Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PARAPHRASE
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keterampilan Dasar Konseling
Dosen Pengampu : Riski Putra Ayu Distira ,M,Pd

Oleh Kelompok 4 :

1. SITI KHOIRUN NISA : 220801020


2. LIANA NUR HAFIDAH : 220801016

PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA SUNAN GIRI
BOJONEGORO
TAHUN 2022/2023

I
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat allah SWT , Karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya sehingga penulisan makalah Keterampilan dasar konseling yang berjudul
“Paraphrase” yang dibimbing oleh bapak Riski Putra Ayu Distira ,M,Pd. dapat kami
selesaikan.

Dalam proses penyajian, makalah ini berusaha disusun dengan baik. Sejumlah
sumber kami gunakan untuk membantu kami dalam memahami beberapa materi .Terima
kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam penyusunan makalah ini, dan kami
mengharapkan kritik dan saran yang mampu membangun pola pikir yang baik dan benar.

Demikianlah makalah ini kami susun, kami mohon maaf atas segala kekurangan
dalam penyusunan makalah kami.

Bojonegoro,
Yang menyatakan,

Penyusun Kelompok 4

II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii


DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................................. 4


A. LATAR BELAKANG ......................................................................................... 4
B. RUMUSAN MASALAH ..................................................................................... 4
C. TUJUAN ............................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................. 5


A. PARAPHRASE .................................................................................................... 5
1. Pengertian Paraphrasing.................................................................................. 5
2. Tujuan Paraphrasing ....................................................................................... 6
3. Bentuk-bentuk Paraphrasing ........................................................................... 7
4. Keterrampilan Paraphrasing............................................................................ 8
5. Teknik-teknik paraphrasing ........................................................................... 8
BAB III PENUTUP ....................................................................................................... 11
A. KESIMPULAN ................................................................................................... 11
B. SARAN ............................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 12

III
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Secara umum konseling merupakan suatu proses pemberian bantuan secara
langsuang antara konselor dan konseli melalui wawancara konseling. Proses ini hanya
boleh dilakukan oleh konselor profesional. Konseling sebagai usaha bantuan
profesional yang disejajarkan dengan profesi lain, seprti psikiater, psikolog, dan
sebagainya.
Dalam pelaksanaannya, akan ada interaksi secara tatap muka antara konselor
dengan Dengan demikian seorang konselor perlu memiliki ketermpilan-keteramp ila n
yang didasarkan pada pengetahuan khusus. Keterampilan itu menjadi salah satu
kompetensi konselor. melakukan wawancara konseling, teknik dasar komunikas i
konseling menjadi pondasi yang sangat penting.
Beberapa teknik tersebut antara lain teknik Attending, Opening, Acceptance,
Paraprashing, Restatement, Reflesing of Feeling, Clarification, Structuring. Akan
tetapi dalam makalah ini tidak membahas semua Teknik tersebut, pada pertemuan kali
ini keterampilan yang akan didiskusikan dalam makalah adalah Teknik paraphrasing.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik rumusan permasalahan antara lain :
1. Apa yang dimaksud dengan paraphrasing?
2. Apa tujuan dari paraphrasing?
3. Apa saja bentuk-bentuk paraphrasing?
4. Apa saja keterampilan paraphrasing?
5. Apa sajakah teknik-teknik paraphrasing?
C. TUJUAN
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Agar Pembaca Memahami maksud dari paraphrasing
2. Agar pembaca mengetahui tujuan dari paraphrasing
3. Agar pembaca mengetahui bentuk-brntuk paraphrasing
4. Agar pembaca mengetahui keterampilan paraphrasing
5. Agar pembaca mengetahui teknik-teknik paraphrasing

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. PARAPHRASING
1. Pengertian Paraphrasing
Paraphrasing adalah suatu keterampilan dasar komunikasi untuk memperbaik i
hubungan interpersonal antara konselor dan Konseli. Keterampilan ini
membutuhkan suatu penampilan yang baik dan kemampuan konselor untuk
"menagkap" perasaan dan ucapan-ucapan Konseli serta "mengungkapka n
kembali" hal-hal tersebut dengan kata-kata sendiri kepada konselor.
Menangkap pesan (paraphrasa) adalah tehnik untuk menyatukan kembali esensi
atau inti ungkapan konseli, dengan teliti mendengarkan pesan utama konseli,
dengan mengukan kalimat yang mudah dan sederhana" Sementara Kathryan
Geldars & David Geldard (2011] paraphase merupakan sebuah ketrampilan dasar
yang sangat berguna untuk menyimak dengan cermat agar dapat mengula ng
kembali inti dari kata-kata konseli dengan bahasa konselor serta mudah dipahami
Didalam bentuk yang sederhana, paraphrasing adalah suatu "simple restatement of
a word" yakni suatu pertanyaan kembali yang disampaikan konselor dengan kata-
kata sederhana. (contohnya: seperti "minimal enourage" pada session terdahulu).
Pada umumnya, tujuan dari paraphrasing ini adalah untuk mengatakan kembali
kepada Konseli "esensi dari apa yang diungkapkan kepada konselor.

Paraphrase adalah mengatakan dengan cara lain isi pikiran yang diuucapkan
Konseli dengan menggunakan kata-kata konselor sendiri. Jika yang diungkapka n
kembali oleh konselor itu mengenai perasaan Konseli maka Cormier dan Cormier
(1985) menamakan sebagai refleksi.
Paraphrase dan refleksi itu dilakukan dengan menyimpulkan atau
menyaringkan pernyataan Konseli. Jadi bukan sekedar "parroting" atau
mengulang kembali pernyataan Konseli secara sama. Karena itu dalam
memparaphrase atau merefleksi perasaan harus dipilih kata-kata yang tepat yang
dapat mengarahkan diskusi selanjutnya atau yang dapat menambah pemahaman
Konseli tentang apa yang baru dinyatakannya.

5
2. Tujuan paraphrasing
Tujuan dari paraphrasing dan refleksi perasaan itu menurut Cormier dan Cormier
(1985) adalah
a. Untuk menunjukkan bahwa konselor memahami isi dan perasaan yang di
sampaikan oleh Konseli
b. Agar Konseli dapat mengeksplorasi pikiran atau perasaan kunci yang ia
kemukakan
c. Agar Konseli dapat memusatkan perhatiannya pada situasi atau
kejadian,pikiran,dan tingkah laku tertentu
d. Untuk membantu Konseli membuat keputusan.
Pada umumnya, tujuan dari paraphrasing ini adalah untuk mengatakan kembali
kepada Konseli "esensi" dari apa yang diungkapkan kepada konselor. Paraphrase ini
mempunyai tiga tujuan, yakni:

a) Untuk mengatakan kepada Konseli bahwa konselor ada bersama dengan dia,
dan konselor berusaha untuk memahami apa yang dikatakan Konseli.
b) Untuk mengendapkan apa yang dikomentarkan Konseli mengenai dirinya
dengan memuat "concise" (ringkasan) yang berguna untuk memberi arah
terhadap proses konseling yang dilakukan bersama
c) Untuk mengadakan pengecekan kembali secara akurat mengenai "persepsi"
konselor terhadap masalah yang diajukan Konseli. Paraphrasing bukan
bermaksud untuk "membaca jiwa" Konseli, tetapi lebih merupakan suatu alat
untuk memberikan suatu "klarifikasi" (kejelasan) yang sifatnya akurat terhadap
ungkapan perasaan Konseli. Jika paraphrase konselor berhasil, maka biasanya
hal itu diikuti dengan jawaban Konseli "ya" dan "benar" dan selanjutnya
Konseli akan mengungkapkan secara lebih dalam tentang isi dari
masalahya sendiri.

Sementara menurut Tri Hariastuti (2007: 41) tujuan digunakan paraphrase adalah:
1. Menyatakan pada konseli bahwa konselor memahami pembicaran.
2. Mendorong konseli untuk mengungkapkan ide atau pikirannya.
3. Membantu konseli memusatkan pembicaraan pada situasa, kejadian, ide atau
tungkah laku tertentu,
4. Membantu konseli yang membutuhkan kesimpulan.
5. Untuk lebih menekankan isi pesan.

6
3. Bentuk-bentuk paraphrasing
Paraphrasing yang baik mencakup pernyataan kembali pesan Konseli secara sama
dengan kata-kata sederhana. Paraphrasing yang baik ini ditandai dengan suatu kalimat
awal seperti:
“adakah yang anda katakana bahwa........"
“nampaknya yang anda katakana adalah..,”
Misalnya:
Konseli "biasanya, ia selalu senang dengan saya, tapi kok tiba-tiba saja ia
memutusi saya"
Konselor "adakah yang anda katakan bahwa perilakunya tidak konsisten lagi
terhadap anda?"

Pokok-pokok yang disarankan untuk paraphrasing yang baik adalah:


1. Dengarkan secara teliti pesan dasar yang disampaikan Konseli.
2. Nyatakan kembali (restate) kepada Konseli kesimpulan atau ringkasa n
singkat dari pesan dasar yang dikemukakannya.
3. Amatilah apakah Konseli memberikan respons yang tegas terhadap
paraphrase yang diberikan oleh konselor. Atau mintalah Konseli untuk
memberikan suatu respons yang tegas terhadp paraphrase yang diberikan.

Paraphrasing yang kurang baik:

a. Mengintrodusir respons yang bersifat analisis, interpretasi atau "value


judgement" terhadap pesan yang disampaikan Konseli.
b. Memberikan respons terhadap sabagian kecil saja dari pesan yang
disampaikan Konseli dari pesan utama yang disampaikannya.
c. Menggunakan kata-kata paraphrase atau phrase yang sifatnya tidak memadai
terhadap wawancara (misalnya: kata-kata teknis, atau bahasa golonga n
tertentu yang memberikan efek psikologis (psychological jargon)

4. KETERAMPILAN PARAPHRASING
Menurut Asmani (2010:212) menangkap pesan (paraphrasing) adalah cara untuk
menyatukan kembali esensi atau inti ungkapan konseli, dengan teliti mendengarka n
pesan utama konseli, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana. Kathryan
yus& David Geldard (2011:80) parafrase merupakan sebuah keterampilan dasar yang
sangat berguna untuk melakukan parafrase, konselor harus menyimak dengan cermat
dan kemudian mengulang kembali inti dari perkataan konseli dengan kata-kata
konselor sendiri. Parafrase adalah cara merefleksikan (menegaskan) kembali pada

7
konseli poin penting dari pembicaraan konseli secara lebih jelas dan dengan
menggunakan kata-kata konselor sendiri. Parafrase akan berjalan dengan sendirinya
mengikuti alur berpikir konseli. Parafrase yang bagus adalah yang tidak mengganggu
konseli. Hal yang paling penting pada bagian ini adalah konselor bisa menjalin
hubungan nyata berlandaskan kepercayaan,kepedulian, dan empatik kepada konseli.
Hariastuti (2007:40) parafrase yaitu menyatakan kembali kata-kata atau pikiran-
pikiran pokok konseli. Dalam parafrase konselor menyatakan ide pokok konseli
dengan kata-kata sendiri, tidak sekedar menirukan kata-kata yang di ucapakan konseli.
Konselor hendaknya menggunakan pilihan kata yang tepat sehingga membantu
menekankan kata atau ide penting yang di ungkapkan konseli.
Parafrase yang cermat dapat membantu mengarahkan jalannya wawancara
serta dapat dipakai sebagai cara untuk melihat kecermatan persepsi konselor.
Perlakuan parafrase yang tepat dari konselor akan mendapat persetujuan dari konseli.
Perlu diingat, bahwa parafrase hanya sebagai upaya untuk memperoleh klarifikas i
secara cermat dan tepat. Beberapa tujuan di gunakannya parafrase yang akan
mempengaruhi konseli menurut Hariastuti yaitu:
1) Menyatakan pada konseli bahwa konselor
memahami pembicaraan.Keterampilan memparaphrase dan merefleks i
perasaan ini merupakan tulang punggung dari keterampilan dasar merespon
yang sangat penting dalam tahap pertama konseling yaitu eksplorasi masalah.
Karena itu latihan dalam melakukan paraphrase dan refleksi perasaan ini akan
diberikan dalam melatih keterampilan merespon layanan konseling.
2) Mendorong konseli untuk mengungkapakan ide atau pemikirannya.
3) Membantu konseli memusatkan pembicaraan pada situasi, kejadian, idea tau
tingkah laku tertentu.
4) Membantu konseli yang membutuhkan kesimpulan.
5) Untuk lebih menekankan isi pesan dibandingkan afeksi.

5. TEKNIK-TEKNIK PARAPHRASING

Teknik Paraphrasing merupakan salah satu keahlian dasar konseling yang penting
dimiliki oleh seorang konselor. Konselor Keluarga Cahyadi Takariawan pentingnya
paraphrasing.Yang dimaksud dengan paraphrasing adalah pengulangan kata-kata.

8
Dalam konseling, paraphrasing adalah kata-kata konselor untuk menyatakan kembali
esensi dari ucapan-ucapan klien. Konselor perlu mengkonfirmasi kepada klien bahwa
apa yang ia tangkap telah sesuai dengan apa yang dimaksud atau dirasakan oleh klien.
Teknik ini disebut pula sebagai proses menangkap pesan.Paraphrasing yang baik
adalah kemampuan menyatakan kembali pesan utama klien secara tepat, dengan
kalimat yang sederhana (Sofyan Willis, 2007). Pengulangan kata-kata dilakukan
secara utuh, tanpa mengubah makna dari ungkapan klien. parafrase pada dasarnya
menyatakan kembali esensi dari pembicaraan, klien akan lebih terdorong
Memparafrase pada dasarnya menyatakan kembali esensi dari pembicaraan klien. Hal
itu akan mendorong klien untuk menyatakan makna pembicaraannya, melalui
keterampilan ini klien akan merasa dalam suasana kebersamaan dan pemahaman
dengan konselor. Yang terpenting dalam teknik ini adalah guru BK bisa menjalin
hubungan nyata berlandaskan kepercayaan, kepedulian, dan empati kepada klien.
Melalui keterampilan ini, klien akan merasa berada dalam suasana kebersamaan dan
pemahaman dengan konselor, Untuk membantu klien memecahkan masalahnya,
terlebih dahulu antara guru BK dan klien harus terjalin hubungan yang baik.
Membangun hubungan konseling yang melibatkan klien (rapport) merupakan kunci
keberhasilan pada proses konseling selanjutnya. Langkah awal yang bisa dilakukan
guru BK pada saat proses konseling adalah membangun iklim yang kondusif dan
membangun hubungan timbal balik (feed back), kepercayaan, kebebasan, komunikas i
terbuka dan pemahaman umum tentang apa saja yang terlibat di dalam proses
konseling. Kemampuan mengidentifikasi dan mencerminkan perasaan klien dan
kemampuan mengenali dan memperoleh pemahaman tentang kesulitan dan kebutuhan
klien.Saat guru BK melakukan wawancara konseling, apabila di tahap awal klien
sudah merasa nyaman, maka proses konseling di tahapan selanjutnya juga akan
berjalan lebih efektif. Ketika guru BK melaksanakan teknik parafrase, klien akan
merasa lebih diperhatikan. Klien juga akan mengemukakan permasalahan dan
pendapatnya secara terbuka kepada guru BK. Guru BK harus senantiasa
memperhatikan faktor-faktor yang dapat memudahkan dalam menjalin hubunga n
dengan klien agar guru BK dapat membantu secara maksimal menyelesa ika n
permasalahan-permasalahan sesuai dengan yang diharapkan.

9
Studi yang dilakukan oleh Seehausen et.al. (2012) menunjukkan, klien merasa
lebih nyaman setelah mendengar konselor memparafrasekan apa yang mereka
katakan. Selain itu, ditemukan intonasi suara yang lebih rendah dari klien saat
menjawab pertanyaan konselor setelah paraphrasing. Menurut Angel Rivera Jr
(2020) jika paraphrasing dilakukan dengan benar, akan mampu menciptaka n
jembatan emosional yang menjadi dasar bagi interaksi yang otentik dan bermakna
antara konselor dengan klien. Adapun kegiatan yang bisa dilakukan konselor dalam
menggunakan teknik paraphrasing antara lain:

1. Mendengarkan dengan seksama pesan utama klien.

2. Menyatakan kembali kepada klien secara ringkas, sederhana, dan dengan


bahasa yang mudah

3. Mengamati respon klien dalam memberi respon terhadap pernyataan konselor

10
BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
parafrase merupakan sebuah keterampilan dasar yang sangat berguna untuk
melakukan parafrase, konselor harus menyimak dengan cermat dan kemudian
mengulang kembali inti dari perkataan konseli dengan kata-kata konselor sendiri.
Parafrase adalah cara merefleksikan (menegaskan) kembali pada konseli poin
penting dari pembicaraan konseli secara lebih jelas dan dengan menggunaka n
kata-kata konselor sendiri. Parafrase yang cermat dapat membantu mengarahka n
jalannya wawancara serta dapat dipakai sebagai cara untuk melihat kecermatan
persepsi konselor. Perlakuan parafrase yang tepat dari konselor akan mendapat
persetujuan dari konseli.
3.2 SARAN
Makalah ini merupakan makalah yang ditulis menurut sudut pandang
mahasiswa tentang Paraphrasing yang memerlukan diskusi lebih lanjut mengena i
materi ini. Oleh karena itu, diperlukan saran dari dosen dan mahasiswa lain
mengenai penyempurnaan makalah secara menyeluruh dan terperinci, serta
tanggapan yang membangun dalam penyempurnaan makalah. Selain itu, sangat
disarankan bagi pembaca untuk menggali informasi lebih lanjut mengenai teori-
teori belajar untuk menambah wawasan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fauzan, Lutfi. 2008. Teknik Komunikasi untuk Konselor. Malang: UPTBK UM.
Nurhasanah, dan Zahra, Nelissa. 2019. Buku Ajar Mikro Konseling. Aceh:Syiah kuala university
press.
Sugiharto, DYP. Mulawarman. 2007. Buku Ajar Psikologi Konseling, Semarang: BK FIP
UNNES
Supriyo, Mulawarman. 2006. Ketrampilan Dasar Konseling Semarang: BK FIP UNNES.
Willis, Sofyan S. 2007. Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: ALFABETA.

12

Anda mungkin juga menyukai