Disusun oleh:
Kelompok 8
Navis Yusrizal 11210430000000
Wahyu Dwi Kanang 112104300000127
Nur al-Aina Shoba Kamila 11210430000000
Ririn Nuraini 11210430000124
Khairudin 11210430000000
Ahmad Yazid 11210430000000
Dandi Eko 11210430000000
Terucap pula syukur kepada Allah, karena atas izinnya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah pada mata Kuliah “Muqaranah Mazahib fi al-
Siyasah” dengan judul “Partisipasi Politik di Negara Non-Muslim”
dengan baik dan tepat pada waktunya. Tak lupa kami mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Dr. Mujar Ibnu Syarif, M.Ag., selaku dosen pengampu
mata kuliah muqaranah mazahib fi al-siyasah yang telah memberikan tugas
ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan serta pemahaman terkait
Partisipasi politik di Negara non-Muslim.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................iii
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Definisi Partisipasi politik dan Negara Non-Muslim.......................4
C. Pendapat Ulama yang Melarang......................................................4
D. Dasar Hukum yang Melarang..........................................................6
E. Pendapat Ulama yang Membolehkan..............................................6
F. Dasar Hukum yang Membolehkan................................................10
G. Pendapat Yang Rajih......................................................................10
H. Kesimpulan....................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................11
iii
A. Latar Belakang
1
Muslim menjadi pemimpin, tapi juga tidak boleh melibatkan non-
Muslim dalam segala urusan umat Muslim, sekalipun ada pertalian
darah dengannya.3
2
Muslim, sebagai dalil mengenai tidak bolehnya seorang Muslim
berpartisipasi di negara non-Muslim. Hal ini dapat di artikan bahwa
hukum berpartisipasi politik di negara non-Muslim ada kaitannya atau
bahkan sama sebagaimana hukum mendukung non-Muslim sebagai
presiden.
3
B. Definisi Partisipasi politik dan Negara Non-Muslim
….
6
Mujar Ibnu Syarif, Presiden Non Muslim di Negara Muslim (Tinjauan Perspektif
Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia), Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2006), hal.79-122.
4
negara sekuler lainnya, yang ikut berpartisipasi politik ialah orang-orang
yang mendustakan Tuhan dan Rasul-Nya. Mereka menjalani hidup
dengan bergelimang dosa dan halal dibunuh, karena dalam Islam
hukuman yang setimpal bagi orang-orang yang ingkar terhadap
agamanya ialah hukuman mati.
5
mendukung calon non-Muslim. Tetapi di bilik suara yang terjamin
kerahasiannya, ia tidak boleh memberikan suaranya pada non-Muslim.
6
diperbolehkan untuk bergabung dengan yang lain dan menerima
kekuasaan yang ada.
8
Sugianto, dkk, Partisipasi Politik dalam Pemerintahan Non Muslim Perspektif
Yusuf Qardawi, Jurnal: Istinarah: Riset Keagamaan, Sosial, dan Budaya, Vol. III (2),
2021, hal. 65.
7
mayoritas dalam pemerintahan non-Muslim dengan pemerintahan
tersebut mengakomodir kebutuhan Muslim.9
9
A. Aldino Romadhon, Pemikiran Yusuf Al-Qaradhawi Tentang Partisipasi Politik
Seorang Muslim Dalam Pemerintahan Non Muslim, Lampung : Fakultas Syari’ah, UIN
Raden Intan Lampung, 2020, hal. 86.
10
Ashgar Ali Enginer, Devolusi Agama Islam, terj. Imam Muttaqin dari Islamic
State, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), cet. Ke-1, hal. 214.
8
pun umat Islam belum tentu bisa menyalurkan dan memperjuangkan
aspirasi politiknya di Negara-negara non-Muslim. Jika harus memilih
pun, umat Islam yang menjadi warga Negara non-Muslim, sebaiknya
turut berpartisipasi dan berusaha seoptimal mungkin untuk merebut
posisi-posisi strategis, terutama posisi sebagai kepala Negara.
Sebagaimana halnya kaum non-Muslim yang selalu berusaha mengusai
posisi stategis semacam itu di Negara-negara Muslim.11
11
Mujar Ibnu Syarif, Presiden Non Muslim di Negara Muslim (Tinjauan
Perspektif Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia), Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 2006), hal.111-112.
9
sebenarnya, bukan dalam rangka ber-taqiyyah dan berpura-pura. Sebab
menurut beliau, larangan Allah untuk memilih pemimpin non-Muslim
baru dapat diberlakukan jika umat Muslim berada dalam kondisi
mayoritas dan tahu persis bahwa non-Muslim tersebut akan menyakiti
kaum Muslim, serta jelas-jelas memusuhi Allah dan Rasul-Nya.12
H. Kesimpulan
12
Mujar Ibnu Syarif, Presiden Non Muslim di Negara Muslim (Tinjauan
Perspektif Politik Islam dan Relevansinya dalam Konteks Indonesia), Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan, 2006), hal. 122.
10
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Ahmad Ibn Ali al-Razy al-Jashshash, Ahkam Al-Qur’an, Al-
Qahirah: Syirkah Maktabah Wa Mathba’ah, t.th.
Ashgar Ali Enginer, Devolusi Agama Islam, terj. Imam Muttaqin dari
Islamic State, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.
Imam Abi al-Fida al-Hafidz Ibn Katsir al-Dimasyqi, Tafsir al-Quran al-
Azhim, Beirut: Dar al-Fikr, 1992
11
Sugianto, dkk, Partisipasi Politik dalam Pemerintahan Non Muslim
Perspektif Yusuf Qardawi, Jurnal: Istinarah: Riset Keagamaan,
Sosial, dan Budaya, Vol. III (2), 2021.
12