Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Partus lama merupakan salah satu penyebab kematian ibu dan janin.

Partus lama apabila tidak segera ditangani dengan cepat dan tepat akan

mengakibatkan ibu mengalami infeksi, kehabisan tenaga sebelum bayi

dilahirkan, dehidrasi, kadang dapat terjadi pendarahan postpartum yang dapat

menyebabkan kematian ibu. Pada janin akan terjadi infeksi, cedera, dan

asfiksia yang dapat meningkatkan kematian bayi (Oxorn & Forte, 2020).

Secara global menurut Word Health Organisation (WHO) tahun 2022,

partus lama merupakan salah satu penyumbang kematian ibu di dunia,

berdasarkan WHO terjadi kasus partus lama pada wanita di dunia yaitu 289

per 100.000 kelahiran hidup (WHO, 2022). Sementara di Indonesia angka

kejadian partus lama menduduki urutan tertinggi di ASEAN yaitu 359 per

100.000 kelahiran hidup ibu meninggal akibat partus lama (Kemenkes RI,

2022).

Di antara penyebab tingginya angka kematian bayi adalah kejadian

partus lama, menurut data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018

partus lama merupakan komplikasi persalinan urutan kedua yang paling

banyak ditemui. Yang menempati urutan pertama adalah Ketuban Pecah Dini

(KPD) dengan prosentase 5,6%, disusul partus lama dengan prosentase 4,3%

dari total komplikasi persalinan 23,2% (Riskesdas, 2018)

Berdasarkan data Profil Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara Barat

Tahun 2022, prevalensi partus lama secara nasional menunjukkan bahwa


2

Propinsi Nusa Tenggara Barat ada di urutan kelima dalam komplikasi

persalinan jenis partus lama dengan prosentase 4,5% (Dinas Kesehatan

Provinsi NTB, 2022). Sedangkan jumlah kejadian persalinan lama di

Kabupaten Lombok Timur tahun 2022 adalah sebesar 13,3% (Dinas

Kesehatan Kabupaten Lombok Timur, 2022).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Montong Betok tahun

2022 menunjukkan bahwa jumlah ibu bersalin mencapai 654 orang dan yang

mengalami partus lama sebanyak 35 orang (5,3%) dan pada tahun 2023 dari

bulan Januari sampai dengan Agustus diketahui bahwa jumlah ibu bersalin

mencapai 456 orang dan yang mengalami partus lama sebanyak 21 orang

(4,6%) (Puskesmas Montong Betok, 2023).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, upaya pengendalian

terjadinya persalinan lama sangat diperlukan untuk menekan angka kesakitan

dan kematian ibu dan bayi sehingga peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang : “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Partus lama

di Puskesmas Montong Betok”.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi partus lama pada ibu bersalin

yaitu faktor ibu, faktor janin, dan faktor jalan lahir. Faktor ibu meliputi umur,

paritas, his, dan ketuban pecah dini (KPD). Faktor janin meliputi sikap, letak,

kelainan posisi, dan janin besar sedangkan faktor jalan lahir seperti tumor

pada pelvis, panggul sempit, kelainan pada vagina dan serviks (Prawirohardjo,

2018).

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mendeteksi partus lama

pada ibu bersalin yaitu dengan penggunaan partograf pada setiap persalinan
3

sehingga bidan dapat segera mengambil keputusan klinik untuk

meminimalkan risiko yang dapat terjadi pada ibu dan janin. Upaya selanjutnya

yang dapat dilakukan untuk mencegah persalinan lama yaitu dengan

melibatkan keluarga untuk mendampingi ibu selama persalinannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat disusun

rumusan masalahnya sebagai berikut: “Apa Saja Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Kejadian Partus lama di Puskesmas Montong Betok”?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian

Partus lama di Puskesmas Montong Betok.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi kejadian partus lama di Puskesmas Montong Betok

b. Mengidentifikasi faktor umur ibu bersalin di Puskesmas Montong

Betok

c. Mengidentifikasi faktor paritas ibu bersalin di Puskesmas Montong

Betok.

d. Mengidentifikasi faktor his ibu bersalin di Puskesmas Montong Betok.

e. Mengidentifikasi faktor jarak kehamilan ibu bersalin di Puskesmas

Montong Betok.

f. Mengidentifikasi faktor ketuban pecah dini (KPD) ibu bersalin di

Puskesmas Montong Betok


4

g. Mengidentifikasi faktor berat badan janin ibu bersalin di Puskesmas

Montong Betok

h. Mengidentifikasi faktor presentasi janin ibu bersalin di Puskesmas

Montong Betok

i. Menganalisis pengaruh faktor umur dengan kejadian partus lama di

Puskesmas Montong Betok.

j. Menganalisis pengaruh faktor paritas dengan kejadian partus lama

Puskesmas Montong Betok.

k. Menganalisis pengaruh faktor kekuatan his dengan kejadian partus

lama di Puskesmas Montong Betok.

l. Menganalisis pengaruh faktor jarak kehamilan dengan kejadian partus

lama di Puskesmas Montong Betok.

m. Menganalisis pengaruh faktor ketuban pecah dini (KPD) dengan

kejadian partus lama di Puskesmas Montong Betok.

n. Menganalisis pengaruh faktor berat badan janin dengan kejadian partus

lama di Puskesmas Montong Betok

o. Menganalisis pengaruh faktor presentasi janin dengan kejadian partus

lama di Puskesmas Montong Betok

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi

para pembaca yang berhubungan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi partus lama. Selain itu, dapat dijadikan sebagai literatur


5

untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan faktor-

faktor yang mempengaruhi partus lama.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas Montong Betok

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

acuan, literatur atau referensi untuk meningkatkan mutu pelayanan

kepada masyarakat khususnya ibu bersalin yang mengalami partus

lama.

b. Bagi bidan Puskesmas Montong betook

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu indikator

deteksi dini pada ibu bersalin dalam pemantauan proses persalinan

agar tidak terjadi partus lama dan dapat dijadikan bahan untuk lebih

meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi kasus kasus persalinan

c. Bagi Ibu Bersalin

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

masukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya ibu

bersalin tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian partus

lama.

d. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan

untuk mengembangkan kualitas pendidikan di bidang kesehatan

khususnya mahasiswa bidan yang ada di Hamzar Lombok Timur.


6

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur

bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian partus lama.

E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Nama Judul Metode


Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Peneliti Penelitian Penelitian
Rositawati Hubungan paritas Metode penelitian Hasil penelitian Desain penelitian Teknik pengambilan
(2019) ibu bersalin yang digunakan menunjukkan ada yang digunakan sampel yang
dengan kejadian adalah menunjukkan sama yaitu case digunakan berbeda.
partus lama di observasional terdapat hubungan control. Kemudian Pada penelitian yang
RSUD analitik antara paritas dengan analisis statistik dilakukan oleh
Leuwiliang menggunakan partus lama (p value yang digunakan Rositawati
Kabupaten Bogor desain kasus = 0.033 OR 1,661) juga sama yaitu menggunakan total
kontrol menggunakan uji sampling sedangkan
chi square. peneliti
menggunakan dua
teknik pengambilan
sampel, untuk sampel
kasus menggunakan
teknik total sampling
sedangkan untuk
sampel kontrolnya
menggunakan simple
random sampling.

Riyanto Faktor-faktor Metode penelitian Ada hubungan antara Pendekatan Teknik pengambilan
(2017) yang yang digunakan faktor-faktor umur, penelitian yang sampel yang
berhubungan adalah metode paritas, his dan KPD digunakan sama digunakan berbeda.
dengan partus observasional dengan partus lama yaitu pendekatan Pada penelitian yang
lama di analitik dengan di Puskesmas Poned cross sectional. dilakukan oleh
Puskesmas Poned pendekatan cross Kabupaten Lampung Selain itu, variabel Riyanto
Kabupaten sectional. Timur. independent dan menggunakan simpel
Lampung Timur dependent yang random sampling
diteliti juga sama sedangkan peneliti
yaitu : umur, menggunakan dua
paritas, his dan teknik pengambilan
KPD serta kejadian sampel, untuk sampel
partus lama. kasus menggunakan
teknik total sampling
sedangkan untuk
sampel kontrolnya
menggunakan simple
random sampling.

Wahyu Faktor-faktor Metode penelitian Ada hubungan Pendekatan Metode penelitian


Amelia yang yang digunakan antara presentasi penelitian yang yang digunakan
(2018) mempengaruhi yaitu survey janin dengan digunakan sama berbeda. Peneliti
kejadian partus analitik dengan kejadian partus lama yaitu pendekatan menggunakan metode
7

lama di Ruang pendekatan cross (p value 0,001), ada cross sectional. observasional analitik
Kebidanan RSUD sectional. hubungan antara Selain itu, analisis sedangkan penelitian
Ibnu Sutowo berat badan janin statistik yang Wahyu Amelia
Baturaja dengan kejadian digunakan juga menggunakan survey
partus lama (p sama yaitu : uji chi analitik. Selain itu,
value 0,010), dan ada square. variabel independent
hubungan antara yang diteliti juga
paritas dengan berbeda. Peneliti
kejadian partus lama melakukan penelitian
(p value 0,001) tentang umur, paritas,
his, jarak kehamilan
dan KPD sedangkan
penelitian Wahyu
Amelia melakukan
penelitian tentang
presentase janin dam
berat badan janin.

Lia Indriasari Faktor-faktor Metode penelitian Hasil penelitian dari Variabel Teknik pengambilan
(2022) Yang yang digunakan analisis bivariat independent yang sampel yang
Berhubungan adalah metode dengan uji chi-square diteliti sama yaitu digunakan berbeda.
Dengan Kejadian desktiptif menunjukkan umur dan paritas Pada penelitian
Partus Lama di terdapat hubungan sedangkan variabel terdahulu
RSUD Ciawi antara partus lama dependentnya juga menggunakan total
Kabupaten Bogor dengan umur dengan sama yaitu kejadian sampling sedangkan
nilai hasil uji chi- partus lama. peneliti
square X 2 hitung menggunakan
=0.387, dengan nilai sistematik random
-value 0.000 sampling. Selain
dengan sig ()- 0.05, analisis data yang
antara partus lama digunakan juga
dengan paritas, berbeda. Peneliti
dengan nilai hasiluji menggunakan uji
chi- square nilai X2 mann whitney
hitung =0.215, sedangkan penelitian
dengan nilai -value terdahulu
0.000 dengan sig menggunakan uji chi
()- 0.05 square.

Aulia Safitri Hubungan Antara Jenis penelitian Hasil penelitian Variabel Analisis data yang
(2022) Usia Dan Paritas survey analitik menunjukkan independent dan digunakan berbeda.
Dengan Kejadian dengan terdapat hubungan dependent yang Pada penelitian
Partus Lama Pada menggunakan yang signifikan diteliti sama yaitu terdahulu
Ibu Bersalin Di data kuantitif atau antara paritas dengan usia dan paritas menggunakan uji chi
Rs Islam data sekunder kejadian partus lama serta kejadian square sedangkan
Jemursari dengan di RS Islam partus lama. Selain peneliti
Surabaya pendekatan Cross Jemursari Surabaya itu, teknik menggunakan uji
Sectional dengan nilai p value pengambilan mann whitney.
sebesar 0,000 < 0,05. sampel yang
digunakan juga
sama yaitu random
sampling.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Konsep Dasar Persalinan

a. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin

dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar rahim melalui jalan lahir atau

jalan lain (Diana, 2019). Persalinan merupakan proses membuka dan

menipisnya serviks sehingga janin dapat turun ke jalan lahir.

Persalinan dan kelahiran normal merupakan proses pengeluaran janin

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu) dengan

adanya kontraksi rahim pada ibu. Prosedur secara ilmiah lahirnya bayi

dan plasenta dari rahim melalui proses yang dimulai dengan terdapat

kontraksi uterus yang menimbulkan terjadinya dilatasi serviks atau

pelebaran mulut rahim (Irawati, Muliani, & Arsyad, 2019).

Persalinan adalah suatu kejadian yang berakhir dengan

pengeluaran bayi yangh cukup bulan atau hampirh cukup bulan yang

kemudian, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin.

Dalam proses persalinan dapat terjadi perubahan-perubahan fisik yaitu,

ibu akan merasa sakit pinggang dan perut bahkan sering mendapatkan

kesulitan dalam bernafas dan perubahan-perubahan psikis yaitu merasa

takut kalau apabila terjadi bahaya atas dirinya pada saat persalinan,

takut yang dihubungkan dengan pengalaman yang sudah lalu misalnya

mengalami kesulitan pada persalinan yang lalu (Rinata, 2018).

9
10

b. Jenis-jenis Persalinan

Menurut Kusumawardani (2019) jenis-jenis persalinan dibagi

menjadi tiga diantaranya :

1) Persalinan yang spontan adalah suatu proses persalinan secara

langsung menggunakan kekuatan ibu sendiri

2) Persalinan buatan adalah suatu proses persalinan yang berlangsung

dengan bantuan atau pertolongan dari luar, seperti: ekstraksi

forceps (vakum) atau dilakukan operasi section caesaerea (SC).

3) Persalinan anjuran adalah persalinan yang terjadi ketika bayi sudah

cukup mampu bertahan hidup diluar rahim atau siap dilahirkan.

Tetapi, dapat muncul kesulitan dalam proses persalinan, sehingga

membutuhkan bantuan rangsangan dengan pemberian pitocin atau

prostaglandin (Kusumawardani, 2019).

c. Tanda-Tanda Persalinan

Menurut (Rosyati, 2017) tanda dan gejala persalinan yaitu

sebagai berikut.

1) Tanda Inpartu

a) Penipisan serta adanya pembukaan serviks.

b) Kontraksi uterus yang menyebabkan berubahnya serviks

(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit).

c) Keluar cairan lendir yang bercampur dengan darah melalui

vagina.
11

2) Tanda-tanda persalinan

a) Ibu merasa ingin meneran atau menahan napas bersamaan

dengan terjadinya kontraksi.

b) Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada bagian rectum

dan vagina.

c) Perineum mulai menonjol.

d) Vagina dan sfingter ani mulai membuka.

e) Pengeluaran lendir yang bercampur darah semakin meningkat.

d. Fase-Fase Dalam Persalinan

1) Fase persalinan kala I

Menurut Girsang beberapa jam terakhir dalam kehamilan

ditandai adanya kontraksi uterus yang menyebabkan penipisan,

dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir

normal. Persalinan kala satu disebut juga sebagai proses

pembukaan yang dimulai dari pembukaan nol sampai pembukaan

lengkap (10cm) (Girsang, 2017).

Kala satu persalinan terdiri dari 2 fase, yaitu sebagai berikut.

1. Fase Laten

Merupakan periode waktu dari awal persalinan hingga ke

titik ketika pembukaan mulai berjalan secara progresif yang

umumnya dimulai sejak kontraksi mulai muncul hingga

pembukaan tiga sampai empat sentimeter atau permulaan fase

aktif berlangsung dalam 7-8 jam. Selama fase ini presentase


12

mengalami penurunan sedikit hingga tidak sama sekali

(Sarwono, 2018).

2. Fase Aktif

Dalam fase aktif ini frekuensi dan lama kontraksi uterus

biasanya meningkat (kontraksi dianggap adekuat bila terjadi

lebih dari 3 kali dalam 10 menit dan berlangsung selama lebih

dari 40 detik, pembukaan serviks dari 4 cm sampai lengkap

biasanya dengan kecepatan lebih dari 1 cm per jamnya dan

pada fase ini terjadi penurunan bagian terbawah janin

(Cunningham, 2018).

2) Fase persalinan kala II

Kala dua disebut juga kala pengeluaran. Kala ini dimulai dari

pembukaan lengkap (10 cm) hingga bayi lahir. Proses ini

berlangsung selama kurang lebih 2 jam pada ibu primigravida dan

kurang lebih 1 jam pada ibu multigravida. Adapun tanda dan gejala

yang muncul pada kala dua adalah sebagai berikut:

a) Kontraksi (his) semakin kuat, dengan interval 2-3 menit dengan

durasi 50-100 detik

b) Menjelang akhir kala satu, ketuban akan pecah yang ditandai

dengan pengeluaran cairan secara mendadak dan tidak bisa

dikontrol

c) Ketuban pecah pada pembukaan yang dideteksi lengkap

dengan diikuti rasa ingin mengejan


13

d) Kontraksi dan mengejan akan membuat kepala bayi lebih

terdorong menuju jalan lahir, sehingga kepala mulai muncul

kepermukaan jalan lahir, sub occiput akan bertindak sebagai

hipomoklion, kemudian bayi lahir secara berurutan dari ubun-

ubun besar, dahi, hidung, muka, dan seluruhnya (Mochtar,

2019)

3) Fase persalinan kala III

Kala tiga disebut juga kala persalinan plasenta. Lahirnya

plasenta dapat diperkirakan dengan memperhatikan tanda-tanda

sebagai berikut:

a) Uterus menjadi bundar

b) Uterus terdorong keatas karena plasenta dilepas ke segmen

bawah Rahim

c) Tali pusat bertambah panjang

d) Terjadi perdarahan (adanya semburan darah secara tiba-tiba)

e) Biasanya plasenta akan lepas dalam waktu kurang lebih 6-15

menit setelah bayi lahir (Alimul, 2018)

4) Fase persalinan kala IV

Kala empat adalah kala pengawasan selama 1 jam setelah bayi

dan plasenta lahir yang bertujuan untuk mengobservasi persalinan

terutama mengamati keadaan ibu terhadap bahaya perdarahan

postpartum. Pada kondisi normal tidak terjadi perdarahan pada

daerah vagina atau organ setelah melahirkan plasenta (Sarwono,

2018)
14

e. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persalinan

Menurut (Saragih, 2017), ada beberapa faktor yang

mempengaruhi proses persalinan normal yang dikenal dengan istilah

5P, yaitu: Power, Passage, Passenger, Psikis ibu bersalin, dan

Penolong persalinan yang dijelaskan dalam uraian berikut.

1) Power (tenaga)

Power (tenaga) merupakan kekuatan yang mendorong janin

untuk lahir. Dalam proses kelahiran bayi terdiri dari 2 jenis tenaga,

yaitu primer dan sekunder.

1. Primer: berasal dari kekuatan kontraksi uterus (his) yang

berlangsung sejak muncul tanda-tanda persalinan hingga

pembukaan lengkap.

2. Sekunder: usaha ibu untuk mengejan yang dibutuhkan setelah

pembukaan lengkap (Sulistiawati, 2017)

2) Passenger (janin)

Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah

faktor janin, yang meliputi berat janin, letak janin, posisi sikap

janin (habilitus), serta jumlah janin. Pada persalinan normal yang

berkaitan dengan passenger antara lain: janin bersikap fleksi

dimana kepala, tulang punggung, dan kaki berada dalam keadaan

fleksi, dan lengan bersilang di dada. Taksiran berat janin normal

adalah 2500-3500 gram dan DJJ normal yaitu 120-160x/menit

(Rohani, 2017)
15

3) Passage (jalan lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yaitu bagian tulang padat,

dasar panggul, vagina dan introitus vagina (lubang luar vagina).

Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar

panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh

lebih berperan dalam proses persalinan. Oleh karena itu, ukuran

dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai

(Sumarah, 2018)

4) Psikis ibu bersalin

Persalinan dan kelahiran merupakan proses fisiologis yang

menyertai kehidupan hampir setiap wanita. Pada umumnya

persalinan dianggap hal yang menakutkan karena disertai nyeri

hebat, bahkan terkadang menimbulkan kondisi fisik dan mental

yang mengancam jiwa. Nyeri merupakan fenomena yang subjektif,

sehingga keluhan nyeri persalinan setiap wanita tidak akan sama,

bahkan pada wanita yang samapun tingkat nyeri persalinannya

tidak akan sama dengan nyeri persalinan yang sebelumnya.

Sehingga persiapan psikologis sangat penting dalam menjalani

persalinan. Jika seorang ibu sudah siap dan memahami proses

persalinan maka ibu akan mudah bekerjsama dengan petugas

kesehatan yang akan menolong persalinannya (Wirakusumah,

2018).

Dalam proses persalinan normal, pemeran utamanya adalah

ibu yang disertai dengan perjuangan dan upayanya. Sehingga ibu


16

harus meyakini bahwa ia mampu menjalani proses persalinan

dengan lancar. Karena jika ibu sudah mempunyai keyakinan positif

maka keyakinan tersebut akan menjadi kekuatan yang sangat besar

saat berjuang mengeluarkan bayi. Sebaliknya, jika ibu tidak

semangat atau mengalami ketakutan yang berlebih maka akan

membuat proses persalinan menjadi sulit (Sulistyawati, 2015).

5) Penolong persalinan

Orang yang berperan sebagai penolong persalinan adalah

petugas kesehatan yang mempunyai legalitas dalam menolong

persalinan, antara lain: dokter, bidan, perawat maternitas dan

petugas kesehatan yang mempunyai kompetensi dalam pertolongan

persalinan, menangani kegawataruratan serta melakukan rujukan

jika diperlukan. Petugas kesehatan yang memberi pertolongan

persalinan dapat menggunakan alat pelindung diri, serta melakukan

cuci tangan untuk mencegah terjadinya penularan infeksi dari

pasien (Purwoastuti, 2017).

Pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga

professional di masyarakat masih sangat rendah dibandingkan

dengan target yang diharapkan. Pemilihan penolong persalinan

merupakan faktor yang menentukan terlaksananya proses

persalinan yang aman (Nurhapipa, 2015).


17

2. Partus lama

a. Pengertian

Partus lama ialah persalinan yang telah berlangsung 12 jam atau

lebih tanpa kelahiran bayi. Persalinan lama dapat terjadi dengan

pemanjangan kala I dan atau kala II (Prawirohardjo, 2018).

Persalinan kala II memanjang adalah persalinan yang

berlangsung lebih dari 2 jam pada primigravida, dan lebih dari 30

menit sampai 1 jam pada multigravida. Persalinan kala II memanjang

adalah suatu persalinan dengan pembukaan serviks lengkap, ibu ingin

mengejan, tetapi tidak ada kemajuan penurunan (Saifuddin, 2017).

Persalinan kala II memanjang adalah persalinan yang

berlangsung melebihi patron waktu yang telah ditetapkan, yaitu 2 jam

pada primigravida dan 1 jam pada multigravida (Manuaba, I. A. C.,

2019).

Persalinan kala II memanjang (partus lama dalam kala dua)

adalah persalinan yang melampaui 2 jam pada primigravida dan 1 jam

pada multipara (Oxorn & Forte, 2020).

Tabel 2.1 Waktu pada fase-fase persalinan


Primigravida Multipara
Rata-rata Upper Rata-rata Upper
normal normal
Fase laten 8,6 jam 20 jam 5,3 jam 14 jam
Fase aktif 5,8 jam 12 jam 2,5 jam 6 jam
Kala I 13,3 jam 28,5 jam 7,5 jam 20 jam
Kala II 57 menit 2 jam 18 menit 1 jam
Dilatasi cervix rate Kurang 1,2 cm/jam Kurang 1,5 cm/jam
selama adalah abnormal adalah abnormal
fase aktif
18

b. Etiologi

1) Disproporsi fetopelvik

a) Panggul kecil

b) Anak besar

2) Malpresentasi dan malposisi

3) Persalinan tidak efektif

a) Primary inefficient uterine contraction

b) Kelelahan myometrium: inertia sekunder

c) Cincin konstriksi

d) Ketidakmampuan atau penolakan pasien untuk mengejan

e) Anesthesia berlebihan

4) Dystocia jaringan lunak

a) Canalis vaginalis yang sempit

b) Perineum kaku (Oxorn & Forte, 2020).

c. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Partus Lama

Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian partus

lama yaitu:

1) Faktor ibu

a) Umur

Umur ibu merupakan salah satu faktor risiko yang

berhubungan dengan kualitas kehamilan atau berkaitan dengan

kesiapan ibu dalam reproduksi. Pada ibu dengan umur kurang

dari 20 tahun, perkembangan alat-alat reproduksi belum

matang sehingga sering timbul komplikasi persalinan,


19

sedangkan pada ibu dengan umur lebih dari 35 tahun, mulai

terjadi regresi sel-sel tubuh terutama endometrium sehingga

menyebabkan proses kehamilan dan persalinan menjadi

berisiko (Prawirohardjo, 2018).

b) Paritas

Pada ibu dengan paritas primipara (wanita yang

melahirkan bayi hidup pertama kali) karena pengalaman

melahirkan belum pernah maka kemungkinan terjadinya

kelainan dan komplikasi cukup besar (Manuaba, I. B. G.,

2020).

Pada ibu yang sering melahirkan memiliki risiko

mengalami komplikasi persalinan pada kehamilan berikutnya

apabila tidak memperhatikan kebutuhan gizi. Pada paritas lebih

dari tiga, keadaan rahim biasanya sudah lemah sehingga

menimbulkan persalinan lama dan pendarahan saat kehamilan

(Prawirohardjo, 2018).

c) His

His merupakan kontraksi otot~otot rahim dalam

persalinan. Sifat his yang baik dan sempurna, yaitu: kontraksi

yang simetris, fundus dominan (kekuatan paling tinggi berada

di fundus uteri), kekuatannya seperti gerakan memeras rahim,

setelah adanya kontraksi diikuti dengan adanya relaksasi dan

pada setiap his menyebabkan terjadinya perubahan pada

serviks, yaitu menipis dan membuka (Manuaba, I. B. G., 2020).


20

His yang tidak normal dalam kekuatan atau sifatnya

menyebabkan hambatan pada jalan lahir yang lazim normal

dimulai dari salah satu sudut d fundus uteri yang kemudian

menjalar merata simetris ke seluruh korpus uteri dengan

adanya dominasi kekuatan pada fundus uteru, kemudian

mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh. Baik atau

tidaknya his dinilai dengan kemajuan persalinan, sifat dari his

itu sendiri (frekuensinya, lamanya, kuatnya, dan relaksasinya).

Adapun jenis-jenis kelainan his yaitu: a) Inersia uteri, b) His

yang terlalu kuat, dan c) Kekuatan uterus yang tidak

terkoordinasi (Prawirohardjo, 2018).

2) Faktor janin (besar janin, letak janin)

Keadaan janin (letak, presentasi, ukuran/berat janin,

ada/tidak kelainan anatomik mayor) (Prawirohardjo, 2018).

3) Faktor jalan lahir (panggul sempit)

Kelainan panggul dapat disebabkan oleh: gangguan

pertumbuhan, penyakit tulang dan sendi(rachitis, neoplasma,

fraktur dll), penyakit kolumna vertebralis (kyposis, scoliosis, dll),

kelainan ekstremitas inferior (coxitix, fraktur, dll). Kelainan

panggul dapat menyebabkan kesempitan panggul. Kesempitan

panggul dapat dibagi menjadi 3 bagian:

a) Kesempitan pintu atas panggul, pintu atas panggul dikatakan

sempit jika ukuran konjugata vera kurang dari 10 cm atau

diametre transversa kurang dari 12 cm.


21

b) Kesempitan panggul tengah, jika jumlah diameter

interspinarum ditambah diameter sagitalis posterior kurang

13,5 cm (normalnya 10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm).

c) Kesempitan pintu bawah panggul, diartikan jika distansia

intertuberum kurang dari 8 cm dan diameter tranversa +

diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm (Normalnya = 11

cm + 7,5 cm = 18,5 cm) (Prawirohardjo, 2018)

d. Patofisiologis

Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan

dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap atau kepala janin

sudah tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm. Kemajuan persalinan

dalam kala II dikatakan kurang baik apabila penurunan kepala janin

tidak teratur di jalan lahir, gagalnya pengeluaran pada fase

pengeluaran. Kesempitan panggul dapat menyebabkan persalinan yang

lama atau persalinan macet karena adanya gangguan pembukaan yang

diakibatkan oleh ketuban pecah sebelum waktunya yang disebabkan

bagian terbawah kurang menutupi pintu atas panggul sehingga ketuban

sangat menonjol dalam vagina dan setelah ketuban pecah kepala tetap

tidak dapat menekan cerviks karena tertahan pada pintu atas

panggul. Persalinan kadang-kadang terganggu oleh karena kelainan

jalan lahir lunak (kelainan tractus genitalis). Kelainan tersebut

terdapat di vulva, vagina, cerviks uteri, dan uterus. His yang tidak

normal dalam kekuatan atau sifatnya menyebabkan hambatan pada

jalan lahir yang lazim terdapat pada setiap persalinan, jika tidak dapat
22

diatasi dapat megakibatkan kemacetan persalinan. Baik atau tidaknya

his dinilai dengan kemajuan persalinan, sifat dari his itu sendiri serta

besarnya caput succedaneum. Pimpinan persalinan yang salah dari

penolong, tehnik mengejan yang salah, bahkan ibu bersalin yang

kelelahan dan kehabisan tenaga untuk mengejan dalam proses

persalinan juga bisa menjadi salah satu penyebab terjadinya kala II

lama (Prawirohardjo, 2018).

e. Diagnosis

Janin tidak lahir setelah 1 jam pada multigravida dan 2 jam

pada primigravida dipimpin mengedan sejak pembukaan lengkap

1) Ibu tampak kelelahan dan lemah.

2) Kontraksi tidak teratur tetapi kuat.

3) Dilatasi serviks lambat atau tidak terjadi.

4) Tidak terjadi penurunan bagian terbawah janin, walaupun kontraksi

adekuat.

5) Molding-sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki

(partograf ++)

6) Lingkaran retraksi patologis (lingkaran Bandl) timbul nyeri di

bawah lingkaran Bandl merupakan tanda akan terjadi ruptura

uteri.Tidak adanya his dan syok yang tiba-tiba merupakan tanda

ruptura uteri.

7) Kandung kencing ibu penuh. Kandung kencing yang penuh dapat

menahan turunnya janin dan menyebabkan persalinan lama. Pasien

dalam persalinan seharusnya sering kencing (Saifuddin, 2017).


23

f. Dampak Partus Lama

Dampak yang diakibatkan oleh persalinan kala II memanjang

pada ibu dan janin yaitu timbul gejala – gejala seperti dehidrasi,

infeksi, kelelahan ibu serta asfiksia, dan kematian janin dalam

kandungan (IUFD) (Prawirohardjo, 2018).

Persalinan kala II memanjang merupakan fase terakhir dari suatu

partus yang macet dan berlangsung terlalu lama. Risiko yang

diakibatkan partus lama bisa mengenai ibu maupun janin, yaitu:

1) Infeksi Intrapartum

Infeksi merupakan bahaya serius yang mengancam ibu dan

janinnya pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban.

Bakteri didalam cairan amnion menembus amnion dan desisdua

serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia, sepsis dan

pneumonia pada janin akibat aspirasi cairan amnion yang terinfeksi

2) Ruptur uteri

Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan

bahaya serius selama partus lama, terutama pada wanita dengan

paritas tinggi dan pada mereka yang dengan riwayat seksio sesarea.

Apabila disproporsi antara kepala janin dan dan panggul sedemikin

besar sehingga kepala tidak engaged dan tidak terjadi penurunan,

sehingga segmen bawah uterus menjadi sangat teregang yang

kemudian dapat menyebabkan ruptur.


24

3) Cincin retraksi patologis

Pada partus lama dapat timbul konstriksi atau cincin lokal

uterus, tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis

Bandl. Cincin ini disertai peregangan dan penipisan berlebihan

segmen bawah uterus, cincin ini sebagai sustu identasi abdomen dan

menandakan ancaman akan rupturnya segmen bawah uterus.

4) Pembentukan fistula

Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke pintu atas

panggul tetapi tidak maju untuk jangka waktu lama , maka bagian

jalan lahir yang terletak diantaranya akan mengalami tekanan yang

berlebihan. Karena gangguan sirkulasi sehingga dapat terjadi

nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan

dengan munculnya fistula.

5) Cedera otot dasar panggul

Cedera otot-otot dasar panggul, persarafan, atau fasia

penghubungnya merupakan konsekuensi yang tidak terelakkan pada

persalinan pervaginum terutama apabila persalinannya sulit

6) Efek pada janin berupa kaput suksedaneum, moulase kepala janin,

bila berlanjut dapat menyebabkan terjadinya gawat janin

(Prawirohardjo, 2018).

g. Penatalaksanaan Kala II Memanjang

Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu dengan kala II

memanjang yaitu dapat dilakukan partus spontan, ekstraksi vakum,

ekstraksi forceps, sectio caesaria, dan lain- lain (Prawirohardjo, 2018).


25

Penatalaksanaannya yaitu sebagai berikut:

1) Tetap melakukan Asuhan Sayang Ibu, yaitu :

a) Anjurkan agar ibu selalu didampingi oleh keluarganya selama

proses persalinan dan kelahiran bayinya. Dukungan dari suami,

orang tua dan kerabat yang disukai ibu sangat diperlukan dalam

menjalani proses persalinan.

Alasan: Hasil persalinan yang baik ternyata erat hubungannya

dengan dukungan dari keluarga yang mendampingi ibu selama

proses persalinan.

b) Anjurkan keluarga ikut terlibat dalam asuhan, diantaranya

membantu ibu untuk berganti posisi, melakukan rangsangan

taktil, memberikan makanan dan minuman, teman bicara dan

memberikan dukungan dan semangat selama persalinan dan

melahirkan bayinya.

c) Penolong persalinan dapat memberikan dukungan dan

semangat kepada ibu dan anggota keluarganya dengan

menjelaskan tahapan dan kemajuan proses persalinan atau

kelahiran bayi kepada mereka.

d) Tentramkan hati ibu dalam menghadapi dan menjalani

kala II persalinan. Lakukan bimbingan dan tawarkan bantuan

jika diperlukan.

e) Bantu ibu memilih posisi yang nyaman saat meneran

f) Setelah pembukaan lengkap, anjurkan ibu hanya meneran

apabila ada dorongan kuat dan spontan untuk meneran. Jangan


26

menganjurkan untuk meneran berkepanjangan dan menahan

nafas

g) Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi

Alasan: Meneran secara berlebihan menyebabkan ibu sulit

bernafas sehingga terjadi kelelahan yang tidak perlu dan

meningkatkan resiko asfiksia pada bayi sebagai akibat turunnya

pasokan oksigen melalui plasenta

h) Anjurkan ibu untuk minum selama kala II persalinan

Alasan: Ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi selama

proses persalinan dan kelahiran bayi. Cukupnya asupan cairan

dapat mencegah ibu mengalami hal tersebut.

i) Adakalanya ibu merasa khawatir dalam menjalani kala II

persalinan. Berikan rasa aman dan semangat serta tentramkan

hatinya selama proses persalinan berlangsung. Dukungan dan

perhatian akan mengurangi perasaan tegang, membantu

kelancaran proses persalinan dan kelahiran bayinya. Beri

penjelasan tentang cara dan tujuan dari setiap tindakan setiap

kali penolong akan melakukannya, jawab setiap pertanyaan

yang diajukan ibu, jelaskan apa yang dialami oleh ibu dan

bayinya dan hasil pemeriksaan yang dilakukan (misalnya TD,

DJJ, periksa dalam) (Rohani et al., 2018).

2) Mendiagnosa kala II persalinan dan memulai meneran :

a) Cuci tangan (Gunakan sabun dan air bersih yang mengalir)

b) Pakai sarung tangan DTT/steril untuk periksa dalam


27

c) Beritahu ibu saat, prosedur dan tujuan periksa dalam

d) Lakukan periksa dalam (hati-hati) untuk memastikan

pembukaan sudah lengkap (10 cm) lalu lepaskan sarung tangan

sesuai prosedur PI

e) Jika pembukaan belum lengkap, tentramkan ibu dan bantu ibu

mencari posisi nyaman (bila ingin berbaring) atau berjalan-

jalan disekitar ruang bersalin. Ajarkan cara bernafas selama

kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayinya dan

catatkan semua temuan dalam partograf

f) Jika ibu merasa ingin meneran tapi pembukaan belum lengkap,

beritahukan belum saatnya untuk meneran, beri semangat dan

ajarkan cara bernafas cepat selama kontraksi berlangsung.

Bantu ibu untuk memperoleh posisi yang nyaman dan

beritahukan untuk menehan diri untuk meneran hingga

penolong memberitahukan saat yang tepat untuk itu

g) Jika pembukaan sudah lengkap dan ibu merasa ingin meneran,

bantu ibu mengambil posisi yang nyaman, bimbing ibu untuk

meneran secara efektif dan benar dan mengikuti dorongan

alamiah yang terjadi. Anjurkan keluarga ibu untuk membantu

dan mendukung usahanya. Catatkan hasil pemantauan dalam

partograf. Beri cukup minum dan pantau DJJ setiap 5-10 menit.

Pastikan ibu dapat beristirahat disetiap kontraksi

h) Jika pembukaan sudah lengkap tapi ibu tidak ada dorongan

untuk meneran, bantu ibu untuk memperoleh posisi yang


28

nyaman (bila masih mampu, anjurkan untuk berjalan-jalan).

Posisi berdiri dapat membantu penurunan bayi yang berlanjut

dengan dorongan untuk meneran. Ajarkan cara bernafas selama

kontraksi berlangsung. Pantau kondisi ibu dan bayi dan

catatkan semua temuan dalam partograph

i) Berikan cukup cairan dan anjurkan / perbolehkan ibu untuk

berkemih sesuai kebutuhan. Pantau DJJ setiap 15 menit,

stimulasi puting susu mungkin dapat meningkatkan kekuatan

dan kualitas kontraksi.

j) Jika ibu tidak ada dorongan untuk meneran setelah 120 menit

pembukaan lengkap, anjurkan ibu untuk mulai meneran

disetiap puncak kontraksi. Anjurkan ibu mengubah posisinya

secara teratur, tawarkan untuk minum dan pantau DJJ setiap 5-

10 menit. Lakukan stimulasi puting susu untuk memperkuat

kontraksi.

k) Jika bayi tidak lahir setelah 120 menit upaya tersebut diatas

atau jika kelahiran bayi tidak akan segera terjadi, rujuk ibu

segera karena tidak turunnya kepala bayi mungkin disebabkan

oleh disproporsi kepala-panggul (CPD) (Rohani et al., 2018).

l) Upaya mengedan ibu menambah resiko pada bayi karena

mengurangi jumlah oksigen ke plasenta. Dianjurkan mengedan

secara spontan (mengedan dan menahan nafas terlalu lama,

tidak dianjurkan)
29

(1) Jika malpresentasi dan tanda-tanda obstruksi bisa

disingkirkan, berikan infus oksitosin.

(2) Jika tidak ada kemajuan penurunan kepala :

(a) Jika kepala tidak lebih dari 1/5 di atas simfisis pubis

atau bagian tulang kepala di stasion (O), lakukan

ekstraksi vakum atau cunam.

(b) Jika kepala diantara 1/5-3/5 di atas simfisis pubis,

atau bagian tulang kepala di antara stasion (O)-(-2),

lakukan ekstraksi vakum.

(c) Jika kepala lebih dari 3/5 di atas simfisis pubis atau

bagian tulang kepala di atas stasion (-2) lakukan seksio

caesarea (Saifuddin, 2017)

h. Menentukan Keadaan Janin

Evaluasi kesejahteraan janin pada kala II merupakan kelanjutan

dari pemantauan kesejahteraan janin pada kala I. Termasuk evaluasi

hal berikut ini:

1) Kenormalan letak, presentasi, dan variasi janin. Faktor ini dinilai

saat pemeriksaan dalam. Namun, pada kala II persalinan, hal

tersebut dapat dilihat di introitus vagina jika janin sudah crowning.

2) Adaptasi janin terhadap pelvis yaitu keadaan kepala janin yang

menyesuaikan terhadap panggul ibu seperti

sinklitismus/asinklitismus, moulage tengkorak janin, pembentukan

kaput sukedaneum. Hal ini dapat diperiksa melalui pemeriksaan

vagina.
30

3) Frekuensi dan pola DJJ dilakukan sama pada kala I persalinan,

tetapi pada kala II pemeriksaan DJJ lebih sering dilakukan yaitu

setiap tidak ada kontraksi pada uterus atau saat ibu beristirahat

setelah meneran.

4) Evaluasi kenormalan kemajuan yang terjadi dalam mekanisme

persalinan normal.

Pada pemeriksaan vagina, bidan menilai kemajuan janin melewati

pelvis (engagement dan penurunan) dan gerakan memutar janin

yang utama (fleksi dan rotasi internal) seperti yang ditunjukan

dengan perubahan posisi (variasi) kepala janin sebelum kelahiran

(Rohani et al., 2018)

i. Gejala Utama yang Perlu Diperhatikan Pada Partus Lama

Gejala utama yang perlu diperhatikan pada persalinan yang lama

diantaranya:

1) Dehidrasi

2) Tanda infeksi

a) Temperatur tinggi

b) Nadi dan pernafasan

c) Abdomen meteorismus

3) Pemeriksaan abdomen

a) Meteorismus (yaitu peningkatan volume udara pada saluran

cerna dan/ atau dalam rongga peritoneum).

b) Lingkaran bandle tinggi.

c) Nyeri segmen bawah rahim.


31

4) Pemeriksaan lokal vulva- vagina

a) Odema vulva.

b) Cairan ketuban berbau.

c) Cairan ketuban bercaampur mekonium.

5) Pemeriksaan dalam

a) Edema serviks.

b) Bagian terendah sulit didorong ke atas.

c) Terdapat kaput pada bagian terendah.

6) Keadaan janin dalam rahim Asfiksia sampai terjadi kematian.

Akhir dari persalinan lama (Manuaba, I. A. C., 2019)

j. Penatalaksanaan Komplikasi Pada Kala II Memanjang

Penatalaksanaan pada persalinan kala II memanjang jika terjadi

komplikasi:

1) Perdarahan:

a) Penatalaksanaan umum

(1) Berkolaborasi dengan tim untuk melakukan tatalaksana

secara simultan.

(2) Menilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan pasien.

(3) Apabila menemukan tanda-tanda syok, lakukan

penatalaksanaan syok.

(4) Memberikan oksigen.

(5) Memasang infus intravena dengan jarum besar.

(6) Memulai pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau

Ringer Laktat atau Ringer Asetat) sesuai dengan kondisi


32

ibu.

(7) Melakukan pengambilan sampel darah untuk

pemeriksaan.

(8) Jika fasilitas tersedia, lakukan pemeriksaan darah

lengkap.

(9) Memasang kateter Folley untuk memantau volume urin

dibandingkan dengan jumlah cairan yang masuk.

(10) Melakukan pengawasan tekanan darah, nadi, dan

pernapasan ibu.

(11) Memeriksa kondisi abdomen: kontraksi uterus, nyeri

tekan, parut luka, dan tinggi fundus uteri.

(12) Memeriksa jalan lahir dan area perineum untuk melihat

perdarahan dan laserasi (jika ada, misal: robekan serviks

atau robekan vagina).

(13) Memeriksa kelengkapan plasenta dan selaput ketuban.

(14) Menyiapkan transfusi darah jika kadar Hb < 8 g/dL

atau secara klinis ditemukan keadaan anemia berat

(15) Menentukan penyebab perdarahannya dan melakukan

tatalaksana spesifik sesuai penyebab (Saifuddin, 2017).

b) Penatalaksanaan khusus

(1) Atonia uteri: Memberikan 20-40 unit oksitosin dalam

1000 ml larutan NaCl 0,9%/Ringer Laktat dengan

kecepatan 60 tetes/menit dan 10 unitIM. Lanjutkan infus

oksitosin 20 unitd alam 1000 ml larutan NaCl


33

0,9%/Ringer Laktat dengan kecepatan 40 tetes/menit

hingga perdarahan berhenti.

(2) Retensio Plasenta: Melakukan plasenta manual secara

hati-hati.

(3) Sisa Plasenta: Melakukan eksplorasi digital (bila serviks

terbuka) dan keluarkan bekuan darah dan jaringan. Bila

serviks hanya dapat dilalui oleh instrumen, lakukan

evakuasi sisa plasenta dengan aspirasi vakum manual atau

dilatasi dan kuretase.

(4) Robekan Jalan Lahir: Untuk ruptur perineum dan robekan

dinding vagina lakukan penjahitan seperti biasa, untuk

robekan Serviks lakukan penjahitan secara kontinu

dimulai dari ujung atas robekan kemudian ke arah luar

sehingga semua robekan dapat dijahit.

(5) Gangguan Pembekuan Darah: Memberikan transfusi darah

lengkap segar untuk menggantikan faktor pembekuan dan

sel darah merah.

(6) Inversio uteri: Segera melakukan reposisi uterus. Namun

jika reposisi tampak sulit, apalagi jika inversio telah

terjadi cukup lama, rujuk ke fasilitas yang lebih

memadai dan dapat melakukan operasi untuk dilakukan

laparotomi. Bila laparotomi tidak berhasil dapat dilakukan

histerektomi sub total hingga total.


34

(7) Ruptura uteri: Merujuk ke fasilitas yang lebih memadai

dan dapat melakukan operasi untuk dilakukan reparasi

uterus atau histerorafi. Bila histerorafi tidak berhasil dapat

dilakukan histerektomi sub total hingga total (Saifuddin,

2017).

2) Dehidrasi

Untuk mencegah dehidrasi maka dalam persalinan kala

II, maka tindakan yang dapat dilakukan antara lain:

a) Anjurkan ibu untuk minum selama kala II persalinan

b) Memberikan cairan intravena dengan memasang sistem infus

intravena secara rutin pada awal persalinan, istem infus

intravena menguntungkan selama masa nifas dini untuk

memberikan oksitosin profilaksis dan seringkali bersifat

terapeutik ketika terjadi atonia uteri. Selain itu, dengan

persalinan yang lebih lama, pemberian glukosa, natrium dan

air untuk wanita yang sedang berpuasa dengan kecepatan

antara 60 sampai 120 ml per jam, efektif untuk mencegah

dehidrasi dan asidosis (Rohani et al., 2018).

3) Infeksi

Tindakan yang dapat diberikan pada ibu bersalin kala II

untuk mencegah terjadi infeksi yaitu:

a) Tetap menjaga kebersihan diri pada ibu bersalin seperti halnya

jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera di bersihkan.


35

b) Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih yang mengalir)

dan pakai sarung tangan DTT/steril untuk periksa dalam

(Rohani et al., 2018).

4) Kelelahan pada ibu bersalin

a) Kaji tanda – tanda vital yaitu nadi dan tekanan darah.

b) Anjurkan ibu untuk relaksasi dan istirahat di antara kontraksi.

c) Sarankan suami atau keluarga untuk mendampingi ibu.

d) Sarankan pendamping persalinan untuk menawarkan dan

memberikan minuman atau makanan cair kepada ibu (Rohani

et al., 2018).

5) Asfiksia pada bayi

Awal dari semua langkah asuhan adalah memastikan bahwa

segala alat yang diperlukan telah siap. Persiapan alat

penatalaksanaan asfiksia dilakukan sebelum memulai menolong

persalinan atau bersamaan saat mempersiapkan peralatan

menolong persalinan dan dalam keadaan siap pakai.

Alat-alat yang dibutuhkan sesuai yaitu: kain yang bersih,

kering, hangat, dan dapat menyerap cairan. Kain yang dibutuhkan

minimal tiga lembar, yang digunakan untuk mengeringkan dan

menyelimuti bayi, serta untuk ganjal bahu bayi; kotak alat

resusitasi yang berisi alat penghisap lendir DeLee atau bola karet

dan alat ventilasi dalam keadaan steril serta alat perlindungan diri.

Penilaian bayi baru lahir adalah langkah awal sebelum

memulai resusitasi. Nilai (skor) APGAR tidak digunakan sebagai


36

dasar keputusan untuk tindakan resusitasi. Dalam penilaian awal

bayi baru lahir perlu menjawab pertanyaan berikut: apakah air

ketuban tanpa mekonium?, apakah bayi segera bernapas spontan

atau menangis?, apakah tonus otot baik?, apakah kulit berwarna

merah muda?, apakah umur kehamilan cukup?

Apabila semuanya baik, resusitasi tidak diperlukan dan

perawatan rutin untuk bayi baru lahir normal selanjutnya dapat

segera dilakukan. Bila terdapat satu atau lebih penilaian awal

mendapat jawaban “tidak”, langkah awal resusitasi harus segera

dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Langkah awal resusitasi

Pada langkah ini dilakukan secara cepat dan

diselesaikan dalam waktu +30 detik, yakni sebagai berikut:

(1) Menjaga lingkungan hangat dan kering

Sangat penting bagi semua bayi baru lahir untuk

dijaga agar tetap kering, bersih, dan hangat untuk

mencegah bayi kedinginan (hipotermi). Pada bayi

dengan asfiksia dilakukan dengan meletakkan bayi di atas

meja resusitasi di bawah pemancar panas. Tempat ini

harus sudah dihangatkan sebelumnya.

(2) Memposisikan bayi yang benar dan membersihkan jalan

nafas bayi dengan menggunakan kassa steril, kemudian

membaringkan bayi telentang dan memposisikan kepala

bayi pada posisi kepala sedikit ekstensi dengan


37

mengganjal bahu.

(3) Mengisap lendir menggunakan pengisap lendir DeLee

dengan cara mengisap lendir mulai dari mulut, kemudian

hidung; mengisap saat alat pengisap ditarik keluar; jangan

melakukan pengisapan terlalu dalam (tidak lebih dari

+5cm ke dalam mulut karena dapat menyebabkan denyut

jantung bayi menjadi lambat atau bayi tiba-tiba berhenti

bernapas. Untuk hidung, jangan melewati cuping hidung).

(4) Mengeringkan bayi dan melakukan rangsang taktil.

Mengeringkan bayi dengan kain bersih dan kering

dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya dengan

sedikit tekanan. Tekanan ini dapat merangsang bayi baru

lahir mulai bernapas. Rangsangan taktil dapat dilakukan

dengan menepuk atau menyentil telapak kaki dengan

hati-hati dan atau menggosok punggung, perut, dada, atau

tungkai bayi dengan telapak tangan. Tindakan ini

merangsang sebagian besar bayi baru lahir untuk

bernapas. Prosedur ini hanya dilakukan pada bayi yang

telah berusaha bernafas. Elusan pada tubuh bayi, dapat

membantu untuk meningkatkan frekuensi dari dalamnya

pernafasan. Melakukan rangsang taktil terus menerus

pada bayi apnea adalah berbahaya dan tidak boleh

dilakukan.
38

(5) Mengatur posisi bayi kembali

Memberikan oksigen bila perlu, untuk mengurangi

sianosis. Memberikan oksigen dengan kateter nasal

dengan kecepatan aliran kurang dari 2 liter per menit.

Pada bayi muda, dosis 0,5 liter permenit adalah yang

paling sering digunakan. Pemberian O2 headbox dengan

aliran 5-7 liter permenit untuk mencapai konsentrasi O2

yang adekuat dan mencegah penumpukan CO2.

Sedangkan aliran 2-3 liter permenit diperlukan untuk

mencegah rebreathing CO2

b) Evaluasi langkah awal

Setelah langkah awal selesai dilakukan dan bayi sudah

diposisikan kembali, dilakukan penilaian pernapasan,

frekuensi jantung dan warna kulit.

(1) Bila bayi bernapas dan denyut jantung > 100 kali

permenit, kulit berwarna merah muda, selanjutnya bayi

perlu perawatan suportif.

(2) Bila bayi masih tidak bernapas (apnea) atau denyut

jantung <100 kali permenit, bayi memerlukan tindakan

selanjutnya, yaitu ventilasi tekanan positif dengan cara:

(a) Memasang sungkup dan memperhatikan perlekatan

pada sungkup agar menutupi mulut dan hidung bayi.

(b) Melakukan ventilasi 2 kali dengan tekanan 30 cm air

untuk membuka alveoli paru agar bayi bisa mulai


39

bernapas, apabila dada bayi mengembang, melakukan

ventilasi 20 kali dengan tekanan 20 cm air dalam 30

detik.

(c) Melakukan penilaian pernapasan bayi apakah bayi

sudah menangis, bernapas spontan dan teratur atau

belum.

c) Asuhan Pascaresusitasi

Resusitasi berhasil bila pernapasan bayi teratur, warna

kulitnya kembali normal yang kemudian diikuti dengan

perbaikan tonus otot atau bergerak aktif, bayi menangis dan

bernapas normal sesudah langkah awal atau sesudah ventilasi,

kemudian melakukan asuhan-asuhan pascaresusitasi antara

lain:

(1) Melakukan IMD (Inisiasi Menyusu Dini)

Bila bayi sudah bernapas normal, lakukan kontak

kulit bayi dan kulit ibu dengan cara meletakkan bayi di

dada ibu dalam posisi bayi tengkurap, kepala bayi

menghadap dada ibu di antara kedua payudara, sedikit di

bawah puting, lalu selimuti keduannya untuk menjaga

kehangatan. Ibu dianjurkan selama sekitar 1 jam untuk

memberikan dorongan bayi untuk menyusu, sambil

menunggu bayinya meraih puting susu secara mandiri.

Biasanya berhasil menyusu menit ke 30-60.


40

(2) Konseling

(a) Menganjurkan ibu sesering mungkin memberi ASI

kepada bayinya.

(b) Bayi dengan gangguan pernapasan perlu banyak

energi.

(c) Menganjurkan ibu untuk menjaga kehangatan tubuh

bayi.

(3) Memberikan vitamin K, pemeriksaan fisik, pemberian

antibiotik jika perlu.

(4) Melakukan pemantauan seksama terhadap bayi

pascaresusitasi dengan cara:

(a) Memperhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas pada

bayi yaitu dengan ciri-ciri: napas megap-megap,

frekuensi napas ± 60x/menit, bayi kebiruan atau

pucat, bayi tanpak lemas.

(b) Menjaga agar bayi tetap hangat dengan cara

memandikan bayi hingga 6-24 jam setelah bayi lahir

(Saifuddin, 2017).
41

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk oleh

generalisasi dari hal-hal yang khusus. Sedangkan kerangka konsep penelitian

pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin di

amati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo,

2018).

Variabel Independent Variabel Dependent

Faktor-faktor yang mempengaruhi


partus lama:
Kejadian
1. Umur
Partus Lama
2. Paritas
3. His
4. Jarak kehamilan
5. Ketuban Pecah Dini (KPD)
6. Berat Badan Janin
7. Presentasi janin
8. Panggul sempit
9. Penyakit penyerta
Keterangan :
10. Pendamping persalinan
11. Penolong persalinan

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


Sumber : (Modifikasi Prawirohardjo, 2018 dan Manuaba, 2020)
42

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang

diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris.

(Notoatmodjo, 2018). Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ha1 : Ada hubungan antara faktor umur dengan kejadian partus lama

Puskesmas Montong Betok.

2. Ha2 : Ada hubungan antara faktor paritas dengan kejadian partus lama di

Puskesmas Montong Betok.

3. Ha3 : Ada hubungan antara faktor his dengan kejadian partus lama di

Puskesmas Montong Betok.

4. Ha4 : Ada hubungan antara faktor jarak kehamilan dengan kejadian partus

lama di Puskesmas Montong Betok.

5. Ha5 : Ada hubungan antara faktor ketuban pecah dini (KPD) dengan

kejadian partus lama di Puskesmas Montong Betok.

6. Ha6 : Ada hubungan antara faktor berat badan janin dengan kejadian partus

lama di Puskesmas Montong Betok

7. Ha7 : Ada hubungan presentasi janin dengan kejadian partus lama di

Puskesmas montong Betok

8. H01 : Tidak ada hubungan antara faktor umur dengan kejadian partus lama

di Puskesmas Montong Betok.

9. H02 : Tidak ada hubungan antara faktor paritas dengan kejadian partus

lama di Puskesmas Montong Betok.

10. H03 : Tidak ada hubungan antara kekuatan his dengan kejadian partus

lama di Puskesmas Montong Betok.


43

11. H04 : Tidak ada hubungan antara jarak kehamilan dengan kejadian partus

lama di Puskesmas Montong Betok.

12. Ho5 : Tidak ada hubungan antara ketuban pecah dini (KPD) denganngan

kejadian partus lama di Puskesmas Montong Betok.

13. Ho6 : Tidak ada hubungan berat badan janin dengan kejadian partus lama di

Puskesmas Montong Betok

14. H07 : Tidak ada hubungan presentasi janin dengan kejadian partus lama di

Puskesmas Montong Betok


44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif

yaitu penelitian yang dilakukan untuk mencari berbagai variabel dan

menganalisis setiap variabel yang menjadi objek penelitian. Penelitian ini juga

digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan

data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau

statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

(Sugiyono, 2018).

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

korelasional yaitu metode penelitian dengan tujuan untuk mendeteksi tingkat

kaitan variasi-variasi yang ada dalam suatu faktor dengan variasi-variasi

dalam faktor yang lain dengan berdasarkan pada koefisien korelasi (Sugiyono,

2018)

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross

sectional yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran

/observasional data variable independen dan dependen hanya satu kali pada

satu saat (Nursalam, 2018).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2018), populasi adalah wilayah generalisasi

objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya


45

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu bersalin di Ruang

bersalin Puskesmas Montong Betok dari bulan Juli sampai dengan

September 2023 sebanyak 115 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut sampel yang diambil dari populasi tersebut

harus betul-betul representative (mewakili) (Sugiyono, 2018).

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian ibu di Ruang Bersalin

Puskesmas Montong Betok dari bulan Juli sampai dengan September

2023. Untuk mencari besarnya sampel dihitung menggunakan rumus

Slovin (2013) :

N
n= 2
1+ N (d )
115
¿
1+ 115 ¿ ¿
115
¿
1+ 1, 15
115
¿
2.15
= 53
Keterangan :
n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d = Nilai kritis (10%)

Jadi besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

sebanyak 53 orang.
46

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sistematik random sampling yaitu metode yang digunakan untuk

mengambil sampel secara sistematis dengan interval (jarak) tertentu dari

suatu kerangka sampel yang telah diurutkan. Pada pengambilan sampel

dengan teknik sistematik random sampling ini setiap populasi memiliki

kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel dengan cara

membagi jumlah anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang

diinginkan, hasilnya adalah interval sampel. Kemudian Sampel diambil

dengan cara membuat daftar anggota populasi setelah itu dibagi dengan

jumlah sampel yang diinginkan, hasilnya sebagai interval adalah X, maka

yang akan menjadi sampel adalah kelipatan dari X tersebut. (Notoatmodjo,

2018)

N
I=
n
115
¿
53
=2

Keterangan :

I = Interval

N = Besar populasi

n = Besar sampel

Bilangan 1 s.d 2 dirandom, bila keluar angka 2 maka 2 adalah

sampel pertama, sampel kedua, ketiga, keempat dan seterusnya adalah

bilangan kelipatan 2. Jadi 2, 4, 6, 8 dan seterusnya sampai didapatkan 53

sampel.
47

Pada penelitian ini menggunakan kriteria sampel yaitu kriteria

inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota

populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018).

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi

oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel

(Notoadmodjo, 2018).

Kriteria inklusi yang akan dijadikan sampel dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1) Ibu bersalin yang ada di Wilayah Kerja Puskesmas Montong Betok

2) Ibu bersalin yang bisa berkomunikasi dengan baik

3) Ibu bersalin yang bersedia dijadikan sebagai responden

4) Ibu bersalin yang bisa membaca dan menulis

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria atau ciri-ciri anggota populasi

yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2018)

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah :

1) Ibu bersalin yang berada di luar Wilayah Kerja Puskesmas

Montong Betok.

2) Ibu bersalin yang dalam keadaan sakit

3) Ibu bersalin yang data registernya tidak lengkap


48

C. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel Independent

Variabel Independent dalam penelitian ini yaitu : faktor-faktor yang

mempengaruhi partus lama yang meliputi : umur, paritas, his, jarak

kehamilan dan ketuban pecah dini (KPD), berat badan janin dan

presentasi janin.

b. Variabel Dependent

Variabel dependent dalam penelitian ini yaitu : kejadian partus lama.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat

terhadap suatu objek/fenomena (Hidayat, 2017).

Tabel 3.1 Definisi Operasional


Definisi Skala
Variabel Parameter/ Indikator Alat Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
Variabel
Independent : Lamanya Umur berdasarkan usia Kuesioner Dengan kriteria Nominal
1. Umur kehidupan reproduksi wanita: 1. Berisiko (<20 dan
ibu sejak dari 1. Umur beresiko (umur >35 tahun )
lahir < 20 tahun dan >35 2. Tidak Berisiko (20
sampai dengan tahun) – 35 tahun )
hari 2. Umur tidak beresiko
ulang tahun (20-35 tahun)
terakhir

2. Paritas Jumlah kelahiran/ Paritas terbagi menjadi: Kuesioner 1. Beresiko : Ordinal


persalinan yang 1. Paritas tinggi jika jumlah anaknya
telah dialami ibu (berisiko) : paritas >3 >3
baik lahir hidup 2. Paritas aman (tidak (multipara/
maupun lahir mati berisiko) : paritas 1-3 Grande multipara)
2. Tidak beresiko :
jika jumlah anaknya
1 – 3 (nullipara /
primipara)
49

3. His Kontraksi His berdasarkan frekuensi Checklist 1. Adekuat (jika his Nominal
otot~otot rahim dan lama kontraksi ≥ 3 kali dalam 10
dalam persalinan menit lama ≥ 40
detik)
2. Tidak adekuat
(Jika his <3 kali
dalam 10 menit,
lama<40 detik)
4. Jarak Jarak antara 1. Jarak kehamilan Kuesioner 1. Berisiko, jika < 2 Nominal
Kehamilan kehamilan terlalu dekat (<2 tahun
sebelumnya tahun) 2. Tidak berisiko jika
dengan kehamilan 2. Jarak kehamilan ideal ≥ 2 tahun
saat ini (≥2 - < 10 tahun)
3. Jarak kehamilan
terlalu jauh (≥ 10
tahun)
5. Ketuban Keadaan Kejadian ketuban pecah Kuesioner 1. KPD Jika Nominal
Pecah Dini pecahnya selaput dini : pecahnya ketuban
(KPD) ketuban sebelum 1. KPD ≥ 12 jam sebelum
terjadinya proses 2. Tidak KPD terjadinya proses
persalinan pada 3. persalinan
kehamilan aterm, 2. Tidak KPD jika
dan dengan usia pecahnya ketuban
kehamilan kurang ≤12 jam diikuti
dari 37 minggu tanda tanda
persalinan
6. Berat Janin Berat janin yang 1. Bayi makrosomia Checklist 1. Bayi besar Nominal
diukur segera dikatakan (makrosomia) jika
setelah lahir atau mengalami BB≥4000 gram
sesegera mungkin makrosomia jika 2. Bayi normal jika
berat badannya lebih BB ≥ 2500 gram─
dari 4 kg saat lahir. <4000 gram
2. Bayi normal
dikatakan jika berat
badannya BB ≥
2500 gram─ <4000
gram
7. Presentasi Bagian terbawah 1. Letak janin Checklist 1. Normal, jika Nominal
Janin dari janin saat 2. Sikap janin presentasi kepala
berada di dalam 3. Ekstensi kepala 2. Abnormal jika
kandungan janin presantasi bokong
Variabel Kejadian Kejadian partus lama : Partograf 1. Partus lama : jika Nominal
Dependent : persalinan yang 1. Partus lama : persalinannya
Partus lama berlangsung lebih Persalinan yang berlangsung lebih
dari 24 jam pada berlangsung lebih dari 24 jam pada
primipara dan dari 24 jam pada primipara dan lebih
lebih dari 18 jam primipara dan lebih dari 18 jam pada
pada multipara dari 18 jam pada multipara
multipara 2. Tidak partus lama :
2. Tidak Partus lama : jika persalinan
persalinan yang berlangsung dalam
berlangsung dalam 24 jam pada
24 jam pada primipaaravdan
primipara dan berlangsung 18 jam
berlangsung 18 jam pada multipara
pada multipara
50

D. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya melakukan penelitian adalah melakukan pengukuran,

maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasa

dinamakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono,

2018). Adapun instrumen yang akan digunakan untuk mengumpulkan data

tentang umur, paritas, his, jarak kehamilan dan ketuban pecah dini (KPD),

berat janin, presentasi janin serta kejadian partus lama dalam penelitian ini

adalah kuesioner dan checklist.

E. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2023 sampai

dengan bulan Februari 2024

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Ruang Bersalin Puskesmas Montong

Betok

F. Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa data sekunder yaitu

sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media

perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis

yang telah tersusun dalam arsip (Sugiyono, 2018).


51

Data dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Data tentang faktor umur, paritas, his, jarak kehamilan dan ketuban pecah

dini (KPD), berat janin dan presentase janin pada ibu bersalin diperoleh

dengan menggunakan alat bantu kuesioner dan checklist

2. Data tentang kejadian partus lama diperoleh dengan menggunakan alat

bantu lembar observasi dan partograf.

3. Data tentang gambaran umum Puskesmas Montong Betok diperoleh dari

buku profil.

G. Cara Pengolahan Data

1. Editing

Editing yaitu kegiatan pengecekan hasil pengukuran untuk dilihat

kembali apakah ada kesalahan memasukkan data.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi

data berbentuk angka/bilangan.

a. Faktor Umur

Faktor umur dikelompokkan menjadi 1 kategori yaitu :

1) <20 dan > 35 tahun (beresiko) : diberi kode 1

2) 20 - 35 tahun (tidak beresiko) : diberi kode 2

(Sumber : Prawirohardjo, 2018)

b. Faktor Paritas
Faktor paritas dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu :

1) Beresiko (jika jumlah anak > 3) : diberi kode 1

2) Tidak Beresiko (jika jumlah anak 1 – 3) : diberi kode 2

(Sumber : Manuaba, 2020)


52

c. Faktor His
Faktor his dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu :

1) Adekuat : diberi kode 1

2) Tidak Adekuat : diberi kode 2

(Sumber : Prawirohardjo, 2018)

d. Faktor Jarak Kehamilan


Faktor jarak kehamilan dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu :

1) < 2 tahun : diberi kode 1

2) ≥ 2 tahun : diberi kode 2

(Sumber : Prawirohardjo, 2018)

e. Faktor Ketuban Pecah Dini (KPD)


Faktor ketuban pecah dini (KPD) dikelompokkan menjadi 2 kategori

yaitu :

1) KPD : diberi kode 1

2) Tidak KPD : diberi kode 2

(Sumber : Manuaba, 2018)

f. Berat Janin
Faktor berat janin dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu :

1) Bayi Besar (makrosomia) : diberi kode 1

2) Bayi Normal : diberi kode 2

(Sumber : Prawirohardjo, 2018)

g. Presentase Janin
Faktor persentase janin dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu :

1. Normal : diberi kode 2

2. Abnormal : diberi kode 1

(Sumber : Manuaba, 2018).


53

h. Kejadian Partus lama

Kejadian partus lama pada ibu post partum dikelompokkan

menjadi 2 kategori yaitu :

1) Partus lama : diberi kode 1

2) Tidak partus lama : diberi kode 2

(Sumber : Prawirohardjo, 2018)

3. Tabulating

Tabulating merupakan kegiatan menggambarkan jawaban responden

dengan cara tertentu. Tabulasi juga dapat digunakan untuk menciptakan

statistik deskriptif variabel-variabel yang diteliti atau yang variabel yang

akan di tabulasi silang.

4. Entri

Entri data yaitu kegiatan memasukkan data ke dalam computer untuk

selanjutnya dapat dilakukan analisis data.

H. Analisis Data

Analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Analisis Univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2018). Pada

umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase

dari tiap variabel yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian partus

lama.

Analisis univariat pada penelitian ini meliputi: faktor-faktor yang

mempengaruhi kejadian partus lama yang meliputi: umur, paritas, his,


54

jarak kehamilan, ketuban pecah dini (KPD), berat janin dan presentase

janin serta kejadian partus lama dengan menggunakan tabel distribusi

frekuensi dengan bantuan SPSS.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2018). Analisis bivariat

meliputi variabel independen (umur, paritas, his, jarak kehamilan dan

ketuban pecah dini) dan variabel dependen (kejadian partus lama).

Kemudian untuk analisis pengaruhnya menggunakan uji mann whitney

merupakan uji non parametrik yang digunakan untuk mengetahui adakah

perbedaan mean antara dua kelompok bebas atau dua kelompok yang tidak

berpasangan dengan maksud bahwa kedua kelompok data berasal subjek

yang berbeda (Sugiyono, 2018). Uji mann whitney digunakan untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh variabel x dan y. Hasil perhitungan

bila p value lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak, bila p value lebih

besar maka Ho diterima.

I. Etika Penelitian

1. Persetujuan (Inform Consent)

Prinsip yang harus dilakukan sebelum mengambil data atau

wawancara kepada subjek adalah didahulukan meminta persetujuannya.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan lembar persetujuan

(inform consent) kepada responden yang diteliti, dan responden

menandatangani setelah membaca dan memahami isi dari lembar


55

persetujuan dan bersedia mengikuti kegiatan penelitian. (Notoatmodjo,

2018).

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Etika penelitian yang harus dilakukan peneliti adalah prinsip

anonimity. Prinsip ini dilakukan dengan cara tidak mencantumkan nama

responden pada hasil penelitian, tetapi responden diminta untuk mengisi

inisial dari namanaya dan semua kuesioner yang telah terisi hanya akan

diberi nomer kode (Notoatmodjo, 2018)

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Prinsip ini dilakukan dengan tidak mengemukakan identitas dan

seluruh data atau informasi yang berkaitan dengan responden kepada

siapapun. Peneliti menyimpan data di tempat yang aman dan tidak terbaca

oleh orang lain. Setelah penelitian selesai dilakukan makan peneliti akan

memusnahkan seluruh informasi (Notoatmodjo, 2018).

J. Alur Penelitian

Surat Pengantar dari Bappeda Kepala Puskesmas


Kampus Montong Betok

Penelitian Populasi Pengambilan Data


dan Sampel Awal

Penyusunan Proposal Ujian Proposal Revisi Proposal


Penelitian Penelitian Penelitian

Gambar 3.1 Alur penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian partus


lama di Wilayah Kerja Puskesmas Montong Betok.
56

K. Tahapan Penelitian

Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian dijelaskan secara umum

sebagai berikut :

1. Survey Literatur

Tahap ini adalah melakukan pengumpulan bahan literatur dan informasi

berkaitan dengan judul penelitian.

2. Identifikasi Masalah

Melakukan identifikasi tentang masalah apa yang akan dibahas berkaitan

dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian partus lama

berdasarkan literatur dan informasi yang telah diperoleh.

3. Studi Pustaka

Mempelajari literatur yang akan digunakan sebagai kajian teori dalam

penelitian ini.

4. Hipotesis

Mengemukakan pertanyaan awal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi

kejadian partus lama.

5. Menentukan Variabel dan Sumber Data

Menentukan variabel-variabel dan data-data seperti apa yang dibutuhkan

berdasarkan populasi, sampel dan cara pengambilan sampel. Kemudian

menentukan subyek penelitian dan respondennya

6. Menentukan dan Menyusun Instrumen Penelitian

Tahap ini adalah penentuan instrumen penelitian yaitu dengan

menganalisa catatan register.


57

7. Observasi Lapangan dan Perizinan

Melakukan pencarian sumber data dan perizinan penelitian kepada pihak-

pihak yang berkompeten.

8. Mengumpulkan Data

Melakukan observasi kepada responden dan perizinan untuk menghemat

waktu, biaya dan tenaga.

9. Pengolahan Data

Pengolahan data terdiri dari pemberian kode variabel, tabulasi,

perhitungan dengan program SPSS untuk kemudian dilakukan tabulasi

kedua.

10. Analisa Data

Merupakan analisa hasil pengolahan data berdasarkan hasil penelitian dan

teori yang ada.

11. Menarik Kesimpulan

Menarik kesimpulan adalah kesimpulan diambil berdasarkan analisa data

dan diperiksa apakah sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian


58

DAFTAR PUSTAKA

Cunningham, 2018. Obstetri Williams. Edisi 23. Volume 1. Jakarta: EGC.

Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2021. Prevalensi Kematian Ibu Berdasarkan


Penyebab. Mataram : NTB.

Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah, 2021. Prevalensi Kematian Ibu


Berdasarkan Penyebab. Lombok Tengah : NTB.

Eniyati dan Afifin Sholihah, 2016. Asuhan Kebidanan pada Persalinan Patologi.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kemenkes RI, 2021. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021. Kemenkes RI.
Jakarta.

Manuaba, 2017. Pengantar Kuliah Obstetri. ECG : Jakarta.

Notoatmodjo, 2018. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nugraha, 2016. Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Nurhayati, 2019. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: CV. Andi


Offset.

Oktarina, 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru
Lahir. Yogyakarta : Deepublish.

Prawirohardjo, 2018. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Puskesmas Montong Betok, 2022. Prevalensi Partus Lama. Montong Betok :


Lombok Timur.

Saifuddin, 2016. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono.

Sofian, 2015. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES

Sugiyono, 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suririnah, 2015. Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : Gramedia


Pustaka Utama.

Sri Haryati, 2019. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perdarahan Post


partum Primer (Studi Kasus RSUD Kota Bandung).
59

Varney, 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC

WHO (World Health Statistics). 2018. Angka Kematian Ibu dan Angka. Kematian
Bayi. World Bank, 2018.

Wahyuningsih, 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta:


Kementerian. Kesehatan RI.

Wiknjosastro, 2017. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wulandari, 2017. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Nuha Medika.


60

Lampiran 2. Kuesioner

KUESIONER

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN


PARTUS LAMA DI PUSKESMAS MONTONG BETOK

A. Petunjuk Pengisian :
1. Tulis Identitas ibu pada kolom yang telah disediakan
2. Berikan tanda ceklis ( X ) pada jawaban yang sesuai dengan kondisi anda
saat ini.

B. Data Responden
1. Nama :
2. Pendidikan :
3. Pekerjaan :

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Partus Lama


1. Umur
Berapa umur ibu sekarang ?
a. < 20 tahun b. 20 – 35 tahun c. > 35 tahun
2. Paritas
Berapa jumlah anak ibu sekarang ?
a. 1 – 3 b. > 3
3. KPD
Apakah ibu mengalami Ketuban Pecah Dini (KPD) ?
a. KPD b. Tidak KPD
4. Berapa jarak kehamilan ibu antara kehamilan sebelumnya dengan
kehamilan yang sekarang ?
a. < 2 tahun b. ≥ 2 tahun
61

Lampiran 3. Surat Permohonan Menjadi Responden

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada
Yth : Saudari
Dengan hormat,
Penulis adalah mahasiswa STIKES Hamzar Lombok Timur yang akan
melakukan penelitian yang berjudul: “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Kejadian Partus Lama di Wilayah Kerja Puskesmas Montong Betok” dengan
identitas sebagai berikut:
Nama :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan
tugas akhir program Studi S1 Kependidikan Bidan dan Profesi Bidan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Hamzar Lombok Timur. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian partus lama. Untuk
itu, penulis mengharapkan saudari, untuk bersedia menjadi responden dalam
penelitian ini. Informasi saudari berikan sangat bermanfaat bagi penulis.
Atas kesediaan dan kerjasama saudari, penulis mengucapkan terima kasih.

Hormat kami,

AGUSTINA WIDI HARDIANI


NIM. 113422078
62

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORM CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama :
Umur :
Alamat :
Dengan ini saya bersedia menjadi responden pada penelitian dengan judul
“Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Partus Lama di Wilayah
Kerja Puskesmas Montong Betok” yang di teliti oleh :
Nama : Agustina Widi Hardiani
NIM : 113422078
Demikian secara sadar, sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun,
saya berperan serta dalam penelitian ini dan bersedia menandatangani lembar
persetujuan ini.

Mataram, Oktober 2023


Responden

( )
CHECKLIST

HIS Berat Janin Presentase Janin Partus Lama


Nama
No Tidak Normal Makrosomia Normal Abnormal Partus Lama Tidak Partus
Responden Adekuat
Adekuat (≥2500 - < 4000 gram) (≥ 4000 gram) (>24 jam) Lama (<24 jam)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Anda mungkin juga menyukai