Interferensi Bahasa Banjar
Interferensi Bahasa Banjar
Maka, penyimpangan bahasa dapat terjadi seperti pada kasus masyarakat Minang
yang merantau di Medan. Terdapat penyimpangan interferensi secara sintaksis antara bahasa
Minangkabau dalam bahasa Indonesia. Seperti penjelasan sebelumnya mengenai kontak
bahasa, bahwa Masyarakat Minangkabau yang merantau di Medan dan daerah tersebut hanya
memungkinkan menggunakan Bahasa Indonesia dalam komunikasinya, tapi penggunaan
bahasa pertama lebih unggul digunakan, dibanding bahasa kedua. Inilah yang mempengaruhi
penggunaan bahasa Indonesia yang di tuturkan, maka akan dapat penyimpangan bahasa
Indonesia yang menggunakan struktur bahasa Minangkabau.
Dapat dilihat fenomena perubahan bunyi /ǝ/ menjadi [a]. Perubahan bunyi
tersebut berlaku dimanapun posisi bunyi /ǝ/ berada maka akan berubah menjadi [a]
seperti pada kata [sepeda] yang berubah menjadi [sapide], dan begitupun pada kata
lainnya. Maka, sama halnya perubahan bunyi /o/ menjadi /u/ seperti pada kata
[pohon].
“ulangeakan Doni!”
P S
Kalimat diatas sudah benar secara sintaksis memiliki subjek dan predikat. Walaupun
dalam bahasa Indonesia subjek lebih dulu dibandingkan, tapi bahasa Banjar predikat
lebih dulu dibandingkan subjek.
Interferensi preposisi di tidak tepat pada klausa Imar. Sebab kata depan di, ke, dan
dari digunakan hanya untuk kata-kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang
dianggap tempat.
Bentuk di- + pronomina merupakan pengaruh dari struktur bahasa Banjar yang masuk
ke dalam bahasa Indonesia
Mau pergi mandi di rumah teman, air di kos tidak pernah dapat
Bentuk pergi + KKD (Kata Kerja Dasar) biasa digunakan pada bahasa Banjar dan
kemudian menyusup ke dalam bahasa Indonesia.
Interferensi Semantik Bahasa Banjar dalam Bahasa Indonesia pada Mahasiswa
Perantau di Muaro Jambi