Anda di halaman 1dari 8

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TERAPI REBUSAN JAHE DAN

MADU DALAM PENANGANAN ISPA PADA ANAK DI


RUANGAN AL INSAN RUMAH SAKIT BAKTI TIMAH
PANGKALPINANG

NIKE ARDIYANTI GAYATERI

11222095

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA


JAKARTA

TAHUN 2023
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pernapasan atau bisa disebut juga dengan respirasi dapat didefinisikan sebagai
sebuah proses menghirup udara yang mengandung oksigen masuk ke dalam
tubuh dan mengeluarkan karbondioksida dari paru-paru serta penggunaan
energi yang ada di dalam tubuh (Suherman & Forniaty, 2020). Penyakit
infeksi yang masih banyak menyerang masyarakat dan menjadi permasalah
kesehatan di Indonesia adalah penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut
(ISPA). Menurut World Health Organization (WHO), ISPA didefinisikan
sebagai penyakit saluran pernapasan yang terjadi karena patogen infeksius
yang ditularkan melalui percikan cairan (Nasution, 2020). Penyakit ISPA
menjadi masalah kesehatan global yang masih terjadi pada anak usia di bawah
lima tahun dengan gejala mulai dari ringan hingga berat (Triola et al., 2022).

Sampai saat ini ISPA masih menjadi penyebab utama angka kesakitan dan
kematian penyakit menular di dunia. Angka kematian ISPA sekitar 3,9 juta
anak di seluruh dunia setiap tahun (Hasan & The, 2020). ISPA juga menjadi
salah satu penyebab kematian anak di negara berkembang pada usia di bawah
lima tahun (Kurniawati & Laksono, 2019). WHO memperkirakan kejadian
ISPA di negara berkembang lebih dari 40 kematian balita per 1000 kelahiran
hidup, 15%-20% per tahun pada kelompok usia balita (Abbas & Haryati,
2022). Prevalensi kematian akibat ISPA di Indonesia mencapai 17% setiap
tahun, terutama pada anak usia balita (Ovikariani et al., 2019). Berdasarkan
diagnosis tenaga kesehatan dan keluhan dari penduduk, prevalensi kasus ISPA
di Indonesia pada tahun 2018 sekitar 9,3%. Penyakit ini menjadi salah satu
faktor kunjungan pasien ke rumah sakit 15-30% dan puskesmas 40-60%
(Effendi & Evelin, 2020). Sementara di Provinsi Bangka Belitung, prevalensi
ISPA tahun 2018 pada anak usia balita sebanyak 10,8 % (Riskesdes , 2018).

ISPA pada anak dapat menyebabkan komplikasi seperti pneumonia, laringitis,


bronkitis dan masih banyak lainnya (Padila et al., 2019). Sekitar 20- 40%
pasien kalangan anak usia dibawah lima tahun dirawat di rumah sakit karena
ISPA dan sekitar 1,6 juta balita meninggal setiap tahun karena pneumonia
(Zolanda et al., 2021). Perawat sebagai tenaga kesehatan memiliki peran
penting dalam mencegah dan mengatasi kondisi penyakit ISPA. Peran perawat
melalui kegiatan pendidikan kesehatan membantu mengajarkan keluarga agar
bisa menghindari faktor-faktor resiko dan meningkatkan pengetahuan
keluarga khususnya ibu sehingga dapat membantu mengurangi morbiditas dan
mortalitas ISPA (Novikasari et al., 2021). Banyak orang tua sering
menganggap batuk dan pilek sebagai penyakit yang sepele. Namun, jika
sistem kekebalan tubuh melemah dan tidak segera diobati, penyakit ini bisa
menjadi serius (Widianti, 2020).

Pengobatan terhadap ISPA secara umum dapat dikelompokan menjadi 4


kategori yaitu dengan memberikan imunisasi untuk melawan patogen
spesifik penyakit, ketepatan penegakan diagnosa awal, perbaikan nutrisi dan
lingkungan yang lebih baik serta pemberian antibiotik. Selain itu,
pengobatan tradisional juga dapat digunakan untuk menangani batuk pada
ISPA. World Health Organization (WHO) merekomendasikan penggunaan
obat tradisional termasuk herbal dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat,
pencegahan, dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis dan
kanker. World Health Organization (WHO) senantiasa mendukung upaya-
upaya dalam peningkatan keamanan serta khasiat dari obat tradisional
tersebut (Novikasari & Sugiantoro, 2021). Pengobatan secara tradisional
terhadap ISPA dapat menggunakan minuman herbal jahe dan madu karena
sangat efektif dan lebih aman untuk digunakan. Pemberian minuman jahe
dan madu dapat menurunkan tingkat keparahan batuk pada anak dengan
ISPA, karena kandungan minyak atsiri dalam jahe yang merupakan zat aktif
dapat mengobati batuk, sedangkan zat antibiotik pada madu dapat
menyembuhkan beberapa penyakit infeksi lain seperti batuk anak pada
ISPA, zat antibiotik ini mengandung zat inhibine sebagai bahan antimikroba
yang bertanggung jawab menghambat pertumbuhan organisme baik gram
positif dan gram negatif yang kemudian menjadi efektif karena hidrogen
peroksida. Penelitian lain menyatakan bahwa madu yang diberikan pada
anak dengan batuk tidak menimbulkan suatu efek samping. Madu
mempunyai efek antimikroba langsung dan tidak langsung (Novikasari &
Sugiantoro, 2021).

Minuman jahe yang dicampur dengan madu bisa menurunkan tingkat


keparahan ISPA pada anak-anak, karena minyak atsiri pada jahe yang terdiri
dari komponen utama sebagai senyawa zingiberen dan zingiberol memiliki
efek steril, penguat sel dan zat aktif yang dapat mengobati batuk, sedangkan
madu mengandung pinobanksine dan L -asam askorbat sebagai agen
pencegah kanker dan antimikroba yang dapat menyembuhkan beberapa
penyakit yang tidak dapat disembuhkan seperti penyakit ISPA pada anak,
zat antimikroba ini mengandung inhibine sebagai zat antimikroba yang
bertanggung jawab untuk menekan perkembangan baik gram positif dan
makhluk gram negatif yang kemudian menjadi menarik karena hidrogen
peroksida (Daulay, 2021). Aktivitas antibakteri yang membantu membasmi
agen penyebab ISPA dikaitkan dengan efek antimikroba madu. Karena
madu membunuh bakteri penyebab ISPA yang mengakibatkan penumpukan
sekret di saluran napas, madu dapat digunakan sebagai terapi pelengkap
untuk meredakan batuk malam hari balita. Menurut Evans, Tuleu, dan
Sutclife, madu aman dan efektif menurunkan frekuensi batuk dan
meningkatkan kualitas tidur anak. Madu bisa diberikan pada balita.

Madu mengandung antibiotik alami, antioksidan, dan berbagai zat lainnya,


sehingga mengurangi skor frekuensi batuk pada anak setelah diberikan.
Selain itu, madu merupakan komponen penting yang dapat membantu
meredakan batuk anak. Manisnya madu akan mengubah sensitivitas serat
sensorik, karena melapisi tenggorokan dan mulai menelan. Pengaturan
mekanisme batuk, yang memungkinkan batuk dikurangi, melibatkan
interaksi antara sistem saraf pusat dan saraf sensorik lokal (Daulay, 2021).
Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Novikasari &
Sugiantoro, (2021) yang menyatakan bahwa pengobatan secara tradisional
terhadap ISPA dapat menggunakan minuman herbal jahe dan madu karena
sangat efektif dan lebih aman untuk digunakan. Penelitian lain menyatakan
bahwa madu yang diberikan pada anak dengan batuk tidak menimbulkan
suatu efek samping.

Berdasarkan kejadian yang ada di ruang anak Rumah Sakit Bakti Timah
Pangkalpinang penyakit ISPA menunjukkan masalah kejadian tertinggi dalam
tahun ini. Berdasarkan latar belakang diatas diatas, maka peneliti tertarik
untuk meneliti efektivitas pemberian terapi rebusan jahe dan madu dalam
penanganan penyakit ISPA di ruangan anak Rumah Sakit Bakti Timah
Pangkalpinang.

1.2 Rumusan Masalah


Penyakit infeksi yang masih banyak menyerang masyarakat dan menjadi
permasalah kesehatan di Indonesia adalah penyakit Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA). Menurut World Health Organization (WHO), ISPA
didefinisikan sebagai penyakit saluran pernapasan yang terjadi karena patogen
infeksius yang ditularkan melalui percikan cairan (Nasution, 2020). Penyakit
ISPA menjadi masalah kesehatan global yang masih terjadi pada anak usia di
bawah lima tahun dengan gejala mulai dari ringan hingga berat (Triola et al.,
2022).

Minuman jahe yang dicampur dengan madu bisa menurunkan tingkat


keparahan ISPA pada anak-anak, karena minyak atsiri pada jahe yang terdiri
dari komponen utama sebagai senyawa zingiberen dan zingiberol memiliki
efek steril, penguat sel dan zat aktif yang dapat mengobati batuk, sedangkan
madu mengandung pinobanksine dan L -asam askorbat sebagai agen pencegah
kanker dan antimikroba yang dapat menyembuhkan beberapa penyakit yang
tidak dapat disembuhkan seperti penyakit ISPA pada anak, zat antimikroba ini
mengandung inhibine sebagai zat antimikroba yang bertanggung jawab untuk
menekan perkembangan baik gram positif dan makhluk gram negatif yang
kemudian menjadi menarik karena hidrogen peroksida (Daulay, 2021).
Berdasarkan kejadian yang ada di ruang anak Rumah Sakit Bakti Timah
Pangkalpinang penyakit ISPA menunjukkan masalah kejadian tertinggi dalam
tahun ini.

Berdasarkan fenomena tersebut maka rumusan masalah dalam karya ilmiah


akhir ini sebagai berikut “Apakah ada efektivitas pemberian terapi rebusan
jahe dan madu dalam penanganan penyakit ISPA di ruangan anak Rumah
Sakit Bakti Timah Pangkalpinang “?.

1.3 Tujuan Karya Ilmiah Akhir


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dalam karya ilmiah akhir ini adalah mengetahui pengaruh
pemberian terapi rebusan jahe dan madu dalam penanganan penyakit ISPA
di ruangan anak Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang

Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam karya ilmiah akhir ini adalah :
a. Mengetahui derajat frekuensi batuk anak penderita ISPA sebelum dan
sesudah pemberian terapi rebusan jahe dan madu di ruang anak
Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang.
b. Mengetahui bunyi nafas anak penderita ISPA sebelum dan sesudah
pemberian terapi rebusan jahe dan madu di ruang anak Rumah Sakit
Bakti Timah Pangkalpinang.
c. Mengetahui derajat frekuensi nafas anak penderita ISPA sebelum dan
sesudah pemberian terapi rebusan jahe dan madu di ruang anak
Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang.
d. Mengetahui derajat aktivitas anak penderita ISPA sebelum dan
sesudah pemberian terapi rebusan jahe dan madu di ruang anak
Rumah Sakit Bakti Timah Pangkalpinang.
1.4 Manfaat Karya Ilmiah Akhir
a. Bagi Mahasiswa
Dari hasil karya ilmiah akhir ini diharapkan penulis dan juga mahasiswa
lain yang membaca hasil karya ilmiah akhir ini dapat memperkaya ilmu
pengetahuan sehingga dapat berkembang khusunya dalam upaya
penanganan ISPA anak dengan metode tradisional . Penelitian ini dapat
digunakan sebagai data dasar untuk pengembangkan lebih lanjut dengan
metode yang berbeda untuk mengetahui penanganan ISPA pada anak
setelah pemberian terapi rebusan jahe dan madu .

b. Bagi Insitusi Pendidikan


Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran bagaimana
pengaruh pemberian terapi rebusan jahe dan madu terhadap penanganan
penyakit ISPA pada anak.

Anda mungkin juga menyukai