Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

Masalah Kontekstual PKN, Pengembangan Sikap Positif,


Dan Menampilkan Perilaku Yang Mendukung Seman-
gat Kebangsaan Dan Cinta Tanah Air

Dosen Pengampu : Ns. Ignasia Nila Siwi, M. Kep

Disusun oleh :

ENDANG FITRIA NINGSIH (M22010005)

LINTANG SAVITRI (M22010006)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MADANI

YOGYAKARTA

2023
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Masalah kontekstual PKn,
pengembangan sikap positif, dan menampilkan perilaku yang mendukung seman-
gat kebangsaan dan cinta tanah air” dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan.


Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang Masalah kontekstu-
al PKn, pengembangan sikap positif, dan menampilkan perilaku yang mendukung
semangat kebangsaan dan cinta tanah air bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ns. Ignasia Nila Siwi, M. Kep
selaku dosen pengampu mata kuliah Kewarganegaraan. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah
ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, diharapkan saran dan kritik yang membangun untuk penulis guna
memperbaiki makalah ini menjadi lebih baik di masa mendatang.

Yogyakarta, 18 November 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER .............................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
Daftar isi ............................................................................................................................. iii
BAB 1 Pendahuluan
1.1 . Latar belakang ....................................................................................................... 1
1.2 . Rumusan masalah ................................................................................................. 2
1.3 . Tujuan Penyusunan ............................................................................................... 3
BAB 2 Pembahasan
2.1 . Masalah PKn Terkait Semangat Kebangsaan dan Cinta Tanah Air .............................. 4
2.2 Kondisi PKN di Indonesia saat ini ........................................................................ 12
2.3 Pentingnya Pengembangan Sikap Positif Dan Perilaku Yang Mendukung
Semangat Kebangsaan Dalam Konteks PKN ....................................................... 12
2.4 Dampak Kontekstual Saat Ini Memengaruhi Pembentukan Sikap Positif
Siswa................................................................................................................................ 13
2.5 PKn Dapat Menjadi Wahana Pengembangan Sikap Positif Dan Semangat
Kebangsaan ........................................................................................................... 14
2.6 Sikap-Sikap Positif Yang Mendukung Semangat Kebangsaan Dan Cinta
Tanah Air .............................................................................................................. 18
2.7 Perilaku Konkret Yang Dapat Mendukung Semangat Kebangsaan Dan
Cinta Tanah Air Dalam Konteks Pendidikan ............................................................. 17

BAB 3 Penutup
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 23
Daftar Pustaka .................................................................................................................. 26

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Realitas sosial dan politik Indonesia, yang menjadi panggung dinamika
masyarakat yang beraneka ragam. Sebagai negara dengan keberagaman suku,
agama, budaya, dan latar belakang ekonomi, Indonesia dihadapkan pada sejumlah
tantangan yang memerlukan perhatian serius dalam pembentukan karakter war-
ganya. Masalah kontekstual yang dihadapi mencakup beragam isu kebangsaan,
perbedaan pandangan politik, dan ketidaksetaraan sosial ekonomi. Sementara itu,
tantangan untuk membangun sikap positif dan semangat kebangsaan di tengah
kompleksitas ini semakin mendesak, khususnya di kalangan generasi muda yang
merupakan pilar masa depan bangsa.
Masalah kontekstual yang menjadi fokus utama pembahasan mencakup isu-
isu yang merentang dari polarisasi politik hingga kurangnya pemahaman akan
nilai-nilai kebangsaan. Pertentangan pandangan politik sering kali mengakibatkan
perpecahan di kalangan masyarakat, mengancam kohesi sosial yang seharusnya
menjadi kekuatan bersama. Di samping itu, tantangan dalam membangun sikap
positif dan semangat kebangsaan juga terkait erat dengan kurangnya perhatian
terhadap pendidikan kewarganegaraan yang holistik dan efektif. Kurikulum Pen-
didikan Kewarganegaraan (PKN) seringkali belum mampu memberikan pembela-
jaran yang memadai untuk membentuk karakter yang inklusif dan menciptakan
rasa cinta tanah air yang mendalam.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) memegang peran strategis dalam
membentuk identitas dan karakter warga negara Indonesia. Di Indonesia, PKN
menjadi bagian integral dari kurikulum nasional, dirancang untuk membekali
siswa dengan pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara serta
memahami nilai-nilai kebangsaan. Meskipun telah menjadi bagian dari kurikulum,
Page | 1
gambaran umum situasi PKN di Indonesia mencerminkan beberapa tantangan.
Ada perbedaan pemahaman dan implementasi PKN di berbagai sekolah, seiring
dengan kebutuhan untuk memperkuat daya serap siswa terhadap materi-materi
yang berhubungan dengan kewarganegaraan. Penelitian menunjukkan bahwa
pemahaman siswa terkait nilai-nilai kebangsaan dalam PKN masih perlu diting-
katkan, serta perlu adanya peningkatan keterlibatan siswa dalam aktivitas yang
memperkuat rasa nasionalisme dan cinta tanah air.
Pentingnya pengembangan sikap positif dan perilaku yang mendukung se-
mangat kebangsaan dan cinta tanah air di lingkungan pendidikan tidak dapat dia-
baikan. Sikap positif, seperti rasa tanggung jawab, kerjasama, dan kepedulian ter-
hadap sesama, menjadi fondasi utama dalam membentuk karakter warga negara
yang berkualitas. Dalam konteks Pendidikan Kewarganegaraan, pembentukan si-
kap positif tersebut menjadi krusial karena menyangkut identitas dan peran siswa
sebagai anggota masyarakat dan negara. Dalam situasi globalisasi yang semakin
kompleks, pembentukan karakter kebangsaan melalui pendidikan menjadi lan-
dasan untuk menjaga persatuan dan keberagaman bangsa. Oleh karena itu,
pengembangan sikap positif dan perilaku yang mencerminkan semangat kebang-
saan dan cinta tanah air harus menjadi fokus utama dalam proses pendidikan di
Indonesia.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Masalah PKn terkait semangat kebangsaan dan cinta tanah air
2. Bagaimana kondisi PKN di Indonesia saat ini?
3. Apa pentingnya pengembangan sikap positif dan perilaku yang mendukung
semangat kebangsaan dalam konteks PKN?
4. Bagaimana dampak kontekstual saat ini memengaruhi pembentukan sikap
positif siswa?
5. Bagaimana PKn dapat menjadi wahana pengembangan sikap positif dan
semangat kebangsaan?
Page | 2
6. Sikap-sikap positif yang mendukung semangat kebangsaan dan cinta tanah
air
7. Apa saja perilaku konkret yang dapat mendukung semangat kebangsaan dan
cinta tanah air dalam konteks pendidikan?

1.3 Tujuan Penyusunan


Penulisan makalah ini bertujuan untuk memperjelas makna Masalah
kontekstual PKn, pengembangan sikap positif, dan menampilkan perilaku yang
mendukung semangat kebangsaan dan cinta tanah air dan yang berkaitan dengan
hal tersebut. Agar setiap orang dapat memahami dan diharapakan mampu untuk m
enerapkannya, kita sebagai warga negara Indonesia harus dapat mempelajarinya s
ecara menyeluruh, yaitu dapat menafsirkannya secara konstitusional yang sehat se
cara hukum.

Page | 3
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Masalah PKn Terkait Semangat Kebangsaan dan Cinta
Tanah Air
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran
yang wajib diajarkan di sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Pengembangan
nilai, moral, dan sikap perilaku siswa harus mendapat perhatian dalam Pendidikan
Kewarganegaraan. Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan misi dari Pen-
didikan Kewarganegaraan. Oleh karena itu, Pendidikan Kewarganegaraan adalah
studi tentang kehidupan kita sehari-hari, menjelaskan bagaimana menjadi warga
negara yang baik dan meningkatkan kesadaran akan prinsip-prinsip Pancasila,
simbol nasional Indonesia.
Dasar dari Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi berasal dari
studi sebelumnya. Lebih sedikit informasi yang diajarkan di Perguruan Tinggi
hingga ke akar-akarnya jika dibandingkan dengan pendidikan sebelumnya. Pasal
37 ayat (1) dan (2) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan wajib dimuat dalam kurikulum
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang dimak-
sudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa ke-
bangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan Pasal 3 UU No. 43/Dikti/2006 tentang Rambu-Rambu
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan salah satu dari dua kelompok dalam Mata Kuliah Pengembangan
Kepribadian (MPK) yang dimaksudkan untuk mengajarkan kepada mahasiswa
tentang pengetahuan dan kemampuan dasar yang dimiliki oleh semua anggota
bangsa serta pendidikan pendahuluan bela negara sebagai langkah awal untuk
menjadi warga negara yang dapat diakui keberadaannya oleh bangsa dan negara.
Page | 4
Memahami pentingnya pendidikan kewarganegaraan merupakan salah satu
cara yang paling penting untuk mendukung ketahanan generasi muda, terutama
siswa, dalam mengatasi dampak globalisasi dan melestarikan identitas nasional.
Tujuannya adalah untuk memahami kesadaran cinta tanah air, memahami hak dan
kewajiban dalam usaha pembangunan nasional, serta menganalisis bangsa dan
persatuan dalam Bingkai Tunggal Ika.
Beberapa Masalah Kontekstual Pendidikan Kewarganegaraan yang terkait
dengan semangat Kebangsaan dan Cinta Tanah Air adalah merujuk pada poin-
poin sebagai berikut :
A. Kurangnya Pemahaman Konsep Kebangsaan
Kurangnya pemahaman konsep kebangsaan seringkali muncul sebagai
tantangan utama dalam pembentukan semangat kebangsaan dan cinta tanah air di
kalangan siswa. Salah satu faktor penyebabnya adalah kurikulum Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) yang mungkin tidak memadai dalam mengajarkan
konsep-konsep kebangsaan secara komprehensif. Mungkin ada kecenderungan
untuk memberikan penekanan lebih besar pada fakta-fakta sejarah daripada pada
pemahaman nilai-nilai yang mendasari keberadaan sebuah bangsa.
Kurangnya ketertarikan siswa terhadap materi PKn juga dapat menjadi
hambatan. Pendekatan pembelajaran yang kaku dan kurang menarik dapat
membuat siswa kurang termotivasi untuk memahami dan menginternalisasi nilai-
nilai kebangsaan. Penting untuk memperkenalkan pendekatan yang lebih
interaktif, misalnya melalui diskusi, simulasi, atau kegiatan praktis, agar siswa
dapat merasakan makna kebangsaan secara langsung.
Selain itu, kebingungan mungkin muncul ketika konsep kebangsaan tidak
diintegrasikan dengan baik dalam konteks kehidupan sehari-hari siswa.
Kurangnya keterkaitan antara konsep kebangsaan dengan pengalaman pribadi
siswa dapat membuat mereka sulit untuk meresapi nilai-nilai tersebut. Oleh
karena itu, perlu diperkuat hubungan antara pembelajaran PKn dengan realitas
sosial dan budaya siswa.
Page | 5
Upaya perbaikan dalam hal ini melibatkan evaluasi dan penyempurnaan
kurikulum PKn dengan memasukkan pendekatan yang lebih relevan dan menarik
bagi siswa. Selain itu, pendidik perlu menggali cara untuk mengaitkan konsep
kebangsaan dengan kehidupan sehari-hari siswa agar mereka dapat mengalami
dan memahami pentingnya cinta tanah air secara lebih mendalam.
B. Dampak Globalisasi dan Pengaruh Budaya Asing
Globalisasi merujuk pada fenomena interkoneksi yang semakin erat antara
berbagai negara di dunia dalam berbagai aspek, seperti ekonomi, teknologi,
komunikasi, dan budaya. Dalam konteks Pendidikan Kewarganegaraan (PKN),
globalisasi memiliki dampak yang signifikan terutama terkait dengan pengaruh
budaya asing. Adanya tantangan global seperti isu-isu lingkungan, hak asasi
manusia, dan perdamaian dunia menjadi perhatian penting dalam pembelajaran
PKN. Namun, seiring dengan itu, juga muncul risiko kehilangan identitas budaya
lokal karena dominasi nilai-nilai global. Sebagai contoh, para peneliti seperti
Sunarti (2016) dalam jurnal "Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai-nilai Budaya
Lokal" menyoroti bagaimana globalisasi dapat menggeser nilai-nilai lokal dan
menciptakan benturan budaya dalam masyarakat.
Penting untuk mencari keseimbangan dalam menghadapi tantangan global-
isasi di dalam ruang lingkup PKN. Hal ini melibatkan upaya untuk mempertahan-
kan dan menghargai nilai-nilai budaya lokal sambil juga mengintegrasikan pema-
haman akan realitas global. Penelitian dan pembelajaran yang mencerminkan re-
alitas dan dinamika masyarakat Indonesia perlu terus dikembangkan untuk me-
mastikan bahwa pendidikan kewarganegaraan dapat memberikan pemahaman
yang holistik dan relevan bagi generasi yang tumbuh dalam era globalisasi. Dalam
konteks PKN, globalisasi dapat memperluas wawasan siswa tentang berbagai isu
global, membuka pintu bagi pemahaman yang lebih luas tentang dinamika hub-
ungan internasional, hak asasi manusia, dan tantangan global. Namun, satu aspek
yang perlu diperhatikan adalah pengaruh budaya asing yang dapat merubah atau
menggeser nilai-nilai budaya lokal.
Page | 6
Terbukanya pintu-pintu komunikasi dan pertukaran informasi antarbangsa
telah memungkinkan masuknya budaya-budaya asing ke dalam kehidupan sehari-
hari masyarakat. Pengaruh ini dapat terlihat dalam bentuk penggunaan bahasa as-
ing, gaya hidup, dan norma-norma budaya yang terkadang bertentangan dengan
nilai-nilai lokal. Pengaruh budaya asing dapat muncul melalui media massa,
teknologi informasi, dan arus migrasi global. Adopsi nilai-nilai dan norma-norma
budaya asing dapat menimbulkan tantangan terhadap pemeliharaan identitas kul-
tural lokal. Dalam konteks PKN, hal ini dapat menciptakan dilema antara pema-
haman nilai-nilai kewarganegaraan global dan pelestarian identitas nasional atau
lokal.
Perlu ditetapkan karakteristik era globalisasi yang tidak bisa ditawar-tawar
lagi dan dapat diterapkan selama mungkin pada bangsa ini. Karakter mampu
menggambarkan suatu bangsa. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah
satu strategi usaha yang digunakan untuk meningkatkan taraf hidup warga negara
melalui pendidikan. Pentingnya pendidikan dalam mengembangkan kualitas
seorang siswa tidak dapat dilebih-lebihkan.
Pendidikan Kewarganegaraan harus mampu membekali siswa dengan ket-
erampilan untuk menghadapi tantangan globalisasi dan pengaruh budaya asing.
Pendidikan Kewarganegaraan berguna untuk membekali peserta didik untuk men-
jadi warga negara yang baik, terutama sebagai generasi penerus yang akan
menghadapi perkembangan dan perubahan dunia di era globalisasi. Diharapkan
melalui pendidikan kewarganegaraan, peserta didik dapat membangun sikap yang
cinta tanah air dan secara konsisten mengembangkan setiap potensi yang dimiliki
dengan cara yang jelas dan ringkas demi kelangsungan hidup bangsa dan negara.
Ini mencakup kemampuan untuk memahami dan menilai informasi dari berbagai
sumber, menghargai keragaman budaya, dan memperkuat identitas kewarganega-
raan sambil tetap terbuka terhadap ide-ide baru. Pendidikan Kewarganegaraan
yang efektif harus menciptakan lingkungan pembelajaran yang mendukung
pengembangan pemikiran kritis dan keterampilan sosial siswa agar mereka dapat
Page | 7
berkontribusi secara positif dalam masyarakat yang semakin terhubung secara
global.
C. Kurangnya Keterlibatan Aktif dalam Kegiatan Kewarganegaraan
Kurangnya keterlibatan aktif dalam kegiatan kewarganegaraan di kalangan
mahasiswa bisa menjadi dampak dari beberapa faktor. Salah satu faktor utama
adalah ketidakpahaman atau kurangnya pemahaman tentang pentingnya
partisipasi dalam kegiatan kewarganegaraan. Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)
di tingkat sekolah dan perguruan tinggi seharusnya menjadi landasan untuk me-
mahamkan mahasiswa tentang hak, kewajiban, dan peran mereka dalam masyara-
kat. Namun, implementasi PKN masih seringkali terkendala oleh kurikulum yang
kurang menarik, metode pengajaran yang monoton, atau kurangnya integrasi
dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Selain itu, faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi rendahnya keterli-
batan mahasiswa dalam kegiatan kewarganegaraan melibatkan aspek budaya dan
lingkungan kampus. Misalnya, beban akademis yang tinggi, kompetisi yang in-
tens, dan fokus pada pencapaian pribadi bisa membuat mahasiswa enggan atau
kesulitan untuk melibatkan diri dalam kegiatan yang bersifat kolektif dan kewar-
ganegaraan.
Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan upaya lebih lanjut dalam
meningkatkan pendekatan pembelajaran PKN yang inovatif, memberikan ruang
untuk diskusi dan aplikasi praktis, serta membangun lingkungan kampus yang
mendukung keterlibatan aktif dalam kegiatan kewarganegaraan. Pendidikan yang
terintegrasi dengan konteks sosial, politik, dan ekonomi aktual dapat memotivasi
mahasiswa untuk lebih peduli dan aktif dalam isu-isu kewarganegaraan. Selain
itu, dukungan dari pihak perguruan tinggi, dosen, dan pihak terkait juga penting
untuk menciptakan atmosfer yang merangsang partisipasi aktif mahasiswa dalam
kegiatan kewarganegaraan.

Page | 8
D. Ketidaksetaraan Pendidikan
Pemerataan pendidikan merupakaan suatu kesempatan untuk memperoleh
pendidikan secara merata. Sebuah masalah yang telah disadari hadir menjadi
sebuah pewarna dalam perkembangan suatu negara berkembang seperti Indonesia.
Kesadaran akan pendidikan menjadi suatu hal yang mendorong pemerintah harus
selalu berupaya dalam memenuhi kebutuhan seluruh Rakyat dalam mendapatkan
pendidikan. Pemerataan pendidikan mencakup dua aspek penting yaitu equality
dan equity. Equality atau persamaan mengandung arti persamaan kesempatan
untuk memperoleh pendidikan, sedangkan Equity bermakna keadilan dalam
memperoleh kesempatan yang sama diantara berbagai kelompok dalam
masyarakat. Pemerataan pendidikan identik dengan sebuah kesempatan yang
dimiliki oleh rakyat, hanya saja akses terhadap pendidikan masih belum dapat
dikatakan adil jika antarkelompok belum bisa menikmati pendidikan secara sama.
Ketidaksetaraan pendidikan menciptakan tantangan besar dalam konteks
Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) di berbagai negara. Tantangan ini melibat-
kan aksesibilitas terhadap pendidikan, kualitas pembelajaran, dan perbedaan da-
lam peluang pendidikan. Faktor-faktor seperti ekonomi, geografis, gender, dan
kelompok etnis dapat menjadi penyebab utama ketidaksetaraan tersebut.
Sejalan dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pasal 5 ayat (1) menyatakan bahwa “Setiap warga negara mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”, dan pasal 11, ayat (1)
menyatakan “Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi
setiap warga negara tanpa diskriminasi”. UUD 1945 mengamanahkan bahwa
setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan guna meningkatkan kualitass
dan kesejahteraan hidupnya. Pembangunan Pendidikan merupakan salah satu
prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional karena perannya yang
signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang kehidupan: sosial,
ekonomi, politik dan budaya (Hakim, 2016).
Page | 9
Secara ekonomi, keluarga dengan pendapatan rendah mungkin kesulitan un-
tuk menyediakan sumber daya pendidikan yang memadai, seperti buku, perangkat
elektronik, dan akses internet. Ini dapat mempengaruhi kemampuan siswa untuk
mengikuti pembelajaran PKN dengan baik. Disparitas geografis juga dapat me-
nyebabkan perbedaan dalam ketersediaan fasilitas pendidikan. Siswa di daerah
pedesaan atau terpencil mungkin memiliki akses terbatas terhadap guru yang
berkualitas dan bahan pembelajaran yang relevan dengan kurikulum PKN.
Ketidaksetaraan gender juga merupakan masalah serius dalam pendidikan,
di mana perempuan masih menghadapi hambatan untuk mendapatkan pendidikan
yang setara dengan laki-laki. Ini dapat menghasilkan ketidaksetaraan dalam pem-
ahaman dan partisipasi siswa dalam mata pelajaran PKN. Sementara itu, ketid-
aksetaraan dalam pendidikan etnis juga bisa terjadi akibat ketidaksetaraan dalam
pemberian sumber daya dan dukungan untuk kelompok-kelompok etnis tertentu.
E. Kurangnya Keterlibatan Orang Tua
Kurangnya keterlibatan orang tua dalam pendidikan kewarganegaraan atau
Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) dapat menjadi tantangan serius dalam pem-
bentukan karakter dan pemahaman nilai-nilai kewarganegaraan pada generasi
muda. Pendidikan kewarganegaraan memiliki peran penting dalam membentuk
sikap, nilai, dan pengetahuan warga negara yang baik. Namun, keterlibatan orang
tua sering kali minim dalam mendukung perkembangan ini.
Salah satu alasan utama adalah ketidaktahuan orang tua tentang pentingnya
PKN atau kurangnya pemahaman mereka terhadap materi yang diajarkan di
sekolah. Beberapa orang tua mungkin menganggap PKN sebagai mata pelajaran
sekunder dibandingkan dengan mata pelajaran inti lainnya. Selain itu, keterbata-
san waktu yang dimiliki orang tua untuk terlibat dalam kegiatan sekolah anak
mereka juga dapat menjadi hambatan.
Selain itu, faktor-faktor lain seperti ketidakpedulian terhadap isu-isu kewar-
ganegaraan atau kurangnya keterampilan komunikasi antara sekolah dan orang tua
dapat memperburuk situasi. Pentingnya menciptakan mekanisme komunikasi
Page | 10
yang efektif antara sekolah dan orang tua tidak boleh diabaikan agar orang tua
dapat lebih terlibat dalam perkembangan pendidikan kewarganegaraan anak-anak
mereka.
F. Kurangnya Pemahaman Terhadap Hak dan Kewajiban Warga Negara
Kurangnya pemahaman terhadap hak dan kewajiban warga negara merupa-
kan salah satu tantangan yang signifikan dalam konteks Pendidikan Kewarga-
negaraan (PKN). Pemahaman yang kurang tersebut dapat mencakup kurangnya
pengetahuan mengenai hak-hak dasar yang dimiliki setiap warga negara, seperti
hak atas kebebasan berpendapat, hak beragama, hak untuk mendapatkan pendidi-
kan, dan hak untuk berserikat. Selain itu, pemahaman kewajiban warga negara,
seperti kewajiban membayar pajak, turut serta dalam pemilihan umum, dan men-
junjung tinggi nilai-nilai kebhinekaan, juga seringkali minim.
Ketidakpahaman ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk ku-
rangnya penekanan pada pendidikan kewarganegaraan di dalam kurikulum pen-
didikan formal, kurangnya sumber daya dan pelatihan bagi guru PKN, serta ku-
rangnya perhatian dari pihak berwenang terhadap pentingnya pembelajaran
mengenai hak dan kewajiban warga negara. Hasilnya, masyarakat dapat ke-
hilangan pandangan yang jelas tentang peran dan tanggung jawab mereka dalam
membangun negara yang demokratis dan inklusif.
Sebagai solusi, perlu ditingkatkan upaya untuk meningkatkan pemahaman
hak dan kewajiban warga negara melalui program-program PKN yang efektif dan
relevan. Pendidikan kewarganegaraan harus diberikan dengan pendekatan yang
praktis dan kontekstual, sehingga mampu merangkul perbedaan budaya dan
mengaitkannya dengan realitas sosial. Selain itu, dukungan penuh dari pemerintah
dan lembaga pendidikan, termasuk alokasi sumber daya yang memadai, dapat
membantu meningkatkan kualitas pembelajaran PKN.

Page | 11
2.2 Kondisi PKN di Indonesia saat ini
Kondisi Pendidikan Kewarganegaraan (PKN) di Indonesia saat ini
menghadapi beberapa tantangan dan perubahan. Meskipun PKN sudah menjadi
bagian integral dari kurikulum pendidikan di Indonesia, ada beberapa isu yang
perlu diatasi untuk memperbaiki efektivitas dan relevansinya. Salah satu isu
utama adalah kurangnya waktu pembelajaran yang cukup untuk PKN di dalam
kurikulum sekolah, yang dapat mengakibatkan pemahaman yang terbatas
mengenai hak dan kewajiban warga negara. Selain itu, ada tantangan dalam
penyampaian materi PKN yang kurang menarik dan tidak kontekstual, sehingga
sulit bagi siswa untuk merasakan relevansinya dengan kehidupan sehari-hari.
Peran guru PKN juga menjadi fokus perhatian, di mana ketersediaan guru
yang berkualifikasi dan terlatih dalam mengajar PKN masih menjadi
permasalahan. Dalam beberapa kasus, ada kekurangan literasi kewarganegaraan di
kalangan guru, yang dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran PKN. Di
samping itu, upaya untuk mengintegrasikan nilai-nilai kebangsaan dan
kebhinekaan Indonesia dalam kurikulum PKN perlu ditingkatkan, mengingat
keberagaman budaya dan etnis di Indonesia.
Pemerintah Indonesia telah melakukan reformasi pendidikan, termasuk
PKN, melalui Kebijakan Pendidikan Nasional dan Program Revitalisasi
Pendidikan Kewarganegaraan. Namun, tantangan implementasi dan evaluasi
kebijakan ini tetap menjadi fokus untuk meningkatkan kualitas PKN di Indonesia.

2.3 Pentingnya Pengembangan Sikap Positif Dan Perilaku Yang


Mendukung Semangat Kebangsaan Dalam Konteks PKN
Pengembangan sikap positif dan perilaku yang mendukung semangat
kebangsaan memiliki peran yang sangat penting dalam konteks Pendidikan
Kewarganegaraan (PKN). Semangat kebangsaan mencakup rasa cinta dan
dedikasi terhadap negara serta keinginan untuk berpartisipasi dalam pembangunan
masyarakat. Dalam proses pembelajaran PKN, pembentukan sikap positif

Page | 12
terhadap kebangsaan melibatkan pemahaman mendalam tentang sejarah, budaya,
dan nilai-nilai yang membentuk identitas nasional. Hal ini juga mencakup
pengembangan keterampilan sosial, seperti toleransi, gotong royong, dan rasa
tanggung jawab, yang merupakan landasan penting untuk membangun komunitas
yang inklusif dan harmonis.
Pentingnya pengembangan semangat kebangsaan dalam PKN tercermin
dalam kontribusinya terhadap pembentukan karakter dan identitas warga negara
yang aktif dan bertanggung jawab. Ketika individu memiliki sikap positif
terhadap negara, mereka cenderung lebih berperan dalam upaya menjaga stabilitas
sosial, mendorong pembangunan ekonomi, serta melibatkan diri dalam proses
demokrasi. Semangat kebangsaan juga dapat menjadi pendorong bagi masyarakat
untuk bersatu dalam menghadapi tantangan bersama dan memperkuat solidaritas
nasional.

2.4 Dampak Kontekstual Saat Ini Memengaruhi Pembentukan


Sikap Positif Siswa
Dampak kontekstual ini, aplikasi globalisasi, dinamika sosial, dan peru-
bahan teknologi, mengatur peran penting dalam sikap positif siswa. Kaum muda
dan orang dewasa saat ini tumbuh dalam lingkungan yang terus berubah, sehingga
membutuhkan adaptasi terhadap berbagai aspek kehidupan modern. Teknologi,
terutama media sosial, memiliki dampak yang signifikan terhadap persepsi orang
tentang diri mereka sendiri dan interaksi mereka dengan orang lain. Tekanan un-
tuk memenuhi ekspektasi dan standar sosial online dapat mengatur identitas dan
harga diri siswa.
Globalisasi juga memiliki dampak yang signifikan terhadap kehidupan
siswa dengan memperluas pandangan dunia mereka dan mendidik mereka tentang
isu-isu kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat mendorong toleransi, pemahaman, dan
penerimaan terhadap perbedaan. Namun, di sisi lain, mungkin juga ada dampak

Page | 13
negatif seperti kehilangan identitas atau melepaskan diri dari praktik-praktik
keagamaan yang lebih kompleks.
Faktor-faktor sosial termasuk ketidaksetaraan, ketidakadilan, dan isu-isu
lingkungan juga berdampak negatif terhadap sikap siswa. Hal ini dapat men-
dorong siswa untuk berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan lingkungan dan
mengembangkan sikap proaktif terhadap perubahan positif.
Telah diakui dalam literatur psikologi dan pendidikan bahwa sikap siswa
yang positif telah diakui dalam menghadapi konteks yang dinamis. Menurut
penelitian Durlak dkk. (2011), meningkatkan karakter dan sifat-sifat positif dapat
meningkatkan prestasi akademik dan kesejahteraan siswa secara keseluruhan.
Oleh karena itu, pendekatan pendidikan yang mempertimbangkan goncangan
kontekstual saat ini, seperti memanfaatkan teknologi, mengintegrasikan nilai-nilai
global, dan menanggapi isu-isu sosial, sangat penting dalam mengembangkan
siswa yang memiliki sikap positif dan mampu mengatasi tantangan di masa depan.

2.5 Pkn Dapat Menjadi Wahana Pengembangan Sikap Positif


Dan Semangat Kebangsaan
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memegang peran penting sebagai
wahana pengembangan sikap positif dan semangat kebangsaan di kalangan warga
negara. Melalui kurikulum yang dirancang dengan baik, PKn memiliki potensi
untuk membentuk karakter, nilai-nilai, dan sikap positif yang esensial dalam
membentuk individu menjadi warga negara yang aktif, partisipatif, dan
bertanggung jawab. Pembelajaran PKn yang menyeluruh dan terintegrasi dapat
memberikan pemahaman yang mendalam mengenai nilai-nilai demokrasi, hak dan
kewajiban warga negara, serta pentingnya toleransi dalam kehidupan bersama.
Dengan menekankan pada pemahaman nilai-nilai demokrasi, PKn dapat
membantu membentuk sikap partisipatif dan kesadaran akan pentingnya proses
pengambilan keputusan yang demokratis dalam masyarakat. Selain itu,
pemahaman terhadap hak dan kewajiban warga negara dapat membentuk rasa

Page | 14
tanggung jawab terhadap pembangunan negara dan masyarakat. Aspek toleransi
yang ditekankan oleh PKn juga dapat memperkuat sikap positif terhadap
keberagaman, mendorong rasa persatuan, dan membangun semangat kebangsaan
yang kokoh di tengah perbedaan.
Dengan demikian, PKn bukan hanya menjadi mata pelajaran yang
memberikan pengetahuan, tetapi juga menjadi instrumen penting dalam
membentuk sikap dan nilai-nilai yang mendukung pembentukan warga negara
yang berkualitas dan peduli terhadap bangsa dan negara.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) memiliki peran yang sangat penting
sebagai wahana untuk memahamkan siswa mengenai sejarah, budaya, dan nilai-
nilai yang menjadi landasan negara. Dengan memberikan pemahaman yang men-
dalam tentang aspek-aspek tersebut, PKn mampu membentuk siswa menjadi indi-
vidu yang memiliki rasa kecintaan dan tanggung jawab terhadap bangsa dan nega-
ra. Melalui pembelajaran PKn, siswa dapat memahami keberagaman dalam
masyarakat, menghargai perbedaan budaya, dan membangun sikap inklusif yang
esensial dalam mengurangi potensi konflik sosial.
Pembelajaran PKn yang berfokus pada nilai-nilai kebangsaan, seperti
gotong royong, rasa saling menghargai, dan cinta tanah air, dapat menjadi lan-
dasan kuat bagi pembentukan karakter siswa. Sikap-sikap tersebut bukan hanya
menjadi pondasi bagi persatuan dalam keberagaman, tetapi juga memupuk se-
mangat kebersamaan dan kecintaan terhadap negara. Dengan demikian, PKn
bukan hanya berfungsi sebagai medium pengetahuan, tetapi juga sebagai sarana
untuk membentuk sikap dan nilai-nilai positif yang mendasari kehidupan ber-
masyarakat.

2.6 Sikap-Sikap Positif Yang Mendukung Semangat Kebangsaan


Dan Cinta Tanah Air
Penguatan positif yang meningkatkan harga diri dan stamina fisik sangat
penting dalam membentuk identitas sosial dan keharmonisan interpersonal

Page | 15
seseorang. Dalam hal agama dan adat istiadat, Bangsa menciptakan ikatan emo-
sional yang kuat antara individu dan masyarakat. Hal ini tidak hanya memperkuat
identitas pribadi tetapi juga memberikan dasar yang stabil untuk identitas nasional
bersama yang dipertukarkan.
Sikap-sikap positif yang mendukung semangat kebangsaan dan cinta tanah
air mencakup sejumlah aspek yang dapat memperkuat identitas nasional dan rasa
tanggung jawab terhadap negara. Beberapa sikap positif tersebut antara lain:
1. Kepedulian Sosial, Kepedulian terhadap sesama warga negara dan
partisipasi dalam kegiatan sosial dapat membentuk ikatan sosial yang kuat
dalam masyarakat, menciptakan solidaritas, dan memperkuat semangat
kebersamaan.
2. Patriotisme, Sikap patriotisme mencakup rasa cinta, kecintaan, dan loyalitas
terhadap tanah air. Hal ini melibatkan rasa bangga terhadap sejarah, budaya,
dan prestasi bangsa.
3. Partisipasi dalam Proses Demokrasi, Berpartisipasi aktif dalam proses dem-
okrasi, seperti memilih dalam pemilihan umum, merupakan bentuk nyata
dari tanggung jawab kewarganegaraan. Ini menciptakan keterlibatan lang-
sung dalam pembentukan kebijakan negara.
4. Menghormati Kebhinekaan, Sikap menghargai dan menghormati keberaga-
man budaya, suku, agama, dan latar belakang lainnya dalam masyarakat
dapat memperkaya semangat kebangsaan dan menciptakan lingkungan
inklusif.
5. Pendidikan Kewarganegaraan, Memiliki pengetahuan yang baik mengenai
hak dan kewajiban sebagai warga negara serta pemahaman mendalam ten-
tang sejarah dan nilai-nilai bangsa dapat meningkatkan semangat kebang-
saan.
Partisipasi aktif dalam proyek-proyek pelayanan masyarakat merupakan
contoh konkret dari semangat kebangsaan. Individu dapat mengembangkan hub-
ungan dengan anggota bangsa lainnya melalui kegiatan sosial, tetapi mereka juga
Page | 16
dapat mengembangkan dan menjaga keharmonisan sosial melalui cara lain. Sapu-
tangan ini menonjolkan rasa tanggung jawab terhadap negara dan masyarakat,
membangun budaya kerja sama tim yang penting dalam memberdayakan per-
empuan.
Penghormatan terhadap nilai-nilai kebangsaan, seperti gotong royong, toler-
ansi, dan tidak mementingkan diri sendiri, menjadi landasan moral untuk pen-
galaman positif sehari-hari. Hal ini menciptakan lingkungan sosial yang penuh
pengertian dan mendorong kebersamaan di antara masyarakat. Berdasarkan prin-
sip-prinsip ini, warga negara secara aktif berpartisipasi dalam pembangunan na-
sional dan pemerintahan sementara juga mengakui kohesi sosial dan integritas
pribadi sebagai fondasi penting untuk kemajuan masyarakat.
Pentingnya sikap-sikap positif ini dalam konteks pengembangan identitas
nasional telah diakui dalam sejumlah penelitian, termasuk salah satunya oleh
Haste (2006), yang menyoroti peran pendidikan dalam pengembangan identitas
nasional. Pendidikan formal maupun informal merupakan alat yang paling penting
untuk mengenali tanda-tanda positif ini, karena pendidikan menciptakan generasi
dengan komitmen yang kuat dan rasa kebangsaan yang kuat terhadap pem-
bangunan pohon bangsa. Selain itu, media dan komunikasi memiliki peran dalam
membentuk opini publik tentang perundungan melalui promosi narasi positif dan
penciptaan citra publik yang melemahkan rasa takut terhadap perundungan.
2.7 Perilaku Konkret Yang Dapat Mendukung Semangat Ke-
bangsaan Dan Cinta Tanah Air Dalam Konteks Pendidikan
A. Pengenalan Sejarah Dan Budaya Lokal
Pengenalan Sejarah dan Budaya Lokal adalah upaya untuk memperkenalkan
serta mengapresiasi warisan sejarah dan budaya yang dimiliki oleh suatu daerah
atau komunitas. Ini merupakan bagian integral dari pendidikan yang bertujuan un-
tuk membangun identitas dan rasa kebangsaan, sekaligus membentuk pemahaman
yang lebih dalam tentang akar budaya dan sejarah bangsa.

Page | 17
Beberapa aspek pengenalan sejarah dan budaya lokal dalam konteks pen-
didikan melibatkan:
1. Kurikulum yang Relevan
Pengembangan kurikulum yang mencakup materi-materi sejarah dan budaya
lokal di setiap jenjang pendidikan. Integrasi konten lokal ke dalam mata pelajaran
seperti sejarah, bahasa, seni, dan lainnya.
2. Kegiatan Ekstrakurikuler dan Pertunjukan
Penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler yang berfokus pada aspek sejarah
dan budaya lokal, seperti klub sejarah atau grup seni tradisional. Pertunjukan atau
pameran budaya yang melibatkan siswa untuk memperlihatkan dan memahami
warisan budaya mereka.
3. Penggunaan Sumber Daya Lokal
Memanfaatkan sumber daya lokal, seperti museum, perpustakaan daerah,
dan tokoh-tokoh masyarakat yang ahli di bidang sejarah dan budaya. Penggunaan
literatur lokal, cerita rakyat, dan sumber daya lain yang mendalamkan pemahaman
siswa terhadap konteks sejarah dan budaya mereka.
4. Pertukaran Budaya dan Kunjungan Lapangan
Pertukaran budaya antar sekolah atau antar daerah untuk memperluas pen-
galaman siswa. Kunjungan lapangan ke situs-situs bersejarah atau tempat-tempat
penting yang memiliki nilai budaya dalam daerah tersebut.
5. Pelibatan Komunitas
Mengajak tokoh-tokoh masyarakat atau ahli lokal untuk memberikan ce-
ramah atau lokakarya tentang sejarah dan budaya. Proyek kolaboratif antara
sekolah dan komunitas untuk melestarikan tradisi dan mengembangkan pema-
haman bersama.
Pengenalan sejarah dan budaya lokal tidak hanya meningkatkan penge-
tahuan siswa tentang asal-usul dan perkembangan komunitas mereka, tetapi juga
membentuk rasa bangga dan memiliki identitas yang kuat. Hal ini dapat memban-
tu memperkuat nilai-nilai kebangsaan dan cinta tanah air, karena siswa dapat
Page | 18
mengaitkan diri mereka dengan sejarah dan budaya yang membentuk bangsa
mereka.
B. Pengembangan Sikap Kewarganegaraan
Pengembangan sikap kewarganegaraan merupakan suatu upaya sistematis
untuk membentuk nilai-nilai, norma, dan perilaku yang positif dalam diri individu
sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Proses ini mencakup pemahaman
konsep kewarganegaraan, penanaman rasa tanggung jawab terhadap masyarakat
dan negara, serta pengembangan keterampilan untuk berpartisipasi aktif dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Salah satu pendekatan yang dapat diambil dalam pengembangan sikap
kewarganegaraan adalah melalui pendidikan kewarganegaraan di sekolah. Meli-
batkan siswa dalam pembelajaran tentang hak, kewajiban, dan tanggung jawab
sebagai warga negara dapat membantu mereka memahami peran mereka dalam
pembangunan masyarakat dan negara. Dalam konteks ini, guru memainkan peran
penting dalam membimbing siswa untuk menginternalisasi nilai-nilai kewarga-
negaraan.
Selain itu, kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung pengembangan sikap
kewarganegaraan juga sangat berperan. Partisipasi dalam kegiatan sosial, proyek
kepedulian masyarakat, atau organisasi-organisasi yang berkaitan dengan kewar-
ganegaraan dapat memberikan pengalaman nyata tentang bagaimana individu
dapat berkontribusi pada perbaikan lingkungan sekitar dan masyarakat secara
lebih luas.
Penting juga untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pengem-
bangan sikap kewarganegaraan di luar lingkungan pendidikan formal. Diskusi
keluarga, interaksi dengan lingkungan sekitar, dan media massa yang memberikan
informasi yang seimbang dan mendidik juga dapat membentuk pandangan positif
terhadap kewarganegaraan.
C. Penggunaan Teknologi untuk Pendidikan Nasional

Page | 19
Penggunaan teknologi dalam pendidikan nasional memiliki dampak positif
yang signifikan dalam meningkatkan aksesibilitas, efektivitas, dan efisiensi pem-
belajaran. Integrasi teknologi dapat memberikan akses pendidikan kepada lebih
banyak orang, terlepas dari lokasi geografis, dengan adanya pembelajaran jarak
jauh, daring, atau kombinasi keduanya. Sumber daya pendidikan daring, seperti
platform pembelajaran daring, video pembelajaran, dan sumber daya digital,
memungkinkan siswa dan pendidik untuk mengakses informasi secara instan dan
fleksibel.
Teknologi juga memberikan peluang untuk pengalaman pembelajaran yang
lebih interaktif dan personal. Aplikasi pembelajaran adaptif dan berbasis kecer-
dasan buatan dapat disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan kecepatan belajar
masing-masing siswa, meningkatkan efektivitas pembelajaran. Selain itu,
penggunaan multimedia, simulasi, dan konten interaktif dapat membuat pembela-
jaran lebih menarik dan memudahkan pemahaman konsep-konsep sulit.
Penggunaan teknologi juga dapat meningkatkan keterlibatan orang tua da-
lam pendidikan anak-anak mereka melalui komunikasi daring, pelaporan kema-
juan, dan platform kolaboratif. Pendidikan nasional yang didukung oleh teknologi
juga dapat memfasilitasi pelatihan dan pengembangan guru melalui platform dar-
ing, webinar, dan sumber daya digital untuk meningkatkan kualitas pengajaran.
Namun, tantangan yang perlu diatasi termasuk aksesibilitas teknologi yang
tidak merata, perlunya infrastruktur yang memadai, dan penanganan dengan bi-
jaksana terhadap masalah keamanan dan privasi data. Oleh karena itu, pendekatan
yang cermat dan terencana dalam mengintegrasikan teknologi dalam kurikulum
pendidikan sangat penting untuk memastikan manfaat yang optimal bagi pendidi-
kan nasional.
D. Upacara Bendera dan Lagu Kebangsaan
Upacara bendera dan lagu kebangsaan merupakan dua aspek penting dalam
memupuk semangat kebangsaan dan rasa cinta tanah air. Upacara bendera, yang
biasanya dilaksanakan secara rutin di berbagai institusi pendidikan dan organisasi,
Page | 20
adalah momen sakral di mana para peserta, terutama siswa, berkumpul untuk
menghormati bendera negara. Selama upacara ini, bendera dinaikkan dengan
penuh kehormatan dan diiringi oleh penghormatan dalam bentuk pekikan sumpah
setia, menyiratkan kesetiaan pada bangsa dan negara. Prosesi ini menciptakan at-
mosfer kebersamaan dan kesatuan di antara peserta, menandakan adanya identitas
bersama yang melekat pada cinta tanah air.
Lagu kebangsaan, sebagai simbol kebangsaan, memiliki peran penting da-
lam membangkitkan semangat patriotisme. Lagu kebangsaan mencerminkan se-
jarah dan nilai-nilai nasional yang dijunjung tinggi. Biasanya dinyanyikan bersa-
ma-sama pada berbagai acara resmi dan upacara bendera, lagu kebangsaan mem-
bangkitkan rasa kebangsaan dan kecintaan terhadap tanah air. Liriknya sering kali
mengandung pesan-pesan yang menggugah semangat kebersamaan, perjuangan,
dan kebanggaan terhadap identitas nasional. Melibatkan siswa dan masyarakat
umum dalam menyanyikan lagu kebangsaan memperkuat ikatan emosional
dengan negara dan mendorong partisipasi aktif dalam merawat warisan kebang-
saan.
Secara keseluruhan, upacara bendera dan lagu kebangsaan bukan hanya se-
rangkaian tindakan seremonial semata, melainkan sarana yang sangat efektif da-
lam membentuk kesadaran nasional, membudayakan semangat kebangsaan, dan
mengokohkan cinta tanah air di kalangan generasi muda.
E. Partisipasi dalam Kegiatan Kepedulian Sosial
Partisipasi dalam kegiatan kepedulian sosial merupakan suatu bentuk per-
ilaku konkret yang dapat memperkuat semangat kebangsaan dan cinta tanah air
dalam konteks pendidikan. Melalui kegiatan ini, siswa dapat mengembangkan
pemahaman mendalam tentang tanggung jawab sosial mereka sebagai warga
negara yang peduli terhadap kesejahteraan masyarakat. Salah satu aspek penting
dari partisipasi dalam kegiatan kepedulian sosial adalah kemampuan siswa untuk
merespons dan merangkul kebutuhan serta tantangan yang dihadapi oleh sesama.
Ini mencakup keterlibatan dalam berbagai proyek sosial, seperti bakti sosial,
Page | 21
penggalangan dana untuk kegiatan amal, atau membantu komunitas yang membu-
tuhkan.
Partisipasi dalam kegiatan kepedulian sosial juga dapat membantu siswa
mengembangkan nilai-nilai kemanusiaan, empati, dan kerjasama. Ketika siswa
terlibat secara aktif dalam upaya membantu orang lain, mereka dapat merasakan
dampak positif yang dapat dihasilkan melalui kontribusi mereka. Melalui pen-
galaman ini, siswa tidak hanya memahami realitas sosial yang ada, tetapi juga me-
rasa terlibat dan bertanggung jawab terhadap perubahan positif. Dengan demikian,
kegiatan kepedulian sosial tidak hanya menjadi sarana untuk membangun hub-
ungan sosial yang kuat di antara siswa, tetapi juga sebagai langkah nyata untuk
membentuk karakter siswa yang peduli terhadap bangsa dan negara.
Dalam lingkungan pendidikan, sekolah dapat mengintegrasikan kegiatan
kepedulian sosial sebagai bagian dari kurikulum atau melibatkan siswa dalam
program-program di luar kelas yang berfokus pada pelayanan masyarakat. Dengan
demikian, partisipasi siswa dalam kegiatan ini bukan hanya sekadar tindakan in-
dividual, melainkan juga bentuk kolaborasi yang memperkuat semangat solidari-
tas dan kebersamaan dalam masyarakat. Dengan demikian, partisipasi dalam
kegiatan kepedulian sosial bukan hanya memberikan manfaat konkrit bagi mereka
yang menerima bantuan, tetapi juga menjadi fondasi penting dalam membentuk
generasi yang memiliki rasa kepedulian dan tanggung jawab terhadap tanah airn-
ya.

Page | 22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Masalah terkait semangat kebangsaan dan cinta tanah air dalam Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) melibatkan beberapa aspek yang perlu diperhatikan. Per-
tama, kurangnya pemahaman konsep kebangsaan menjadi tantangan utama di ka-
langan siswa. Ini disebabkan oleh kurikulum PKn yang mungkin tidak memadai
dalam mengajarkan konsep-konsep kebangsaan secara komprehensif. Pendekatan
pembelajaran yang kaku dan kurang menarik juga dapat membuat siswa ke-
hilangan minat, sehingga perlu diperkenalkan pendekatan yang lebih interaktif.
Selain itu, kurangnya integrasi konsep kebangsaan dalam konteks kehidupan
sehari-hari siswa dapat menyulitkan mereka untuk meresapi nilai-nilai tersebut.
Solusi untuk perbaikan melibatkan evaluasi dan penyempurnaan kurikulum PKn
dengan pendekatan yang lebih relevan dan menarik, serta penguatan hubungan
antara pembelajaran PKn dengan realitas sosial dan budaya siswa.
Dampak globalisasi dan pengaruh budaya asing menjadi masalah kedua.
Meskipun globalisasi membuka wawasan siswa terhadap isu-isu global, namun
pengaruh budaya asing juga dapat merubah atau menggeser nilai-nilai budaya lo-
kal. Adopsi nilai-nilai dan norma-norma budaya asing dapat menimbulkan dilema
antara pemahaman nilai-nilai kewarganegaraan global dan pelestarian identitas
nasional atau lokal. Perlu dicari keseimbangan untuk memastikan bahwa pendidi-
kan kewarganegaraan memberikan pemahaman holistik dan relevan bagi generasi
yang tumbuh dalam era globalisasi.
Ketidaksetaraan pendidikan, terutama terkait aksesibilitas, kualitas pembela-
jaran, dan perbedaan peluang, menjadi tantangan keempat. Faktor ekonomi, geo-
grafis, gender, dan etnis dapat menjadi penyebab ketidaksetaraan. Perlu ditingkat-

Page | 23
kan upaya untuk memastikan aksesibilitas dan kualitas pendidikan yang merata,
terutama bagi kelompok yang rentan.
Akhirnya, kurangnya keterlibatan orang tua dan pemahaman terhadap hak
dan kewajiban warga negara menjadi masalah kelima. Orang tua yang kurang ter-
libat dan tidak memahami pentingnya PKN dapat mempengaruhi perkembangan
karakter dan pemahaman nilai-nilai kewarganegaraan pada generasi muda. Solusi
mencakup meningkatkan pemahaman melalui program PKN yang efektif dan rel-
evan, serta menciptakan mekanisme komunikasi yang efektif antara sekolah dan
orang tua. Dukungan penuh dari pemerintah dan lembaga pendidikan juga diper-
lukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKN.
Peran guru PKN juga menjadi fokus perhatian, di mana ketersediaan guru
yang berkualifikasi dan terlatih dalam mengajar PKN masih menjadi
permasalahan. Dalam beberapa kasus, ada kekurangan literasi kewarganegaraan di
kalangan guru, yang dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran PKN. Di
samping itu, upaya untuk mengintegrasikan nilai-nilai kebangsaan dan
kebhinekaan Indonesia dalam kurikulum PKN perlu ditingkatkan, mengingat
keberagaman budaya dan etnis di Indonesia.
Dalam proses pembelajaran PKN, pembentukan sikap positif terhadap
kebangsaan melibatkan pemahaman mendalam tentang sejarah, budaya, dan nilai-
nilai yang membentuk identitas nasional. Hal ini juga mencakup pengembangan
keterampilan sosial, seperti toleransi, gotong royong, dan rasa tanggung jawab,
yang merupakan landasan penting untuk membangun komunitas yang inklusif dan
harmonis.
Teknologi, terutama media sosial, memiliki dampak yang signifikan ter-
hadap persepsi orang tentang diri mereka sendiri dan interaksi mereka dengan
orang lain. Tekanan untuk memenuhi ekspektasi dan standar sosial online dapat
mengatur identitas dan harga diri siswa.
Melalui kurikulum yang dirancang dengan baik, PKn memiliki potensi
untuk membentuk karakter, nilai-nilai, dan sikap positif yang esensial dalam
Page | 24
membentuk individu menjadi warga negara yang aktif, partisipatif, dan
bertanggung jawab. Pembelajaran PKn yang menyeluruh dan terintegrasi dapat
memberikan pemahaman yang mendalam mengenai nilai-nilai demokrasi, hak dan
kewajiban warga negara, serta pentingnya toleransi dalam kehidupan bersama.

Page | 25
DAFTAR PUSTAKA
Berger, E. H. (2001). Parents as Partners in Citizenship Education. Social
Education, 65(6), 373–376.
Budiardjo, M. (2006). Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama.
Daryanto. (2019). Kajian Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia: Dari Teori
ke Praktik. Jakarta: Prenadamedia Group.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (2013). Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Dr. Abdul Rozak, M.Si. 2009. Mengapa Pendidikan Kewarganegaraan
Dipelajari Sampai di Perguruan Tinggi? Accessed 10 14, 2009.
http://abdulrozak.lec.uinjkt.ac.id/in-thenews/personsnameonfacethenation.
Durlak, J. A., Weissberg, R. P., Dymnicki, A. B., Taylor, R. D., & Schellinger, K.
B. (2011). The impact of enhancing students' social and emotional
learning: A meta-analysis of school-based universal interventions. Child
Development, 82(1), 405–432.
Hakim, L. (2016). Pemerataan Akses Pendidikan Bagi Rakyat Sesuai dengan
Amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, 2(1), 53–64. Retrieved from
http://jurnal.umsu.ac.id/index.php/edutech/article/view/575
Kemdikbud. (2016). Materi Pelatihan Guru PPKn. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Atas, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Kemdikbud. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi
Dasar Pendidikan Dasar dan Menengah.
KemendikbudRI. (2016). Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan
Dasar dan Menengah. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Page | 26
Kemendikbud. (2016). Kebijakan Pendidikan Kewarganegaraan: Penguatan
Nasionalisme dan Karakter Bangsa. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia.
Kompasiana. (2021). "Mengatasi Polaritas Politik di Indonesia." Tersedia online:
(https://www.kompasiana.com/) diakses pada 18 November 2023.
Setiawan, D., & Wijayanti, L. M. (2018). Pengembangan Bahan Ajar Pendidikan
Kewarganegaraan Bermuatan Pendidikan Karakter di SMA/SMK. Jurnal
Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian dan Kajian Kepustakaan di Bidang
Pendidikan, Pengajaran, dan Pembelajaran, 4(2), 129–139.
Subramanian, S. V., & Kawachi, I. (2006). Income inequality and health: What
have we learned so far? Epidemiologic reviews, 26(1), 78-91.
Sukirno, S. (2020). Pendidikan Kewarganegaraan: Konsep, Kurikulum, dan
Implementasinya. Yogyakarta: Deepublish.
Sunarti. (2016). "Pengaruh Globalisasi terhadap Nilai-nilai Budaya Lokal." Jurnal
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 21(1), 35-50.
Suparman, A. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas
dalam Perspektif Kurikulum 2013. Jurnal Kependidikan, 42(1), 85–100.
Torney-Purta, J., Lehmann, R., Oswald, H., & Schulz, W. (2001). Citizenship and
education in twenty-eight countries: Civic knowledge and engagement at
age fourteen. IEA.

Page | 27

Anda mungkin juga menyukai