Anda di halaman 1dari 8

1. Bagaimana gejala awal gusi bengkak ?

JAWAB:
Gusi bengkak dan nyeri adalah gangguan kesehatan mulut yang tak boleh
disepelekan. Karena hal tersebut bisa menjadi gejala penyakit yang lebih serius
sehingga harus mendapatkan penanganan intensif. Kamu harus mencari tahu
penyebab gusi bengkak kenapa supaya bisa lebih berhati-hati menghindari
penyebabnya. Gusi yang sehat berwarna merah muda, bertekstur padat, dan melekat
erat pada setiap gigi. Namun, bila Anda mengalami gusi bengkak, maka gusi akan
berwarna kemerahan, terasa lunak, dan sakit ketika disentuh. Kadang-kadang gusi
yang bengkak juga rentan berdarah, terutama ketika Anda menggosok gigi. Beberapa
gejala gusi bengkak yang dapat kita ketahui dan deteksi dini adalah:

a. Ukuran gusi membesar lebih dari biasanya.


b. Rasa tidak enak atau aneh di dalam mulut.
c. Rasa sakit di gusi yang intens dan tajam serta terjadi pendarahan.
d. Warna gusi terlihat kemerahan dan terasa lunak serta sakit ketika disentuh.
e. Disertai gejala lainnya berupa kemunculan kantong nanah (abses) dan bau mulut
tak sedap (halitosis).
f. Kesulitan membuka mulut sehingga menggigit, mengunyah, atau bahkan
berbicara jadi aktivitas yang sangat menyiksa
g. Bau mulut kronis yang tidak mau hilang, disertai demam yang tinggi serta badan
lemas tidak bertenaga.

SUMBER:
a. Ikranegara, Patuh. 2015. Penyakit Gigi Dan Mulut. Diambil
dari:https://www.scribd.com/doc/265824106/Penyakit-Gigi-Dan-Mulut.
b. Zulfa, L. dan Mustaqimah, D. N. (2011) Terapi periodontal non-bedah. Makassar:
Universitas Hasanuddin.
2. Bagaimana gambaran klinis dari gusi bengkak, beserta gambar !
JAWAB:
Menurut (Mumpuni dan Pratiwi, 2013), Gingivitis adalah peradangan pada
gusi, Gingivitis sering terjadi kapan saja setelah tumbuh gigi. Gingivitis adalah
imflamasi gingiva pada kondisi gingivitis tidak terjadi kehilangan perlekatan. Pada
pemeriksaan klinis terdapat gambaran kemerahan di margin gingiva. Radang gusi atau
gingivitis ini dapat disebabkan oleh faktor lokal maupun faktor sistemik. Faktor lokal
diantaranya karang gigi, bakteri, sisa makanan (plak), pemakaian sikat gigi yang
salah, rokok, tambalan yang kurang baik. Faktor sistemik meliputi Diabetes Melitus
(DM), ketidakseimbangan hormon (saat menstruasi, kehamilan, menopause, atau
pemakaian kontrasepsi), keracunan logam, dan sebagainya. Beberapagambaran lain
yang bisa kita pelajai adalah;
a. Pasien biasanya mengeluh mulut bau, gusi bengkak mudah berdarah, tanpa nyeri,
hanya kadang terasa gatal.
b. Pada pemeriksaan gusi tampak bengkak, berwarna lebih merah dan mudah
berdarah pada sondasi. Kebersihan mulut biasanya buruk.
c. Ginggivits herpes biasanya disertai gejala herpes simpleks. Tanda di gusi tidak
disertai bau mulut.
d. Salah satu bentuk radang gusi adalah perikoronitis yang gejalanya lebih berat
seperti demam dan sukar membuka mulut.
Adapun proses terjadinya gingivitis atau radang dari gusi dapat kita uraikan
sebagai berikut:
a. Tahap I
Plaque yang terdapat pada gigi dekat gusi menyebabkan gusi menjadi merah
(lebih tua dari merah jambu), sedikit membengkak (membulat, dan bercahaya,
tidak tipis dan berbintik seperti kulit jeruk), mudah berdarah ketika disikat
(karena adanya luka kecil pada poket gusi), tidak ada rasa sakit.
b. Tahap II
Setelah beberapa bulan atau beberapa tahun peradangan ini berlangsung. Plaque
dapat menyebabkan serabut paling atas antara tulang rahang dan akar gigi
membusuk, dan ini diikuti dengan hilangnya sebagian tulang rahang pada tempat
perlekatan. Poket gusi juga menjadi lebih dalam dengan penurunan tinggi tulang
rahang, gusi tetap berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah ketika disikat,
tetapi tidak terasa sakit.
c. Tahap III
Setelah beberapa bulan tanpa pembersihan plaque yang baik, dapat terjadi tahap
ketiga. Saat ini akan lebih banyak lagi tulang rahang yang rusak dan gusi semakin
turun, meskipun tidak secepat kerusakan tulang.gusi menjadi lebih dalam (lebih
dari enam mm), karena tulang hilang, gigi menjadi sakit, goyang dan kadang-
kadang gigi depan mulai bergerak dari posisi semula. Kemerahan,
pembengkakan, dan perdarahan masih tetap seperti sebelumnya, dan tetap tidak
ada rasa sakit.
d. Tahap IV
Tahap-tahap ini biasanya terjadi pada usia 40-an atau 50-an tahun, tetapi
terkadang dapat lebih awal. Setelah beberapa tahun lagi tetap tanpa pembersihan
plaque yang baik dan perawatan gusi, tahap terkhir dapat dicapai, sekarang
kebanyakan tulang di sekitar gigi telah mengalami kerusakan sehingga beberapa
gigi menjadi sangat goyang, dan mulai sakit, pada tahap ini merupakan suatu
tahap gingivitis yang di biarkan, sehingga gingivitis terus berlanjut ketahap paling
paling akut yaitu periodontitis.

SUMBER:
a. Hirdayanti, Kuswardani dan Gustria, R. (2012) “Pengaruh Kebersihan Gigi Dan
Mulut Dengan Status Gingivitis Pada Ibu Hamil Di Wilayah Kerja Puskesmas
Andalah Kecamatan Padang Timur Kota Padang Tahun 2012,” e-journal unsrat.
b. Mumpuni, Y. dan Pratiwi, E. (2013) 45 Masalah dan Solusi Penyakit Gigi dan
Mulut. Yogyakarta: : Rapha Publishing.
3. Apa faktor penyebab perubahan hormon saat terjadi menstruasi ?
JAWAB:
Siklus menstruasi adalah proses perubahan hormon yang terus-menerus dan
mengarah pada pembentukan endometrium, ovulasi, serta peluruhan dinding jika
kehamilan tidak terjadi. Setiap bulan, sel telur harus dipilih kemudian dirangsang agar
menjadi matang. Endometrium pun harus dipersiapkan untuk berjaga-jaga jika telur
yang sudah dibuahi (embrio) muncul kemudian melekat dan berkembang disana.
Pendarahan menstruasi dimulai menjelang akhir pubertas. Saat itu anak gadis mulai
melepaskan sel telur sebagai bagian dari periode bulanan yang disebut dengan siklus
reproduksi wanita atau siklus menstruasi. Adapun beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya gangguan siklus menstruasi yakni;
a. Status gizi.
b. Aktivitas fisik.
c. Tingkat konsumsi.
d. Stres.
e. Konsumsi obat hormonal.
f. Ganguan fungsi sistem endokrin.
SUMBER:
a. Verawaty, S. N., & Rahayu, L. (2011). Merawat dan Menjaga Kesehtan Seksual
Wanita. Bandung: Grafindo.
b. Yarnita, Y., Ningrum, T. S. K., & Lestari, N. (2019). Studi Kolerasi Antara Status
Gizi Dengan Siklus Menstruasi Pada Remaja Putri Di SMA Negeri 7 Pekanbaru,
2(2), 19–22.
4. Apa yang dapat mempengaruhi terjadinya menopause ?
JAWAB:

Kata menopause berasal dari Bahasa Yunani, yakni dari kata ‘men’ yang
artinya bulan dan kata ‘peuseis’ yang artinya penghentian sementara. Secara linguistik
kata yang lebih tepat adalah menocease yang berarti masa berhentinya haid.
Menopause merupakan tahap dalam kehidupan wanita ketika menstruasi berhenti,
dengan demikian tahun – tahun melahirkan anak juga berhenti. Wanita dikatakan
telah menopause jika sudah tidak mengalami menstruasi selama 12 bulan sejak
menstruasi terakhir yang disebabkan oleh penurunan fungsi ovarium. Adapun
beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya menopause adalah sebagai beriku;
a. Stres dan depresi
b. Penyakit autoimun dan epilepsi
c. Obat-obatan yang mempengaruhi kerja estrogen
d. makanan yang Terpapar Zat Kimia
e. Pengangkatan ovarium
f. Indeks massa tubuh
g. Pengobatan kanker dan paparan adiaso
h. Cacat kromosom dan penyakit tiroid
i. Operasi
SUMBER:
a. Satrani, & Nailufar, F. (2016). Hubungan Status Gizi Dengan Siklus Mentruasi
Pada Remaja Putri Di prodi D-III Kebidanan Samarinda Poltekkes Kemenkes
KALTIM.
b. Sinaga, E., Nonon, S., Supriatin, Sa’adah, N., Salamah, U., Murti, Y. A., …
Lorita, S. (2017). Manajemen Kesehatan Menstruasi. Jakarta: Universitas
Nasional.
5. Apa itu menstruasi ?
JAWAB:
Menstruasi adalah proses keluarnya darah dari dalam rahim yang terjadi
karena luruhnya dinding rahim bagian dalam yang mengandung banyak pembuluh
darah dan sel telur yang tidak di buahi. Proses menstruasi dapat terjadi dikarenakan
sel telur pada organ wanita tidak dibuahi, hal ini menyebabkan endometrium atau
lapisan dinding rahim menebal dan menjadi luruh yang kemudian akan mengeluarkan
darah melalui saluran reproduksi wanita. Normal siklus menstruasi adalah 21 hari
sampai 35 hari yang ditandai dengan keluarnya darah sebanyak 10 hingga 80 ml
perhari. Menstruasi atau haid yang terjadi dengan siklus lebih dari 35 hari termasuk
kategori siklus yang tidak normal, hal ini terjadi karena banyak penyebab seperti
keadaan hormon yang tidak seimbang, stres, penggunaan KB, atau karena tumor.
Menstruasi atau haid pada wanita terjadi melalui empat fase, yaitu : fase menstruasi,
fase folikular, fase ovulasi dan fase luteal.
SUMBER:
a. Wijaya, I.M.K., et al. 2014. Pengetahuan, Sikap Dan Aktivitas Remaja SMA
Dalam Kesehatan Reproduksi Di Kecamatan Buleleng. Jurnal Kemas, 10(1):33-
42
b. Yusuf, S. 2012. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
6. Bagaimana perubahan hormonal pada menopause ?
JAWAB:
Menopause adalah haid terakhir atau saat terjadinya haid terakhir. Kebanyakan
menita mengalami menopause pada usia 56 samapi 60 tahun dengan rata-rata
mengalami menopause diusia 51 ahun. Menopause bukanlah peristiwa yang terjadi
mendadak. Menopause merupakan proses yang berlangsung lama. Artinya, meskipun
seorang wanita mengalami henti haid untuk selamanya pada usia 50 tahun, ia
mungkin sudah merasa bahwa siklus haidnya mulai berubah sejak usia 40 tahun.
Menopause alami akan dilalui seorang perempuan secara bertahap selama beberapa
tahun. Umumnya menopause alami terjadi pada usia diakhir 40 tahun atau diawal 50
tahun. Menstruasi berhenti karena kedua indung telur (ovarium) tidak memproduksi
hormon estrogen lagi. Di antara ketiga hormon yang diproduksi kedua indung telur
(estrogen, progesterone, dan testosterone), hormon estrogenlah yang mempegaruhi
secara langsung perubahan emosi, fisik, dan organ reproduksi. Jadi, ada tiga hormone
penting bagi wanita yang diproduksi oleh indung telur, yaitu estrogen, progesterone,
dan testosterone.
Terdapat empat tahap menopause yang akan dialami oleh para wanita. Transisi
dari setiap tahap ini umumnya berlangsung antara satu hingga tiga tahun. Berikut
tahapan menopause yang perlu Anda pahami:
a. Pramenopause
Pada tahap pramenopause akan terjadi kekacauan siklus haid, perubahan
psikologis, perubahan fisik, perdarahan memanjang dan relatif banyak yang
terkadang disertai nyeri haid. Pramenopause merupakan permulaan dari transisi
klimaterik yang dimulai dua hingga lima tahun sebelum menopause.
Pramenopause terjadi pada usia antara 45-55 tahun.
b. Perimenopause
Perimenopause adalah masa ketika kondisi tubuh menyesuaikan diri dengan masa
menopause yang berkisar antara 2-8 tahun ditambah dengan satu tahun setelah
periode terakhir menstruasi. Di Indonesia, usia perimenopause berkisar antara 46-
55 tahun.
c. Menopause
Pada tahap menopause, ovarium berhenti mengeluarkan hormon estrogen dan
progesterone namun tetap mengeluarkan hormon pria seperti testosterone dan
androstenedione yang menyebabkan semakin menonjolnya perubahan serta
keluhan psikologik dan fisik. Tahapan ini bisanya terjadi pada usia antara 49-50
tahun, dan dapat berlangsung selama 3 hingga 4 tahun.
d. pascamenopause
Pada tahap ini, sudah terjadi adaptasi perubahan psikologis dan fisik, ovarium
juga sudah tidak berfungsi dan mengalami atrofi atau pengecilan ukuran. Selain
itu, hormon gonadotropin meningkat. Usia rata-rata wanita berada pada tahap
pascamenopause adalah 50-55 tahun. Normalnya, paskamenopause berlangsung
kira-kira 10-15 tahun diikuti oleh masa senium (uzur) sekitar usia 65 tahun
sampai akhir kehidupan.
SUMBER:
a. Sharma, N., et al. 2013. A Cross ectional Study Of Knowledge, Attitude And
Practices Of Menstrual Hygiene Among Medical Students In North India., The
Journal of Phytopharmacology, 2(5): 28–37.
b. Suryati, B. 2012. Perilaku Kebersihan Remaja Saat Menstruasi. Jurnal health
Quality, 3(1).
7. Apa saja hormon yang berperan aktif saat terjadi proses kehamilan ?
JAWAB:

Hormon-hormon kehamilan tersebut memiliki peran penting dalam mendukung


kesehatan ibu hamil serta janin. Tetapi, terkadang perubahan hormon tersebut bisa
menimbulkan keluhan saat hami, misalnya mudah lelah, sariawan, dan konstipasi.
Jenis hormon saat hamil ini pun beragam. Ada yang muncul hanya ketika hamil dan
ada pula hormon yang telah ada sebelumnya. Perbedaannya hanya pada kadarnya saja
saat tubuh hamil. Berikut ini beberapa jenis hormon kehamilan beserta fungsinya
sebagai berikut;

a. Human Chorionic Gonadotropin, untuk menguatkan kehamilan khususnya di usia


kehamilan muda.
b. Estrogen, untuk memperbaiki sistem aliran darah atau pembentukan pembuluh
darah serta memberikan nutrisi dan mendukung perkembangan janin.
c. Progesteron, untuk menjaga otot rahim tetap rileks, menjaga ketebalan dinding
rahim, serta menjaga sistem imun terhadap pertumbuhan janin.
d. Human Placental Lactogen, untuk menyiapkan nutrisi yang dibutuhkan janin serta
merangsang kelenjar susu di payudara sampai masa menyusui.
e. Oksitosin, untuk menstimulasi kelenturan leher rahim yang dibutuhkan dalam
persiapan proses persalinan dan membantu stimulasi puting susu dalam produksi
ASI.
f. Prolaktin, ntuk menyiapkan jaringan payudara untuk menyusui dan menbuat
produksi ASI melimpah.
SUMBER:
a. Adhikari P., et al. 2007. Knowledge and Practice Regarding Menstrual Hygiene
in Rural Adolescent Girls of Nepal. Katmandu University Medical Journal
(KUMJ), 5(3): 382-386.
b. Isnaeni, D.N. 2010. Hubungan antara Stress dengan Pola Menstruasi pada
Mahasiswa D-IV Kebidanan Jalur Reguler. Jurnal Universita Sebelas Maret
Surakarta.

Anda mungkin juga menyukai