. S~iarah sastra mdiputi pcnulisan pcrkcmbangan
sastra dalam arus· scjal'ah dan di dalam kontcksnya.
Dalam pcngantar ilnlu sastra pada umumnya tidak akan dibahas
rakta-f:tkta dari sejarah sastra itll scndiri. pun pula tidak dcngan
pcngaturan f:tkta itu, mdainkan dengan prinsi/)-priTlsi/) yallg mendasari
pcnulisan scjarah sastra. Sccara implisit atau cksplisit pcnulisan
sejarah sastra bcrtolak dari bcbcrapa t('ori lertr.ntu sen a pCllgcrtian
tentallg .metodologi. Dcmikian misalnya dalam s(~al'ah saslra bagian
lcrakhir ahad yang lampau dihcri hanyak perhalian kcpaoa biografi si
pcngarang karcna s('sliai dcngall pan<1<111gan IlOsitivisme diadakan
hubunglln kausal anlara kchidupan dan karya s('orang pCllgarang.
Pcndapat ini abn dibahas dalam pasal bcrikut.
Pandangan-pandangan lcori yang dcwasa illi dikcmhangkan
mcngenai pcnulisan s(:jarah sastra scring didasarkan alas idc-idt· para
lormalis Rusin dan kaum slruktmalis di (;eko. Dalam pasal tiga
tcori-tcori t('rscbut akan ditinjau khih lanjul. Sclain illl akan dibahas
pula sccara singkal p(,ll(iitpat Jauss. Akhirnya masih akan disinggullg
ilnlll saslra pnbanciingall yal1gjC'la~ ak<l.n ada kaitan dellgan pelllllisan
sC'jarah sa:'il!':!.
:?oo
2. Penulisan Sejarah Sastra pada Abad 'ke-l(
Pada jaman Romantik timbullah pcrhatian bagi scgala scsuaJ;u yang
ada hubungan dcngan masa lampau sesuatu bangs-a. Tcks-tc~s kuno
dikumpulkan dan diterbitkan. Lambat laun tcrasa kcbutuhan akan
tinjauan-tinjauan historik agar dengan demikian warisan kebudayaan
d'apat dipandang dalam pcrspektifscjarah. Tinjauan-tinjaua:1 terscbut
terjadi p"ada bagian kcdua abad scmbilan belas c.an sar:gat dipengaruhi
oleh ~lsafat positivismc..
Adapun fil~afat positivisme bertolak pada prinsip kcusalitas. Sesuatu
dapat diterangkan bila scbabnya dapat dilacak kcmbali. Scbuah karya
sastra dapat diterangkan sccara tuntas dcngan rr.er.elusuri kembali
sejarah terjadinya, yakni dengan men(iti fakta di dalam riwayat hidup
si pengarang scrta kcjadian geografikdan historik yang meliputi masa
pcrkem bangann ya.
Bagi F.!'~JlyJisan sejarah ·sastra menurut pandangan"'pnsitivisme
H;y,polyte ,Taine-Iah (1828-1893) yang sangat bcr?cngaruh. I a
mcmbedakan tiga faktor yang mcncntukan pribadi seorang pcngarang,
ialah t;(lJ;:,IJrrgkrmgan, dan m.omen (saat) . Adapun ras itu apE. yar:g diwarisi
manusia dalamjiwa dan raganya, lingkungan mcIipu:i keadaan alam,
iklim dan sosial sedangkan momen ialah situasi sosb-poiitik pad a satu
saat tertentu. Segala sesuatu dapat dikembalikan ~e:>ada masalah
mengenai sebab dan akibat. Bila kita mengetahu( fakta tcntang ras,
"Iingkungan dan momen, maka dapat disimpulkan ikiim rohani.suatu
kebudayaan yang melahirka!1 scora~g pengarang bescrta karyanya.
Juga ahli sejarah sastra Jerman, WillieJm"Scnerer (18'41-1886)
mempergunakan tiga faktor pencntu, yakni das Erertte (warisat:l), das
Erlebte (H~ngalalTlan» serta das Erlernte (hasil proseS belajar). Agar
dapat m~mpclajari tiga faktor irii sccara mendalam Scherer
menganjurkan agar para ahli fisiologi, psikologi, i1mu bahasa, serta
sejarah kebudayaan bekerja sama secara erat. Seorang pem.:lis scjarah
sastra harus menyerupai seorang yang berkepala sepuluh "yang
mcnyclami scluruh kehidupan manusia, baikjasmani maupun rohani,
dalam kebertautannya yang kausal",
kepercayaan mutlak akan "sang I1mu" serta akan gU:1anya mencari
kaitan-kaitan kausallangsung memba,wa penulisan sc,.arah sastra pada
suatu pcndapat 'ala Darwin seolah-olah sastra pun bcrevolusi.
Kecenderungan ini antara lain nampak dalam karya ahli sejarahsastr;a
berkebangsaan Prancis; Ferdinand Brunetiere, yar.g mclihat perkcm
bal'l.gan sastra analog dengan perke'mbangan dalam bidang biologi.
201
.,,
"Suatu jenis I)('nulisan dilahirkan, mcnjadi he~ar, mcncapai
puncaknya, mundur, dati akhirnya mati." Dalam bukunYil yang
berj udul L'evolution des genres dan L 'histoire de la lilterature (I R92) ia
mcnjclaskan pandangan ini dcngan mengutip contoh-col1toh dari
perkembangan tragedi di Prancis.Jenis pcnulisan sastra inl mcngalami
masa jayanya antara tabun 1645 dan 1675, scbclumnya ada masa
pertumbuhan dan sesudahnya kita saksikan kemullduran. Menurut
Brunctierc kem,~uan biologi pun (dari jcnis hewan rcndah kc arah
tingkat kchidupan yang Icbih tinggi dan akhirnya menuju manusia)
kita saksikan pula dalam perkembangan sastra, wnW saja dcngan
perubahan sana-sini. Demikian misalnya ia memandang roman
schagai suatu jcnis sastra yaQg lambat l<lUll berkembang sambil
mcnyisihkan jenis":ienis lainnya schLgg-a mClIcapai tingkat-tingkat
yang makin tinggi. Contoh-Col1l0h dari scjarah sa~;tra Pi-ancis yang
diajukannya: ;~.
(I) Awal abad dclapan belas roman mcrup,akan .icnis sastra yang
dianggap kurang penting.
(2) Lesage, Marivaux: roman mcmp(:rkaya diri dcngan unsur-unsur
dad komedi, sehingga komcdi mundur. .
(3) Prevost, Rousseuu: roman menycrap nahan dari tragedi,
(4) Diderot, Voltaire: roman mulai mcmbahas masalah-masalah
sosial, rcligius, dan moral yang sampat saat illl hllnya dibahas
dalam karya-karya nonsastra.
(5) Dcngan Flaubcrt dan Babl.ae (pcrtcngahan abaci sembilan bclas)
roman telah mcngalahkan scgala jcnis saw'a lainnya. Di dalam
struggle for life romalliah yang mengalami survival ~/ the ji{{esi.
Pandangan-pandangan delenninistrik scrupa illl tidak scr,{si dcngan
perkcmbangan sesungguhnya di dalam dunia S:lstra. Tidak dipnhati
ka'n' misalnya bahwa suatu pcmi>ahall dcng:lll scngaja dikcmballgkan.
Pcrkcmbangan roman Praneis sdanjutllya. sampai dcngan 1/ouveau
romall, tidak dapat diltlkiskall mellurut garis c\'olusi tanpa 1lH'lllperkosa
kenyataan.
Bagi kita sekarang pandangan positivislik tcrhadap pcrkclllbangan
sastra tidak mcnarik lagi, lctapi positivisl11C: dalam ilmu sastra bCl:iasa
tcrhadap ilmu sastra kan:nil mcngumpllikan. banyak data dalam
bidang scjarah sastra. Lepas dari tcori kausalitas data itu tctap
bcrguna, karcna mcrupakan dasar bagi penulis:lll scjarah sastra
nasional serta srjal'ah sastra perbandillgall. Sclain ilU, karclla
pcrhatian bagi s<:iarah, maka alirall positjvisnw IllCllcapai ball yak hasil
dalam bidang ./il%,f!,i, teks-leks kllllo dal! leks-leks dari Abad
:!02
Pertcngahan diterhitkan secara kritis d'an . ~Iengkapi dengan
komcntar·komentar yang bcrbobot.
Pada zaman positivis:11c ditulislah sejarah·scjarah sastra p~rtama.
Yang tcrbaik di antaranyajuga menghubungkan pcrkembangan sasfra
dengan kejadian.kcjadian di dalam bidang scjarah, politik dan sosial.
Tetapi kebanyakan mengarahkan pcrhatiannya kcpada riwayat hidup
para pengarang (biografisme). Semenjak zaman positivisme sejarah
sejarah sastra praktis belum mcngalami ban yak perubahan. Yang
disajikan hanya uraian kronologik mengenai pengarang-pengarang
dan karya-karya mcreka. disenai atau ticl"ak dcngan komentar cvaluatif
dari pcnulis. Tetapi ini tidak berarti bahwa para ahli tidak
berpikir-pikir mcngenai pcnulisan sc;jarah sastra. Dalam pasal berikut
akan kita lihat bahwa· teori peht:lisan itu tidak manckg. ivlcng-apa
praktck penulisan lalu terbclakang pada tcori penulisan? Pcnama
karcna telaah-tclaah relcvan - chtri para lormalis Rlisitl dan kaum
strukturalis Ccko larr.ajuga tidak dikenal eli dunia Barat dan banl
akhir-akhir ini ditcrjemahkan. Kcdua, karena pakct tugas yang
dihadapi penulisan sejarah sastl'a demikian tuas. schingga hampir tak
dapat dilaksanakan. Satll-satunya eara untuk mcngatasi jalan bunlu
ini ialah menulis telaah-tclaah yang lcrhala~, tClapi unggul, yang
jangkauannya hanya scpuluh tahun misalnY<l. Dcngan dcmikian dapat
dikumpllikan bahan-bahan yang kem~!dian had dapat dikcmbangkan,
mcnjadi sebuah sejarah sastra yang'dasar leorinya !cbih kuat.
3.1 Formalisme
Dalam karangannya dari tahun 1916 yang mcneanangkan sebuah
program, "Seni sebagai suatu proscde", Viktor Sjklovski memberi
dorongan pertama bagi teorinya mcngenai evolusisastra. Teori ini
berkaitan crat dcngan p;mclangannya lcnlang karya sastra dan karya
2m
seni pada urnurnnya, scperti tclah diuraikan dalarn bab tiga. Sjklov.ski
bertitik tolak dari pcngalarnan urnurn bahwa pcngarnatan (pcncerap
an) bcrkaitan dengan sernacarn autornatisrne. Bila sebuah obyck
berulang kali diarnati, rnaka pada suatu saat kita tidak lagi
"rnclihatnya", barang tidak rncnonjol lagi, telah rnenjadi klisc. "Yang
biasa tidak diarnati, tidak dilihat, hanya dikenal kern bali." Bila scbuah
benda ingin kita lihat dengan sungguh-sungguh, rnaka benda itu harus
ditanggalkan dari unsur kebiasaan. Pengarnatan harus dipancing,
diprovokasi, sehingga bcnda itu dibangkitkan dad kcbckuannya.
Sjklovski berpcndapat bahwa tugas khas kescnian ialah mcngajak
manusia mclihat dunia yang mcliputinya dcngan suatu cara baru.
Sepcni scmua bcntuk, maka bcntuk kcsenian pun tunduk kcpada
aulomatisme pengamatan. Ini b~rarti bat: .va scni, bila ingin mcmcnuhi
lUgasnya yang khas itu, sclalu harus mcmpcrbaharui diri, sclalu harus
rncnciptakan bcntuk-bcntuk baru.
Yang mcnjadi pusat pcndapat Sjklovski mcngcnai sastra ialah:
konscp "pcnyulapan" dan "pcngasingan". Sjklovski mcndcfinisikan
karya sastra scbagai "pcnjumlahan proscdc". Proscdc-proscdc itu
berkcccndcrungan menjadi beku, maka dariitu sclalu harus
dipcrbaharui. Cara tcrbaik untuk mcmbaharui proscdc-proscdc ialah
menggantikannya dengan proscdc-proscde lain atau mcmpcrgunakan
nya dengan suatu cara yang mcnyolok, schingga lcrjadi pcngasingan.
Adapun pcngcrtian "pcngasingan" itu mcmpunyai dua ·scgi. Yang
pcrtama mcnyangkut pcnyulapan sastra sClldiri; karcna carOl baru
suatu proscdc dipergunakan, maka p!:rhatiall diarahkan kcpada cara
kcnyataan diungkapkall. Dall kcdua, karcna pcngasingan cara
mcmandang kenyataan yang aus dan automalik ilU didobrak, scltillgga
kita memandang kcnyataan dcngan watl! cara yang s.crba baru.
Menurut Sjklovski pcrkcmbangtin sastra merupakan suatu perubah
'ari terus-mcnerus dalam mcngada'kan penyulapan itu; ini pcrlu karcna
pcngamatan sclalu harus dilanggatkan dari unsur automatismc
(dc-automatisasi). Scorang pcngarang harlls berusaha mcndobrak
norma litcrer yang scdang berlaku sena mcnyimpang dari yang Slloah
ada. fvlcnurut Sjkloyski prinsip ('yotusi saSlra tak l<lin daripada proses
pcnggantian automatisasi dan pengasingan tcrus-mCrIcrus. Sejarah
sastra iala h seJa rah "pcngasingan terhadap pCllyula pan".
Cepal juga perIdapat pralonnalistik ini dikritik. Kcbcratan yang
diajukan tcrhadap ~jklovski bahwa ia mcmbatasi did pada
pCl'kcmbangan sastra yang scmata-mata intern, tallpa mcmpcrhitung
kan perubahall sosial hislorik dan klliturai. Sclain ilU ia secant beral
sebclah mcnckallkan IInsur /1I'mbaharu'(ln, tanpa lllcmpcrhilungkan
204
-
:sinambungan. Selain itu te.;)ri Sjklovski yang <tgak, fu'ekanistik itu
1ak dapat menerangkan, mer.gapa irama evolusi t:dak s·~lalu sarna. la
ga tidak dapat meramalkan arah evolusi itu. Narnun, hcndakny3. k.ita
gat, bahwa Sjklo\'ski, scpcrti dalam banyak karya lainnya, dcng'an
dar berpolemik sehingg-apcndirian-pendiriannya sering menan tang.
dapunjasanya hahwa ia mcrupakan ahli pcrtama yang memperhati
In gcjala pcnggantian tradisi sastra olch bentuk-bentuk baw. Gejala
rscbut sampai saat itu praktis diahaikM dalam pcnulisan sejarah
.slra.
Kekurangan pokok dalam tcori Sjklovski ialah ia l::~rtitikpangkal
ida penyulapan-pcnyulapan yang terisolir dan ia meffiandang scbuah
lrya sastra scbagai "pcnjum:ahan prosede". Di antara para rormalis
:lnya Sjklovski-Iah yang meIT,JCrtahankan pcndapat ini.
Joeri Tynjanov, seorang pcrintis teori strukturalisme, mema::1dang
Hya sastra sehagai scbuah J7stem dan mcnckan~an rungsi berbagai
nsur di dalam sislcm ilU. Saslra scndiri dalam kescluruhannya
lerupakan scbuah sistcm, ialah sislem saslra. Un:;ur-unsur di dalam
:nuah kafya sastra daral di.:l.nalisa dan didcskripsikan. Tctapi dari
:1alisa ilU mcnjadi jclaslah bahwa bcrbagai uns.ur itu 3aling
Icmpcngaruhi dan saling bergantungan. SCliap unsur ada kaitannya
cngan unsur-unsur lainnya di dalam sistcm itu scbag::ti kcsclu:,uhan
~l'njllngsi}. tClapi juga I;>crhubungan dengan unsur-unsur ana:og di
alum sis tern saslra pada lImumnya (auloJilllgsi). FUI~gsi·fungsi lcrsebut
~lah dibicarakan dalam bah II I. .
Scnagai conloh diajukan Tynjanov pcmakaian arkaismc oleh dUel
cnyair Rllsia. Kcdua pcnyair mcmpcrgunakan kata-kala yang dalam
:stem bahasa sastra pada saal tcrtcntu dianggap scbagai arkaismc
:lOlorungsi). TClapi di dalam karya masing-masing penyair fungsi
rkaismc itu berlainan; dalam karya yang saW mcnimbulkari ere!;; yang
ng.gun, sedangkan daIam karya yang lain C!cknya parodik. Autofungsi
~ndiri bclum mencntukan sesuatu, tClapi mcmhuka jalan bagi
ynrungsi. Dalam sebuah karra sastra kIasik kila lida\.; mcrasa hcran
alau di sana dipakai kal,t-kata scpcrti "prahara", dan sebagainya.
'clapi kalau Pak GII'rll ragi Ilari mcngatakan "Tadi malam wismaku
iscrang prahara". maka para murid pasti lcrtawa.
Pandangan Tynjanov mc:ngcnai karya sastra serta sastra scbagai
uatu sislcm langsung mcng-I:adapkannya dcngan mas-alah mcngcnai
lcrkcmbangan sastra. Unluk mcncntukan rungsi mana sccara lcpat
lipcnuhi scbuah unsur atau sclmah proscdc di dnlarr sistcm sastra,
naka harus disclidiki daliultl, scjauh mana fungsi tcrscbut sudah
lcrakar di dalam tradisi.
105
Dalam lcorinya nlCngcDClI pcrkcmbangan sas[ra 1 YUJ,UIVV, :'<lllid
epcrti Sjklovski, bcrpangkal pada prinsip "pcrjuangan dan
enggantian". Bcntuk-bcntuk baru dalam dunia seni timbul karcna
,entuk-bentuk lama sudah menjadi aus, sudah mCI1gaiami automati
asi.
Dcngan mcnganalisa evolusi litcrcr Tynjanov mencmukan lahap
ahap berikut:
1) bcrlawanan dcngan prinsip pcnyusunan yang tclah mcngalami
automatisasi (proscdc dominan), maka Icwat jalan dialcktika
timbullah prinsip pcnyusunan yang bertolak bclakang;
2) prinsip penyusunan bam ditcrapkan;
3) prinsip penyusunan itu m~njadi gcjala umum;
.4) lalu mengalami automatisasi dan pal..l gilirannya menimbulkan
prinsip pcnyusunan ban!. .
:l0(;
v
sebuah mazhab sastra mundur, maka aliran-ali~n serta jenis-jenis
samping tampil ke de pan dan bergerak menuju ke pusaL
Dengan dcmikian Tynjanov mcmperlihatkan bahwa batas-batas
antar:a 'bentuk-bentuk sastra yang ciianggap baku dan tidak baku,
sebetulnya tidak beku, mclainkan ditcntukan oleh sclera zaman. Tctapi
batas antara teks-teks sastra dan nonsastra pun tidak langgeng. Dalam
karangannya yang berjudul "Fakta sastral!, Tynjanov melukiskan,
bagaimana jenis-jenis tulisan yang bersifat nonsastra dalam suatu
periode tertentu dapat dipandang sebagai sebuah "karya sastra".Jenis
ter.sebut untuk. scmentara lalu menjadi suatu "fakta sa~ma". lni
misalnya berlaku untuk jenis slIrat-mcnyurat dalam periode
sentlmentalisme di Eropa.
Tcori Tynjan(jO~incmr~rlihatkan, bagaimana pcrkcmbangan sastra
dapat dilukiskan pada bcrbagai lahap. Ia mcmbcdakan bcrbagai tipe
sislcm sastra: karya sas:ra, jcnis tulisan sastr<;t, karya scorang
pcngarang dalam kescluruhannya, aliran atau pcriode saSlra dalam
kescluruhan. Penditian sinkron dan diakron selalu pedu diadakan.
Harus ditcntukan rungsi mana dipcgang scbuah unslIr tcrhadap
unsur-unsur lain di dalan sistem ilU p,ida waktu yang sama dan
disamping itu harus dilinjau unsur itu scbagai sualu bagian di dalam
arus sejarah. .
Dengan deskripsinya mengenai pcrkembangan sastra Tynjanov
lidak mclintasi batas-balas teori e\'olusi sastra intern. Unsur-unsur
dari slstem-sislem lain yang h(~rsi[;1t nonsastra, tidak diikutsertakan
dalam pcnclitiannya. Dan inilah kekurangan tcorinya. Teori evo\usi
yang scmala-mata bcrsiEIl intern-litcrcr tidak memadai, karena
misalnya tidak dapal mcncrangkan mengapa evo\usi memilih arah
tertentu, padahal sccara [cori lct:bllkalah berbagai kemungkinan.
Tynjanov sendiri mcnyadari masalall tersebut. Dalam sejumlah daHl
yang disusunnya bcrsama denganJakobson pada.tahun 1928, antar:a
lain di·katakannya, "Masalah mengapa evo]usi memilill arah tCrlenLU
atau sckurang-kurangnya memilih penyulapan dominan, han.ya dapat
dipecahkan dcngan mcnganalisa korelasi antara sistcm litcrer dan
sistem-sisiem lainnya di dalam arus s('jarail." Deng:lll lain perkataan,
sastra hcndaknya dilukiskan bersama-sama dcngan sistcm-sistem
lainnya di dalam perkembangan masyarakat, di dalam kcrangka
"sebuah sistcm yang tcrdiri atas sistem-sistem lainnya''.. Karma aliran
formalisme dibungkamka:1 olel! kcadaan politik di Rusia, maka
Tynjanov tidak scmpal Illengemhangkall dalil illi lebih \;\11~ut, IClapi
pandangannya aiambil ,dh dan dijabarkan baik tcorctis maupull
207
.,;.'
.2 Strukturalisme
Bagi Sjkfovski karya saslra merupakan penjumlahan prosede, .bagi
ynjanov sistem unsur-unsur fungsionaI. Vodicka memandang karya
lstra scbagai suatu landa yang bcrfungsi estctik. Sclaras dengan teeri
urunya. Mukurovsky. ia mrmbedakan arleJilCl dal'i obyek eslelik (lihat
ab Ill). Obyck cstetik merupakan obyck sesungguhnya bagi
andangan dan pcnifaian estctik.
Pandangan ini mcngenai karya. sastra mcmungkinkan Vodicka
ntuk mengatasi kClcrbatasan .tcori rormalismc Incngcnai cvolusi
3.stra. fni nampak dengan .idas dad karangannya yang tcrbit tahun
942 yang ber:judul "Scjarah Sastru. Masalah-masalah, dan
·ugas-tugasnyu". Di sini ia mcngcmbangkan scbuah program
lenycluruh bagi p(:nulisan sejarah sastra d!in yang mcliputi tiga
.idang tugas.
Tugas pertama mClIlIrlit !{aris besarnya scrasi dengan pandangan
'ynjanov. Yang dipclI tingkall ialah analisa obycktirmcllgcnai struktur
terer, mendeskripsikan karya-kal'ya sastra dcngan bertitik pangkal
ada evolusi sastra imanen. 'Vang pcrtama-tarna harus dikerjakan ialah
lcnganalisa karYi' saslra dan mencntukan prosedc-proscdc arlistik
erta pl'insip j.lcnYlIslIllan dOll1inan 'yang dill~rapkan tcrhadap bahan i
chillgga timbullah eli:k estetik. Kcmudian karya sa~;tra harus I
,ibandingkan dengan karya-karya scbclumnya. Dcngan dcmikian
lapat ditcilisuri bagaimana hubungan anlara unsur-unsur lclah
lyrubah, bagaimana proscde-proscde sastra silih bcrganti <.Ian
I
II
lagaimana lcmaliknya bcrubah.
Dengall mcnganalisa dan membandingkan hcrbagai karya sastra
crbllkalah kcsempatan unluk mCllunjukkan arah pcrkcmbangan
astra. Scbub uta ma bagi peru bahan lerdapat dala 111 proses
lUlomatisasi dan konvcnsi.onalisasi mcngcnai proscdc-proscdc saslra.
)i d;dam dinalllika Jwrkcmbangan prinsip perlwll1t1gatl-lah yang paling
ncnonjol. Bcnluk-iJcllwk besar bcrgantian dcngan bcntuk-hentuk
:ccil, scbuah alil'<Il1 yang sangat normatir dan inlcleklual sepcni
{lasisismc digailli 01('11 Ronlillllik yang mcnekrtllkan bentuk·bcntuk
;ponlan. Bila S('or:lllg ahli sejaralt sastra mcngetahui strukLUr-struktur
;astra pada SHalU saal tertcn{u, ia dapal I1lcnilai sejauh mana
,cmungkillan-kemulIgkinall dipergullakan yang tl'rkandung dalam
iituasi yang bcrs<lngkutan. Ia lalu c1;ipal ju).;a lllClllllljukkall Ililai
:OH
II
/ .
209
enyataan yang ada di luar karya sastl'U, tctapi fungsi utamanya ialah
i dalam susunan arti karya itu yang dilaksanakan olch pembaea,jadi
i dalam struktur karya ilu scbagai sebuah obyek estetik.
1elaksanakan alau mengkongkretkan arti itu bcrbcda-beda bagi
lasing-masing pembaca. Pada hakikatnya sebuah karya sastra dapat
itafsirkan dengan berbagai cara.
Scorang ahli sejarah sastra yang ingin meneliti hubungan an tara
arya dan kenyataan hcndaknya bcrtindak secara historik, yailu
lenghadapkan karya ilU dengan kCl\yataan pad a saal karya ilU terjadi
an diterbitkan. Ia harus bcrusaha untuk menyusun kcmbali sitliasi
ejarah sedemikian rupa, sehingga hubungan antara kcnyataan dan
arya menjadi jclas. I ni juga mcmbuka kcmungkinan untuk mcneliti
ejauh mana kenyataan yang {~dang bcrubah itu mcmpcngaruhi
,erubahan di dalam pcrkcmbangan saSlra. Tctapi sastra mcneiptakan
.cnyataannya scndiri yang dapat dipandang lepas dari kcnyataan di
Liar karya sastra ilu. BUa kita sccara estctik mcncerap scbuah karya itu
Icngan visi kita scndiri lcntang kcnyalaan, visi itu bcrsifat subycktir,
eta pi juga ditcntukan oIch scjarall dan masyarakat. Hanya sampai
atu lahap lcrtcnlu seorang pcmbaca dapat mClIghayati sualu situasi
crtcntu di dalam s<jarah.
Dcngan mcncliti kedua bidang yang mcrupakan tugas bagi pcnulisan
ejarah sastra Vodicka mencmpatkan karya saSlra di pusal pcrhatian.
fang hams disclidiki ialah lcmpatnya di dalam pcrkcmbangan sastra
erta riwayal tctjadillya. TClapi karcna karya sastra mcrupakall scbuah
anda yang olch sidang pcmbaca dicerap secara cSlctik, maka pcnditi
cjarah sastra masih mcnghadapi tugas kctiga, yakni pctlcli-tian
ncngcnai rcsepsi karya itu. Resepsi discrtai olch pcnilaian, dan
)cniiaian terikat olch norma-norma subycktif. tctapi juga norma yang
ida hubungan dcngan zaman dall kcbudayaall. Maka dari itu nilai
:steti.k sebuah karya bukanlah scsuatu yang lak berubah, mclainkan
crgantung pada norma sastra yang sedang bcrlaku. Adapun tugas
)encliti sejarah saslra inlah mclukiskan perubahan dalam kesad'aran
:stctik sejauh itu bcrsifat suprapcrsollal, mengalasi pcnilaian pribadi
)I'ang pcrorangan. Yang pcrlu ialah mcn'yusun kcmbali norma saSlra di
ialam pcrkcmbangan scjarah.
Guna nw-nditi norma itu scorallg pcnclili scjarah sastra dapal
llcngandalkan bcrbagai sumber. Ia dapat mcnyimpulkan norma
lOrma itu' Glari sastra scndiri, dari karya-karya yang pada suatu saat
:crtcntu di~mari dan diallggap sebagai norma bagi karya-karya lain.
'1orma-norma ill! juga kila jumpai ~alam buku-buku pclajaran
nengenai selli saslra. dalam ICl)ri-tcori sastra dan dalam kritik sastra
!lO
yang.bcrlaku dalam suatu periodc lcrlcnttl. rthUSlfs kritik itu penting,
karena yang membcrikan pcnilaian di sini ialah sejumlah penerima
yang berpcngaruh. Faktor-raktor ckstern pun dapat me~ainkan
peranan dalam membina norma, seperti misalnya kchijaka'n para
penerbit, scnsor, iklan, pcristi.wa politik. Harus disclidiki pula
bagaimana faktor-faktor tcrscbut mcmpcngaruhi norma itu, meng
hambat atau mcmpcreepat, atau pun mcngubah haluannya.
Usul-U'sul Vodicka bagi scjarah sastra sebagai s~jarah resepsi
berkiblat pada teks sendiri. Dalam bab V tclah kita lihat bcberapa
kemungkinan bagi penelltian rcscpsi illi. Dj sana telah kita-lihatpula,
bahwa penelitian rc~epsi dapat juga diarahkan kepada pcmbaea.
Kemungkinan ilU lidakditanggapi Vodicka.
~··F·
211
tanda itu dicerap sebagai sebuah obyek estetik. Seperti J auss ia
akhirnya sampai pada· sebuah pelukisan mengenai seluruh sistem
sastra dalam perkembangannya dari zaman ke zaman dan dalam
hubungannya dengan sistem-sistem lainnya di dalam sejarah dan
masyarakat. Tetapi tujuan pokoknya bukanlah menyusun kembali
"pra-sejarah" dalam pemahaman sendiri, melainkan meneliti
hubungan-hubungan antara karya sastra dan evolusi sastra.
Baik Vodicka maupun Jauss menerapkan teori mereka dalam
praktek dan mclukiskan bagian-bagian dari sastra Ceko dan Jerman
dalam perkembangannya dari abad ke abad. Dari karya-karya mereka
nainpaklah bahwa paket tugas yang oleh teori penulisan sejarah sastra
dibebankan kepada pcncliti sejar9h sastra, tidak mudah dilaksanakan.
Sekalipun demikian pandan'~an-pandangan mereka telah memberikan
dorongan baru bagi penulisan sejarah sastra. Para peneliti sejarah
sastra dewasa ini terutama menggumuli masalah periodisasi. Ini akan
dibahas dalam pasal berikut.
212
pcngaruh~pcngaruh itu ditcrapkan. Dcwasa iJ1i kolsep tcrsebut yang
agak bcrbau positivismc tdah dikesampingkan; pcrhatian dialihkan
kcpada syarat-syarat pcncrimaan scna kcmungkinan-kcmul.lgkinan
ditcrimanya pengaruh dari sastra asing. Dari scgi ini pcmbina~n tcori
di dalam ISP mencerminkan perkembangall dalam ilmu saslra tcoretis
serta pcnulisan sc:jarah se;stra,
DaJam mendefinisikan scderelan pcngcrtian lain ISP secara mctodik
menempuh jalan yang sama sepcrti-:pcnulisan sejarah sastra; hanya'
obyeknya yang berbeda, Ini misaillya bcrlaku bagi pcngertial\ scpcrti
" maz ha b" , ",.
a Iran "," ang ka tan "d
, an " pCrJoue.
' . J " KI1USUS pcngcruan
.
mcngenai "pcriodc" tahun-tahun terakhir ini lernyata merllpakan
suatu bidang pcnclilian yang hermanfaat gUllU mcnyusun sehuah tGQri.
Mcnurut seorang pencliti utama dalam bidang in!, Rcn{~ Wdlek yang
bcrasal dari kalangan strukturalismc Ccko, maka yang dimaksudkan
dcngan "perioclc" ialah sebuah sistem norma yang menguasai sastra
pada suatu Saal lerlcnlu di dalam pcrkembangan hist,oriknya. Di dalam
balas satu karya s,~ja sislem norma ilu jarang 'dilaksanakan
sepcnuhnya, lctapi karya ilLi rncncntukan s(~iumlah siren yc.ng serupa
alllara karya-karya saslra dari slIalu periodc lertcntll. Wcllek antara
lain mcngadakan penc1ilian pengcrtian scperti 13arok; Klasisismc,
Romantik, Rcalismc,' dan Simbolismc. Dcngan mcnclili' dan
mcncntukan periodc-pcriodc, scorallg pcnclili sastra dapal mcmhagi~
kan lautan I'akla sastra sehingga dcngan !cbih mudah dapat dililljau.
Ini j llga bcriaku bagi pcnclitian mcngenai jcnis-jcnis saSlra yang juga
roerupltkan .sualu bidang penting bagi pcnclitian ISP,
Dcwasa ini, dcngan mcngikuti jcjak strukturalisSovictJocri Lotman,
juga dipakai istilah seperti kode lilerer, kode jcnis, kode pc'riode, dan
sebagainya. Bagi seliaI' tcks, entah bagaimana pun juga, lclah
diadakan pcmilihan dari antara unsur-unsur Icksikon ~ahasa;
unsur-unsur terscbut diatur menurut kaidah-kaidah taea bahasa.
Dcngan ncmikian tcrjadilah arti. Sislcm yang mendasari pemilihan
dan kombinasi-kombinasi itu.discbut kode linguislik, yang tcrdiri atas
lcksikon dan tata bahasa. I ni dapat dideskripsikan lcwat scbuah ,.nalisa
mengenai bahan linguistik, yaitu kalimat-kalimat dan leks-leks.
Scbuah teks lilcrcr disusun pula menurul kaidah-kaidah sistem
linguistik, tetapi sclain itu berurusan juga dcngan kaidah-kaidah
organisasi tekslual, kaidah-kaidah jcnis, serta kaidah-kaidah (sistem
norma) periodc sastra tertenlu. Dengan mcngetahui sistem-sislcm itu
kita dapal membaca scbuah leks dengan tepat. Maka dari illl penting
sekalilah menjabarkan bcrbagai sislem itu untuk mcmahami sebuah
karya sastra dcngan lcpal. Oleh semenlara ahli sistcm-sistem ilujuga
:21 :3
disebut kode. Pcngertian kodc ini lebih lua!; daripada pcngertian kode
semiotik semata-mata (Iihat bab Ill).
Karcna pandangan ISP lebih '\uas daripada balas-balas sastra
nasional. maka sumbangannya bagi pcnclitian tcntang periode-periode
serta sistcm periodc sangat penting bagi pemahaman proses sa~;tra scrta
perkcmbangan sastra.
Catatan Kepustakaan
2 t·l
;".;."
, ./
XII
CATATAN 'PENUTUP MENGENAI ILMU
Kate Chopil
,\
······~I
;~~
2lG
teori parsial, leori bagian saja, artinya h'any/';:,crkaitan dcngan
scbagian dari sastra, entah itu suatujcnis, suatu pola gaya, atau aspek
linguistik. .
Kalau bidang penclitian telah dibatasi, maka ada tiga tuntut'lm yang
dapat diajukan kepada teori-teori sastra, yaitu ada dasarnya, ada
sistematiknya dan adanya kctcrbukaan. Yang pcrta;na-tama dibitara
kan ialah keberdasaran, adanya dasar.
Bila suatu eabang ilmu mcngeluarkan pernyataan-pcrnyataan
mengcnai suatu bidang kcnyataan, maka dapat diajukan tuntutan agar
pernyataan tcrscbut dapat dikontrol, ada kai:an dcngan fakta.
Merigenai ilmu sastra ini bcrarti bahwa pernyataan sungguh berkaitan
dengan teks-teks sastra, atau sckurang-kurangnya bahwa leks-teks itu
tcrmasuk bidang penclitian tcori yang bersangkutan. Cara yang paling
ml.ldah untuk mcnghubungkan pcriiyataan dengan fakta ialah
mengajukan contoh-contoh. Tctapi di sini timbul dua pcrsoalan. Yang
pertama menyangkut masalah pengamatan. Untuk s-:::mua ilmu cmpirik
berlaku kcnyataan bahwa konscp-konscp yang kita pcrgunakan dalam
pengamatan, juga mengarahkan pcngamatan itu sendiri. Dengim lain
pcrkataan, pengamatan itu tak pernah bersifat po)os, netral. Seorang
peneliti tak dapat menyembunyikan diri di bclakang pcrnyataan "fakta
berbicara sendiri". Masalah ini kurang 1cbih berlab untuk semua i1mu
cmpirik, termasuk ilmu alamo Tetapi masalah ini ada segi positifnya
juga. Konscp-konsep yang sudah diterima juga mcmhantu si
pengamat: Maka dari itu seorang pcmbcla ilmu sastra akan
mengatakan, bahwa pcngertian mengenai susunan teks mempcrbaiki
kualitas pembacaan (bab I). Barang siapa tak pernah berpengalaman
dengan konsep metarora, sering kali tidak akan mengamati bahwa
sebuah tcks ada dua arti. Barang siapa tak pernah mempersoalkan
pandangan siapa diungkapkan dalam schuah teks cerita, tidak clapat
menikmati pcnggantian visi dalam banyak nove:.
M.asalah kedua, yakni mengenai kebcrdasaran sebuah tcori, juga
disebut masalah iizduksi. M~ngapa kita clapat mdangkah maju dari
sejumlah pengamatan tcrbatas mcnuju scbuah dalil umum? Di sini
para ahli tidak sepcndapat. Menurut pcndapat tradisional maka
scjumlah bcsar pengamatan harus mcndukung ~tau mweriflkasikan
scbuah teori atau hipotcsa. Namun, sekalipun jUIT:.lah pcngamatan itu
bcsar sekali, sclalu ada kcmungkin~,!1 bahwa pad a suatu saat tertentu
ditemukan sebuah contoh yang mcriggugurkan teori yang bersangkut
an. Maka dari itu kdihatan Icbih mudah hc~titik pangkaJ pada
Jalsiflkasi, bukannya pada IJcrijikasi. Ini bcrarti hahwa sebuah tcod
dianggap tidak mcmadai bila ditcmubn scbuah contoh kontra. Tctapi
217
<-I,
mecahan ini kclihatan lebih bagus daripada se!lcnamya. tvkmang
lcmal bany-ak pekctjaan, karena jumlah hahan fakta yang har-us
wmpulkan, tidak begitu hanyak. Tetapi contoh kOlllra sering
JIlCttl karcna pcngamatan salah, atau kareua (~1kta disldahtar.~irkan.
lain itu kurang bijaksanalah mcmbuang scbuah tcori, sebdum
tcmukan tcori lain yang kbih baik scbagai pcngganti. Maka dari ilu
Jih masuk akal mcnyclamatkan dahulu lcori yang difltlsifikasikan
:ngan mcmpcrbaikinya.
IImu sastl'a scdang bcrada pada slIatu lara!" yang bclum
emungkinkan unluk mcmhrrlakukan tUllllltanlentang kcberdasaran
:ngan ketal. Cara kila nwnccrap tck~H(:ks masih kurang jelas.
csamar-samaran ini juga bcrla,ku bagi krbanyakan ilmu budaya
anusia. Sikap yang palillg menguntul1.1;kan ialah den',~an sebaik
/If/gkin mcndasarkall pcrrlyataan pada I:tkta.
Tunlutan kedua yang <lapat di;tl11kan kepada sebuah tcori ialah
rlematiknya. Untllk menilai scgi ini kita dapal rncnimbn dar! ilmu
'gika yang nwmbcrikan kaidah-kaidah mcng(:nai pcnalaran yang
:pat. Sekcdar cOlltoh: di clalam jangkauan salt! lcori tidak lJolch
iajukan pernyataan-pernyataan yang saling bcrtcnlan~al1. Scbuah·
:ori inlcrpretasi misalnya yang membatllsi inlerprctasi scmata-mata
ada data teks saja, akan tcrj<Tu1l1us dalam kOl1lradiksi bila
lasan-alasan dikutip dari suasana zaman, ideologi, riwayal hidup
corang pcngarang, dan scbagainya. KOlllradiksi anlara lcori dan
,cl1crapan da/-lat mcrupakan alasan unluk 1l1cmbu<lng penerapal1:
./amun mungkil1 juga kontradiksi illl nampaknya mcmang lak
erhindarkan. Ini lalu dapat merupakan alasan untuk mcmpcrbaiki
cori atau membuangnya sama sckali. Ini antara lain dilakukan
crlfadap lcori yang mcnaf..~irkan scbuah karya scmala-mata
)crdasarkan imancnsi karya ilu sendiri (bab 1V).
Tuntulan kCliga ialah supaya laporan pcnclitian ilmiah bersifal
erbuka. Silin ini dapal dimajukan dengan mcrumuskan laporan ilU
iceara eksplisit. Alasan-alasan hcndakllya diajukan s(:cara tcrbuka
ichingga petnbaca sendiri daplll mcngonlrol s~jauh mana alasan ilu
ncralaskan. Istilah-isiilah dalam laporan hendaknya mcmpunyai ani
lunggal. KClunggalan arti ilU dapal dicapai dcngan mcndclinisikan
istilah-istilah. ltulah scbabllya mcngapa iSlilah-istilah scpcrti
"struktur", "kodc", "jcnis narati[" didcl1nisikan sccara lcrpcrinci.
Dapat dilunjukkan pula scorang pendahltlu yang pcmah mcmakai
istilah yang bcrs<lngkutan dalam arti yang sama. Ini Illisatnya
dilakukan kctika dihahas analisa mctaf(m.! dClIgan istilah-istilah yang
dikutip dari uraian Gcnellc. Tcn!u saja lalll lirnlllli barwya hahwa
:lIB
i~lilah-islilah yang sITing dipcrgunakan, lall. I1lcnjadi aus, tidak
dip;,bi lagi mrJlUrllt ani yang asli,mrnjadi Sf'lnaC':l111 klisr yang hallya
1!l('llyamarkan pcrsualall. llUlah scbabm-3 mellgapa istila~ "pcrspck
Iii" ,dilOlak dan scbagai IWllgganli dipilih iSliJah "I(lkalisasj". ,",sal
dilcrapkan $ccara cerma! iSlilah-islilah teorclis dapa! n-:cn~'c1ama'tkan
laporan pcnelitian 'darisalah tafsir dan dari salah p(,ll~crtian, Hanya
)oil;!t kctcrbukaan, pcrumusan yang jclas. dan yang mrmpunyai ar~i
Illllgga Idi dalam la pontn prndil ian dapal mcmbuka jalan bagi disk lIsi.
Dan hanya feW"t jalan di~kusi sebnah cabang ilmu c'apat ll1aju.
Tiga s\'arat ini, kr\)cralasan, sisil'ma!ik, dan kctcri:ukaan, clapa\
rii\crapkan pada IrOri-I('ori dari ilmu sastra. Bila s\'araHyaral tcrscbut
s('cara rclatifdiprlluhi, maka t('ori \'<lng bcrsangk~lan d~pal dianggap
bl'riJasil. Tetapi eli sarnping srmuanYil ilu lenlu saja dapal
dipcrsoalkan. apa gunanya scmua lrori iw. Adi, tcori-Icori yang
.Ilwnwlluhi syaral-syaral lcr~cbllt eli alliS, namun lielak banyak
I11rnambah pengertian kitl! tcntang rakta, \Cnlang Irks-teks 5aSlra.
Kcbcratan ini srring diajllkan tcrhadap skcma-skrma yang ditampil
kan dal am analisa ccrita S('C3ra struk 1uralis{ik, Bila skrma-skcma il u
cocok, maka sudah llli'njadi drmikian abstrak srhinggil tidak re!c\'all
bgi. Dan kalau dikongkrclkan, lidak bcrlaku umum lagi. Tetapi
kcber(llan Icrsrbul hrndakllya juga dipcrgunakan dcnban saksamil.
l\1cngcnai conloh tcrsebut di alas dap,l\ dilcrangkan bahwa scbuah
skrJ11a abslrak yang mcmbuka~'jalan bagi pcncrapan yang lcbih
kOllgkrct" rclevan juga scbagai titik yang mengumpulkan berbagai
kcmungkinan yang lalu Clapa\ saling diba'nding-bandingkan. J ni al1lar<1
lain tdah kila lihal mengrnai modul aktansial dalam ~nalisa sejarah.
Maka dari ilU rrlnallsi dapat ditambahkan scbagai syarat praktis pada
tiga syaralr'pokok di ata~.
Eila sekarang dcngan J11cnyadari syaral-syarat tadi kita s(·kali lagi
mcninjau masalah-masalah Icntang inlerpre!asi dan c\'aluasi misalnya,
maka mcrnang harlls disimpulkan, bah\\'a bobo! ilmiah di dalam
kcgia lan-kegia tan iw hanya berkailan dcngan argumcn tasi dan
pclaporan. Penafsiran s('ndiri dan pcnilaian tcrbcntur pada masalah
pcngamalan. :\'amun dapa! diusahakan, agar 'pelaporan srbaik
mungkin mcmcnuhi syar:lI-syarat pcnclitiim ilmiah.
Norma-norma yang telah dibicarakan sampai sckarang ini bcrsifal
SCJ11cntara dan tidak IClap, namun dapa! dipergunakan unluk
mcngolllrol pcnelitian ki!a sendiri dad saal kc sail. Tcrserah krpada
'pt'ndapat pembaca budiman. scjauh mana norma-norma terscbut mati
ditcrapkan guna mcnilai \lsul~usul yang diajukan dalam buku ini.
219
-1",
Catatan Kepustakaan
$'rlli~'~ii'f' .
t" . J;i'l
TE6ARAYAMA
...0(.. . .. ~ 0'
·k.'I;.tilt v. ' ·
."
220
::
INDEKS
f/djlllnlll. 154 inlrkkl Jalitas. li I. 2(1~1
akplnsi, I j3 ill\·trsi. Ifl2
alur, H9 iramn (<1;1;;\111 drama). liO
antisipasi. 117 irann (dal;llll n;lrasi), I·HI
est~liIlIoJlaAi)J
OpOSISr~w
- ~' . .T mOl1oJog. I 10
Stu: Criticism. 52
pem baNi...., 713 , :: SOl/wit Criliquc. 56
resrpsi, i7
, ~
OppOSlllll. J 5-1 .
falsifikasi,.-217
fiksionalitas, 19 p~l1('angl:.okall. 14
fokalisa tor. 131 daJam narasi, 123
jorrgralilldiTig. 8 p(,llden~ar dalalll dramil: 167
formalism 1', 32 prnga.in:;an. 3-1. 10-1
fungsi. penya;ian dala!11 dral1la, IGi
auto-, 205 pnist iWll.
syn-. 205 <lrll;lJ1. 1:)1
fun;,(5i(1Il;11. I;-) I
gaya. 115 personillkasi. IH~f
positi\'isll~r. :lUI
haiku. 195 posts I r 1I k11."'a I i~ll](,. .);1
221
:~~
--I \
csepsi, ~2, 79-82 slruktur;!li~nH', 36, 208
ima, 195 subyck lirik, 177
uang, sulapan, 6-7, 33, 204
dalam cerita, 142
dalam drama, 172 tata muka, 197
dalarn puisi, 182 tokoh, 137
dalam drama, 171
sclingan dalam drama, 170
semio!ik, 41 wa-ktu,
sillrkt/okc, 189 dalam ccrita. 146
SilH:stcsi, 189 dalam drama. 169
soria/eel, 30 dalam puisi, 182
:.(;
222
.~~"
'It , ,
PARA PENGARANG
..f;