Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN

PALIATIF

Evidence Based Practice: Terapi Musik pada Palliative Care

Dosen Pembimbing:
Dr. Yuni Sufyanti Arief, S.Kp., M.Kes
Disusun Oleh:
Cucu Eka Pertiwi (131611133007)
Regyana Mutiara Guti (131611133013)
Dwi Utari Wahyuning Putri (131611133019)
Verantika Setya Putri (131611133026)
Rizki Jian Utami (131611133032)
Muhammad Hidayatullah A.M. (131611133039)
Annisa Fiqih (131611133045)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS
AIRLANGGA
SURABAYA
APRIL, 2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas Mata
Kuliah Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif yang berjudul “Evidence Based
Practice: Terapi Musik pada Palliative Care”.

Ucapan terimakasih kami haturkan kepada Dosen Pembimbing mata kuliah


Keperawatan Menjelang Ajal dan Paliatif, Dr. Yuni Sufyanti Arief, S.Kp., M.Kes,
yang telah membimbing kami selama perkuliahan hingga dapat menyelesaikan tugas
makalah ini.

Dengan demikian, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi


pembacanya. Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran
dari pembaca sangat kami butuhkan guna perbaikan dan penyempurnaan makalah
berikutnya. Atas kontribusi tersebut, kami ucapkan terimakasih.

Surabaya, 12 April 2019

Penyusun
Kelompok 6 A1-2016

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 PICOT.......................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah.....................................................................................3
1.4 Tujuan Penulisan.......................................................................................4
1.4.1 Tujuan Umum..................................................................................4
1.4.2 Tujuan Khusus.................................................................................4
BAB 2 ISI...................................................................................................................5
2.1 Strategi Pencarian Literatur........................................................................5
2.2 Rangkuman dari Research Evidence.........................................................5
BAB 3 PEMBAHASAN.............................................................................................14
3.1 Critical Analysis........................................................................................14
3.2 Aplikasi dan Rekomendasi dari Evidence.................................................20
BAB 4 PENUTUP.......................................................................................................23
4.1 Kesimpulan................................................................................................23
4.2 Saran..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................24

ii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kanker merupakan penyakit pada tubuh sebagai akibat dari sel-sel tubuh
yang tumbuh dan berkembang abnormal di luar batas kewajaran dan sangat liar,
serta dapat menimbulkan berbagai macam keluhan diantaranya nyeri (Jafar,
2013). Nyeri adalah keluhan utama yang paling sering diutarakan penderita dan
merupakan alasan paling umum untuk mencari dan mendapatkan bantuan medis.
Terapi musik bermanfaat untuk symptom management yang dapat mengurangi
sakit dan mual karena kanker serta meningkatkan kualitas hidup secara psikologis.
(sastrawinata, 2015).
Kanker diketahui dapat menimbulkan berbagai macam keluhan diantaranya
nyeri. Nyeri adalah keluhan utama yang paling sering dutarakan oleh penderita.
Dalam perjalanan penyakitnya, 45-100% penderita mengalami nyeri yang sedang
sampai berat, dan 80%-90% nyeri itu dapat ditanggulangi dengan pengelolaan
nyeri yang tepat sesuai dengan pedoman dari WHO seperti penggunaan medikasi
dengan tepat, pemberian terapi relaksasi maupun distraksi, serta terapi musik
klasik yang telah dilakukan penelitian oleh beberapa ahli (syafrudin, 2006 dalam
saragih, 2010).
Pasien dengan keadaan paliatif tidak hanya mengalami berbagai masalah
fisiologis tapi juga mengalami masalah psikologis, psikososial dan spiritual.
Pasien paliatif cenderung mengalami kehilangan tidur, kualitas tidur buruk,
peningkatan kecemasan yang tinggi serta nyeri. Masalah fisik dapat terjadi sesuai
dengan sakitnya dan masalah psikis dapat terjadi berupa gangguan cemas, depresi
hingga psikosis. (Lee,Chapa,Kao, Jones, Smith & Friedman, 2009).
Musik memiliki kekuatan yang luar biasa yang berdampak bagi kejiwaan.
musik dapat membantu seseorang dengan penyakit kronis menjadi lebih rileks,
mengurangi stress, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepas rasa sedih,
membuat jadi gembira, dan membantu melepaskan sakit atau nyeri. Musik yang
diberikan secara intensif dapat memberikan keukatan penuh, dalam arti untuk
merefleksikan emosi diri, penerangan jiwa dan ekspresi. Musik dapat
memperlambat dan mempercepat gelombang listrik yang terdapat di otak sehingga

1
dapat merubah kerja sistem tubuh (Djohan, 2009) oleh karena itu kelompok ingin
melihat efektivitas Evidence Based Practice dari terapi musik terhadap pasien
dengan perawatan paliatif care.

1.2 PICOT

P I C O T
Patient or Intervention Comparison Outcome Time
Problem Intervention
Nyeri pada Memberikan 1. Pemberian Semua terapi music membantu Selama satu
pasien terapi musik terapi murotal mengekspresikan perasaan, bulan, dan
kanker. klasik. Al Quran untuk membantu rehabilitasi intervensi
mengurangi fisik,memberi pengaruh positif diberikan
kecemasan terhadap kondisi suasana hati setiap hari,
pada penderita dan emosi, meningkatkan per hari
kanker memori,serta menyediakan dilaksanakan
2. Spiritual kesempatan yang unik untuk dua kali yaitu
emotional berinteraksi dan pukul 15.00
freedom membangun kedekatan dan 19.00
technique (seft) emosional. Dengan demikian, dengan durasi
menurunkan terapi musik diharapkan dapat 15 menit
stress pasien membantu mengatasi stress,
kanker serviks mencegah penyakit dan
3. Pengaruh meringankan rasa sakit
teknik relaksasi (Anugroho, 2012). Jenis musik
hand massage yang digunakan dalam terapi
terhadap nyeri musik dapat
pada pasien disesuaikan dengan keinginan,
kanker seperti musik
payudara di klasik, instrumentalis, dan
yayasan kanker slow music (Potter, 2005).
indonesia Musik digunakan untuk
surabaya beberapa alasan antara lain:
4. Program self- a. Untuk meredakan rasa sakit
management:
yang berkaitan dengan
atasi nyeri dan
anesthesia atau pengurangan
tingkatkan
sakit.
kualitas hidup b. Untuk menenangkan pasien
penderita c. Untuk mengurangi
kanker. kegelisahan selama
melahirkan.
d. Efek Mozart, adalah salah

2
satu istilah untuk efek yang
bisa dihasilkan sebuah musik
yang
dapat meningkatkan
intelegensia seseorang.
e. Refresing, pada saat pikiran
seseorang lagi kacau atau
jenuh, dengan mendengarkan
music walaupun sejenak,
terbukti dapat menenangkan
dan menyegarkan pikiran
kembali.
f. Motivasi, hal yang hanya
bisa dilahirkan dengan
“feeling”tertentu. Apabila ada
motivasi,semangatpun akan
muncul.
g. Berbagai penelitian dan
literatur menerangkan tentang
manfaat musik untuk
kesehatan, baik untuk
kesehatan fisik maupun
mental, beberapa penyakit
yang dapat ditangani dengan
musik
antara lain: kanker, stroke,
dimensi, nyeri, gangguan
kemampuan belajar, dan bayi.
prematur (Laila, 2011).

1.3 Rumusan Masalah


Nyeri yang tidak teratasi melalui pengobatan farmakologi dapat
memperburuk keadaan pasien karena dapat menimbulkan respon fisik dan psikis
yang hebat (Smeltzer &Bare 2002) berdasarkan masalah tersebut kelompok ingin
mencari adakah pengaruh Evidence Based Practice dari terapi musik terhadap
kesembuhan pasien paliatif care.

1.4 Tujuan Penulisan


1.4.1 Tujuan Umum
Menjelaskan pengaruh penggunaan terapi musik terhadap nyeri pada
pasien dengan perawatan paliatif.

3
1.4.2 Tujuan Khusus
1) Menjelaskan gambaran nyeri sesudah dan sebelum pemberian terapi
musik pada pasien perawatan paliatif
2) Menjelaskan bagaimana respon fisiologis setelah diberikan terapi musik
pada pasien dengan peawatan Paliatif
3) Menjelaskan bagaimana respon psikologis setelah diberikan terapi
musik pada pasien dengan perawatan paliatif

BAB 2
ISI

2.1 Strategi Pencarian Literatur


Pencarian literature ini dengan melakukan pencarian jurnal baik yang ada di
google schoolar maupun jurnal yang telah terindeks internasional seperti scopus,
pencarian ini dengan menuliskan kata kunci “Terapi Musik pada Penderita
Kanker” pada google schoolar dan kata kunci “Music therapy for palliative care,
music therapy for pain management, dan music therapy for cancer” pada scopus.
Dari keseluruhan pencarian ada sebanyak 30 jurnal yang ditemukan pada google
schoolar, namun yang sesuai dengan intervensi kami hanya sebanyak 3 jurnal.
Pada scopus pencarian mendapatkan 10-20 jurnal, namun jurnal yang sesuai

4
dengan intervensi kami hanya 2-3 jurnal. Setelah menemukan jurnal yang
dimaksud kami melakukan pengkajian per jurnal atau literature review dan juga
membandingankan jurnal satu dengan yang lain, sehingga total jurnal yang sesuai
dengan topik kami ada 6 jurnal.

2.2 Rangkuman dari Research Evidence


a) Judul : Efektifitas Terapi Musik terhadap Skala Nyeri pada Pasien
Kanker Payudara di Rumah Sakit Umum Dr. H Soewondo Kendal
Penulis : Puji Lestari, Machmudah, Elisa
Jurnal : S1 Ilmu Keperawatan Kendal
Ringkasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian
musik klasik Pachelbel Canon In D Major terhadap skala nyeri pada
pasien kanker payudara di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal.
Hasil ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Abdurrasyid pada tahun 2009 yang menyatakan ada pengaruh terapi
distraksi mendengarkan musik klasik mozart terhadap penurunan
skala nyeri pada pasien kanker di RS. Dharmais Jakarta, dengan hasil
p < 0,05. Terapi musik adalah penggunaan musik untuk relaksasi,
mempercepat penyembuhan, meningkatkan fungsi mental dan
menciptakan rasa sejahtera. Musik dapat mempengaruhi fungsi-fungsi
fisiologis, seperti respirasi, denyut jantung dan tekanan darah (Djohan,
2006). Musik juga dapat menurunkan kadar hormon kortisol yang
meningkat pada saat stres. Musik juga merangsang pelepasan hormon
endorfin, hormon tubuh yang memberikan perasaan senang yang
berperan dalam penurunan nyeri (Djohan, 2006).
Musik Mozart dipilih karena memiliki keungulan akan
kemurnian dan kesederhanaan bunyi-bunyi yang dimunculkannya,
irama, melodi, dan frekuensi tinggi pada musik Mozart merangsang
dan memberi daya pada daerahdaerah kreatif dan motivasi dalam otak.
Musik karya Mozart memberi rasa nyaman tidak hanya ditelinga
tetapi di jiwa juga yang mendengarkannya. Musik Mozart sesuai
dengan pola sel otak manusia, karena musik Mozart begitu bervariasi
dan kaya akan nada-nada dari lembut hingga keras, dari lambat
sampai cepat (Anonym, 2011).

5
b) Judul : Perbedaan Intensitas Nyeri pada Pasien Kanker
Sebelum dan Sesudah Pemberian Terapi Musik Klasik di Rumah Sakit
Telogorejo Semarang
Penulis : Andreas Endarto, Ns.Ismonah. M.Kep. Sp.MB,
Wulandari M, SKM,.M.Si
Jurnal : STIKES Telogorejo Semarang
Ringkasan

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan intensitas


nyeri pada pasien kanker sebelum dan sesudah pemberian terapi
musik klasik di Rumash Sakit Telogorejo Semarang. Musik dapat
mempengaruhi hidup sesorang dengan memberikan rasa santai dan
nyaman atau menyenangkan. Di samping sebagai hiburan, musik juga
dapat menyembuhkan stres, depresi dan nyeri. musik terbukti dapat
menurunkan denyut jantung. Ini membantu menenangkan dan
merangsang bagian otak yang terkait ke aktivitas emosi dan tidur
(Muttaqin, 2008, hlm.39).

Musik dapat menyembuhkan nyeri kronis, ia bekerja pada


sistem syaraf otonom yaitu bagian sistem syaraf yang bertanggung
jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung, dan fungsi otak
yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian, kedua
sistem tersebut bereaksi sensitif terhadap musik (Muttaqin, 2008,
hlm.40).

Hal ini menunjukan bahwa terapi musik klasik Mozart dapat


mengatasi nyeri berdasarkan teori Gate Control, bahwa impuls nyeri
dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang
sistem saraf pusat (Farida, 2010, hlm.23). Teori Gate Control dari
Melzack dan Wall (1965 dalam Potter & Perry,2006, hlm. 1507)
mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh
mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini
mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan
dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan ditutup. Salah
satu cara menutup mekanisme pertahanan ini adalah dengan

6
merangsang sekresi endorfin yang akan menghambat pelepasan
substansi P. Musik klasik Mozart sendiri juga dapat merangsang
peningkatan hormon endorfin yang merupakan substansi sejenis
morfin yang disuplai oleh tubuh(Farida, 2010, hlm.23). Sehingga
pada saat neuron nyeri perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi
sinapsis antara neuron perifer dan neuron yang menuju otak tempat
seharusnya substansi P akan menghantarkan impuls. Pada saat
tersebut, endorfin akan memblokir lepasnya substansi P dari neuron
sensorik, sehinnga transmisi impuls nyeri di medula spinalis menjadi
terhambat, sehingga sensasi nyeri menjadi berkurang (Potter &
Perry,2006, hlm. 1507). Stimulus yang menyenangkan dari luar
seperti terapi musik juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga
stimulus nyeri yang dirasakan oleh pasien menjadi berkurang.
Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan
pertisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang
digunakan, dan minat individu dalam stimulasi Oleh karena itu,
stimulasi otak akan lebih efektif dalam menurunkan nyeri (Tamsuri,
2007, hlm.61). Mendengarkan musik secara teratur membantu tubuh
santai secara fisik dan mental sehingga membantu menyembuhkan
dan mencegah nyeri. Para ahli yakin setiap jenis musik klasik seperti
Mozart atau Beethoven dapat membantu sakit otot dan nyeri kronis
(Muttaqin, 2008, hlm.40).

c) Judul : Pengaruh Self-Selected Individual Music Therapy


(SeLIMuT) Terhadap Tingkat Nyeri Pasien Kanker Paliatif di RSUD
Dr. Sardjito, Yogyakarta
Penulis : Nuzul Sri Hertanti
Jurnal : Indonesian Journal of Cancer Vol. 9,No. 4
October-December 2015
Ringkasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi SeLIMuT
berpengaruh terhadap tingkat nyeri pasien kanker paliatif. Pengaruh
tersebut berupa penurunan nyeri pada kelompok yang mendapatkan

7
SeLIMuT, sedangkan pada kelompok yang tidak diberi terapi justru
terjadi peningkatan nyeri. Hal ini berarti SeLIMuT memiliki pengaruh
yang efektif dalam menurunkan nyeri pasien kanker paliatif.
Penurunan nyeri yang terjadi pada kelompok intervensi dapat
dijelaskan sebagai akibat dari karakteristik dan metode pemberian
SeLIMuT. Karakteristik SeLIMuT yang dapat memengaruhi
penurunan nyeri yaitu musik yang digunakan dalam terapi merupakan
musik pilihan yang disukai responden dari daftar lagu yang disediakan
oleh peneliti. Jenis musik yang ditawarkan adalah musik slow dengan
tempo stabil. Metode yang digunakan dalam terapi juga dapat
memengaruhi penurunan nyeri melalui alat yang digunakan dalam
mendengarkan musik, yaitu dengan earphone. Selain itu, juga waktu,
durasi, dan frekuensi terapi yang sesuai. Responden kelompok
intervensi mendengarkan terapi melalui earphone yang disambungkan
dengan MP3 Player. Penggunaan earphone lebih bersifat individual
sehingga responden lebih dapat menikmati musik dan tidak terganggu
dengan kebisingan di lingkungan sekitar. Metode tersebut dapat
meningkatkan kenyamanan dan ketenangan sehingga membuat pasien
relaks dan meningkatkan toleransi terhadap rasa nyeri. SeLIMuT
berperan dalam menurunkan nyeri dengan cara memengaruhi hipofisis
otak untuk melepaskan endorfin. Musik yang didengarkan akan masuk
melalui telinga, kemudian akan menggetarkan gendang telinga dan
mengguncang cairan yang ada di telinga bagian dalam. Musik juga
menggetarkan sel-sel berambut di dalam koklea, kemudian melalui
saraf koklearis getaran tersebut menuju ke otak dan memengaruhi
hipofisis untuk melepaskan endorphin.
Mendengarkan musik yang disukai juga berpengaruh terhadap
sistem limbik dan saraf otonom. Pada sistem limbik, musik dapat
membangkitkan respons psikofisiologi melalui pengaruh pitch dan
ritme musik. Musik juga menstimulasi sistem neurohormonal dan
pelepasan endorphin yang bereaksi pada reseptor spesifik di otak
untuk mengubah emosi, mood, dan fisiologi. Adanya respons

8
psikofisiologi ini juga dapat berpengaruh terhadap persepsi dan
respons pasien terhadap nyeri yang dirasakan.

d) Judul : Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT)


Menurunkan Stres Pasien Kanker Serviks
Penulis : Desmaniarti, Z dan Nani Avianti
Jurnal : Jurnal Ners Vol 9 No 1 April 2014: 91-96
Ringkasan

SEFT merupakan perpaduan teknik yang menggunakan energi


psikologis dan kekuatan spiritual serta doa untuk mengatasi emosi
negative. SEFT efektif mengatasi stress karena didalamnya terdapat
beberapa Teknik terapi yang terangkum dan dipraktikkan secara
sederhana, terpai tersebut meliputi doa, NLP (Neuro Linguistic
Programming), Hypnoterapy, visualisasi, meditasi, relaksasi, imagery
dan desensitisasi (Zainudin,2008). Stress merupakan salah satu bentuk
emosi negative yang dialami oleh seseorang dan dapat mengganggu
keamanan serta kenyamanan dalam melaksanakan tugas kehidupan
sehari-hari (Z, & Avianti, 2017). Stress pada pasien kanker serviks
terjadi karena ketidakmampuan pasien dalam mengatasi ancaman
psikologis yang ditimbulkan oleh kondisi penyakit kanker serviks
ynag dikenal sebagai penyakit mematikan (Nelson, 2008)

e) Judul : Pengaruh Teknik Relaksasi Hand Massage


terhadap Nyeri pada pasien Kanker Payudara di Yayasan Kanker
Indonesia Surabaya
Penulis : Puput Nur Fadilah, Puji Astuti, Wesiana Heris
Santy
Jurnal : Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol 9 No 2, Agustus
2016, Hal 221-226
Ringkasan

Hand massage merupakan langkah yang paling efektif untuk


meningkatkan relaksasi dan dijadikan sebagai terapi paliatif (Kolcaba
et al, 2004). Hand massage artinya memberikan stimulasi di bawah
jaringan kulit dengan memberikan rasa nyaman (Ackley et al, 2008).
Hand massage diberikan untuk menimbulkan efek yang

9
menyenangkan bagi pasien kanker payudara (Nur Fadilah & Astuti,
2018). Apabila pasien kanker payudara mempersepsikan sentuhan
sebagai stimulus untuk rileks. Kemudian akan muncul respon
relaksasi. Relaksasi juga dapat mengurangi rasa cemas akibat nyeri,
sehingga dapat mencegah nyeri bertambah berat. Cara kerja dari
masase in menyebabkan terjadinya pelepasan endorphin, sehingga
memblok transmisi stimulus nyeri (Potter & Perry, 2005).

f) Judul : Program Self Management : Atasi Nyeri dan


Tingkatkan Kualitas Hidup Penderita Kanker
Penulis : Ni Putu Purnama Sari
Jurnal : Jurnal Ners LENTERA, September 2014, vol 2 hal
39-47
Ringkasan

Konsep SM telah dipertimbangkan secara ilmiah sejak empat


dekade lalu. Barlow, et al (2002), mendefinisikannya sebagai
kemampuan seseorang untuk menangani gejala dan segala
konsekuensi akibat hidup dengan kondisi kronis, termasuk perubahan
terapi, fisik, sosial, dan gaya hidup. Lorig & Holman (2003)
mengidentifikasi tujuan SM adalah untuk menjaga kesejahteraan
psikologis seseorang. Untuk itu penderita penyakit kronis memiliki
tiga tugas SM, yaitu: 1) mengelola aspek medis dari penyakitnya, 2)
mengelola peran dalam kehidupan, termasuk perubahan peran akibat
penyakit, dan 3) mengelola konsekuensi psikologis dari penyakit
kronis. Agar dapat melaksanakan tugas-tugas ini, penderita penyakit
kronis memerlukan keterampilan SM inti yang terdiri dari kemampuan
untuk memecahkan masalah, membuat keputusan, menggunakan
sumberdaya yang ada, bekerjasama dengan tenaga kesehatan, dan
mengambil tindakan. Tambahannya, SM juga berkaitan dengan
konteks keluarga, yaitu dengan menjadi proses dinamis seumur hidup
terkait evaluasi diri dan pengawasan diri, serta dengan terlibat dalam
proses transisi dari sakit menjadi sehat (Ni Putu Wulan Purnama Sari,

1
2014). Dukungan SM didefinisikan oleh IOM (2003) sebagai
pemberian layanan sistematis tentang intervensi pendukung dan
edukasi oleh tenaga kesehatan untuk meningkatkan keterampilan dan
rasa percaya diri pasien dalam mengelola masalah kesehatannya,
termasuk pengkajian regular terhadap masalah kesehatan dan
perbaikan kondisinya, penetapan tujuan, dan dukungan untuk
memecahkan masalah. Dengan demikian SM merupakan tugas yang
diemban pasien untuk mengelola aspek medis dan emosional, juga
perannya terkait kondisi kesehatannya (McCorkle, et al, 2011).

g) Judul : Implementing a Palliative Medicine Music


Therapy Program : A Quality Improvement Project
Penulis : Christina Wood, MA, MT-BC, Susanne
M.Cutshall, Jacob J. Strand
Jurnal : American Journal of Hospice & palliative
Medicine

Ringkasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian


terapi music terhadap penurunan tingkat kecemasan dan nyeri pada
pasien dan anggota keluarga yang berkunjung di layanan konsultasi di
Mayo Clinic (Rochester, Minnesota) pada Juni hingga 31 Desember
2016. Terapi musik diberikan kepada 57 pasien dan 53 anggota
keluarga. Survei pasien menunjukkan penurunan kecemasan dan
nyeri. Semua pasien melaporkan bahwa terapi musik memfasilitasi
sebagai penghilang stres, relaksasi, penghilang nyeri, dukungan
spiritual, dukungan emosional, dan perasaan sehat secara umum.
Semua peserta merekomendasikan layanan terapi musik kepada
lainnya. Dokter perawatan paliatif melaporkan bahwa terapi musik
adalah nilai tambah sebagai layanan holistik. Penyedia layanan yang
melengkapi survei juga berkomentar bahwa mereka terkejut bahwa
intervensi terapi music memberikan kelegaan bagi fisik dan distress
emosional. Bahkan pasien yang mengaku tidak suka musik

1
menemukan sesi terapi musik sebagai sesuatu hal yang
menyenangkan.

h) Judul : Standardizing Music Characteristics for The


Manajement of Pain: A Systematic Review and Meta-Analysis of
Clinical Trials
Penulis : Juan Sebastian Martin-saavedra, Laura Daniela
Vergara-Mendez, Ivan Pradilla, Alberto Velez-van-Meerbeke, Claudia
Talero-Gutierrez
Jurnal : Complementary Therapies in Medicine 41 (2018)
81-89

Ringkasan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa musik tanpa lirik efektif


untuk manajemen nyeri, terutama nyeri non-prosedural. Sepertinya
intervensi musik itu tidak boleh dilakukan melebihi 30 menit per sesi,
dan jika diberikan selama beberapa hari, dapat dilakukan selama 14–
30 hari tampaknya efektif. Untuk manajemen nyeri non-prosedural,
musik tanpa lirik memiliki efek signifikan sebagai pereda nyeri
sedang, dan homogen, sehingga dianjurkan.

i) Judul : The Effectiveness of Music Therapy for Terminally


Ill Patients: A Meta-Analysis and Systematic Review
Penulis : Yinyan Gao, Mm, Yanping Wei, MM, Weinjiao
Yang, MM, Lili Jiang, MM, Xiuxia Li, PhD.
Jurnal : Journal of Pain and Symptom Management Vol.
57 No. 2 February 2019

Ringkasan

Studi meta-analisis ini menunjukkan bahwa terapi musik berfungsi


sebagai intervensi yang efektif untuk mengurangi rasa nyeri dan gejala
psikologis pada pasien dengan kondisi terminal.

1
BAB 3
PEMBAHASAN

3.1 Critical Analysis


a) Pengaruh Self-Selected Individual Music Therapy (SeLIMuT) terhadap
Tingkat Nyeri Pasien Kanker Paliatif di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta

Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa intervensi SeLIMuT


berpengaruh terhadap tingkat nyeri pasien kanker paliatif.
Pengaruh tersebut berupa penurunan nyeri pada kelompok
yang mendapatkan SeLIMuT, sedangkan pada kelompok
yang tidak diberi terapi justru terjadi peningkatan nyeri. Hal
ini berarti SeLIMuT memiliki pengaruh yang efektif dalam
menurunkan nyeri pasien kanker paliatif.
Penurunan nyeri yang terjadi pada kelompok intervensi
dapat dijelaskan sebagai akibat dari karakteristik dan
metode pemberian SeLIMuT. Karakteristik SeLIMuT yang
dapat memengaruhi penurunan nyeri yaitu musik yang
digunakan dalam terapi merupakan musik pilihan yang
disukai responden dari daftar lagu yang disediakan oleh
peneliti. Jenis musik yang ditawarkan adalah musik slow
dengan tempo stabil. Metode yang digunakan dalam terapi
juga dapat memengaruhi penurunan nyeri melalui alat yang
digunakan dalam mendengarkan musik, yaitu dengan
earphone. Selain itu, juga waktu, durasi, dan frekuensi terapi
yang sesuai. Responden kelompok intervensi mendengarkan
terapi melalui earphone yang disambungkan dengan MP3
Player. Penggunaan earphone lebih bersifat individual
sehingga responden lebih dapat menikmati musik dan tidak
terganggu dengan kebisingan di lingkungan sekitar. Metode
tersebut dapat meningkatkan kenyamanan dan ketenangan
sehingga membuat pasien relaks dan meningkatkan toleransi
terhadap rasa nyeri.

1
SeLIMuT berperan dalam menurunkan nyeri dengan cara
memengaruhi hipofisis otak untuk melepaskan endorfin.
Musik yang didengarkan akan masuk melalui telinga,
kemudian akan menggetarkan gendang telinga dan
mengguncang cairan yang ada di telinga bagian dalam.
Musik juga menggetarkan sel-sel berambut di dalam koklea,
kemudian melalui saraf koklearis getaran tersebut menuju
ke otak dan memengaruhi hipofisis untuk melepaskan
endorphin.
Mendengarkan musik yang disukai juga berpengaruh
terhadap sistem limbik dan saraf otonom. Pada sistem
limbik, musik dapat membangkitkan respons psikofisiologi
melalui pengaruh pitch dan ritme musik. Musik juga
menstimulasi sistem neurohormonal dan pelepasan
endorphin yang bereaksi pada reseptor spesifik di otak untuk
mengubah emosi, mood, dan fisiologi. Adanya respons
psikofisiologi ini juga dapat berpengaruh terhadap persepsi
dan respons pasien terhadap nyeri yang dirasakan.
Kelebihan Terapi musik memiliki kelebihan sebagai intervensi yang
dapat diterapkan secara sederhana, noninvasif, perangsang
relaksasi nonfarmakologis yang aman, murah, dan efektif.
Kekurangan Tidak dilakukan matching dalam pemilihan sampel
penelitian menjadi kelemahan dalam penelitian ini sehingga
bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan
penelitian dengan responden yang lebih banyak dan meneliti
pengaruh terapi musik pada masing-masing tingkat nyeri.

b) Perbedaan Intensitas Nyeri Pada Pasien Kanker Sebelum dan Sesudah


Pemberian Terapi Musik Klasik di Rumah Sakit Telogorejo Semarang

Hasil Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan intensitas


nyeri pada pasien kanker sebelum dan sesudah pemberian
terapi musik klasik di Rumash Sakit Telogorejo Semarang.
Musik dapat mempengaruhi hidup sesorang dengan

1
memberikan rasa santai dan nyaman atau menyenangkan. Di
samping sebagai hiburan, musik juga dapat menyembuhkan
stres, depresi dan nyeri. musik terbukti dapat menurunkan
denyut jantung. Ini membantu menenangkan dan
merangsang bagian otak yang terkait ke aktivitas emosi dan
tidur (Muttaqin, 2008, hlm.39).
Musik dapat menyembuhkan nyeri kronis, ia bekerja pada
sistem syaraf otonom yaitu bagian sistem syaraf yang
bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut
jantung, dan fungsi otak yang mengontrol perasaan dan
emosi. Menurut penelitian, kedua sistem tersebut bereaksi
sensitif terhadap musik (Muttaqin, 2008, hlm.40).
Hal ini menunjukan bahwa terapi musik klasik Mozart
dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori Gate Control,
bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh
mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf pusat
(Farida, 2010, hlm.23). Teori Gate Control dari Melzack
dan Wall (1965 dalam Potter & Perry,2006, hlm. 1507)
mengusulkan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau
dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem
saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri
dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls
dihambat saat sebuah pertahanan ditutup. Salah satu cara
menutup mekanisme pertahanan ini adalah dengan
merangsang sekresi endorfin yang akan menghambat
pelepasan substansi P. Musik klasik Mozart sendiri juga
dapat merangsang peningkatan hormon endorfin yang
merupakan substansi sejenis morfin yang disuplai oleh
tubuh(Farida, 2010, hlm.23). Sehingga pada saat neuron
nyeri perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis
antara neuron perifer dan neuron yang menuju otak tempat
seharusnya substansi P akan menghantarkan impuls. Pada

1
saat tersebut, endorfin akan memblokir lepasnya substansi P
dari neuron sensorik, sehinnga transmisi impuls nyeri di
medula spinalis menjadi terhambat, sehingga sensasi nyeri
menjadi berkurang (Potter & Perry,2006, hlm. 1507).
Stimulus yang menyenangkan dari luar seperti terapi musik
juga dapat merangsang sekresi endorfin, sehingga stimulus
nyeri yang dirasakan oleh pasien menjadi berkurang.
Peredaan nyeri secara umum berhubungan langsung dengan
pertisipasi aktif individu, banyaknya modalitas sensori yang
digunakan, dan minat individu dalam stimulasi. Oleh
karena itu, stimulasi otak akan lebih efektif dalam
menurunkan nyeri (Tamsuri, 2007, hlm.61). Mendengarkan
musik secara teratur membantu tubuh santai secara fisik
dan mental sehingga membantu menyembuhkan dan
mencegah nyeri. Para ahli yakin setiap jenis musik klasik
seperti Mozart atau Beethoven dapat membantu sakit otot
dan nyeri kronis (Muttaqin, 2008, hlm.40).
Kelebihan -
Kekurangan -

c) Efektifitas Terapi Musik terhadap Skala Nyeri pada Pasien Kanker


Payudara di Rumah Sakit Umum Dr. H Soewondo Kendal

Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh


pemberian musik klasik Pachelbel Canon In D Major
terhadap skala nyeri pada pasien kanker payudara di RSUD
Dr. H. Soewondo Kendal.
Hasil ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan
oleh Abdurrasyid pada tahun 2009 yang menyatakan ada
pengaruh terapi distraksi mendengarkan musik klasik
mozart terhadap penurunan skala nyeri pada pasien kanker
di RS. Dharmais Jakarta, dengan hasil p < 0,05. Terapi
musik adalah penggunaan musik untuk relaksasi,
mempercepat penyembuhan, meningkatkan fungsi mental

1
dan menciptakan rasa sejahtera. Musik dapat mempengaruhi
fungsi-fungsi fisiologis, seperti respirasi, denyut jantung dan
tekanan darah (Djohan, 2006). Musik juga dapat
menurunkan kadar hormon kortisol yang meningkat pada
saat stres. Musik juga merangsang pelepasan hormon
endorfin, hormon tubuh yang memberikan perasaan senang
yang berperan dalam penurunan nyeri (Djohan, 2006).
Musik Mozart dipilih karena memiliki keungulan akan
kemurnian dan kesederhanaan bunyi-bunyi yang
dimunculkannya, irama, melodi, dan frekuensi tinggi pada
musik Mozart merangsang dan memberi daya pada
daerahdaerah kreatif dan motivasi dalam otak. Musik karya
Mozart memberi rasa nyaman tidak hanya ditelinga tetapi di
jiwa juga yang mendengarkannya. Musik Mozart sesuai
dengan pola sel otak manusia, karena musik Mozart begitu
bervariasi dan kaya akan nada-nada dari lembut hingga
keras, dari lambat sampai cepat (Anonym, 2011).
Kelebihan Keunggulan terapi musik yaitu lebih murah daripada
analgesia, prosedur non-invasif, tidak melukai pasien, tidak
ada efek samping, penerapannya luas, bisa diterapkan pada
pasien yang tidak bisa diterapkan terapi secara fisik untuk
menurunkan nyeri.
Kekurangan Pada penelitian ini, belum diteliti lebih lanjut dengan jumlah
sampel yang lebih besar, memilah-milah stadium kanker,
menambah waktu pemberian musik klasik dan meneliti
faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap penilaian skala
nyeri pada pasien kanker payudara.

d) Implementing a Palliative Medicine Music Therapy Program : A


Quality Improvement Project

Hasil Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh


pemberian terapi music terhadap penurunan tingkat
kecemasan dan nyeri pada pasien dan anggota keluarga yang

1
berkunjung di layanan konsultasi di Mayo Clinic
(Rochester, Minnesota) pada Juni hingga 31 Desember
2016.
Terapi musik diberikan kepada 57 pasien dan 53 anggota
keluarga. Survei pasien menunjukkan penurunan kecemasan
dan nyeri. Semua pasien melaporkan bahwa terapi musik
memfasilitasi sebagai penghilang stres, relaksasi,
penghilang nyeri, dukungan spiritual, dukungan emosional,
dan perasaan sehat secara umum. Semua peserta
merekomendasikan layanan terapi musik kepada lainnya.
Dokter perawatan paliatif melaporkan bahwa terapi musik
adalah nilai tambah sebagai layanan holistik.
Penyedia layanan yang melengkapi survei juga berkomentar
bahwa mereka terkejut bahwa intervensi terapi music
memberikan kelegaan bagi fisik dan distress emosional.
Bahkan pasien yang mengaku tidak suka musik menemukan
sesi terapi musik sebagai sesuatu hal yang menyenangkan.
Kelebihan Terapi musik merupakan intervensi yang dapat disarankan
kepada pasien untuk membantu mengurangi frustasi,
sehingga pasien mampu mengurangi penggunaan obat
farmakologis yang dapat menimbulkan multiple gejala.
Kekurangan -

e) Standardizing Music Characteristics for The Management of Pain: A


Systematic Review and Meta-Analysis of Clinical Trials.

Hasil Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa musik tanpa lirik


efektif untuk manajemen nyeri, terutama nyeri non-
prosedural. Sepertinya musik itu intervensi tidak boleh
melebihi 30 menit per sesi, dan jika diberikan selama
beberapa hari, melakukannya selama 14–30 hari tampaknya
efektif. Untuk manajemen nyeri non-prosedural, musik
tanpa lirik memiliki efek signifikan sebagai pereda nyeri
sedang, dan homogen, sehingga dianjurkan.

1
Kelebihan -
Kekurangan Karena data yang tidak mencukupi, tidak ada karakteristik
musik yang ideal untuk manajemen nyeri yang diidentifikasi
menunjukkan bahwa musik sebagai intervensi, memerlukan
standarisasi melalui bahasa yang objektif seperti teori
musik.
Tidak ada perbandingan untuk mengevaluasi karakteristik
mana memiliki efek yang lebih kuat bisa dilakukan tetapi
karakteristik ini tampaknya untuk menjelaskan beberapa
heterogenitas yang diamati. Hasil ini mengkonfirmasi
bahwa intervensi mendengarkan musik harus dirancang dan
dijelaskan lebih objektif.

f) The Effectiveness of Music Therapy for Terminally Ill Patients: A Meta-


Analysis and Systematic Review

Hasil Studi meta-analisis ini menunjukkan bahwa terapi musik


berfungsi sebagai intervensi yang efektif untuk mengurangi
rasa nyeri dan gejala psikologis pada pasien dengan kondisi
terminal.
Kelebihan -
Kekurangan -

3.2 Aplikasi dan Rekomendasi dari Evidence


Melihat efektivitas dari pengaruh musik terhadap tingkat nyeri
pada beberapa penyakit, kelompok kami merekomendasikan terapi musik
sebagai pengurangan intensitas nyeri. Untuk aplikasinya, jenis musik
yang digunakan yaitu musik klasik dengan lack lyrics dan tempo yang
lambat.
Terapi nyeri dengan menggunakan musik dianggap efektif karena
efeknya bisa dirasakan. Terapi musik sebagai teknik relaksasi yang
digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan
bunyi atau irama tertentu. Jenis musik yang digunakan dalam terapi musik
dapat disesuaikan dengan keinginan, seperti musik klasik, instrumentalia
dan slow musik (Potter, 2005 dikutip dari Erfandi, 2009).

1
Mendengarkan musik dapat memproduksi zat endorphins
(substansi sejenis morfin yang disuplai tubuh yang dapat mengurangi rasa
sakit/nyeri) yang dapat menghambat transmisi impuls nyeri disistem saraf
pusat, sehingga sensasi nyeri dapat berkurang, musik juga bekerja pada
sistem limbik yang akan dihantarkan kepada sistem saraf yang mengatur
kontraksi otot-otot tubuh, sehingga dapat mengurangi kontraksi otot
(Potter & Perry, 2011).
Hasil uraian jurnal diatas menjelaskan bahwa banyak sekali manfaat dari
terapi musik ini. Manfaat –manfaat nya yaitu:
1. Musik juga menstimulasi sistem neurohormonal dan pelepasan
endorphin yang bereaksi pada reseptor spesifik di otak untuk
mengubah emosi, mood, dan fisiologi.
2. Terapi musik lebih murah daripada analgesia, prosedur non-invasif,
tidak melukai pasien, tidak ada efek samping, penerapannya luas, bisa
diterapkan pada pasien yang tidak bisa diterapkan terapi secara fisik
untuk menurunkan nyeri.
3. Untuk membantu mengurangi frustasi, sehingga pasien mampu
mengurangi penggunaan obat farmakologis yang dapat menimbulkan
multiple gejala.
Dari kelompok kami pun merekomendasikan terapi musik sebagai
terapi untuk mengurangi intensitas nyeri.
Uraian pada analisis diatas menunjukan bahwa manfaat dari terapi
musik ini mampu dan efektif mengurang nyeri pada pasien. Maka dari itu,
pengaplikasian terapi musik klasik ini sangat direkomendasikan guna
untuk meminimalisir perasaan nyeri yang dialami pasien, sehingga tidak
timbul masalah-masalah yang baru.

2
BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

 Terapi musik adalah penggunaan musik untuk relaksasi, mempercepat


penyembuhan, meningkatkan fungsi mental dan menciptakan rasa sejahtera.
Musik dapat mempengaruhi fungsi-fungsi fisiologis, seperti respirasi, denyut
jantung dan tekanan darah (Djohan, 2006).
 Musik juga dapat menurunkan kadar hormon kortisol yang meningkat
pada saat stres. Musik juga merangsang pelepasan hormon endorfin, hormon
tubuh yang memberikan perasaan senang yang berperan dalam penurunan
nyeri (Djohan, 2006).
 Terapi musik memiliki kelebihan sebagai intervensi yang dapat diterapkan
secara sederhana, noninvasif, perangsang relaksasi nonfarmakologis yang
aman, murah, dan efektif.

4.2 Saran
Kita sebagai mahasiswa keperawatan seharusnya lebih
mengembangkan pengetahuan tentang bagaimana perawatan secara paliatif
dengan menggunakan metode terapi musik. Sebagai perawat, kita perlu
melakukan asuhan keperawatan yang terorganisir untuk meningkatkan mutu
pelayanan dan memberikan hasil yang berdampak.

DAFTAR PUSTAKA

Endartanto, A., dan Meikawati, W. 2012. Perbedaan Intensitas Nyeri pada Pasien
Kanker sebelum dan sesudah Pemberian Terapi Musik Klasik di Rumah
Sakit
2
Telogo Rejo Semarang. Karya Ilmiah.

Gao, Y., et al. (2019). The Effectiveness of Music Therapy for Terminally Ill
Patients: A Meta-Analysis and Systematic Review. Journal of Pain and
Symptom Management, 57(2), 319–329.
https://doi.org/10.1016/j.jpainsymman.2018.10.504

Martin-saavedra, J. S., et al. (2018). Complementary Therapies in Medicine


Standardizing music characteristics for the management of pain: A
systematic review and meta-analysis of clinical trials. Complementary
Therapies in Medicine, 41(March), 81–89.
https://doi.org/10.1016/j.ctim.2018.07.008

Anda mungkin juga menyukai