Anda di halaman 1dari 12

TAHAPAN-TAHAPAN BELAJAR MOTORIK

(BELAJAR MOTORIK)

Dosen Pengampu :

Dr. Sudradjat Wiradihardja, M.Pd

Di Susun Oleh :

1. Avicena Sodik -1603621069


2. Falah Aqil Hanif - 1603621071
3. Langgeng Safitri - 1603621003
4. Melita Octavia R. - 1603621048
5. M. Abdulrahman Soleh - 1603621057
6. Nicolas Cahyo B. - 1603621012
7. Siti Nurul Lita -1603621001

PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2023
Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga tugas kelompok makalah dengan judul “Tahapan-Tahapan Motorik”
dapat kami selesaikan sesuai waktu yang ditargetkan. Makalah ini kami susun untuk memberikan
informasi kepada pembaca mengenai tahapan-tahapan belajar motorik, serta sebagai bahan
penilaian dalam menguji pemahaman belajar kami.

Kami menyadari dalam makalah ini terdapat kekurangan ataupu kesalahan, untuk itu kami
mohon kritik demi kesempuranaan makalah selanjutnya. Atas partisipasinya kami ucapkan terima
kasih.

Jakarta, 28 Maret 2023

Kelompok 2

ii
Daftar Isi
Kata pengantar ............................................................................................................................................. ii
Daftar Isi ...................................................................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan ....................................................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 2

1.3 Manfaat Penulisan .............................................................................................................................. 2

Bab II Pembahasan ....................................................................................................................................... 3

2.1 Fase-fase Belajar Motorik .................................................................................................................... 3

2.2 Tahapan-tahapan dalam Belajar Motorik............................................................................................ 3

2.2.1 Tahapan Kognitif ........................................................................................................................... 4

2.2.2 Tahapan Asosiasi .......................................................................................................................... 4

2.2.3 Tahapan Otomatisasi .................................................................................................................... 4

2.3 Implementasi Tahapan-tahapan Belajar Motorik ............................................................................... 5

2.3.1 Implementasi Tahapan Kognitif .................................................................................................... 5

2.3.2 Implementasi Tahapan Asosiasi ................................................................................................... 5

2.3.3 Implementasi Tahapan Otomatisasi ............................................................................................ 5

2.4 Faktor Penghambat Dalam Melakukan Tahapan-tahapan Belajar Motorik........................................ 6

Bab III Penutup ............................................................................................................................................. 8

3.1 Kesimpulan ......................................................................................................................................... 8

Daftar Pustaka ............................................................................................................................................. 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rahantoknam (1988) memberikan definisi belajar motorik sebagai peningkatan dalam


suatu keahlian keterampilan motorik yang disebabkan oleh kondisi-kondisi latihan atau diperoleh
dari pengalaman, dan bukan karena proses kematangan atau motivasi temporer dan fluktuasi
fisiologis. Meskipun tekanan belajar motorik adalah penguasaan keterampilan, bukan berarti aspek
lain seperti domain kognitif dan afektif diabaikan. Belajar motorik dalam olahraga mencerminkan
suatu kegiatan yang disadari dari mana aktivitas belajar diarahkan untuk mencapai suatu tujuan
yang telah ditetapkan.

Belajar motorik adalah suatu proses perubahan yang relatif permanen dalam perilaku gerak
yang dihasilkan dari praktik atau pengalaman masa lalu (Gallahue et al., 2012: 14). Belajar
motorik adalah upaya untuk memperoleh keterampilan motorik, peningkatan kinerja yang
dipelajari dengan latihan, pengalaman, perolehan kembali keterampilan yang sulit dilakukan
atau tidak dapat dilakukan. Keterampilan motorik merupakan aktivitas atau tugas yang
memerlukan kontrol atas gerakan sendi dan segmen tubuh untuk mencapai suatu tujuan kualitas
gerak (Magill & Anderson, 2016: 3). Perubahan perilaku yang terjadi dalam belajar motorik
ternyata dapat diamati bahkan dapat diukur dari sikap dan penampilannya dalam suatu gerakan
atau penampilan tertentu (Magill, 1980).

Belajar keterampilan motorik adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon


muskuler yang umum diekspresikan dalam bentuk gerakan tubuh atau bagian tubuh (Drowatzky,
1981). Suatu proses tumbuh kembang pada kemampuan gerak anak sebagai perkembangan dari
kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Perkembangan motorik meyaitu suatu perkembangan
motorik kasar dan motorik halus. gerakan yang dihasilkan dari kemampuan mengontrol otot-otot
besar adalah keterampilan motorik kasar, contohnya adalah berjalan berlari, melompat, berguling.
Sedangkan perkembangan keterampilan motorik halus yaitu gerakan terbatas dari bagian-
bagian yang meliputi otot kecil, terutama gerakan pada bagian-bagian jari-jari tangan.

1
Contohnya menulis, menggambar, memegang sesuatu adalah perkembangan motorik(Ni Kadek
Novia Purnamasari dkk, 2014:6).
Robb (1972), membagi tahap belajar motorik dalam beberapa tahap yaitu: (1) tahap
pembentukan rencana, (2) tahap latihan, (3) tahap pelaksanaan. Dan Schmidt, (1988) mengutip
pendapat Fitts dan Postner yang menyatakan bahwa belajar keterampilan motorik berlangsung
melalui beberapa fase, yaitu: (1) fase kognitif, (2) fase fiksasi (asosiasi), dan (3) fase otomatisasi.
Merril (1976) menggambarkan bahwa belajar motorik terdiri dari tahap penguasaan, penghalusan
dan penstabilan motorik atau keterampilan teknik olahraga.

Tahap kognitif merupakan tahap awal dalam belajar motorik, pada tahap ini siswa berusaha
memahami bentuk-bentuk gerakan yang dipelajari, keterampilan intelektual banyak dilibatkan
pada tahap ini. Tahap asosiatif adalah tahap kedua dalam belajar motorik. Pada tahap ini asosiasi
verbal mulai ditinggalkan, dan sipelaku memusatkan perhatian pada bagaimana melakukan pola
motorik yang baik (benar). Tahap otomatisasi merupakan tahap paling akhir dari belajar motorik.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari belajar motorik?
2. Bagaimana tahapan-tahapan dari belajar motorik?
3. Apa faktor penghambat dalam belajar motorik?
4. Bagaimana implementasi tahap-tahap belajar motorik?

C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini diharapkan menambah wawasan dan memperkaya
pengetahuan pembaca dan penulis khususnya mengenai materi belajar motorik yang
membahas mengenai tahapan-tahapan dalam belajar motorik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Fase-fase Belajar Motorik


Sebelum melaksanakan tahapan-tahapan dalam belajar motorik ada beberapa fase yang
harus diketahui, menurut Puspita Bahridah,Neviyarni. (JPT :Vo. 2, No. 1,hal 16) dalam jurnal
penelitianya bahwa fase belajar motorik adalah suatu fase yang manggambarkan keadaan
penguasaan keterampilan motorik seseorang dalam dalam melaksanakan gerakan-gerakan
olahraga. Kemampuan seseorang untuk dapat menguasai keterampilan-keterampilan motorik
olah raga berbeda-beda, yang disebabkan oleh antara lain :

1.Perbedaan kemampuan kondisi dan koordinasi yang dimiliki


2.Perbedaan usia
3.Perbedaan pengalaman gerakan
4.Perbedaan jenis kelamin
5.Perbedaan kognitif,
6.Frekuensi latihan dan sebagainya

Pembagian fase-fase belajar motorik bukan berdasarkan pada tingkat usia, melainkan pada
tingkat kemampuan seseorang dalam penguasaan keterampilan-keterampilan motorik olahraga
dalam melaksanakan gerakan-gerakan

2.2 Tahapan-Tahapan Belajar Motorik


Robb (1972), membagi tahap belajar motorik dalam beberapa tahap yaitu: (1) tahap
pembentukan rencana, (2) tahap latihan, (3) tahap pelaksanaan. Dan Schmidt, (1988) mengutip
pendapat Fitts dan Postner yang menyatakan bahwa belajar keterampilan motorik berlangsung
melalui beberapa fase, yaitu: (1) fase kognitif, (2) fase fiksasi (asosiasi), dan (3) fase otomatisasi.
Merril (1976) menggambarkan bahwa belajar motorik terdiri dari tahap penguasaan, penghalusan
dan penstabilan motorik atau keterampilan teknik olahraga.

3
2.2.1 Tahapan Kognitif (cognitive stage)
Dalam mulai mempelajari suatu tugas baru dibutuhkan informasi cara melaksanaan
tugas gerak yang bersangkutan dengan benar. Oleh karena itu pelaksanaan tugas gerak
diawali dengan menerima informasi dan pembentukan pengertian.

Tahap ini merupakan tahap awal dalam belajar motorik, pada tahap ini seringkali
terjadi kejutan berupa peningkatan yang besar bila dibandingkan dengan kemajuan pada
tahap-tahap berikutnya. Gerakan yang diperagakan atlit memang kelihatan masih kaku dan
kurang terkoordinasi, kurang efisien dan bahkan hasilnya kurang konsisten. Untuk tahap
pertama ini Adams menyebutnya dengan istilah motor-verbal. (Lutan, 1988). Sedangkan
Rahantoknam (1988) menyebut tahap ini dengan istilah tahap formasi rencana.

Dapat disimpulkan bahwa, selama tahap awal belajar keterampilan, upaya utama
yang dikhususkan terhadap peserta didik mempelajari komponen dasar dari tugas, pertama
dengan menggambarkan komponen dan kemudian dengan meminta peserta didik untuk
berlatih setiap segmen pada respon.

2.2.2 Tahapan Fiksasi/Asosiasi


Pada tahap ini asosiasi verbal mulai ditinggalkan, dan sipelaku memusatkan
perhatian pada bagaimana melakukan pola motorik yang baik (benar). Permulaan dari
tahap ini ditandai oleh semakin efektifnya cara-cara siswa melaksanakan tugas motorik,
dan mereka mulai mampu menyesuaikan diri dengan keterampilan yang dilakukan. (Lutan,
1988). Tahap ini oleh Rahantoknam (1988) disebut sebagai tahap latihan, yang merupakan
rangkaian dari tahap rencana pelaksanaan. Adams menyebutnya sebagai motor stage, pada
tahap ini motor-verbal semakin ditinggalkan dan siswa mulai memusatkan perhatian
bagaimana melakukan pola gerak yang baik, dari pada mencari-cari pola mana yang akan
dihasilkan.

2.2.3 Tahapan Otomatisasi


Tahap ini merupakan tahap paling akhir dari belajar motorik. Rahantoknam (1988)
menyatakan bahwa pada pelaksanaan otomatis, maka belajar keterampilan makin ringan

4
dalam penyelesaian suatu tugas atau keterampilan, dan ini berarti makin menurun stres
yang dialami oleh siswa.
Yang menarik adalah pelaksanaan tugas gerak yang dilaksanakan tidak terganggu
oleh kegiatan lain yang terjadi secara simultan, dan siswa tidak terlalu banyak
menumpahkan perhatian pada tugas gerak yang sedang dilaksanakan. Keuntungan dari
otomatisasi gerakan ini, siswa akan dapat memproses informasi penting yang lain yang
dapat menunjang tugas gerak, seperti taktik bermain yang harus digunakan.

2.3 Implementasi Tahapan-Tahapan Belajar Motorik

2.3.1 Implementasi Tahapan Kognitif


Pada tahap ini pelaku gerak berusaha memahami bentuk-bentuk gerakan yang
dipelajari, keterampilan intelektual banyak dilibatkan pada tahap ini. Pelaku gerak mulai
mencoba-coba melaksanakan tugas motorik, dan dihadapkan dengan tugas yakni apa yang
harus dilakukan. Pada tahap ini mereka harus memahami apa yang diperlukan oleh
keterampilan atau tugas tersebut, sehingga harus memformulasikan rencana pelaksanaan,
dan apabila telah memperoleh konsep-konsep verbal yang cukup, maka akan dapat
mencerna keterampilan tersebut sampai pada taraf tertentu pada fase ini.
Contoh : memberi tahu dan mencontohkan cara menendang bola.

2.3.2 Implementasi Tahapan Fiksasi/ Asosiasi


Pada tahap ini siswa melaksanakan latihan sesuai dengan rencana pelaksanaan. Pada
tahap ini gerakan yang dilakukan tidak lagi untung-untungan, tetapi makin konsisten.
Gerakan makin terpola, dan mulai menyadari kaitan antara motorik yang dilakukan dengan
hasil yang dicapai.
Contoh : pelaku gerak mencoba menendang bola dan dilakukan berulang-ulang.

2.3.3 Implementasi Tahapan Otomatisasi


Pada fase ini siswa mampu melakukan seluruh rencana pelaksanaan secara otomatis
atau tanpa disadari sama sekali. Siswa telah mencapai rangkaian gerakan melalui latihan

5
yang sungguh-sungguh, dan rentangan kesalahan mulai berkurang, pola gerakan sementara
telah disempurnakan, dan siswa melakukan seluruh pola gerakan secara otomatis, dengan
hasil yang cukup memuaskan.
Contoh : pelaku gerak sudah mahir dan mampu menendang bola, ia cenderung melakukan
koreksi terhadap tendangannya agar lebih sempurna.

2.4 Faktor Penghambat dalam melakukan Tahapan Belajar Motorik


Faktor yang menghambat tersebut mungkin adalah kebiasaan orang tua yang keliru, antara
lain sebagai berikut. Kebiasaan menggendong yang keliru, Dikutip dari Detik Health,
spesialis anak dr. Meta Hanindita, SpA menjelaskan bahwa :

1. Kebiasaan keliru saat menggendong anak


Besar pengaruhnya pada perkembangan motorik anak. Jika sejak usia dini orang tua senang
menggendong anak, maka kemampuan berjalan bisa terhambat. Anak jadi lambat belajar
jalan.
2. Kurang menstimulasi gerakan
Pada awal perkembangannya, sejak usia dini anak perlu distimulasi agar setiap anggota
tubuhnya bergerak. Mulai dari kepala, tangan dan kaki hingga hal terkecil seperti kedipan
mata, gerakan jemari maupun lidah serta bibir.
3. Gizi buruk

Anak sejak usia dini, dalam perkembangan proses pertumbuhannya membutuhkan support
dari makanan yang diolah jadi energi. Selain itu, beberapa sumber nutrisi juga bermanfaat
untuk menguatkan otot serta menyeimbangkan imun sehingga tak mudah sakit. Biasakan
untuk memberikan gizi dengan cukup pada buah hati ya agar tidak menghambat
perkembangan motoriknya.

4. Orang tua terlalu protektif


Wajar jika orang tua tidak ingin anaknya terluka atau cedera. Tetapi kadang orang tua jadi
terlalu takut untuk memberikan waktu pada anak mengeksplorasi sekitar. Beberapa saat,
berikan waktu buat anak sejak usia dini untuk mengeksplor sekitar. Dengan aktivitas
tersebut, ia bisa merespon rangsangan motorik.

6
5. Orang tua terlalu cepat membantu
Saat pertama belajar berjalan, tak jarang buah hati akan terjatuh. Saat itu pula refleknya
mulai dibentuk, misalnya, ketika jatuh secara reflek akan terbangun meskipun menangis.
Untuk belajar berjalan, cobalah memberikan area aman untuk anak. Jauhkan dari barang
yang tajam dan berbahaya. Jika memungkinkan, berikan matras pada lantai agar anak sejak
usia dini terlatih dengan gerakan reflek.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Belajar motorik sebagai peningkatan dalam suatu keahlian keterampilan motorik yang
disebabkan oleh kondisi-kondisi latihan atau diperoleh dari pengalaman, dan bukan karena
proses kematangan atau motivasi temporer dan fluktuasi fisiologis. Dalam belajar motorik
di dalamnya terlibat sutu proses yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam perilaku
motorik sebagai hasil latihan. Oleh karena itu fokus dari belajar motorik adalah terjadinya
perubahan dalam organisme yang memungkinkan untuk melakukan sesuatu yang berbeda
(lebih baik) dari keadaan sebelum berlatih. Apabila telah terjadi suatu kebiasaan, dan
kebiasaan itu kuat, keterampilan akan dapat diperagakan selama situasi yang ada
mendukung. Penguasaan materi keterampilan yang dipelajari harus terus menerus diulang
dan dipelajari, agar keterampilan yang telah dikuasai tetap dapat dipertahankan. Karena
keterbatsan kemampuan manusia maka diperlukan latihan untuk tetap mempertahankan
hasil latihan yang telah diperoleh sebelumnya.

Oleh karena itu dalam mempelajari gerak motorik diperlukan latihan secara bertahap agar
didapatkan hasil yang maksimal. Latihan secara bertahap ini akan memberikan pemahaman
mendasar mengenai gerak yang dilakukan oleh pelaku gerak, mengapa dilakukan, dan
bagaimana menyempurnakan gerak tersebut. Dengan pemahaman yang bertahap dan
mendasar, kemampuan yang dimiliki akan jauh lebik baik dan sempurna, serta menghindari
kecelakaan atau cedera yang disebabkan oleh kesalahan bentuk gerakan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Dickywankie. 2020. “tahap-tahap-belajar-motorik-belajar”.

Puspita Bahridah,Neviyarni.2021. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Motorik Dalam


Pembelajaran”. JPT :Vo. 2, No. 1.Universitas Negeri Padang, Sumatera Barat.

Sriwahyuniati, Fajar. 2017. Belajar Motorik. Yogyakarta: UNY Press

Winarno, Mashuri Eko. 2017. “Belajar Motorik.” Belajar Motorik 91:399–404. “28 Maret 2023”

Anda mungkin juga menyukai