Modul 5
Modul 5
[e] Sistem
Pengendalian
Manajemen
Pusat Laba dan Pusat Investasi
Abstract Kompetensi
Perusahaan membuat pertimbangan Mahasiswa mampu menjelaskan Pusat
ketika akan membuat pusat laba dalam Laba dan Pusat Investasi. Mahasiswa
unit-unit bisnis, istilah unit bisnis dan juga mampu menjelaskan dan
pusat laba adalah tidak sama. menunjukkan Parameter Laba.
Kemudian, bagaimana fungsi-fungsi
produksi dan pemasaran dapat
dijadikan sebagai pusat laba.
Pembahasan dilanjutkan mengenai
cara-cara mengukur profitabilitas suatu
pusat laba. Pada bagian akhir Investasi
secara garis besar.
Pertimbangan Umum
Unit Bisnis sebagai Pusat Laba
Pusat Laba Lainnya
Mengukur Profitabilitas
Pusat Investasi
Pendahuluan
Ketika kinerja finansial suatu pusat tanggung jawab diukur dalam ruang lingkup laba (yaitu,
selisih antara pendapatan dan beban), maka pusat ini disebut sebagai pusat laba (profit
center). Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba memungkinkan
manajemen senior untuk dapat menggunakan satu indikator yang komprehensif,
dibandingkan jika harus menggunakan beberapa indikator (beberapa di antaranya menunjuk
ke arah yang berbeda).
Pertimbangan Umum
Suatu organisasi fungsional adalah organisasi di mana fungsi produksi atau pemasaran
utama dilakukan oleh unit organisasi yang terpisah. Ketika suatu organisasi diubah menjadi
organisasi di mana setiap unit utama bertanggung jawab baik atas produksi maupun
pemasaran, maka proses ini disebut dengan istilah divisionalisasi. Sebagai aturan,
perusahaan membuat unit-unit bisnis karena mereka telah memutuskan untuk melimpahkan
wewenang yang lebih luas kepada manajer-manajer operasi. Meskipun tingkat pelimpahan
wewenang tersebut berbeda dari perusahaan yang satu ke perusahaan yang lain, tetapi
wewenang yang lengkap untuk menghasilkan laba tidak pernah dilimpahkan ke satu
segmen tunggal dalam suatu bisnis.
Langkah utama dalam membuat pusat laba adalah menentukan titik terendah dalam
organisasi di mana kedua kondisi di atas terpenuhi.
Seluruh pusat tanggung jawab diibaratkan sebagai suatu kesatuan rangkaian yang mulai
dari pusat tanggung jawab yang sangat jelas merupakan pusat laba sampai pusat tanggung
jawab yang bukan merupakan pusat laba. Manajemen harus memutuskan apakah
keuntungan dari delegasi tanggung jawab laba akan dapat menutupi kerugiannya,
sebagaimana dibahas berikut ini. Seperti halnya pilihanpilihan desain sistem pengendalian
manajemen, dalarn hal ini tidak ada batasanbatasan yang jelas.
Dalam suatu survei yang dilakukan atas perusahaan Fortune 1.000 di AS, dari 638
responden, 93 persen merupakan perusahaan yang memiliki dua atau lebih pusat laba
(Tampilan 5.1). Survei sejenis yang berasal dari luar negeri juga menunjukkan
ketergantungan yang besar pada konsep pusat laba.
Sistem-sistem pengendalian finansial juga mendapat banyak kritik selama lebih dari 20
tahun. Meskipun demikian, perusahaan-perusahaan tidak mengabaikan sistemsistem
tersebut melainkan tetap menggunakannya sebagai alat untuk mengimplementasikan
strategi. Pada saat yang sama, perusahaan-perusahaan tersebut menyadari kelemahan-
Menjadikan unit organisasi sebagai pusat laba dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
Kualitas keputusan dapat meningkat karena keputusan tersebut dibuat oleh para
manajer yang paling dekat dengan titik keputusan.
Kecepatan dari pengambilan keputusan operasional dapat meningkat karena tidak perlu
mendapat persetujuan terlebih dahulu dari kantor pusat.
Manajemen kantor pusat bebas dari pengambilan keputusan harian sehingga dapat
berkonsentrasi pada hal-hal yang lebih luas.
Manajer karena tunduk pada hanya sedikit batasan dari korporat, lebih bebas untuk
menggunakan imajinasi dan inisiatifnya.
Karena pusat-pusat laba serupa dengan perusahaan yang independen, maka pusat laba
memberikan tempat pelatihan yang sempurna bagi manajemen umum. Para manajer
mendapatkan pengalaman dalam mengelola seluruh area fungsional, dan manajemen
yang lebih tinggi mendapatkan kesempatan untuk mengevaluasi potensi pekerjaan yang
tingkatnya lebih tinggi.
Kesadaran laba (profit consciousness) dapat ditingkatkan karena para manajer yang
bertanggung jawab atas laba akan selalu mencari cara untuk meningkatkan labanya.
(Seorang manajer yang bertanggung jawab untuk kegiatan pemasaran, misalnya,
cenderung untuk menyetujui pengeluaran promosi yang dapat meningkatkan penjualan,
sama halnya seperti manajer yang bertanggung jawab atas laba yang akan termotivasi
untuk membuat promosi yang akan meningkatkan laba).
Pusat laba memberikan informasi yang siap pakai bagi manajemen puncak (top
management) mengenai profitabilitas dari komponen-komponen individual perusahaan.
Karena keluaran (output) yang dihasilkan telah siap pakai, maka pusat laba sangat
responsif terhadap tekanan untuk meningkatkan kinerja kompetitifnya.
Selain manfaat yang diperoleh tadi, pusat-pusat laba dapat menimbulkan beberapa
kesulitan:
Hampir semua unit bisnis diciptakan sebagai pusat laba karena manajer yang bertanggung
jawab atas unit tersebut memiliki kendali atas pengembangan produk, proses produksi, dan
pemasaran. Para manajer tersebut berperan untuk mempengaruhi pendapatan dan beban
sedemikian rupa sehingga dapat dianggap bertanggung jawab atas "laba bersih". Meskipun
demikian, seperti yang akan ditunjukkan pada bagian berikutnya, wewenang seorang
manajer dapat dibatasi dengan berbagai cara, yang sebaiknya dicerminkan dalam desain
dan operasi pusat laba.
Untuk memahami sepenuhnya manfaat dari konsep pusat laba, manajer unit bisnis akan
memiliki otonomi seperti presiden dari suatu perusahaan independen. Meskipun demikian,
dalam praktik sehari-hari, otonomi semacam ini tidak pemah ada. Jika suatu perusahaan
dibagi menjadi unit-unit yang sepenuhnya independen, maka perusahaan tersebut akan
kehilangan manfaat dari sinergi dan ukuran yang ada. Lebih jauh lagi, jika semua wewenang
yang diberikan oleh dewan direksi kepada CEO didelegasikan ke manajer unit bisnis, maka
berarti bahwa manajemen senior melepaskan tanggung jawabnya sendiri. Akibatnya,
struktur unit bisnis mencerminkan trade-off antara otonomi unit bisnis dan batasan
perusahaan. Efektivitasnya suatu organisasi unit bisnis sangat bergantung pada hal
tersebut.
Salah satu masalah utama terjadi ketika suatu unit bisnis harus berurusan dengan unit
bisnis lain. Sangatlah berguna untuk memikirkan pengelolaan suatu pusat laba dalam hal
pengendalian atas tiga jenis keputusan: (1) keputusan produk (barang atau jasa apa saja
yang harus dibuat dan dijual); (2) keputusan pemasaran (bagaimana, dimana, dan berapa
jumlah barang atau jasa yang akan dijual?); dan (3) keputusan perolehan (procurement)
atau sourcing (bagaimana mendapatkan atau memproduksi barang atau jasa). Jika seorang
manajer unit bisnis mengendalikan ketiga aktivitas tersebut, biasanya tidak akan ada
kesulitan dalam melaksanakan tanggung jawab laba dan mengukur kinerja. Pada umumnya,
semakin besar tingkat integrasi dalam suatu perusahaan, semakin sulit melaksanakan
tanggung jawab pusat laba tunggal untuk ketiga aktivitas tersebut dalam lini produk yang
ada; yaitu, akan lebih sulit jika keputusan produksi, sourcing, dan pemasaran untuk lini
Kantor pusat korporat juga harus mengeluarkan biaya untuk penyeragaman dan untuk
kebijakan personalia lainnya, sama seperti penyeragaman etika, pemilihan pemasok,
komputer dan peralatan komunikasi, dan bahkan desain kop surat dari unit bisnis.
Pada umumnya, batasan korporat tidak menimbulkan permasalahan yang fatal dalam suatu
struktur yang terdesentralisasi, selama hal itu dikemukakan secara eksplisit. Manajemen unit
bisnis harus memahami kebutuhan penyelarasan masalah dan harus menghadapinya
‘20 [e] Sistem Pengendalian Manajemen Biro Akademik dan Pembelajaran
Dr. Syafrizal Ikram, S.E., M.Si., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Robertus Ary Novianto, S.E., M.M., Ak.
8 Syakieb Arsalan, S.E., M.M.
H. R. Ferry Mulyawan, S.E., M.Si., Ak.,CA.
Rudy Lizwaril, Drs.,S.E.,M.M.,Ak., C.A., C.P.M.A.
Dr. Silviana, S.E., M.Si., Ak., CA
dengan lapang dada. Masalah-masalah utama cenderung timbul dalam aktivitas jasa yang
dilakukan oleh korporat. Sering kali unit bisnis mempercayai (terkadang benar) bahwa jasa
yang sama dapat diperoleh dari luar perusahaan dengan biaya yang lebih rendah.
Contoh-contoh pusat laba lainnya selain unit-unit bisnis, digambarkan di bawah ini.
Unit-unit Fungsional
Perusahaan multibisnis biasanya terbagi ke dalam unit-unit bisnis, di mana setiap unit
diperlakukan sebagai unit penghasil laba yang independen. Tetapi, sub unit yang ada dalam
unit bisnis tersebut dapat saja terorganisasi secara fungsional. Terkadang lebih mudah
untuk membuat satu atau lebih unit fungsional - misalnya aktivitas operasi pemasaran,
produksi, dan jasa - sebagai pusat laba. Tidak ada prinsipprinsip tertentu yang menyatakan
bahwa jenis unit tertentu yang merupakan pusat laba sementara yang lainnya bukan.
Keputusan pihak manajemen untuk pusat labanya haruslah berdasarkan besamya pengaruh
(bahkan jika bukan pengendalian total) yang dilaksanakan oleh manajer unit terhadap
aktivitas yang mempengaruhi laba bersih.
Pemasaran
Aktivitas pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba dengan membebankan biaya dari
produk yang terjual. Harga transfer ini memberikan informasi yang relevan bagi manajer
pemasaran dalam membuat trade-off pendapatan/pengeluaran yang optimal, dan praktik
standar untuk mengukur manajer pusat laba berdasarkan profitabilitasnya akan memberikan
evaluasi terhadap trade-off yang dibuat. Harga transfer yang dibebankan ke pusat laba
harus berdasarkan biaya standar, dan bukan biaya aktual dari produk yang terjual. Dengan
menggunakan dasar biaya standar memisahkan kinerja biaya pemasaran dari kinerja biaya
manufaktur, di mana hal ini mempengaruhi perubahan tingkat efisiensi yang berada di luar
kendali manajer pemasaran.
Kapankah seharusnya kegiatan pemasaran dapat diberikan tanggung jawab laba? Kapan
manajer pemasaran berada pada posisi yang tepat untuk membuat trade-off
pendapatan/pengeluaran yang mendasar. Hal ini sering terjadi pada saat ada kondisi yang
berbeda di wilayah geografis yang berbeda pula - misalnya, aktivitas pemasaran luar negeri.
Dalam aktivitas semacam ini, sangat sulit untuk mengendalikan secara terpusat keputusan-
Produksi
Oleh karena itu, di mana ·kinerja proses produksi diukur terhadap biaya standar, dianjurkan
untuk rnernbuat evaluasi yang terpisah atas aktivitas-aktivitas seperti pengendalian mutu,
penjadwalan produk, dan keputusan buat atau beli (make-or-buy decision).
Beberapa pengarang tetap berpendapat bahwa unit produksi sebaiknya tidak dijadikan
pusat laba kecuali jika unit tersebut menjual sejumlah besar hasil produksinya ke konsumen
luar; mereka menganggap bahwa unit yang prioritasnya adalah menjual ke unit bisnis lain
sebagai pusat laba atas dasar bahwa pendapatan yang dihasilkan dari penjualan ke unit lain
dalam perusahaan merupakan fakta yang palsu. Walaupun begitu, beberapa perusahaan
membuat pusat laba untuk unit semacam ini. Perusahaan tersebut percaya bahwa, jika
dirancang dengan baik, sistem tetsebut dapat menciptakan insentif yang sama dengan yang
didapat dari penjualan ke konsumen luar.
Ketika unit jasa dikelola sebagai pusat laba, para manajernya termotivasi untuk
mengendalikan biaya supaya para konsumen tidak lari, sementara para manajer unit
penerima termotivasi untuk membuat keputusan mengenai apakah jasa yang diterima
sesuai dengan harganya.
Organisasi Lainnya
Suatu perusahaan dengan operasi cabang yang bertanggung jawab atas pemasaran produk
perusahaan di wilayah geografis tertentu sering kali menjadi pusat laba secara alamiah.
Meskipun para manajer cabang tidak memiliki tanggung jawab manufaktur atau pembelian,
profitabilitasnya sering kali merupakan satu-satunya ukuran kinerja yang paling baik. Lebih
lanjut lagi, pengukuran laba rnempakan suatu alat motivasi yang sernpurna. Karena itu,
toko-toko dalarn rantai ritel, restoran-restoran pada rantai makanan cepat saji (fast-food
chain), dan hotel-hotel pada rantai hotel merupakan pusat-pusat laba.
Mengukur Profitabilitas
Terdapat dua jenis pengukuran profitabilitas yang digunakan dalam mengevaluasi suatu
pusat laba, sama halnya seperti dalam mengevaluasi perusahaan secara keseluruhan.
Pertama adalah pengukuran kinerja manajemen, yang memilih fokus pada bagaimana hasil
kerja para manajer. Pengukuran ini digunakan untuk perencanaan (planning), dan
pengendalian (controling) kegiatan sehari-hari dari pusat laba dan sebagai alat untuk
memberikan motivasi yang tepat bagi para manajer. Yang kedua adalah ukuran kinerja
ekonomis yang memiliki fokus pada bagaimana kinerja pusat laba sebagai suatu entitas
ekonomi. Maksud dari kedua ukuran di atas berbeda satu Sama lain. Sebagai contoh,
laporan kinerja manajemen suatu toko cabang dapat memperlihatkan bahwa manajer toko
tersebut memiliki kinerja yang sangat baik; tetapi laporan kinerja ekonomisnya dapat
memperlihatkan bahwa toko tersebut kehilangan posisinya di pasar dan harus ditutup
‘20 [e] Sistem Pengendalian Manajemen Biro Akademik dan Pembelajaran
Dr. Syafrizal Ikram, S.E., M.Si., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Robertus Ary Novianto, S.E., M.M., Ak.
12 Syakieb Arsalan, S.E., M.M.
H. R. Ferry Mulyawan, S.E., M.Si., Ak.,CA.
Rudy Lizwaril, Drs.,S.E.,M.M.,Ak., C.A., C.P.M.A.
Dr. Silviana, S.E., M.Si., Ak., CA
karena adanya kondisi persaingan dan ekonomi yang tidak menguntungkan di wilayah
tersebut.
Informasi yang diperlukan untuk kedua tujuan tersebut biasanya tidak dapat diperoleh dari
satu kelompok data saja. Karena laporan manajemen digunakan dengan frekuensi yang
tinggi, sementara laporan ekonomi hanya dibuat pada saat-saat tertentu saja ketika
keputusan-keputusan ekonomis harus dibuat, maka pertimbangan-pertimbangan yang
digunakan dalam rangka pengukuran kinerja manajemen harus merupakan prioritas utama
yang ada di dalam desain sistem - yaitu, sistem harus dirancang agar dapat mengukur
kinerja manajemen secara rutin, dengan informasi ekonomi yang cukup pada laporan-
laporan kinerja tersebut, dan juga dari sumbersumber lain.
Kinerja ekonomis suatu pusat laba selalu diukur dari laba bersih (yaitu, pendapatan yang
tersisa setelah seluruh biaya, termasuk porsi yang pantas untuk overhead korporat,
‘20 [e] Sistem Pengendalian Manajemen Biro Akademik dan Pembelajaran
Dr. Syafrizal Ikram, S.E., M.Si., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Robertus Ary Novianto, S.E., M.M., Ak.
13 Syakieb Arsalan, S.E., M.M.
H. R. Ferry Mulyawan, S.E., M.Si., Ak.,CA.
Rudy Lizwaril, Drs.,S.E.,M.M.,Ak., C.A., C.P.M.A.
Dr. Silviana, S.E., M.Si., Ak., CA
dialokasikan ke pusat laba). Meskipun demikian, kinerja manajer pusat laba dapat dievaluasi
berdasarkan lima ukuran profitabilitas: (1) margin kontribusi, (2) laba langsung, (3) laba yang
dapat dikendalikan, (4) laba sebelum pajak, atau (5) laba bersih. Sifat dari ukuran-ukuran ini
ditunjukkan dalam contoh laporan laba rugi pada Tampilan 5.3. Dan popularitas penggunaan
rnereka satu sama lain ditunjukkan pada Tampilan 5.4. Masing-masing dibahas pada bagian
berikut.
Laba langsung (direct profit) mencerminkan kontribusi pusat laba terhadap overhead umum
dan laba perusahaan. Ukuran ini menggabungkan seluruh pengeluaran pusat laba, baik
yang dikeluarkan oleh atau dapat ditelusuri langsung ke pusat laba tersebut tanpa
mempedulikan apakah pos-pos ini ada dalam kendali manajer pusat laba atau tidak.
Meskipun demikian, pengeluaran yang terjadi di kantor pusat tidak termasuk dalam
perhitungan ini.
Kelemahan dari pengukuran laba langsung adalah bahwa ia tidak memasukkan unsur
manfaat motivasi dari biaya-biaya kantor pusat.
Dalam ukuran ini, seluruh overhead korporat dialokasikan ke pusat laba berdasarkan jumlah
relatif dari beban yang dikeluarkan oleh pusat laba. Ada dua argumen yang menentang
alokasi ini. Pertama, karena biaya-biaya yang dikeluarkan oleh staf di departemen korporat
seperti bagian keuangan, akuntansi, dan bagian sumber daya manusia tidak dapat
dikendalikan oleh manajer pusat laba, maka manajer tersebut sebaiknya tidak dianggap
bertanggung jawab untuk biaya tersebut. Kedua, sulit untuk mengalokasikan jasa staf
korporat dengan cara yang secara wajar mencerminkan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh
setiap pusat laba.
Meskipun demikian, ada tiga argumen yang mendukung dimasukkannya overhead korporat
ke dalam laporan kinerja dari pusat laba. Pertama, unit jasa korporat memiliki
kecenderungan untuk meningkatkan dasar kekuatan dan untuk memperluas keunggulannya
tanpa memperhatikan dampaknya terhadap perusahaan secara keseluruhan.
Mengalokasikan biaya-biaya overhead perusahaan kepada pusat laba akan meningkatkan
kecenderungan bahwa para manajer pusat laba akan mempertanyakan biaya-biaya ini,
untuk memeriksa pengeluaran kantor pusat (Beberapa perusahaan dikenal karena menjual
‘20 [e] Sistem Pengendalian Manajemen Biro Akademik dan Pembelajaran
Dr. Syafrizal Ikram, S.E., M.Si., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Robertus Ary Novianto, S.E., M.M., Ak.
15 Syakieb Arsalan, S.E., M.M.
H. R. Ferry Mulyawan, S.E., M.Si., Ak.,CA.
Rudy Lizwaril, Drs.,S.E.,M.M.,Ak., C.A., C.P.M.A.
Dr. Silviana, S.E., M.Si., Ak., CA
pesawat-pesawat jet perusahaan sebagai akibat dari keluhan para manajer mengenai biaya-
biaya yang terjadi). Kedua, kinerja setiap pusat laba akan lebih realistis dan lebih dapat
diperbandingkan dengan kinerja para pesaing yang memberikan jasa yang sama. Ketiga,
ketika para manajer mengetahui bahwa pusat laba mereka tidak akan menunjukkan laba
kecuali semua biaya - termasuk bagian overhead perusahaan yang dialokasikan - tertutupi,
maka mereka akan termotivasi untuk membuat keputusan pemasaran jangka panjang yang
optimal, penetapan harga, bauran produk, dan lain-lain, yang akan memberikan manfaat
(bahkan dalam memastikan potensi) bagi perusahaan secara keseluruhan.
Jika pusat laba dibebankan dengan sebagian overhead korporat, maka hal ini harus dihitung
berdasarkan biaya yang telah dianggarkan, dan bukan biaya aktual, di mana kolom
"anggaran" dan "aktual" dalam laporan kinerja pusat laba menunjukkan jumlah yang hampir
sama untuk pos khusus ini. Hal ini akan memberi kepastian bahwa para manajer pusat laba
tidak akan mengeluh - baik karena kebijakan ini maupun karena kurangnya pengendalian
mereka atas biaya-biaya tersebut - karena laporan kinerja mereka tidak akan menunjukkan
varians dalam alokasi overhead. Sebaliknya, varians semacam ini akan muncul dalam
laporan pusat tanggung jawab yang benar-benar mengeluarkan semua biaya tersebut.
Di sini, perusahaan mengukur kinerja pusat laba domestik berdasarkan laba bersih (net
income), yaitu jumlah laba bersih setelah pajak. Ada dua argumen utama yang menentang
penggunaan metode ini: (1) laba setelah pajak sering kali merupakan persentase yang
konstan atas laba sebelum pajak, dalam kasus mana tidak terdapat manfaat dengan
memasukkan unsur pajak penghasilan; dan (2) karena banyak keputusan yang
mempengaruhi pajak penghasilan dibuat di kantor pusat, maka tidaklah tepat jika para
manajer pusat laba harus menanggung konsekuensi dari keputusan-keputusan tersebut.
Meskipun demikian, ada situasi di mana tarif pajak bervariasi antar pusat laba. Sebagai
contoh, anak perusahaan di luar negeri atau unit-unit bisnis yang beroperasi di luar negeri
akan memiliki tarif pajak penghasilan yang berbeda. Pada kasus lain, pusat laba dapat
mempengamhi besarnya pajak penghasilan melalui kebijakan kredit cicilan, keputusan
mereka dalam membeli atau menjual peralatan, dan penggunaan standar akuntansi di luar
Generally Accepted Accounting Procedures (GAAP) untuk membedakan antara laba kotor
dengan laba kena pajak. Dalam situasi-situasi tersebut, sangat mudah untuk
mengalokasikan beban pajak penghasilan ke pusat-pusat laba, tidak hanya untuk mengukur
laba ekonomis tetapi juga untuk memotivasi para manajer untuk meminimalkan beban pajak.
‘20 [e] Sistem Pengendalian Manajemen Biro Akademik dan Pembelajaran
Dr. Syafrizal Ikram, S.E., M.Si., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Robertus Ary Novianto, S.E., M.M., Ak.
16 Syakieb Arsalan, S.E., M.M.
H. R. Ferry Mulyawan, S.E., M.Si., Ak.,CA.
Rudy Lizwaril, Drs.,S.E.,M.M.,Ak., C.A., C.P.M.A.
Dr. Silviana, S.E., M.Si., Ak., CA
Pendapatan
Memilih metode pengakuan pendapatan yang tepat sangatlah penting. Apakah pendapatan
dicatat ketika pesanan dibuat, ketika pesanan dikirim, ataukah ketika uang kas diterima?
Selain keputusan ini, ada hal-hal lain yang berkaitan dengan pendapatan umumnya yang
memerlukan pertimbangan. Dalam beberapa kasus dua atau lebih pusat laba dapat
berpartisipasi dalam suatu usaha penjualan yang sukses. Idealnya, setiap pusat laba harus
diberikan nilai yang sesuai atas bagiannya dalam transaksi tersebut. Sebagai contoh,
seorang penjual dari Unit Bisnis A mungkin merupakan penghubung utama antara
perusahaan dengan konsumen, tetapi barang yang dipesan konsumen melalui orang
tersebut mungkin saja diproduksi oleh Unit Bisnis B. Penjual dari Unit A tersebut mungkin
tidak terlalu termotivasi untuk menerima pesanan semacam ini, jika seluruh pendapatan
yang dihasilkan merupakan nilai bagi Unit B. Hal yang sama juga terjadi bila seorang
nasabah bank Cabang C melakukan transaksi pada Cabang D karena lebih dekat
tempatnya. Cabang D mungkin tidak antusias untuk melayani nasabah tersebut jika seluruh
pendapatan yang dihasilkan dari transaksi ini merupakan nilai bagi Cabang C.
Pertimbangan Manajemen
Setiap jenis pengukuran profitabilitas yang ditunjukkan pada Tampilan 5.3 digunakan oleh
beberapa perusahaan. Dalam mengevaluasi manajer bisnis, hampir semua pemisahaan di
AS melibatkan sebagian jika bukan seluruhnya) biaya-biaya yang telah dibahas
sebelumnya, baik biaya yang berada di bawah kendalinya maupun yang bukan. Sebagai
contoh, banyak perusahaan multinasional AS mengukur kinerja para manajer anak
‘20 [e] Sistem Pengendalian Manajemen Biro Akademik dan Pembelajaran
Dr. Syafrizal Ikram, S.E., M.Si., Ak., CA http://www.widyatama.ac.id
Robertus Ary Novianto, S.E., M.M., Ak.
17 Syakieb Arsalan, S.E., M.M.
H. R. Ferry Mulyawan, S.E., M.Si., Ak.,CA.
Rudy Lizwaril, Drs.,S.E.,M.M.,Ak., C.A., C.P.M.A.
Dr. Silviana, S.E., M.Si., Ak., CA
perusahaan di luar negeri dalam mata uang dolar. Jadi, kinerjanya dipengaruhi oleh fluktuasi
nilai tukar mata uang dolar terhadap mata uang negara asali mana hal ini sungguh-sungguh
berada di luar kendali para manajer.
Hampir semua kebingungan yang timbul dalam mengukur kinetja manajer pusat laba
biasanya terjadi sebagai akibat dari kegagalan untuk memisahkan antara pengukuran
kinerja manajer dengan pengukuran ekonomis suatu pusat laba. Jika seseorang hanya
mempertimbangkan pengukuran terhadap manajer jasa, maka solusinya sering kali tampak
nyata: Para manajer harus diukur berdasarkan pos-pos yang dapat mereka kendalikan,
bahkan jika mereka tidak memiliki pengendalian penuh terhadap pos tersebut. Dalam
pernsahaan pada umumnya, pos-pos ini mungkin meliputi seluruh biaya yang dikeluarkan
oleh pusat laba. Jika para manajer dapat mempengaruhi jumlah pajak yang dibayarkan oleh
unit mereka, maka mereka harus dinilai berdasarkan penghasilan unit setelah pajak, dan
pos-pos yang jelas tidak dipengaruhi harus dieliminasi, seperti fluktuasi dalam nilai tukar
mata uang.
Pusat Investasi
Informasi dari Pusat Investasi dapat digunakan untuk memotivasi Manajer Divisi dalam :
Bentuk Pusat Investasi adalah Kantor Pusat Perusahaan atau Unit Bisnis Strategis maupun
Divisi yang diberi wewenang atau kebijakan maksimum dalam menentukan keputusan,
operasi yang tidak hanya berjangka pendek, tetapi juga tingkat (besarnya) dan tipe (jenis)
investasi.
Masalah yang timbul pada Pusat Investasi adalah berkaitan dengan pengukuran dan tolok
ukur prestasi pusat investasi.
1. Pada umumnya tujuan manajer unit usaha adalah memperoleh laba yang memuaskan
dari investasi yang ditanamkan.
2. Laba yang diperoleh, berasal dari modal yang ditanam untuk memperoleh laba tersebut.
3. Makin besar modal yang ditanam belum tentu makin besar pula labanya.
Terdapat dua metode dalam mengukur prestasi Pusat Investasi. Pertama, pusat investasi
diukur prestasinya dengan menghitung laba yang diperoleh dengan investasinya
(investment base). Perhitungan ini disebut dengan Return on Investmen atau ROI. Kedua,
pengukuran prestasi dilakukan dengan menghitung Economic Value Added (EVA) yang
sering disebut juga sebagai Residual Income. Berikut ini adalah contoh penghitungan kedua
metode tersebut
Income Statement
Revenue................................................................................................... 1.000
Expenses, except depreciation................................................................ 850
Depreciation............................................................................................. 50 900
Income before taxes................................................................................. 100
Capital charge ($500*10%) ..................................................................... 50
Economic Value Added (EVA)................................................................. 50
Return on Investment (ROI)= $100 =20%
$500.
Daftar Pustaka
Merchant, K. A., & Van der Stede, W. A. (2007). Management control systems: performance
measurement, evaluation and incentives. Pearson Education