(BELAJAR MOTORIK)
Dosen Pengampu :
Di Susun Oleh :
2023
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-Nyalah sehingga tugas kelompok makalah dengan judul “Tahapan-Tahapan Motorik”
dapat kami selesaikan sesuai waktu yang ditargetkan. Makalah ini kami susun untuk memberikan
informasi kepada pembaca mengenai tahapan-tahapan belajar motorik, serta sebagai bahan
penilaian dalam menguji pemahaman belajar kami.
Kami menyadari dalam makalah ini terdapat kekurangan ataupu kesalahan, untuk itu kami
mohon kritik demi kesempuranaan makalah selanjutnya. Atas partisipasinya kami ucapkan terima
kasih.
Kelompok 2
ii
Daftar Isi
Kata pengantar ............................................................................................................................................. ii
Daftar Isi ...................................................................................................................................................... iii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Belajar motorik adalah suatu proses perubahan yang relatif permanen dalam perilaku gerak
yang dihasilkan dari praktik atau pengalaman masa lalu (Gallahue et al., 2012: 14). Belajar
motorik adalah upaya untuk memperoleh keterampilan motorik, peningkatan kinerja yang
dipelajari dengan latihan, pengalaman, perolehan kembali keterampilan yang sulit dilakukan
atau tidak dapat dilakukan. Keterampilan motorik merupakan aktivitas atau tugas yang
memerlukan kontrol atas gerakan sendi dan segmen tubuh untuk mencapai suatu tujuan kualitas
gerak (Magill & Anderson, 2016: 3). Perubahan perilaku yang terjadi dalam belajar motorik
ternyata dapat diamati bahkan dapat diukur dari sikap dan penampilannya dalam suatu gerakan
atau penampilan tertentu (Magill, 1980).
1
Contohnya menulis, menggambar, memegang sesuatu adalah perkembangan motorik(Ni Kadek
Novia Purnamasari dkk, 2014:6).
Robb (1972), membagi tahap belajar motorik dalam beberapa tahap yaitu: (1) tahap
pembentukan rencana, (2) tahap latihan, (3) tahap pelaksanaan. Dan Schmidt, (1988) mengutip
pendapat Fitts dan Postner yang menyatakan bahwa belajar keterampilan motorik berlangsung
melalui beberapa fase, yaitu: (1) fase kognitif, (2) fase fiksasi (asosiasi), dan (3) fase otomatisasi.
Merril (1976) menggambarkan bahwa belajar motorik terdiri dari tahap penguasaan, penghalusan
dan penstabilan motorik atau keterampilan teknik olahraga.
Tahap kognitif merupakan tahap awal dalam belajar motorik, pada tahap ini siswa berusaha
memahami bentuk-bentuk gerakan yang dipelajari, keterampilan intelektual banyak dilibatkan
pada tahap ini. Tahap asosiatif adalah tahap kedua dalam belajar motorik. Pada tahap ini asosiasi
verbal mulai ditinggalkan, dan sipelaku memusatkan perhatian pada bagaimana melakukan pola
motorik yang baik (benar). Tahap otomatisasi merupakan tahap paling akhir dari belajar motorik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari belajar motorik?
2. Bagaimana tahapan-tahapan dari belajar motorik?
3. Apa faktor penghambat dalam belajar motorik?
4. Bagaimana implementasi tahap-tahap belajar motorik?
C. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini diharapkan menambah wawasan dan memperkaya
pengetahuan pembaca dan penulis khususnya mengenai materi belajar motorik yang
membahas mengenai tahapan-tahapan dalam belajar motorik.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Pembagian fase-fase belajar motorik bukan berdasarkan pada tingkat usia, melainkan pada
tingkat kemampuan seseorang dalam penguasaan keterampilan-keterampilan motorik olahraga
dalam melaksanakan gerakan-gerakan
3
2.2.1 Tahapan Kognitif (cognitive stage)
Dalam mulai mempelajari suatu tugas baru dibutuhkan informasi cara melaksanaan
tugas gerak yang bersangkutan dengan benar. Oleh karena itu pelaksanaan tugas gerak
diawali dengan menerima informasi dan pembentukan pengertian.
Tahap ini merupakan tahap awal dalam belajar motorik, pada tahap ini seringkali
terjadi kejutan berupa peningkatan yang besar bila dibandingkan dengan kemajuan pada
tahap-tahap berikutnya. Gerakan yang diperagakan atlit memang kelihatan masih kaku dan
kurang terkoordinasi, kurang efisien dan bahkan hasilnya kurang konsisten. Untuk tahap
pertama ini Adams menyebutnya dengan istilah motor-verbal. (Lutan, 1988). Sedangkan
Rahantoknam (1988) menyebut tahap ini dengan istilah tahap formasi rencana.
Dapat disimpulkan bahwa, selama tahap awal belajar keterampilan, upaya utama
yang dikhususkan terhadap peserta didik mempelajari komponen dasar dari tugas, pertama
dengan menggambarkan komponen dan kemudian dengan meminta peserta didik untuk
berlatih setiap segmen pada respon.
4
dalam penyelesaian suatu tugas atau keterampilan, dan ini berarti makin menurun stres
yang dialami oleh siswa.
Yang menarik adalah pelaksanaan tugas gerak yang dilaksanakan tidak terganggu
oleh kegiatan lain yang terjadi secara simultan, dan siswa tidak terlalu banyak
menumpahkan perhatian pada tugas gerak yang sedang dilaksanakan. Keuntungan dari
otomatisasi gerakan ini, siswa akan dapat memproses informasi penting yang lain yang
dapat menunjang tugas gerak, seperti taktik bermain yang harus digunakan.
5
yang sungguh-sungguh, dan rentangan kesalahan mulai berkurang, pola gerakan sementara
telah disempurnakan, dan siswa melakukan seluruh pola gerakan secara otomatis, dengan
hasil yang cukup memuaskan.
Contoh : pelaku gerak sudah mahir dan mampu menendang bola, ia cenderung melakukan
koreksi terhadap tendangannya agar lebih sempurna.
Anak sejak usia dini, dalam perkembangan proses pertumbuhannya membutuhkan support
dari makanan yang diolah jadi energi. Selain itu, beberapa sumber nutrisi juga bermanfaat
untuk menguatkan otot serta menyeimbangkan imun sehingga tak mudah sakit. Biasakan
untuk memberikan gizi dengan cukup pada buah hati ya agar tidak menghambat
perkembangan motoriknya.
6
5. Orang tua terlalu cepat membantu
Saat pertama belajar berjalan, tak jarang buah hati akan terjatuh. Saat itu pula refleknya
mulai dibentuk, misalnya, ketika jatuh secara reflek akan terbangun meskipun menangis.
Untuk belajar berjalan, cobalah memberikan area aman untuk anak. Jauhkan dari barang
yang tajam dan berbahaya. Jika memungkinkan, berikan matras pada lantai agar anak sejak
usia dini terlatih dengan gerakan reflek.
7
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Belajar motorik sebagai peningkatan dalam suatu keahlian keterampilan motorik yang
disebabkan oleh kondisi-kondisi latihan atau diperoleh dari pengalaman, dan bukan karena
proses kematangan atau motivasi temporer dan fluktuasi fisiologis. Dalam belajar motorik
di dalamnya terlibat sutu proses yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam perilaku
motorik sebagai hasil latihan. Oleh karena itu fokus dari belajar motorik adalah terjadinya
perubahan dalam organisme yang memungkinkan untuk melakukan sesuatu yang berbeda
(lebih baik) dari keadaan sebelum berlatih. Apabila telah terjadi suatu kebiasaan, dan
kebiasaan itu kuat, keterampilan akan dapat diperagakan selama situasi yang ada
mendukung. Penguasaan materi keterampilan yang dipelajari harus terus menerus diulang
dan dipelajari, agar keterampilan yang telah dikuasai tetap dapat dipertahankan. Karena
keterbatsan kemampuan manusia maka diperlukan latihan untuk tetap mempertahankan
hasil latihan yang telah diperoleh sebelumnya.
Oleh karena itu dalam mempelajari gerak motorik diperlukan latihan secara bertahap agar
didapatkan hasil yang maksimal. Latihan secara bertahap ini akan memberikan pemahaman
mendasar mengenai gerak yang dilakukan oleh pelaku gerak, mengapa dilakukan, dan
bagaimana menyempurnakan gerak tersebut. Dengan pemahaman yang bertahap dan
mendasar, kemampuan yang dimiliki akan jauh lebik baik dan sempurna, serta menghindari
kecelakaan atau cedera yang disebabkan oleh kesalahan bentuk gerakan.
8
DAFTAR PUSTAKA
Winarno, Mashuri Eko. 2017. “Belajar Motorik.” Belajar Motorik 91:399–404. “28 Maret 2023”