2023
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Penyusunan tugas ini bertujuan untuk memenuhi tugas dan kewajiban kami sebagai
mahasiswa serta agar mahasiswa yang lain dapat melakukan kegiatan seperti yang kami lakukan.
Dalam tugas ini kami akan membahas mengenai “Proses Pengembangan Kurikulum”. Dengan ini
kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
mendukung kami terutama kepada dosen mata kuliah Dasar-Dasar Kurikulum selaku pembimbing
kami.
Tiada gading yang tak retak, demikian pepatah mengatakan. Kami sadari tugas ini masih
jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun sehingga kami dapat memperbaiki kesalahan kami.
Akhir kata kami ucapkan terima kasih. Semoga tugas ini bermanfaat dan berguna bagi kita
semua.
2
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL ............................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
DAFTAR ISI...................................................................................................................... 3
3
BAB I
PENDAHULUAN
Kurikulum adalah seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pembelajaranyang menjadi pedoman dalam aktivitas belajar mengajar. Pengertian kurikulum
diatas memberikan implikasi perlunya dirancang seperangkat rencana pembelajaraan bagi
peserta didik agar dia memperoleh pengalaman belajar.
Seperangkat rencana tersebut dapat berupa unit-unit pelajaran, atau kegiatan belajar, atau
program sekolah. Semua rencana tersebut dapat dilaksanakan di sekolah atau diluar sekolah
atas arahan guru, asalkan membuahkan pengalaman belajar bagi peserta didik.
Agar mampu menghasilkan peserta didik yang sesuai diinginkan, maka perlu dirancang
sejumlah pengalaman belajar yang bermakna bagi peserta didik. Dalam merancang sejumlah
pengalaman belajar tersebut, maka kurikulum perlu dikembangkan secara intensif oleh para
praktisi pendidikan.
Dalam pengembangan kurikulum terdapat sejumlah model yang dikemukakan oleh para
ahli kurikulum. Salah satunya yang dikemukakan oleh Print (1993: 85) menjelaskan bahwa
dalam proses pengembangan sebuah kurikulum ada sejumlah langkah yang perlu dijelaskan
secara sikuen dan berkelanjutan. Langkah tersebut dimulai dari menganalisis situasi,
dilanjutkan dengan analisis tujuan yang terdiri dari tujuan umum dan khusus, menganalisis
konten yang sesuai, menganalisis pengalaman belajar, menganalisis evaluasi dan selanjutnya
dilanjutkan kembali menganalisis situasi kembali. Proses yang digunakan dalam
pengembangan kurikulum tersebut merupakan satu hal berkelanjutan dan merupakan sabuah
siklus
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui proses pengembangan kurikulum
2. Untuk mengetahui contoh dari proses pengembangan kurikulum
3. Untuk mengetahui orang-orang yang terlibat dalam proses pengembangan kurikulum
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Analisis Situasional
6
a) Perceived needs.
Siribaddana (2010) menjelaskan "when the students are assessed to gather their perception
on what they want to learn, it can be defined as assessing perceived needs." Hal ini berarti
bahwa kurikulum terse- but dikembangkan sesuai kebutuhan yang berkembang di
lapangan.
b) Expressed needs
Siribaddana (2010) menjelaskan bahwa similar to perceived needs, the expressed needs
would also be derived from the students and is what the students say that they want to learn.
It will be rather useful in planning out individual training sessions. Menurut kutipan di atas,
di- jelaskan bahwa kurikulum dikembangkan bukan hanya berdasarkan ke- butuhan yang
dirasakan, namun juga kebutuhan siswa tersebut bahwa mereka ingin belajar. Hal ini sangat
berguna dalam mengembangkan kebutuhan individu.
c) Comparative needs
Menurut Siribaddana (2010), kurikulum dikembangkan juga berdasar- kan perbandingan
kebutuhan dari kebutuhan pelatihan yang telah di- jalankan dengan apa yang akan
dilaksanakan. Jadi berdasarkan perban- dingan tersebut maka bisa dirancang kurikulum
yang baru.
d) Unperceived needs.
Kurikulum dikembangkan selain juga berdasarkan kebutuhan siswa yang bersangkutan,
juga didasarkan pada kebutuhan, misalnya pada beberapa program pembelajaran yang
spesifik dianalisis apa yang akan dikembangkan dalam kurikulum.
e) Prescribed needs(2010)
menjelaskan, curriculum revisions can be thought of as being based on prescribed
needs and would derived through the identified deficiencies of the current educational
programme.
B. Tujuan
Tujuan merupakan arah dan sasaran yang ingin dicapai dalam penyelenggaraan
pendidikan. Setelah itu perlu diidentifikasi berbagai materi pelajaran dan kegiatan belajar
bagi pencapaian tujuan. Tujuan tersebut dapat dikatakan sebagai target: makin dekat target
itu itu, makin mudah dibidik (Zais, 1976). Target itu sangat dekat dengan suasana
pengajaran di kelas. Tujuan yang dekat dan spesifik itu dengan mudah dapat dicapai guru
pada saat pembelajaran berlangsung dalam kelas yang pada kurikulum sebelumnya di
7
Indonesia disebut Tujuan Instruksional. Tujuan yang lebih tinggi tingkatnya setelah tujuan
instruksinal adalah tujuan kurikuler. Berikutnya tujuan yang lebih tinggi lagi adalah tujuan
umum yang lebih jauh berada di luar kelas. Tujuan ini baru dapat dicapai setelah tujuan
instruksional dan tujuan kurikuler tercapai. Tujuan inilah yang selama ini disamakan
dengan pendidikan nasional.
Jika menurut dari tujuan pendidikan di atas, maka jelaslah bahwa tujuan dari
penyelenggaraan pendidikan tersebut, untuk kecerdasan intelektual (kognitif),
pembentukan sikap (afektif) dan keterampilan (psikomotor).
C. Konten/Pengalaman Belajar
Komponen konten dan pengalaman belajar menyangkut pertanyaan apa yang akan
diajarkan agar peserta didik memperoleh pengalaman belajar seperti yang dirumuskan pada
tujuan, komponen pertama kurikulum. Pertanyaan berikut adalah bagaimana menyajikan
materi tersebut agar peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang diharapkan. Kedua
pertanyaan itu penting karena pelajaran sering diabaikan dan diserahkan sepenuhnya
kepada keputusan guru, atau diambil begitu saja dari buku teks tanpa memperhatikan
apakah materi pelajaran tersebut menunjang tujuan atau tidak.
1. Teori Konstruktivisme
8
Teori konstruktivisme adalah teori dasar yang mendukung untuk merancang model
pembelajaran karakter ini. Pada model pembelajaran berdasarkan teori konstruktivisme ini
dimulai dari penyajian masalah nyata yang penyelesaiannya membutuhkan kerja sama
antarsiswa. Dalam pembelajaran ini guru-guru memandu siswa menguraikan rencana
pemecahan masalah menjadi tahap-tahap kegiatan, guru memberikan contoh mengenai
penggunaan keterampilan dan strategi yang dibutuhkan supaya tugas tersebut dapat
diselesaikan. Guru menciptakan suasana kelas yang fleksibel dan berorientasi pada upaya
penyelidikan oleh siswa.
Teori konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan
menstrasformasikan informasi kompleks, menge- cek informasi baru dengan aturan-aturan
lama dan merevisinya apabila aturan-aturan baru itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar
benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja
memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan
bersusah payah dengan ide-idenya sendiri.
Teori konstruktivisme ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori pemrosesan
informasi, dan teori psikologi kognitif lainnya. Jadi dalam perancangan model
pembelajaran karakter ini, proses pembelajaran menurut teori belajar konstruktivisme ini
sangat diperlukan, karena diharapkan siswa yang mengkonstruksi sendiri pengetahuannya,
sehingga karakter yang diinginkan tersebut bisa lebih maksimal terbentuk dalam diri siswa.
Karakter yang akan melekat pada diri siswa adalah karakter yang terbentuk karena
konstruksi sendiri oleh siswa dan tentu saja dengan pengarahan oleh guru.
Tasker dalam Fosnot (1989) mengemukakan tiga penekanan dalam teori belajar
konstruktivisme, yakni:
1) Peran aktif peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan seca- ra bermakna.
2) Pentingya membuat kaitan antara gagasan dalam pengonstruksian secara bermakna.
3) Mengaitkan antara gagasan dengan informasi baru yang diterima.
9
1) Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif, tetapi secara aktif oleh struktur kognitif
peserta didik.
2) Fungsi kognisi bersifat adaptif dan membantu pengorganisasian melalui pengalaman nyata
yang dimiliki anak.
2. Teori Kognitif
11
Kondisi kesiapan ini oleh Vygotsky disebut zone of proximal dee lopment. Proses
pembelajaran seharusnya dikonsentrasikan pada kondisi kesiapan tersebut. Pikiran atau
konsep di atas mengandung arti bahwa kesiapan belajar adalah sesuatu yang bisa dipelajari
dan diajarkan jika belum terjadi. Konsep plusmatching yang diungkapkan di atas
mengandung implikasi bagi guru bahwa guru harus mencoba menumbuhkan kesiapan
belajar anak melalui strategi upaya Sehubungan dengan konsep ini, maka dalam model
pembelajaran l sistematik rakter bagi peserta didik, sebelum dibelajarkan, maka terlebih
dahul anak harus dipersiapkan dalam pembelajarannya baik dalam persiap fisik dan mental.
E. Evaluasi
Evaluasi menyangkut mencari informasi dan bukti untuk mengeta hui apakah
semua materi yang direncanakan dan yang telah diajarkan dapat mencapai tujuan atau
tidak. Evaluasi akan memberikan informasi dan indikasi tentang keberhasilan atau
kegagalan proses pembelajaran dalam mencapai tujuan yang direncanakan, maka evaluasi
memegang peranan penting dalam pengembangan kurikulum,
Hasil evaluasi digu nakan sebagai masukan bagi perbaikan kurikulum dan
perbaikan pelak sanaan pembelajaran. Menurut Yusuf (2011), evaluasi itu bermanfaat
untuk:
12
a. Mengetahui penguasaan pengetahuan, sikap dan nilai serta kete- rampilan peserta didik untuk
perbaikan proses pendidikan.
b. Sebagai pengendalian mutu pendidikan dan pengajaran.
c. Pengambilan keputusan tentang peserta didik.
d. Akuntabilitas untuk peserta didik dan publik.
e. Regulasi administratif.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa secara garis besar evaluasi dapat
digunakan sebagai alat untuk menentukan perbaikan program. Di samping itu, evaluasi
juga bermanfaat untuk mengetahui apakah tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sudah benar
atau perlu direvisi. Penilaian dapat dilakukan untuk mengetahui kesesuaian kurikulum
dengan tingkat kecerdasan peserta didik dan kesesuaian antara metode mengajar dengan
tujuan, serta kesuaian antara materi dengan tujuan itu sendiri.
• Fokus pada materi esensial: Kurikulum hendaknya fokus pada materi esensial agar
pembelajaran dapat lebih mendalam.
• Lebih banyak waktu untuk pengembangan kompetensi dan karakter: Kurikulum harus
menyediakan lebih banyak waktu untuk pengembangan kompetensi dan karakter.
• Pembelajaran yang berpusat pada siswa: Kurikulum hendaknya berfokus pada pembelajaran
yang berpusat pada siswa, dimana siswa lebih aktif dan mampu memaknai setiap pelajaran
yang diterimanya.
• Soft skill dan pengembangan karakter: Kurikulum harus fokus pada pengembangan soft skill
dan karakter melalui proyek yang memperkuat profil Pancasila siswa,
• gunakan struktur Kurikulum Merdeka: Sekolah hendaknya menggunakan struktur Kurikulum
Merdeka dalam mengembangkan kurikulumnya dan menerapkan prinsip Kurikulum Merdeka
dalam melaksanakan pembelajaran dan penilaian
• Berbagi praktik terbaik: Sekolah harus berkomitmen untuk berbagi praktik terbaiknya dengan
sekolah lain. Itu hanyalah beberapa contoh bagaimana mengembangkan Kurikulum Merdeka.
Sekolah dapat merujuk pada berbagai kebijakan dan pedoman yang dikembangkan oleh para
13
perancang dan pengembang Kurikulum Merdeka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih
mendalam tentang kurikulum.
Mulai tahun 2022 hingga 2024, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan
Teknologi (Kemendikbudristek) memberikan tiga opsi kurikulum yang dapat diterapkan
satuan pendidikan dalam pembelajaran, yaitu kurikulum 2013, kurikulum darurat, dan
kurikulum prototipe. Kurikulum darurat merupakan penyederhanaan dari kurikulum 2013
yang mulai diterapkan pada tahun 2020 saat pandemi Covid-19. Kurikulum prototipe
merupakan kurikulum berbasis kompetensi untuk mendukung pemulihan pembelajaran dengan
menerapkan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning). Kurikulum Merdeka
adalah nama baru dari kurikulum prototipe yang resmi diluncurkan oleh Mendikbudristek
Nadiem Anwar Makarim. Pada saat ini, sekolah masih boleh memilih kurikulum yang akan
digunakan di satuan pendidikan masing-masing. Pilihan kurikulum yang diberikan antara lain:
Kurikulum 2013, Kurikulum Darurat, dan Kurikulum Merdeka. Kurikulum Merdeka Belajar
merupakan pengembangan dan penerapan dari kurikulum darurat yang diluncurkan untuk
merespon dampak dari pandemi Covid-19.
1) Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan karakter sesuai profil
pelajar Pancasila
2) Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk pembelajaran yang mendalam
bagi kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi.
3) Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang terdiferensiasi sesuai dengan
kemampuan peserta didik dan melakukan penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.
Kurikulum Merdeka Belajar ini diluncurkan sebagai bentuk dari tindak evaluasi
perbaikan Kurikulum 2013 yang merupakan salah satu bagian dari upaya pemerintah untuk
mencetak generasi penerus yang lebih kompeten dalam berbagai bidang. Tidak dapat
dipungkiri bahwa Indonesia telah mengalami krisis pembelajaran dalam waktu yang cukup
lama. Hasil studi dan juga hasil ujian PISA telah menunjukkan bahwa banyak anak Indonesia
yang tidak mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar.
Terdapat kesenjangan pendidikan yang mencolok antar wilayah dan kelompok sosial di
Indonesia. Hal tersebut kemudian diparahkan dengan adanya pandemi Covid-19 yang melanda
lebih dari 2 tahun. Untuk memulihkan keadaan tersebut, diperlukan perubahan yang sistemik.
Salah satunya melalui kurikulum sekolah.
15
Sumber Daya Manusia Pengembangan Kurikulum adalah kemampuann terpadu dari
daya pikir dan daya fiksik yang dimiliki oleh setiap pengembangan kurikulum, dari tingkat
pusat sampai ke tingkat daerahSDM tersebut terdiri atas berbagai pakar ilmu pendidikan,
administrator pendidikan, guru, ilmuwan, orang tua, siswa, dan tokoh masyarakat.'
1. Tenaga Profesional, meliputi tenaga pendidikan guru, tenaga pendidikan non guru, dan
organisasi profesional.
2. Tenaga Masyarakat, meliputi tokoh masyarakat, orang tua, anggota komite atau dewan
sekolah dan lain-lain.
a) Duduk sebagai anggota panitia atau sponsor. Spesialisasi yang ditekuni menjadi jaminan untuk
menyelesaikan tugas pengembangan kurikulum.
b) Mengajukan gagasan dan berbagai masukan yang diperlukan oleh panitia pengembang kurikulum.
c) Melakukan penelitian dalam bidang pengembangan kurikulumHasil yang relevan dimanfaatkan
sebagai informasi baru, data dan fakta dilapangan dapat digunakan untuk menyusunkurikulum yang
serasi
d) Menyusun buku sumber yang dibutuhkan sesuai dengan kurikulum yang sedang
dikembangkanyang selanjutnya dapat dimanfaatkan bagi kurikulum yang bersangkutan
e) Memberikan latihan dan penataran bagi para pengembang kurikulum, atau melaksanakan
konsultasi dengan para pengembang kurikulum tersebut untuk memperoleh kurikulum yang baku.3
2. Administrator pendidikan
Administrator pendidikan merupakan SDM yang berada pada tingkat pusat, provinsi,
kotamadya/kabupaten dan juga kepala sekolah.
a) Administrator Tingkat Pusat (direktur, kepala pusat) mempunyai wewenang dan kepemimpinan
untuk mengarahkan orang serta bertanggung jawab atas pekerjaan orang tersebut dalam mencapai
tujuan yaitu dalam penyusuna kerangka kurikulum, dasar hukum, dan program inti kurikulum.
16
Dengan adanya kerangka dasar dan program inti,selanjutnya dapat ditetapkan jenis dan jumlah
mata pelajaran minimal yang diperlukan.
b) Administrator Tingkat Daerah (dinas pendidikan tingkat kotamadya atau kabupaten) bertugas
berdasarkan kerangka dasar dan program inti dari tingkat pusat dan melakukan pengembangan
sesuai dengan kebutuhannya. Administrator tingkat daerah mempunyai wewenang merumuskan
sistem operasional pendidikan bagi sekolahnya. Selain itu juga berkewajiban mendorong dan
mengimplementasikan kurikulum pada setiap sekolah, bekerjasama dengan kepala sekolah dan
guru-guru dalam pengembangan kurikulum di sekolah sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
melakukan sosialisasi, serta melaksanakan kurikulum di sekolah tersebut
c) Kepala sekolah yang mempunyai tugas yang lebih berkenan dengan implementasi kurikulum di
sekolah. Peran kepala sekolah dan guru sangat besar dan merupakan kunci keberhasilan
pengembangan kurikulum.
3. Guru
Guru merupakan titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak dilapangan dalam pengembangan
kurikulum. Keberhasilan belajar antara lain ditentukan oleh kemampuan professional dari
pribadi guru. Dikarenakan pengembangan kurikulumbertitik tolak dari dalam kelas, dan
seorang guru hendaknya mengusahakan gagasan kreatif dan melakukan uji coba kurikulum di
kelasnya.
Guru adalah sebagai perencanan, pelaksana dan pengembang kurikulum bagi kelasnya.
Sekalipun ia tidak mencetuskan sendiri konsep-konsep tentang kurikulum, guru merupakan
penerjemah kurikulum.Dia yang mengolah, meramu kembali kurikulum dari pusat untuk
disajikan dikelasnya. Oleh karena itu guru bisa dikatakan sebagai barisan pengembangan
kurikulum yang terdepan.
• Guru sebagai perencana pengajaran. Artinya, guru harus membuat perencanaan pengajaran dan
persiapan sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar.
• Guru sebagai pengelola pengajaran harus dapat menciptakan situasi belajar yang
memungkinkan tujuan belajar yang telahditentukan.
• Guru sebagai evaluator. Artinya, guru melakukan pengukuran untuk mengetahui apakah anak
didik telah mencapai hasil belajar seperti yang diharapkan.
17
Guru merupakan titik sentral suatu kurikulum berkat usaha guru, maka timbul kegairahan
belajar siswa. Sehingga memacu belajar lebih keras untuk mencapai tujuan belajar mengajar
yang bersumber dari tujuan kurikulum, untuk itu guru perlu memiliki ketrampilan belajar
mengajar. Penguasaan ketrampilan tersebut bergantung pada bahan yang dimilikinya dan
latihan keguruan yang telah dialaminya.
Keberhasilan belajar mengajar antar lain ditentukan oleh kemampuan kepribadiannya. Guru
harus bersikap terbuka dan menyentuh kepribadian siswa. Guru perlu mengembangkan
gagasan secaa kreatif, memiliki hasrat dan keinginan serta wawasan intelektual yang luas.
Guru harus yakin terhadap potensi belajar yang dimiliki oleh siswa.
Hal-hal yang perlu dikuasai guru; guru perlu memahami dan menguasai banyak hal agar
pelaksanaan pengajaran berhasil, guru juga harus mau dan mampu menilai diri sendiri secara
terus menerus dalam kaitannya dengan tingkat keberhasilan dan pelaksanaan
pengajarannyaGuru harus menguasai bahan pengajaran sesuai jenjang kelas yang diajarnya,
menguasai strategi pembelajaran yang berguna untuk menyampaikan pengetahuan kepada
siswa dan guru juga harus menjadi suri tauladan bagi siswanya dan memberikan hal-hal yang
bermakna bagi perkembangannya kelak.
4. Orang tua
Sebagai stakeholder dalam penyusunan kurikulum, hanya sebagian orang tua siswa saja yang
dilibatkan, yaitu mereka yang mempunyai latar belakang memadai. Peran orang tua lebih besar
dalam pelaksanaan kurikulum, misalkan saat diperlukan adanya kerjasama yang erat antara
guru atau sekolah dengan orang tua siswa. Oleh karena itu sebagian kegiatan belajar yang
dituntut kurikulum dilaksanakan di rumah.
Peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal, pertama dalam penyusunan kurikulumDalam
penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta hanya terbatas kepada
beberapa orang saja yang cukup waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai. Kedua,
dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan kerja sama yang sangat erat antara guru dengan para
orang tua muridSebagian kegiatan belajar yang dituntut kurikulum dilaksanakan dirumah. Dan
orang tua mengikuti atau mengamati kegiatan belajar anakanya dirumah.
5. Siswa
Dalam meningkatkan kualitas siswa, para pembina kurikulum (guru) hendaknya tidak
melepaskan diri dari tanggung jawabnya sebagai pendidik dan pembimbing, sehingga
partisipasi siswa tersebut tidak lepas dari bimbingan guru, seperti pemberian motivasi belajar,
dorongan untuk berpendapat, dan berpartisipasi dalam kegiatan bermanfaat.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kurikulum adalah seperangkat atau sistem rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan
pembelajaranyang menjadi pedoman dalam aktivitas belajar mengajar.
1. Analisis situasional
2. Tujuan
3. Komponen konten dan pengalaman belajar
4. Organisasi Pengalaman Belajar
5. Evaluasi
Kurikulum Merdeka Belajar merupakan kurikulum yang menitik beratkan pada keberagaman
pembelajaran intrakurikuler. Struktur pembelajarannya berbeda dengan kurikulum sebelumnya,
salah satu yang membedakan adalah pemilihan mata pelajaran. Siswa diberi kebebasan untuk
memilih mata pelajaran yang sesuai dengan kompetensi dan bakatnya, sehingga memungkinkan
mereka untuk terlibat dalam pembelajaran lintas mata pelajaran, seperti antara sains dan IPS.
Ada beberapa pihak yang terlibat dalam pengembangan kurikulum, antara lain:
3.2 Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan
pembaca. Bagi pembaca, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan
terkait ” Proses dan contoh pengembangan kurikulum serta orang-orang yang terlibat dalam
pengembangan kurikulum”, sehingga akan lebih objektif dan bervariasi dalam melakukan
penelitian.
19
DAFTAR PUSTAKA
Print, M. (1993)Curriculum development and design. St. LeonardsNSW: Allen & Unwin
Robert, Zais.S. 1976. Curriculum,Principles and Foundations. New YorkHarper & Row,
Publishers
Mubarak, H. A. Zaki. 2022. Desain Kurikulum Merdeka Belajar Untuk Revolusi Industri 4.0 Dan
Society 5.0. Tasikmalaya: Zifatama Jawara
20