Makalah Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif
Makalah Keperawatan Menjelang Ajal Dan Paliatif
PALIATIF
Dosen Pembimbing:
Dr. Yuni Sufyanti Arief, S.Kp., M.Kes
Disusun Oleh:
Cucu Eka Pertiwi (131611133007)
Regyana Mutiara Guti (131611133013)
Dwi Utari Wahyuning Putri (131611133019)
Verantika Setya Putri (131611133026)
Rizki Jian Utami (131611133032)
Muhammad Hidayatullah A.M. (131611133039)
Annisa Fiqih (131611133045)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Mata
Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif yang berjudul “Evidence Based
Practice: Terapi Musik pada Palliative Care”.
Penyusun
Kelompok 6 A1-2016
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 PICOT.......................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.4 Tujuan Penulisan.......................................................................................4
1.4.1 Tujuan Umum..................................................................................4
1.4.2 Tujuan Khusus.................................................................................4
BAB 2 ISI...................................................................................................................5
2.1 Strategi Pencarian Literatur........................................................................5
2.2 Rangkuman dari Research Evidence.........................................................5
BAB 3 PEMBAHASAN.............................................................................................14
3.1 Critical Analysis........................................................................................14
3.2 Aplikasi dan Rekomendasi dari Evidence.................................................20
BAB 4 PENUTUP.......................................................................................................23
4.1 Kesimpulan................................................................................................23
4.2 Saran..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
dapat merubah kerja sistem tubuh (Djohan, 2009) oleh karena itu kelompok ingin
melihat efektivitas Evidence Based Practice dari terapi musik terhadap pasien
dengan perawatan paliatif care.
1.2 PICOT
P I C O T
Patient or Intervention Comparison Outcome Time
Problem Intervention
Nyeri pada Memberikan 1. Pemberian Semua terapi music membantu Selama satu
pasien terapi musik terapi murotal mengekspresikan perasaan, bulan, dan
kanker. klasik. Al Quran untuk membantu rehabilitasi intervensi
mengurangi fisik,memberi pengaruh positif diberikan
kecemasan terhadap kondisi suasana hati setiap hari,
pada penderita dan emosi, meningkatkan per hari
kanker memori,serta menyediakan dilaksanakan
2. Spiritual kesempatan yang unik untuk dua kali yaitu
emotional berinteraksi dan pukul 15.00
freedom membangun kedekatan dan 19.00
technique (seft) emosional. Dengan demikian, dengan durasi
menurunkan terapi musik diharapkan dapat 15 menit
stress pasien membantu mengatasi stress,
kanker serviks mencegah penyakit dan
3. Pengaruh meringankan rasa sakit
teknik relaksasi (Anugroho, 2012). Jenis musik
hand massage yang digunakan dalam terapi
terhadap nyeri musik dapat
pada pasien disesuaikan dengan keinginan,
kanker seperti musik
payudara di klasik, instrumentalis, dan
yayasan kanker slow music (Potter, 2005).
indonesia Musik digunakan untuk
surabaya beberapa alasan antara lain:
4. Program self- a. Untuk meredakan rasa sakit
management:
yang berkaitan dengan
atasi nyeri dan
anesthesia atau pengurangan
tingkatkan
sakit.
kualitas hidup b. Untuk menenangkan pasien
penderita c. Untuk mengurangi
kanker. kegelisahan selama
melahirkan.
d. Efek Mozart, adalah salah
2
satu istilah untuk efek yang
bisa dihasilkan sebuah musik
yang
dapat meningkatkan
intelegensia seseorang.
e. Refresing, pada saat pikiran
seseorang lagi kacau atau
jenuh, dengan mendengarkan
music walaupun sejenak,
terbukti dapat menenangkan
dan menyegarkan pikiran
kembali.
f. Motivasi, hal yang hanya
bisa dilahirkan dengan
“feeling”tertentu. Apabila ada
motivasi,semangatpun akan
muncul.
g. Berbagai penelitian dan
literatur menerangkan tentang
manfaat musik untuk
kesehatan, baik untuk
kesehatan fisik maupun
mental, beberapa penyakit
yang dapat ditangani dengan
musik
antara lain: kanker, stroke,
dimensi, nyeri, gangguan
kemampuan belajar, dan bayi.
prematur (Laila, 2011).
3
1.4.2 Tujuan Khusus
1) Menjelaskan gambaran nyeri sesudah dan sebelum pemberian terapi
musik pada pasien perawatan paliatif
2) Menjelaskan bagaimana respon fisiologis setelah diberikan terapi musik
pada pasien dengan peawatan Paliatif
3) Menjelaskan bagaimana respon psikologis setelah diberikan terapi
musik pada pasien dengan perawatan paliatif
BAB 2
ISI
4
dengan intervensi kami hanya 2-3 jurnal. Setelah menemukan jurnal yang
dimaksud kami melakukan pengkajian per jurnal atau literature review dan juga
membandingankan jurnal satu dengan yang lain, sehingga total jurnal yang sesuai
dengan topik kami ada 6 jurnal.
5
b) Judul : Perbedaan Intensitas Nyeri pada Pasien Kanker
Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi Musik Klasik di Rumah Sakit
Telogorejo Semarang
Penulis : Andreas Endarto, Ns.Ismonah. M.Kep. Sp.MB,
Wulandari M, SKM,.M.Si
Jurnal : STIKES Telogorejo Semarang
Ringkasan
6
merangsang sekresi endorfin yang akan menghambat pelepasan
substansi P. Musik klasik Mozart sendiri juga dapat merangsang
peningkatan hormon endorfin yang merupakan substansi sejenis
morfin yang disuplai oleh tubuh(Farida, 2010, hlm.23). Sehingga
pada saat neuron nyeri perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi
sinapsis antara neuron perifer dan neuron yang menuju otak tempat
seharusnya substansi P akan menghantarkan impuls. Pada saat
tersebut, endorfin akan memblokir lepasnya substansi P dari neuron
sensorik, sehinnga transmisi impuls nyeri di medula spinalis menjadi
terhambat, sehingga sensasi nyeri menjadi berkurang (Potter &
Perry,2006, hlm. 1507). Stimulus yang menyenangkan dari luar
seperti terapi musik juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga
stimulus nyeri yang dirasakan oleh pasien menjadi berkurang.
Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan
pertisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang
digunakan, dan minat individu dalam stimulasi Oleh karena itu,
stimulasi otak akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri (Tamsuri,
2007, hlm.61). Mendengarkan musik secara teratur membantu tubuh
santai secara fisik dan mental sehingga membantu menyembuhkan
dan mencegah nyeri. Para ahli yakin setiap jenis musik klasik seperti
Mozart atau Beethoven dapat membantu sakit otot dan nyeri kronis
(Muttaqin, 2008, hlm.40).
7
SeLIMuT, sedangkan pada kelompok yang tidak diberi terapi justru
terjadi peningkatan nyeri. Hal ini berarti SeLIMuT memiliki pengaruh
yang efektif dalam menurunkan nyeri pasien kanker paliatif.
Penurunan nyeri yang terjadi pada kelompok intervensi dapat
dijelaskan sebagai akibat dari karakteristik dan metode pemberian
SeLIMuT. Karakteristik SeLIMuT yang dapat memengaruhi
penurunan nyeri yaitu musik yang digunakan dalam terapi merupakan
musik pilihan yang disukai responden dari daftar lagu yang disediakan
oleh peneliti. Jenis musik yang ditawarkan adalah musik slow dengan
tempo stabil. Metode yang digunakan dalam terapi juga dapat
memengaruhi penurunan nyeri melalui alat yang digunakan dalam
mendengarkan musik, yaitu dengan earphone. Selain itu, juga waktu,
durasi, dan frekuensi terapi yang sesuai. Responden kelompok
intervensi mendengarkan terapi melalui earphone yang disambungkan
dengan MP3 Player. Penggunaan earphone lebih bersifat individual
sehingga responden lebih dapat menikmati musik dan tidak terganggu
dengan kebisingan di lingkungan sekitar. Metode tersebut dapat
meningkatkan kenyamanan dan ketenangan sehingga membuat pasien
relaks dan meningkatkan toleransi terhadap rasa nyeri. SeLIMuT
berperan dalam menurunkan nyeri dengan cara memengaruhi hipofisis
otak untuk melepaskan endorfin. Musik yang didengarkan akan masuk
melalui telinga, kemudian akan menggetarkan gendang telinga dan
mengguncang cairan yang ada di telinga bagian dalam. Musik juga
menggetarkan sel-sel berambut di dalam koklea, kemudian melalui
saraf koklearis getaran tersebut menuju ke otak dan memengaruhi
hipofisis untuk melepaskan endorphin.
Mendengarkan musik yang disukai juga berpengaruh terhadap
sistem limbik dan saraf otonom. Pada sistem limbik, musik dapat
membangkitkan respons psikofisiologi melalui pengaruh pitch dan
ritme musik. Musik juga menstimulasi sistem neurohormonal dan
pelepasan endorphin yang bereaksi pada reseptor spesifik di otak
untuk mengubah emosi, mood, dan fisiologi. Adanya respons
8
psikofisiologi ini juga dapat berpengaruh terhadap persepsi dan
respons pasien terhadap nyeri yang dirasakan.
9
menyenangkan bagi pasien kanker payudara (Nur Fadilah & Astuti,
2018). Apabila pasien kanker payudara mempersepsikan sentuhan
sebagai stimulus untuk rileks. Kemudian akan muncul respon
relaksasi. Relaksasi juga dapat mengurangi rasa cemas akibat nyeri,
sehingga dapat mencegah nyeri bertambah berat. Cara kerja dari
masase in menyebabkan terjadinya pelepasan endorphin, sehingga
memblok transmisi stimulus nyeri (Potter & Perry, 2005).
1
2014). Dukungan SM didefinisikan oleh IOM (2003) sebagai
pemberian layanan sistematis tentang intervensi pendukung dan
edukasi oleh tenaga kesehatan untuk meningkatkan keterampilan dan
rasa percaya diri pasien dalam mengelola masalah kesehatannya,
termasuk pengkajian regular terhadap masalah kesehatan dan
perbaikan kondisinya, penetapan tujuan, dan dukungan untuk
memecahkan masalah. Dengan demikian SM merupakan tugas yang
diemban pasien untuk mengelola aspek medis dan emosional, juga
perannya terkait kondisi kesehatannya (McCorkle, et al, 2011).
Ringkasan
1
menemukan sesi terapi musik sebagai sesuatu hal yang
menyenangkan.
Ringkasan
Ringkasan
1
BAB 3
PEMBAHASAN
1
SeLIMuT berperan dalam menurunkan nyeri dengan cara
memengaruhi hipofisis otak untuk melepaskan endorfin.
Musik yang didengarkan akan masuk melalui telinga,
kemudian akan menggetarkan gendang telinga dan
mengguncang cairan yang ada di telinga bagian dalam.
Musik juga menggetarkan sel-sel berambut di dalam koklea,
kemudian melalui saraf koklearis getaran tersebut menuju
ke otak dan memengaruhi hipofisis untuk melepaskan
endorphin.
Mendengarkan musik yang disukai juga berpengaruh
terhadap sistem limbik dan saraf otonom. Pada sistem
limbik, musik dapat membangkitkan respons psikofisiologi
melalui pengaruh pitch dan ritme musik. Musik juga
menstimulasi sistem neurohormonal dan pelepasan
endorphin yang bereaksi pada reseptor spesifik di otak untuk
mengubah emosi, mood, dan fisiologi. Adanya respons
psikofisiologi ini juga dapat berpengaruh terhadap persepsi
dan respons pasien terhadap nyeri yang dirasakan.
Kelebihan Terapi musik memiliki kelebihan sebagai intervensi yang
dapat diterapkan secara sederhana, noninvasif, perangsang
relaksasi nonfarmakologis yang aman, murah, dan efektif.
Kekurangan Tidak dilakukan matching dalam pemilihan sampel
penelitian menjadi kelemahan dalam penelitian ini sehingga
bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan
penelitian dengan responden yang lebih banyak dan meneliti
pengaruh terapi musik pada masing-masing tingkat nyeri.
1
memberikan rasa santai dan nyaman atau menyenangkan. Di
samping sebagai hiburan, musik juga dapat menyembuhkan
stres, depresi dan nyeri. musik terbukti dapat menurunkan
denyut jantung. Ini membantu menenangkan dan
merangsang bagian otak yang terkait ke aktivitas emosi dan
tidur (Muttaqin, 2008, hlm.39).
Musik dapat menyembuhkan nyeri kronis, ia bekerja pada
sistem syaraf otonom yaitu bagian sistem syaraf yang
bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut
jantung, dan fungsi otak yang mengontrol perasaan dan
emosi. Menurut penelitian, kedua sistem tersebut bereaksi
sensitif terhadap musik (Muttaqin, 2008, hlm.40).
Hal ini menunjukan bahwa terapi musik klasik Mozart
dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori Gate Control,
bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh
mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf pusat
(Farida, 2010, hlm.23). Teori Gate Control dari Melzack
dan Wall (1965 dalam Potter & Perry,2006, hlm. 1507)
mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau
dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem
saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri
dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls
dihambat saat sebuah pertahanan ditutup. Salah satu cara
menutup mekanisme pertahanan ini adalah dengan
merangsang sekresi endorfin yang akan menghambat
pelepasan substansi P. Musik klasik Mozart sendiri juga
dapat merangsang peningkatan hormon endorfin yang
merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh
tubuh(Farida, 2010, hlm.23). Sehingga pada saat neuron
nyeri perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis
antara neuron perifer dan neuron yang menuju otak tempat
seharusnya substansi P akan menghantarkan impuls. Pada
1
saat tersebut, endorfin akan memblokir lepasnya substansi P
dari neuron sensorik, sehinnga transmisi impuls nyeri di
medula spinalis menjadi terhambat, sehingga sensasi nyeri
menjadi berkurang (Potter & Perry,2006, hlm. 1507).
Stimulus yang menyenangkan dari luar seperti terapi musik
juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus
nyeri yang dirasakan oleh pasien menjadi berkurang.
Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan
pertisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang
digunakan, dan minat individu dalam stimulasi. Oleh
karena itu, stimulasi otak akan lebih efektif dalam
menurunkan nyeri (Tamsuri, 2007, hlm.61). Mendengarkan
musik secara teratur membantu tubuh santai secara fisik
dan mental sehingga membantu menyembuhkan dan
mencegah nyeri. Para ahli yakin setiap jenis musik klasik
seperti Mozart atau Beethoven dapat membantu sakit otot
dan nyeri kronis (Muttaqin, 2008, hlm.40).
Kelebihan -
Kekurangan -
1
dan menciptakan rasa sejahtera. Musik dapat mempengaruhi
fungsi-fungsi fisiologis, seperti respirasi, denyut jantung dan
tekanan darah (Djohan, 2006). Musik juga dapat
menurunkan kadar hormon kortisol yang meningkat pada
saat stres. Musik juga merangsang pelepasan hormon
endorfin, hormon tubuh yang memberikan perasaan senang
yang berperan dalam penurunan nyeri (Djohan, 2006).
Musik Mozart dipilih karena memiliki keungulan akan
kemurnian dan kesederhanaan bunyi-bunyi yang
dimunculkannya, irama, melodi, dan frekuensi tinggi pada
musik Mozart merangsang dan memberi daya pada
daerahdaerah kreatif dan motivasi dalam otak. Musik karya
Mozart memberi rasa nyaman tidak hanya ditelinga tetapi di
jiwa juga yang mendengarkannya. Musik Mozart sesuai
dengan pola sel otak manusia, karena musik Mozart begitu
bervariasi dan kaya akan nada-nada dari lembut hingga
keras, dari lambat sampai cepat (Anonym, 2011).
Kelebihan Keunggulan terapi musik yaitu lebih murah daripada
analgesia, prosedur non-invasif, tidak melukai pasien, tidak
ada efek samping, penerapannya luas, bisa diterapkan pada
pasien yang tidak bisa diterapkan terapi secara fisik untuk
menurunkan nyeri.
Kekurangan Pada penelitian ini, belum diteliti lebih lanjut dengan jumlah
sampel yang lebih besar, memilah-milah stadium kanker,
menambah waktu pemberian musik klasik dan meneliti
faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap penilaian skala
nyeri pada pasien kanker payudara.
1
berkunjung di layanan konsultasi di Mayo Clinic
(Rochester, Minnesota) pada Juni hingga 31 Desember
2016.
Terapi musik diberikan kepada 57 pasien dan 53 anggota
keluarga. Survei pasien menunjukkan penurunan kecemasan
dan nyeri. Semua pasien melaporkan bahwa terapi musik
memfasilitasi sebagai penghilang stres, relaksasi,
penghilang nyeri, dukungan spiritual, dukungan emosional,
dan perasaan sehat secara umum. Semua peserta
merekomendasikan layanan terapi musik kepada lainnya.
Dokter perawatan paliatif melaporkan bahwa terapi musik
adalah nilai tambah sebagai layanan holistik.
Penyedia layanan yang melengkapi survei juga berkomentar
bahwa mereka terkejut bahwa intervensi terapi music
memberikan kelegaan bagi fisik dan distress emosional.
Bahkan pasien yang mengaku tidak suka musik menemukan
sesi terapi musik sebagai sesuatu hal yang menyenangkan.
Kelebihan Terapi musik merupakan intervensi yang dapat disarankan
kepada pasien untuk membantu mengurangi frustasi,
sehingga pasien mampu mengurangi penggunaan obat
farmakologis yang dapat menimbulkan multiple gejala.
Kekurangan -
1
Kelebihan -
Kekurangan Karena data yang tidak mencukupi, tidak ada karakteristik
musik yang ideal untuk manajemen nyeri yang diidentifikasi
menunjukkan bahwa musik sebagai intervensi, memerlukan
standarisasi melalui bahasa yang objektif seperti teori
musik.
Tidak ada perbandingan untuk mengevaluasi karakteristik
mana memiliki efek yang lebih kuat bisa dilakukan tetapi
karakteristik ini tampaknya untuk menjelaskan beberapa
heterogenitas yang diamati. Hasil ini mengkonfirmasi
bahwa intervensi mendengarkan musik harus dirancang dan
dijelaskan lebih objektif.
1
Mendengarkan musik dapat memproduksi zat endorphins
(substansi sejenis morfin yang disuplai tubuh yang dapat mengurangi rasa
sakit/nyeri) yang dapat menghambat transmisi impuls nyeri disistem saraf
pusat, sehingga sensasi nyeri dapat berkurang, musik juga bekerja pada
sistem limbik yang akan dihantarkan kepada sistem saraf yang mengatur
kontraksi otot-otot tubuh, sehingga dapat mengurangi kontraksi otot
(Potter & Perry, 2011).
Hasil uraian jurnal diatas menjelaskan bahwa banyak sekali manfaat dari
terapi musik ini. Manfaat –manfaat nya yaitu:
1. Musik juga menstimulasi sistem neurohormonal dan pelepasan
endorphin yang bereaksi pada reseptor spesifik di otak untuk
mengubah emosi, mood, dan fisiologi.
2. Terapi musik lebih murah daripada analgesia, prosedur non-invasif,
tidak melukai pasien, tidak ada efek samping, penerapannya luas, bisa
diterapkan pada pasien yang tidak bisa diterapkan terapi secara fisik
untuk menurunkan nyeri.
3. Untuk membantu mengurangi frustasi, sehingga pasien mampu
mengurangi penggunaan obat farmakologis yang dapat menimbulkan
multiple gejala.
Dari kelompok kami pun merekomendasikan terapi musik sebagai
terapi untuk mengurangi intensitas nyeri.
Uraian pada analisis diatas menunjukan bahwa manfaat dari terapi
musik ini mampu dan efektif mengurang nyeri pada pasien. Maka dari itu,
pengaplikasian terapi musik klasik ini sangat direkomendasikan guna
untuk meminimalisir perasaan nyeri yang dialami pasien, sehingga tidak
timbul masalah-masalah yang baru.
2
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Kita sebagai mahasiswa keperawatan seharusnya lebih
mengembangkan pengetahuan tentang bagaimana perawatan secara paliatif
dengan menggunakan metode terapi musik. Sebagai perawat, kita perlu
melakukan asuhan keperawatan yang terorganisir untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan memberikan hasil yang berdampak.
DAFTAR PUSTAKA
Endartanto, A., dan Meikawati, W. 2012. Perbedaan Intensitas Nyeri pada Pasien
Kanker sebelum dan sesudah Pemberian Terapi Musik Klasik di Rumah
Sakit
2
Telogo Rejo Semarang. Karya Ilmiah.
Gao, Y., et al. (2019). The Effectiveness of Music Therapy for Terminally Ill
Patients: A Meta-Analysis and Systematic Review. Journal of Pain and
Symptom Management, 57(2), 319–329.
https://doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2018.10.504