Anda di halaman 1dari 5

KESIMPULAN

Integrasi dan interferensi merupakan fenomena masyarakat bilingual. Mengenai


bilingualisme, peristiwa kontak bahasa tidak dapat dipisahkan. Ketika seorang bilingual
mulai berinteraksi dengan bahasanya, kontak bahasa sangat erat. Adanya kontak bahasa dapat
menyebabkan interferensi, yang merupakan salah satu peristiwa kebahasaan. Interferensi juga
disebabkan oleh peserta yang berbicara dua bahasa dan tidak setia pada bahasa penerima.
Masyarakat Indonesia berbicara dua bahasa, atau bilingual.Bahasa Indonesia adalah bahasa
nasional dan bahasa daerah bagi sebagian besar orang Indonesia. Kadang-kadang, kedua
bahasa tersebut digunakan secara bersamaan dalam kehidupan sehari-hari, baik secara lisan
maupun tulis. Dalam keadaan seperti ini, kontak bahasa yang saling mempengaruhi dapat
terjadi. Pemakaian kosa kata bahasa daerah juga bisa secara bersamaan mempengaruhi
penggunaan bahasa Indonesia. Pemerolehan bahasa Indonesia oleh penutur asli yang
berbeda-beda. Beberapa orang dapat berbahasa Indonesia karena lingkungan sosial mereka
banyak menggunakan bahasa Indonesia, tetapi karna menganggap bahasa pertama lebih
unggul dan bahasa kedua hanya sebagai kebutuhan komunikasi antar etnis.

Maka, penyimpangan bahasa dapat terjadi seperti pada kasus masyarakat Minang
yang merantau di Medan. Terdapat penyimpangan interferensi secara sintaksis antara bahasa
Minangkabau dalam bahasa Indonesia. Seperti penjelasan sebelumnya mengenai kontak
bahasa, bahwa Masyarakat Minangkabau yang merantau di Medan dan daerah tersebut hanya
memungkinkan menggunakan Bahasa Indonesia dalam komunikasinya, tapi penggunaan
bahasa pertama lebih unggul digunakan, dibanding bahasa kedua. Inilah yang mempengaruhi
penggunaan bahasa Indonesia yang di tuturkan, maka akan dapat penyimpangan bahasa
Indonesia yang menggunakan struktur bahasa Minangkabau.

JENIS-JENIS INTERFERENSI BAHASA

 Interferensi Fonologis Bahasa Banjar dalam Bahasa Indonesia pada Mahasiswa


Perantau di Muaro Jambi

BAHASA INDONESIA BAHASA BANJAR


[sepeda] [sapide]
[sepatu] [sapatu]
[meja] [maje]
[buku] [buku?]
[pohon] [puhun]
[otak] [utak]
[mobil] [mubil]
[kotak] [kuta’]
[rokok] [ruku’]
[kentut] [kaⴄtut]

Dapat dilihat fenomena perubahan bunyi /ǝ/ menjadi [a]. Perubahan bunyi
tersebut berlaku dimanapun posisi bunyi /ǝ/ berada maka akan berubah menjadi [a]
seperti pada kata [sepeda] yang berubah menjadi [sapide], dan begitupun pada kata
lainnya. Maka, sama halnya perubahan bunyi /o/ menjadi /u/ seperti pada kata
[pohon].

 Interferensi Morfologis Bahasa Banjar dalam Bahasa Indonesia pada


Mahasiswa Perantau di Muaro Jambi
Bidang morfologis interferensi yang terjadi yaitu interferensi unsur afiksasi yaitu
berupa prefiks ber- dan me-, sufiks –i dan –akan.

MORFOLOGIS INDO MORFOLOGIS BANJAR


Prefiks [ber-] menjadi [ba] Basuara = [ba-] kata dasar suara
‘bersuara’
Bamain = [ba-] kata dasar main
‘bermain’
Barambut = [ba-] + [-rambut-]
‘berambut’
Sufiks [-i] Nyaringi= [-i] kata dasar nyaring ‘keras’
Sufiks [-kan] menjadi [-akan] Ulangeakan= [-akan] kata dasar ulange
‘ulang’
Prefiks [me-] menjadi [ma-] Merenda menjadi marinde = [ma-] +
renda
Manandang = [ma-] + [-nandang-]
‘tendang’
Maluncat = [ma-] + [-luncat-] ‘loncat’
Maludah = [ma-] + [-ludah-]
Prefiks [me-] dan sufiks [-kan] Mahirangkan = [ma-]+ [-hirang-]+[-kan]
‘menghitamkan’

 Interferensi Sintaksis Bahasa Banjar dalam Bahasa Indonesia pada Mahasiswa


Perantau di Muaro Jambi
Interferensi sintaksis ini terjadi ketika pembentukan kalimat dibuat dari struktur
bahasa lain (bahasa daerah/bahasa Banjar) yang unsur kalimatnya berupa kata, frase
dan klausa

“ulangeakan Doni!”
P S
Kalimat diatas sudah benar secara sintaksis memiliki subjek dan predikat. Walaupun
dalam bahasa Indonesia subjek lebih dulu dibandingkan, tapi bahasa Banjar predikat
lebih dulu dibandingkan subjek.

“terus saya makan jagung bakar habis tiga”


“Imbah tu mun aku makan biji tige uting bah habis bener”

Kebiasaan orang Banjar menggunakan frasa kata benda+ kata bilangan


Kalimat yang benar: “Terus saya makan tiga biji jagung bakar”.

“Kalau ingin mengambil surat intang imar je”


“Kalau ingin mengambil surat di imar saja”

Interferensi preposisi di tidak tepat pada klausa Imar. Sebab kata depan di, ke, dan
dari digunakan hanya untuk kata-kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang
dianggap tempat.

“kade ikam tahu surat Imar dimana”


“tidak saya tahu, surat Imar dimana”
Kade ‘tidak’ merupakan bentuk suatu pernyataan bahasa Indonesia yang
terinterferensi struktur bahasa Banjar. Kata kade ‘tidak’ dan ikam ‘saya’ berperan
sebagai subjek. Maka pola pada kalimat tersebut adalah Tidak+ S+P. sedangkan pola
yang tepat adalah S+tidak+P+ O+ (saya tidak tahu, surat imar dimana).

“Rumahnya abehnya Rama yang besar sendiri di kampung itu”


“Rumah abehye Rama yang ganal sarungan intang kampung ne”

Bentuk tersebut merupakan bentuk interferensi karena sebenarnya ada padanan


bentuk tersebut yang dianggap lebih gramatikal yaitu: Rumah ayah Ali yang besar di
kampung ini.

“Makanan itu telah dimakan oleh saya”


“Hanyar imbah ikam mamakan”
Bentuk tersebut merupakan bentuk interferensi karena sebenarnya ada padanan
bentuk tersebut yang dianggap lebih gramatikal yaitu: Makanan itu telah saya makan.

“Hal itu saya telah katakan kepadamu kemarin”


“tu am yang handak aku sambatkan kekau samalam tu”
Bentuk tersebut merupakan bentuk interferensi karena sebenarnya ada padanan
bentuk tersebut yang dianggap lebih gramatikal yaitu: Hal itu telah saya katakan
kepadamu kemarin.

Sebelum ke luar, dia minta uang di kami


Gila kaget buku di aku

Bentuk di- + pronomina merupakan pengaruh dari struktur bahasa Banjar yang masuk
ke dalam bahasa Indonesia

Mau pergi mandi di rumah teman, air di kos tidak pernah dapat
Bentuk pergi + KKD (Kata Kerja Dasar) biasa digunakan pada bahasa Banjar dan
kemudian menyusup ke dalam bahasa Indonesia.
 Interferensi Semantik Bahasa Banjar dalam Bahasa Indonesia pada Mahasiswa
Perantau di Muaro Jambi

o Jadi pergi maunjun (memancing)


o Di hutan tadi aku bahira di bawah pohon (‘buang air besar’)
o Kalau mau manga tinggal Jurak saja (‘petik’)
o Haroknya kentutmu (‘bau sekali’)
o Ambilkan sangke asoy itu (‘plastik’)
o Intil kalau duduk di situ (‘berbahaya’)
o Tolongnya kalau setelah makan itu piringnya dibasuhe (‘cuci’)
o Banyu minum jangan lupa dibawanya (‘botol air’)
o Ada yang melihat sangkeku? (‘tas/ransel’)
o Haluynya bajumu (‘kecilnya’)

Anda mungkin juga menyukai