Anda di halaman 1dari 4

Jambi, 12 Mei 2023

Kepada Yth.
Dewan Redaksi JAMBIONE.COM
Di
Jambi

Dengan hormat,

Saya mendoakan semoga Dewan Redaksi JAMBIONE.COM berada dalam keadaan sehat
wal afi’at, amin!
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Amri Ikhsan


Tempat/ttgl. Lahir : Semerah, 25 Juni 1971
NIP : 197106251997031008
Pangkat/Gol : Pembina Tk. I (IV/b)
Pekerjaan : Guru Bahasa Inggris
Instansi : MAN 1 Batanghari
Alamat : Komp. Teguh Permai I, Blok C Nmr 15, Kel. PAL V, Kec Kota Baru,
Kota Jambi.
No. Hp/WA : 08127315081
dengan ini memohon kepada Dewan Redaksi JAMBIONE.COM untuk memuat
artikel saya yang berjudul: “Keberkahan” Pembelajaran” di rubrik “KOLOM”.
Demikianlah, atas perkenannya, saya ucapkan terima kasih.

Hormat Saya

Amri Ikhsan
“Keberkahan” Pembelajaran
Oleh: Amri Ikhsan

“Sudah berbuih buih, awak mengajar, tapi tetap saja anak tidak mengerti”.

Ini salah satu testemoni guru melihat siswanya ‘tidak berubah’. Sebenarnya guru tidak perlu
‘gusar’ dengan kondisi ini. Cukup kembali ke ‘hati’, kembali ke agama. Mungkin kita belum
‘ikhlas’ dalam mendidik.
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya agar memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
negara.”(UU Sisdiknas pasal 1 ayat 1)
Ini merupakan pekerjaan serius dan harus diniatkan dengan cara yang sebenarnya.
Niat baik guru sangatlah menentukan, yakni niat tulus, ikhlaslah yang akan membuat
tugas mulia ini membawa keberkahan. Dan keberkahan ini akan membuat pekerjaan
guru menjadi merasa ‘ringan’ walaupun sebenarnya sangat ‘berat’.
Adakah guru yang ikhlas itu? Ali bin Abi Thalib RA berkata, “Orang yang ikhlas
adalah orang memusatkan pikirannya agar setiap amalnya diterima Allah SWT.”
Sedangkan Imam Al Ghazali, mengklasifikasi ikhlas: pertama, Ikhlas awam yakni ikhlas
yang dalam beribadah kepada Allah (pembelajaran) karena dilandasi perasaan takut
kepada siksa-Nya dan masih mengharapkan pahala dari-Nya.
Kedua, Ikhlas khawas, ialah ikhlas dalam beribadah kepada Allah (pembelajaran)
karena dimotivasi oleh harapan agar menjadi hamba yang lebih dekat dengan-Nya dan
dengan kedekatannya kelak ia mendapatkan “sesuatu” dari-Nya.
Ketiga, Ikhlas khawas Al khawas adalah ikhlas dalam beribadah kepada Allah
(pembelajaran) karena atas kesadaran yang tulus dan keinsyafan yang mendalam bahwa
segala sesuatu yang ada adalah milik Allah dan hanya Dia-lah Tuhan yang Maha Segala-
galanya.
Ikhlas akan membuahkan ‘berkah’ (PWMU). Inilah energi positif yang memberikan
‘kekuatan’ kepada guru untuk melaksanakan tugasnya dan berdampak inspiratif bagi
peserta didiknya. Keberadaan berkah diyakini akan memperlancar proses pembelajaran
yang dilakukan guru. Keberkahan bisa jadi membuat ‘kerjaan’ guru menjadi amal ibadah
dan membuat guru berada dalam ketenangan dan kedamaian.
Pembelajaran yang berkah tidak harus berarti pembelajaran yang serba digital,
bermedia pembelajaran lengkap. ruang ber-AC, tetapi pembelajaran diliputi rasa lega,
rasa bangga, senang hati, kerelaan, serta kesabaran dalam menerima apapun kelakuan
peserta didik sehingga guru tidak merasakan takut yang mencekam, atau kesedihan yang
berlebihan, karena mungkin hasil pembelajaran tidak memuaskan semua pihak.
Pentingnya berkah dalam pembelajaran terlihat dari cerminan sikap guru dalam
kehidupan sehari-hari: bagaimana guru merencanakan, melaksanakan dan menilai
pembelajaran, bagaimana guru bergaul baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
Bagaimana dia memperlakukan teman sejawatnya, memperlakukan siswanya, bagaimana
guru merespon hal hal yang berhubungan dengan pendapatanya termasuk gaji, dll.
Keberkahan dapat memberi dorongan guru untuk meningkatkan kualitas
pembelajarannya (Asykuri). Selalu ada ‘jalan keluar’ terhadap permasalahan yang
dihadapi guru. Berkah dalam pembelajaran diyakini akan membuat segala kewajiban
guru menjadi ‘ringan’. Kesulitan yang dihadapi selama pembelajaran ‘malahan’ menjadi
kekuatan dan kesempatan bagi guru untuk belajar. Belajar inilah yang membuat guru
menjadi lebih semangat dalam kelas.
Ketika seseorang guru mendapat berkah dan ikhlas dalam pembelajaran, maka
kebaikannya akan dirasakan oleh semua pihak. Keberkahan dirasakan pada semua aspek
kehidupan: rezeki, ilmu, umur, kesehatan, dan lain-lain (Abidin). Semuanya semakin
bertambah dan berdampak baik dalam kehidupan guru.
Berkah pembelajaran ada pada ridha Allah swt., yakni bertambah nilai kebaikan,
merasa cukup, tenteram, dan adanya kepuasan hati (Abidin). Ketika guru telah
melakukan pekerjaannya dan kewajibannya dengan sebaik-baiknya, penuh tanggung
jawab, mengharap ridha Allah swt., dan merasa cukup atas setiap hasil yang
diperolehnya, maka keberkahan sudah menghampiri guru.
Berkah dengan sendirinya membuat guru selalu bersyukur kepada Allah swt.
Walaupun dalam posisi ‘sulit’ dalam proses pembelajaran. Guru mampu melihat sisi-sisi
kebaikan dalam setiap kesulitan dalam mendidik siswanya. Kesulitan bagi guru bukan
untuk dilampiaskan kepada siswanya, tapi digunakan untuk mencari alternatif lain dalam
pembelajaran.
Bukti keberkahan yang didapatkan guru: 1) mudah bergaul dengan orang lain; 2)
dermawan dan suka menolong, sedih hati bila tidak dapat membatu siswanya; 3) tidak
suka bermusuhan, menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran; 4)
mendahulukan kepentingan orang lain; 5) meminimalisir kecenderungan cinta diri
sendiri atau egois, dan 6) menjauhi hal-hal yang tidak bermanfaat (Abidin).
Itulah keberkahan, merasa nikmat (Kamus Al-Munawwir, 1997:78), adanya
tambahan kebaikan (Imam Al-Ghazal). Keberkahan pembelajaran tercermin pada:
Pertama, merasa nikmat dalam pembelajaran. Mengajar adalah ladang beramal
shaleh. Berada dalam kelas untuk pembelajaran membuat guru merasa nikmat, waktu
terasa ‘sebentar’. Komunikasi dengan siswa berjalan begitu lancar. Apa yang diperintah
guru dilaksanakan dengan senang hati oleh siswa. Tidak ada amarah, kebencian,
semuanya menikmati pembelajaran.
Kedua, konsisten (istiqamah) dalam pembelajaran. Istiqamah dalam berbuat
kebaikan, menjadi guru ‘yang sebenarnya’. Konsisten memanfaatkan waktu untuk
pembelajaran, hampir tidak waktu yang sia sia. Selalu berniat membelajarkan siswa,
membuat siswa cerdas dengan cara konsisten mengembangkan diri dengan mengikuti
berbagai pelatihan baik daring maupun luring.
Ketiga, selalu sabar menghadapi segala kesulitan. Profesi guru bukanlah pekerjaan
yang mudah, banyak tantangan dan hambatan yang dihadapi. Boleh dikatakan hampir
semua ‘kesalahan’ dalam dunia pendidikan dialamatkan kepadan guru. Dengan
keberkahan inilah guru akan mudah bersabar, baik ujian dalam kebahagiaan atau
kesulitan. Semuanya ikhlas dihadapi.
Kalaupun guru ‘disalahkan’, keberkahan ini memberi jalan kepada guru untuk
memberi maaf, tidak ada dendam. Karena disadari manusia tidak luput dari kesalahan.
Kadang ucapan bisa mengakibatkan sakit hati dan mengakibatkan dendam. Bagi guru,
memberi maaf merupakan cara yang ampuh agar hidup lebih tenang dan lapang.
Keiklasan adalah pusat dan inti kesuksesan dalam pembelajaran. Harus dimaklumi
betapa berat dan melelahkan tugas yang ada dipundak seorang guru. Siswa dengan
berbagai macam kelakuan, berbagai macam tingkat kecerdasan, tugas administrasi yang
menumpuk dan melelahkan dan menyita waktu juga harus terselesaikan tepat waktu.
Sedikit banyak yang dikerjakan bukanlah halangan bagi guru untuk menjadi guru yang
sebenarnya. Guru ini melebihi dari guru profesional.
Kesemuanya menjadi nikmat dan terasa menyenangkan, itu keberkahan. Wallahu a'lam
bish-shawab!
*) Penulis adalah Pendidik di Madrasah

Anda mungkin juga menyukai