Anda di halaman 1dari 3

Teori Belajar

Pemateri : Yunita Anggraeni Sutanti/ 19070855015/ 2019 A MIPA

Pertanyaan

1. Mengapa dalam proses memberikan tugas ke siswa terdapat proses penghapusan?


( Ajeng Azura )
2. Apakah kelemahan dari teori humanistik dan behavioristik? ( Novita )
3. Bagaimanakah implikasi teori Pavlov dalam pembelajaran di SD? ( Chusnul )
4. Menurut Pendapat anda, Teori pembelajaran manakah yang paling baik dan menonjol
dalam proses penerapannya? ( Anang )

Jawaban

1.Pada saat proses pemberian tugas kepada siswa terdapat fase penghapusan. Fase ini di
berikan oleh guru kepada siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan
merupakan fase penghapusan dari fase yang sebelumnya yaitu fase pemantapan dan
pengayaan materi pelajaran. Serta materi ini menekankan pada standar proses dan materi
belajar siswa.

2. Kelemahan Dan Kekurangan Teori Behavioristik

 Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat
meanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
 Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang
didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
 Siswa ( tori skinner ) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata – kata kasar , ejekan ,
jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.
 tidak mampu menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak variabel atau hal-
hal yang berkaitan dengan pendidikan dan atau belajar yang tidak dapat diubah menjadi
sekedar hubungan stimulus dan respon.
 tidak mampu menjelaskan alasan-alasan yang mengacaukan hubungan antara stimulus dan
respon ini dan tidak dapat menjawab hal-hal yang menyebabkan terjadinya penyimpangan
antara stimulus yang diberikan dengan responnya.

Kelemahan Teori Belajar Humanistik

 Bersifat individual, proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan
lingkungan yang mendukung, sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis.
o Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri
mereka.
o Teori humanistik tidak bisa diuji dengan mudah dan banyak konsep dalam psikologi
humanistik.

3.Aplikasi
Aplikasinya teori dalam pembelajar Sekolah Dasar (SD). Bunyi bel di kelas untuk penanda
waktu masuk, waktu istirahat dan waktu pulang. Guru tidak banyak memberi ceramah, tetapi
intruksi singkay yang diikuti contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
Bahan pelajaran disusun secara hierarti dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
Inti Teori
Menurut Pavlov dalam buku Muhibbin Syah teori conditioning belajar itu adalah suatu
proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian
menimbulkan reaksi (response).untuk menjadikan seseorang itu belajar haruslah kita
memberikan syarat-syarat tertentu. Yang terpenting dalam belajar menurut
teori conditioning ialah adanya latihan-latihan yang continue (terus-menerus). Yang
diutamakan dalam teori ini adalah hal belajar terjadi secara otomatis.Jadi, teori belajar
menurut teori Classical Conditioning merupakan respon yang akan berlangsung sebagai
akibat dari terjadinya pengasiosian ganjaran (reward) sebagai kondisi dan rangsangan sebagai
stimulus.

4. Pembelajaran dalam Masyarakat Multi Kultur


Pembelajaran multi kultural adalah kebijakan dalam praktik pendidikan dalam mengakui,
menerima dan menegaskan perbedaan manusia yang dikaitkan dengan budaya, etnik, gender,
ras, keanekaragaman bahasa, kelas sosial. Pembelajaran multi kultural adalah suatu sikap
dalam memandang keunikan manusia dengan tanpa membedakan ras, budaya, jenis kelamin,
seks, kondisi jasmaniah atau status ekonomi seseorang
Kita hidup di masyarakat yang multikultural untuk itu kondisi budaya masyarakat merupakan
tantangan bagi guru di abad kedua puluh satu adalah untuk mentranspormasikan sekolah dan
pendekatan pengajaran, yang dulu diciptakan pada saat sebagian besar siswa masih
berpegang pada warisan budaya Eropa –Barat dan berbicara dalam bahasa Inggris, agar dapat
memenuhi kebutuhan populasi yang dewasa ini jauh lebih beragam. Menurut Harold
Hodgkinson (1993) “ Setiap masyarakat dibangun atas dasar asumsi-asumsi demografik.
Bila asumsi-asumsi ini berubah maka guncangan yang akan menimpa seluruh sendi-sendi
masyarakat.
KeanekaragamanKeanekaragaman linguistik merupakan salah satu perubahan paling cepat
dibidang pendidikan dengan semakin meningkatnya jumlah anak-anak yang berbahasa non-
Inggris yang memasuki sekolah-sekolah negeri. Jumlah siswa dengan kemampuan berbahasa
Inggris yang terbatas atau mereka yang sedang belajar Bahasa Inggris diseluruh negeri
meningkat lebih dari dua kali lipat selama dua dekade terakhir
Faktor demografis lain yang mempengaruhi sekolah dan guru adalah banyaknya anak-anak
yang saat ini sekolah disekolah-sekolah negeri yang hidup dalam kemiskinan. Faktanya,
beberapa pengamat berpendapat bahwa kemiskinan dan klas sosial telah menggantikan ras
sebagai isu paling urgen yang dihadapi bangsa ini dan bahwa kemiskinan merupakan jantung
dari kebanyakan kegagalan sekolah.
Tren-tren demografis ini memiliki paling tidak tiga signifikansi penting bagi pengajaran dan
bagi mereka yang sedang mempersiapkan diri untuk mengajar
Pertama, Untuk alasan sosial dan ekonomi, banyak orang dimasyarakat luas akan tetap
berkomitmen untuk memberikan kesempatan pendidikan kepada semua anak. Untuk itu
dalam menangani anak-anak dengan latar belakang budaya yang beragam dan dengan
berbagai kebutuhan khusus menuntut guru untuk memiliki reportoar strategi dan metode
efektif yang jauh melampaui apa yang sebelumnya dituntut dari guru. Guru juga harus
mampu mendeferensiasikan kurikulum dan pengajarannya agar lebih pas dengan mereka
yang mungkin merasa bahwa sekolah amat menyulitkan atau tidak relevan dengan
kehidupannya.
Kedua, Ada kemungkinan bahwa keseimbangan populasi rasial dan etnik siswa dan guru di
sekolah-sekolah, sehingga guru diperkirakan akan mengalami penataan sosial dan
organisasional yang komplek sehingga kemungkinan guru sendiri akan lebih sering
dipindahkan dari satu sekolah ke sekolah lain.
Ketiga, Para orang tua tidak akan lagi menoleransi sekolah-sekolah dengan materi yang tidak
akurat dan guru yang tidak terlatih. Sehingga menuntut adanya kurikulum dan pendekatan
pengajaran yang memastikan bahwa kesuksesan akademik dan sosial yang sama akan dicapai
oleh anak-anak mereka.
James A. Banks ( 1993, 1994) mengidentifikasikan ada lima dimensi pendidikan
multikultural yang diperkirakan dapat membantu guru dalam mengimplementasikan beberapa
program yang mampu merespon terhadap perbedaan pelajar (siswa) yaitu:

a. Dimensi integrasi isi/materi (Content integration),

b. Dimensi konstruksi pengetahuan ( Knowledge costruktion )

c. Dimensi pengurangn prasangka ( Prejudice ruduction)

d. Dimensi pendidikan yang sama/adil (equitable pedagogy).

e. Dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan struktur sosial.

Anda mungkin juga menyukai