Anda di halaman 1dari 41

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan postpartum (hemorrhagia postpartum) atau postpartum

hemorrhage (PPH) adalah perdarahan >500 mL dari jalan lahir pada

persalinan spontan pervaginam, setelah kala III selesai atau setelah plasenta

lahir. Sedangkan PPH pada persalinan sectio caesarea adalah perdarahan

>1000 mL. Namun, karena sulitnya menghitung jumlah perdarahan, maka

seluruh kasus dengan jumlah perdarahan yang berpotensi menyebabkan

gangguan hemodinamik (hipovolemia) dapat disebut perdarahan postpartum

(hemorrhagia postpartum) (Committee on Practice Bulletins-Obstetrics, 2017)

Secara global menurut Word Health Organisation (WHO) tahun 2020,

diperkirakan 1‒6% persalinan di seluruh dunia mengalami perdarahan

postpartum (hemorrhagia postpartum) dengan sebagian besar kasus terjadi di

negara berpenghasilan rendah atau menengah. Penyebab perdarahan berasal

dari dalam rahim (80% -90%), dari laserasi atau sayatan (10% -20%), atau

dari gangguan koagulopati yang mendasari (<1%) (WHO, 2020).

Berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2021, sebagian besar

kematian ibu pada disebabkan oleh perdarahan, yaitu sebanyak 1.330 kasus.

Oleh karena itu, upaya percepatan penurunan angka kematian ibu (AKI)

dilakukan dengan menjamin ibu dapat mengakses pelayanan kesehatan ibu

yang berkualitas (Kemenkes, 2021).


2

Menurut data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi NTB tahun

2021 diketahui bahwa jumlah kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan

sebanyak 27 kasus yang terdiri dari : Lombok Barat sebanyak 1 kasus (5,0%),

Lombok Tengah sebanyak 7 kasus (35,0%), Lombok Timur sebanyak 6 kasus

(30,0%) Sumbawa sebanyak 4 kasus (20,0%), Bima sebanyak 3 kasus

(15,0%), Sumbawa Barat, Lombok Utara dan Kota Bima masing-masing

sebanyak 1 kasus (5,0%) dan Kota Mataram sebanyak 3 kasus (15,0%).

Data Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah tahun 2021

menunjukkan bahwa jumlah kematian ibu yang disebabkan oleh perdarahan

sebanyak 7 kasus (35,0%), sebagian besar kasus perdarahan yang

menyebabkan kematian ibu ini disebabkan karena pembuluh darah pada

bagian rahim yang terbuka sehingga ibu mengalami perdarahan yang hebat

(Dinas Kabupaten Lombok Tengah, 2021)

Ada beberapa faktor-faktor yang menyebabkan perdarahan postpartum

(hemorrhagia postpartum) adalah paritas, anemia dan jarak kehamilan.

Kehamilan lebih dari satu kali atau yang termasuk multiparitas memiliki risiko

lebih tinggi terjadi perdarahan postpartum (hemorrhagia postpartum)

dibandingkan dengan ibu-ibu primigravida. Uterus yang telah melahirkan

banyak anak berdampak pada semua kala persalinan. Paritas rendah (paritas 1)

karena ketidaksiapan ibu dalam menghadapi komplikasi yang terjadi dan

paritas lebih dari tiga mengakibatkan uterus semakin lemah dan berisiko

terjadinya komplikasi dalam kehamilan, persalinan dan nifas. Grandemultipara

yakni ibu dengan jumlah kehamilan dan persalinan 5 kali atau lebih yang
3

memiliki resiko kematian maternal 8 kali lebih tinggi dari individu dengan

angka paritas lebih rendah (Wulandari, 2017).

Pencegahan perdarahan postpartum (hemorrhagia postpartum) pada ibu

bersalin dapat dicegah sedini mungkin, dimulai sejak ibu hamil dengan

melakukan antenatal care yang baik. Ibu yang mempunyai predisposisi atau

riwayat perdarahan postpartum (hemorrhagia postpartum) dianjurkan untuk

bersalin di rumah sakit. Selain itu, Salah satu penanganan perdarahan

postpartum (hemorrhagia postpartum) dapat dilakukan dengan cara pemberian

uterotonika segera setelah bayi dilahirkan, penjepitan dan pemotongan tali

pusat dengan cepat dan tepat, penarikan tali pusat yang lembut dengan traksi

balik uterus ketika uterus berkontraksi dengan baik (Sofian, 2015)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di

Puskesmas Kopang diketahui bahwa dari bulan Januari 2021 – September

2022 didapatkan jumlah ibu postpartum sebanyak 1.207 orang dan yang

mengalami perdarahan (Hemorrhagia postpartum) sebanyak 95 orang (7,9%).

Secara garis besar faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Hemorrhagia

postpartum di Puskesmas Kopang yaitu : umur, paritas, kadar Hb dan partus

lama (Puskesmas Kopang, 2022).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang : “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi

Hemorrhagia postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Kopang Tahun 2022”.


4

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat disusun

rumusan masalahnya sebagai berikut: “Apa Saja Faktor-faktor Yang

Mempengaruhi Hemorrhagia Postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas

Kopang Tahun 2022”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hemorrhagia

postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Kopang Tahun 2022.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hemorrhagia

postpartum yang meliputi: umur, paritas, kadar Hb dan partus lama di

Wilayah Kerja Puskesmas Kopang Tahun 2022.

b. Mengidentifikasi kejadian hemorrhagia postpartum di Wilayah Kerja

Puskesmas Kopang Tahun 2022.

c. Menganalisis hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian

hemorrhagia postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Kopang Tahun

2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi

para pembaca yang berhubungan dengan faktor-faktor yang

mempengaruhi Hemorrhagia postpartum. Selain itu, dapat dijadikan


5

sebagai literatur untuk melakukan penelitian lebih lanjut yang berkaitan

dengan faktor-faktor yang mempengaruhi Hemorrhagia postpartum.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Puskesmas Kopang

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

acuan, literatur atau referensi untuk meningkatkan mutu pelayanan

kepada masyarakat khususnya ibu postpartum yang mengalami

hemorrhagia.

b. Bagi Ibu Pospartum

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

masukan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat khususnya ibu

postpartum tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hemorrhagia

pada ibu postpartum.

c. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan

untuk mengembangkan kualitas pendidikan di bidang kesehatan

khususnya mahasiswa bidan yang ada di Hamzar Lombok Timur.

d. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai literatur

bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut

tentang faktor-faktor yang mempengaruhi hemorrhagia pada ibu

postpartum.
6

E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Nama Judul Metode Hasil


Persamaan Perbedaan
Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian
A. Fahira Faktor resiko Metode Hasil penelitian Metode penelitian Pendekatan
Nur (2019) kejadian penelitian yang menunjukkan yang digunakan penelitian yang
perdarahan digunakan ada hubungan sama yaitu digunakan
postpartum di adalah faktor resiko observasional berbeda. Pada
rumah sakit observasional kejadian analitik. penelitian yang
umum (RSU) analitik dengan perdarahan Kemudian dilakukan oleh
Anutapura Palu pendekatan postpartum di analisis statistik fahira
case control. rumah sakit yang digunakan menggunakan
umum (RSU) juga sama yaitu pendekatan case
Anutapura Palu chi square. control
tahun 2019. sedangkan
peneliti
menggunakan
pendekatan
cross sectional.
Teknik
pengambilan
sampel, waktu
dan tempat
penelitiannya
juga berbeda.

Sri Haryati Faktor-faktor Metode Ada hubungan Pendekatan Metode


(2019) yang penelitian yang antara faktor- penelitian yang penelitian yang
berhubungan digunakan faktor yang digunakan sama digunakan
dengan adalah metode berhubungan yaitu pendekatan berbeda. Pada
perdarahan kuantitatif dengan cross sectional. penelitian
postpartum desan penelitian perdarahan Selain itu, terdahulu
primer (studi korelational postpartum analisis menggunakan
kasus RSUD dengan primer (studi statistiknya juga metode
Kota Bandung) pendekatan kasus RSUD sama. kuantitatif
cross sectional. Kota Bandung) sedangkan
tahun 2019 peneliti
menggunakan
metode
observasional
analitik. Dalam
hal teknik
pengambilan
sampel yang
digunakan juga
berbeda. Begitu
juga dengan
waktu dan
7

tempat
penelitiannya.

Yekti Faktor-faktor Metode Ada hubungan Dalam hal ini, Pendekatan


Satriyandari yang penelitian yang antara faktor- jenis penelitian penelitian yang
(2017) mempengaruhi digunakan yaitu faktor yang yang digunakan digunakan
kejadian observasional mempengaruhi sama yaitu : berbeda. Peneliti
perdarahan analitik dengan kejadian observasional menggunakan
postpartum di pendekatan perdarahan analitik. pendekatan cros
RSUD retrospektif. postpartum di Kemudian teknik sectional
Penambahan RSUD pengambilan sedangkan
Senopati Bantul. Penambahan sampelnya juga penelitian
Senopati Bantul sama yaitu terdahulu
tahun 2017 menggunakan menggunakan
teknik total pendekatan
sampling. retrospektif.
Sedangkan
dilihat dari
waktu dan
tempat
penelitiannya
juga berbeda.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori

1. Hemorrhagia postpartum

a. Pengertian Hemorrhagia postpartum

Hemorrhagia postpartum adalah perdarahan lebih dari 500 cc

setelah persalinan pervaginam dan lebih dari 1.000 ml untuk persalinan

abdominal (Oktarina, 2016).

Hemorrhagia postpartum adalah adalah perdarahan yang terjadi

setelah bayi yang lahir melewati batas fisiologis normal. Secara

fisiologis, seorang ibu yang melahirkan akan mengeluarkan darah

sampai 500 ml tanpa menyebabkan gangguan homeostatis. Jumlah

perdarahan dapat diukur menggunakan bengkok besar (1 bengkok = ±

500 cc). Oleh sebab itu, secara konvensional dikatakan bahwa

perdarahan lebih dari 500 ml dikategorikan sebagai perdarahan

postpartum (hemorrhagia postpartum) dan perdarahan mencapai 1000

ml secara kasat mata harus segera ditangani secara serius (Nurhayati,

2019).

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hemorrhagia postpartum

Faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian perdarahan

postpartum (hemorrhagia postpartum) adalah partus lama, paritas,

peregangan uterus yang berlebihan, oksitosin drip, dan anemia

(Cunningham, 2018).
9

Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi perdarahan

postpartum (hemorrhagia postpartum), yaitu :

1) Partus Lama

Pada partus lama, ibu yang bersalin akan kelelahan.Hal

tersebut akan mempengaruhi kontraksi uterus. Adanya gangguan

retraksi dan kontraksi otot uterus akan menghambat proses

pelepasan dan pengeluaran plasenta sehingga dapat terjadi retensio

plasenta. Apabila terjadi retensio plasenta maka terjadi pula

perdarahan yang banyak karena uterus tidak dapat berkontraksi dan

beretraksi dengan baik (Manuaba, 2017).

Selain itu, kelelahan akibat partus lama juga dapat

menyebabkan uterus benar-benar kehilangan tonus otot karena

miometrium gagal berkontraksi dan beretraksi saat atau setelah

plasenta lepas. Dalam kondisi normal, pelepasan plasenta selalu

diikuti dengan perdarahan karena sinus-sinus maternalis ditempat

insersinya pada dinding uterus terbuka. Biasanya perdarahan itu

tidak banyak, sebab kontraksi dan retraksi otototot uterus menekan

pembuluh-pembuluh darah yang terbuka sehingga lumennya

tertutup. Kemudian pembuluh darah tersumbat oleh bekuan darah

(Prawirohardjo, 2018).

2) Paritas

Paritas mempunyai pengaruh terhadap kejadian perdarahan

post partum karena pada setiap kehamilan dan persalinan terjadi


10

perubahan serabut otot pada uterus yang dapat menurunkan

kemampuan uterus untuk berkontraksi sehingga sulit untuk

melakukan penekanan pembuluh-pembuluh darah yang membuka

setelah lepasnya plasenta. Resiko terjadinya akan meningkat

setelah persalinan ketiga atau lebih yang mengakibatkan terjadinya

perdarahan post partum (Damayanti, 2016).

Ibu dengan multiparitas memiliki resiko mengalami

perdarahan postpartum. Ibu yang telah hamil berulang kali

beresiko mengalami perdarahan postpartum, hal ini dikarenakan

kemampuan otot-otot uterus untuk berkontraksi menjadi melemah

ataumenurun, sehingga dapat menyebabkan perdarahan postpartum

(Eniyati dan Sholihah, 2016). Seperti yang di kemukakan oleh

Cuningham (2018) bahwa paritas tinggi merupakan salah satu

penyebab dari perdarahan post partum.

3) Peregangan Uterus

Peregangan uterus yang berlebihan karena sebab-sebab

tersebut akan mengakibatkan uterus tidak mampu berkontraksi

segera setelah plasenta lahir sehingga sering menyebabkan

perdarahan postpartum pada ibu bersalin. Pada kondisi ini

miometrium renggang dengan hebat sehingga kontraksi setelah

kelahiran bayi menjadi tidak (Cunningham, 2018).


11

4) Oksitosin Drip

Oksitosin Drip Stimulasi dengan oksitosin drip dengan

pemberian dosis yang tinggi dapat menyebabkan tetania uteri

terjadi trauma jalan lahir ibu yang luas dan menimbulkan

perdarahan serta inversion uteri. Oksitosin menginduksi otot polos

miometrium uteri pada persalinan. Pemicu sintesis reseptor

oksitosin dapat berupa peningkatan rasio estrogen terhadap

progesteron seiring berkurangnya konsetrasi hormon progesteron

selama persalinan. Oksitosin dilepaskan dari hipofisis posterior

selama persalinan akibat rangsangan dilatasi serviks yang

mengirimkan serat aferen ke sistem saraf pusat sehingga

menyebabkan kelenjar hipofisis posterior meningkatkan sekresi

oksitosinnya (Nugraha, 2016)

5) Anemia dalam kehamilan

Salah satu faktor resiko terjadinya perdarahan postpartum

adalah Anemia. Anemia pada ibu hamil dapat menyebabkan

perdarahan postpartum karena kadar Hb yang kurang dapat

mempengaruhi kerja otot rahim dan mengakibatkan gangguan

kontraksi saat bersalin (Varney, 2017)

Anemia di definisikan sebagai salah satu dari penurunan

jumlah sel darah merah atau penurunan konsentrasi hemoglobin 12

dalam sirkulasi darah (pada umumnya di katakan anemia bila kadar

Hb kurang dari 12 gr % darah bagi wanita tidak hamil dan ≤11 gr%
12

pada wanita yang sedang hamil. Penderita anemia akan mengalami

gejala bervariasi, mulai dari anemia ringan sampai berat,

tergantung dari kadar hemoglobin dalam darahnya. Gejala yang

sering muncul diantaranya adalah 5 L (letih, lemah, lesu, lelah dan

lunglai), pucat pada kelopak mata bawah, daya ingat dan

konsentrasi menurun. Gejala neorologik berupa mudah kesemutan

pada tungkai terutama pada anemia akibat defisiensi vitamin B12

serta gejala dekompensasi kordis (Varney, 2017).

Kadar hemoglobin < 11 gr/dL akan cepat terganggu

kondisinya bila terjadi kehilangan darah. Anemia dihubungkan

dengan kelemahan yang dapat dianggap sebagai penyebab

langsung perdarahan postpartum (hemorrhagia postpartum)

(Manuaba, 2017).

6) Umur

Usia merupakan faktor risiko terjadinya pendarahan

postpartum. Pada usia lebih dari 35 tahun myometrium dan tonus

otot melemah yang menyebabkan kemungkinan tidak ada

penekanan pembuluh darah pada tempat implantasi plasenta

sehingga mengakibatkan terjadinya perdarahan postpartum,

sedangkan pada usia dibawah 20 tahun fungsi reproduksi belum

berkembang seutuhnya (Sofian, 2015).

7) Jarak kehamilan
13

Jarak kehamilan yang terlalu dekat dengan kehamilan

sebelumnya, akan banyak resiko yang menimpa baik ibu maupun

janinnya. Rahim yang masih belum pulih benar akibat persalinan

sebelumnya belum bisa memaksimalkan pembentukan cadangan

makanan bagi janin dan untuk ibu sendiri. Akibatnya akan

berdampak tidak baik bagi ibu maupun bayinya. Bagi ibu sendiri

meningkatkan resiko terkena anemia akut. Ibu hamil yang terkena

anemia akut akan meningkatkan resiko terhadap komplikasi

kehamilan, bayi terlahir prematur, resiko perdarahan saat

persalinan dan resiko terburuk yaitu keguguran (Suririnah, 2015)

c. Macam-macam Perdarahan postpartum (hemorrhagia

postpartum)

Macam-macam perdarahan post partum dibagi menjadi dua

(Nurhayati, 2019) yaitu :

1) Perdarahan postpartum (hemorrhagia postpartum) Primer (Primery

Postpartum Haemorrhage)

Perdarahan postpartum (hemorrhagia postpartum) primer

yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran.

Penyebabnya antara lain :

a) Atonia Uteri

Atonia uteri adalah kegagalan miometrium untuk

berkontraksi setelah persalinan sehingga uterus dalam keadaan

relaksasi penuh, melebar, lembek, dan tidak mampu


14

menjalankan fungsi oklusi pembuluh darah. Perdarahan pada

atonia uteri ini berasal dari pembuluh darah yang

terbuka pada bekas menempelnya plasenta yang lepas sebagian

atau lepas keseluruhan.

Miometrium adalah lapisan tengah dari dinding rahim

yang terdiri dari sel-sel otot polos dan mendukung jaringan

stroma dan pembuluh darah. Miometrium merupakan bagian

uterus yang memegang peranan penting dan terdiri dari banyak

jaringan otot. Selama kehamilan, serat otot miometrium

menjadi berbeda dan strukturnya lebih terorganisir dalam

rangka persiapan kinerjanya saat persalinan. Miometrium

lapisan tengah tersusun sebagai anyaman dan ditembus oleh

pembuluh darah. Masing-masing serabut mempunyai dua buah

lengkungan sehingga tiap-tiap dua buah serabut kira-kira

berbentuk angka delapan. Ketidakmampuan miometrium untuk

berkontraksi akan menyebabkan perdarahan postpartum

(hemorrhagia postpartum).

Penyebab atonia uteri adalah akibat dari partus lama,

pembesaran uterus yang berlebihan pada waktu hamil,

multiparitas, anestesi yang dalam, serta anestesi

lumbal. Atonia uteri juga dapat disebabkan karena salah

penanganan kala III persalinan. Kesalahan tersebut yaitu

memijat uterus dan mendorongnya kebawah dalam usaha


15

melahirkan plasenta, yang seharusnya belum terlepas dari

dinding uterus.

b) Retensio Plasenta

Retensio plasenta adalah keadaan dimana plasenta belum

lahir 30 menit setelah janin lahir. Kondisi tersebut disebabkan

karena plasenta belum lepas dari dinding uterus atau plasenta

sudah lepas, akan tetapi belum dilahirkan. Penyebab plasenta

belum lepas dari dinding uterus yaitu karena kontraksi uterus

kurang kuat untuk melepaskan plasenta (placenta adhesiva),

plasenta melekat erat pada dinding uterus oleh sebab villi

korialis menembus desidua sampai miometrium (plasenta

akreta), serta plasenta merekat erat pada dinding uterus oleh

sebab villi korialis menembus sampai dibawah peritoneum

(plasenta perkreta).

c) Retensio Sisa Plasenta

Retensio sisa plasenta adalah keadaan plasenta yang tidak

lepas sempurna dan meninggalkan sisa. Keadaan tersebut dapat

berupa fragmen plasenta atau selaput ketuban yang dapat

menimbulkan perdarahan. Inspeksi segera setelah persalinan

bayi harus menjadi tindakan rutin. Jika ada bagian plasenta

yang hilang, uterus terus dieksplorasi dan potongan plasenta

dikeluarkan.

d) Robekan Jalan Lahir


16

Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam

jumlah yang bervariasi banyaknya. Sumber perdarahan dapat

berasal dari perineum, vagina, serviks, dan robekan uterus

(rupture uteri).

e) Inversion Uteri

Inversio uteri merupakan keadaan dimana fundus uteri

masuk kedalam kavum uteri terjadi secara mendadak atau

perlahan. Pada inversio uteri bagian atas, uterus memasuki

kavum uteri sehingga fundus uteri bagian dalam menonjol

kedalam kavum uteri. Penyebab inversion uteri adalah

kesalahan dalam memimpin kala III, yaitu menekan fundus

uteri terlalu kuat dan menarik tali pusat pada plasenta yang

belum terlepas dari insersinya.

2) Perdarahan postpartum (hemorrhagia postpartum) Sekunder

(Secondary Postpartum Haemorrhage)

Perdarahan postpartum (hemorrhagia postpartum) sekunder

adalah perdarahan lebih dari 500 cc yang terjadi setelah 24 jam

pertama setelah bayi lahir, biasanya antara hari ke 5 sampai 15 hari

postpartum. Dibawah ini merupakan penyebab perdarahan

postpartum (hemorrhagia postpartum) sekunder (Etiology of

secondary Postpartum Haemorrhage) antara lain :

a) Sub Involusi
17

Sub involusi adalah kemacetan atau kelambatan

involusio yang disertai pemanjangan periode pengeluaran

lokhea dan kadang disebabkan oleh perdarahan yang banyak.

Proses ini dapat diikuti oleh keputihan yang berlangsung lama

dan perdarahan uterus yang tidak teratur atau berlebihan.

Uterus akan teraba lebih besar dan lebih lunak daripada

keadaan normalnya.

b) Hematoma Vulva

Hematoma adalah adalah gumpalan darah sebagai akibat

cidera atau robeknya pembuluh darah wanita hamil aterm tanpa

cidera mutlak pada lapisan jaringan luar. Penyebab hematoma

vulva adalah akibat dari pertolongan persalinan, karena tusukan

pembuluh darah selama anestesi lokal atau penjahitan dan

dapat juga karena penjahitan luka episiotomi atau rupture

perineum yang kurang sempurna.

c) Retensio Sisa Plasenta

Retensio sisa plasenta dan ketuban yang masih tertinggal

dalam rongga rahim pada perdarahan postpartum (hemorrhagia

postpartum) lambat gajalanya yaitu perdarahan yang berulang

atau berlangsung terus dan berasal dari rongga rahim.

d. Gejala Klinis Hemorrhagia postpartum

Efek perdarahan banyak bergantung pada volume darah

sebelum hamil, derajat hipervolemia-terinduksi kehamilan, dan


18

derajat anemia saat persalinan. Kehilangan banyak darah tersebut

menimbulkan tanda-tanda syok yaitu penderita pucat, tekanan darah

rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstrimitas dingin, dan lain-lain

(Wiknjosastro, 2017).

Tabel 2.1 Gambaran Klinis Perdarahan Obstetri


Volume darah Tekanan Darah Derajat
Tanda dan Gejala
yang hilang (sistolik) Syok
500-100 mL (<15 Normal Tidak ditemukan -
– 20%)
1000 – 1500 mL 80 – 100 Bradikardi (<100 Ringan
(20-25% mmHg klai per menit),
Berkeringan,
Lemah
1.500 – 2.000 mL 70 – 80 mmHg Takikardi (100- Sedang
(25-35%) 120 kali/menit),
Oliguria, Gelisah
2.000 – 3.000 mL 50 – 70 mmHg Takikardi (>120 Berat
(35 – 50%) kali/menit), Anuria

e. Diagnosis Hemorrhagia Postpartum

Tabel 2.2 Diagnosisi Hemorrhagia postpartum

Gejala dan
Gejal adan Tanda Yang Tanda yang Diagnosis
No
Selalu Ada kadang-kadang Kemungkinan
ada
1 a. Uterus tidak Syok Atonia Uteri
berkontraksi dan
lembek
b. Perdarahan segera
setelah anak lahir
(perdarahan pasca
persalinan primer atau
P3)
2 a. Perdarahan segera a. Pucat Robekan jalan
(P3) b. Lemah lahir
b. Darah segar yang c. Menggigil
mengalir segera
setelah bayi lahir (P3)
c. Uterus kontraksi baik
19

d. Plasenta lengkap
3 a. Plasenta belum lahir a. Tali pusat Retensio
setelah 30 menit putus akibat plasenta
b. Perdarahan segera traksi
(P3) berlebihan
c. Uterus kontraksi baik b. Inversio
uteri akibat
tarikan
c. Perdarahan
lanjutan
4 a. Plasenta atau sebagian Uterus Tertinggalnya
selaput (mengandung berkontraksi sebagian
pembuluh darah) tidak tetapi tinggi plasenta
lengkap fundus tidak
b. Perdarahan segera berkurang
(P3)
5 a. Uterus tidak teraba a. Syok Inversio uteri
b. Lumen vagina terisi neurogenik
massa b. Pucat dan
c. Tampak tali pusat limbung
(jika
plasenta belum lahir)
d. Perdarahan segera
(P3)
e. Nyeri sedikit atau
berat
6 a. Sub-involusi uterus a. Anemia a. Perdarahan
b. Nyeri tekan perut b. Demam terlambat
bawah b. Endometritis
c. Perdarahan lebih dari atau sisa
24 jam setelah plasenta
persalinan. (terinfeksi
d. Perdarahan sekunder atau tidak)
atau P2S.
e. Perdarahan bervariasi
(ringan atau berat,
terus menerus atau
tidak teratur)
dan berbau (jika
disertai
infeksi)
a. Perdarahan segera a. Syok Robekan
(P3) b. Nyeri tekan dinding uterus
(Perdarahan perut (ruptura uteri)
intraabdominal dan c. Denyut nadi
atau ibu cepat
20

vaginum)
b. Nyeri perut berat
Sumber : (Saefudin, 2016)

f. Penatalaksanaan Hemorrhagia postpartum

Menurut Nurhayati (2019), angka kematian maternal merupakan

indikator yang mencerminkan status kesehatan ibu, terutama risiko

kematian bagi ibu pada waktu hamil dan persalinan. Dibawah ini

merupakan penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk mencegah

terjadinya perdarahan postpartum (hemorrhagia postpartum), antara

lain:

1) Perawatan Masa Kehamilan

Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin

tetapi harus dilakukan semasa kehamilan dengan melakukan

antenatal care yang baik. Menangani anemia dalam kehamilan

adalah penting, ibu-ibu yang mempunyai predisposisi atau riwayat

perdarahan postpartum (hemorrhagia postpartum) sangat

dianjurkan untuk bersalin di Rumah Sakit.

2) Persiapan Persalinan

Di rumah sakit diperiksa keadaan fisik, keadaan umum,

kadar Hb, golongan darah, dan sediakan donor darah. Pemasangan

cateter intravena dengan abocath ukuran 18 untuk persiapan

apabila diperlukan transfusi. Untuk pasien dengan anemia berat

sebaiknya langsung dilakukan transfusi. Sangat dianjurkan pada

pasien dengan risiko perdarahan postpartum (hemorrhagia


21

postpartum) untuk menabung darahnya sendiri dan digunakan saat

persalinan.

3) Persalinan

Setelah bayi lahir, lakukan masase uterus dengan arah

gerakan circular atau maju mundur sampai uterus menjadi keras

dan berkontraksi dengan baik. Masase yang berlebihan atau terlalu

keras terhadap uterus sebelum, selama, ataupun sesudah lahirnya

plasenta bisa mengganggu kontraksi nominal myometrium dan

bahkan mempercepat kontraksi akan menyebabkan kehilangan

darah yang berlebihan dan memicu terjadinya perdarahan

postpartum (hemorrhagia postpartum).

4) Kala Tiga dan Kala Empat

a) Uterotonica dapat diberikan segera sesudah bahu depan

dilahirkan. Study memperlihatkan penurunan insiden

perdarahan postpartum (hemorrhagia postpartum) pada pasien

yang mendapat oksitosin setelah bahu depan dilahirkan, tidak

didapatkan peningkatan insiden terjadinya retensio plasenta.

Pemberian oksitosin selama kala III terbukti mengurangi

volume darah yang hilang dan kejadian perdarahan postpartum

(hemorrhagia postpartum) sebesar 40%.

b) Periksa ukuran dan tonus otot uterus dengan melakukan masase

untuk mengeluarkan bekuan darah di uterus dan vagina.


22

Apabila terus teraba lembek dan tidak berkontraksi dengan

baik, perlu pemberian oksitosin. Lakukan kompresi bimanual

apabila perdarahan masih berlanjut. Pemberian uterotonica

jenis lain dianjurkan apabila setelah pemberian oxytocin dan

kompresi bimanual gagal menghentikan perdarahan. Pilihan

berikutnya adalah ergometrin. Masa paruh ergometrin lebih

cepat dari oksitosin yaitu 5-15 menit. Dalam penanganan atonia

uteri, dapat dilakukan penanganan khusus seperti :

(1) Teruskan pemijatan uterus. Masase uterus akan

menstimulasi kontraksi uterus yang menghentikan

perdarahan.

(2) Jika uterus berkontraksi, lakukan evaluasi. Jika uterus

berkontraksi, tapi perdarahan uterus berlangsung, periksa

apakah perineum atau vagina dan serviks mengalami

laserasi dan jahit atau rujuk segera.

(3) Antisipasi dini akan kebutuhan darah dan lakukan transfusi

sesuai kebutuhan. Jika perdarahan terus berlangsung,

pastikan plasenta lahir lengkap. Jika terdapat tanda-tanda

sisa-sisa plasenta (tidak adanya bagian permukaan maternal

atau robeknya membran dengan pembuluh darahnya),

keluarkan sisa plasenta tersebut.


23

(4) Jika uterus tidak berkontraksi maka bersihkan bekuan darah

atau selaput ketuban dari vagina dan ostium serviks.

Pastikan bahwa kandung kemih telah kosong

g. Pencegahan Hemorrhagia Postpartum

Klasifikasi kehamilan risiko rendah dan risiko tinggi akan

memudahkan penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk menata

strategi pelayanan ibu hamil saat perawatan antenatal dan

melahirkan. Akan tetapi, pada saat proses persalinan, semua

kehamilan mempunyai risiko untuk terjadinya patologi persalinan,

salah satunya adalah PPP (Prawirohardjo, 2017).

Pencegahan PPP dapat dilakukan dengan manajemen aktif

kala III. Manajemen aktif kala III adalah kombinasi dari pemberian

uterotonika segera setelah bayi lahir, peregangan tali pusat

terkendali, dan melahirkan plasenta. Setiap komponen dalam

manajemen aktif kala III mempunyai peran dalam pencegahan

perdarahan postpartum (Prawirohardjo, 2017).

Semua wanita melahirkan harus diberikan uterotonika selama

kala III persalinan untuk mencegah perdarahan postpartum.

Oksitosin (IM/IV 10 IU) direkomendasikan sebagai uterotonika

pilihan. Uterotonika injeksi lainnya dan misoprostol


24

direkomendasikan sebagai alternatif untuk pencegahan perdarahan

postpartum ketika oksitosin tidak tersedia. Peregangan tali pusat

terkendali harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang terlatih dalam

menangani persalinan. Penarikan tali pusat lebih awal yaitu

kurang dari satu menit setelah bayi lahir tidak disarankan (WHO,

2018).

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah merupakan abstraksi yang terbentuk oleh

generalisasi dari hal-hal yang khusus.Sedangkan kerangka konsep penelitian

pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin di

amati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmojo,

2018).

Variabel Independent Variabel Dependent

Faktor-faktor yang mempengaruhi


hemorrhagia postpartum : Hemorrhagia
1. Umur Postpartum
2. Paritas
3. Kadar Hb
4. Partus lama
5. Jarak kehamilan
6. Peregangan uterus
7. Oksitosin drip
8. Riwayat Persalinan

Keterangan :

: Diteliti
25

: Tidak Diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian


Sumber : (Modifikasi Cunningham, 2018 dan Nurhayati, 2019)

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah sebuah pernyataan tentang hubungan yang

diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat diuji secara empiris.

(Notoatmodjo, 2018).

1. Ha1 : Ada hubungan antara umur dengan kejadian hemorrhagia

postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Kopang Tahun 2022.

2. Ha2 : Ada hubungan antara paritas dengan kejadian hemorrhagia

postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Kopang Tahun 2022.

3. Ha3 : Ada hubungan antara kadar Hb dengan kejadian hemorrhagia

postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Kopang Tahun 2022.

4. Ha4 : Ada hubungan antara partus lama dengan kejadian hemorrhagia

postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Kopang Tahun 2022.

5. H01 : Tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian hemorrhagia

postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Kopang Tahun 2022.

6. H02 : Tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian hemorrhagia

postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Kopang Tahun 2022.


26

7. H03 : Tidak ada hubungan antara kadar Hb dengan kejadian hemorrhagia

postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Kopang Tahun 2022.

8. H04 : Tidak ada hubungan antara partus lama dengan kejadian

hemorrhagia postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Kopang

Tahun 2022.
27

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional

yaitu penelitian yang mempelajari hubungan antara variabel bebas

(independent) dengan faktor efek atau variabel tergantung (dependen), yang

pengukuran variabel dilakukan sekali dalam waktu yang bersamaan yaitu

untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hemorrhagia postpartum

di Wilayah Kerja Puskesmas Kopang.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2018), populasi adalah wilayah generalisasi

objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu postpartum di

Wilayah Kerja Puskesmas Kopang dari bulan Januari sampai dengan

September tahun 2022 sebanyak 1.207 orang.

2. Sampel

Sampel penelitian adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut sampel yang diambil dari populasi tersebut

harus betul-betul representative (mewakili). Ukuran sampel merupakan


28

banyaknya sampel yang akan diambil dari suatu populasi (Sugiyono,

2018).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagian ibu

postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Kopang dari bulan Januari

sampai dengan Agustus tahun 2022. Untuk mencari besarnya sampel

dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (2013) :

N
n=
1+ N (d 2)

1.207
¿
1+1.207 ¿ ¿

1.207
¿
1+1.207 (0,01)

1.207
¿
1+12,07

1.207
¿
13 ,07

¿ 92

Keterangan :

n = Besar Sampel

N = Besar Populasi

d = Nilai kritis (10 %)

Jadi besar sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

sebanyak 92 orang
29

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini

adalah sistematik random sampling yang merupakan modifikasi dari

random sampling yaitu setiap populasi memiliki kesempatan yang sama

untuk diambil sebagai sampel dengan cara membagi jumlah anggota

populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan, hasilnya

adalah interval sampel. Kemudian Sampel diambil dengan cara membuat

daftar anggota populasi setelah itu dibagi dengan jumlah sampel yang

diinginkan, hasilnya sebagai interval adalah X, maka yang akan menjadi

sampel adalah kelipatan dari X tersebut. (Notoatmodjo, 2018)

N
I=
n
1.207
¿
92
= 13

Keterangan :

I = Interval

N = Besar populasi

n = Besar sampel

Bilangan 1 s.d 13 dirandom, bila keluar angka 2 maka 2 adalah

sampel pertama, sampel kedua, ketiga, keempat dan seterusnya adalah

bilangan kelipatan 13. Jadi 2, 15, 28, 41 dan seterusnya sampai didapatkan

92 sampel.
30

C. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel Independent

Variabel Independent dalam penelitian ini yaitu : faktor-faktor yang

mempengaruhi Hemorrhagia postpartum yang meliputi : umur,

paritas, kadar Hb dan partus lama.

b. Variabel Dependent

Variabel dependent dalam penelitian ini yaitu : hemorrhagia

postpartum.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan

peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat

terhadap suatu objek/fenomena (Hidayat, 2017).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi Alat Skala


Variabel Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur Ukur
Variabel
Independent :
1. Umur Umur responden Register Data diperoleh 1. Beresiko Nominal
yang tercatat pada dengan (<20 dan
register di menggunakan >35 tahun)
Puskesmas alat bantu 2. Tidak
Kopang register beresiko (20
– 35 tahun)
2. Paritas Suatu keadaan Register Data diperoleh 1. Primipara Ordinal
atau status dengan 2. Multipara
seorang wanita menggunakan 3. Grande
sehubungan alat bantu multipara
dengan jumlah register
31

anak yang pernah


dilahirkannya
3. Kadar Hb Kondisi ibu Register Data diperoleh 1. Tidak anemia : Ordinal
dengan dengan jika kadar Hb
kadar Hb ≤ 11gr menggunakan >10 gr%
% anemia, Hb > register 2. Anemia ringan
10 gr % tidak jika kadar Hb
anemia yang 9-10 gr%
tercatat didalam 3. Anemia
register di sedang jika
Puskesmas kadar Hb 7-8gr
Kopang %
4. Anemia berat
jika kadar Hb
<7 gr%

4. Partus Persalinan yang Register Data diperoleh 1. Partus lama Nominal


lama ditandai tidak dengan 2. Tidak partus
adanya menggunakan lama
pembukaan register
serviks dalam 2
jam dan tidak
adanya penurunan
janin dalam 1 jam
Variabel
Dependent :
Hemorrhagia Perdarahan Register Data diperoleh 1. Mengalami Nominal
pospartum berlebihan yang dengan Hemorrhagia
terjadi pasca menggunakan postpartum
persalinan atau alat bantu 2. Tidak
setelah bayi lahir register Mengalami
yang volumenya Hemorrhagia
> 500 ml postpartum

D. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya melakukan penelitian adalah melakukan pengukuran,

maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasa

dinamakan instrumen penelitian. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang

digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono,

2018). Adapun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

register.
32

E. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober tahun 2022.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Kopang

F. Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian berupa data sekunder yaitu

sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media

perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis

yang telah tersusun dalam arsip (Sugiyono, 2018).

Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Data tentang faktor umur ibu postpartum diperoleh dengan menggunakan

alat bantu register.

2. Data tentang faktor paritas ibu postpartum diperoleh dengan menggunakan

alat bantu register.

3. Data tentang faktor kadar Hb ibu postpartum diperoleh dengan

menggunakan alat bantu register.

4. Data tentang faktor partus lama ibu postpartum diperoleh dengan

menggunakan alat bantu register.


33

5. Data tentang jumlah ibu postpartum yang mengalami hemorrhagia

(perdarahan) diperoleh dengan menggunakan alat bantu register.

6. Data tentang gambaran umum Puskesmas Kopang diperoleh dari buku

profil.

G. Cara Pengolahan Data


Pengolahan data terdiri dari beberapa tahap yaitu :

1. Editing

Editing yaitu kegiatan pengecekan hasil pengukuran untuk dilihat

kembali apakah ada kesalahan memasukkan data.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi

data berbentuk angka/ bilangan.

a. Faktor umur

Faktor umur pada ibu postpartum dikelompokkan menjadi 2 kategori

yaitu :

1) Beresiko (< 20 dan >35 tahun) : diberi kode 1

2) Tidak Beresiko (20 – 35 tahun) : diberi kode 2

b. Faktor Paritas

Faktor paritas pada ibu postpartum dikelompokkan menjadi 3 kategori

yaitu :

1) Primipara : diberi kode 1

2) Multipara : diberi kode 2

3) Grandemultipara : diberi kode 3

c. Faktor Kadar Hb
34

Faktor kadar Hb pada ibu postpartum dikelompokkan menjadi 4

kategori yaitu :

1) Tidak anemia : diberi kode 4

2) Anemia ringan : diberi kode 3

3) Anemia sedang : diberi kode 2

4) Anemia berat : diberi kode 1

d. Faktor Partus Lama

Faktor partus lama pada ibu postpartum dikelompokkan menjadi 4

kategori yaitu :

1) Partus lama : diberi kode 1

2) Tidak partus lama : diberi kode 2

e. Hemorrhagia Pospartum

Hemorrhagia postpartum dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu :

1) Mengalami hemorrhagia postpartum : diberi kode 1

2) Tidak mengalami hemorrhagia postpartum : diberi kode 2

3. Tabulating

Tabulating merupakan kegiatan menggambarkan jawaban responden

dengan cara tertentu. Tabulasi juga  dapat digunakan untuk menciptakan

statistik deskriptif variabel-variabel yang diteliti atau yang variabel yang

akan di tabulasi silang.

4. Entri

Entri data yaitu kegiatan memasukkan data ke dalam computer untuk

selanjutnya dapat dilakukan analisis data.


35

H. Analisis Data

Analisa data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan persentase dari tiap variabel yaitu faktor-faktor yang

mempengaruhi Hemorrhagia postpartum.

Analisis univariat pada penelitian ini meliputi: faktor-faktor yang

mempengaruhi hemorrhagia postpartum yang meliputi: umur, paritas,

kadar Hb, partus lama dan kejadian hemorrhagian postpartum dengan

menggunakan tabel distribusi frekuensi dengan bantuan SPSS.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Meliputi satu variabel independen (umur,

paritas, kadar Hb dan partus lama) dan variabel dependen (hemorrhagia

pospartum). Kemudian untuk analisis pengaruhnya menggunakan uji chi

square, uji ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

variabel x dan y. Hasil perhitungan bila p value lebih kecil dari 0,05,

maka Ho ditolak, bila p value lebih besar maka Ho diterima. Dalam


36

penelitian ini alasan menggunakan chi square adalah menguji faktor-faktor

yang mempengaruhi hemorrhagia pospartum di Wilayah Kerja Puskesmas

Kopang Tahun 2022.

I. Etika Penelitian

1. Persetujuan (Inform Consent)

Prinsip yang harus dilakukan sebelum mengambil data atau

wawancara kepada subjek adalah didahulukan meminta persetujuannya.

Sebelum melakukan penelitian, peneliti memberikan lembar persetujuan

(inform consent) kepada responden yang diteliti, dan responden

menandatangani setelah membaca dan memahami isi dari lembar

persetujuan dan bersedia mengikuti kegiatan penelitian. Peneliti tidak

memaksa responden yang menolak untuk diteliti dan menghormati

keputusan responden (Notoatmodjo, 2018).

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Etika penelitian yang harus dilakukan peneliti adalah prinsip

anonimity. Prinsip ini dilakukan dengan cara tidak mencantumkan nama

responden pada hasil penelitian, tetapi responden diminta untuk mengisi

inisial dari namanaya dan semua kuesioner yang telah terisi hanya akan

diberi nomer kode yang tidak bisa digunakan untuk mengidentifikasi

identitas responden (Notoatmodjo, 2018)

3. Kerahasiaan (Confidentiality)
37

Prinsip ini dilakukan dengan tidak mengemukakan identitas dan

seluruh data atau informasi yang berkaitan dengan responden kepada

siapapun. Peneliti menyimpan data di tempat yang aman dan tidak terbaca

oleh orang lain. Setelah penelitian selesai dilakukan makan peneliti akan

memusnahkan seluruh informasi (Notoatmodjo, 2018).

J. Alur Penelitian

Surat Pengantar dari Bappeda Kepala Puskesmas


Kampus Kopang

Penelitian Populasi Pengambilan Data


dan Sampel Awal

Penyusunan Proposal Ujian Proposal Revisi Proposal


Penelitian Penelitian Penelitian

Gambar 3.1 Alur penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi Hemorrhagia


postpartum di Wilayah Kerja Puskesmas Kopang Tahun 2022.

K. Tahapan Penelitian

Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian dijelaskan secara umum

sebagai berikut :

1. Survey Literatur

Tahap ini adalah melakukan pengumpulan bahan literatur dan informasi

berkaitan dengan judul penelitian.

2. Identifikasi Masalah
38

Melakukan identifikasi tentang masalah apa yang akan dibahas berkaitan

dengan faktor-faktor penyebab kegagalan pemberian ASI Eksklusif

berdasarkan literatur dan informasi yang telah diperoleh.

3. Studi Pustaka

Mempelajari literatur yang akan digunakan sebagai kajian teori dalam

penelitian ini.

4. Hipotesis

Mengemukakan pertanyaan awal yaitu faktor-faktor penyebab kegagalan

pemberian ASI Eksklusif.

5. Menentukan Variabel dan Sumber Data

Menentukan variabel-variabel dan data-data seperti apa yang dibutuhkan

berdasarkan populasi, sampel dan cara pengambilan sampel. Kemudian

menentukan subyek penelitian dan respondennya

6. Menentukan dan Menyusun Instrumen Penelitian

Tahap ini adalah penentuan instrumen penelitian yaitu dengan

menganalisa catatan register.

7. Observasi Lapangan dan Perizinan

Melakukan pencarian sumber data dan perizinan penelitian kepada pihak-

pihak yang berkompeten.

8. Mengumpulkan Data

Melakukan observasi kepada responden dan perizinan untuk menghemat

waktu, biaya dan tenaga.

9. Pengolahan Data
39

Pengolahan data terdiri dari pemberian kode variabel, tabulasi,

perhitungan dengan program SPSS untuk kemudian dilakukan tabulasi

kedua.

10. Analisa Data

Merupakan analisa hasil pengolahan data berdasarkan hasil penelitian dan

teori yang ada.

11. Menarik Kesimpulan

Menarik kesimpulan adalah kesimpulan diambil berdasarkan analisa data

dan diperiksa apakah sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian


40

DAFTAR PUSTAKA

A. Fahira Nur, 2019. Faktor Resiko Kejadian Perdarahan Postpartum di Rumah


Sakit Umum (RSU) Anutapura Palu.

Committee on Practice Bulletins-Obstetrics. Practice Bulletin No. 183:


Postpartum Hemorrhage. Obstet Gynecol. 2017 Oct;130(4):e168-e186. doi:

Damayanti, 2016. Hubungan Antara Perawatan Luka Perineum Dengan


Penyembuhan Luka Perineum Ibu Postpartum.

Cunningham, 2018. Obstetri Williams. Edisi 23. Volume 1. Jakarta: EGC.

Dinas Kesehatan Provinsi NTB, 2021. Prevalensi Kematian Ibu Berdasarkan


Penyebab. Mataram : NTB.

Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Tengah, 2021. Prevalensi Kematian Ibu


Berdasarkan Penyebab. Lombok Tengah : NTB.

Eniyati dan Afifin Sholihah, 2016. Asuhan Kebidanan pada Persalinan Patologi.


Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Kemenkes RI, 2021. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2021. Kemenkes RI.


Jakarta.

Manuaba, 2017. Pengantar Kuliah Obstetri. ECG : Jakarta.

Notoatmodjo, 2018. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nugraha, 2016. Teori Asuhan Keperawatan Gawat Darurat. Yogyakarta : Nuha


Medika.

Nurhayati, 2019. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: CV. Andi


Offset.

Oktarina, 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru


Lahir. Yogyakarta : Deepublish.

Prawirohardjo, 2018. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Puskesmas Kopang, 2022. Prevalensi Ibu Postpartum dan Perdarahan


Postpartum. Kopang : Lombok Tengah.

Saifuddin, 2016. Buku  Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono.
41

Sofian, 2015. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES

Sugiyono, 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Suririnah, 2015. Buku Pintar Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : Gramedia


Pustaka Utama.

Sri Haryati, 2019. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Perdarahan


Postpartum Primer (Studi Kasus RSUD Kota Bandung).

Varney, 2017. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2. Jakarta: EGC

WHO (World Health Statistics). 2018. Angka Kematian Ibu dan Angka. Kematian
Bayi. World Bank, 2018.

WHO, 2020. Angka Kejadian Perdarahan Postpartum di Dunia. Word Bank.

Wahyuningsih, 2018. Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta:


Kementerian. Kesehatan RI.

Wiknjosastro, 2017. Ilmu Kebidanan. Edisi ke-4 Cetakan ke-2. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Wulandari, 2017. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Nuha Medika.

Yekti Satriyandari, 2017. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kejadian


Perdarahan Postpartum di RSUD Penambahan Senopati Bantul

Anda mungkin juga menyukai